Makalah Geostrategi Indonesia Menjaga Ke
Makalah Geostrategi Indonesia: Menjaga Kepulauan Natuna Dari
Intervensi dan klaim Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan
Disusun Oleh:
Jhon Dominius Megahari Nenohai
372015025
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
Kata Pengantar
Puji dan rasa syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
dan limpahan rahmat-Nya, maka makalah yang berjudul “Menjaga Kepulauan Natuna Dari
Intervensi dan klaim Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan” dapat diselesaikan dengan
baik. Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan Suryo Sakti Hadiwijoyo, S.Si, MH
dan Putri Hergianasari, S.IP, M.IP sebagai dosen pengampu mata kuliah Geopolitic and
Geostrategy yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa tugas makalah ini belum sempurna, baik dari segi materi
maupun penyajiannya. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan dalam
menyempurnakan tugas makalah ini.
Penulis berharap, semoga tugas makalah ini dapat memberikan hal yang bermanfaat
dan menambah wawasan bagi pembaca.
Salatiga, 2 Desember 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Belakangan Ini, klaim Tiongkok atas gugusan pulau-pulau seperti: Pratas, Paracel,
Maccalesfield, dan pulau Spratly di laut Tiongkok Selatan telah menciptakan sengketa yang
belum terselesaikan sampai saat ini. Permasalahan tersebut memang tidak dapat terselesaikan
begitu saja karena keberadaan beberapa negara Asia Tenggara yakni: Vietnam, Malaysia,
Brunei Darussalam, dan Filipina yang menganggap bahwa klaim Tiongkok merupakan
bentuk pelanggaran kedaulatan negara.
Dengan berlandaskan pada Geopolitik Indonesia yakni Wawasan Nusantara,
Indonesia melihat ke luar bahwa konflik tersebut merupakan hal yang tidak sepele. Dengan
hal tersebut, Indonesia melihat ke dalam bahwa apakah perlunya antisipasi atas kejadian
serupa terutama di kawasan terdepan Indonesia yang notabene berdekatan dengan daerah
yang sedang mengalami konflik tersebut yaitu kepulauan Natuna.
Hal tersebut ditambah dengan keberadaan kapal-kapal nelayan Tiongkok yang
memasuki wilayah kedaulatan Indonesia di kepulauan Natuna. Dengan melihat kedua pemicu
tersebut,
maka
Indonesia
membutuhkan
penerapan
kebijakan-kebijakan
terhadap
perlindungan kepulauan Natuna yang dikenal sebagai Geostrategi Indonesia yaitu Ketahanan
Nasional (Tannas). Dengan demikian, diharapkan Indonesia akan mampu mempertahankan
kedaulatannya dari bahaya klaim pihak asing terkhususnya Tiongkok.
1.2. Rumusan Masalah
- Bagaimana potensi kepulauan Natuna bagi Tiongkok?
- Bagaimana geostrategi Indonesia terhadap interensi dan klaim Tiongkok terhadap Laut
Tiongkok Selatan?
1.3. Tujuan Penulisan
- Untuk mengetahui potensi kepulauan Natuna bagi Tiongkok.
- Untuk mengetahui geostrategi Indonesia terhadap intervensi dan Klaim Tiongkok terhadap
Laut Tiongkok Selatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Landasar Teori
Teori Kekuatan Lautan/Bahari milik Sir Walter Raleigh dan Alfred Thayer Mahan
melihat bagaimana barangsiapa menguasai lautan maka akan menguasai jalur perdagangan
dunia yang notabene merupakan pusat kekuatan dunia. Sebab kekuatan suatu negara tidak
sebatas penguasaan akan luasnya daratan beserta isinya, melainkan kekuatan atau kekuasaan
atas wilayah laut yang besar.
Menguasai lautan Menguasai jalur perdagangan menguasai kekayaan dunia.
2.2. Potensi Kepulauan Natuna Bagi Tiongkok
Pada dasarnya, alasan Tiongkok mengklaim gugusan pulau di Laut Tiongkok Selatan
ialah untuk menguasai potensi gas dan minyak di area tersebut dan juga jalur perdagangan
dunia.1 Kemudian potensi Natuna juga demikian yakni kekayaan alam lautan dan juga dapat
menjadi jalur laut perdagangan yang sangat efisien.2 Hal tersebut tidak dapat dipungkiri,
mengingat kepulauan Natuna terletak pada Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) yang
menjadi jalur laut Internasional yang terbilang paling aktif ketimbang dua alur lainnya.
2.3. Geostrategi Indonesia terhadap Tiongkok
Sebelum membahas menganai implementasi kebijakan Indonesia, terlebih dahulu
mengetahui bahwa kebijakan-kebijakan yang Indonesia terapkan tidak lepas dari 5 bentuk
Pilar Poros Maritim dunia yang dikemukakan oleh presiden Joko Widodo. Dalam hal ini,
pilar ke-5 menjadi acuan dalam implementasi kebijakan Indonesia terhadap ketahanan
nasional yang berisikan: Sebagai negara yang menjadi titik tumpu dua samudera, Indonesia
berkewajiban membangun kekuatan pertahanan maritim.3
Oleh sebab itu, Indonesia melihat bahwa terdapat 2 fokus penting dalam penerapan
kebijakan mengatasi pergerakan Tiongkok, yaitu: diplomasi
(soft power) yang menjadi
bentuk geostrategi Indonesia dengan implementasi ke luar, dan Peningkatan Aktifitas Militer
di Natuna (hard power) sebagai implementasi ke dalam.
1
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=114794&val=5263, diakses pada
tanggal 02 Desember 2016 pukul 8.00
2
http://ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2014/11/ejurnal%20nurul
%20fitri%20zainia%2007%20(11-05-14-05-49-29)-.pdf,,, diakses pada tanggal 02
Desember 2016 pukul 8.07
3
http://presidenri.go.id/maritim/indonesia-sebagai-poros-maritim-dunia.html, diakses
pada tanggal 02 Desember 2016 pukul 6.50
2.2.1. Diplomasi
Diplomasi merupakan sebuah upaya melakukan negosiasi dengan negara atau aktor
Internasional lain untuk memperoleh hasil yang diharapkan, namun tanpa melalui kekerasan.
Diplomasi telah menjadi bagian penguatan Indonesia dalam melakukan hubungan bilateral
maupun multilateral dengan negara lain.
Dalam upaya diplomasi Indonesia, terdapat perundingan dalam penetapan garis batas
ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) antara Tiongkok dan Indonesia di perairan Natuna. 4 Hal
tersebut merupakan upaya membina hubungan baik antar kedua belah pihak. Karena perlu
diketahui bahwa Indonesia berada pada posisi netral di dalam kasus klaim Tiongkok di Laut
Tiongkok Selatan. Hal itu juga menjadikan Indonesia berpotensi menjadi mediator di dalam
penyelesaian konflik Laut Tiongkok Selatan tersebut.
Langkah ini dinilai cukup efektif, walau ketegangan antar kedua belah pihak sempat
memanas saat Indonesia menangkap beberapa nelayan Tingkok yang berada di perairan
Natuna.5 Namun yang menarik adalah pemerintah Tiongkok yang bersikuku tidak meminta
maaf atas kejadian tersebut dan justru meminta pemerintah Indonesia untuk melepaskan para
nelayan yang ditahan tersebut.
Bila dikaitkan dengan Teori Kekuatan Laut, upaya klaim yang Tiongkok lakukan
merupakan bagian dari penguasaan jalur perdagangan dunia, dan juga agar dapat menjadi
penguasa dunia. Oleh sebab itu, Indonesia tidak dapat tinggal diam menyaksikan hal tersebut.
Selain bertujuan mempertahakan kedaulatan maupun menjaga hubungan bileteral kedua
negara, Indonesia juga dalam hal ini memiliki dorongan untuk mencegah Tiongkok
menguasai jalur perdagangan dunia. Hal tersebut dibuktikan dari upaya diplomasi Indonesia
agar memastikan bahwa Tiongkok tidak dapat maupun tidak ingin mengintervensi kepulauan
Natuna Indonesia.
2.2.2. Peningkatan Aktifitas Militer di Natuna
4
http://ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2014/11/ejurnal%20nurul
%20fitri%20zainia%2007%20(11-05-14-05-49-29)-.pdf,, diakses pada tanggal 02
Desember 2016 pukul 7.12
5
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/05/160529_indonesia_kapal_cina_n
atuna_tahan, diakses pada tanggal 02 Desember pukul 6.23
Selain upaya diplomasi, Indonesia juga menerapkan upaya peningkatan Aktifitas
Militer di Nantuna yang pertama yakni dengan membangun pangkalan Militer di sana. 6
Upaya ini dilakukan agar menunjukkan kepada Tiongkok bahwa Indonesia bukan sekedar
membangun relasi kedua negara melalui diplomasi melainkan Indonesia juga siap mencegah
interensi Tiongkok di perairan Natuna. Hal ini dinilai cukup efetif menghentikan gangguan
yang Tiongkok berikan kepada Indonesia.
Upaya berukut ialah dengan mengadakan latihan militer di Natuna. 7 Agar terciptanya
kekuatan militer yang kokoh, pemerintah tidak hanya membangun pangkalan militer guna
menjamin kekuatan Indonesia di area terdepan, namun juga mengikutsertakan latihan milier
agar menghiasi wajah depan Indonesia dengan potensi militer yang kuat. Presiden Joko
Widodo sendiri pergi ke Natuna untuk ikut menyaksikan latihan militer di sana. Dengan
demikian bukti keseriusan pemerintah dalam mempertahankan kedaulatan Indonesia di area
terdepan adalah benar.
6
http://www.cnnindonesia.com/nasional/20160622170249-20-140291/pangkalan-militerdibangun-di-deretan-gerbang-indonesia/, diakses pada tanggal 02 Desember 2016 pukul
8.24
7
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/10/161004_indonesia_latihan_natu
na, diakses pada tanggal 02 Desember 2016 pukul 8.30
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kepulauan Natuna memiliki potensi yang tidak dapat diabaikan oleh Tiongkok dalam
mencapai tujuan penguasaan jalur laut perdagangannya dan juga sumber daya laut. Oleh
sebab itu, Indonesia merespons tindakan yang Tiongkok lakukan dengan menggunakan dua
cara yakni diplomasi dan juga peningkatan militer. Kedua upaya tersebut dinilai cukup
berhasil membuat isu permasalahan ini dapat terselesaikan. Tidak lepas juga peran Indonesia
yang mau bersikap netral terhadap konflik di Kaut Tiongkok Selatan membuat upaya
pemerintah harus lebih fokus. Diharapkan kedepannya Indonesia mampu memberi gambaran
akan kekuatan dalam menjaga kedaulatannya agar tidak lagi terjadi isu permsalahan natar
negara seperti ini..
DAFTAR PUSTAKA
http://ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2014/11/ejurnal%20nurul%20fitri
%20zainia%2007%20(11-05-14-05-49-29).pdf
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=114794&val=5263
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/
2016/05/160529_indonesia_kapal_cina_natuna_tahan
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/
2016/03/160321_indonesia_kemlu_kapal_cina
https://www.academia.edu/7289711/
Pengaruh_Konflik_Laut_Tiongkok_Selatan_Terhadap_Sistem_Pertahanan_Negara
https://www.academia.edu/16041314/Makalah_Sengketa_Laut_Cina_Selatan
http://presidenri.go.id/maritim/indonesia-sebagai-poros-maritim-dunia.html
http://www.cnnindonesia.com/nasional/20160622170249-20-140291/pangkalan-militerdibangun-di-deretan-gerbang-indonesia/
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/10/161006_indonesia_jokowi_natuna
Intervensi dan klaim Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan
Disusun Oleh:
Jhon Dominius Megahari Nenohai
372015025
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
Kata Pengantar
Puji dan rasa syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
dan limpahan rahmat-Nya, maka makalah yang berjudul “Menjaga Kepulauan Natuna Dari
Intervensi dan klaim Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan” dapat diselesaikan dengan
baik. Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan Suryo Sakti Hadiwijoyo, S.Si, MH
dan Putri Hergianasari, S.IP, M.IP sebagai dosen pengampu mata kuliah Geopolitic and
Geostrategy yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa tugas makalah ini belum sempurna, baik dari segi materi
maupun penyajiannya. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan dalam
menyempurnakan tugas makalah ini.
Penulis berharap, semoga tugas makalah ini dapat memberikan hal yang bermanfaat
dan menambah wawasan bagi pembaca.
Salatiga, 2 Desember 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Belakangan Ini, klaim Tiongkok atas gugusan pulau-pulau seperti: Pratas, Paracel,
Maccalesfield, dan pulau Spratly di laut Tiongkok Selatan telah menciptakan sengketa yang
belum terselesaikan sampai saat ini. Permasalahan tersebut memang tidak dapat terselesaikan
begitu saja karena keberadaan beberapa negara Asia Tenggara yakni: Vietnam, Malaysia,
Brunei Darussalam, dan Filipina yang menganggap bahwa klaim Tiongkok merupakan
bentuk pelanggaran kedaulatan negara.
Dengan berlandaskan pada Geopolitik Indonesia yakni Wawasan Nusantara,
Indonesia melihat ke luar bahwa konflik tersebut merupakan hal yang tidak sepele. Dengan
hal tersebut, Indonesia melihat ke dalam bahwa apakah perlunya antisipasi atas kejadian
serupa terutama di kawasan terdepan Indonesia yang notabene berdekatan dengan daerah
yang sedang mengalami konflik tersebut yaitu kepulauan Natuna.
Hal tersebut ditambah dengan keberadaan kapal-kapal nelayan Tiongkok yang
memasuki wilayah kedaulatan Indonesia di kepulauan Natuna. Dengan melihat kedua pemicu
tersebut,
maka
Indonesia
membutuhkan
penerapan
kebijakan-kebijakan
terhadap
perlindungan kepulauan Natuna yang dikenal sebagai Geostrategi Indonesia yaitu Ketahanan
Nasional (Tannas). Dengan demikian, diharapkan Indonesia akan mampu mempertahankan
kedaulatannya dari bahaya klaim pihak asing terkhususnya Tiongkok.
1.2. Rumusan Masalah
- Bagaimana potensi kepulauan Natuna bagi Tiongkok?
- Bagaimana geostrategi Indonesia terhadap interensi dan klaim Tiongkok terhadap Laut
Tiongkok Selatan?
1.3. Tujuan Penulisan
- Untuk mengetahui potensi kepulauan Natuna bagi Tiongkok.
- Untuk mengetahui geostrategi Indonesia terhadap intervensi dan Klaim Tiongkok terhadap
Laut Tiongkok Selatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Landasar Teori
Teori Kekuatan Lautan/Bahari milik Sir Walter Raleigh dan Alfred Thayer Mahan
melihat bagaimana barangsiapa menguasai lautan maka akan menguasai jalur perdagangan
dunia yang notabene merupakan pusat kekuatan dunia. Sebab kekuatan suatu negara tidak
sebatas penguasaan akan luasnya daratan beserta isinya, melainkan kekuatan atau kekuasaan
atas wilayah laut yang besar.
Menguasai lautan Menguasai jalur perdagangan menguasai kekayaan dunia.
2.2. Potensi Kepulauan Natuna Bagi Tiongkok
Pada dasarnya, alasan Tiongkok mengklaim gugusan pulau di Laut Tiongkok Selatan
ialah untuk menguasai potensi gas dan minyak di area tersebut dan juga jalur perdagangan
dunia.1 Kemudian potensi Natuna juga demikian yakni kekayaan alam lautan dan juga dapat
menjadi jalur laut perdagangan yang sangat efisien.2 Hal tersebut tidak dapat dipungkiri,
mengingat kepulauan Natuna terletak pada Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) yang
menjadi jalur laut Internasional yang terbilang paling aktif ketimbang dua alur lainnya.
2.3. Geostrategi Indonesia terhadap Tiongkok
Sebelum membahas menganai implementasi kebijakan Indonesia, terlebih dahulu
mengetahui bahwa kebijakan-kebijakan yang Indonesia terapkan tidak lepas dari 5 bentuk
Pilar Poros Maritim dunia yang dikemukakan oleh presiden Joko Widodo. Dalam hal ini,
pilar ke-5 menjadi acuan dalam implementasi kebijakan Indonesia terhadap ketahanan
nasional yang berisikan: Sebagai negara yang menjadi titik tumpu dua samudera, Indonesia
berkewajiban membangun kekuatan pertahanan maritim.3
Oleh sebab itu, Indonesia melihat bahwa terdapat 2 fokus penting dalam penerapan
kebijakan mengatasi pergerakan Tiongkok, yaitu: diplomasi
(soft power) yang menjadi
bentuk geostrategi Indonesia dengan implementasi ke luar, dan Peningkatan Aktifitas Militer
di Natuna (hard power) sebagai implementasi ke dalam.
1
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=114794&val=5263, diakses pada
tanggal 02 Desember 2016 pukul 8.00
2
http://ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2014/11/ejurnal%20nurul
%20fitri%20zainia%2007%20(11-05-14-05-49-29)-.pdf,,, diakses pada tanggal 02
Desember 2016 pukul 8.07
3
http://presidenri.go.id/maritim/indonesia-sebagai-poros-maritim-dunia.html, diakses
pada tanggal 02 Desember 2016 pukul 6.50
2.2.1. Diplomasi
Diplomasi merupakan sebuah upaya melakukan negosiasi dengan negara atau aktor
Internasional lain untuk memperoleh hasil yang diharapkan, namun tanpa melalui kekerasan.
Diplomasi telah menjadi bagian penguatan Indonesia dalam melakukan hubungan bilateral
maupun multilateral dengan negara lain.
Dalam upaya diplomasi Indonesia, terdapat perundingan dalam penetapan garis batas
ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) antara Tiongkok dan Indonesia di perairan Natuna. 4 Hal
tersebut merupakan upaya membina hubungan baik antar kedua belah pihak. Karena perlu
diketahui bahwa Indonesia berada pada posisi netral di dalam kasus klaim Tiongkok di Laut
Tiongkok Selatan. Hal itu juga menjadikan Indonesia berpotensi menjadi mediator di dalam
penyelesaian konflik Laut Tiongkok Selatan tersebut.
Langkah ini dinilai cukup efektif, walau ketegangan antar kedua belah pihak sempat
memanas saat Indonesia menangkap beberapa nelayan Tingkok yang berada di perairan
Natuna.5 Namun yang menarik adalah pemerintah Tiongkok yang bersikuku tidak meminta
maaf atas kejadian tersebut dan justru meminta pemerintah Indonesia untuk melepaskan para
nelayan yang ditahan tersebut.
Bila dikaitkan dengan Teori Kekuatan Laut, upaya klaim yang Tiongkok lakukan
merupakan bagian dari penguasaan jalur perdagangan dunia, dan juga agar dapat menjadi
penguasa dunia. Oleh sebab itu, Indonesia tidak dapat tinggal diam menyaksikan hal tersebut.
Selain bertujuan mempertahakan kedaulatan maupun menjaga hubungan bileteral kedua
negara, Indonesia juga dalam hal ini memiliki dorongan untuk mencegah Tiongkok
menguasai jalur perdagangan dunia. Hal tersebut dibuktikan dari upaya diplomasi Indonesia
agar memastikan bahwa Tiongkok tidak dapat maupun tidak ingin mengintervensi kepulauan
Natuna Indonesia.
2.2.2. Peningkatan Aktifitas Militer di Natuna
4
http://ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2014/11/ejurnal%20nurul
%20fitri%20zainia%2007%20(11-05-14-05-49-29)-.pdf,, diakses pada tanggal 02
Desember 2016 pukul 7.12
5
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/05/160529_indonesia_kapal_cina_n
atuna_tahan, diakses pada tanggal 02 Desember pukul 6.23
Selain upaya diplomasi, Indonesia juga menerapkan upaya peningkatan Aktifitas
Militer di Nantuna yang pertama yakni dengan membangun pangkalan Militer di sana. 6
Upaya ini dilakukan agar menunjukkan kepada Tiongkok bahwa Indonesia bukan sekedar
membangun relasi kedua negara melalui diplomasi melainkan Indonesia juga siap mencegah
interensi Tiongkok di perairan Natuna. Hal ini dinilai cukup efetif menghentikan gangguan
yang Tiongkok berikan kepada Indonesia.
Upaya berukut ialah dengan mengadakan latihan militer di Natuna. 7 Agar terciptanya
kekuatan militer yang kokoh, pemerintah tidak hanya membangun pangkalan militer guna
menjamin kekuatan Indonesia di area terdepan, namun juga mengikutsertakan latihan milier
agar menghiasi wajah depan Indonesia dengan potensi militer yang kuat. Presiden Joko
Widodo sendiri pergi ke Natuna untuk ikut menyaksikan latihan militer di sana. Dengan
demikian bukti keseriusan pemerintah dalam mempertahankan kedaulatan Indonesia di area
terdepan adalah benar.
6
http://www.cnnindonesia.com/nasional/20160622170249-20-140291/pangkalan-militerdibangun-di-deretan-gerbang-indonesia/, diakses pada tanggal 02 Desember 2016 pukul
8.24
7
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/10/161004_indonesia_latihan_natu
na, diakses pada tanggal 02 Desember 2016 pukul 8.30
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kepulauan Natuna memiliki potensi yang tidak dapat diabaikan oleh Tiongkok dalam
mencapai tujuan penguasaan jalur laut perdagangannya dan juga sumber daya laut. Oleh
sebab itu, Indonesia merespons tindakan yang Tiongkok lakukan dengan menggunakan dua
cara yakni diplomasi dan juga peningkatan militer. Kedua upaya tersebut dinilai cukup
berhasil membuat isu permasalahan ini dapat terselesaikan. Tidak lepas juga peran Indonesia
yang mau bersikap netral terhadap konflik di Kaut Tiongkok Selatan membuat upaya
pemerintah harus lebih fokus. Diharapkan kedepannya Indonesia mampu memberi gambaran
akan kekuatan dalam menjaga kedaulatannya agar tidak lagi terjadi isu permsalahan natar
negara seperti ini..
DAFTAR PUSTAKA
http://ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2014/11/ejurnal%20nurul%20fitri
%20zainia%2007%20(11-05-14-05-49-29).pdf
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=114794&val=5263
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/
2016/05/160529_indonesia_kapal_cina_natuna_tahan
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/
2016/03/160321_indonesia_kemlu_kapal_cina
https://www.academia.edu/7289711/
Pengaruh_Konflik_Laut_Tiongkok_Selatan_Terhadap_Sistem_Pertahanan_Negara
https://www.academia.edu/16041314/Makalah_Sengketa_Laut_Cina_Selatan
http://presidenri.go.id/maritim/indonesia-sebagai-poros-maritim-dunia.html
http://www.cnnindonesia.com/nasional/20160622170249-20-140291/pangkalan-militerdibangun-di-deretan-gerbang-indonesia/
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/10/161006_indonesia_jokowi_natuna