EVALUASI PROGRAM BANTUAN OPERASIONAL SEK

EVALUASI PROGRAM BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH
(BOS) TAHUN PELAJARAN 2014/2015
(STUDI PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
NEGERI 3 KOTA SALATIGA)

Oleh:
Widodo

942015008

MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
2015

1

EVALUASI PROGRAM BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH
(BOS) TAHUN PELAJARAN 2014/2015
(STUDI PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
NEGERI 3 KOTA SALATIGA)
Widodo (2015) EVALUASI PROGRAM BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS)

TAHUN PELAJARAN 2014/2015
(STUDI PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 3 KOTA SALATIGA)

ABSTRAKSI
Program BOS dilatarbelakangi oleh kenaikan harga BBM yang mengakibatkan turunnya
daya beli masyarakat yang berdampak negatif terhadap akses masyarakat miskin terhadap
Pendidikan Dasar Sembilan Tahun. Sesuai Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa “Setiap warga negara mempunyai hak yang sama
untuk memperoleh pendidikan yang bermutu dan Pemerintah wajib memberikan layanan dan
kemudahan serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara
tanpa diskriminasi.”
Dalam banyak hal BOS mengurangi keterbatasan anggaran sekolah dan dengan demikian
dapat meningkatkan kapasitas sekolah untuk memenuhi biaya operasional sekolah. Oleh karena itu
beberapa komponen yang semula dibebankan orang tua siswa menjadi berkurang. Dampak yang
dirasakan oleh sekolah dengan anatara lain: adanya peningkatan kuantitas dan kualitas sarana
pendidikan hal ini akan dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar siswa.
Berdasarkan data dan pembahasan dapat disimpulkan Evaluasi Program Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) Dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Tahun 2012
(Studi Pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Kota Salatiga)”.
1. Dari dimensi efektivitas pelaksanaan program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sudah berjalan

cukup efektif karena sudah hampir mencapai hasil yang diharapkan seperti dalam pemenuhan
kebutuhan sekolah.
2. Dimensi efisiensi juga sudah baik bahwa sekolah sudah mengupayakan penggunaan dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) dengan sebaik mungkin ini dapat dilihat dari adanya rencana
kegiatan anggaran sekolah yang sudah di rencanakan untuk melaksanakan kegiatan sekolah
dengan menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
3. Dari dimensi Kecukupan sudah baik Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Kota Salatiga
sudah mencapai hasil yang baik yang mana pihak sekolah setiap 3 bulan sekali melaporkan
pengguanaan dana bos kepada piihak Dinas Pendidikan Kota Salatiga. Hal ini tentu saja
memberikan dampak baik terhadap efektivitas penggunaan dana operasional sekolah yang mana
sekolah merasa terbantu dengan adanya kebijakan ini sehingga dapat memberikan hasil yang
baik terhadap kelangsungan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Kota
Salatiga.
4. Dimensi berikutnya yaitu responsivitas juga sudah baik ini dapat dilihat bahwa Adanya dana
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sangat membantu memenuhi kebutuhan tersebut kebutuhan
sekolah sudah dipenuhi demi kelancaran proses belajar mengajar. Aplikasinya untuk kepentingan
pendidikan siswa di sekolah harusnya mendapatkan perhatian penuh.
5. Dalam dimensi perataan secara umum sudah baik.
6. Dari dimensi ketepatan sudah baik hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) sudah sesuai dengan biaya dan standar yang ada dalam petunjuk pelaksanaan

serta petunjuk teknis yang ada. Kemudian surat pertanggung jawaban yang dibuat selama ini
juga sudah baik dan tidak pernah bermasalah sampai ke pengawas baik dari pihak Dinas
pendidikan, Inspektorat maupun Badan Pemeriksa Keuangan.
Kata Kunci: Evaluasi, Program BOS

2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

LATAR BELAKANG
Terselanggaranya pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang sesuai

dengan Standar Nasional Pendidikan. Standar dimaksud meliputi pemenuhan Standar
Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar
Keuangan dan Pembiayaan dan Standar Penilaian Pendidikan.
Salah satu Standar yang mendapat alokasi anggaran cukup besar adalah

Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Program Bantuan Operasional
Sekolah bertujuan:
1.

Untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam
rangka wajib belajar 9 (Sembilan) tahun dengan membebaskan pungutan bagi
seluruh siswa Sekolah Dasar/Sekolah Dasar Luar Biasa negeri dan Sekolah
Menengah Pertama/Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa/Sekolah Menengah
Pertama Terbuka negeri maupun swasta terhadap biaya operasi sekolah, kecuali
pada rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) dan sekolah bertaraf
internasional (SBI). Sumbangan/pungutan bagi sekolah RSBI dan SBI harus
tetap mempertimbangkan fungsi pendidikan sebagai kegiatan nirlaba, sehingga
sumbangan/pungutan tidak boleh berlebih;

2.

Membebaskan pungutan seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan dalam
bentuk apapun, baik di sekolah negeri maupun swasta;

3.


Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi siswa di sekolah swasta.
Dana tersebut menjadi sumber daya penting bagi tercapainya prioritas utama

rencana strategis daerah yaitu untuk pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan
dan peningkatan kualitas produk pendidikan. Sehingga Program Wajib Belajar
Pendidikan Nasional 9 (Sembilan) Tahun akan dapat dituntaskan.
Program Bantuan Operasional Sekolah yang pada awalnya diamanatkan untuk
mewujudkan pendidikan dasar gratis. Namun dalam implementasinya pemerintah
masih kelihatan setengah hati. Setidaknya tergambar dari petunjuk pelaksanaan yang

3

dikeluarkan Departemen Pendidikan Nasional yang masih membuka peluang bagi
sekolah untuk tetap melakukan pungutan terhadap orang tua siswa.
1.2.

IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan uraian di atas, peneliti dapat mengidentifikasikan adanya kesulitan

SMP Negeri 3 Salatiga untuk melaksanakan pelaksanaan program Bantuan
Operasional Sekolah dipandang dari dimensi efektifitas, efisiensi, kecukupan,
responsivitas dan perataan dan ketepatannya.
1.3.

PERUMUSAN MASALAH
Evaluasi adalah suatu upaya untuk melakukan analisis dan penilaian terhadap

pelaksanaan suatu program berdasarkan pada informasi yang diperoleh dari hasil
monitoring maupun dari sumber lain. Melalui kegiatan evaluasi dapat diketahui
sejauh mana pelaksanaan program berjalan sesuai dengan yang direncanakan, dan
apa yang telah dikerjakan. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti dapat
merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan program BOS di SMP N 3 ditinjau dari dimensi efektivitas?
2. Pelaksanaan program BOS di SMP N 3 ditinjau dari dimensi efisiensi?
3. Pelaksanaan program BOS di SMP N 3 ditinjau dari dimensi Kecukupan?
4. Pelaksanaan program BOS di SMP N 3 ditinjau dari dimensi Responsifitas?
5. Pelaksanaan program BOS di SMP N 3 ditinjau dari dimensi perataan?
6. Pelaksanaan program BOS di SMP N 3 ditinjau dari dimensi perataan?
1.4.


TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian Evaluatif ini adalah untuk mengetahui:
1. Pelaksanaan program BOS di SMP N 3 ditinjau dari dimensi efektivitas
2. Pelaksanaan program BOS di SMP N 3 ditinjau dari dimensi efisiensi
3. Pelaksanaan program BOS di SMP N 3 ditinjau dari dimensi Kecukupan
4. Pelaksanaan program BOS di SMP N 3 ditinjau dari dimensi Responsifitas
5. Pelaksanaan program BOS di SMP N 3 ditinjau dari dimensi perataan
6. Pelaksanaan program BOS di SMP N 3 ditinjau dari dimensi ketepatan

4

1.5.

KEGUNAAN PENELITIAN

a. Untuk menambah wawasan berpikir peneliti mengenai evaluasi program Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) yang bersumber dari dana Anggaran Pendapatan
Belanja Negara di lingkungan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Kota

Salatiga.
b. Sebagai kontribusi bagi Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Kota
Salatiga dalam evaluasi program Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
c. Sebagai masukan para pengambil kebijakan, terhadap realitas yang terjadi di
sekolah-sekolah yang menerima dana BOS.
d. Untuk menambah khasanah pengetahuan para orang tua siswa dan masyarakat
umum yang ingin mengetahui pengelolaan dana BOS di SMP Negeri 3 Salatiga.

5

BAB II
KERANGKA TEORITIS
2.1. EVALUASI
Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan,
organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan
diketahui bagaimana kondisi objek evaluasi tersebut dalam rancangan, pelaksanaan
serta hasilnya. Istilah evaluasi sudah menjadi kosa kata dalam bahasa Indonesia, akan
tetapi kata ini adalah kata serapan dari bahasa Inggris yaitu “evaluation” yang
berarti penilaian atau penaksiran menurut Echols dan Shadily, (2000:220).
Sedangkan menurut Yunanda (2009) pengertian istilah “evaluasi merupakan kegiatan

yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan menggunakan
instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh
kesimpulan”. Untuk memastikan bahwa pelaksanaan suatu program atau proyek
mencapai sasaran dan tujuan yang direncanakan, maka perlu diadakan evaluasi
dalam rangka peningkatan kinerja program atau proyek tersebut seperti yang
diungkapkan oleh Hikmat (2004:3) bahwa ”evaluasi adalah proses penilaian
pencapaian tujuan dan pengungkapan masalah kinerja proyek untuk memberikan
umpan balik bagi peningkatan kualitas kinerja proyek”. Pengertian evaluasi lebih
dipertegas lagi oleh Griffin & Nix (1991:3) menyatakan :
“Pengukuran, penilaian dan evaluasi bersifat hierarki. Evaluasi didahului
dengan penilaian (assessment), sedangkan penilaian didahului dengan pengukuran.
Pengukuran diartikan sebagai kegiatan membandingkan hasil pengamatan dengan
kriteria,

penilaian

(assessment)

merupakan


kegiatan

menafsirkan

dan

mendeskripsikan hasil pengukuran, sedangkan evaluasi merupakan penetapan nilai
atau implikasi perilaku”.
Lebih lanjut Sudjana dalam Dimyati dan Mudjiono (2006:191), ”evaluasi
adalah batasan sebagai proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek
tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu”. Untuk menentukan nilai sesuatu dengan
cara membandingkan dengan kriteria, evaluator dapat langsung membandingkan
dengan kriteria namun dapat pula melakukan pengukuran terhadap sesuatu yang
dievaluasi kemudian baru membandingkannya dengan kriteria. Dengan demikian
6

evaluasi tidak selalu melalui proses mengukur baru melakukan proses menilai tetapi
dapat pula evaluasi langsung melalui penilaian saja.
Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Crawford (2000:13),
mengartikan bahwa “penilaian sebagai suatu proses untuk mengetahui/menguji

apakah suatu kegiatan, proses kegiatan, keluaran suatu program telah sesuai dengan
tujuan atau kriteria yang telah ditentukan”.
Dari pengertian-pengertian tentang evaluasi yang telah dikemukakan
beberapa ahli di atas, dapat dipahami bahwa evaluasi merupakan sebuah proses yang
dilakukan oleh seseorang untuk melihat sejauh mana keberhasilan sebuah program.
Keberhasilan program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai
oleh program tersebut. Karenanya, dalam keberhasilan ada dua konsep yang terdapat
didalamnya yaitu efektifitas dan efisiensi. Sudharsono (Lababa, 2008) memaparkan
bahwa “efektifitas merupakan perbandingan antara output dan inputnya sedangkan
efisiensi adalah taraf pendayagunaan input untuk menghasilkan output lewat suatu
proses”.
Evaluasi memiliki tujuan-tujuan alternatif dan tujuan-tujuan tersebut
mempengaruhi

evaluasi

suatu

program

atau

kegiatan.

Mengenal

pandanganpandangan yang beraneka ragam dan mengetahui bahwa tidak semua
evaluator setuju pada pendekatan tersebut dalam melakukan evaluasi suatu program/
kegiatan adalah penting. Suchman dalam Arikunto dan Jabar (2010:1) memandang
bahwa, “evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai
beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan”.
Definisi lain dikemukakan oleh Stutflebeam dalam Arikunto dan Jabar
(2010:2) mengatakan bahwa, “evaluasi merupakan proses penggambaran, pencarian
dan pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam
menentukan alternatife keputusan”. Evaluasi program adalah upaya penelitian yang
dilakukan secara sistematis dan objektif dengan tujuan mengkaji proses dan hasil dari
suatu kegiatan/program/kebijakan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dilaksanakan
untuk menentukan sejauhmana hasil atau nilai yang telah dicapai program.
Evaluasi bukan merupakan hal baru dalam kehidupan manusia sebab hal
tersebut senantiasa mengiringi kehidupan seseorang. Seorang manusia yang telah
mengerjakan suatu hal, pasti akan menilai apakah yang dilakukannya tersebut telah
sesuai dengan keinginannya semula.

7

Setiap kegiatan yang dilaksanakan pasti mempunyai tujuan, demikian juga
dengan evaluasi. Menurut Arikunto (2002: 13), ada dua tujuan evaluasi yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan kepada program secara
keseluruhan, sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masing-masing
komponen.
Menurut Crawford (2000: 30), tujuan dan atau fungsi evaluasi adalah :
1. Untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai dalam
kegiatan.
2. Untuk memberikan objektivitas pengamatan terhadap perilaku hasil.
3. Untuk mengetahui kemampuan dan menentukan kelayakan.
4. Untuk memberikan umpan balik bagi kegiatan yang dilakukan.
Pada dasarnya tujuan akhir evaluasi adalah untuk memberikan bahan-bahan
pertimbangan untuk menentukan/membuat kebijakan tertentu, yang di awali dengan
suatu roses pengumpulan data yang sistematis.
Mengingat keterbatasan dana untuk pemenuhan Standar Nasional Pendidikan,
maka sangatlah penting menerapkan manajemen yang baik di dalam pengalokasian
Biaya Operasional sekolah (BOS) di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3
Kota Salatiga. Hal ini juga harus ditunjang dengan sistem manajemen yang baik dan
diarahkan kepada penyuksesan program pendidikan. Wibawa dkk yang dikutip
Nugroho (2004:186) mengatakan evaluasi kebijakan publik memiliki empat fungsi,
yaitu:
1. Eksplanasi. Melalui evaluasi dapat dipotret realitas pelaksanaan program dan
dapat dibuat suatu generalisasi tentang pola-pola hubungan antar berbagai dimensi
realitas yang diamatinya. Dari evaluasi ini evaluator dapat mengidentifikasi
masalah, kondisi, dan aktor yang mendukung keberhasilan atau kegagalan
kebijakan.
2. Kepatuhan. Melalui evaluasi dapat diketahui apakah tindakan yang dilakukan oleh
para pelaku, baik birokrasi maupun pelaku lainnya sesuai dengan standar dan
prosedur yang ditetapkan oleh kebijakan.
3. Audit. Melalui evaluasi dapat diketahui, apakah output benar-benar sampai
ketangan kelompok sasaran kebijakan, atau justru ada kebocoran atau
penyimpangan.
4. Akunting. Dengan evaluasi dapat diketahui apa akibat sosial ekonomi dari
kebijakan tersebut.
8

Evaluasi memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja
kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dapat dicapai
melalui tindakan publik. Evaluasi sangat berperan dalam nilai-nilai suatu tujuan dan
target yang telah ditetapkan. Menurut Nawawi (2006:73) “Evaluasi kinerja diartikan
juga sebagai kegiatan mengukur/menilai pelaksanaan pekerjaan untuk menetapkan
sukses atau gagalnya seorang pekerja dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab
dibidang kerjanya masing-masing”.
Evaluasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu proses
pekerjaan, karena dengan adanya evaluasi maka hal tersebut akan mempermudah
jalannya suatu proses kerja dalam sebuah organisasi. Soemardi (1992:165)
mengatakan “Penilaian (evaluation) dapat diberikan pengertian/definisi sebagai suatu
proses/rangkaian kegiatan pengukuran dan pembanding dari pada hasil-hasil
pekerjaan/produktivitas kerja yang telah tercapai dengan target yang direncanakan”.
Dunn (2003:610) menggambarkan kriteria-kriteria evaluasi kebijakan bahwa:
1. Efektivitas
2. Efisiensi
3. Kecukupan
4. Perataan
5. Responsivitas
6. Ketepatan.
Untuk dapat mengusahakan agar pekerjaan sesuai dengan rencana atau
maksud yang telah ditetapkan, maka pemimpin harus melakukan kegiatankegiatan
pemeriksaan, pengecekan, pencocokan, inspeksi, pengendalian dan pelbagai tindakan
yang sejenis dengan itu, bahkan bilamana perlu mangatur dan mencegah sebelumnya
terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya yang mungkin terjadi. Apabila
kemudian ternyata ada penyimpangan, penyelewengan atau ketidak cocokan maka
pemimpin dihadapkan kepada keharusan menempuh langkah-langkah perbaikan atau
penyempurnaan. Dan apabila semuanya berjalan baik, demi kemajuan organisasi,
yang bersangkutan selalu harus diadakan aktivitas penyempurnaan atau melakukan
evaluasi.

9

2.2. KONSEP OPERASIONAL
Untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan terjadinya kekeliruan atau
interpretasi terhadap konsep yang digunakan, maka peneliti menggunakan konsep
tentang Evaluasi Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Evaluasi program
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yaitu suatu proses atau rangkaian kegiatan dari
kegiatan/program

kerja

yang

telah

dicapai

dengan

target

yang

direncanakan/ditetapkan, khususnya berkaitan dengan pelaksanaan tentang program
bantuan operasional sekolah (BOS) pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri
3 Kota Salatiga yang mencakup proses kegiatan, perataan dan ketepatan.
1. Efektivitas, yaitu Berkenaan dengan apakah kebijakan Bantuan Operasional
Sekolah tersebut mencapai hasil (akibat) yang diharapkan, atau mencapai tujuan
dari diadakannya kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Efektifitas, yang secara dekat
berhubungan dengan rasionalitas teknis, selalu diukur dari unit produk atau
layanan atau nilai moneternya. Upaya tersebut dapat dilihat dari indikator dalam
pelaksanaan program dana Bantuan Operasional Sekolah.
2. Efisiensi, yaitu Berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk
menghasilkan tingkat efektifitas tertentu. Efisiensi yang merupakan sinonim dari
rasionalitas ekonomi adalah merupakan hubungan antara efektifitas dan usaha,
yang terakhir umumnya diukur dari ongkos moneter. Upaya tersebut dapat dilihat
Usaha yang dilakukan sekolah agar program Bantuan Operasional Sekolah dapat
mencapai tujuannya.
3. Kecukupan, berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektifitas memuaskan
kebutuhan, nilai, atau kesempatan menumbuhkan adanya masalah. Kriteria
kecukupan menekankan pada kuatnya hubungan antara alternatif kebijakan dan
hasil yang diharapkan. Upaya tersebut dapat dilihat dari indikator pencapaian
hasil yang diinginkan alternatif kebijakan dalam menjalankan program dana
Bantuan Operasional Sekolah
4. Responsivitas (responsiveness) berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan
dapat

memuaskan

kebutuhan,

preferensi,

atau

nilai

kelompokkelompok

masyarakat tertentu. kriteria responsivitas adalah penting karena analisis yang
dapat memuaskan semua kriteria lainnya. efektifitas, efisiensi, kecukupan,
10

kesamaan, masih gagal jika belum menanggapi kebutuhan aktual dari kelompok
yang semestinya diuntungkan dari adanya suatu kebijakan. Upaya tersebut dapat
dilihat dari indikator kebijakan pemenuhan kebutuhan sekolah
5. Perataan, yaitu bantuan yang diberikan merata kepada seluruh siswa pada Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Kota Salatiga serta terpenuhinya seluruh
kebutuhan pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Kota Salatiga.
Dengan indikator bantuan yang merata.
6. Ketepatan, yaitu suatu hasil pelaksanaan Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
yang dilihat dari kesesuaian biaya dengan standar dan bentuk Surat Pertanggung
Jawaban yang sesuai dengan ketentuan juklak dan juknis dengan indikator
Kesesuaian biaya dengan standar serta Kesesuaian Surat Pertanggung Jawaban
dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis

11

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini di lakukan dengan mengunakan penelitian Deskriptif Kualitatif.
Dimana peneliti berusaha untuk menjelaskan gambaran yang nyata tentang evaluasi
program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN) di lingkungan Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Negeri 3 Kota Salatiga.
Menurut Sugiyono (2005:11) “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa
membuat perbandingan atau menghubungkan antara satu variabel dengan variabel
yang lain”. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, yang dimaksud dengan
mendapatkan informasi yang seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya adalah untuk
mengungkapkan berbagai gambaran pengalokasian Biaya Operasional Sekolah
(BOS) pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Kota Salatiga.
3.2. LOKASI PENELITIAN
Untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan perumusan masalah dalam
penelitian ini, maka peneliti memilih lokasi penelitian dilingkungan Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Salatiga. Adapun alasan dalam mengambil
lokasi penelitian ini karena SMP Negeri 3 Salatiga termasuk sekolah yang tertib
dalam pelaporan SPJ dan hampir tidak ada catatan ketika diaudit oleh Inspektorat
maupun BPK.
3.3. RESPONDEN
Adapun responden yang peneliti gunakan ditentukan berdasarkan kebutuhan
data yang diinginkan. Responden dalam penelitian ini adalah 1 orang Kepala Sekolah
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bintan sebagai informan kunci, 1 orang
12

bendahara Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sekaligus pembuat Surat
Pertanggung Jawaban (SPJ), serta 4 orang wakil kepala sekolah.
3.4. SUMBER DAN JENIS DATA
Data Primer
Data primer adalah data yang diambil langsung dari responden sebagai data
untuk menganalisa penelitian dan diperoleh melalui tanya jawab secara langsung
kepada key informan. Data primer ini meliputi data tentang evaluasi program
Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Data Sekunder
Data skunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti dari
sumber-sumber yang telah ada atau data yang diambil melalui keterangan atau
informasi yang diinginkan serta diperlukan untuk memperjelas data atau
permasalahan yang akan diteliti. Data skunder ini diambil dari laporan-laporan atau
surat pertanggung jawaban (SPJ), buku, artikel, majalah dan tulisan-tulisan yang
berkaitan dengan masalah evaluasi program bantuan operasional sekolah
dilingkungan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Kota Salatiga.
3.5. TEKNIK DAN ALAT PENGUMPULAN DATA
a. Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab secara langsung terhadap key informan
yaitu Kepala Sekolah serta responden yang dijadikan responden dalam penelitian
ini. Alat yang digunakan adalah pedoman wawancara.
b. Observasi, yaitu dilakukan dengan pengamatan langsung berkenaan dengan
Evaluasi Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Pada Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Negeri 3 Kota Salatiga. Alat yang digunakan adalah daftar
checklist.
c. Dokumentasi, Yaitu pengumpulan data melalui buku-buku ataupun literaturliteratur yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.
3.6. TEKNIK ANALISA DATA
Analisis data yang digunakan untuk menganalisa data-data yang didapat dari
penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif. Meleong (1991:35), menyatakan

13

bahwa ” analisa data kualitatif adalah proses pengorganisasian dan pengurutan data
kedalam pola dan kategori serta satuan uraian dasar, sehingga dapat dikemukakan
tema seperti yang disarankan oleh data”.
Sedangkan langkah-langkah analisa yang dilakukan adalah : menelaah semua
data yang tersedia dari berbagai sumber, reduksi data yang dilakukan dengan
membuat abstraksi, menyusun kedalam satuan-satuan, pengkategorian data sambil
membuat koding, mengadakan pemeriksaaan keabsahan data dan penafsiran data
secara deskriptif. Untuk itu data-data yang terkumpul baik itu data primer maupun
data sekunder, maka akan diorganisir dan disusun. Setelah tersusun kemudian
dilakukan penafsiran dan pembahasan terhadap data yang dikemukakan itu.

14

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Wajib Belajar 9 Tahun
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib
mengikuti pendidikan dasar. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa Pemerintah dan
pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang
pendidikan dasar tanpa memungut biaya, sedangkan dalam ayat 3 menyebutkan
bahwa wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh
lembaga pendidikan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Konsekuensi
dari amanat undang-undang tersebut adalah Pemerintah dan pemerintah daerah wajib
memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik pada tingkat pendidikan
dasar (Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama) serta satuan pendidikan lain
yang sederajat.
Salah satu indikator penuntasan program Wajib Belajar 9 (Sembilan) Tahun
dapat diukur dengan Angka Partisipasi Kasar (APK) Sekolah Dasar dan Sekolah
Menengah Pertama. Pada tahun 2005 Angka Partisipasi Kasar Sekolah Dasar telah
mencapai 115%, sedangkan Sekolah Menengah Pertama pada tahun 2009 telah
mencapai 98,11%, sehingga program wajar 9 (Sembilan) tahun telah tuntas 7 tahun
lebih awal dari target deklarasi Education For All (EFA) di Dakar. Program Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) yang dimulai sejak bulan Juli 2005, telah berperan
secara signifikan dalam percepatan pencapaian program wajar 9 tahun. Oleh karena
15

itu, mulai tahun 2009 pemerintah telah melakukan perubahan tujuan, pendekatan dan
orientasi program Badan Operasional Sekolah, dari perluasan akses menuju
peningkatan kualitas.
Pada tahun 2012 Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) mengalami
perubahan mekanisme penyaluran dan. Pada tahun anggaran 2011 penyaluran dana
Bantuan Operasional Sekolah dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah
kabupaten/kota dalam bentuk Dana Penyesuaian untuk Bantuan Operasional
Sekolah, mulai tahun anggaran 2012 dana BOS disalurkan dengan mekanisme yang
sama tetapi melalui pemerintah provinsi.
Dana Bantuan Operasional Sekolah merupakan bantuan pemerintah pusat
kepada semua sekolah Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama, termasuk
Sekolah Menengah Terbuka (SMPT) dan Tempat Kegiatan Belajar Mandiri (TKBM)
yang diselenggarakan oleh masyarakat, baik negeri maupun swasta di seluruh
provinsi di Indonesia. Program Kejar Paket A dan Paket B tidak termasuk sasaran
dari program Bantuan Operasional Sekolah. Bantuan Operasional Sekolah bertujuan
untuk memberikan bantuan kepada sekolah dalam rangka membebaskan biaya
pendidikan bagi siswa miskin tidak mampu dan meringankan bagi siswa yang lain,
agar mereka memperoleh layanan Pendidikan Dasar 9 (Sembilan) Tahun yang
bermutu (Buku Pedoman Bantuan Operasional Sekolah 2011).
Dengan adanya program dana Bantuan Operasional Sekolah, sekolah dituntut
kemampuannya untuk dapat merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi serta
mempertanggungjawabkan pengelolaan biaya-biaya pendidikan tersebut secara
transparan kepada masyarakat dan pemerintah. Pengelolaan pembiayaan pendidikan
akan berpengaruh secara langsung terhadap kualitas sekolah, terutama berkaitan
dengan sarana prasarana dan sumber belajar. Sehingga diharapkan penggunaan Dana
Bantuan Operasional Sekolah merata dan sesuai dengan aturan yang berlaku.
Pemerintah memberikan tanggungjawab kepada sekolah untuk memanfaatkan
dengan sebaik-baiknya kemudian membuat laporan pertanggungjawaban sesuai
dengan juklas yang ada dan dilaporkan ke Dinas Pendidikan, dan akan dilakukan
pemerikasaan oleh inspektorat daerah.
Dalam pencapaian proses merujuk dari hasil teori evaluasi dilihat kesesuaian
antara pelaksanaan program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dengan ketentuan
yang telah ditetapkan dalam juklak/juknis. Dalam rangka memberikan panduan
terhadap pelaksanaan program bantuan operasional sekolah diatur lebih lanjut
16

berkaitan dengan penggunaan, larangan penggunaan, mekanisme penyaluran sampai
monitoring dan evaluasinya. Pengelola program tingkat pusat telah menerbitkan
buku petunjuk pelaksanaan/penggunaan program.
Diharapkan dengan buku petunjuk pelaksanaan tersebut seluruh pengelola
program dari mulai tingkat pusat sampai tingkat sekolah baik di bawah lingkup
Departemen Pendidikan Nasional maka dalam melaksanakan program sesuai
juklak/juknis dituntut pemahaman yang baik dari Sumber Daya Manusia yang
terlibat.
Mengenai pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Kota Salatiga menurut para responden pada
dasarnya telah berjalan dengan baik. Semua telah melakukan pengelolaan dana
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) menggunakan juklak yang diterbitkan oleh
pemerintah, dan juga memahami isi buku tersebut. Mengenai besar penggunaan dana
Bantuan Operasional Sekolah, Responden menyatakan peruntukan dana. Bantuan
Operasional Sekolah adalah untuk keperluan administrasi sekolah, membayar guru
honor, perawatan dan perbaikan serta melengkapi sarana sekolah. Hal ini telah sesuai
dengan buku petunjuk yang telah ditetapkan. Adapun jenis sarana belajar yang paling
banyak diperhatikan adalah media pembelajaran yang mencapai dan buku pelajaran.
4.2. SMP Negeri 3 Salatiga

PROFIL SMP NEGERI 3 SALATIGA
1.
2.
3.
4.

5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Nama Sekolah
No. Statistik Sekolah
Tipe sekolah
Alamat Sekolah

:
:
:
:
:
:
:
Telephone/HP
:
Status Sekolah
:
Luas lahan /Tanah
:
Status kepemilikan
:
Nama Kepala Sekolah
:
Pendidikan Terakhir
:
Masa Kerja Kepala Sekolah :
Data Siswa
No.

Data kelas

SMP Negeri 3 Salatiga
201036201003
A / A1 / A2 / B / B1 / B2 / C / C1 / C2
Jalan Stadion No. 4
Kecamatan Sidomukti
Kota Salatiga
Propinsi Jawa Tengah
(0298) 326260
Negeri / Swasta
7.218 m2
Hak pakai
Suyudi, M.Pd.
Pasca Sarjana
6 bulan

Jumlah
Rombel

Jumlah Siswa
Laki-laki

Perempuan

Jumlah

17

1.

Kelas VII

9

89

102

191

2.

Kelas VIII

9

103

147

215

3.

Kelas IX

9

132

116

248

T o t a l

27

324

365

689

13. Jumlah kelas
: 27
14. Jumlah Rombel
: 27
15. Jenjang pendidikan dan Status Guru :
Jenis Kelamin
Tingkat
No.
Jumlah
Pendidikan
Laki-laki
Perempuan

Status Guru
GT

GTT

1.

S3

0

0

0

0

0

2.

S2

2

2

0

2

0

3.

S1

36

11

25

33

3

4.

D3/Sarmud

0

0

0

0

0

5.

D2

2

1

1

2

0

6.

D1

2

1

1

2

0

7.

≤SMA

1

0

1

1

0

T o t a l

43

15

28

40

3

16. Rata-rata beban mengajar
17. Pegawai administrasi (Tata Usaha)
No.

Tingkat
Pendidikan

Jumlah

:
:
Jenis Kelamin

Status Kepegawaian

Laki-laki

Perempuan

Tetap

Honor

1.

S1

3

1

2

2

1

2.

D3/Sarmud

0

0

0

0

0

3.

D2

2

0

2

1

1

4.

D1

0

0

0

0

0

5.

SMA

5

1

4

0

6

6.

SD/SMP

6

5

1

0

6

T o t a l

16

6

9

3

13

18

18. Jumlah petugas perpustakaan
19. Jumlah buku perpustakaan
a.
Buku paket

:
:
:

b.
Buku bacaan
c.
Buku referensi
20. Jumlah petugas laboratorium

:
:
:

21. Kepemilikan Ruang/Laboratorium

:

No.

Jenis Ruang

2
12.583 (dari DIKNAS) + 8.551 (dari
PEMKOT)
614 judul = 1.390 eks (fiksi, non fiksi)
30 judul = 2.435 eks
1

Kondisi

Jumlah

Ukuran
PxL

B


CB

1.

Lab IPA

1

99

2.

Lab Bahasa

0

0

3.

Lab Komputer

1

63



4.

Lab Audio Visual

1

63



5.

R Ketrampilan/kesenian

1

63



6.

R Perpustakaan

1

84



7.

R Kepala Sekolah

1

42



8.

R Guru

1

145



9.

R Tata Usaha

1

72



10.

Kamar Kecil Siswa

6

30

11.

Kamar Kecil Guru

3

12



12.

Kamar Kecil Kepala Sekolah

1

4



13.

Ruang Belajar

3

63



Ruang Belajar

8

63

Ruang Belajar

2

56

Ruang Belajar

5

56

Ruang Belajar

6

56

KB

TB








Keterangan kondisi :
B

=

Baik

CB

=

Cukup Baik

KB

=

Kurang Baik

19

TB

=

Tidak Baik

4.3. Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah
RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SEKOLAH
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
PENERIMAAN
Prosentase
NO
1

No.
Kode
2

U R A I A N
3
BOS APBN ( 646 x Rp 710.000,00 )

I
II

BOS APBD I ( 646 x Rp 50.000,00)
BOS APBD II ( 646 x 12 x Rp 12.000,00 )+ Rp
20.000.000,00
DANA RUTIN APBD II

III
IV

JUMLAH

JUMLAH
( Rp )
4
458.660.000
32.300.000
113.024.000
41.558.150
645.542.154

PENGELUARAN
NO

No.
Kode

U R A I A N

JUMLAH
( Rp )

Prosentase

5

6

7

8

9

PROGRAM SEKOLAH

I
1

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN
Pelajaran tambahan Kelas IX

1.2

Tryout UN ( Tk. Kota ) I,II

16.088.000

2.5%

1.3

Tryout UN ( Tk. Sekolah ) I,II,III

13.530.000

2.1%

1.4

Tryout UN ( Kelas VII,VIII ) 1

2.201.000

0.3%

1.5

Bedah SKL

1.000.000

2

11.000.000

STANDAR ISI
2.1

3

Workshoop Penyusunan KTSP, Silabus, RPP

3.1

Media pembelajaran

3.2

Bahan pendukung kantor
STANDAR TENAGA PENDIDIK DAN
KEPENDIDIKAN

4.1

Peningkatan kompetensi guru dan Tenaga Kependidikan

4.2

Peningkatan kompetensi Kepala Sekolah

5

1.7%

0.2%
0.4%

2.676.000

STANDAR PROSES

4

6

6.8%

1.1

0.4%
9.2%

3.081.000

0.5%

56.470.550

8.7%
1.3%

5.928.000
2.740.000

STANDAR SARANA PRASARANA

0.9%
0.4%
7.3%

5.1

Pemenuhan Sarana Pembelajaran

14.900.000

2.3%

5.2

Pemenuhan kelengkapan sarana kantor

21.000.000

3.3%

5.3

Pemenuhan sarana Perpustakaan

3.000.000

0.5%

5.4

Pemenuhan alat-alat listrik / elektronika

5.5

Pemenuhan sarana keamanan sekolah
STANDAR PENGELOLAAN

7.000.000
1.000.000

1.1%
0.2%
16.4%

20

6.1

Pengembangan menajemen sekolah

11.288.000

1.7%

6.2

Kegiatan Ekstrakurikuler

50.000.000

7.7%

6.3

Kegiatan Akademik/ Non-Akademik

22.900.000

3.5%

6.4

Kegiatan Kesiswaan

13.850.000

2.1%

6.5

Penerimaan Peserta Didik Baru ( PPDB )

7

8.150.000

STANDAR KEUANGAN DAN PEMBIAYAAN

1.3%
48.7%

7.1

Belanja kontribusi/kompensasi

7.2

Daya dan Jasa

7.3

Biaya Pemeliharaan

73.395.200

11.4%

7.4

Konsumsi

12.040.000

1.9%

7.5

Transport lembur

4.700.000

0.7%

7.6

Bantuan Kegiatan Operasional Sekolah

5.920.000

0.9%

7.7

Honorarium Pelaksana Kegiatan BOS

2.100.000

0.3%

7.8

Belanja bahan bakar minyak/ Gas sarana mobilitas

1.600.000

0.2%

7.9

Honorarium GTT dan PTT

136.630.000

21.2%

8

20.616.000
57.344.400

PEMENUHAN STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN

3.2%
8.9%

9.8%

8.1

Ulangan Tengah Semester ( UTS ) I,II

19.860.000

3.1%

8.2

23.602.000

3.7%

8.3

Ulangan Akhir Semester I,II
Ujian Sekolah & Ujian Praktik

12.506.000

8.4

Ujian Nasional

7.426.000

Jumlah Pengeluaran

645.542.150

1.9%
1.2%
100%

4.4. Pelaporan
Bendahara SMP Negeri 3 secara berkala sesuai dengan ketentuan waktu
melaporkan Surat Pertanggungajawaban (SPJ) BOS kepada pemangku kepentingan,
di antaranya kepada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kota Salatiga.
Dalam pengelolaan, bendahara juga berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan
Pemuda dan Olah Raga Kota Salatiga, Inpektorat dan sekolah lainnya.

21

BAB V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan data yang sudah diperolah dan diolah pada bab sebelumnya
dapat disimpulkan Evaluasi Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Dana
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Tahun 2012 (Studi Pada Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Kota Salatiga)”. Sebagai berikut:
1. Dari dimensi efektivitas pelaksanaan program Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) sudah berjalan cukup efektif karena sudah hampir mencapai hasil yang
diharapkan seperti dalam pemenuhan kebutuhan sekolah.
2. Dimensi efisiensi juga sudah baik bahwa sekolah sudah mengupayakan
penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dengan sebaik mungkin ini
dapat dilihat dari adanya rencana kegiatan anggaran sekolah yang sudah di
rencanakan untuk melaksanakan kegiatan sekolah dengan menggunakan dana
Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
3. Dari dimensi Kecukupan sudah baik Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3
Kota Salatiga sudah mencapai hasil yang baik yang mana pihak sekolah setiap 3
bulan sekali melaporkan pengguanaan dana bos kepada piihak Dinas Pendidikan
Kota Salatiga. Hal ini tentu saja memberikan dampak baik terhadap efektivitas
penggunaan dana operasional sekolah yang mana sekolah merasa terbantu dengan
adanya kebijakan ini sehingga dapat memberikan hasil yang baik terhadap
kelangsungan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Kota
Salatiga.
4. Dimensi berikutnya yaitu responsivitas juga sudah baik ini dapat dilihat bahwa
Adanya dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sangat membantu memenuhi
kebutuhan tersebut kebutuhan sekolah sudah dipenuhi demi kelancaran proses
22

belajar mengajar. Aplikasinya untuk kepentingan pendidikan siswa di sekolah
harusnya mendapatkan perhatian penuh. Secara ideal, dalam rangka pencapaian
perkembangan diri siswa, sekolah seyogyanya dapat menyediakan dan memenuhi
berbagai kebutuhan siswanya.
5. Dalam dimensi perataan secara umum sudah baik
6. Dari dimensi ketepatan sudah baik hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) sudah sesuai dengan biaya dan standar yang ada
dalam petunjuk pelaksanaan serta petunjuk teknis yang ada. Kemudian surat
pertanggung jawaban yang dibuat selama ini juga sudah baik dan tidak pernah
bermasalah sampai ke pengawas baik dari pihak Dinas pendidikan, Inspektorat
maupun Badan Pemeriksa Keuangan.
5.2. SARAN
Berdasarkan data dan hasil penelitian yang telah penulis lakukan Kepala
sekolah serta wakil kepala sekolah pada SMP Negeri 3 Kota Salatiga berkaitan
dengan Evaluasi Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Dana Anggaran
Pendapatan Belanja (APBN) Tahun Pelajaran 2014/2015 (Studi Pada Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Kota Salatiga) maka saran yang dapat penulis
sampaikan kepada SMP Negeri 3 Kota Salatiga antara lain sebagai berikut:
1. Efektifitas pelaksanaan program yang sudah baik dapat ditingkatkan lagi.
2. Dari segi efisiensi anggaran agar lebih proposional mengingat sebagian besar
(21 %) digunakan untuk membiayai honorarium GTT/PTT.
3. Dari segi kecukupan, perlu meningkatkan dukungan pembiayaan dari pihak
lain.
4. Dari Segi Responsivitas, peran Komite dan Humas mendapatkan porsi yang
lebih besar.
5. Dari Dimensi perataan, jika dimungkinkan, adanya anggaran khusus bagi
beasiswa siswa yang kurang mampu.
6. Dari segi ketepatan, koordinasi dengan pemangku kepentingan lebih
ditingkatkan.

23

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
----------- dan Cepi Safruddin Jabar. 2008. Evaluasi program pendidikan. Jakarta :
Bumi Aksara.
Crawford, John. 2000. Ed. 2. Evaluation of Libraries and Information Services.
London : Aslib, the association for information management and
information management international.
D, Riant Nugroho. 2004. Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi dan
Evaluasi. Jakarta: PT Gramedia.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rieneka
Cipta
Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Griffin,Patrick dan Nix, Peter. 1991. Educational assessment reporting. Sydney:
Harcourt Brace Jovanovich
Hasan, Iqbal. 2002. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Hasibuan, H. Malayu S,P. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Bumi Aksara.
Hikmat, Harry. 2004. Aplikasi sistem monitoring dan evaluasi perlindungan
sosial. Jakarta: Bappenas
John M Echols dan Hassan Shadily, 2000. Kamus Inggris Indonesia, Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.
Lababa, Djunaidi. 2008. Evaluasi program : sebuah pengantar.Jakarta
Nawawi, Hadari. 2006. Evaluasi dan Manajamen Kinerja di Lingkungan
Perusahaan dan Industri. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Riduwan. 2002. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung:
24

Alfabeta.
Sarwoto.1999. Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Soemardi. 1992. Pengantar Administrasi Pemerintahan. Bandung: STKS.
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV. Alfabeta.
Suyanto. 1998. Penelitian Evaluasi Program. Jakarta: Depsos RI.
Winardi. 1986. Asas-asas Manajemen. Bandung: Alumni.
Yunanda,M. 2009. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Balai Puataka
Dokumen-Dokumen yang relevan :
Undang undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Peraturan Pemerintah no.19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 62 Tahun 2011 tentang Pedoman
Penggunaan Bantuan Operasional Sekolah
Peraturan Menteri pendidikan nasional nomor 69 Tahun 2009 TENTANG Standar
Biaya Operasi Nonpersonalia Tahun 2009 Untuk Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama
Luar Biasa (SMPLB), Dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa
(SMALB)
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 15 Tahun 2010 tentang Surat Perintah
Membayar Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota.
Peraturan Menteri Keuangan No. 201/PMK.07 Tahun 2011 tentang Pedoman
Umum dan Alokasi Bantuan Operasional Sekolah Tahun Anggaran
2012
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 51 Tahun 2011 Tentang
Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah dan
Laporan Keuangan Bantuan Operasional Sekolah Tahun Anggaran 2012
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 62 Tahun 2011 Tentang Pedoman
Pengelolaan Bantuan Operasional Sekolah

25