Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Prodi Pendi

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Korupsi merupakan masalah yang paling krusial yang dihadapi bangsa
dan Negara Indonesia saat ini. Tindak pidana korupsi yang terjadi terentang
dari mulai yang kecil-kecilan, misalnya pemberian uang pelican untuk
mempermudah urusan di kelurahan sampai yang bernilai triliyunan rupiah,
misalnya kasus korupsi KTP Elektronik yang sedang ditangani oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) saat ini yang melibatkan banyak elit politik
negeri ini, misalnya Setya Novanto ketua DPR RI yang telah ditelah
ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan. Kejadian seperti ini semakin
mepertegas bahwa korupsi telah menjadi budaya dalam kehidupan masyarakat
Indonesia.
Menyikapi hal tersebut perlu dilakukan upaya holistic dalam
pemberantasan korupsi dari mulai aparat penegak hukum, kebijakan
pengelolaan Negara, sampai dengan pendidikan formal. Beberapa Negara
telah

berhasil

mengembangkan


pendidikan

anti

korupsi

dan

telah

menunjukkan hasil yang signifikan. Misalnya Hongkong yang telah
mengembangkan pendidikan anti korupsi sejak tahun 1974. Saat ini hongkong
menjadi Negara terbersih ke-15 dari 158 negara didunia dalam hal tindak
pidana korupsi (Harahap, 2009). Keberhasilan ini merupakan efek dari
pengembangan pendidikan korupsi di sekolah secara formal.
Perlunya pendidikan anti korupsi sudah menjadi bagian pendidikan
nasional, sebagaimana yang dinyatakan dalam peraturan menteri pendidikan
nasional (Permendiknas) No. 22 dan No. 23 tahun 2006 tentang standar isi
dan standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.

Dalam permendiknas tersebut dinyatakan bahwa pengembangan sikap dan
perilaku anti korupsi menjadi bagian dari kurikulum bidang study pendidikan
kewarganegaraan (PKn).

1 | PKn Sebagai Pendidikan Anti-Korupsi

Fenomena

yang

dijumpai

dilapangan

menunjukkan

bahwa

pembelajaran anti korupsi dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan
(Pkn) belum sesuai dengan apa yang dikehendaki, terutama dalam penanaman

sikap dan perilaku anti korupsi pada siswa, dikarenakan siswa tidak diberi
kesempatan untuk mengembangkan wawasan dan nalar akan dimensi moral
dan korupsi.
Pendidikan anti korupsi sebagai pendidikan nilai dan karakter.
Pendidikan karakter memberikan perhatian besar terhadap pengembangan
aspek sikap siswa ( character Building).
1.2. Indentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diindentifikasikan masalah
sebagai berikut:
1.2.1. Perlu diketahui hal yang perlu diperhatikan dalam pendidikan anti
korupsi di pendidikan formal.
1.2.2. pembelajaran

anti

korupsi

dalam

mata


pelajaran

pendidikan

kewarganegaraan (Pkn) belum sesuai dengan apa yang dikehendaki,
terutama dalam penanaman sikap dan perilaku anti korupsi pada siswa.
1.3. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah
disebutkan di atas, untuk memperjelas dan mendapat hasil yang terfokus,
maka perlu dilakukan pembatasan masalah, paper ini dibatasi oleh hal-hal
berikut:
1.3.1. Pendidikan anti korupsi.
1.3.2. Hal yang perlu diperhatikan dalam pendidikan anti korupsi di
pendidikan formal.
1.3.3. Pengembangan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn)
dalam pembentukan sikap dan perilaku anti korupsi pada siswa.

2 | PKn Sebagai Pendidikan Anti-Korupsi


1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, dapatlah
dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1.4.1. Apa pengertian pendidikan anti korupsi?
1.4.2. Hal apa yang perlu diperhatikan dalam pendidikan anti korupsi di
pendidikan formal?
1.4.3. Bagaimana pengembangan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan
(PKn) dalam pembentukan sikap dan perilaku anti korupsi pada siswa?
1.5. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan sebagai berikut:
1.5.1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan anti korupsi.
1.5.2. Untuk mengetahui hal yang perlu diperhatikan dalam pendidikan anti
korupsi di pendidikan formal .
1.5.3. Untuk

mengetahui

pengembangan

pembelajaran


pendidikan

kewarganegaraan (PKn) dalam pembentukan sikap dan perilaku anti
korupsi pada siswa
1.6. Pendekatan Yang Digunakan
Pendekatan yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah
persperktif peran warga Negara, budaya politik kewarganegaraan (pembinaan
dan pengembangan peran (hak dan kewajiban) warga Negara sesuai dengan
pancasila dan UUD 1945 dan kearifan local serta perkembangan kebutuhan
warga Negara).
1.7. Definisi Istilah
Adapun batasan istilah dalam penulisan ini antara lain yaitu:
1.7.1. Pengertian pengembangan
Pengembangan sebagaimana tertulis dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) ialah proses, cara, perbuatan mengembangkan
(Pusat Bahasa Depdiknas, 2008). Pengembangan yang dimaksud
dalam paper ini ialah kegiatan mengembangkan pembelajaran

3 | PKn Sebagai Pendidikan Anti-Korupsi


pendidikan kewarganegaraaan dalam pembentukan sikap dan perilaku
anti korupsi pada siswa.
1.7.2. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan

kewarganegaraan

merupakan

mata

pelajaran

yang

mempunyai fokusu utama dalam pembentukan warga Negara yang
baik (good citizenship), cerdas, terampil, dan berkarakter sesuai
dengan amanat Pancasila dan UUD 1945.
1.7.3. Pengertian Korupsi

Menurut Suradi (2006: 17) korupsi sebagai tindakan melawan hukum
untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain mencakup: (1)
penyuapan (bribery), (2) konflik kepentingan (conflicts of interest), (3)
pemaksaan yang bersifat ekonomi (economic exortion), dan (4)
pemberian secara tidak sah (illegal gratuities)
Berdasarkan definisi-definisi istilah yang ada diatas, maka penulis
ingin

menulis

bagaimana

pengembangan

pembelajaran

Pendidikan

Kewarganegaraan dalam pembentukan sikap dan perilaku anti korupsi pada
siswa.


4 | PKn Sebagai Pendidikan Anti-Korupsi

BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pengertian PKn
Istilah PKn ( Pendidikan Kewarganegaraan ), berkait erat dengan
istilah Ikn ( Ilmu Kewarganegaraan). Istilah IKn untuk menunjukan
pembahasan kewarganegaraan lebih menekankan pada orientasi segi keilmuan
(teoritis) tentang warga negara yang baik. Sedangkan istilah PKn untuk
menunjukkan upaya-upaya yang mengarah pada pembinaan warga Negara ke
arah yang lebih baik ( how a good citizen ). PPKn (Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan) disamakan dengan PKn (Pendidikan Kewarganegaraan).
Karena pada hakekatnya PPKn merupakan civic education atau citizenship
education (Pendidikan Kewarganegaraan) versi Indonesia. Pengertian PKn
sangat beragam.
2.1.1. Menurut National Council of Social Studies (NCSS) USA.
PKn adalah proses yang meliputi semua pengaruh positif yang
dimaksudkan untuk membentuk pandangan seorang warga Negara
dalam peranannya dalam masyarakat. PKn adalah lebih dari sekedar

bidang studi. PKn mengambil bagian dari pengaruh positif dari
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Melalui PKn generasi muda
dibantu untuk memahami cita-cita nasional, hal-hal yang baik diakui
oleh umum, proses pemerintahan sendiri, dan dibantu untuk
memahami arti kemerdekaan untuk mereka dan untuk semua manusia
dan individu dan atau kelompok, dalam bidang kepercayaan,
perdagangan, pemilu atau tingkah laku sehari-hari. Mereka juga
dibantu untuk memahami bermacam-macam hak kemerdekaan warga
Negara yang dijamin dalam konstitusi dan peraturan-peraturan lainnya
dan tanggung jawab atas apa yang telah dicapainya.
Dari pengertian diatas, dapat dinyatakan bahwa cirri yang
penting dari PKn (civic education) adalah:

5 | PKn Sebagai Pendidikan Anti-Korupsi

2.1.1.1.

Merupakan program pendidikan (proses yang meliputi
pengaruh positif)


2.1.1.2.

Fokus

materinya

adalah

ideologi

nasional,

proses

pemerintahan sendiri, hak dan kewajiban asasi dan warga Negara
sebagaimana yang dijamin dalam konstitusi ditambah dengan
pengaruh positif dari keluarga, sekolah, dan masyarakat.
2.1.1.3.

Tujuannya adalah membentuk orientasi warga Negara tentang
peranannya dalam masyarakat.

2.1.2. Seminar Nasional Pengajaran dan Pendidikan Civics (Civic Education)
di Tawangmangu, Surakarta, 1972
Pengertian PKn adalah suatu program pendidikan yang tujuan
utamanya adalah membina warga Negara yang lebih baik menurut
syarat-syarat, kriteria, dan ukuran, ketentuan-ketentuan Pembukaan
UUD 1945 dan UUD 1945. Bahannya diambil dari IKn termasuk
kewiraan nasional, filsafat pancasila dan filsafat pendidikan nasional,
serta menuju kedudukan para warga Negara yang diharapkan di masa
depan.
Dari pengertian diatas, dapat dinyatakan cirri-ciri PKn adalah:
2.1.2.1.

Merupakan program pendidikan.

2.1.2.2.

Merupakan pengembangan IKn.

2.1.2.3.

Materi pokokknya adalah materi IKn ditambah dengan
kewiraan nasional, filsafat pancasila, mental pancasila dan filsafat
pendidikan nasional.

2.1.2.4.

Bersifat interdisipliner.

2.1.2.5.

Tujuannya adalah membina warga Negara yang lebih baik dan
masa depan sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

6 | PKn Sebagai Pendidikan Anti-Korupsi

2.1.3. Menurut Nu’man Somantri
Nu’man Somantri (1976:54), memberikan pengertian PKn
adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang
diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, positive
influence

pendidikan

sekolah,

masyarakat,

orang

tua,

yang

kesemuanya itu diproses untuk melatih pelajar-pelajar berpikir kritis,
analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan
kehidupan demokratsis yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
Dari definisi diatas, dapat dinyatakan cirri-ciri PKn adalah:
2.1.3.1.

Merupakan program studi.

2.1.3.2.

Materi pokokknya adalah demokrasi politik yang diperluas
dengan pengaruh positif dari pendidikan sekolah, keluarga dan
masyarakat.

2.1.3.3.

Bersifat interdisipliner.

2.1.3.4.

Tujuannya melatih berpikir kritis dan analitis ( Intelektual skill
), bersikap dan bertindak demokratis sesuai Pancasila dan UUD
1945.

PKn sebagai program pendidikan merupakan aspek pendidikaatau
pengajaran politik. Hal ini didasarkan pendapat dari Prewitt & Dawson,
bahwa ada tipe pengajaran politik yaitu PKn (civic education) dan
indoktrinasi politik. Colleman membedakan antara kedua tipe itu, PKn atau
latihan kewarganegaraan (civic Trainning) merupakan bagian dari pendidikan
politik. Dan yang dimaksud dengan indoktrinasi politik lebih memperhatikan
belajar ideology tertentu.

7 | PKn Sebagai Pendidikan Anti-Korupsi

2.2. Tujuan PKn
Secara sederhana tujuan PKn adalah membentuk warga Negara yang
baik ( a good citizen ) dan mempersiapkannya untuk masa depan. Berikut
uraian tentang tujuan PKn persekolahan:
2.2.1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan.
2.2.2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab, dan bertindak secara
cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, bebangsa, dan bernegara, serta
anti korupsi.
2.2.3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
2.2.4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi.
2.3. Cakupan PKn
Cakupan PKn adalah ilmu politik yang mengambil porsi demokrasi
politik dan dikembangkan secara interdisipliner. Dalam pengembangan secara
interdisipliner PKn mengambil konsep, teori tidak terbatas dari rumpun ilmu
social tetapi lintas disiplin dengan ditambah aspek dari pendidikan ( proses
yang meliputi pengaruh positif)
2.4. Pendidikan Anti Korupsi Sebagai Misi PKn
Ramali Zakaria (2007) Kepala Bidang Pengembangan Pengelolaan
dan Tenaga Kependidikan pada Pusat Inovasi, spesialisasi dalam bidang
pendidikan nilai, menyatakan bahwa “Pendidikan budi pekerti memiliki esensi
dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan akhlak.
Kelompok

mata

pelajaran

kewarganegaraan

dan

kepribadian

dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan

8 | PKn Sebagai Pendidikan Anti-Korupsi

status, hak, dan kewajiban dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. Kesadaran dan
wawasan termasuk wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotism bela Negara,
penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa,
pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab
social, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, dan sikap serta
perilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme

9 | PKn Sebagai Pendidikan Anti-Korupsi

BAB 3
PEMBAHASAN

3.1. Pendidikan Anti Korupsi
Pendidikan anti korupsi adalah program pendidikan tentang korupsi
yang bertujuan untuk membangun dan meningkatkan kepedulian warganegara
terhadap bahaya dan akibat dari tindakan korupsi. Target utama Pendidikan
anti korupsi adalah memperkenalkan fenomena korupsi yang mencakup
kriteria, penyebab dan akibatnya, meningkatkan sikap tidak toleran terhadap
tindakan korupsi, menunjukan berbagai kemungkinan usaha untuk melawan
korupsi serta berkontribusi terhadap standar yang ditetapkan sebelumnya
seperti mewujudkan nilai-nilai dan kapasitas untuk menentang korupsi
dikalangan generasi muda. Disamping itu siswa juga dibawa untuk
menganalisis nilai-nilai standar yang berkontribusi terhadap terjadinya korupsi
serta nilai-nilai yang menolak atau tidak setuju dengan tindakan korupsi.
Karena itu pendidikan antikorupsi pada dasarnya adalah penanaman dan
penguatan nilai-nilai dasar yang diharapkan mampu membentuk sikap
antikorupsi pada diri peserta didik.
Hal yang sama dinyatakan oleh Dharma (2003) secara umum tujuan
pendidikan anti-korupsi adalah : (1) pembentukan pengetahuan dan
pemahaman mengenai bentuk korupsi dan aspek-aspeknya; (2) pengubahan
persepsi dan sikap terhadap korupsi; dan (3) pembentukan keterampilan dan
kecakapan baru yang ditujukan untuk melawan korupsi. Dengan ketiga tujuan
itu dapat dilihat bahwa pendidikan antikorupsi meskipun mempunyai sasaran
utama sebagai pendidikan nilai akan tetapi tetap meliputi ketiga ranah
pendidikan sebagaimana dikemukakan oleh Bloom yaitu pengembangan ranah
kognitif, afektif dan psikomotor siswa.

10 | P K n S e b a g a i P e n d i d i k a n A n t i - K o r u p s i

Pendidikan antikorupsi merupakan tindakan untuk mengendalikan dan
mengurangi korupsi berupa keseluruhan upaya untuk mendorong generasi
mendatang untuk mengembangkan sikap menolak secara tegas terhadap setiap
bentuk korupsi. Mentalitas antikorupsi ini akan terwujud jika kita secara sadar
membina kemampuan generasi mendatang untuk mampu mengidentifkasi
berbagai kelemahan dari sistem nilai yang mereka warisi dan memperbaharui
sistem nilai warisan dengan situasi-situasi yang baru. Dalam konteks
pendidikan,

“memberantas

korupsi sampai ke akar-akarnya”

berarti

melakukan rangkaian usaha untuk melahirkan generasi yang tidak bersedia
menerima dan memaafkan suatu perbuatan korupsi yang terjadi.
Berdasarkan rumusan yang ditentukan oleh komisi pemberantasan
korupsi (KPK), ada sembilan nilai dasar yang perlu ditanamkan dan diperkuat
melalui pelaksanaan pendidikan antikorupsi di sekolah, yaitu nilai kejujuran,
adil, berani, hidup sederhana, tanggung jawab, disiplin, kerja keras, hemat dan
mandiri. Nilai-nilai ini sebenarnya ada di masyarakat sejak zaman dahulu, dan
termuat secara jelas dalam dasar falsafah negara Pancasila, namun mulai
tergerus oleh budaya konsumerisme yang dibawa oleh arus modernisasi dan
globalisasi.
Masyarakat juga memberikan andil yang cukup besar dalam
menyuburkan praktik korupsi di Indonesia. Indikator yang nampak misalnya,
(1) member uang kepada oknum polisi karena melanggar peraturan lalulintas,
ia tidak mau mengikuti prosedur resmi dengan cara menghadiri sidang di
pengadilan, (2) banyak orang yang mengambil jalur pintas agar lebih cepat
pada saat mengurus Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Surat Ijin Mengemudi
(SIM) melalui oknum petugas, dan lain-lain.
3.2. Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pendidikan Anti Korupsi di Pendidikan
Formal
Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, maka pelaksanaan
pendidikan antikorupsi di sekolah perlu memperhatiakan beberapa hal terkait
(Modern Didactic Center, 2006) diantaranya adalah :

11 | P K n S e b a g a i P e n d i d i k a n A n t i - K o r u p s i

3.2.1. Pengetahuan Tentang Korupsi
Untuk memiliki pengetahuan yang benar dan tepat tentang
korupsi, siswa perlu mendapatkan berbagai informasi yang, terutama
informasi yang memungkinkan mereka dapat mengenal tindakan
korupsi dan juga dapat membedakan antara tindakan kejahatan korupsi
dengan tindakan kejahatan lainnya. Untuk itu pembahasan tentang
kriteria, penyebab dan akibat korupsi merupakan materi pokok yang
harus diinformasikan pada siswa.
Disamping itu siswa juga memiliki argumen yang jelas
mengapa perbuatan korupsi dianggap sebagai perbuatan yang buruk
dan harus dihindari. Analisis penyebab dan akibat dari tindakan
korupsi pada berbegai aspek kehidupan manusia, termasuk aspek
moralitas akan memberi siswa wawasan tentang korupsi yang lebih
luas. Pada akhirnya berbagai alternatif yang dapat ditempuh untuk
menghindari korupsi dapat menjadi inpirasi bagi siswa tentang banyak
cara yang dapat dilakukan dalam memberantas korupsi. Kesemua ini
merupakan modal dasar dalam penanaman atau pembentukan sikap
dan karakter antikorupsi.
Berdasarkan pengetahuan yang dimiliki tersebut diharapkan
siswa mampu untuk menilai adanya perilaku korup dalam masyarakat
atau institusi disekitarnya. Karena itu pemberian informasi tentang
korupsi bukanlah untuk memberikan informasi sebanyak mungkin
kepada siswa, melainkan informasi itu diperlukan agar siswa mampu
membuat pertimbangan pertimbangan tertentu dalam menilai. Dengan
kata lain berdasarkan informasi dan pengetahuannnya tentang korupsi
siswa mampu menilai apakah suatu perbuatan itu termasuk korupsi
atau tidak, dan apakah perbuatan tersebut dikategorikan baik atau
buruk. Dengan pertimbangan tersebut selanjutnya siswa dapat
menentukan perilaku yang akan diperbuatnya.

12 | P K n S e b a g a i P e n d i d i k a n A n t i - K o r u p s i

3.2.2. Pengembangan Sikap
Sebagai pendidikan nilai dan karakter, pendidikan antikorupsi
memberi perhatian yang besar pada pengembangan aspek sikap siswa.
Sikap adalah disposisi penilaian yang diberikan terhadap suatu objek
yang didasarkan atas pengetahuan, reaksi afektif, kemauan dan
perilaku sebelumnya akan objek tersebut (Fishbean, & Ajzen 1973).
3.2.3. Perubahan Sikap
Merubah sikap yang telah dimiliki sebelumnya merupakan
pekerjaan dan tugas yang tidak gampang dan terkadang menimbulkan
rasa frustasi. Apalagi jika sikap yang telah dimiliki tersebut
berlawanan dengan sikap yang dikehendaki guru atau pendidik,
misalnya sikap yang menganggap curang dalam ujian adalah hal yang
biasa dikalangan siswa, atau mencontoh tugas kawan untuk diakui
sebagai tugas sendiri merupakan hal yang lumrah. Hal ini akan
berlanjut terus dengan sikap terhadap fenomena dalam masyarakat
seperti menyogok polisi karena melanggar peraturan lalu lintas, dan
lain sebagainnya.
Pendidikan antikorupsi menghendaki sikap-sikap seperti ini
perlu untuk dirubah agar sesuai dengan nilai-nilai dasar antikorupsi.
Untuk itu diperlukan pola dan strategi perubahan sikap yang bisa
dipakai dari berbagai sumber misalnya untuk membentuk persepsi
tentang korupsi yang berlawanan dengan persepsi yang dimiliki siswa
dapat dilakukan dengan menyajikan informasi secara tak terduga
melaui permainan atau parodi.
3.2.4. Perspektif Moral dan Konvensional
Pendidikan anti korupsi didasarkan pada pendidikan nilai yang
tidak begitu membedakan secara tegas antara dua regulasi sosial yaitu
moralitas dan konvensi. Dalam perspektif moral, perilaku yang baik
dikatakan baik karena diterima secara universal dan merupakan
kewajiban semua orang tanpa melihat apa yang dipikirkan orang

13 | P K n S e b a g a i P e n d i d i k a n A n t i - K o r u p s i

secara individual. Selanjutnya dari perspektif moral suatu tindakan
dinilai sebagai baik atau buruk dengan melihat pada konsekuensinya,
apakan tindakan itu menyakitkan bagi orang laian, atau membawa
kerusakan, atau melanggar rasa keadilan bagi semua orang.
Selanjutnya kualitas suatu tindakan mungkin ditentukan oleh
niat seseorang. Suatu tindakan tidak dapat diterima jika niat atau
maksud pelakunya itu buruk, meskipun pada suatu situasi hasilnya
tidak jelek atau buruk, dan sebaliknya dapat dipertimbangkan jika
niatnya baik meskipun hasilnya gagal.
Berdasarkan pandangan Kohlberg (dalam Slavin, 2004)
tentang tahap-tahap perkembangam moral siswa dan penerimaannya
atas konvensi, maka pendidikan antikorupsi, sebaiknya dilaksanakan
sesuai dengan kematangan perkembangan moral yang dimiliki siswa.
Siswa sekolah menegah atas yang telah berusia antara 14 sampai
dengan 17 tahun dapat diberi penjelasan bahwa standar perilaku
antikorupsi adalah wajib bagi setiap orang dalam posisi apapun untuk
mempertahankan sistem sosial yang ada. Satu hal yang paling penting
adalah korupsi itu dinilai jahat dilihat dari perspektif moral dan
konvensi.
Lebih lanjut Aspin (2007) juga mengemukakan bahwa apapun
juga nilai yang ingin dimasukan dalam pendidikan, maka pendidikan
menyangkut moral adalah hal yang utama, karena itu merupakan
bagian dari kewajiban untuk mempersiapkan generasi muda memasuki
dunia yang menghendaki perilaku lebih baik dari yang pernah ada.
Oleh karena itu pendidikan yang memperkuat moralitas peserta didik
haruslah ditangani oleh institusi pendidikan secara serius.

14 | P K n S e b a g a i P e n d i d i k a n A n t i - K o r u p s i

3.2.5. Pengembangan Karakter Anti Korupsi
Pendidikan antikorupsi bukanlah seperangkat aturan perilaku
yang dibuat oleh seseorang dan harus diikuti oleh orang lain.
Sebagaimana halnya dengan kejahatan lainnya, korupsi juga
merupakan sebuah pilihan yang bisa dilakukan atau dihindari. Karena
itu pendidikan pada dasarnya adalah mengkondisikan agar perilaku
siswa sesuai dengan tuntutan masyarakat. Agar perilaku tersebut dapat
menjadi karakter siswa, maka beberapa langkah bisa dilakukan dalam
pendidikan antikorupsi, diantaranya adalah:
3.2.5.1.
3.2.5.2.

Melatih siswa untuk menentukan pilihan perilakunya.
Memberi

siswa

kesempatan

untuk

mengembangkan

pemahaman yang luas dengan menciptakan situasi yang fleksibel
dimana siswa bisa berkerjasama, berbagi, dan memperoleh
bimbingan yang diperlukan dari guru. Karena itu kegiatan dalam
menganalisis kasus, diskusi, bermain peran atau wawancara siswa
merupakan situasi yang akan mengembangkan karakter antikorupsi
pada diri siswa.
3.2.5.3.

Tidak begitu terfokus pada temuan fakta seperti, berapa persen
PNS yang terlibat korupsi, berapa banyak uang Negara yang hilang
dikorupsi pertahun atau berapa hukuman yang tepat untuk pelaku
korupsi dsb.

3.2.5.4.

Melibatkan siswa dalam berbagai aktifitas sosial disekolah dan
di lingkungannya

3.3.Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn) Dalam
Pembentukan Sikap Dan Perilaku Anti Korupsi Pada Siswa.
Dalam rangka pemberantasan korupsi di Indonesia tidak cukup hanya
dengan penegakkan hukum (law enforcement) semata, tetapi harus dihadapi
dengan semangat dan atmosfer antikorupsi melalui pendidikan. Salah satu
upaya yang dilakukan untuk menanamkan pola pikir, sikap, dan perilaku
antikorupsi melalui sekolah, karena sekolah adalah proses pembudayaan

15 | P K n S e b a g a i P e n d i d i k a n A n t i - K o r u p s i

(Hassan, 2004). Sekolah sebagai lingkungan kedua bagi siswa dapat menjadi
tempat pembangunan karakter dan watak. Caranya, sekolah memberikan
nuansa dan atmosfer yang mendukung upaya untuk menginternalisasikan nilai
dan etika yang hendak ditanamkan, termasuk di dalamnya perilaku
antikorupsi.
Pendidikan Antikorupsi (PAK) dapat dimasukan dalam kurikulum
sekolah, namun tidak berdiri sendiri sebagai mata pelajaran. PAK dapat
diintegrasikan dalam berbagai mata pelajaran yang sudah ada sehingga
mampu mewarnai pola pikir, sikap, dan perilaku siswa. Untuk maksud
tersebut dukungan kultur dan iklim sekolah sangat dibutuhkan terutama dalam
konteks penanaman nilai dan pembentukan karakter siswa. Salah satu mata
pelajaran

yang

dapat

mengintegrasikan

PAK

adalah

Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn). PKn menjadi sangat strategis di tengah upaya
pemerintah dalam membangun karakter bangsa mulai dari jenjang Sekolah
Dasar (SD) sampai dengan Perguruan Tinggi (PT). Dalam PKn akan
ditanamkan nilai-nilai dan kompetensi baik menyangkut civic knowledge,
civic skills, dan civic dispositions/ virtue (Center for Civic Education, 1999).
Bahkan Zuriah (2011:1) menyatakan bahwa PKn menjadi instrumen
fundamental dalam bingkai pendidikan nasional sebagai media pembentukan
karakter bangsa. Urgensi pembentukan pengetahuan, keterampilan, dan watak/
perilaku antikorupsi sebagai pilar dalam pendidikan karakter bangsa karena
upaya dilakukan pemerintah Indonesia dalam pemberantasan korupsi, mulai
dari pembuatan berbagai peraturan, pembentukan Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK), dan penegakan hukum belum menunjukkan hasil yang
menggembirakan. PAK di sekolah mengajak siswa secara sadar membangun
mental bahwa korupsi adalah penyakit yang merugikan diri sendiri,
masyarakat serta masa depan bangsa (Darmawan, 2010:3).
PAK di sekolah tidak diarahkan pada upaya untuk melakukan gerakan
praktis pemberantasan korupsi sebagaimana dilakukan oleh aparat penegak
hukum, tetapi lebih menitikberatkan pada penanaman pengetahuan dasar

16 | P K n S e b a g a i P e n d i d i k a n A n t i - K o r u p s i

tentang korupsi dan antikorupsi, sikap, dan nilai-nilai seperti kejujuran,
tanggung jawab, disiplin, ketaatan terhadap peraturan sekolah, adil, kerja
keras, sederhana, dan lain-lain.
Dalam pembelajaran PKn untuk tingkat SMP/MTs di Kurikulum 2013
tidak ada topik yang secara langsung membahas tentang korupsi. Namun
demikian guru dapat mengembangkan atau menyisipkan pendidikan
antikorupsi dalam rangka menanamkan nilai kejujuran kepada siswa SMP.
Nilai-nilai yang disisipkan dapat dituliskan secara langsung dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran atau nilai-nilai yang tersembunyi (hidden) tidak
dimasukkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Hal ini senada dengan
pendapat Zubaedi (2011: 268) bahwa pendidikan karakter (kejujuran) dapat
dilakukan melalui integrasi dalam pembelajaran. Caranya yakni dengan
penginternalisasian nilai-nilai karakter ke dalam tingkah laku peserta didik
sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di dalam
maupun di luar semua mata pelajaran. Oleh karena itu, diperlukan
kemampuan

profesional

guru

untuk

mengembangkan

perencanaan

pembelajaran yang memuat nilai-nilai antikorupsi.
Pendidikan antikorupsi terintegrasi dalam pembelajaran PKn untuk
menanamkan karakter kejujuran yakni dengan memasukkan atau menyisipkan
pada tema-tema tertentu. Misalnya pada tema norma dan penegakan hukum,
muatan materi pendidikan antikorupsi dapat dimasukkan. Guru menyisipkan
pendidikan antikorupsi pada materi yang memiliki keterkatian dengan upaya
pemberantasan korupsi. Guru juga senantiasa memberikan nasihat kepada
para siswa untuk senanatiasa berbuat jujur. Kejujuran menjadi penting, karena
kejujuran yang dibentuk sejak dini akan membentuk karakter siswa kelak
ketika menjadi pemimpin dalam berbagai tingkatan atau level di masyarakat.
Penanaman karakter antikorupsi dalam pembelajaran PKn dilakukan
juga secara tidak langsung atau sebagai nilai-nilai yang tersembunyi (hidden).
Adanya PAK dalam pembelajaran PKn diharapkan mampu memberikan bekal

17 | P K n S e b a g a i P e n d i d i k a n A n t i - K o r u p s i

awal tentang pengetahuan, pemahaman, dan akibat korupsi, sikap dan perilaku
antikorupsi yang selalu terkonstruk dalam diri siswa.

18 | P K n S e b a g a i P e n d i d i k a n A n t i - K o r u p s i

BAB 4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Tindak pidana korupsi dari masa ke masa bukan berkurang tetapi
malah semakin meningkat, baik yang terjadi di pemerintah pusat ataupun
pemerintah daerah. Korupsi merupakan persilangan antara kesekarakahan dan
ketidak pedulian social. Pelaku korupsi adalah mereka yang tidak dapat
mengendalikan nafsunya atau keserakahannya dan tidak memikirkan dampak
atas apa yang ia lakukan terhadap rakyat, bangsa, dan Negara. Korupsi terjadi
karena terjadinya degradasi moral para pelaku. Oleh karena itu pendidikan
harus diarahkan kepada pendidikan watak. Pendidikan watak adalah
pendidikan nilai atau dalam hal ini yang sangat perlu dikembangkan adalah
pendidikan anti korupsi (PAK)
Pendidikan anti korupsi (PAK) adalah program pendidikan tentang
korupsi yang bertujuan untuk membangun dan meningkatkan kepedulian
warga masyarakat terhadap bahaya dan akibat yang terjadi akibat tindak
pidana korupsi. Dalam kurikulum, Pendidikan anti korupsi include atau masuk
dalam mata pelajaran dalam hal ini adalah mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan (PKn)
Pendidikan anti korupsi (PAK) terintegrasi dengan pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan (PKn) untuk pengembangan karakter anti
korupsi. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sangat berkaitan erat dengan
pendidikan nilai dan moral ( moral value) dalam hal ini terkait bagaimana
menjadi warga Negara yang baik (How to be citizen).
Pendidikan antikorupsi merupakan kebijakan pendidikan yang tidak
bisa lagi ditunda pelaksanaanya di sekolah secara formal. Jika dilaksanakan
sebagaimana mestinya maka dalam jangka panjang pendidikan antikorupsi
akan mampu berkontribusi terhadap upaya pencegahan terjadinya tindakan
korupsi, sebagaimana pengalaman negara lain. Melalui pendidikan antikorupsi

19 | P K n S e b a g a i P e n d i d i k a n A n t i - K o r u p s i

diharapkan generasi masa depan memiliki karakter antikorupsi sekaligus
membebaskan negara Indonesia sebagai negara dengan angka korupsi yang
tinggi.
Karakteristik dari pendidikan antikorupsi adalah perlunya sinergi yang
tepat antara pemanfaatan informasi dan pengetahuan yang dimiliki dengan
kemampuan untuk membuat pertimbangan-pertimbangan moral. Oleh karena
itu pembelajaran antikorupsi tidak dapat dilaksanakan secara konvensional,
melainkan harus didisain sedemikian rupa sehingga aspek kognisi, afeksi dan
konasi siswa mampu dikembangkan secara maksimal dan berkelanjutan.

20 | P K n S e b a g a i P e n d i d i k a n A n t i - K o r u p s i

DAFTAR PUSTAKA
Aspin, David N & Chapman, Judith D. (2007). Values Education and
Lifelong Learning. Springer : Netherland
Center For Indonesian Civic Education Education. 1999. Democratic Citizens
in A Civic Society: Workshop Report. Bandung: CICED.
Cholisin.2015.

Pendidikan

Multimensional,

Kewarganegaraan:
Budaya

Perspektif

Kewarganegaraan

dan

Paradigma.
Prinsip

Pembelajaran. Kumpulan Makalah Untuk Refrensi Kuliah PKn.Prodi
PKn-Jrs. PKnH FIS UNY
Cholisin dan Sunarjati, M. 1989. Konsep Dasar Pendidikan Moral dan
Pancasila. Yogyakarta: Laboratorium Jurusan PMP dan KN, FPIPS
IKIP.
Cholisin.2004.Pendidikan Kewarganegaraan, Diktat diterbitkan FIS UNY
Cholisin.2014. Ilmu Kewarganegaraan (Civics), Yogyakarta: Penerbit Ombak
Darmawan C., Kesuma, D., Permana, J. 2008. Korupsi dan Pendidikan
Antikorupsi, Bandung: Pustaka Aulia Press
Dharma, Budi. (2004). Korupsi dan Budaya. dalam Kompas, 25/10/2003
Fishbean, Martin & Icek Ajzen. (1973). Belief, Attitude, Intention and
Behafior: An Introduction to Theory and Research.Addison Wesley
Publishing : USA
Harahap, Krisna (2009) Pemberantasan Korupsi pada masa Reformasi.
Jurnal of Historical Studies X Juni 2009
Hassan, F. 2004. Pendidikan adalah Pembudayaan: dalam Pendidikan
Manusia Indonesia, Jakarta: Penerbit Kompas.
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Kohlberg, L., Lickona, T. 1976. Moral stages and moralization: The
cognitive-developmental

approach.

Moral

Development

and

Behavior: Theory, Research and Social Issues. Holt, NY: Rinehart
and Winston

21 | P K n S e b a g a i P e n d i d i k a n A n t i - K o r u p s i

Modern Didactic Center (2006) Anti Corruption Education At School.
Garnelish Publishing : Vilnius. Lithuania
Murdiono, Mukhamad.2016.” Pendidikan Anti Korupsi Terintegrasi dalam
Pembelajaran PKn untuk Menanamkan Karakter Kejujuran di SMP”
dalam Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial (SOCIA), Vol 15, No. 1, Juni,
hlm.166-184.
Somantri, Nu’man.1976.Metode Mengajar Civics, Jakarta: Erlangga.
Sumiarti.2007.”Pendidikan Anti-Korupsi” dalam Jurnal Pemikiran Alternatif
Pendidikan (INSANIA), Vol 12, No.2, Mei-Agustus, hlm.189-207.
Hermanto dan A.R., Endang Danial.2012.” Pendidikan Antikorupsi
dalam Pembelajaran PKn Sebagai Penguat Karakter Bangsa” dalam
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Vol 19, No.2, Oktober, hlm.
157-171.
Sunarso, Dkk.2013.Pendidikan Kewarganegaraan, Yogyakarta: UNY Press.
Suradi. 2006. Korupsi dalam Sektor Pemerintahan dan Swasta. Yogyakarta:
Gava Media.
Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter; Konsepsi dan Aplikasinya
Dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana
Zuriah, N. 2011. Model Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan
Multikultural Berbasis KearifanLokal (Studi di Perguruan Tinggi
Kota Malang). Disertasi tidak diterbitkan. Bandung: Pascasarjana.

22 | P K n S e b a g a i P e n d i d i k a n A n t i - K o r u p s i