Eksplorasi Tanaman Pisang Barangan (Musa Acuminata) Di Kabupaten Aceh Timur

  PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

  Pisang (Musa sp.) merupakan komoditas buah yang paling banyak diproduksi dan dikonsumsi di Indonesia. Pisang merupakan tanaman hortikultura yang memiliki tingkat produksi cukup tinggi di Indonesia dan memiliki kecendrungan meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2011 Indonesia menghasilkan lebih dari 5 juta ton pisang. Dilihat dari nilai kotor produksi dunia, pisang juga menempati urutan ke-empat untuk bahan pangan dunia yang paling penting untuk diperhatikan setelah beras, gandum, dan jagung (Arias et al., 2003; Purwadaria, 2006).

  Komoditi unggulan yang memiliki kontribusi besar terhadap produksi buah- buahan nasional adalah buah pisang. Selain memiliki potensi yang besar dalam menunjang peningkatan pendapatan masyarakat petani, pisang juga merupakan bahan baku industri olahan (untuk chip, keripik, tepung) dan komoditas yang potensial untuk meningkatkan ekspor buah. Namun potensi tersebut selama ini masih hanya menjadi keunggulan komparatif dan belum mampu dikembangkan sebagai keunggulan kompetitif.

  Dalam keluarga Musaceae (pisang-pisangan) memiliki keanekaragaman jenis cukup tinggi termasuk keturunan dari Musa acuminata yang diploid dan tumbuh liar.

  Genom yang disumbangkan diberi simbol A sedangkan Musa balbisiana memiliki genom baru dengan simbol B. Persilangan alami antara Musa acuminata dengan

  Musa balbisiana menyebabkan bervariasinya jenis-jenis pisang. Pengaruh genom B

  terutama terlihat pada kandungan tepung pada buah yang lebih tinggi. Secara umum, genom A menyumbang karakter ke arah buah meja (banana), sementara genom B ke arah buah pisang olan/masak (plantain).

  Keragaman memberikan dampak positif terhadap produksi pangan dan juga menjadi sumber daya genetik yang kaya. Pertambahan konsumsi pangan dan energi, kerusakan habitat alami dan banyaknya lahan yang sudah beralih fungsi menjadi lahan pemukiman dan pertanian lain, akibatnya banyak plasma nutfah yang hilang atau beralihnya petani pada budidaya tanaman pangan dibandingkan budidaya tanaman hortikultura.

  Keragaman genetik yang tinggi pada pisang, khususnya untuk kelompok

  Eumusa, disebabkan oleh seleksi partenokarpi, seleksi sterilitas, sterilitas total,

  seleksi hasil hibridisasi, dan poliploidisasi. Hal ini menyebabkan tersebarnya genom A dari jenis M. acuminata liar (AA) maupun genom B dari jenis M. balbisiana liar (BB) menjadi pisang bergenom AAAA, AAA, ABBB, ABB, AAB, dan AB (Simmonds 1987).

  Informasi tentang keragaman berimplikasi dalam penentuan program pemuliaan untuk mendapatkan varietas unggul serta konservasinya. Konservasi dan pemanfaatan plasma nutfah akan meningkatkan nilai plasma nutfah untuk perakitan varietas unggul.

  Sebagai bagian dari daerah asal dan pusat keragaman pisang, Indonesia saat ini memiliki lebih dari 100 kultivar pisang yang identitas genetiknya tidak diketahui dengan pasti. Adanya sejumlah kesamaan bentuk pisang merupakan sumber utama dari kebingungan dalam klasifikasi dan pemeliharaan koleksi plasma nutfah pisang (Megia et al., 2001)

  Varietas unggul pisang barangan diharapkan memiliki produktivitas tinggi, mutu baik, umur genjah, tahan terhadap hama penyakit tertentu dan toleran terhadap cekaman lingkungan. Untuk menghasilkan varietas unggul yang diinginkan diperlukan keanekaragaman yang tinggi. Di Indonesia keanekaragaman pisang barangan cukup tinggi, namun belum banyak diketahui karakteristiknya. Untuk menunjang perakitan varietas unggul pisang barangan, baik untuk konsumsi segar maupun olahan, perlu dilakukan evaluasi terhadap plasma nutfah yang ada. Informasi yang diperoleh dari evaluasi tersebut selanjutnya dapat digunakan sebagai materi perbaikan karakter melalui program pemuliaan tanaman.

  Pisang mempunyai banyak varietas diantaranya adalah pisang barangan yang merupakan pisang khas yang banyak terdapat di Indonesia. Pisang Barangan sangat digemari masyarakat sebagai buah meja karena mempunyai rasa yang lezat dan manis. Pisang tersebut mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi tanaman penghasil buah yang lebih berkualitas melalui usaha pemuliaan. Usaha tersebut memerlukan informasi sitogenetik sehingga ketersediaan informasi mengenai jumlah kromosom dan tingkat ploidi pisang tersebut sangat penting. Keragaman genetik pada tanaman dapat dihasilkan dari hasil domestikasi yang telah berjalan sejak lama maupun proses adaptasi lingkungan.

  Pisang Barangan adalah salah satu jenis pisang yang sangat digemari oleh konsumen meskipun harganya lebih mahal dibandingkan jenis lainnya. Permintaan akan pisang barangan terus meningkat tetapi tidak diiringi dengan peningkatan kualitas dan area tanah. Ada beberapa jenis pisang barangan yaitu pisang Barangan Merah, Kuning dan Putih. Ciri khas setiap jenis ini dibedakan dengan mudah dari warna dan aroma daging buahnya sedangkan morfologi tanaman hampir seragam. daging buah pisang Barangan Merah berwarna kuning kemerah-merahan, pisang barangan kuning daging buahnya berwarna kuning muda, sedangkan pisang barangan putih daging buahnya berwarna putih, lebih kecil dan tidak harum sehingga kurang diminati konsumen. Pisang Barangan Merah sangat disukai masyarakat karena aromanya lebih harum dan lebih manis dibandingkan Barangan Kuning dan Putih (Nainggolan, et al., 2002, dalam Wahyudi, 2004).

  Pisang Barangan yang ditanam secara vegetatif, keragaman sifat-sifatnya diduga lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan teknik bercocok tanam.

  Keragaman sifat-sifat genetis yang secara fenotip ditunjukkan melalui perbedaan penampilan, variasinya akan lebih besar apabila ditanam varietas yang berbeda secara terus menerus, teknik budidaya konvensional secara permanen dan cara budidaya yang berbeda di tiap daerah.

  Produksi pisang termasuk jenis pisang barangan di Kabupaten Aceh Timur tahun 2011 mencapai 79.740 ton. Jika dibandingkan dengan tahun 2010 yang hasilnya 71.730 ton, maka ditahun 2010 mengalami penurunan sebesar 8.010 ton. Penurunan produksi ini salah satunya disebabkan karena menurunnya luas panen dan produktivitas. Kecamatan penghasil pisang barangan yang terbanyak pada saat ini di Kabupaten Aceh Timur, yaitu: Pante Bidari (3.360 ton), Darul Aman (1.848 ton), Darul Ikhsan (840 ton), Nurussalam (420 ton), Julok (189 ton), Birem Bayen (189 ton), Peunaron (173 ton), Indra Makmur (173 ton), dan Idi Timu (109 ton) ( Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Timur, 2011).

  Daerah Kabupaten Aceh Timur ditinjau dari segi agroklimat dan kesesuaian lahan, merupakan daerah yang cocok untuk pengembangan budidaya pisang barangan. Kabupaten Aceh Timur dijadikan salah satu daerah pengembangan dan sentra produksi pisang barangan di Provinsi Aceh yang tersebar di 24 kecamatan (Dinas Pertanian dan Hortikultura Kabupaten Aceh Timur, 2011).

  Keragaman genetika plasma nutfah pisang barangan di Kabupaten Aceh Timur sampai saat ini belum diketahui karena belum pernah dilakukan penelitian tentang hal tersebut padahal disetiap desa per kecamatan di Kabupaten Aceh Timur dijumpai beragam jenis pisang barangan dengan penampilan fenotipe yang khas. Disamping itu analisis keragaman genetik juga perlu dilakukan untuk menghindari duplikasi penamaan yang berbeda untuk jenis pisang barangan yang sama tetapi berasal dari tempat atau daerah yang berbeda.

  Kabupaten Aceh Timur merupakan bagian dari Provinsi Aceh yang memiliki

  2

  24 Kecamatan dan 512 Desa dengan luas wilayah 6.040,40 Km , secara geografis terletak pada koordinat 4 09’–5 16’ Lintang Utara dan 97 13’-98 02’ Bujur Timur, memiliki beragam jenis pisang barangan baik yang dibudidayakan maupun tumbuh secara liar, berdasarkan data tahun 2006 dengan produksi sebesar 1.866,39 ton.

  Perumusan Masalah

  Pisang barangan termasuk tanaman yang unik karena semua bagianya dapat digunakan. Buahnya diunggulkan karena memiliki rasa yang sangat manis, beraroma harum dan tidak berbiji. Namun produksi pisang yang ada saat ini tidak mencukupi untuk memenuhi permintaan konsumen.

  Permasalahan mendasar yang dihadapi dalam pengembangan produksi pisang barangan, yaitu: 1). Untuk mendapatkan bibit induk tanaman pisang barangan yang selanjutnya dapat dikembangkan di Kabupaten Aceh Timur 2). Budidaya tanaman pisang barangan yang masih menggunakan benih anakan dengan teknologi minimum, 3). Kurangnya pengetahuan tentang budidaya pisang barangan,

  4). Keterbatasan benih sumber sehingga menghambat dalam perbanyakan benih, 5). Belum banyak informasi mengenai keanekaragaman kultivar pisang barangan serta sifat-sifat unggulnya yang ada di Kabupaten Aceh Timur.

  Mengingat keunggulan yang dimiliki pisang barangan lokal di Kabupaten Aceh Timur ini maka perlu dilakukan eksplorasi komoditi pisang barangan yang benar-benar asli lokal daerah di Kabupaten Aceh Timur. Diharapkan hasil penelitian ini nantinya akan dievaluasi lagi sehingga dapat digunakan sebagai benih sumber asli lokal Kabupaten Aceh Timur dan jika memungkinkan akan dilepas sebagai varietas yang akan memberikan dampak nyata terhadap ketersediaan plasma nutfah pisang barangan serta pemanfaatan dalam program pemuliaan maupun konservasinya.

  Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk (1). mengetahui dan membuat database tentang keragaman aksesi-aksesi pisang barangan lokal Aceh di Kabupaten Aceh Timur, (2).

  Mendapatkan keanekaragaman aksesi-aksesi varietas pisang barangan lokal yang ada di Kabupaten Aceh Timur, (3). Mengelompokkan populasi seleksi untuk mendapatkan produksi yang tinggi dan kualitas buah yang baik.

  Hipotesis Penelitian

  Terdapat keragaman aksesi-aksesi pisang barangan di Kabupaten Aceh Timur dan ada populasi pisang barangan di Kabupaten Aceh Timur yang dapat dijadikan pohon induk untuk perbaikan karakter tanaman.

  Kegunaan Hasil Penelitian

  Dapat membantu dalam usaha pemuliaan tanaman pisang barangan untuk mendapatkan populasi dalam seleksi varietas unggul dan pelestarian plasma nutfah serta mengangkat potensi pertanian pada Kabupaten Aceh Timur sehingga mampu merubah hidup masyarakat secara ekonomi.