BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetik 2.1.1 Pengertian kosmetik - Formulasi Sediaan Bubuk Kompak Menggunakan Ekstrak Angkak Sebagai Pewarna

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kosmetik

2.1.1 Pengertian kosmetik

  Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan seperti epidermis, rambut, kuku, bibir, gigi, dan rongga mulut antara lain untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Tranggono dan Latifah, 2007).

  Dalam definisi kosmetik diatas, yang dimaksudkan dengan ’tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit’ adalah sediaan tersebut seharusnya tidak mempengaruhi struktur dan faal kulit. Tujuan penggunaan kosmetik pada masyarakat adalah untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui riasan, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar UV, polusi dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan dan secara umum, membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup (Tranggono dan Latifah, 2007).

  Kosmetik sendiri biasanya berasal dari bahasa Yunani” kosmetikos” yang berarti keterampilan menghias, mengatur. Namun, pada perkembangannya, istilah kosmetik telah dipakai oleh banyak kalangan dan profesi yang berbeda, sehingga pengertian kosmetik menjadi begitu luas dan tidak jelas. Istilah kosmetologi telah dipakai sejak tahun 1940 di Inggris, Prancis, dan Jerman. Istilah ini tidak sama bagi tiap profesi yang menggunakannya (Azhara dan Nurul khasanah, 2011).

2.1.2 Kosmetik dekoratif

  Kosmetik dekoratif, untuk kulit, rambut dan pelengkap lainnya, misalnya bibir dan kuku yang bertujuan untuk meningkatkan atau melindungi dan menjaga kesehatan, yaitu mengubah penampilan dan dapat menutupi cacat pada kulit (Butler, 2000).

  Kosmetik riasan berperan membuat seseorang terlihat lebih cantik, dan memiliki efek psikologis pada penggunanya. Mengenai efek psikologis, kosmetik riasan memberikan perasaan yang lebih tenang, membuat lebih antusias untuk melakukan sesuatu dan merasa baik karena merias wajah merupakan hal yang menyenangkan dan juga memberikan rasa kepuasan kepada perempuan yang ingin mengubah penampilan mereka (Mitsui, 1997).

  Kosmetik riasan terdiri dari berbagai jenis produk yang mana bermacam- macam pigmen (pigmen organik dan anorganik, pigmen mutiara dan lain-lain) terdispersi melalui suatu formula dasar, contohnya bedak, pewarna pipi, lipstik, eye shadow , pensil alis, eyeliner, maskara dan cat kuku (Mitsui, 1997).

  Bahan-bahan yang digunakan dalam kosmetik dekoratif 1. Penyebar pigmen contohnya: Talkum, kaolin, mika, kalsium karbonat, magnesium karbonat, dan lain-lain.

2. Pigmen pewarna terdiri dari pigmen organik dan organik, dan pigmen mutiara a.

  Pigmen organik contohnya: Lithol, Rubin B. Lithol Rubin BCA, Tetrabromofluorecein, carmine, chlorophyll dan lain-lain b.

  Pigmen anorganik contohnya: Red ron oxide, yellow iron oxide, ultramarine, prussian blue, carbon black, dan lain-lain.

  3. Pigmen pemutih contohnya: Titanium oxide, zink oxide.

  4. Pigmen mutiara contohnya: Bismuth oxychloride, titanium dioxide coated mica 5.

  Bahan-bahan lain seperti sabun metal contohnya: Mg, Ca dan Al, asam stearat dan lain-lain

  6. Serbuk polimer sintetik contohnya: Serbuk nylon, serbuk polyethylene 7.

  Bahan alami contohnya: serbuk sellulosa 8. Serbuk logam contohnya: Serbuk aluminium dan lain-lain

  Penyebar pigmen digunakan untuk memberikan kemampuan penyebaran dan adhesi, dan absorpsi keringat dan sebum (Mitsui, 1997).

  Persyaratan untuk kosmetik dekoratif antara lain adalah (Tranggono dan Latifah, 2007): a. Warna yang menarik.

  b. Bau harum yang menyenangkan.

  c. Tidak lengket.

  d. Tidak menyebabkan kulit tampak berkilau.

2.2 Perona Pipi (Rouge)

  

Produk perona pipi bertujuan memerahkan pipi, sehingga

  penggunaannya tampak lebih cantik dan lebih segar. Kadang- kadang dipakai langsung, tetapi lebih sering sebagai foundation. Pewarna pipi ini dipasarkan dalam berbagai bentuk seperti: bubuk kompak, krim, liquid/cair, gel, balls, dan stick (Tranggono dan Latifah, 2007).

1. Perona pipi bentuk bubuk kompak

  Merupakan perona pipi yang paling umum dikenal. Digunakan dengan bantuan blush rush/kuas pada bagian pipi. Serbuk warna pewarna pipi yang dipadatkan ini akan menghasilkan warna yang sangat nyata. Jenis ini dapat dipakai untuk semua jenis kulit, terutama untuk yang memiliki kulit berminyak karena akan mengurangi minyak yang ada selama dipakai dan dalam penggunaanya tidak boleh diaplikasikan terlalu tebal karena menyebabkan tampakan cake (Anonim, 2012).

  Bubuk kompak adalah sediaan dasar berupa padatan, lembut, homogen, mudah disapukan merata pada kulit dengan spon, tidak menimbulkan iritasi, biasanya berbentuk cake, digunakan sebagai sediaan kosmetik untuk berbagai tata rias. Bahan untuk pembuatan bubuk kompak diperlukan bahan seperti yang tertera pada bubuk kompak, biasanya ditambah zat pengikat atau pelicin untuk memudahkan pengempaan. Pembuatan bubuk kompak dapat dibuat dengan cara kempa basah atau kempa kering (Ditjen POM, 1985).

  Terdapat 3 prosedur berbeda yang digunakan untuk memperoleh bubuk kompak, wet moulding (pelelehan basah), damp compressing (pengempaan pengempaan kering (Butler, 2000). Kempa basah

  Proses kempa basah sekarang tidak lagi digunakan di USA, dan kebanyakan perusahaan kosmetik menggunakan proses kempa lembab atau proses kempa kering dalam pembuatan bubuk kompak (Butler, 2000). Kempa lembab

  Metode kempa lembab, basis bedak, pewarna, dan parfum dicampur sampai seragam. Campuran kemudiaan dibasahkan sampai mencapai massa plastis yang sesuai. Serbuk kemudiaan disaring dan dilewatkan kedalam mesin pengempa dan dikeringkan pada temperatur yang sesuai (Butler, 2000).

  Kempa kering Metode kempa kering, basis bedak, pewarna, dan parfum dicampur dan campuran serbuk dapat dilembabkan dengan pengikat, kemudian dicampur secara keseluruhan dan serbuk dikempa (Butler, 2000).

  2. Perona pipi bentuk krim Bentuknya tidak sepadat pewarna pipi bubuk kompak dan memiliki tekstur lebih basah, karena tekstur inilah, maka warna yang dihasilkan dapat lebih menyatu alami dengan warna kulit wajah. Jenis ini kurang cocok digunakan seseorang yang berjenis kulit berminyak karena dapat membuat wajah terlihat lebih basah atau berminyak. Krim pewarna pipi ini sangat cocok digunakan pada daerah zona T wajah berminyak dan memberikan kilau natural. Cara pengaplikasikannya adalah dengan menggunakan jari (Anonim, 2012) 3.

  Perona pipi bentuk liquid/cair pewarna pipi liquid/ cair sedikit lebih encer. Jenis ini hanya boleh diaplikasikan didaerah pipi dan cocok untuk kulit normal dan kering (Anonim, 2012).

  4. Perona pipi bentuk gel Berbentuk gel dan warna yang dihasilkan tidak terlalu nyata sehingga cocok untuk pemakaian sehari-hari atau bila ingin diaplikasikan dandanan yang natural. Pewarna pipi gel ini cocok untuk kulit kering (Anonim, 2012).

5. Perona pipi bentuk balls

  Menyerupai bola-bola kecil. Cara penggunaannya adalah dengan menggunakan kuas yang diputar-putar diatas bola-bola tersebut. Serbuk yang menempel pada kuas kemudiaan dapat disapukan pada pipi. Jenis pewarna pipi ini dapat digunakan untuk semua jenis kulit (Anonim, 2012).

  6. Perona pipi bentuk stick Bentuk stick ini seperti lipstik dan cocok untuk semua jenis kulit. Cara pemakaiannya adalah dengan mengaplikasikannya secara lurus pada pipi, kemudiaan diratakan dengan jari (Anonim, 2012).

  Pemerah pipi dibuat dalam berbagai corak warna yang bervariasi mulai dari warna merah jambu hingga merah tua. Pemerah pipi konvensional lazim mengandung pigmen merah atau merah kecoklatan dengan kadar tinggi (Ditjen POM, 1985).

  Pewarna pipi bubuk dapat disajikan dalam bentuk bubuk tabur, tetapi yang terbanyak dalam bentuk bubuk kompak. Formulasi bubuk kompak umumnya mengandung talkum dengan kadar tinggi dan zat pengikat, sehingga campuran bahan dapat dikempa dalam bentuk kompak (Ditjen POM, 1985).

  Pigmen angkak adalah pewarna alami yang diproduksi oleh kapang

  

Monascus purpureus . Zat warna ini sudah lama digunakan untuk mewarnai

  makanan seperti ikan, daging unggas (ayam dan bebek) serta minuman beralkohol (Jenie, dkk., 1997).

  Pigmen angkak secara tradisional diproduksi menggunakan substrat beras. Oleh karena beras merupakan makanan pokok penduduk indonesia, maka berbagai usaha untuk memproduksi pigmen angkak dengan memanfaatkan limbah industri pangan seperti limbah cair dan padat industri tahu dan tapioka serta dedak padi telah dilakukan (Jenie, dkk., 1997).

  Angkak telah banyak digunakan di Negara-negara Asia terutama Cina, Jepang, Taiwan, Thailand dan Philipina kurang lebih 600 tahun yang lalu. Red- rice atau ang-kak (ang-khak, ankak, anka, ang-quac, beni-koji, aga-koji) digunakan untuk mewarnai makanan seperti pada ikan, keju Cina, dan untuk pembuatan anggur merah di negara-negara oriental (Timur) (Hidayat dan Saati, 2006).

  Pigmen angkak banyak dihasilkan dari beberapa jenis kapang. Dari berbagai macam kapang yang paling umum digunakan adalah Monascus

  

purpureus . Monascus purpureus juga disebut Monascus anka atau Monascus

  kaoliang. Pigmen merah merupakan salah satu warna yang menarik karena warna merah sangat populer pada pewarna makanan dan merupakan warna pigmen yang alami pada makanan (Hidayat dan Saati, 2006).

  Stabilitas pigmen angkak sangat di pengaruhi oleh suhu, lama pemanasan, sinar matahari, oksidator serta pH asam. Angkak dalam bentuk pekatan lebih Penggunaan angkak secara tradisional biasanya dengan cara melarutkan beras angkak dalam air hangat, baru kemudian ditambahkan kedalam makanan yang hendak diwarnai. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kelarutan warna angkak dalam produk (Jenie, dkk.,1997).

  Monascus purpureus adalah kapang utama pada angkak. Angkak adalah beras yang difermentasi oleh kapang sehingga penampakannya berwarna merah. Angkak sudah sejak lama digunakan sebagai bahan bumbu, pewarna dan obat karena mengandung bahan bioaktif berkhasiat. Kapang menghasilkan pigmen yang tidak toksik dan tidak mengganggu sistem kekebalan tubuh (Kasim, dkk., 2005).

  Monascus purpureus juga diketahui menghasilkan senyawa lovastatin.

  Lovastatin menghambat sintesis kolesterol karena menghambat aktifitas HMGCoA reduktase enzim penentu biosintesis kolestrol. Sifat ini dimanfaatkan sebagai obat untuk program diet, pencegah atero-sklerosis, jantung koroner dan stroke. Pemberian lovastatin secara rutin kepada penderita hiperkolesterolemia dapat menurunkan kolesterol darah hingga 30% (Kasim, dkk., 2005).

2.3.1 Proses pembuatan angkak

  Berbagai varietas beras dapat digunakan sebagai medium pertumbuhan kapang Monascus purpureus. Santoso (1985), melaporkan bahwa beras pera dengan intensitas amilosa yang tinggi dan amilopektin yang rendah merupakan substrat yang baik untuk pembuatan angkak dan kandungan lovastatinnya (Kasim, dkk., 2005).

  Penggunaan beras sebagai medium diawali dengan mencuci beras, setelah tersebut dipindahkan ke wadah yang cukup baik untuk aerasi, kemudian dibungkus dengan plastik dan disterilkan di autoklaf selama 30 menit pada suhu 121°C, lalu didinginkan. Inokulasi dilakukan dengan menambahkan suspensi askospora Monascus purpureus yang diperoleh dari kultur yang berusia 25 hari pada medium sabaoraud. Pada saat inokulasi, beras harus tampak kering dan tidak panas. Substrat yang terlalu lembek kurang baik. Beras yang telah diinokulasi o

  tersebut diinkubasikan pada suhu terkontrol yaitu 25 C dan diaerasi selama 20 hari. Selama inkubasi, beras akan menjadi merah secara bertahap, digojok supaya merata dan perlu ditambah air steril untuk menjaga kelembaban, karena adanya air yang hilang selama inkubasi dapat menyebabkan beras menjadi terlalu kering.

  Setelah tiga minggu, beras akan tampak berwarna merah tua kecoklatan, dan beras tersebut tidak saling melekat. Setelah dikeringkan pada suhu 40°C, beras akan mudah dihancurkan sehingga menjadi serbuk (Timotius, 2004).

2.3.2 Kapang Monascus purpureus

  Monascus spp . termasuk pada kingdom fungi, divisi Ascomycetes dan

  bagian dari family Monascaceae. Termasuk pada kel orde

  

dan genus Monascus. Genus Monascus dapat dibagi menjadi 4

  spesies, antara lain: Monascus pilosus, Monascus purpureus, Monascus ruber dan

  

Monascus froridanus. Monascus purpureus termasuk spesies yang kosmopolit

  atau dapat tumbuh di semua tempat, dan telah diisolasi dari tanah, kentang yang matang, nasi, kedelai, sorgum, tembakau, coklat, serta biji palem. Suhu pertumbuhan 18°-40°C (Gandjar dan Samson,1999; Pattanagul, dkk., 2007).

  Monascus purpureus menghasilkan 3 kelompok pigmen yaitu:

  pigmen kuning: monascin (C 2.

23 H

  

26 O

5 ) dan rubropactatin (C

  21 H

  22 O 5 )

  Pigmen orange: monascorubrin (C 3.

  23 H

  27 NO 4 ) dan rubropuntamine

  Pigmen merah: monascorubramine (C (C

  21 H

  23 NO 4 ) (Pattanagul, dkk., 2007).

  Struktur pigmen yang dihasilkan oleh Monascus spp. Tergantung pada jenis substrat dan beberapa faktor spesifik lain selama penanaman seperti pH, suhu, dan kelembapan (Pattanagul, dkk., 2007).

2.4 Dermatitis Irritan

  Iritasi kulit adalah reaksi kulit yang terjadi karena proses inflamasi lokal

  

nonimmunologic dan biasanya diikuti dengan perubahan kulit seperti eritema,

  edema, dan vesicula dengan keluhan gatal terbakar dan menyengat. Iritasi akan segera menimbulkan reaksi kulit sesaat setelah pelekatan atau penyentuhan pada kulit, iritasi demikian disebut iritasi primer. Tetapi jika reaksi tersebut timbul beberapa jam setelah penyentuhan atau pelekatan pada kulit, iritasi ini disebut iritasi sekunder (Ditjen Pom, 1985; Barel, 2001).