Kepemimpinan Kepala Sekolah (3). docx

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN
PROFESIONALISME GURU DI SDIT AR-RIDHO PALEMBANG
HERNI IRMAYANI
Email : herniirmayani88@gmail.com
Abstract:
Kepala sekolah memiliki tanggung jawab terhadap semua aktivitas pembelajaran
sekolah, semua guru memiliki kompetensi di bidangnya untuk menyelesaikan tugas
yang diberikan. Diperoleh data bahwa rata-rata guru telah menempuh jenjang strata
satu. Dalam hal mengajar , guru telah menunjukkan kemampuan mendidik sesuai
dengan tingkat pendidikan, penguasaan materi sudah cukup baik. Profesionalisme
guru diperoleh melalui pelatihan dan sertifikasi. Rata-rata yang menjadi guru adalah
mereka yang langsung bergabung setelah menamatkan S1. Salah satu Faktor
penghambat yang dihadapi kepala sekolah seperti dana keuangan sekolah yang kurang
transparan dan akuntabel, keterbatasan fasilitas, tuntutan yayasan yang kurang
seimbang dalam hal dana kegiatan, perbedaan pola berfikir antar guru, Namun disisi
lain kepala sekolah juga didukung oleh Dinas UPTD kecamatan dalam hal pembinaan
dan pengawasan sehingga media social mudah sekali diakses untuk selalu meminta
saran dan pendapat, masyarakat atau orang tua wali murid memberikan dukungan
dalam setiap kegiatan, adanya kerjasama dengan masyarakat sekitar terutama lahan
parkir menjadi lebih rapi, serta pengelolaan administrasi dan keuangan sekolah yang
transparan dan akuntabel, walaupun langsung dipegang pihak yayasan.

Kata Kunci: Kepemimpinan Kepala Sekolah, Profesionalisme Guru
1. Pendahuluan
Keinginan orang tua terhadap pendidikan yang menyelenggarakan kegiatan belajar
mengajar dengan tujuan meningkatkan pengetahuan dan pengembangan potensi diri
siswa, dalam 3 aspek, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan
peningkatan Imtaq yang menjadi point utama sekolah SDIT Ar-Ridho. Sebagai salah
satu sekolah yang dianggap masyarakat sebagai sekolah untuk orang-orang yang
“beruang”, maka Kepala Sekolah adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
upaya meningkatkan pembelajaran yang bermutu dan berwawasan kemandirian.
Kepala Sekolah diberi wewenang dan tanggung jawab untuk mengkoordinasikan
tujuan bersama berdasarkan visi dan misi sekolah. Gaya kepemimpinan juga
berpengaruh terhadap profesionalisme guru. Menurut Soetopo (2010), tipe-tipe
kepemimpinan dibgi menjadi 4 , yaitu: 1). Kepemimpinan otoriter, yang
1

mengandalkan kekuasaan sebagai pemimpin , 2) kepemimpinan laizzea-faire, hanya
sebagai lambang kebebasan 3)kepemimpian demokratis , yang mengutamakan
kerjasama , 4). Kepemimpinan pseudo-demokratis, demokrasi yang semu dan penuh
manipulasi . Sebagai contoh gaya kepemimpinan kepala sekolah terdahulu yang
cenderung menganut system otoriter, dimana keputusan yang dibuat kebanyakan

perintah dari yayasan yang diteruskan oleh kepala sekolah. Tugas sekolah adalah
melaksanakan kewajiban sesuai dengaan arahan kepala sekolah. Kelebihan dalam
model kepemimpinan ini dirasakan oleh guru disekolah lebih kepada kedisiplinan
yang cukup ketat, tapi kadangkala tidak merasa sejalan, tetapi terpaksa diikuti karena
sudah menjadi keputusan. Seperti ketika kepala sekolah menginginkan kinerja guru
untuk hadir efektif jam mengajar dan bekerja, bagi yang tidak hadir agar membuat
surat keterangan dan dikenai sanksi pengurangan atau pemotongan gaji (Rp.
10.000/hari). Jadwal piket dibuat dengan detail menuliskan setiap guru untuk piket,
yang tugasnya menerima siswa dan menjaga siswa ketika beristirahat dan menjaga
lingkungan sekolah tetap bersih dan nyaman. Kelemahannya adalah keluhan guru
terhadap pemotongn uang dianggap terlalu besar dengan perbandingan yang diterima
setiap bulan tidak seimbang. Satu sisi pihak yayasan pula kurang merespon positif
bagi guru yang dinilai rajin dan rapi secara administrasi.
Jika melihat bagaiaman kepemimpinan tahun 2016 ini, dengan gaya
demokratis dirasakan bahwa kepala sekolah dan guru merupakan tim kerja profesional
yang bekerja sesuai dengan tugas masing-masing dengan mengkordinasikan dan
membahasnya setiap 1 bulan sekali dalam rapat bulanan. Seperti membuat jadwal
pelajaran diserahkan kepada guru kelas masing-masing dan dilaporkan kepada kepala
sekolah untuk direkap oleh petugas TU (hasil observasi, 10 Nopember 2016). Sejalan
dengan pendapat Wirawan bahwa “kepemimpinan terjadi jika ada pemimpin

mempengaruhi

pengikutnya.

Pemimpin

merupakan

unsur

esensial

dari

kepemimpinan, tanpa pemimpin tidak ada kepemimpinan. Pemimpin dapat berupa
seorang individu atau dalam kepemimpinan kolektif pemimpin berupa kelompok
individu” (Wirawan, 2003:65). Pemimpin sekolah merupakan jabatan yang istimewa.
Jabatan pimpinan sekolah tidak berbeda dari jabatan kemanajerialan lainnya. Rivai
dan Murni (2010:296) mengatakan dalam bukunya yang berjudul Education
Management, bahwa : Setiap jabatan menggambarkan status yang diemban

2

pemegangnya. Peranan seseorang ditunjukkan dari kemampuan mengelola pekerjaan.
Peran utama yang harus diemban oleh kepala sekolah adalah pencapaian visi dan misi
dalam tujuan pembelajaran. Kepemimpinan pendidikan mengacu pada kualitas
tertentu yang harus dimiliki kepala sekolah , seperti (1) mengetahui apa yang ingin
dicapai, dan bagaimana mencapainya misi tersebut. (2) strategi untuk melaksanakan
misi guna mewujudkan misi itu. Dan (3) memiliki karakter dan karismatik.
Ketercapaian visi, misi dan tujuan pendidikan, juga bergantung profesionalisme
kepala sekolah dalam mengatur dan mengelola semua timnya untuk tetap pada arah
yang sama sampai pada tujuan akhir program. Semua tenaga pendidik dapat bekerja
sesuai dengan fungsi masing-masing dan jam kerja yang telah diatur sedemkian rupa
tanpa membuat kecemburuan antar guru kelas atau guru mata pelajaran. Kepala
sekolah memahami akan kebutuhan sekolah yang ia pimpin sehingga kompetensi guru
tidak hanya stagnan pada kompetensi yang ia miliki sebelumnya, melainkan
bertambah dan berkembang dengan baik sehingga profesionalisme guru akan
terwujud. Menurut Mulyasa dalam Syarwani (2016 : 29 ), kriteria dalam
kepemimpinan efektif yaitu: a) mampu memberdayakan seluruh sumber daya dengan
baik, lancar dan produktif, b) menyelesaikan tugas, c) menjalin hubungan yang
harmonis, d) berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan, e) bekerja dengan tim

manajemen g) berhasil mewujudkan tujuan secara produktif. Fungsi kepemimpinan
dalam sebuah organisasi, diantaranya pertama, memfokuskan diri pada tujuan, misi
dan disain organisasi. Kedua, mengembangkan budaya organisasi. Ketiga,
memberdayakan para bawahannya. Keempat, mengembangkan produk organisasi.
Kelima, bertindak sebagai konduktor, ia mengorganisir dan mensinergikan para
bawahannya dalam melaksanakan tugas (Wirawan, 2003:34-35).
Menurut Mulyasa (2009, p.117), “kegagalan dan keberhasilan suatu organisasi
banyak ditentukan oleh pemimpin karena pemimpin merupakan pengendali dan
penentu arah yang hendak ditempuh oleh organisasi menuju tujuan yang akan
dicapai.” Kepala sekolah merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan
sekolah, yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah dan pendidikan
direalisasikan. Artinya, kepala sekolah adalah penentu sukses gagalnya sekolah dalam
mencapai tujuan program pendidikan. Ketika kepemimpinan berjalan secara efektif
maka akan meningkatkan dan mengembangkan profesi guru secara profesional dalam
3

mempengaruhi profesionalisme guru sehingga dapat menjalankan tugas sesuai dengan
tugas akademiknya. Guru-guru dan staf lainnya bekerja dengan baik dan penuh
semangat apabila kepala sekolah mampu menerapkan strategi, prinsip dan pola
kepemimpinannya secara efektif. Pola kepemimpinan demokratis yang diterapkan di

SDIT Ar-Ridho dapat mewakili keinginan bersama dalam kesejajaran sebagai tim
baik antara kepala sekolah maupun guru. Berdasarkan Kepmendiknas No. 162 Tahun
2003 tentang pedoman penugasan guru sebagai kepala sekolah (Karwati & Priansa,
2013, p.114) disebutkan bahwa tugas/peran kepala sekolah meliputi: “educator,
manager, administrator, supervisor, leader, entrepreneur, dan climate creator”. Peran
dan fungsi tersebut apabila dijalankan dengan baik dan benar, maka mutu pendidikan
di sekolah akan meningkat.
Dengan gaya kepemimpinan yang demokratis diharapkan guru dapat
meningkatkan

kediplinannya,

mampu

dalam

pengelolaan

kelas,


mampu

mengaplikasikan teknologi dalam mendukung proses belajar sesuai dengan
kompetensi masing-masing.
2. Profesionalisme Guru
Ahmad Tafsir (2006) mendefenisikan profesionalisme adalah paham yang
mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang profesional. Dadlam
kamus Bahasa Indonesia edisi kedua (1991) , guru diartikan orang yang pekerjaannya
mengajar. Secara sederhana pekerjaan yang bersifat professional adalah pekerjaan
yang hanya dapat dilakukan oleh orang yang secara khusus disiapkan untuk itu dan
bukan pekerjaan dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang tidak dapat
atau tidak memperoleh pekerjaan yang lainnya. Dalam hal ini guru yang bagaimana
yang dianggap profesional ? menjawab pertanyaan berikut maka ada beberapa factor
yang mempengaruhi guru profesional, antara lain 1) dilihat dari status akademik
memiliki kemampuan secara teoritis dan praktis, 2) memiliki pengalaman belajar dan
menguasai kelas dengan baik, 3) mencintai profesinya sebagai guru, 4)
berkepribadian.
Kondisi dilapangan pada saat penerimaan seleksi guru yang dilakukan oleh
Yayasan adalah perekrutan tanpa daya banding antara pelamar. Ini disebabkan karena
yayasan kurang sepakat untuk membuka secara terbuka dimedia massa seperti radio

4

atau surat kabar penerimaan tenaga pendidik seperti guru mata pelajaran dan guru
kelas. transparan. Perlukah kepala sekolah ikut menyeleksi penerimaan tenaga guru di
sekolah tersebut? Selama yang berjalan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2016
perekrutan hanya dilakukan melalui informasi yang disampaikan melalui intern
sekolah (Panitia PPDB 2016, Nuril Taufiqi) Sehingga mereka tenaga pendidik yang
diterima juga kurang qualified baik didalam proses pengelolaan kelas maupun
administrasi kelas. Dari temuan dilapangan berdasarkan data catatan PDE
(Pengolahan Data Elektronik) tahun 2016 ditemukan bahwa di sekolah SDIT ArRidho terdapat 26 orang guru dengan kualifikasi 2 orang guru yang belum mencapai
kualifikasi S1, yaitu guru penjas dan guru tahfizh atau BTA. Perekrutan ini bermula
dari tahun pertama sekolah menerima mereka yang mau mengajar, bukan atas
landasan kebutuhan kualifikasi S1. Perlu diketahui bahwa sekolah tersebut berdiri dan
mulai operasional tahun 2007, atas surat keputusan ijin operasional dari Kepala Dinas
Dikpora Kota Palembang tahun 2007 dan diperpanjang sampai dengan sekarang 2016.
Dengan profesionalisme guru, maka guru masa depan tidak tampil lagi sebagai
pengajar (teacher), seperti fungsinya yang menonjol selama ini, tetapi beralih sebagai
pelatih (coach), pembimbing (counselor), dan manajer belajar (learning manager).
(Kunandar, 2011:50). Akan dengan perekrutan yang dilaksanakan seperti diatas,
rasanya akan banyak sekali PR kepala Sekolah dalam membuat guru menjadi

profesional dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya.
Sejalan dengan keinginan orang tua agar siswa memperoleh pembelajaran
yang baik, tak pelak membuat kepala sekolah harus mencari strategi jitu dalam
meningkatkan profesionalisme guru dalam setiap kegiatan. Seringkali kepala sekolah
menghimbau agar tidak mati dengan kreatifitas dan inovasi. Beberapa guru mengikuti
pelatihan memang tidak semua guru dapat mengikuti akan tetapi diharapkan guru
mentransferkan ke guru yang lain, sehingga semua dapat bekerja sendiri. Sebagai
guru yang profesional tuntutan yang harus dipenuhi untuk mencapai itu bahwa guru
harus memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi dan mampu mendidik nilai-nilai
positif dalam bimbingan sampai dengan bimbingan dan keteladanan dari kepala
sekolah. Tak jarang kepala sekolah memberikan upaya agar guru dapat mengikuti
pelatihan-pelatihan seperti pembuatan administrasi kelas, dan pembuatan kisi-kisi soal
ujian yang diberikan dari pengawas UPTD kecamatan. Menurut Sagala (2011:23)
5

Kompetensi merupakan peleburan dari pengetahuan (daya pikir), sikap (daya kalbu),
dan keterampilan (daya fisik) yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan. Dengan kata
lain, kompetensi merupakan perpaduan dari penguasaan pengetahuan, keterampilan,
nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam
melaksanakan tugas/pekerjaan. Dalam pelaksanaan tugas pembelajaran sehari-hari

guru dituntut akan kreatifitas, inovasi dan pembelajaran yang menyenangkan.
Guru dalam konteks pendidikan memiliki peran yang besar dan strategis. Hal
ini dikarenakan untuk mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi sekaligus
mendidik dengan nilai-nilai positif melalui bimbingan dan keteladanan. Guru harus
memiliki empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Dengan kompetensi tersebut, yang
berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya akan menjadi guru yang profesional,
baik secara akademis maupun nonakademis. Kemampuan ini dapat dimiliki apabila
guru menerima semacam pelatihan dan pembinaan yang sesuai dengan kebutuhan
bagi anak-anak.
Sudarwan

Danim

(2002:30)

menyatakan

bahwa


pembinaan

dan

pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan melalui berbagai strategi dalam
bentuk pendidikan dan pelatihan (diklat) maupun bukan diklat, sebagai berikut: (1)
Pendidikan dan Pelatihan yang terdiri dari: Pelatihan secara internal di kelompok
kerja guru, Program magang, Kemitraan sekolah, Pelatihan berjenjang dan pelatihan
khusus, Kursus singkat di perguruan tinggi atau lembaga pendidikan lainnya,
Pembinaan internal oleh sekolah, Pembinaan profesi guru melalui pendidikan lanjut.
(2) Kegiatan Selain Pendidikan dan Pelatihan, yang terdiri dari : Diskusi masalahmasalah pendidikan, Seminar, Workshop, Penelitian, Penulisan buku/bahan ajar,
Pembuatan media pembelajaran, dan Pembuatan karya teknologi/karya seni. Tahun
lalu kegiatan yang diikuti oleh guru kelas dan guru bidang studi antara lain adalah
mengikuti pelatihan kurikulum K13, pelatihan pembuatan kisi-kisi soal ujian dengan
menggunakan kata-kata operasional C1 – C6.untuk tingkat sekolah dasar kata
operasional yang diambil hanya pada C4 saja.
Dalam UU system Pendidikan Nasional tahun 2003, pasal 39 (2) menjelaskan
“pendidik merupakan tenaga profesional yang mampu merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran , menilai hasil pekerjaan, melakukan bimbingan
6

dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat”. Hasan
(dalam Abdul Hadis, dkk, 2010:6) mengemukakan bahwa : Guru sebagai tenaga
profesional harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu: (1) mempunyai komitmen
terhadap siswa dan proses belajarnya, (2) menguasai mata pelajaran yang
diajarkannya serta cara mengajarnya kepada siswa, (3) bertanggungjawab memantau
hasil belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi, dan (4) mampu berpikir sistematis
tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari lingkungan profesinya. Jika guru
dapat memenuhi beberapa kriteria tersebut di atas, maka para guru akan menunjukkan
kinerja yang baik.
Dalam perkembangan hasil temuan yang kami peroleh dilapangan dengan
merujuk pada kriteria tenaga professional, maka ternyata masih banyak guru di SDIt
Ar-Ridho yang belum sepenuhnya dari hari berkeinginan mengajar, terbukti dengan
kakunya waktu yang digunakan bagi siswa untuk belajar dengan guru, kurangnya
kemampuan guru dalam menguasai materi pelajaran, yang kadangkala teks book
sehingga membuat siswa menjadi kebingungan, kurangnya membuat evaluasi hasil
belajar sehingga kadangkala hasil belajar kurang maksimal, serta masih belum dapat
berfikir secara sistematis. Seringkali guru tidak menggunakan media belajar, RPP juga
tidak dipersiapkan dan alat penilaian tidak digunakan. Pembelajaran lebih sering
menggunakan cara konvensional, padahal media untuk mengakses gambar
pembelajaran melalui infocus sudah tersedia.
Dari beberapa sekolah dasar yang berada pada lingkup pengelola swasta
seperti Sekolah SD Pusri, yang berada pada wilayah kecamatan yang sama, mereka
memiliki kelebihan masing-masing memiliki guru profesional melalui seleksi ketat
dari yayasan atau pengurus dan tahapan yang sudah standar untuk penerimaan calon
guru sekolah dasar. Selain kemampuan ilmu pengetahuan, mereka juga menilai
keahlian yang mendukung aktifitas siswa. Sarana dan prasarana lengkap dan
lingkungan belajar yang kondusif.

3. Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif . Menurut Sugiyono
(2016:15) metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan
7

pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang
alamiah. Metode kualitatif bertolak dari pandangan fenomenologis, yang mana
peneliti berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang
biasa dalam situasi-situasi tertentu (Patilima, 2011).
Dalam penelitian ini peneliti berusaha menggali secara mendalam bagaiamana
efektifitas kepemimpinan kepala sekolah terhadap profesionalisme guru di SDIT ArRidho Palembang, menganalisis informasi, hasil penelitian dan teori-teori yang
mengkaji kriteria efektifitas kepemimpinan terhadap profesionalisme guru. Data yang
didperoleh dari SDIt Ar-Ridho Kotamadya Palembang, menjadi data primer dalam
penelitian ini.
Objek penelitian ini adalah SDIT Ar-Ridho Palembang, Sumatera Selatan,
informasi dari guru dan tenaga kependidikan, hasil penelitian dan teori-teori yang
mengkaji efektifitas kepemimpinan kepala sekolah terhadap profesionalisme guru di
tingkat sekolah dasar. Selain peneliti melakukan studi literatur, peneliti juga
melakukan wawancara langsung dengan guru dan tenaga tata usaha serta guru senior
yang lebih memahami kondisi sekolah dengan baik.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam,
observasi, studi informasi, dan studi hasil penelitian dan teori-teori terkait efektifitas
kepemimpinan kepala sekolah terhadap profesionalisme guru ditingkat sekolah dasar.
Observasi merupakan salah satu tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian kualitatif (Emzir dalam Jurnal Kristiawan, 2016). “the fundamental
methods relied on by qualitative researchers for gathering information are,
participation in the setting, direct observation, in-depth interviewing, document
review” (Marshall, Gretchen, Rossman dalam Sugiyono: 2016). Menurut Sutrisno
dalam Jurnal Kristiawan (2016), sebagai metode ilmiah, observasi biasanya diartikan
sebgai pengamatan dan pencatatan dengan sistematis atas fenomena-fenomena yang
diteliti. Lalu tehnik studi dokumen yang digunakan adalah mencari data mengenai
hal-hal yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notule
rapat, legger, dan agenda (Arikunto dalam Jurnal Kristiawan: 2016). Hadari (2005)
menyatakan bahwa studi dokumen adalah cara pengumpulan data melalui
peninggalan tertulis berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku mengenai pendapat,
dalil yang berhubungan dengan masalah penyelidikan”.
8

Dalam menganalisis data, peneliti meringkas data dalam bentuk yang mudah
difahami dan mudah ditafsirkan (Sukardi dalam jurnal Kristiawan, 2016). Menurut
Moleong, (2007) aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif
dan berlangsung secara teus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai
tuntas, dan data diperoleh sampai jenuh. Menurut Bogdan dan Biklen dalam Jurnal
Kristiawan , (2016), menyebutkan “ analysis involves working with data, organizing
it, breaking it into manageable units, synthesizing searching for patterns, discovering
what is important and what to be learned and deciding what you will tell the oters”.
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Kepemimpinan menurut Wahyudi (2009:120) adalah“kemampuan seseorang
dalam menggerakkan, mengarahkan, sekaligus mempengaruhi pola pikir, cara kerja
setiap anggota agar bersikap mandiri dalam bekerja terutama dalam pengambilan
keputusan untuk kepentingan percepatan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan”.
Kepemimpinan menggunakan kemampuan dan kecerdasannya dengan memanfaatkan
lingkungan dan potensi dalam memimpin untuk menggerakkan, mengarahkan dan
mempengaruhi profesionalisme guru dalam mencapai tujuan dalam mewujudkan
kepemimpinannya. Pengertian ini mengandung makna bahwa dalam kepemimpinan
terdapat dua aspek, yaitu 7 pertama aspek upaya dari pemimpin untuk mempengaruhi
orang lain, kedua tujuan organisasi dalam mewujudkan hasil yang dicapai. Harol W.
Bolas (dalam Wirawan 2003:17) mendefinisikan kepemimpinan bahwa,”Leadershp is
a process, or series of actions, in which one of more persons exert influence, authority,
or power over one or more others in moving a social system toward one or more of
four primary system goals”. Menurut Bolas kepemimpinan merupakan proses atau
sejumlah tindakan dimana satu orang atau lebih (pemimpin) menggunakan pengaruh,
wewenang atau kekuasaan terhadap satu atau lebih orang lain (pengikut) dalam
menggerakkan sistem sosial untuk mencapai suatu atau lebih tujuan sistem sosial.
Menurut Boles tujuan sistem sosial adalah memenuhi kebutuhan, produktivitas,
inovasi dan pemeliharaan organisasi sistem sosial. Penerapan kepemimpinan sangat
ditentukan oleh situasi kerja dan sumber daya pendukung dalam mempengaruhi
perilaku kepemimpinan. Gary Yukl (2001:3) mengatakan “Kepemimpinan adalah
9

proses yang disengaja dari seseorang untuk menekankan pengaruhnya yang kuat
terhadap orang lain untuk membimbing, membuat struktur, memfasilitasi aktivitas
dalam hubungan dalam kelompok atau organisasi”. Edward Sallis (2006:169)
menyatakan,”Kepemimpinan adalah unsur penting dalam Total Quality Management
(Manajemen Mutu Terpadu)”. Pemimpin harus memiliki visi dan mampu
menerjemahkan visi tersebut ke dalam kebijakan yang jelas dan tujuan yang spesifik.
Mutu

terpadu

bagaimana

seorang

pemimpin

dalam

membangkitkan

dan

meningkatkan gairah dan pandangan hidup bagi organisasi untuk meningkatkan mutu
pendidikan.
Sekolah Dasar Islam terpadu Ar-Ridho Palembang yang terletak di Jl. Residen H.
Abdul Rozak merupakan salah satu sekolah swasta yang mulai beroperasionasarl
tahun 2007 yang lalu. Dasar dibangunnya sekolah ini adalah untuk menjawab akan
kebutuhan masyarakat mencari solusi alternative sekolah yang memiliki program
sekolah yang semi pesantren, yaitu lebih kepada pendidikan formal yang memadukan
materi umum dengan materi keislaman dengan jam pembelajaran yang seimbang.
Harapan para orang tua dan masyarakat adalah dengan adanya sekolah Ar-Ridho akan
menjadi tempat bagi anak-anak untuk dapat mengaji (membaca Alquran), menghafal
Alquran dan doa Hadist serta dapat mengaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari
seperti melaksanakan kewajiban Sholat 5 waktu dengan bacaan yang baik dan benar.
Pencapaian visi sekolah “ cerdas, terampil dan berakhlak mulia” dan
dijabarkan dalam misi sekolah yang selanjutnya dibuat program kerja target
pencapaian dalam jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang, dengan
tujuan agar setiap tahun dapat dievaluasi setiap program yang telah berjalan dan mana
yang belum tercapai. Sebagai pemimpin yang memegang model kepemimpinan
demokratis, tentunya keputusan dalam setiap rapat berusaha untuk dapat disepakati
team dan bekerja sama dengan adil dan jujur. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
agar kepemimpinan dapat berperan dengan baik, antara lain adalah : a) Menjadi dasar
utama dalam efektivitas kepemimpinan bukan pengangkatan atau penunjukkannya,
melainkan penerimaan orang lain terhadap kepemimpinan yang bersangkutan. b)
efektivitas kepemimpinan tercermin dari kemampuannya untuk tumbuh dan
berkembang. 3) efektifitas kepemimpinan menuntut kemahiran untuk “membaca”

10

situasi. 4) perilaku seseorang tidak terbentuk begitu saja, melainkan melalui
pertumbuhan dan perkembangan.5) kehidupan organisasi yang dinamis .
Selama 2 tahun berjalan dengan model kepemimpinan demokratis dapat
dilihat perbedaannya dengan tahun sebelumnya. Beberapa hal yang memberi sedikit
perubahan warna dalam kegiatan pembelajaran disekolah diantaranya adalah
diberinya keleluasaan guru kelas mengolah jadwal mata pelajaran untuk
mengkoordinasi dengan wakil kurikulum untuk mengatur sendiri mata pelajaran.
Perlu diketahui bahwa di SDIT Ar-Ridho tahun 2016 ini memiliki jumlah siswa 256
anak yang tekelompok dalam 13 rombel. Setiap rombel memiliki kapasitas maksimal
25 anak. Ruang kelas yang tidak terlalu besar tidak memungkinkan sekolah menerima
siswa dengan kapasitas berlebihan. Pada tahun 2016 penerimaan siswa baru (PPDB)
membuak 2 kelas dengan jumlah kuota tiap kelas hanya 25 anak dengan total jumlah
seluruh 50 siswa. Data yan diterima dari administrasi sekolah bahwa jumlah siswa
yang diperoleh sekolah berjumlah 44 anak kelas 1 dari total target 50 siswa untuk 2
rombel. (hasil wawancara dengan panitia PPDB 2016/Ibu Maimunah: 08 Nopember
2016). Sementara jumlah yang pindah dengan alasan mengikuti orang tua sebanyak 6
orang dari beberapa kelas. Sedangkan James Liphan (dalam Purwanto, MP, 2009:26)
menyatakan, ”Kepemimpinan adalah permulaan dari suatu struktur atau prosedur baru
untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran organisasi atau untuk mengubah tujuantujuan dan sasaran organisasi”. Pengertian ini mengandung makna bahwa
kepemimpinan diawali dari penyusunan suatu struktur dan prosedur yang dapat
menggerakkan dan mengarahkan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Pengertian
tersebut

diperkuat

oleh

Purwanto

(2009:25)

menjelaskan

bahwa

konsep

kepemimpinan ditinjau dari segi sejarah perkembangannya, dapat dikemukakan tiga
konsep kepemimpinan, yaitu : (a) Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan yang
berupa sifat-sifat yang dibawa sejak lahir yang ada pada diri seorang pemimpin.
Menurut konsep ini kepemimpinan diartikan sebagai traits within the individual
leader; (b) Konsep ini memandang kepemimpinan sebagai fungsi kelompok (function
of the group); (c) Konsep ini tidak hanya didasari atas pandangan yang bersifat
psikologis dan sosiologis, tetapi juga atas ekonomi dan politis. Menurut konsep ini
kepemimpinan ketiganya dipandang sebagai suatu sifat individu pemimpin dan
fungsi-fungsi kelompok seperti pada konsep pertama, kedua, dan ketiga, kondisi dan
11

situasi tempat kelompok itu berada mendapat penganalisaan dalam masalah
kepemimpinan. Konsep yang ketiga ini menunjukkan bahwa, betapa pun seorang
pemimpin telah memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang baik dan dapat menjalankan
fungsinya sebagai anggota kelompok, sukses tidaknya kepemimpinan masih
ditentukan pula oleh situasi yang selalu berubah yang memperngaruhi perubahan dan
perkembangan kehidupan kelompok yang dipimpinnya. 8 Demikian halnya
kepemimpinan kepala sekolah, berhasil tidaknya tergantung bagaimana peran seluruh
komponen yang ada dalam lembaga tersebut. Bagaimana peran baik dari tenaga
pendidik, tenaga kependidikan, komite sekolah, pengawas, dan orang tua siswa dalam
mengembangkan

dan

meningkatkan

sumber

daya

manusia

sesuai

dengan

kompetensinya secara berkesinambungan. Dari penelaahan definisi kepemimpinan
yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya dikerjakan melalui interaktif dan
efektifitas dalam melibatkan banyak orang dan saling mempengaruhi. Ketercapaian
tujuan

pendidikan

sangat

bergantung

pada

kecakapan

dan

kebijaksanaan

kepemimpinan kepala sekolah yang merupakan salah satu pemimpin pendidikan.
Karena kepala sekolah merupakan seorang pejabat yang profesional dalam organisasi
sekolah yang bertugas mengatur semua sumber organisasi dan bekerjasama dengan
guruguru dalam mendidik siswa untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam
Educational Administration, Wayne K. Hoy and Cecil G. Miskel (2008: 421)
menyatakan “A number of studies have a used a structured observation approach to
describe what managers, administrators, and leaders do in their everyday jobs”. Pada
sumber yang sama, Wayne K. Hoy and Cecil G. Miskel mengutip pernyataan Kyung
Ae Chung and Cecil Miskel yang mengatakan bahwa : Given the regularities in the
search. Kyung Ae Chung and Cecil Miskel summarize the major findings : (a)
Administering schools is feverish and consuming; school administrators work long
hours at an unrelenting, physically exhausting pace; (b) School leaders rely on verbal
media; they spend a great deal of time walking around the building and talking to
individuals and groups; (c) Administrator activities vary widely; hence, administrators
the pace is rapid and frenzied, discontinuity prevalent, and the span of concentration
short. Dengan keprofesionalan kepala sekolah ini pengembangan profesionalisme
tenaga kependidikan mudah dilakukan karena sesuai dengan fungsinya, kepala
sekolah memahami kebutuhan sekolah yang ia pimpin sehingga kompetensi guru
12

tidak hanya terhenti pada kompetensi yang ia miliki sebelumnya, melainkan
bertambah dan berkembang dengan baik sehingga profesionalisme guru akan
terwujud. Dalam Jurnal Ilmu Pendidikan yang berjudul Kepemimpinan Kepala
Sekolah yang Efektif Kunci Pencapaian Kualitas Pendidikan, Ekosiswoyo (2007 : 80)
menggambarkan

peran

kepemimpinan

sebagai

berikut.

“Setiap

jabatan

menggambarkan status yang diemban pemegangnya, status itu, pada gilirannya
menunjukkan peran yang harus dilakukan pejabatnya. Peran utama yang harus
diemban oleh kepala sekolah yang membedakannya dari jabatanjabatan kepala unit
lainnya adalah peran sebagai pemimpin pendidikan. Kepemimpinan pendidikan
mengacu pada kualitas tertentu yang harus dimiliki kepala sekolah untuk dapat
mengemban tanggung jawabnya secara berhasil. Diantara kualitas itu paling tidak
kepala sekolah harus (a) tahu secara benar tetang sesuatu yang ingin dicapainya (visi)
dan upaya mencapainya, (b) memiliki sejumlah kompetensi untuk melaksanakan misi
guna mewujudkan visi yang dicanangkan, dan (c) memiliki karakter tertentu yang
menunjukkan integritasnya”.
Letak sekolah Ar-Ridho yang berada di sekitar lingkungan perumahan TNI,
otomatis cukup strategis menjadi pilihan terbaik bagi anak-anak TNI memilih ArRidho sebagi pilihan bersekolah. Akan tetapi resiko bagi anak-anak TNI juga bahwa
mereka harus ikut pindah sekolah pada saat orang tua berpindah tugas, bukan karena
ketidakmampuan siswa mengikuti pelajaran, atau bermasalah dengan guru.
Dalam kegiatan pembelajaran, kepala sekolah memberikan ruang seluasluasnya bagi guru untuk mengelola kelas sebaik-baiknya. Kepala sekolah selalu
menghimbau dan mengingatkan guru untuk selalu kreatif dan berinovasi dalam proses
pembelajaran. Beberapa hal yang dilakukan oleh kepala sekolah selaku pimpinan
yang bertanggung jawab terhadap profesionalisme guru adalah 1) mengupayakan
pihak yayasan untuk memberikan menyiapkan dana kegiatan belajar mengajar, seperti
dana kegiatan kunjungan rutin ke berbagai tempat sebagai sarana pembelajaran keluar
kelas dan berinteraksi dengan lingkungan bisnis yang ramah lingkungan. Agenda
kegiatan ini telah dirapatkan bersama dewan guru dan yayasan dan dirapatkan lagi
bersama orang tua/wali serta ketua komite sekolah untuk mengajak menentukan
kegiatan kunjungan dilaksanakan.

13

Hal dimaksudkan agar kegiatan berjalan lebih transparan sehubungan dana
yang harus dikeluarkan untuk kegiatan tersebut; 2) Dalam rangka meningkatkan
profesionalisme guru, diadakan pelatihan dan pembinaan yang menghadirkan ketua
Pengawas Rayon dari Dinas UPTD Kecamatan Kalidoni yang memiliki kompetensi
dalam membuat administrasi kelas yang baik dan benar termasuk cara pengisian
Program semester dengan benar. Sebagaimana tugas guru bahwa mempersiapkan
segala administrasi kelas dengan baik akan mendukung program belajar yang efektif
pula; 3) setiap tahun melaksanakan rolling guru kelas, dengan tujuan agar setiap guru
memiliki kemampuan dan pengalaman yang beragam, baik dalam hal pengelolaan
kelas, administrasi kelas, memahami karakter siswa, membuat improvisasi dalam
pembelajaran, mengenal siswa lebih baik, dan mengubah mind set guru yang berfikir
bahwa tugasnya hanya pada bagian yang menjadi tanggung jawabnya saja tanpa mau
berfikir secara global. Mengkotak-kotakkan ilmu pengetahuan yang dimiliki dengan
kemampuan yang dimiliki; 4) bersama dengan guru agama membuat program tahfizh
yang merupakan program unggulan sekolah.
Kendala yang terjadi selama ini dalam kegiatan ini adalah kurangnya motivasi
anak untuk mengikuti program tahfizh secara continue, seperti kegiatan eskul yang
dijadwalkan rutin pada hari Sabtu pagi pukul 07.30 sampai dengan 09.00. Dengan 3
orang guru pendamping tahfizh yang didanai dari dana BOS. Selain itu kegiatan ini
dilakukan pembiasaan setiap hari dengan mengumpulkan siswa di lapangan sekolah
dan selama lebih kurang 20 menit membacakan surat pendek (juz 30) sebanyak 10-15
surat dan Surat Al-Baqarah dari ayat 1 sampai dengan 23 ayat. Diharapkan dengan
pembiasaan setiap hari ini dapat menambah kedisplinan guru dan anak-anak untuk
hadir tepat waktu dan menghafal surat Alquran. 5) memberikan kesempatan seluasluasnya bagi guru dan siswa untuk mengeskplorasi kemampuan minat dan bakat
sebagai apresiasi seni tari atau suara , Tahfizh Quran, seni bela diri dan
mengakomodasinya dalam mengikuti lomba lomba dan pertandingan. 6) menjadikan
Ar-Ridho sebagai salah satu sekolah Islam terpadu yang menjadi pilihan nomor satu
bagi masyarakat dan mampu bersaing dengan sekolah Islam lain dalam program
pembelajaran Alquran terutama dan menghasilkan output yang mampu tampil di
khalayak ramai dengan percaya diri dan memiliki kemampuan intelektual yang tinggi
disertai dengan akhlak dan tutur kata yang baik.
14

Dalam upaya meningkatkan profesionalisme guru, kepala sekolah selaku
pimpinan dalam kesehariannya memberikan ruang gerak dan motivasi kepada tenaga
pendidik untuk melakukan kegiatan yang mengarah pada pembinaan mutu guru
berkualitas dengan mengikutkan guru dalam setiap kegiatan yang berkaitan dengan
kompetensi keguruaannya, seperti ikut serta dalam KKG, pelatihan-pelatihan, studi
banding dan memotivasi guru untuk selalu mengembangkan wawasannya melalui
berbagai media yang tersedia seperti perpustakan dan lain-lain, serta memberikan
peluang bagi setiap guru yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi, kini SDIT Ar-Ridho Palembang telah memiliki 25 orang tenaga pendidik yang
berijasah, S1 dan S2, 24 orang berijazah S1 dan 2 orang lainnya berijazah D3 .
Pengembangan dan peningkatan kompetensi bagi guru yang sudah memiliki sertifikat
pendidik dilakukan dengan pembinaan dan pengembangan kompetensi pendagogik,
kompetensi kepribadian kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang telah
dimilikinya. Secara umum kegiatan pembinaan dan pengembangan ini dimaksudkan
untuk merangsang, memelihara, dan meningkatkan kompetensi guru dalam
memecahkan masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran yang berdampak pada
peningkatan mutu hasil belajar siswa. Pembinaan dan pengembangan ini dilakukan
oleh guru yang bersangkutan untuk dapat secara profesional mengelola semua
sumberdaya kelas, seperti ruang kelas, fasilitas pembelajaran, suasana kelas, dan
interaksi sinergis lainnya yang diperoleh guru pada saat menjalani tugas-tugas
kedinasan. Dengan begitu, potensi yang telah dimiliki guru bersertifikat akan terjaga
dan terus berkembang.
Adapun tujuan khusus pembinaan Pendidik satuan pendidikan adalah agar
para Pendidik satuan pendidikan/sekolah: a) Mampu melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya melaksanakan Pendidikan akademik dan Pendidikan manajerial pada satuan
pendidikan. Meningkatnya kompetensi pribadi, kompetensi sosial, kompetensi
pedagogik dan kompetensi profesional sehingga dapat mempertinggi kinerjanya. b)
Mampu bekerjasama dengan guru, kepala sekolah, staf sekolah dan komite sekolah
dalam meningkatkan kinerja satuan pendidikan/sekolah . c) Mampu melakukan
berbagai inovasi pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di
sekolah . d) Berjalannya jenjang karir jabatan Pendidik melalui angka kredit jabatan
fungsional. e) Hasil yang diharapkan dari pembinaan dan pengembangan karir
15

Pendidik satuan pendidikan/sekolah adalah diperolehnya Pendidik yang profesional
sehingga dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan di sekolah .
Keberhasilannya pembinaan dan pengembangan karir Pendidik satuan
pendidikan/sekolah harus terlihat dalam indikator-indikator sebagai berikut: a)
Meningkatnya kualifikasi Pendidik minimal berpendidikan sarjana (SI) terutama bagi
Pendidik yang berpendidikan Diploma.b) Meningkatnya motivasi kerja para Pendidik
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai Pendidik profesional. c)
Meningkatnya kinerja dan hasil kerja Pendidik yang ditunjukkan oleh kemajuankemajuan mutu pendidikan pada sekolah . d) Meningkatnya pangkat dan jabatan
Pendidik setelah memenuhi angka kredit sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta
kesejahteraan materil dan non-material sesuai dengan jabatan dan prestasi yang
dicapainya. e) Meningkatnya citra positif para Pendidik satuan pendidikan dikalangan
stakeholder sekolah. Meningkatnya kemauan Pendidik untuk studi lanjut dan atau
meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya sebagai Pendidik profesional. (Nana
Sudjana; 2006)
Kendala yang dihadapi kepala sekolah dalam mencari dukungan dana dan
kurangnya partisipasi masyarakat, serta adanya beberapa guru yang perannya
dianggap belum maksimal juga menjadi faktor penghambat. Berbagai upaya telah
dilakukan oleh kepala sekolah guna meminimalisir dampak dari pengaruh hambatan
yang dirasakan, sehingga program peningkatan kualitas sekolah masih dapat
terlaksana sebagaimana mestinya. Sebagai kepala sekolah berbagai hambatan dari
internal maupun eksternal tidak membuatnya lemah semangat. Bahkan hambatan
yang dirasakan menjadi sebuah tantangan yang dihadapinya guna peningkatan
profesional guru. Pada akhirnya guru yang profesional tersebut dapat melaksanakan
pembelajaran dengan baik sehingga peningkatan prestasi belajar siswa di sekolah
dapat terwujudkan. Dalam menjalankan keputusan yang dibuat, kepala sekolah
mendapat dukungan dari berbagai kalangan diantaranya guru, siswa, orang tua siswa,
komite, dan pengawas sekolah. Letak sekolah yang strategis, kepercayaan dan
dukungan masyarakat terhadap sekolah, serta ketersediaan tenaga mengajar yang
mencukupi juga merupakan faktor penting dalam mendukung pimpinan sekolah

16

dalam upaya meningkatkan kualitas sekolah, para guru, serta murid yang berada
dalam lingkup cakupannya.
Namun, untuk menghasilkan guru yang profesional juga bukanlah tugas yang
mudah. Guru harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses
pembelajaran siswa. Agar proses pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien, guru
dituntut memiliki kompetensi yang memadai, baik dari segi jenis maupun isinya.
Tenaga kependidikan profesional tidak hanya menguasai bidang ilmu, bahan ajar, dan
metode yang tepat, akan tetapi mampu memotivasi peserta didik, memiliki
keterampilan yang tinggi dan wawasan yang luas terhadap dunia pendidikan.
Profesionalisme tenaga kependidikan juga secara konsisten menjadi salah satu faktor
terpenting dari mutu pendidikan. Tenaga kependidikan yang 6 profesional mampu
membelajarkan murid secara efektif sesuai dengan kendala sumber daya dan
lingkungan. Namun, untuk menghasilkan guru yang profesional juga bukanlah tugas
yang mudah. Guru harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses
pembelajaran siswa. Agar proses pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien, guru
dituntut memiliki kompetensi yang memadai, baik dari segi jenis maupun isinya.
Yelon and Weinstein (dalam Mulyasa, 2011:37) menyatakan bahwa, “sedikitnya 19
peran guru sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharuan
(innovator), model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreatifitas, pembangkit
pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa cerita, aktor, emansipator,
evaluator,

pengawet,

dan

sebagai

kulminator”.

Dalam

kapasitas

tugas

profesionalisme, guru harus memiliki kualitas mencakup tanggung jawab, wibawa,
mandiri, dalam melaksanakan peran sebagai guru. Demikian halnya Abdul Hadis, dkk
(2010:4) menyatakan, “ Guru sebagai komponen mikro penentu dominan mutu
pendidikan haruslah bermutu dan berkinerja baik dalam eraglobalisasi dengan
berusaha menguasai berbagai teknologi informasi dan komunikasi sebagai penentu
mutu pendidikan”. Dari beberapa peran guru profesional, kualitas kecakapan dan
tanggung jawab yang maksimal sangat diharapkan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Guru adalah tenaga profesional, mereka harus terdidik dan terlatih secara akademik
dan profesional serta mendapat pengakuan formal sebagaimana mestinya (Depdiknas,
2004:1). Dengan demikian tenaga kependidikan profesional tidak hanya menguasai
bidang ilmu, bahan ajar, dan metode yang tepat, dan mampu memotivasi peserta
17

didik, memiliki keterampilan yang tinggi dan wawasan yang luas terhadap dunia
pendidikan. Guru dikatakan profesional apabila memiliki beberapa unsur atau aspek,
baik aspek kepribadian, aspek pengetahuan akademik, maupun aspek sosial sebagai
figur guru yang dapat menjadi panutan bagi siswa, maupun di masyarakat. Guru
profesional harus memiliki pengalaman belajar kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial. Apabila keempat
kompetensi tersebut telah dimiliki oleh guru maka hak profesional telah mendapat
pengakuan dan perlakuan hukum jabatan yang disandangnya sebagai guru
profesional. Kepemimpinan merupakan pusat sumber gerak dalam sebuah organisasi.
Kepemimpinan yang berkaitan dengan kepala sekolah dalam meningkatkan
kesempatan untuk mengadakan suatu pertemuan dengan para guru secara profesional
dalam situasi yang kondusif dalam mendayagunakan sumber daya secara efektif.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dilingkungan SDIT Ar-Ridho, maka
dapat diperoleh bahwa dengan gaya kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis
memberikan ruang gerak yang lebih leluasa bagi guru untuk mengelola tugas dan
tanggung jawabnya tanpa harus merasa takut salah dalam mengatasi masalah.
Komunikasi dengan orang tua cukup terjalin dengan baik, penyelesaian masalah dapat
dibuka di forum dalam briefing pagi ataupun rapat bulanan. Masalah kegiatan yang
berhubungan dengan dana kegiatan dapat dibicarakan dan dirembuk dengan kepala
sekolah dan yayasan dengan solusi penggunaan dana bos yang efektif dan efisien.
Dari data penerimaan siswa baru juga terlihat kenaikan jumlah siswa dari tahun lalu
kelas 1 hanya 38 anak, maka tahun ini 2016 diterima kelas 1 berjumlah 44 anak.
(Hasil observasi & wawancara guru kelas 1a&b, 08 Nopember 2106). Efektifitas
kepala sekolah dengan gaya kepemimpinan yang demokratis ternyata dapat
meningkatkan profesionalisme guru SDIT Ar-Ridho.
5 Kesimpulan
Pendidikan

terdiri

dari

berbagai

macam

komponen

yang

saling

mempengaruhi. Dari berbagai komponen tersebut komponen guru yang mempunyai
peranan yang sangat dominan. Karena itu, profesionalisme guru merupakan kunci
utama bagi keberhasilan peningkatan mutu pendidikan.

18

Beberapa fungsi dalam kepemimpinan, yaitu; 1) fungsi Instruktif yaitu
pemimpin sebagai komunikator secara efektif; 2) fungsi Konsultatif menerima bahan
pertimbangan dari bawahan; 3) fungsi partisipasi yaitu pemimpin berusaha
mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil
keputusan maupun dalam melaksanakannya; 4) fungsi delegasi (kepercayaan) yaitu
pemimpin memberikan pelimpahan wewenang menetapkan keputusan baik melalui
persetujuan maupun tanpa persetujuan.; 5) fungsi Pengendalian yaitu kemampuan
mengatur aktifitas anggotanya secara terarah dan efektif, yaitu 1) jujur; 2) tanggung
jawab ; 3) disiplin; 4) kerjasama; 5) adil; dan 6) peduli terhadap sesama, staf dan
organisasi.
Guru profesional tidak hanya dituntut untuk dapat menyampaikan informasi
kepada anak didik, melainkan juga dituntut untuk merencanakan, mengelola,
mendiagnosis, dan menilai proses hasil belajar mengajar. Untuk itu, seorang guru
profesional harus

1)

memahami

anak didik

dengan latar belakang dan

kemampuannya; 2) menguasai disiplin ilmu sebagai sumber bahan belajar; 3)
menguasai bahan belajar; 4) memiliki wawasan kependidikan; 5) menguasai teknologi
pendidikan,; 6) memahami tujuan pendidikan nasional; dan 7) berkepribadian.
Profesionalisme guru dapat ditingkatkan antara lain melalui cara sendirisendiri dan secara bersama-sama dengan jalan Pendidikan, Pelatihan Pembinaan
teknis secara berkelanjutan, Pembentukan wadah pembinaan profesionalisme guru.
Dengan semakin banyaknya guru yang profesional diharapkan pendidikan di
Indonesia mengalami peningkatan dan kemajuan.
Kendala dalam hal kesempatan memperoleh pembinaan dan pelatihan akan
menjadi tugas kepala sekolah untuk tetap mengupayakan kegiatan tersebut
berlangsung di seklah minimal 1 tahun sekali diadakan disekolah dalam bentuk
workshop bagi pendidik dan tenaga kependidikan dengan menghadirkan para
narasumber yang berkompeten dengan bidang yang dibutuhkan dalam rangka
peningkatan profesionalisme. Dari 25 orang guru yang memiliki kemampuan
menggunakan IT, hanya 1 orang belum mampu mengoperasikan computer. Kesemua
guru mengikuti program UK (Uji Kompetensi) guru yang masing-masing mendapat
model pembelajaran yang berbeda. Dengan harapan setelah mengikuti UK, semua
guru memperoleh nilai yang baik ddalam rangka profesionalisme kerja.
19

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Syarwani. 2013. Ketahanmalangan Kepemimpinan Kepala Sekolah.
Yogyakarta: Pustaka Felicha
Alfabeta Republik Indonesia. 2005. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Lembaran Negara RI Tahun 2005, No.
157. Sekretariat Negara. Jakarta.
Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.
_________. 2010. Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru. Bandung: Alfabeta. 18
Ekosiswoyo, Rasdi. 2007. Kepemimpinan Kepala Sekolah Yang Efektif Kunci
Pencapaian Kualitas Pendidikan. Jurnal Ilmu Pendidikan. Jilid 14 (2) : 80
Hadis,
H. Abdul dan Nurhayati B. 2010. Manajemen Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
LunenburgFred C&IrbyBeverly J. 2006. The Principalship: Vision to Action.
Canada:
Nelson Education. Kunandar. 2011. Guru Profesional: Implementasi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Martodirjo, Haryo S. 1991. Teknik Penelitian Deskriptif. Bandung: Tarsito. Miskel,
Cecil
G. & Wayne K. Hoy. 2008. Educational Administration. New York: McGrawHill.
Moelong, Lexi J. 1993. Metodologi Penerapan Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Mulyasa, E. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional:Dalam
Menyukseskan
MBS dan KBK. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Konteks

________. 2011. Menjadi Guru Profesional; Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010 tentang Penugasan
Guru sebagai Kepala Sekolah/Madrasah. 2011. Jakarta: CV. Novindo Pustaka
Mandiri.
Purwanto, M. Ngalim.2009. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

20

Rivai, Veitzal dan Murni, Sylviana. 2010. Education Managemen: Analisis Teori dan
Praktik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sagala, Syaiful. 2011. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Pendidik. Bandung:
Alfabeta. Sallis, Edward. 2006. Total Quality Management in Education.
Penerjemah oleh Ahmad Ali Riyadi, Fahrurozi. Jogyakarta: IRCiSoD.
Satori, Djam’an dan Aan Komariah. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung:
Soetopo, Hendyat. 2010. Perilaku Organiasi: Teori dan Praktek Dalam Bidang
Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Tobari, 2016. Membangun Budaya Organisasi pada Instansi Pemerintahan.
Yogyakarta: Penerbit Deepublish.
Wahyudi. 2009. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi Pembelajar
(Learning Organization). Bandung: Alfabeta. Wirawan. 2003. Kapita Selekta
Teori Kepemimpinan: Pengantar Untuk Praktek dan Penelitian. Jakarta:
Yayasan Bangsa Indonesia dan Uhamka Press.
Widjaja, A.W. 1985. Pola Kepemimpinan dan Kepemimpinan Pancasila, Bandung:
CV. Armico
Yamin, Martinis dan Maisah. 2010. Standarisasi Kinerja Guru. Jakarta: Gaung
Persada Press. Yukl, Gary. 2001. Kepemimpinan Dalam organisasi. Jakarta:
PT. Indeks Kelompok Gramedia.

21