Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Model Pembelajaran Picture and Picture Dipadukan Model Pembelajaran Make A Match pada Siswa Kelas 5 SDN Blotongan 03 Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori
2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
2.1.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan
yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP
(Depdiknas, 2006) bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan
membahas tentang fakta serta gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA
tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA
sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan
faktual. Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan
pembelajaran yang melatih ketrampilan proses bagaimana cara produk ditemukan.
Menurut Trianto (2014:137) “pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar
produk ilmiah. Selain itu, IPA dipandang pula sebagai proses, sebagai produk, dan
sebagai prosedur”. Sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk
menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan

pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa
pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau di luar sekolah ataupun bahan
bacaan untuk penyebaran atau dissiminasi pengetahuan. Sebagai prosedur
dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang dipakai umtuk mengetahui
sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut metode ilmiah (scientific
method).
Ilmu pengetahuan alam berasal dari bahasa Inggris natural science, artinya
ilmu pengetahuan alam. Ilmu yang mempelajari tentang hubungan alam atau

6

7

bersangkutan dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Jadi
ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science artinya ilmu tentang alam.
Secara khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum berbasis
kompetensi dalam Depdiknas yang dikutip oleh Trianto (2010) adalah sebagai
berikut: 1) Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, 2)
Mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah, 3) mempersiapkan siswa
menjadi warga negara yang melek sains dan teknologi, 4) Menguasai konsep sains

untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih
tinggi.
IPA adalah ilmu pengetahuan alam yang mempelajari gejala-gejala yang ada
di alam melalui serangkaian proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah
dan produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen yaitu konsep, prinsip, teori
yang berlaku secara universal.

2.1.1.2 Tujuan Pembelajaran IPA di SD
Tujuan mata pelajaran IPA di SD/MI dalam standar isi untuk satuan
pendidikan dasar menurut BSNP (2006) agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut:
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran
tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,
lingkungan, teknologi dan masyarakat
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan alam
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

8

2.1.1.3 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD
Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI dalam standar isi untuk
satuan pendidikan dasar menurut BSNP kurikulum 2006 (KTSP) adalah sebagai
berikut:
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan
gas.
3. Energi dan perubahannya, meliputi gaya, bunyi, panas, magnet,
listrik, cahaya dan pesawat sederhana.
4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan

benda-benda langit lainnya.

2.1.1.4 Pembelajaran IPA di SD
Pembelajaran

IPA

adalah

interaksi

antara

komponen-komponen

pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang
berbentuk kompetensi yang telah ditetapkan (Wisudawati dan Sulistyowati
2014:26). Pembelajaran IPA di SD juga harus mampu mendorong siswa untuk
dapat memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah. Hal ini sejalan dengan
pendapat Trianto (2013:143) “menyatakan salah satu tujuan pembelajaran IPA

dapat memberikan keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan,
memecahkan masalah dan melakukan observasi”. Oleh karena itu, dalam proses
pembelajaran IPA dibutuhkan strategi/Model pembelajaran yang mampu
mengarahkan siswa untuk memiliki ketrampilan dalam memecahkan masalah dan
dapat berpikir secara kritis. Sesuai dengan pendapat Trianto (2013:143) yang
menyatakan bahwa “suatu Model pembelajaran IPA perlu dikembangkan untuk
melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan
atau menerapkan ide-idenya sendiri”. Model pembelajaran yang dapat
meningkatkan siswa untuk berpikir kritis dan memberikan pengalaman langsung
merupakan Model pembelajaran yang disampaikan dengan cara menghubungkan
pelajaran dengan kehidupan nyata.
Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan
lingkungan sekitarnya. Hal ini mengakibatkan pembelajaran IPA perlu

9

mengutamakan peran siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga
pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa dan
guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran tersebut. Guru berkewajiban untuk
meningkatkan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran

IPA. Tujuan ini tidak terlepas dari hakikat IPA sebagai produk, proses dan sikap
ilmiah.

2.1.2 Model Pembelajaran Picture and Picture dan Model Pembelajaran
Make A Match
2.1.2.1 Model Pembelajaran
Menurut

Trianto

(2010)

“model

pembelajaran

adalah

pola


yang

menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai
dengan serangkaian kegiatan pembelajaran”. Model pembelajaran disesuaikan
dengan materi yang akan dipelajari karena masing-masing model pembelajaran
memiliki tujuan dan prinsip yang berbeda-beda. Menurut Suprijono (2011)
“model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan
teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis
terhadap implementasi kurikulum dan implementasinya pada tingkat operasional
di kelas”. Model pembelajaran digunakan guru untuk mempermudah peserta didik
dalam mendapat informasi, mengekspresikan ide, dan mengembangkan
kemampuan peserta didik. Sedangkan menurut Kurniasih dan Sani (2015) “model
pembelajaran

merupakan

sebuah

prosedur


yang

sistematis

dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar”. Dalam
mengembangkan

pembelajaran,

guru

harus

pandai

menentukan

model


pembelajaran yang sesuai dengan kondisi yang ada di kelas dan kondisi siswa.
Dalam penerapan model pembelajaran guru harus memperhatikan karakteristik
peserta didik agar materi yang disampaikan menggunakan model pembelajaran
tertentu dapat mencapai tujuan belajar peserta didik. Apabila model pembelajaran
yang digunakan tidak sesuai kondisi peserta didik dan materi pembelajaran, maka
pembelajaran yang berlangsung cenderung pasif dan tidak kondusif. Pencapaian

10

tujuan pembelajaran tidak terlaksana dengan baik dan bahkan siswa tidak mampu
memahami materi yang disampaikan oleh guru.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran merupakan serangkaian tahapan-tahapan pembelajaran yang disusun
secara sistematis untuk memudahkan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Model pembelajaran digunakan guru sebagai pedoman dalam melaksanakan
pembelajaran di kelas. Model pembelajaran disesuaikan dengan kondisi peserta
didik dan materi yang akan di ajarkan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara maksimal.


2.1.2.2 Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa
sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda (Isjoni,
2011). Pembelajaran kooperatif tidak hanya sekedar belajar dalam kelompok,
tetapi peserta didik harus dapat belajar bekerja sama dengan anggota lainnya.
Dalam pembelajaran kooperatif peserta didik memiliki dua tanggung jawab, yaitu
mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok
untuk belajar. Siswa belajar bersama dalam kelompok kecil dan mereka tidak
dapat melakukannya seorang diri.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menekankan siswa
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya tediri dari dua samapi lima orang, dengan struktur kelompoknya yang
bersifat heterogen (Komalasari, 2013). Pembelajaran kooperatif menekankan
peserta didik untuk belajar aktif dam memiliki tanggung jawab karena siswa akan
bekerjasama dalam kelompok. Pembagian kelompok dalam pembelajaran
kooperatif dilakukan secara heterogen. Keberhasilan dalam pembelajaran
kooperatif tegantung kerjasama yang dilakukan peserta didik.
Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa
belajar dan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang

heterogen (Rusman, 2011). Pembelajaran kooperatif juga disebut dengan

11

pembelajaran teman sebaya dimana siswa bekerja sama dalam kelompokkelompok kecil yang memiliki tanggung jawab bagi individu dan kelompok
terhadap tugas-tugas.dalam pembelajara kooperatif siswa dapat lebih memahami
dan menemukan konsep-konsep yang sulit melalui diskusi dibandingkan dengan
pembelajaran individual.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, pembelajaran kooperatif adalah
suatu model pembelajaran dimana siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil
antara 2 sampai 5 orang untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan bekerja
sama secara kolaboratif dengan struktur kelompok yang bersifat heterogan.
Dimana dihahapkan para siswa saling membantu dan berargumentasi untuk
menyelesaikan suatu masalah agar dapat menyelesaikan tugas dengan maksimal
dan tujuan belajar dapat dicapai secara bersama.

2.1.2.3 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Jerolimek dan Parker dalam Isjoni (2007) berpendapat bahwa pembelajaran
kooperatif memiliki beberapa kelebihan yaitu (1) saling ketergantungan yang
positif; (2) adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu; (3) siswa
dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas; (3) suasana kelas rileks dan
menyenangkan; (4) terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa
dengan guru; (5) memiliki banyak kesempatan untuk mengekpresikan pengalaman
emosi yang menyenangkan.
Model pembelajaran kooperatif, tidak hanya unggul dalam membantu siswa
memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan
kemampuan berpikir kritis, bekerja sama, dan membantu teman. Dalam
pembelajaran kooperatif, siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran sehingga
memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang
berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
Kelebihan dalam pembelajaran kooperatif, tidak memungkin juga adanya
kelemahan dalam pembelajaran kooperatif, misalnya kekhawatiran guru akan
terjadinya kekacauan di kelas dan siswa tidak belajar di dalam kelompok jika

12

menetapkan model pembelajaran seperti ini. Menurut Isjoni (2007) kelemahan
pembelajaran kooperatif bersumber pada beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut
antara lain: (1) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, di
samping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu. (2) Agar
proses pembelajaran di kelas berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan
fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai. (3) Selama kegiatan diskusi
kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang
dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. (4) Saat diskusi kelas terkadang didominasi seseorang, hal ini
mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.
Cara mengatasi kelemahan dalam pembelajaran kooperatif, sebaiknya
sebelum pembelajaran berlangsung guru mempersiapkan pembelajaran secara
matang seperti alat peraga atau yang lainnya, agar pada saat proses belajar
mengajar berlangsung tidak ada hambatan. Pada waktu pembelajaran kooperatif
berlangsung guru sebaiknya membatasi masalah yang dibahas, agar waktu yang
telah ditentukan tidak melebihi batas. Selain itu guru harus berusaha menanamkan
dan membina sikap berdemokrasi diantara para siswa. Maksudnya suasana kelas
harus diwujudkan sedemikian rupa sehingga dapat menumbuhkan kepribadian
siswa yang demokratis dan diharapkan suasana yang terbuka dengan kebiasaankebiasaan kerjasama, terutama dalam memecahkan kesulitan-kesulitan.
Seorang siswa haruslah dapat menerima pendapat siswa lainnya, seperti
siswa satu mengemukakan pendapatnya lalu siswa yang lainnya mendengarkan
dimana letak kesalahan, kekurangan atau kelebihan, kalau ada kekurangannya
maka perlu ditambah. Penambahan ini harus disetujui oleh semua anggota dan
harus saling menghormati pendapat orang lain.
Berdasarkan pendapat yang telah dijabarkan, maka dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran kooperatif dapat membuat kemajuan besar para siswa ke
arah pengembangan sikap, nilai, dan tingkah laku yang memungkinkan mereka
dapat berpartisipasi dalam komunitas mereka dengan cara-cara yang sesuai
dengan tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai karena tujuan utama
pembelajaran kooperatif adalah untuk memperoleh pengetahuan dari sesama

13

temannya. Pengetahuan itu tidak lagi diperoleh dari gurunya. Seorang teman
haruslah memberikan kesempatan kepada teman yang lain untuk mengemukakan
pendapatnya dengan cara menghargai pendapat orang lain, saling mengoreksi
kesalahan, dan saling membetulkan lainnya.
Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang
menggunakan pembelajaran kooperatif (Rusman, 2011). Secara rinci keenam fase
pembelajaran kooperatif dirangkum dalam tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase

Tingkah Laku Guru
Fase-1
Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan
Menyampaikan Tujuan dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan
dan Memotivasi Siswa
pentingnya topik yang akan dipelajari dan
memotivasi siswa belajar.
Fase-2
Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa
dengan demontrasi atau melalui bahan bacaan.
Menyampaikan
Informasi
Fase-3
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
Mengorganisasi Siswa membentuk kelompok belajar dan membimbing
ke dalam Kelompok- setiap kelompok agar melakukan transisi secara
Kelompok Belajar.
efektif dan efisien.
Fase-4
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada
Membimbing
saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Kelompok Bekerja dan
Belajar
Fase-5
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
Evaluasi
telah dipelajari atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase-6
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
Memberikan
upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
penghargaan
Sumber: Rusman, 2011
2.1.2.4 Model Pembelajaran Picture and Picture
Model pembelajaran Picture and Picture adalah suatu model pembelajaran
yang menggunakan gambar sebagai faktor utama dalam pembelajaran, gambargambar tersebut dipasangkan atau diurutkan secara urut dan logis.

14

Kelebihan model pembelajaran Picture and Picture menurut Hamdani
(2010) sebagai berikut:
1. Guru lebih mengetahui kemampuan tiap-tiap siswa
2. Melatih siswa untuk berpikir logis dan sistematis
Kelemahan model pembelajaran Picture and Picture menurut Hamdani
(2010) sebagai berikut:
1. Memakan banyak waktu
2. Banyak siswa yang pasif.
Miftahul Huda (2013:239) menyebutkan kelebihan model pembelajaran
Picture and Picture antara lain:
1. Siswa dilatih berpikir logis dan sistematis
2. Siswa dibantu belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu
subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik
berpikir
3. Motivasi siswa untuk belajar semakin dikembangkan
4. Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.
Miftahul Huda (2013:239) menyebutkan kelemahan model pembelajaran
Picture and Picture antara lain:
1.
2.
3.
4.

Memakan banyak waktu
Membuat sebagian siswa pasif
Munculnya kekhawatiran akan terjadi kekacauan di kelas
Adanya beberapa siswa tertentu yang terkadang tidak senang jika
disuruh bekerjasama dengan yang lain
5. Kebutuhan akan fasilitas, alat, dan biaya yang cukup memadai.
Langkah-langkah model pembelajaran Picture and Picture menurut
Hamdani (2010) antara lain:
1.
2.
3.
4.

Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai
Guru menyajikan materi sebagai pengantar
Guru menunjukkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi
Guru merujuk atau memanggil siswa secara bergantian untuk
memasangkan atau mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan
yang logis
5. Guru menanyakan alasan atau dasar-dasar pemikiran urutan
gambar tersebut

15

6. Dari alasan atau urutan gambar tersebut, guru menanyakan konsep
atau materi yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
7. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah diajarkan.
2.1.2.5 Model Pembelajaran Make A Match
Model

pembelajaran

Maka

A

Match

adalah

pembelajaran

yang

menggunakan kartu yang berpasangan dengan jawaban. Pembelajaran ini
dilaksanakan siswa dengan menjodohkan antara kartu soal dengan kartu jawaban
yang tepat sebelum batas waktunya. Model pembelajaran Make A Match
merupakan model pembelajaran kelompok yang memiliki dua orang anggota.
Masing-masing anggota tidak diketahui sebelumnya tetapi dicari berdasarkan
kesamaan pasangan, misalnya pasangan soal dan jawaban. guru membuat kotak
undian, kotak pertama berisi soal dan kotak kedua berisi jawaban, mereka mencari
pasangan yang cocok antara soal dan jawaban. Model ini dapat digunakan untuk
membangkitkan aktifitas peserta didik belajar dan cocok digunakan dalam bentuk
permainan.
Tujuan yang ingin dicapai dalam model pembelajaran Make A Match
menurut Fachrudin (2009) yaitu sebagai berikut:
1. Untuk melatih peserta didik agar cepat dan lebih kuat
pemahamannya terhadap suatu materi pokok.
2. Peserta didik dilatih berpikir cepat dan menghafal cepat sambil
menganalisis dan berinteraksi sosial.

Kelebihan dari model pembelajaran Make A Match yaitu:
1. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif atau fisik
2. Pembelajaran Make A Match ini menyengkan, karena terdapat unsur
permainan
3. Peningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari
4. Meningkatkan motivasi belajar siswa
5. Efektif sebagai sarana untuk melatih keberanian siswa untuk tampil
presentasi
6. Efektif melatih kedisiplinan siswa dalam menghargai waktu untuk belajar

16

Kelemahan dari model pembelajaran Make A Match yaitu:
1. Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan.
2. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak
bermain-main dalam proses pembelajaran.
3. Guru perlu persiapan bahan bahan dan alat yang memadai.
Langkah-langkah Model pembelajaran Make a Match menurut Loma
Curran (2010).
1. Guru menjelaskan materi yang ingin dicapai.
2. Guru menyiapkan beberapa konsep atau topik yang cocok untuk
sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lain kartu
jawaban.
3. Setiap siswa mendapat sebuah kartu yang bertuliskan soal atau
jawaban.
4. Tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang
dipegang.
5. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang mempunyai kartu yang
cocok dengan kartunya (soal-jawaban).
6. Setiap siswa yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas
waktu diberi poin.
7. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat
kartu yang berbeda dari sebelumnya.
8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang
memegang kartu yang cocok.
9. Bersama siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.
Kesimpulan dari kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Make A
Match adalah bahwa kelebihannya dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa,
karena adanya unsur permainan, dan dapat meningkatkan pemahaman siswa
terhadap materi yang dipelajari dan sebagai sarana melatih keberanian siswa
untuk tampil dan melatih kedisiplinan. Kelemahannya mengakibatkan waktu yang
terbuang banyak, banyak siswa yang akan maju berpasangan dengan teman yang
lain, serta banyak siswa yang kurang memperhatikan

dan jika menggunkan

Model ini secara terus-menerus dapat mengakibatkan kebosanan.

17

2.1.2.6 Penerapan Model Picture and Picture dipadukan Model Make A Match
dalam Mata Pelajaran IPA
Model pembelajaran Picture and Picture dipadukan model pembelajaran
Make A Match adalah mencampurkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran
sehingga menjadi langkah-langkah: (1) penyampaian kompetensi (Picture and
Picture); (2) penyampaian materi (Picture and Picture dipadukan Make A Match);
(3) penyiapan media pembelajaran (Picture and Picture dipadukan Make A
Match); (4) pencarian pasangan kartu dan pengurutan gambar (Picture and
Picture dipadukan Make A Match); (5) pencarian informasi untuk memcocokkan
kartu dan mengurutkan gambar (Picture and Picture dipadukan Make A Match);
(6) menyimpulkan materi (Picture and Picture dipadukan Make A Match).
Berikut ini adalah tabel penerapan model pembelajaran Picture and Picture
dipadukan model pembelajaran Make A Match dalam mata pelajaran IPA.
Tabel 2.2
Penerapan Model Picture and Picture dipadukan Model Make A Match dalam
Mata Pelajaran IPA
NO
1.

Langkah Kegiatan
Kegiatan Awal

1.

Menyiapkan siswa secara psikis dan fisik
untuk mengikuti proses pembelajaran

2.

Menyiapkan alat dan bahan.

3.

Apersepsi kegiatan siswa.

4.

Mengajukan
mengkaitkan

pertanyaan-pertanyaan
pengetahuan

yang

sebelumnya

dengan materi yang akan dipelajari
5.

Menyampaikan materi dan tujuan yang akan
dipelajari

2.

Kegiatan Inti

1.

Guru

menjelaskan

materi

yang

dipelajari
2.

Siswa menyimak penjelasan dari guru

akan

18

3.

Guru menyampaikan langkah-langkah yang
harus dilakukan siswa dalam pembelajaran

4.

Guru membagikan gambar, kartu soal dan
kartu jawaban

5.

Siswa yang mendapatkan kartu soal maju
kepepan kelas untuk membacakan soal yang
ada didalam kartu soal.

6.

Siswa yang mendapaatkan kartu jawaban atau
gambar yang sesuai dengan kartu soal maju
kedepan kelas.

7.

Siswa yang mendapaatkan kartu jawaban atau
gambar yang sesuai dengan kartu soal maju
kedepan kelas menempelkan nya di kertas
karton yang ada di papan tulis.

8.

Siswa yang membawa kartu jawaban sesuai
dengan kartu soal maju kedepan kelas untuk
membacakannya dan menempelkannya di
kertas karton yang ada di papan tulis.

9.

Siswa yang mendapakan gambar yang sesuai
dengan kartu soal harus mengurutkan gambar
agar

menjadi

sistematis,

kemudian

menempelkannya di kertas karton yang ada di
papan tulis
10. Guru membacakan soal kembali dan jawaban
yang benar dan siswa menjelaskan secara
singkat
11. Siswa yang memegang kartu soal, dan kartu
jawaban atau gambar yang sesuai

19

menempelkan di kertas karton yang ada di
papan tulis
12. Siswa yang memegang kartu jawaban atau
gambar yang benar dari soal yang ada di
kartu soal menempelkan kartu jawaban di
papan tulis
13. Guru dan siswa bertanya jawab tentang halhal yang belum dipahami oleh siswa
14. Guru meluruskan kesalah pahaman siswa
15. Guru memberikan umpan balik dan
penguatan terhadap siswa
3.

Kegiatan Penutup

1.

Menyusun rangkuman pembelajaran dengan
melibatkan siswa

2.

Melakukan refleksi pembelajaran dengan
melibatkan siswa.

3.

Melakukan evaluasi.

2.1.3 Hasil Belajar
2.1.3.1 Pengertian Hasil Belajar
Menurut Ahmad Susanto (2013) “hasil belajar adalah kemampuan yang
diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”. Hasil belajar yaitu perubahanperubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif,
afektif, maupun psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Sedangkan
menurut Suprijono (2012:7) “hasil belajar adalah perubahan perilaku secara
keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja”. Perubahan
pengetahuan siswa biasanya akan menjadi lebih baik dari pengetahuan yang
dimiliki sebelumnya misalnya siswa yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak
mengerti menjadi mengerti dan lain sebagainya. Perubahan pengetahuan siswa

20

dapat dilihat dari nilai siswa setelah mengerjakan soal evaluasi. Perubahan sikap
siswa dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya misalnya dari yang tidak disiplin
menjadi disiplin. Perubahan keterampilan siswa juga dapat lebih baik dari
sebelumnya misalnya dari yang tidak bisa membuat/melakukan sesuatu menjadi
bisa membuat/melakukan sesuatu.
Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah siswa menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2011). Dalam hal ini,
seorang guru harus benar-benar memberikan pengalaman belajar yang bermanfaat
dan mempunyai konsep yang jelas sehingga akan berpengaruh positif terhadap
diri siswa sebagai bekal dalam kehidupannya.
Dari pengertian di atas disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan
yang dimiliki peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran yang menjadi
pengalaman peserta didik sebagai perubahan perilaku dari bidang pengetahuan,
bidang sikap maupun bidang keterampilan yang dimiliki peseta didik akan
berubah dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mengerti menjadi
mengerti, dari yang tidak bisa menjadi bisa.

2.1.3.2 Pentingnya Hasil Belajar
Salah satu manfaat hasil evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik
(feed-back) kepada semua pihak yang terkait dalam pembelajaran, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Menurut QCA (2003) dalam Arifin (2009)
mengatakan “ feedback is the mean by which teacher enable children to close the
gap

in

order

to

take

learning

forward

and

improve

children’s

performance.”Umpan balik dapat dijadikan sebagai alat bagi guru untuk
membantu peserta didik agar kegiatan belajarnya menjadi lebih baik dan
meningkatkan kinerjanya. Peserta didik akan dapat mengukur sejauh mana tingkat
penguasaannya terhadap materi, juka guru memberikan umpan balik kepada
mereka. Guru dalam memberikan umpan balik hendaknya memperhatikan
kualitas pekerjaan peserta didik dan tidak membandingkannya dengan hasil
pekerjaan peserta didik yang lain. Karena hal ini dapat memunculkan perasaan
minder peserta didiik yang memiliki kemampuan kurang. Umpan balik sifatnya

21

memberikan saran dan perbaikan, sehingga peserta didik termotivasi untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar serta hasil pekerjaannya.
Rammer (1967) dalam Arifin (2009) juga mengemukakan manfaat hasil
evaluasi “we discuss here the use of test result to help students understand them
selves better, explain pupil growth and development to parents and assist the
teacher in planning in struction.” Pendapat Rammer ini menunjukkan, paling
tidak ada tiga manfaat penting dari hasil evaluasi, yaitu untuk membantu
pemahaman peserta didik menjadi lebih baik, untuk menjelaskan pertumbuhan
dan perkembangan peserta didik kepada orang tua, dan membantu guru dalam
membuat perencanaan pembelajaran

2.1.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang memberikan kontribusi terhadap proses dan hasil belajar
adalah kondisi internal dan eksternal peserta didik. Kondisi internal mencakup
kondisi fisik, kondisi psikis dan kondisi sosial. Sedangkan, faktor eksternal
mencakup materi belajar, suasana belajar, tempat belajar dan sebagainya (Rifa’i
dan Anni, 2009:97). Kondisi internal dan kondisi eksternal sangat berpengaruh
terhadap hasil belajar. Hasil belajar digunakan untuk tolok ukur keberhasilan
siswa dalam belajar. Misalnya kondisi internal yang mempengaruhi keberhasilan
belajar yaitu apabila dalam pembelajaran siswa tidak dalam kondisi kesehatan
yang baik maka akan mempengaruhi hasil belajar siswa sehingga pemerolehan
hasil belajar tidak maksimal. Selain itu, apabila ada siswa yang mengalami
kendala mata minus juga akan mempengaruhi hasil belajar siswa karena siswa
tidak jelas dalam melihat tulisan yang jauh. Kondisi eksternal juga berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa misalnya materi pelajaran yang sulit apabila tidak
diimbangi dengan penggunaan Model pembelajaran siswa akan kesulitan dalam
menerima pelajaran sehingga hasil belajarnya tidak dapat dicapai secara
maksimal.
Slameto (2010) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar digolongkan menjadi dua sebagai berikut: 1) Faktir-faktor intern adalah
faktor yang berasal dari diri siswa. Faktor intern ini terbagi menjadi tiga faktor

22

yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. 2) Faktor-faktor
ekstern adalah faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor ini meliputi faktor
keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

2.1.3.4 Pengukuran Hasil Belajar
Menurut Majid (2014:27) penilaian dan pengukuran hasil belajar dilakukan
dengan menggunakan tes hasil belajar, terutama hasil belajar kognitif berkenaan
dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan
pengajaran. Ukuran hasil belajar siswa dapat diperoleh dari aktivitas belajar.
Pengukuran hasil belajar digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
mengikuti pembelajaran. Hasil belajar yang diperoleh siswa setelah mengikuti
pembelajaran harus mencapai hasil belajar yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Hasil belajar siswa digunakan guru untuk mengukur kemampuan siswa setelah
mengikuti proses pembelajaran dan mengukur pencapaian tujuan pendidik.
Pengukuran dalam hasil belajar harus mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik. Instrumen yang sering digunakan untuk mengukur
kemampuan siswa yaitu dengan teknik tes dan non-tes. Teknik tes yaitu meliputi
tes tertulis, tes lisan dan tes perbuatan. Sedangkan, non tes yaitu meliputi
portofolio, jurnal, angket, wawancara dan observasi.
Pada penelitian kali ini, peneliti mengukur hasil belajar pada siswa kelas 5
SDN 03 Blotongan semester I tahun 2016/2017 dengan menggunakan teknik tes
dan non tes. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah besarnya skor siswa yang
diperoleh dari skor tes, pengamatan/observasi, dan tugas kelompok.

2.1.3.5 Hubungan antara Model Pembelajaran Picture and Picture dipadukan
Model Pembelajaran Make A Macth dan Hasil Belajar Ilmu
Pengetahuan Alam
Model pembelajaran Picture and Picture ini berbeda dengan media gambar
dimana model pembelajaran Picture and Picture berupa gambar yang belum
disusun secara berurutan dan yang menggunakannya adalah siswa, sedangkan
media gambar berupa gambar utuh yang digunakan oleh guru dalam proses

23

pembelajaran. Dengan adanya penyusunan gambar guru dapat mengetahui
kemampuan siswa dalam memahami konsep materi dan melatih berpikir logis dan
sistematis, dapat melihat kemampuan siswa dalam menyusun gambar secara
berurutan, menunjukkan gambar, memberi keterangan dan menjelaskan gambar,
Sehingga siswa dapat menemukan konsep materi sendiri dengan membaca
gambar. Adanya gambar-gambar yang berkaitan dengan materi belajar siswa lebih
aktif dan dapat tercapai tujuan akhir dari proses pembelajaran yaitu hasil belajar
akan meningkat.
Model pembelajaran Make A Match atau mencari pasangan merupakan
salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan moel ini
dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan
jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya
diberi poin.
Teknik model pembelajaran Make A Match atau mencari pasangan
dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah
siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam
suasana yang menyenangkan.
Model pembelajaran Make A Match dalam pembelajarn IPA ini siswa diberi
lembar pertanyaan dan jawaban tentang struktur bahan dan siswa mencari
pasangan yang cocok antara soal dengan jawaban. Siswa dituntut untuk aktif dan
dapat menguasai materi. Model ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa karena Model ini menyenangkan dan dapat mengasah pengetahuan yang
dimiliki siswa.
Banyaknya model pembelajaran mengharuskan pendidik memiliki model
pembelajaran yang beragam. Dalam proses belajar mengajar, pendidik tidak
menggunakan hanya satu model, tetapi harus bervariasi, yaitu disesuaikan dengan
tipe belajar peserta didik dan kondisi serta situasi yang ada pada sat itu. Dengan
demikian dapat tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan oleh pendidik dapat
terwujud/tercapai.
Kata padu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti sudah
bercampur dan menjadi satu. Dalam penelitian ini yang dimaksud model

24

pembelajaran Picture And Picture dipadukan model pembelajaran Make A Match
adalah mencampurkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran agar menjadi
langkah yang sistematis. Dengan memadukan dua model pembelajaran ini
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2.2

Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Adapun hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:
Penelitian yang dilakukan oleh Moewarni, Ninik Sri Tahun 2012 dengan

hasil penelitian yang diperoleh adalah terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar.
Hal ini ini tampak adanya peningkatan hasil belajar IPA pada hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebelum perbaikan pembelajaran siswa yang tuntas KKM >
69 hanya 13 siswa dari 28 siswa (46%). Pada Perbaikan pembelajaran siklus I
siswa yang tuntas KKM > 69 meningkat menjadi 20 siswa (71%). Dan pada
perbaikan pembelajaran siklus II siswa yang tuntas KKM > 69 meningkat lagi
menjadi 24 siswa ( 86%). Dan tinggal 4 siswa (14%) yang belum tuntas.
Penggunaan pembelajaran kooperatif model picture and picture terbukti dapat
meningkatkan hasil belajar IPA.
Penelitian yang dilakukan oleh Moharyani, W. Triatmi Tahun 2013
Peningkatan dapat terlihat dari nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa
dalam kondisi awal yaitu sebesar 62 pada, siklus I meningkat sebesar 5,27
menjadi 67,27 dan siklus II lebih meningkat lagi yaitu sebesar 10,06 menjadi
77,33. Berdasarkan dari hasil penelitian ini disarankan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe Picture and Picture perlu disosialisasikan kepada guru dan
diterapkan dalam pembelajaran IPA terutama untuk meningkatkan hasil belajar
IPA.
Penelitian yang dilakukan Sulastri 2011 dengan hasil penelitian yang
diperoleh adalah terjadi peningkatan hasil belajar. Hal ini dapat dilihat dari
kenaikan nilai hasil belajar setiap siklus dimana pada pra siklus ketuntasan belajar
siswa pada pra siklus ada 6 siswa atau 27,3% naik menjadi 16 siswa atau 72,7%
pada siklus I, meningkat lagi pada siklus II menjadi 19 siswa atau 86,4%.
Demikian juga peningkatan juga terjadi pada keaktifan siswa dimana pada pra

25

siklus keaktifan siswa pada kategori baik dan baik sekali ada 7 siswa atau 31,8
naik menjadi 14 siswa atau 6,37% pada siklus I dan terakhir pada siklus II
menjadi 20 siswa atau 90,9%. Dari hasil ini ketuntasan belajar dan keaktifan
belajar sudah mencapai indikator yaitu 80% ke atas. Dengan kata lain hasil belajar
siswa dengan menggunakan Model Picture And Picture telah tuntas atau
mencapai KKM yang diharapkan.
Penelitian yang dilakukan Agus Sujianto. 2006. Model Make A Match untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Bidang Studi Matematika di SDN
Margomulyo 1 Ngawi. Semarang: Unes. Peneliti ini bertujuan untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa pada bidang studi matematika.
Dari beberapa penelitian di atas terdapat beberapa perbedaan dan persamaan
yang dilakukan antara penelitian yang dilakukan sebelumnya dengan penelitian
kali ini adalah bahwa penelitian sebelumnya hanya menggunakan model
pembelajaran Picture and Picture saja untuk meningkatkan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPA. Sedangkan, penelitian ini memadukan dengan model
pembelajaran Make A Match. Penggunaan kedua Model pembelajaran ini
disesuaikan dengan materi pelajaran yang diajarkan. Dengan menggunakan dua
model diharapkan siswa akan lebih aktif, tertarik dan termotivasi dalam mengikuti
pembelajaran. Oleh karena itu, pada penelitian ini model pembelajaran Picture
and Picture dipadukan Model pembelajaran Make A Match untuk meningkatkan
hasil belajar pada mata pelajaran IPA agar lebih maksimal.

2.3

Kerangka Pikir
Berdasarkan kajian teori yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa

penerapan

model

pembelajaran

Picture and Picture

dipadukan

model

pembelajaran Make A Match pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik. Gagasan dari penulis dapat disajikan dalam bagan yaitu
sebagai berikut.

26

Kondisi
Awal

Hasil belajar IPA siswa
rendah/di bawah KKM

Pembelajaran
konvensional

Hasil belajar IPA siswa
meningkat

Menggunakan model
pembelajaran Picture and
Picture dipadukan dengan
model pembelajaran Make
A Match dalam
pembelajaran IPA

Menggunakan model
pembelajaran Picture and Picture
dipadukan dengan model
pembelajaran Make a Match

Melalui Model Pembelajaran
Picture and Picture dipadukan
dengan model pembelajaran
Make a Match dapat lebih
meningkatkan hasil belajar IPA
siswa kelas 5 SDN Blotongan 03

Gambar 2.1
Kerangka Pikir
2.4

Hipotesis Tindakan

1. Dengan menggunakan model pembelajaran Picture and Picture dipadukan
model pembelajaran Make A Match diduga dapat meningkatkan hasil belajar
IPA siswa kelas 5 SDN Blotongan 03 semester I tahun pelajaran 2016/2017
dalam pelajaran IPA.
2. Langkah-langkah penerapan model pembelajaran Picture and Picture
dipadukan model pembelajaran Make A Match sesuai sintaks diduga dapat
meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SDN Blotongan 03 semester I
tahun pelajaran 2016/2017 dalam pelajaran IPA.

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Berburu dengan anjing terlatih_1

0 46 1

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22