A. Penilaian Autentik Aspek Sikap Pembelajaran Al- Qur’an Hadist dalam Kurikulum 2013 di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Blitar. - PENILAIAN AUTENTIK PEMBELAJARAN AL-QUR’AN HADIST DALAM KURIKULUM 2013 SISWA KELAS VIII-4 DI MTsN 1 BLITAR TAHUN AJARAN 2017/201

BAB V
PEMBAHASAN
Dalam bab 5 ini disajikan uraian bahasan yang sesuai dengan hasil
penelitian, sehingga pada pembahasan ini peneliti akan mengintregasikan hasil
penelitian dengan teori yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya. Sebagaimana
yang telah ditegaskan dalam tehnik analisa data kualitatif deskripsi (pemaparan)
dari data yang telah diperoleh baik melalui dokumentasi, observasi dan
wawancara yang diidentifikasi agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan, dari
hasil penelitian tersebut dikaitkan dengan teori yang ada dan dibahas sebagai
berikut: a) penilaian autentik afektif pembelajaran al- Qur’an Hadist dalam
evaluasi pembelajaran kurikulum 2013 siswa kelas VIII- 4 di Madrasah
Tsanawiyah Negeri 1 Blitar b) penilaian autentik kognitif pembelajaran al- Qur’an
Hadist dalam evaluasi pembelajaran kurikulum 2013 siswa kelas VIII- 4 di
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Blitar c) penilaian autentik psikomotorik
pembelajaran al- Qur’an Hadist dalam evaluasi pembelajaran kurikulum 2013
siswa kelas VIII- 4 di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Blitar.
A. Penilaian Autentik Aspek Sikap Pembelajaran Al- Qur’an Hadist dalam
Kurikulum 2013 di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Blitar.
Disetiap lembaga pendidikan, seorang guru sangatlah penting karena tugas
guru


salah

satunya

adalah

menjalankan

proses

belajar

mengajar.

setiap hari guru dan siswa saling berinteraksi untuk menjalankan tugas
masing-masing. Guru bertugas untuk merencanakan, mempersiapkan, dan
mengevaluasi proses pembelajaran yang berkaitan dengan

104


siswanya.

105

Serangkaian proses dari merencanakan, mempersiapkan, dan mengevaluasi
tidak terlepas dari siswa sebagai pembelajar. Dari proses menyiapkan dan
menjalankan program pembelajaran guru tidak lepas dari evaluator. Guru
menilai mulai dari proses siswa belajar sampai pada hasil akhir pembelajaran
yang diperoleh setelah melalui proses belajar bersama.
Dalam tehnik penilaian autentik penilaian tidak hanya dilakukan untuk
mengukur hasil akhir dari pembelajaran. Penilaian yang dilakukan dari siswa
pertama kali menerima pembelajaran dengan guru yang bersangkutan sampai
di akhir pembelajaran, yang biasanya diadakan ujian. Dalam kurikulum 2013
penilaian yang digunakan mengacu pada penilaian autentik. Penilaian
autentik pada aspek sikap (Afektif) pada mata pelajaran al-Qur’an al-Hadist
menggunakan berbagai tehnik. Tehnik penilaian ini bermacam-macam
sehingga guru bisa menghasilkan nilai yang objektif.
Maka dapat paparkan pembahasan mengenai temuan yang
berkaitan dengan penilaian autentik guru al- Qur’an Hadist dalam kurikulum
2013 di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Blitar. Ada lima poin yang akan

dibahas yaitu:
1. Di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Blitar pembelajaran al-Qur’an alHadist menggunakan penilaian autentik aspek sikap (sosial dan religius)
untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap sesuai dengan
Permendikbud karena madrasah

mengikuti penilaian yang berstandar

nasional akan tetapi tidak bertentangan dengan Permenag.

106

Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa penilaian kompetensi
sikap adalah penilaian yang di lakukan guru untuk mengukur tingkat
pencapaian kompetensi sikap dari peserta didik yang meliputi aspek
menerima atau memerhatikan (receiving atau attending), merespon atau
menanggapi

(responding),

mengorganisasi


atau

menilai

mengelola

atau

menghargai

(organization),

dan

(valuing),
berkarakter

(characterization). 1
Menurut teori diungkapkan bahwa ranah afektif (sikap) harus

tampak dalam proses belajar dan hasil belajar yang dicapai oleh peserta
didik pencapaian kompetensi sikap dari peserta didik meliputi aspek
menerima atau memerhatikan (receiving atau attending), merespon atau
menanggapi

(responding),

mengorganisasi

atau

menilai

mengelola

atau

menghargai

(organization),


dan

(valuing),
berkarakter

(characterization).2
Teori juga berpendapat sama bahwa penilaian aspek afektif (sikap)
itu meliputi menerima atau memerhatikan (receiving atau attending) pada
tahap ini pelajar peka terhadap keberadaan fenomena atau rangsangan,
merespon atau menanggapi (responding) berpartisipasi aktif sebagai
pelajar, menilai atau menghargai (valuing) menerima nilai, memilih nilai
dan

komitmen,

mengorganisasi

atau


mengelola

(organization)

1
Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan
Kurikulum 2013), (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2013), hal. 105.
2
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset, 1991),hal. 29-30.

107

mengorganisasikan nilai menjadi prioritas dan menciptakan suatu sistem
yang unik, dan berkarakter (characterization).3
Dalam kurikulum 2013 sikap dibagi menjadi dua, yakni spiritual
dan sikap social. Bahkan kompetensi sikap masuk menjadi kompetensi
inti, yakni kompetensi inti 1 (KI 1) untuk sikap spiritual dan kompetensi
inti 2 (KI 2) untuk sikap social.4
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Blitar adalah madrasah yang sejak

lama sudah menjadi negeri. Menjadi madrasah yang berstatus negeri,
madrasah ini selalu mengikuti peraturan pemerintah yang sudah
ditetapkan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
(Permendikbud) nomor 23 tahun 2016 menerangkan tentang standar
penilaian pendidikan. Dalam Permendikbud tersebut di jelaskan bahwa
penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar
peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah meliputi
aspek: (a) sikap; (b) pengetahuan; dan (c) keterampilan. Dalam penilaian
aspek afektif merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk
memperoleh deskriptif mengenai perilaku peserta didik. Dalam bab IV
mekanisme penilaian pasal 9 ayat 1 b dijelaskan bahwa penilaian aspek

3
Ismet Basuki dan Hariyanto, Asesmen Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2015), hal.186.
4
Kunandar, Penilaian Autentik ..., hal. 102.


108

afektif dilakukan melalui observasi/pengamatan dan tehnik penilaian lain
yang relevan.5
Penilaian autentik guru al-Qur’an al-Hadist dalam kurikulum 2013
di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Blitar dibagi menjadi dua yaitu, sikap
sosial dan sikap religius. Penilaian yang digunakan oleh guru al-Qur’an
al-Hadist menggunakan tehnik penilaian observasi dan tehnik jurnal.
2. Penilaian autentik guru mata pelajaran al-Qur’an al-Hadist aspek afektif
menggunakan tehnik observasi dan tehnik jurnal.
Penilaian autentik yang digunakan oleh guru al-Qur’an al-Hadist di
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Blitar menggunakan beberapa tehnik
penilaian untuk aspek sikap dan sikap religius. Tehnik penilaian yang
digunakan diantaranya observasai dan jurnal. Tehnik penilaian ini
digunakan untuk mengetahui karakteristik siswa yang sebenarnya, dari
kegiatan siswa yang dilakukan sehari-hari.
Pada penilaian afektif dalam berbagai mata pelajaran dapat
dilakukan berkaitan dengan objek sikap berikut: (a) sikap terhadap
pelajaran, (b) sikap terhadap guru mata pelajaran, (c) sikap terhadap
proses pembelajaran, (d) siap terhadap materi pembelajaran, (e) sikap

berhubungan dengan nilai- nilai yang ingin ditanamkan dalam diri siswa
melalui materi tertentu, (f) sikap berhubungan dengan kompetensi
afektifitas lintas kurikulum.6

5
Salinan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republic Indonesia Nomor 23
Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan
6
Agus Zaenul Fitri, Penilaian Model Autentik Assessment, ( Tulunggagung: STAIN
Tulungagung Press, 2014), hal. 122.

109

Menurut teori ini diungkapkan bahwa tehnik penilaian autentik
observasi yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan
indra, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan
indra,baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan
pedoman atau lembar observasi yang berisi sejumlah indicator perilaku
atau aspek yang diamati.
Teori ini juga menyatakan bahwa penilaian sikap dengan tehnik

observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar misalnya
tingkah laku siswa pada waktu pelajaran dan kegiatan diskusi siswa.
Berhasil tidaknya observasi sebagai alat penilaian tergantung bagaimana
cara dan kemampuan yang harus dimiliki seorang pendidik.7
Hasil pengamatan atau observasi dapat dijadikan sebagai umpan
balik dalam pembinaan terhadap peserta didik. Pengamatan atau observasi
perilaku peserta didik dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan
menggunakan alat lembar pengamatan atau observasi.8
Menurut teori ini diungkapkan bahwa hasil pengamat atau
observasi dapat dijadikan umpan balik dalam pembelajaran. Observasi
perilaku disekolah dapat dilakukan dengan menggunakan buku catatan
khusus tentang kejadian-kejadian berkaitan dengan peserta didik selama
disekolah.9

7

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, ..., hal.84-86.
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Tehnik Evaluasi Pengajaran, (Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 149.
9
Ridwan Abdullah Sani, Penilaian Autentik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016), hal.136.
8

110

Teori ini mengungkapkan bahwa observasi merupakan tehnik yang
dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indra, baik
secara

langsung

dengan

menggunakan

pedoman

atau

lembar

observasiyang berisi sejumlah indikator perilaku atau aspek yang diamati.
Guru melakukan pengamatan atau observasi terhadap peserta didik yang
dibinanya. Oleh karena itu, guru dapat melakukan observasi terhadap
peserta didik yang dibinanya, hasil pengamatan atau observasi dapat
dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan terhadap peserta didik
dalam pembelajaran.10
Menurut teori ini mengungkapkan bahwa penilaian tehnik
observasi dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan
indra, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan
instrumen yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.11
Sedangkan penilaian autentik aspek sikap yang menggunakan
tehnik jurnal sesuai dengan teori berikut yaitu ;catatan-catatan peserta
didik yang berkaitan dengan kekuatan atau keunggulan dari peserta didik
dilakukan pendampingan dan pengembangan, sehingga kekuatan atau
keunggulan tersebut berkembang lebih baik lagi seiring dengan
peningkatan kematangan dari peserta didik tersebut dan guru seharusnya
memiliki profil setiap peserta didik yang memuat catatan-catatan sikap
dan perilaku peserta didik sehari-hari. Dengan demikian, guru dapat

10

Kunandar, Penilaian Autentik ..., hal. 117-118.
Abdul Majid, Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya), hal. 169.
11

111

memantau dan memonitor perkembangan sikap peserta didik dari waktu
ke waktu secara objektif.12
Teori ini berpendapat bahwa penilaian sikap tehnik jurnal
merupakan catatan guru yang berisi informasi hasil pengamatan tentang
kelemahan dan kekuatan peserta didik didalam dan diluar kelas. Dengan
demikian, seorang guru dapat memonitor perkembangan perilaku peserta
dari secara objektif.13
Menurut teori ini diungkapkan bahwa penilaian sikap dengan
menggunakan tehnik jurnal merupakan catatan pendidik didalam maupun
diluar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan
kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.14
Penilaian autentik pembelajaran al- Qur’an al-Hadist di Madrasah
Tsanawiyah Negeri 1 Blitar dilakukan sesuai dengan objek sikap yang
telah dijelaskan diatas. Guru melakukan penilaian kepada siswa didalam
maupun diluar kelas. Didalam kelas guru menilai perilaku siswa
kaitannya dengan pelajaran, sikap terhadap guru, sikap terhadap proses
pembelajaran dan sikap terhadap materi pembelajaran. Sedangkan sikap
diluar kelas guru bisa menilai dari bagaimana siswa bersikap setelah
menerima pelajaran dari guru. Menerapkan nilai-nilai yang telah
ditanamkan di ajarkan oleh guru akan terlihat dalam perilaku sehari-hari
siswa. Setelah mendapatkan ilmu didalam kelas apakah siswa dapat
menerapkan nya dengan pengetahuan yanag lain. Karena disamping itu,
12

Kunandar, Penilaian Autentik ..., hal. 147-148.
Ridwan Abdullah Sani, Penilaian Autentik. ..., hal. 156-157.
14
Abdul Majid, Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar ..., hal. 176.

13

112

pada dasarnya materi pelajaran al-Qur’an al-Hadist juga tidak lepas dari
perilaku sehari-hari siswa.
Pembelajaran al-Qur’an Hadist menggunakan tehnik yang ada
dalam penilaian autentik kompetensi sikap dengan melihat perilaku siswa
dalam kegiatan sehari-hari. Contohnya untuk kompetensi sikap spiritual
dilihat dari rajinnya melakukan sholat dhuha dan sholat dhuhur berjamaah
dimadrasah dan

membaca do’a diawal dan diakhir pembelajaran.

Sedangkan kompetensi sikap sosial bisa dilihat dari sikap siswa bergaul
dengan guru, teman, orang yang ada disekitarnya. Contohnya dilihat dari
kesopanan, gotong royong dan lain-lain.
3. Skor nilai 3 adalah yang sering digunakan skor minimal bagi siswa di
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Blitar. Hal ini akan terus dianggap benar
sebelum ada yang menanyakan ketika musyawarah kenaikan kelas.
Dalam mengukur sikap, guru hendaknya memperhatikan tiga
komponen yaitu (1) kognisi, yaitu berkenaan dengan pengetahuan peserta
didik tentang objek, (2) afeksi, yaitu berkenaan dengan perasaan peserta
didik tentang objek, (3) konasi, yaitu berkenaan dengan kecenderungan
berperilaku peserta didik tentang objek. Disamping itu, guru juga harus
memilih salah satu olel skala sikap. Adapun model-model skala sikap
yang biasa digunakan untuk menilai sikap peserta didik terhadap suatu
objek, antara lain:
a. Menggunakan bilangan untuk menunjukkan tingkat-tingkat dari objek
sikap yang dinilai, seperti 1, 2, 3,dan 4.

113

b. Menggunakan frekuensi atau timbulnya sikap itu, seperti: selalu,
sering kali, kadang-kadang, pernah dan tidak pernah.
c. Menggunakan istilah yang bersifat kualitatif, seperti bagus sekali,
baik, sedang dan kurang. Ada juga istilah lain seperti: sangat setuju,
setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju.
d. Menggunakan istilah-istilah yang menunjukkan status/kedudukan,
seperti sangat rendah, dibawah rata-rata, diatas rata-rata dan sangat
tinggi.
e. Menggunakan kode bilangan atau huruf, seperti selalu (diberi kode 5),
kadang-kadang (4), jarang (3), jarang sekali (2), dan tidak pernah
(1).15
Di setiap madrasah mempunyai standar tersendiri untuk menilai
siswanya. Khususnya untuk penilaian sikap (religius dan sosial) di
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Blitar. Nilai 3 adalah nilai standar yang
digunakan oleh guru al- Qur’an al-Hadist untuk menilai siswanya. Hal ini
akan dilakukan sebelum ada yang menyanggah dalam musyawarah.
Nilai yang digunakan untuk kompetensi sikap religius dan sikap
sosial di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Blitar ini menggunakan sistem
penskoran. Rentang skor yang digunakan mulai dari angka 1, 2, 3, dan 4.
Skor 1 menunjukkan nilai kurang, skor 2 menunjukkan nilai cukup, skor 3
menunjukkan baik, dan skor 4 menunjukkan sangat baik.

15

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012),hal.160.

114

B. Penilaian Autentik Aspek Pengetahuan Pembelajaran Al Qur’an Hadist
dalam Kurikulum 2013 di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Blitar.
1. Di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Blitar Pembelajaran Al Qur’an Hadist
menggunakan penilaian autentik pada aspek pengetahuan sesuai dengan
penilaian yang ada dalam Permendikbud karena madrasah mengikuti
penilaian yang berstandar nasional akan tetapi tidak bertentangan dengan
Permenag.
Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Blitar mengikuti
peraturan dari pemerintah. Peraturan pemerintah yang mengatur tentang
standar pendidikan terdapat dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia (Permendikbud) nomor 23 tahun 2016.
Dalam Permendikbud tersebut dinyatakan bahwa penilaian adalah proses
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian
hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar peserta didik pada
pendidikan dasar dan pendidikan menengah meliputi aspek : (a) sikap;
(b) pengetahuan; dan

(c) keterampilan. Kemudian dalam Bab IV

mekanisme penilaian pasal 9 ayat 1 c dijelaskan bahwa penilaian aspek
pengetahuan dilakukan melalui tes tulis, tes lisan dan penugasan sesuai
dengan kompetensi yang dinilai.16
Sesuai Permendikbud diatas, di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1
Blitar menggunakan tes tulis dan tes lisan untuk memperoleh informasi
kompetensi pengetahuan. Tes tulis dilakukan lewat Ulangan Harian,
16

Salinan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan

115

Ulangan Tengah Semester dan Ulangan Akhir Semester. Sedangkan
untuk tes lisan dilakukan diawal pembelajaran ataupun diakhir
pembelajaran.
2. Penilaian

autentik

Pembelajaran

al-Qur’an

al-Hadist

kompetensi

pengetahuan menggunakan tehnik tes tulis.
Tehnik tes tulis yang digunakan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1
Blitar khususnya kelas VIII-4 kebanyakan menggunakan tes uraian. Tes
uraian yang digunakan memiliki 10 soal dan siswa harus menjawab sesuai
dengan pendapatnya. Tes uraian ini dipilih oleh guru karena memiliki
beberapa kelebihan salah satunya adalah untuk mengukur kemampuan
kognitif tigkat tinggi (higher order thinking).
Hal ini menurut teori sebagai berikut, dalam menyusun soal uraian
ada beberapa kaidah yang harus digunakan jika dilihat dari materi soalnya.
Berikut penjelasannya:
1) Setiap soal harus sesuai dengan tujuan pembelajaran atau indikator
yang telah ditetapkan. Upayakan agar soal yang dibuat berkaitan
dengan konsep penting yang perlu dikuasi oleh peserta didik.
2) Batasan atau ruang lingkup pertanyaan dan jawaban yang diharapkan
harus jelas.
3) Materi atau pengetahuan yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang,
jenis sekolah, atau tingkat kelas dari peserta didik yang diuji.17

17

Ridwan Abdullah Sani, Penilaian Autentik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016), hal.198.

116

Teori ini mengungkapkan bahwa tehnik tes tulis itu jawabannya
menuntut

peserta

didik

untuk

mengingat,

memikirkan,

dan

mengorganisasikan gagasan atau hal-hal yang telah dipelajarinya
dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut
secara tertulis dengan kata-kata sendiri. Soal uraian atau soal esai dapat
digunakan

untuk

mengukur

kemampuan

peserta

didik

secara

mendalam. Peserta didik dituntut untuk menyajikan jawaban terurai
secara

bebas,

mengorganisasikan

pikirannya,

mengemukakan

pendapatnya, dan mengekspresikan gagasan dengan menggunakan
kalimat sendiri. Peserta didik tidak dapat menebak jawaban dan harus
menguasai materi secara utuh untuk dapat menjawab soal yang
diajukan. Namun, jumlah materi yang dapat ditanyakan relative
terbatas, dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memeriksa
jawaban peserta didik.18
Teori ini mengungkapkan bahwa tes tertulis bentuk uraian
merupakan suatu tes yang jawabannya menuntut siswa mengingat dan
mengorganisasikan gagasan atau hal-hal yang telah dipelajari. Carannya
dengan mengemukakan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis.
Berdasarkan penskorannya, tes tertulis bentuk uraian diklasifikasikan
menjadi uraian objektif dan non- objektif. Bentuk uraian objektif
menuntut sekumpulan jawaban dengan pengertian atau konsep tertentu
sehingga penskorannya dapat dilakukan secara objektif. Sementara

18

Ibid ., hal. 196.

117

bentuk uraian non- objektif menuntut jawaban berupa pengertian atau
konsep berdasarkan pendapat masing-masing peserta tes sehingga
penskorannya lebih sulit untuk dilakukan secara objektif (dapat
mengandung unsur subjektivitas).19
Menurut teori ini mengungkapkan bahwa penilaian tes tulis bentuk
uraian yang merupakan alat penilaian yang menuntut peserta didik
untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasaikan gagasannya atau
hal-hal yang sudah dipelajari. Tes tulis merupakan sejenis tes kemajuan
belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau
uraian-uraian kata-kata dengan tujuan ingin mengungkapkan daya ingat
dan pemahaman testi terhadap materi pelajaran yang dinyatakan dalam
tes dan ingin mengungkapkan daya ingat tastee dalam memahami
berbagai macam konsep dan aplikasinya.20
Menurut teori mengungkapkan bahwa tes tulis yang berbentuk
uraian merupakan alat penilaian yang menuntut peserta didik untuk
mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau halhal yang sudah dipelajari, dengan cara mengemukakan atau
mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan
menggunakan kata-katanya sendiri. Alat ini dapat menilai berbagai
jenis kemampuan misalnya mengemukakan pendapat, berfikir kritis,
berfikir kreatif dan pemecahan masalah.21

19

Kusaeri, Acuan & Tehnik Penilaian & Hasil Belajar dalam Kurikulum 2013,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hal. 90.
20
Abdul Majid, Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar ..., hal. 193.
21
Kunandar, Penilaian Autentik ..., hal. 203.

118

Tehnik tertulis di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Blitar terlihat
ketika ada Ulangan Harian tahun pelajaran 2017/2018 dikelas VIII-4.
Ulangan Harian adalah kegiatan penilaian yang dilakukan oleh guru
untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik pada akhir Bab
selesai.

Cakupan

mempresentasikan

penilaian

meliputi

semua KD

pada

seluruh

indikator

semester tersebut.

yang
Dalam

implementasinya soal Ulangan Harian semester genap kelas VIII-4
yang diujikan sesuai dengan kisi-kisi. Kemudian, untuk Ulangan Harian
jadwal

yang

menentukan

adalah

guru

mata

pelajaran

yang

bersangkutan.
3. Tes lisan pembelajaran al-Qur’an al-Hadist untuk membagikan motivasi
dan apersepsi diawal pembelajaran serta diakhir pembelajaran tes lisan
digunakan untuk menfokuskan pikiran siswa agar tetap mengingat
pelajaran yang telah diajarkan.
penilaian autentik aspek pengetahuan yang menggunakan tehnik
tes tulis sesuai dengan teori berikut yaitu; Tes lisan pada umumnya
diajukan pada saat proses belajar mengajar. Guru dapat mengajukan tes
lisan atau pertanyaan dengan tingkat kesukaran yang beragam, mulai dari
tingkat ingatan sampai kreasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pertanyaan lisan adalah sebagai berikut:
(1)

Menggunakan kalimat yang dapat dipahami oleh peserta didik.

(2)

Struktur pertanyaan diajukan dengan urutan sesuai.

119

(3)

Memerhatikan keseimbangan atau jumlah pertanyaan divergen dan
konvergen, serta pertanyaan mudah dan pertanyaan sulit.

(4)

Melakukan pindahan giliran dan mengupayakan partisipasi semua
peserta didik untuk menjawab pertanyaan.

(5)

Pendistribusian pertanyaan dilakukan secara acak pada peserta
didik.22
Teori ini mengungkapkan bahwa, untuk memberi nilai peserta didik

yang telah mengikuti seluruh proses pembelajaran yang digariskan untuk
satu semester atau satu tahun pelajaran. Dalam hubungan ini terlihat
bahwa asesmen sumatif itu bersifat evaluasi dalam kelas. 23
Teori ini juga menjelaskan bahwa dalam penilaian tes lisan biasanya
digunakan untuk menggali aspek pengetahuan siswa. Tehnik ini sudah
lazim digunakan guru ketika melaksanakan pembelajaran didalam kelas.
Tes ini menuntut siswa memberikan jawaban secara lisan, pertanyaan –
pertanyaan yang diberikan guru disampaikan secara lisan (oral), dan siwa
merespon pertanyaan tersebut secara lisan. Pelaksanaanya dilakukan
dengan mengadakan tanya jawab secara langsung antara guru (sebagai
penanya) dan siswa (sebagai pihak yang ditanya). Dengan tes lisan
diharapkan timbul rasa keberanian dikalangan siswa.24
Teori ini mengungkapkan bahwa, tes lisan dilasanakan dengan cara
mengadakan percakapan antara siswa dengan tester tentang masalah yang
diujikan. Pelaksanaan tes lisan dilakukan dengan mengadakan tanya jawab
22

Ridwan Abdullah Sani, Penilaian Autentik ..., hal. 210.
Ismet Basuki dan Hariyanto, Asesmen Pembelajaran ..., hal. 160
24
Kusaeri, Acuan & Tehnik Penilaian & Hasil Belajar ..., hal. 196.

23

120

langsung antara pendidik dan peserta didik. Tes lisan digunakan untuk
mengungkapkan hasil belajar siswa pada aspek pengetahuan.25
Menurut teori ini bahwa, tes lisan digunakan untuk mengukur tingkat
pencapaian kompetensi, terutama pengetahuan. Tes lisan berupa
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru secara ucap (oral) sehingga
peserta didik merespon pertanyaan tersebut secara ucap juga, sehingga
menimbulkan keberanian. Jawaban dapat berupa kata, frase, kalimat
maupun paragraf yang diucapkan.26
Tes lisan pembelajaran al-Qur’an al-Hadist kelas VIII-4 biasanya
digunakan pada awal pembelajaran atau diakhir pembelajaran. Tes lisan di
awal

pembelajaran

digunakan

guru

al-Qur’an

al-Hadist

untuk

membangkitkan motivasi dan apersepsi agar tetap ingat pelajaran minggu
lalu. Sedang tes lisan diakhir pembelajaran tes lisan digunakan untuk
menfokuskan pikiran siswa agar tetap ingat dengan mata pelajaran yang
telah diajarkan.
C. Penilaian Autentik Aspek Keterampilan Pembelajaran Al- Qur’an
Hadist dalam Kurikulum 2013 di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Blitar.
1. Di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Blitar pembelajaran al-Qur’an alHadist menggunakan penilaian pada aspek keterampilan sesuai dengan
penilaian yang ada dalam Permendikbud karena madrasah

mengikuti

penilaian yang berstandar nasional akan tetapi tidak bertentangan dengan
Permenag.
25

Kunandar, Penilaian Autentik ..., hal. 219.
Abdul Majid, Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar ..., hal. 195.

26

121

Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Blitar mengikuti
peraturan dari pemerintah. Peraturan pemerintah yang mengatur tentang
standar penilaian pendidikan dijelaskan dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia ( Permendikbud) nomor
23 tahun 2016. Dalam Permendikbud tersebut dinyatakan bahwa penilaian
adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar peserta didik
pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah meliputi aspek:(a) sikap;
(b) pengetahuan; dan

(c) keterampilan. Kemudian dalam Bab IV

mekanisme penilaian pasal 9 ayat 1 d dijelaskan bahwa penilaian aspek
keterampilan dilakukan melalui praktik, produk, proyek, portofolio,
dan/atau tehnik lain sesuai dengan kompetensi yang dinilai.27
Di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Blitar penilaian autentik
kompetensi keterampilan disesuaikan Kompetensi Dasar dan Indikator
yang sudah ditetapkan. Berpijak dari Kompetensi Dasar dan Indikator
tersebut guru menentukan kriteria-kriteria penilaian yang digunakan dalam
pedoman penilaian. Gury menggunakan tehnik penilaian praktik, proyek,
dan portofolio.
2. Penilaian tehnik praktik mata pelajaran al-Qur’an al-Hadist banyak
dijumpai dalil-dalil dalam materi tersebut.
Tes praktik dapat digunakan sebagai tes diagnostik, tes formatif
atau tes sumatif. Jika digunakan sebagai tes diagnostik, maka perlu
27

Salinan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan

122

dilakukan pengecekan kesulitan dan kemajuan belajar. Kesulitan dan
kemajuan semua peserta didik sebaiknya ditabulasi dalam sebuah tabel
agar guru dapat mengetahui siapa saja yang masih perlu dilatih lebih
lanjut.28
Teori ini mengungkapkan bahwa,

penilaian tindakan atau tes

praktik yang secara efektif dapat digunakan untuk kepentingan
pengumpulan berbagai informasi tentang bentuk-bentuk perilaku atau
keterampilan yang diharapkan muncul dalam peserta didik. Penilaian
unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati
kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok
digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta
didik melakukan tugas tertentu seperti : praktek di laboratorium, praktek
sholat, praktek olahraga, bermain peran, memainkan alat music,
bernyanyi, membaca puisi/deklamasi dan lain-lain.29
Menurut teori ini bahwa penilaian kinerja (praktik)

itu suatu

penilaian yang meminta siswa mendemonstrasikan tugas tugas tertentu
guna mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliknya.
Tugas yang dimaksud biasanya terkait dengan praktik kehidupan seharihari. Misalnya tugas presentasi, berdiskusi, bermain peran, menari, praktik
wudhu, dan sebagainya.30

28

Ridwan Abdullah Sani, Penilaian Autentik ..., hal. 238.
Ibid ..., hal. 257.
30
Kusaeri, Acuan & Tehnik Penilaian & Hasil Belajar ..., hal. 142.
29

123

Penilaian kinerja dilaksanakan berdasarkan tiga asumsi pokok.
Pertama, tugas-tugas yang dibeikan atau dikerjakan oleh siswa merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan proses pembelajaran.
kedua, penilaian kinerja tidak hanya untuk mengetahui posisi siswa pada
saat proses pembelajaran. akan tetapi, lebih dari itu, penlaian juga
dimaksudkan untuk memperbaiki proses pembelajaran sendiri. Ketiga,
penilaian kinerja didasarkan pada partisipasi aktif siswa.31
Menurut teori ini bahwa, penilaian keterampilan menggunakan
tehnik kinerja/praktik adalah suatu penilaian yang meminta siswa untuk
melakukan

suatu

tugas

pada

situasi

yang

sesungguhnya

yang

mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan.32
Teori ini juga berpendapat bahwa penilaian unjuk kerja/ praktik
merupakan penilaian tindakan atau tes praktik yang secara efektif dapat
digunakan untuk kepentingan pengumpulan berbagai informasi tentang
bentuk-bentuk perilaku atau keterampilan yang diharapkan muncul dari
diri peserta didik. Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang
meminta peserta didik untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan
pengetahuan konteks yang sesuai dengan kriteria yang diterapkan. Cara
penilaian ini dianggap lebih autentik daripada tes tertulis karena apa yang
dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya.33
Tehnik praktik pembelajaran al-Qur’an al-Hadist kelas VIII-4 di
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Blitar ini bisa diwujudkan dengan
31

Ibid,.,hal. 143.
Abdul Majid, Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar..., hal. 200.
33
Kunandar, Penilaian Autentik ..., hal. 257.

32

124

menghafal dalil dari al-Qur’an maupun Hadist yang berkaitan dengan
materi pembelajaran. Siswa diharuskan sudah mampu membaca bahkan
menghafal dalil tersebut. Penilaian ini dilakukan dengan kriteria
kelancaran, makharijul huruf dan hukum bacaannya. Selain itu untuk kelas
VIII-4 bisa juga menggunakan tehnik praktik dengan diskusi dan
presentasi yang dilakukan siswa ketika pembelajaran berlangsung.
3. Penilaian proyek mata pelajaran al-Qur’an al-Hadist bisa dengan membuat
kerajinan dengan kreatifitas siswa.
Pada penilaian proyek, minimal ada tiga hal yang perlu
dipertimbangkan, yakni sebagai berikut.
1) Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, informasi dan
mengelola waktu pengerjaan proyek atau pengumpulan data, serta
penulisan laporan.
2) Relevansi atau kesesuaian proyek dengan mata pelajaran, dengan
mempertimbangkan

pengetahuan

dan

keterampilan

dalam

pembelajaran.
3) Keaslian proyek yang dibuat, yang seharusnya merupakan hasil karya
peserta didik, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa
petunjuk dan dukungan untuk pengerjaan proyek tersebut.34
Penilaian autentik kompetensi keterampilan dengan menggunakan
tehnik proyek dimaksuskan agar siswa menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh guru dengan waktu tertentu. Di Madrasah Tsanawiyah

34

Ridwan Abdullah Sani, Penilaian Autentik ..., hal.260.

125

Negeri 1 Blitar dalam mata pelajaran al-Qur’an al-Hadist, guru
memberikan tugas yang diberikan kepada siswa untuk mencari materi
tambahan lewat buku yang ada diperpustakaan ataupun lewat internet.
Menurut teori

bahwa penilaian proyek dilakukan mulai dari

perencanaan, proses pengerjaan, sampaai hasil akhir proyek. Untuk itu,
guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti
penyusunan desain, pengumpulan data, analisis data, dan menyiapkan
laporan tertulis. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/instrumen
penilaian berupa cek ataupun skala penilaian.35
Teori ini juga menyatakan bahwa penilaian proyek merupakan
penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan seorang atau
sekelompok siswa dalam periode atau waktu tertentu. Tugas tersebut
berupa kegiatan perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,
pelaksanaan tugas, pengolahan, dan penyajian produk ( bila berupa
barang) dan laporan tertulis.36 Dalam pembelajara, proyek digunakan
untuk berbagai konteks dan berbagai tujuan. Mulai dari penilaian formatif
dan diagnostik (berupa tugas bersama). Manfaat dengan kerja proyek
adalah untuk menilai kemampuan siswa pada waktu melakukan kerja
individu maupun kelompok, kemampuan dalam mengorganisasikan waktu
dan kemampuan merancang tugas secara berurutan.
Dalam penilaian proyek, setidaknya ada tiga hal yang perlu
dipertimbangkan:
35

Ibid, ., hal. 261.
Kusaeri, Acuan & Tehnik Penilaian & Hasil Belajar ..., hal. 156.

36

126

a. Kemampuan melaksanakan proyek, meliputi kemampuan siswa dalam
memilih topik/ mencari informasi, melaksanakan tugas/ proyek,
mengelola waktu dan penulisan laporan.
b. Relevansi, yatu kesesuaian antara kompetensi yang dipelajari dengan
berbagai konteks kehidupan nyata dimasyarakat.
c. Keaslian produk, artinya hasil dari proyek biasanya berupa produk,
produk yang dihasilkan siswa harus benar-benar hasil karyanya
sendiri.37
Menurut teori ini bahwa, penilaian tehnik proyek merupakan
penilaian tugas yang mengandung investigasi dan harus diselesaikan dalam
periode/ waktu tertentu. Tgas tersebut meliputi perencanaan, pelaksanaan
dan pelaporan. Proyek juga akan memberikan informasi tentang
pemahaman dan pengetahuan siswa pada pembelajaran tertentu,
kemampuan siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan dan kemampuan
siswa untuk mengkomunikasikan informasi, misalnya membuat laporan
pemanfaatan

energy didalam

kehidupan,

membuat

laporan

hasil

pengamatan pertumbuhan tanaman.38
Selain itu teori ini juga mennyatakan bahwa, penilaian proyek
merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang meliputi;
pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian dan penyajian data yang
harus diselesaikan peserta didik (individu/kelompok) dalam waktu dan

37

Ibid, ., hal. 157.
Abdul Majid, Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar..., hal. 206

38

127

periode tertentu. Tugas tersebut merupakan investigasi atau penelitian
sederhana tentang suatu masalah yang berkaitan dengan materi.39
Selain itu, penilaian proyek bisa diwujudkan dengan guru
memberikan tugas untuk membuat kerajinan dari bahan bekas yang sesuai
kreativitas siswa berkaitan dengan materi dan bertemakan lingkungan
karena Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Blitar bermaskot Adiwiyata.
Namun, dalam praktiknya Ukhti mengalami kendala, karena pengumpulan
tugas oleh siswa terlambat. Dengan penilaian ini akan menambah variasi
penilaian guru. Agar siswa belajar kreatif dan aktif dalam pembelajaran.
4. Penilaian dengan portofolio menuntut siswa agar bisa berkembang lebih
baik lagi lewat karya mading sesuai dengan materi.
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang
didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan
peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa
karya peserta didik. Tidak semua karya peserta didik merupakan
portofolio, karena portofolio adalah kumpulan karya yang dibuat dalam
waktu tertentu berdasarkan tugas yang telah ditentukan berdasarkan tugas
yang telah ditentukan oleh guru dalam upaya mencapai tujuan
pembelajaran.
Menurut pendapat teori bahwa penilaian portofolio dapat
merefleksikan perkembangan keterampilan peserta didik dalam selang
waktu tertentu. Penilaian portofolio merupakan penilaian autentik yang

39

Kunandar, Penilaian Autentik..., hal. 279.

128

mendiskripsikan apa yang dapat dilakukan peserta didik setelah
memahami caranya. Penilaian menggunakan portofolio akan efektif jika
dapat mendorong peserta didik untuk lebih reflektif dan terlibat dalam
belajar.40
Hal ini juga diungkapkan dari teori bahwa penilaian portofolio
merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan
informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan siswa dalam satu
periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya siswa atau hasil
ulangan dari proses pebelajaran yang dianggap terbaik oleh siswa.41 Dalam
penilaian kelas, portofolio digunakan untuk mencapai beberapa tujuan
berikut;

mengetahui

perkembangan

yang

dialami

siswa,

mendokumentasikan proses pembelajaranyang berlangsung, meningkatkan
efektivitas proses pembelajaran, bertukar informasi dengan orang tua/wali
siswa dan guru lain dan mempercepat pertumbuhan konsep diri positif
siswa.42
Teori ini juga mengungkapkan bahwa, penilaian ini dilakukan
melalui sekumpulan karya peserta didik yang tersusun secara sistematis
dan terorganisasi yang dilakukan selama kurun waktu tertentu. Portofolio
digunakan guru dan peserta didik untuk memantau secara terus- menerus
perkembangan pengetahuan dan keterampilan peserta didik dalam bidang
tertentu.43

40

Ridwan Abdullah Sani, Penilaian Autentik ..., hal.291-292.
Kusaeri, Acuan & Tehnik Penilaian & Hasil Belajar ..., hal. 126.
42
Ibid, .., hal. 127.
43
Abdul Majid, Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar..., hal. 209.

41

129

Menurut teori ini bahwa, penilaian portofolio itu penilaian yang
berkelanjutan

yang

didasarkan

pada

kumpulan

informasi

yang

menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode
tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses
pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peseta didik. Penilaian portofolio
pada dasarnya menilai karya-karya siswa secara individu pada satu periode
untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu periode hasil karya tersebut
dikumpulkan dan dinilai oleh guru.44
Selain itu, penilaian portofolio bisa diwujudkan dengan guru
memberikan tugas untuk membuat karya mading secara bergilir. Hal ini
dimaksudkan untuk memberikan kesempatan mengembangkan karyanya
lewat

mading

kelas.

Agar

guru

berkesinambungan.

44

Kunandar, Penilaian Autentik..., hal. 286.

dapat

menilai

siswa

secara