TEKNIK PEMERIKSAAN MSCT ABDOMEN DENGAN K

1

TEKNIK PEMERIKSAAN MSCT ABDOMEN DENGAN KONTRAS PADA
KASUS CA COLON DI INSTALASI RADIOLOGI MRCCC SILOAM
HOSPITALS SEMANGGI

LAPORAN KASUS

Disusun dalam rangka memenuhi tugas praktek Kerja Lapangan V di Instalasi
Radiologi MRCCC Siloam Hospitals Semanggi

Disusun oleh :
ROSMIATI MANNAN
P P1337430217158

PROGRAM STUDI S1 TERAPAN TEKNIK RADIOLOGI
JURUSAN RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KEMENKES SEMARANG
2017

2


HALAMAN PENGESAHAN
Laporan kasus ini telah disahkan oleh Pembimbing Praktek MRCC Siloam
Hospitals Semanggi Jakarta, guna memenuhi salah satu syarat Praktek Kerja
Langsung V Jurusan Teknik Radiologi Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan Semarang.

Nama

: Rosmiati Mannan

NIM

: P1337430217158

Judul : TEKNIK PEMERIKSAAN MSCT ABDOMEN KONTRAS PADA
KASUS CA COLON DI INSTALASI RADIOLOGI MRCCC SILOAM
HOSPITALS SEMANGGI

Jakarta ,


Desember 2017

Pembimbing Praktek

3

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah
melimpahkan segala rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan studi kasus dengan judul ”TEKNIK PEMERIKSAAN
MSCT ABDOMEN KONTRAS PADA KASUS CA COLON DI INSTALASI
RADIOLOGI MRCCC SILOAM HOSPITALS SEMANGGI”.
Penyusunan Laporan studi kasus ini

dimaksudkan untuk memenuhi

persyarat tugas Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan mulai dari tanggal 4
desember 2017 sampai dengan 30 desember 2017 di Instalasi Radiologi MRCCC

Siloam Hospitals Semanggi. Dalam penyusunan laporan studi kasus ini, penulis
telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dandukungan dari berbagai pihak.
Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada:
1. Direktur Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang, Bapak
Sugiyanto S.Pd, M.App.Sc.
2. Ketua Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi, Ibu Rini Indrati S.Si,
M.Kes
3. Ketua Prodi Diploma IV Teknik Radiologi, Ibu Siti Masrochah S. Si, M. Kes
4. Direktur Utama MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, Ibu dr. Adityawati
Ganggaiswari
5. Kepala Instalasi Radiologi MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, Ibu dr.
Nungky Kusumaningtyas

4

6. Koordinator Instalasi Radiologi MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, Bapak
Ucok Noptua Haposan, S.Tr, Rad
7. Seluruh staff dan radiografer MRCCC Siloam Hospitals Semanggi.
8. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

laporan studi kasus ini, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
kemajuan teknologi serta menambah wawasan bagi pembaca.

Jakarta, Desember 2017

Penulis

5

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................
ii
KATA PENGANTAR.................................................................................................
iii
DAFTAR ISI..............................................................................................................

vi
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
1
A. Latar Belakang
..................................................................................................................
B. Rumusan Masalah
..................................................................................................................
C. Manfaat Penulisan
..................................................................................................................
D. Sistematika Penulisan
..................................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................
A. Anatomi
Fisiologi
Abdomen
..................................................................................................................

6

B. Patologi

Abdomen
..................................................................................................................
C. Dasar

Dasar
MSCT
..................................................................................................................
D. Teknik
Pemeriksaan
Msct
Abdomen
Kontras
..................................................................................................................
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
..................................................................................................................
B. Pembahasan
..................................................................................................................
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................
A. Kesimpulan

..................................................................................................................
B. Saran
..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

7

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Semakin pesatnya perkembangan ilmu kedokteran ditandai dengan
ditemukannya jenis pemeriksaan secara radiologis terhadap organ tubuh
guna mendukung diagnosa suatu penyakit dengan menggunakan
Computed Tomography Scan (CT-Scan), Computed Tomografi Scanner
(CT-Scan) merupakan suatu pencitraan diagnosa yang memanfaatkan
komputer sebagai pengolah data sinar-X yang telah mengalami atenuasi
dalam tubuh pasien. Data sinar-X tersebut ditangkap oleh beberapa
detektor yang dikonversikan dalam bentuk digit selanjutnya dikirim di
komputer. Data ini oleh komputer dapat diolah, direkonstruksi dan

ditampilkan dalam bentuk anatomis tipis yang dikenal dengan slice
thickness (Seeram, 2009).
Multi Slice Computed Tomography (MSCT) adalah salah satu
kemajuan generasi dalam pencitaan gambar dimana prinsip dasar MSCT

8

yaitu dengan pergerakan tabung sinar-X yang berputar secara stasioner dan
memancarkan sinar-X secara kontinyu. Berkas sinar-X yang menembus
objek mengalami perlemahan (atenuasi), selanjutnya ditangkap oleh
beberapa detektor yang ikut berputar secara stasionerdan kontinyu, sambil
diiringi pergerakan pasien oleh meja pesawat, melalui bidang penyinaran
sehingga akan dihasilkan banyak potongan (multi slice) dalam satu kali
pergerakan pasien. Detektor adalah alat yang bekerja menangkap berkas
sinar-X yang telah menembus objek untuk dijadikan data dan diteruskan
ke komputer sebagai data numerik, kemudian komputer mengubah data
menjadi data analog yang bisa dilihat sebagai gambar.(Bontranger, 2010).
Salah satu pemeriksaan yang sering dilakukan di Instalasi
Radiologi MRCCC Siloam Hospitals Semanggi adalah pemeriksaan
MSCT dengan menggunakan kontras salah satunya pemeriksaan

Andomen kontras
Abdomen adalah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuknya lonjong
dan meluas dari atas drafragma sampai pelvis di bawah. Rongga
abdomen dilukiskan menjadi dua bagian,abdomen yang sebenanya yaitu
rongga sebelah atas dan yang lebih besar dari pelvis yaitu rongga sebelah
bawah dan lebih kecil. Batas-batas rongga abdomen adalah di bagian
atas digfragma,di bagian bawah pintu masuk panggul dari panggul besar,
didepan dan dikedua sisi otot-otot abdominal, tulang-tulang iliaka dan
iga-iga sebelah bawah, di bagian belakang tulang punggung dan otot
psoas dan quadratus lumborum.
Usus besar (Colon) adalah bagian dari sistim pencernaan (digestive
system) dimana materi yang dibuang (sampah) disimpan. Rektum
(rectum) adalah ujung dari usus besar dekat dubur (anus). Bersama,
mereka membentuk suatu pipa panjang yang berotot yang disebut usus
besar.
Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian
sel yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang
jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan

9


yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh
(metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan
kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol
pembagian sel, dan fungsi lainnya [ CITATION Gal00 \l 1057 ].
Kanker kolon adalah suatu kanker yang berada di kolon. Kanker
kolon atau kanker usus besar atau disebut juga kanker kolorektal
merupakan salah satu jenis kanker ganas yang tumbuh pada permukaan
usus besar (kolon). Kanker usus besar adalah kanker yang amat
dipengaruhi lingkungan dan gaya hidup. penyakit ini termasuk penyakit
yang mematikan karena penyakit ini sering tidak diketahui sampai
tingkat yang lebih parah. ( Price, Sylvia : 2005).
Untuk bisa

memperlihatkan organ dengan jelas maka harus

diberikan media kontras saat melakukan pemeriksaan CT Scan abdomen,
dimana dalam pemeriksaan CT Scan abdomen menggunakan media
kontras terdapat 3 phase yaitu phase artery, phase vena dan phase delay
Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka penulis tertarik

untuk mengkaji lebih dalam tentang teknik pemeriksaaan Ct Scan
Abdomen yang dijadikan sebagai Laporan Kasus Praktik Kerja
Lapangan V dengan judul “Prosedur Pemeriksaan MSCT Abdomen
Dengan kontras pada kasus Ca Colon

Di Instalasi Radiologi

MRCCC Siloam Hospitals Semanggi Jakarta Selatan”
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas maka dalam penyusunan laporan kasus ini
penulis merumuskan masalah yaitu bagaimana Prosedur Pemeriksaan
MSCT Abdomen dengan kontras pada kasus ca colon di Instalasi
Radiologi MRCCC Siloam Hospitals Semanggi Jakarta Selatan?
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk mengetahui
Prosedur Pemeriksaan MSCT Abdomen dengan kontras pada kasus ca

10

colon di Instalasi Radiologi MRCCC Siloam Hospitals Semanggi Jakarta
Selatan.

D. MANFAAT PENULISAN
Manfaat yang dapat diambil dari laporan kasus ini adalah:
1. Bagi Penulis
Menambah wawasan mengenai teknik pemeriksaan MSCT Abdomen
dengan kontras pada kasus Ca Colon Instalasi Radiologi MRCCC
Siloam Hospitals Semanggi Jakarta Selatan.
2. Bagi Pembaca
Sebagai masukan guna mengetahui teknik pemeriksaan MSCT
Abdomen dengan kontras pada kasus Ca Colon Instalasi Radiologi
MRCCC Siloam Hospitals Semanggi Jakarta Selatan.

E. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini sistematika penulisan yang penulis
gunakan secara garis besar antara lain:
BAB I

Merupakan Pendahuluan yang berisi tentang Latar Belakang,
Rumusan

Masalah, Tujuan,

Manfaat,

serta

Sistematika

Penulisan.
BAB II

Merupakan Tinjauan Pustaka yang berisi Anatomi, Fisiologi
dan Patologi, Dasar MSCT, Anatomi, Fisiologi dan Patologi,
Prosedur Pemeriksaan MSCT Abdomen Kontras.

BAB III

Merupakan Hasil dan Pembahasan yang berisi tentang Paparan
Kasus dan Pembahasan.

BAB IV

Merupakan Penutup yang berisi Kesimpulan dan Saran.

Daftar Pustaka

11

Lampiran

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DASAR TEORI
1. Dasar-Dasar MSCT
MultiSlice Computed Tomography (MSCT) sama juga dengan
multidetektor-row CT, ada pula yang menyebutnya dengan multi detektor
CT atau volume CT.

MultiSlice Computed Tomography (MSCT)

merupakan salah satu alat pemeriksaan radiologi diagnostik yang
memanfaatkan komputer dalam melakukan rekonstruksi yang diperoleh
dari sejumlah baris detektor yang menerima berkas sinar-X dan mengalami
penyerapan sejumlah energi (atenuasi) dari obyek/organ yang dilewatinya
(Bontrager, 2010).
Multi Slice Computed Tomography (MSCT) merupakan suatu teknik
untuk menghasilkan gambar (radiograf) secara tomografi (irisan) digital
dari pergerakan tabung sinar-x secara kontinyu. Berkas sinar-X mengalami

12

pelemahan (atenuasi), selanjutnya ditangkap oleh beberapa baris detektor
yang ikut berputar secara stationer dan kontinyu, sambil diiringi
pergerakan pasien oleh meja pemeriksaan melewati bidang penyinaran
sehingga akan dihasilkan banyak potongan (multislice) dalam satu kali
pergerakan pasien (Bontager, 2010).

Gambaran 2.1 single dan duel detektor (prokop, 2011)
Keuntungan dari multi slice CT dapat meningkatkan kecepatan
(speed) dan volumecoverage, bagus dalam visualisasi 2D dan 3D, dan
meningkatnya detail gambar. Kekurangan dari multi slice CT yaitu
terjadinya artefak tertentu (artefak multislice, cone-beamartifacts) dan
peningkatan kontribusi dosis pasien akibat berkurangnya efisiensi
geometirk dan adanya rotasi tabung tambahan.
2. Komponen Dasar CT Scan
a. Gantry
Gantry berbentuk lingkaran merupakan tempat dari tabung sinar-X,
DAS, dan rangkaian detektor. Gantry dapat disudutkan kearah depan
ataupun kearah belakang sampai mencapai 30° sebagai kompensasi
dari letak anatomis organ atau bagian tubuh. Bagian tengah gantry
disebut dengan gantry aperture yang menjadi daerah terbuka dari
gantry.Bagian tertutup dari gantry terdiri dari beberapa perangkat
keras diantaranya tabung sinar-X, kolimator dan detektor. (seeram,
2009)

13

b. Meja Pemeriksaan
Meja pemeriksaan merupakan tempat pasien diposisikan untuk
dilakukannya pemeriksaan CT-Scan. Bentuknya kurva dan terbuat dari
Carbon Graphite Fiber. Setiap scanning satu slice selesai, maka meja
pemeriksaan akan bergeser sesuai ketebalan slice(slice thickness).
(seeram, 2009)
c. Sistem Konsul
Konsul untuk meja kontrol operator adalah bagian dimana radiografer
dapat mengontrol parameter-parameter yang berhubungan dengan
beroperasinya CT-Scan seperti pengaturan kV, mA, waktu scanning,
pitch, ketebalan irisan (slice thickness), table index dan rekonstruksi
algorithma serta windowing.Konsul untuk kontrol operator juga
dilengkapi dengan keyboard untuk memasukkan data pasien dan
pengontrolan fungsi tertentu dalam komputer (Ballinger, 1999).
3. Parameter CT Scan
Gambar pada CT-Scan dapat terjadi sebagai hasil dari berkas sinar-X
yang mengalami perlemahan setelah menembus obyek, ditangkap detektor
dan dilakukan pengolahan dalam komputer.Penampilan gambar yang baik
tergantung kualitas gambar yang dihasilkan sehingga aspek klinis dari
gambar tersebut dapat dimanfaatkan untuk menegakan diagnosis. Menurut
Bontrager (2010) ada beberapa parameter yang mengntrol output gambar
pada CT-scan, antara lain :
a. Slice Thikness
Slice Thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari obyek
yang diperiksa. Nilainya dapat dipilih antara 0,5 mm - 10mm sesuai
dengan keperluan klinis. Ukuran yang tebal akan menghasilkan
gambaran dengan detail yang rendah sebaliknya dengan ukuran yang
tipis akan menghasilkan detail-detail yang tinggi. Bila ketebalan
meninggi akan timbul gambaran-gambaran yang mengganggu seperti

14

garis dan bila terlalu tipis

gambaran akan terlihat tidak halus

(Bontrager, 2010).
Dengan slice thickness yang meningkat maka kontras resolusi akan
meningkat sedangkan spatial resolusi akan menurun dan image noise
akan berkurang. Sebaliknya slice thickness semakin tipis maka ukuran
voxel akan tereduksi sehingga spatial resolusi dan image noise akan
meningkat sedangkan kontras resolusi menurun.
b. Range
Range adalah perpaduan atau kombinasi dari beberapa slice
thickness. Pemanfaatan range adalah untuk mendapatkan ketebalan
irisan yang berbeda pada satu lapangan pemeriksaan. (Bontrager,
2010).
c. Volume Invertigasi
Keseluruhan lapangan dari objek yang diperiksa. Lapangan ini
diukur dari batas awal objek hingga batas akhir obyek yang akan diiris
semakin besar. (Bontrager, 2010).
d. Faktor Eksposi
Faktor eksposi adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhada
eksposi, meliputi tegangan tabung (kV), arus tabung (mA) dan waktu
(s).Besarnya tegangan tabung dapat dipilih secara otomatis pada setiap
pemeriksaan.
e. Field Of View (FOV)
FOV adalah diameter maksimal dari gambaran yang akan
direkonstruksi. Rentang besarnya antara 12cm-50cm. FOV yang kecil
akan meningkatkan resolusi gambaran karena dengan FOV yang kecil
maka akan mereduksi ukuran pixel (picture element). Sehingga dalam
proses rekonstruksi matriks hasil gambarannya akan menjadi lebih
teliti. Namun jika ukuran FOV terlalu kecil, maka area yang
dibutuhkan untuk keperluan klinis menjadi sulit untuk dideteksi.
f. Gantry Tilt

15

Gantry Tilt adalah sudut yang dibentuk antara bidang vertikal
dengan gantry (tabung sinar–X dengan detektor).Rentang penyudutan
antara

0

0

−30 sampai +30 .

Penyudutan gantry bertujuan untuk

keperluan diagnosa dari masing – masing kasus yang dijumpai.
(Bontrager, 2010).
g. Rekonstruksi Matriks
Rekostruksi matrik adalah deretan baris dan kolom dari picture
element (pixel) dalam proses perekonstruksian gambar. Pada umumnya
matriks yang digunakan berukuran 512 x 512. Semakin tinggi matriks
yang dipakai maka semakin tinggi detail gambar yang dihasikan.
(Bontrager, 2010).
h. Rekonstruksi Algorithma
Rekonstruksi algorithma adalah prosedur metematis (algorithma)
yang digunakan dalam merekonstruksi gambar. Semakin tinggi
resolusi algorithma yang dipilih maka semakin tinggi pula resolusi
citra yang akan dihasilkan. Dengan adanya metode ini maka gambaran
seperti tulang, soft tissue dan jaringan-jaringan yang lain dapat
dibedakan dengan jelas pada layar monitor.
i. Window Width
Window Width adalah nilai computed tomography yang dikonversi
menjadi gray scale untuk ditampilkan ke TV monitor. Setelah
komputer menyelesaikan pengolahan gambar melalui rekonstruksi
matriks dan algoritma maka hasilnya akan dikonversi menjadi skala
numeric yang dikenal dengan nama nilai computed tomography. Nilai
ini mempunyai satuan HU (Hounsfield Unit).
Hounsfield Unit (HU)atauCT Number adalah perbandingan relatif
antara nilai atenuasi sinar-X suatu voxel jaringan dengan atenuasi air.
Tabel 2.1 Nilai CT Number pada jaringan dan penampakannya pada
layar monitor (Bontranger, 2010)

16

TISSUE
TYPE
Cortical
bone
Muscle
White
matter
Gray
matter
Blood
CSF
Water
At

CT NUMBERS

APPEARAN
CE

+1000

White

+50
+45

Gray
Light gray

+40

Gray

+20
+15
0
-100

Gray*
Gray
(baseline)
Dark gray to
black

Lung

-200

Air

-1000

Dark Gray to
black
Black

Dasar pemberian nilai ini adalah air dengan nilai 0 HU.Untuk
tulang mempunyai nilai +1000 HU kadang mencapai +3000
HU.Sedangkan untuk kondisi udara nilai yang dimiliki –1000 HU.
Jaringan atau substansi lain dengan nilai yang berbeda tergantung dari
nilai perlemahannya. Jadi penampakan tulang pada monitor menjadi
putih dan udara menjadi hitam. Jaringan dan substansi lain akan
dikonversi menjadi warna abu–abu bertingkat yang disebut gray scale.
Khusus untuk darah yang semula dalam penampakannya berwarna
abu–abu dapat menjadi putih jika diberi media kontras.
j. Window Level
Window level adalah nilai tengah dari window yang digunakan
untuk penampilan gambar. Nilainya dapat dipilih dan tergantung pada
karakteristik perlemahan dari struktur obyek yang diperiksa. Window
level ini menentukan densitas gambar yang akan dihasilkan.
k.

Increment

17

Increment dapat didefinisikan sebagai jarak/gap antar slice. Jika
increment nilainya lebih kecil dari slice thickness maka dikatakan
sebagai overlapping. Jika nilainya sama dengan slice thickness, maka
tidak ada jarak antara slice atau berimpit. Nilai increment berkisar pada
rentang 0,1-10 mm. (Bontrager, 2010).
l.

Scan time
Waktu scanning dapat diartikan sebagai waktu yang dibutuhkan
selama sinar-X keluar dalam durasi waktu tertentu. CT Scan mampu
melakukan scanning continue tanpa putus sampai dengan 100 detik.
Sedangkan scan time per rotation merupakan waktu yang diperlukan
untuk satu putaran tabung sinar-X. Scan time per rotation untuk
masing-masing pesawat berbeda tetapi berkisar dari 0,3-3 detik.
(Bontrager, 2010).

m. Pitch
Konsep pada spiral CT sangatlah berbeda dengan konvensional CT.
Salah satu konsepnya ialah seberapa cepat pergerakan table melewati
gantry relatif terhadap rotation time dan slice thickness yang
digunakan. Aspek ini disebut dengan pitch yang dapat diartikan
sebagai ratio antara pergerakan meja atau table movement per satu kali
rotasi gantry sebesar 3600 dengan beam width/beam collimation
(Goldman,2007).
Pitch merupakan komponen penting pada scan protokol dan secara
fundamental mempengaruhi dosis pasien, image quality, dan scan time
(Bushberg,2003). Karena pada single slice CT, slice thickness dan xray beam width adalah equivalen maka nilai pitch memegang peranan
penting bagi informasi x-ray beam. Pitch 1.0 berarti bahwa x-ray beam
dari rotasi ke rotasi saling berbatasan/berimpit. Pitch lebih besar dari
1.0 merupakan implikasi adanya gap antara satu rotasi x-ray beam ke
rotasi x-ray beam lainnya. Pitch lebih kecil dari 1.0 menandakan

18

adanya overlap antara satu X-ray beam dengan lainnya sehingga
mengakibatkan double irradiasi pada jaringan (Goldman,2007).
n.

Kolimasi Sinar (Beam Collimation)
Pada pemeriksaan MSCT, kolimasi sinar yang lebih sempit akan
menghasilkan resolusi dan axis yang lebih besar pada data volumetric /
tiga dimensi dan juga akan memberikan kebebasan pengaturan
ketebalan irisan yang diinginkan pada gambar rekontruksinya. Akan
tetapi makin sempit kolimasi sinar, akan membuat pemeriksaan
semakin lama yang tentunya meningkatkan beban tabung dan dosis
radiasi yang dihasilkan.

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI ABDOMEN
1. Anatomi dan Fisiologi Abdomen
Abdomen adalah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuknya lonjong dan
meluas dari atas dari drafragma sampai pelvis di bawah. Rongga abdomen
dilukiskan menjadi dua bagian, abdomen yang sebenarnya yaitu rongga
sebelah atas dan yang lebih besar dari pelvis yaitu rongga sebelah bawah
dan lebih kecil. Batas-batas rongga abdomen adalah di bagian atas
diafragma, di bagian bawah pintu masuk panggul dari panggul besar, di
depan dan di kedua sisi otot-otot abdominal, tulang-tulang illiaka dan igaiga sebelah bawah, di bagian belakang tulang punggung dan otot psoas
dan quadratus lumborum. Bagian dari rongga abdomen dan pelvis beserta
daerah-daerah (Pearce, 1999)

19

Gambar 2.2 Anatomi abdomen
Keterangan :
A. Diafragma

H. Usus halus

B. Esofagus

I. Kolon sigmoid

C. Lambung

J. Kandung kencing

D. Kaliks kiri

K. Apendiks

E. Pankreas

L. Sekum

F. Kolon desenden

M. Illium

G. Kolon transversum

N. Kolon asenden

O. Kandung empedu

Q. Lobus kanan

P. Liver

R. Lobus kiri

Isi dari rongga abdomen adalah sebagian besar dari saluran pencernaan, yaitu
lambung, usus halus dan usus besar (Pearce, 1999).
a. Lambung
Lambung terletak di sebelah atas kiri abdomen, sebagian terlindung di
belakang iga-iga sebelah bawah beserta tulang rawannya. Orifisium cardia terletak
di belakang tulang rawan iga ke tujuh kiri. Fundus lambung, mencapai ketinggian
ruang interkostal (antar iga) kelima kiri. Corpus, bagian terbesar letak di tengah.
Pylorus, suatu kanalis yang menghubungkan corpus dengan duodenum. Bagian
corpus dekat dengan pylorus disebut anthrum pyloricum.
Fungsi lambung:
1) Tempat penyimpanan makanan sementara.
2) Mencampur makanan.
3) Melunakkan makanan.
4) Mendorong makanan ke distal.
5) Protein diubah menjadi pepton.
6) Susu dibekukan dan kasein dikeluarkan.
7) Faktor antianemi dibentuk.
8) Khime yaitu isi lambung yang cair disalurkan masuk duodenum (Pearce,
1999).
b. Usus halus
Usus halus adalah tabung yang kira-kira sekitar dua setengah meter panjang
dalam keadaan hidup. Usus halus memanjang dari lambung sampai katup ibo
kolika tempat bersambung dengan usus besar. Usus halus terletak di daerah
umbilicus dan dikelilingi usus besar.
Usus halus dapat dibagi menjadi beberapa bagian :
1) Duodenum adalah bagian pertama usus halus yang panjangnya 25 cm.
2) Yeyenum adalah menempati dua per lima sebelah atas dari usus halus.
3) Ileum adalah menempati tiga pertama akhir.
Fungsi usus halus adalah mencerna dan mengabsorpsi khime dari
lambung isi duodenum adalah alkali. (Pearce, 1999)
c. Usus Besar

20

Usus Besar (Colon) adalah sambungan dari usus halus dan dimulai dari katup
ileokdik yaitu tempat sisa makanan. Panjang usus besar kira-kira satu setengah
meter.
Fungsi usus besar adalah :
1) Absorpsi air, garam dan glukosa.
2) Sekresi musin oleh kelenjer di dalam lapisan dalam.
3) Penyiapan selulosa.
4) Defekasi (pembuangan air besar) (Pearce, 1999)
d. Hati
Hati adalah kelenjer terbesar di dalam tubuh yang terletak di bagian teratas
dalam rongga abdomen di sebelah kanan di bawah diafragma. Hati Secara luar
dilindungi

oleh

iga-iga.

Fungsi hati adalah :
1) Bersangkutan dengan metabolisme tubuh, khususnya mengenai pengaruhnya
atas makanan dan darah.
2) Hati merupakan pabrik kimia terbesar dalam tubuh/sebagai pengantar
matabolisme.
3) Hati mengubah zat buangan dan bahan racun.
4) Hati juga mengubah asam amino menjadi glukosa.
5) Hati membentuk sel darah merah pada masa hidup janin.
6) Hati sebagai penghancur sel darah merah.
7) Membuat sebagian besar dari protein plasma.
8) Membersihkan bilirubin dari darah (Pearce, 1999).
e. Kandung Empedu
Kandung empedu adalah sebuah kantong berbentuk terong dan merupakan
membran berotot. Letaknya di dalam sebuah lekukan di sebelah permukaan bawah
hati, sampai di pinggiran depannya. Panjangnya delapan sampai dua belas
centimeter. Kandung empedu terbagi dalam sebuah fundus, badan dan leher.
Fungsi kangdung empedu adalah :
1) Kandung empedu bekerja sebagai tempat persediaan getah empedu.
2) Getah empedu yang tersimpan di dalamnya dibuat pekat. (Pearce, 1999).
f. Pankreas

21

Pankreas adalah kelenjar majemuk bertandan, strukturnya sangat mirip dengan
kelenjar ludah. Panjangnya kira-kira lima belas centimeter, mulai dari duodenum
sampai limpa. Pankreas dibagi menjadi tiga bagian yaitu kepala pankreas yang
terletak di sebelah kanan rongga abdomen dan di dalam lekukan abdomen, badan
pankreas yang terletak di belakang lambung dalam di depan vertebre lumbalis
pertama, ekor pankreas bagian yang runcing di sebelah kiri dan menyentuh limpa.
Fungsi pankreas adalah :
1) Fungsi exokrine dilaksanakan oleh sel sekretori lobulanya, yang membentuk
getah pankreas dan yang berisi enzim dan elektrolit.
2) Fungsi endokrine terbesar diantara alvedi pankreas terdapat kelompokkelompok kecil sel epitelium yang jelas terpisah dan nyata.
3) Menghasilkan hormon insulin → mengubah gula darah menjadi gula otot
(Pearce, 1999).
g. Ginjal
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah lumbal di
sebelah kanan dari kiri tulang belakang, di belakang peritoneum. Dapat
diperkirakan dari belakang, mulai dari ketinggian vertebre thoracalis sampai
vertebre lumbalis ketiga ginjal kanan lebih rendah dari kiri, karena hati menduduki
ruang banyak di sebelah kanan. Panjang ginjal 6 sampai 7½ centimeter. Pada orang
dewasa berat kira-kira 140 gram. Ginjal terbagi menjadi beberapa lobus yaitu :
lobus hepatis dexter, lobus quadratus, lobus caudatus, lobus sinistra.
Fungsi ginjal adalah :
1) Mengatur keseimbangan air.
2) Mengatur konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam basa darah.
3) Ekskresi bahan buangan dan kelebihan garam. (Pearce, 1999)
h. Limpa
Terletak di regio hipokondrium kiri di dalam cavum abdomen diantara fundus
ventrikuli dan diafragma.
Fungsi limpa adalah :
1) Pada masa janin dan setelah lahir adalah penghasil eritrosit dan limposit.
2) Setelah dewasa adalah penghancur eritrosit tua dan pembentuk homoglobin
dan zat besi bebas.
Limpa dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
22

1) Dua facies yaitu facies diafraghmatika dan visceralis.
2) Dua kutub yaitu ekstremitas superior dan inferior.
3) Dua margo yaitu margo anterior dan posterior
2. Patofisiologi Ca Colon

Gambar 2.3 Anatomi Colon (Usus Besar)
Kanker kolon dan rektum (95 %) adenokarsinoma (muncul dari lapisan
epitel usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan
menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas kedalam struktur
sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar kebagian
tubuh yang lain (paling sering ke hati) Japaries, 2013.
Pertumbuhan

kanker menghasilkan efek sekunder

meliputi

penyumbatan lumen usus dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta
perdarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi dan abses, serta
timbulnya metastase pada jaringan lain. Prognosis relativ baik bila lesi terbatas
pada mukosa dan submukosa pada saat reseks dilakukan, dan jauh lebih jelek
telah terjadi mestatase ke kelenjr limfe (Japaries, 2013).
Menurut Diyono (2013), tingakatan kanker kolorektal dari duke sebagai
berikut :
1. Stadium 1 : terbatas hanya pada mukosa kolon (dinding rektum dan kolon).
2. Stadium 2 : menembus dinding otot, belum metastase.
3. Stadium 3 : melibatkan kelenjar limfe.
4. Stadium 4 : metastase ke kelenjar limfe yang berjauhan dan ke organ lain.
23

Kanker kolorektal merupakan salah satu kanker usus yang dapat tumbuh
secara lokal dan bermetastase luas. Adapun cara penyebaran ini melalui beberapa
cara. Penyebaran secara lokal biasanya masuk kedalam lapisan dinding usus
sampai keserosa dan lemak mesentrik, , lalu sel kanker tersebut akanmengenai
organ disekitarnya. Adapun penyebaran yang lebih luas lagi didalam lumen usus
yaitu melalui limfatik dan sistem sirkulasi. Bila sel tersebut masuk melalui sistem
sirkulasi, maka sel kanker tersebut dapat terus masuk ke organ hati, kemudian
metastase ke orgab paru-paru. Penyebaran lain dapat ke adrenal, ginjal, kuli,
tulang, dan otak. Sel kanker pu dapat menyebar ke daerah peritoneal pada saat
akan dilakukan reseksi tumor (Diyono, 2013).
Hampir semua kanker kolorektal ini berkembang dari polip adenoma jenis
villous, tubular, dan viloutubular. Namun dari ketiga jenis adenoma ini, hanya
jenis villous dan tubular yang diperkirakan akan menjadi premaligna. Jenis
tubular berstruktur seperti bola dan bertangkai, sedangkan jenis villous berstuktur
tonjolan seperti jari-jari tangan dan tidak bertangkai. Kedua jenis ini tumbuh
menyerupai bunga kol didalam kolon sehingga massa tesebut akan menekan
dinding mukosa kolon. Penekanan yang terus-menerus ini akan mengalami lesilesi ulserasi yang akhirnya akan menjadi perdarahan kolon. Selain perdarahan,
maka obstruksi pun kadang dapat terjadi. Hanya saja lokasi tumbuhnya adenoma
tersebut sebagai acuan. Bila adenoma tumbuh di dalam lumen luas (ascendens dan
transversum), maka obstruksi jarang terjadi. Hal ini dikarenakan isi ( feses masih
mempunyai konsentrasi air cukup) masih dapat melewati lumen tersebut dengan
mengubah bentuk (disesuaikan dengan lekukan lumen karena tonjolan massa).
Tetapi bila adenoma tersebut tumbuh dan berkembang di daerah lumen yang
sempit (descendens atau bagian bawah), maka obstruksi akan terjadi karena tidak
dapat melewati lumen yang telah terdesak oleh massa Namun kejadian obstruksi
tersebut dapat menjadi total atau parsial (Diyono, 2013).
Secara genetik, kanker kolon merupakan penyakit yang kompleks.
Perubahan genetik sering dikaitkan dengan perkembangan dari lesi permalignan
(adenoma) untuk adenokarsinoma invasif. Rangkain peristiwa molekuler dan
genetik yang menyebabkan transformsi dari keganasan polip adenomatosa. Proses
awal adalah mutasi APC (adenomatosa Poliposis Gen) yang pertama kali
ditemukan pada individu dengan keluarga adenomatosa poliposis (FAP= familial
24

adenomatous polyposis). Protein yang dikodekan oleh APC penting dalam aktivasi
pnkogen c-myc dan siklinD1, yang mendorong pengembangan menjadi fenotipe
ganas (Muttaqin, 2013).
C. PROSEDUR PEMERIKSAAN MSCT ABDOMEN KONTRAS
1. Indikasi Pemeriksaan
Diagnosis of intra-abdominal pathology,abdominal staging and monitoring of
malignant disease, trauma.
2. Persiapan Pemeriksaan
a. Persiapan pasien
1) Menurut Neseth (2000), persiapan untuk pemeriksaan MSCT thorax abdomen
harus dengan perjanjian atau jadwal terlebih dahulu pada pihak radiologi
sebelum pemeriksaan dimulai. Persiapan dari MSCT thorax abdomen dimulai
pada malam harinya sebelum keesokan harinya diperiksa. Ketika scan sudah
siap pada pagi harinya, pasien harus dalam keadaan puasa.
2) Pasien yang non kooperatif,gelisah, diberikan sedasi agar tenang.
3) Melampirkan hasil laboratorium ureum dan kreatinin dengan hasil normal.
4) Menginstruksikan mengganti baju dengan baju pasien dan melepas semua
benda benda yang dapat menimbulkan artefak.
5) Menjelaskan prosedur pemeriksaan dan memberikan inform consent berkaitan
dengan pemasukan media kontras
b. Persiapan alat dan bahan
Alat dan bahan pemeriksaan MSCT thorax abdomen dibedakan menjadi dua
bagian yaitu :
1) Peralatan steril :
a) Spuit
b) Wing needle
c) Kassa dan kapas
d) Alkohol
e) Media kontras
f) Obat anti histamin
2) Peralatan non steril :
a) Seperangkat pesawat MSCT
25

b) Selimut
c) Body clamp
d) Tabung oksigen
e) Tiang infus
f) Injektor
c. Persiapan Media Kontras
1) Jenis Media Kontras : osmolaritas rendah 300-320 mg iodine/ml
2) Volume pemakaian : 80 – 100 ml
3) Injeksi rate : 2,5-3 ml/detik
4) Teknik pemasukan media kontras menggunakan injector dengan delay 45-70
detik post injeksi kontras
d. Teknik Pemeriksaan
1) Posisi Pasien
Pasien supine di atas meja pemeriksaan dengan head first atau feet first
2) Posisi Obyek
Pasien diposisikan sehingga Mid Sagital Plane (MSP) tubuh sejajar dengan
lampu indikator longitudinal. Lengan pasien diletakkan di atas kepala.Pasien
diinformasikan agar menarik nafas pada saat pemeriksaan dimulai (Nesseth,
2000).
e. Parameter Scanning
1)

Scanogram
Setelah pengaturan posisi dan area scanning selesai, dilanjutkan scanning
untuk pembuatan scanogram Abdomen Antero Posterior.

Gambar 2.4 scanogram Abdomen

26

2)

Scan Pre kontras dan Post Kontras
Foto sebelum dan sesudah memasukkan Media Kontras Kasus seperti tumor
dibuat foto sebelum dan sesudah pemasukan media kontras. Tujuan dibuat foto
sebelum dan sesudah media kontras adalah untuk melihat apakah ada jaringan
yang menyerap kontras banyak, sedikit atau tidak sama sekali.
a) Range

: upper liver sampai lower shimpisis pubis masuk

area pemeriksaan
b) Slice thickness

: 1,25 mm

c) FOV

: mengikuti standar alat yang digunakan

d) Sudut gantry

: 00

e) kV dan mAs

: mengikuti standar alat yang digunakan

f) Window width soft tissue range : 300-500
g) Window level soft tissue range : 30-60
h) Jumlah slice

: 15 slice

f. Kriteria gambar
Lima contoh CT irisan axial pada abdomen dengan 10 mm setiap slice. Pertama
dengan 50 cc bolus injeksi dan dengan 100 cc drip infus melalui kontras intravena.
Persiapan kontras oral dengan water-soluble solution.
1) Irisan Axial 1
Irisan axial 1 untuk memperlihatkan bagian atas liver. Liver dibagi menjadi
dua lobus, lobus kanan dan lobus kiri.

Gambar 2.5
Irisan Axial 1 (Bontrager, 2001)
Keterangan :
a) Lobus kanan liver
27

b) Lobus kiri liver
c) Lambung
d) Lambung (fundus dan bagian atas daerah lambung)
e) Spleen
f) Vertebre Thoracal 10 dan Vertebre Thoracal 11
G. Aorta abdominal
H. Vena Cava Inferior
2. Irisan Axial 3
Irisan axial 3 untuk melihat ekor pankreas. Ekor pankreas terletak di depan
ginjal kiri.

Gambar 2.6
Irisan Axial 3 (Bontrager, 2001)
Keterangan :
a) Lobus kanan liver dari posterior
b) Kantong empedu
c) Lobus kiri liver
d) Lambung
e) Kolon desenden
f) Ekor pankreas
g) Spleen
h) Bagian atas lobus kiri ginjal
i) Kelenjar adrenal sebelah kiri
j) Vetebra Thoracal 11 – Thoracal 12
k) Vena Cava Inferior
28

l) Bagian atas lobus kanan ginjal
3. Irisan Axial 5
Irisan axial 5 melihat bagian ke dua duodenum. Kepala pankreas terletak di
luar dari duodenum. Jika bagian ke dua duodenum terlihat putih, maka dapat
dikatakan tumor pankreas.

Gambar 2.7
Irisan Axial 5 (Bontrager, 2001)
Keterangan :
a) Lobus kanan liver
b) Kantong empedu
c) Bagian ke dua duodenum
d) Lobus kiri liver
e) Lambung (pylorus)
f)

Jejenum

g) Kolon desenden
h) Ginjal kiri
i)

Aorta Abdominal

j)

Vetebra Lumbal I

k) Vena Cava Inferior
l)

Kepala pankreas

4. Irisan Axial 7
Irisan axial 7 memperlihatkan bagian tengah ginjal.
29

Gambar 2.8
Irisan Axial 7 (Bontranger, 2001)
Keterangan :
a) Inferior lobus liver
b) Pankreas
c) Kandung empedu
d) Kolon (asenden dan tranversum)
e) Jejenum
f) Kolon desenden
g) Renal pelvis ginjal kiri
h) Aorta Abdominal
i) Vetebra Lumbal I
j) Vena Cava Inferior
5. Irisan Axial 8.
Irisan axial 8 adalah 2 cm ke arah bawah renal pelvis pada ginjal dan
perjalanan kontras menuju ureter pada ginjal.

30

Gambar 2.9
Irisan Axial 8 (Bontranger, 2001)
Keterangan :
a) Inferior lobus liver
b) Kolon asenden
c) Vena Cava Inferior
d) Aorta
e) Jejenum
f) Kolon desenden
g) Ginjal kiri
h) Ureter kiri
i) Vertebra Lumbal 2- lumbal 3
j) Muskulus psoas major
k) Ureter kanan.

31

BAB III
PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN

A.

Profil Kasus
1.

Paparan Kasus Prosedur Pemeriksaan MSCT Abdomen Dengan Diagnosa
Ca Rectum Di Instalasi Radiologi MRCCC Siloam Hospitals Semanggi Jakarta
Selatan.
a. Identitas Pasien
Nama Pasien

: Mr. M

Umur

: 49 tahun.

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Jln Mindi

Jenis Pemeriksaan

: CT Scan Abdomen dengan kontras.

Dokter Pengirim

: dr. R

Tanggal Pemeriksaan : 21 Desember 2017

b. Riwayat Penyakit
Pasien Mr M, merupakan pasien rawat inap pada tanggal 27 November
2017 datang ke Instalasi Radiologi diantar keluarganya dan perawat untuk
dilakukan pemeriksaan MSCT Abdomen dengan kontras. Dilakukan pemeriksaan
MSCT Abdomen berdasarkan riwayat penyakit Ca colon yang menyerangnya.

2.

Prosedur Pemeriksaan MSCT Abdomen Pada Pasien Ca Colon Di
Instalasi Radiologi MRCCC Siloam Hospitals Semanggi Jakarta Selatan.
a. Persiapan Pasien
Sebelum melakukan pemeriksaan CT-Scan Abdomen dengan kontras pasien perlu
melakukan persiapan sebagai berikut :
32

1) Sebelum dilakukan pemeriksaan CT-Scan, pasien puasa minimal 4 jam
sebelumnya.
2) Sebelum pemeriksaan, pasien diwawancara untuk keperluan informed
conscent sebagai persetujuan dilakukannya pemeriksaan CT-Scan dengan
menggunakan media kontras, serta memberikan penjelasan secara singkat
mengenai prosedur pemeriksaan.
3) Mengecek ureum, creatinin dan GFR
4) Mengganti baju pasien dengan baju khusus, melepas benda-benda yang bisa
menimbulkan artefak pada area yang akan diperiksa (Abdomen).
b. Persiapan Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada pemeriksaan MSCT abdomen pada pasien
Ca Colon adalah sebagai berikut :
1) Pesawat MSCT dengan spesifikasi sebagai berikut :
Merk

: Philips iCT 256 slice

No seri

: 765097

Produksi

: Belanda

Sumber Radiasi

: Sinar – X

Jumlah Sumber Radiasi : 1 (Satu)
2) Injektor dengan spesifikasi sebagai berikut :
Merk

: Mallinckrodt

Syringe tube

: 2

3) Selimut
4) Standar infus
5) CDR
6) Alat fiksasi straps dan pengganjal knee
7) Media kontras Iopamiro ± 70 ml
8) Obat anti histamin
9) Nacl ± 50 ml
33

10) Abocath no 20
11) Kapas/ kassa alkohol dan plester
12) Bengkok

Gambar 3.2 Komputer dan Konsul Pesawat MSCT256 Slice Merk Philips di Unit Radiologi
MRCCC Siloam Semanggi

c. Prosedur Pemeriksaan MSCT Abdomen Pada Pasien Ca Colon
)

Posisi Pasien dan Posisi Objek
Posisi pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi feet first
dan kedua tangan berada di atas kepala lalu pasien diselimuti dan dipasang
alat fiksasi (straps) pada tubuh pasien. Mid sagital plane (MSP) diatur sejajar
dengan lampu indikator longitudinal dan mid coronal plane (MCP) diatur
sejajar dengan lampu indikator horisontal, perawat membuat jalan infus
dengan abocath untuk pemasukan media kontras. Media kontras dan NaCl
yang telah disiapkan di injector dual tube disambungkan ke jalan infuse yang
telah terpasang.

2) Teknik Scanning
Setelah dilakukan pengaturan posisi pasien maka selanjutnya data
pasien dilengkapi dengan masuk di HIS/RIS kemudian pilih detail pasien yang
34

sudah dimasukan di bagian administrasi, yang kurang lengkap dilengkapi
meliputi : berat badan, radiografer yang melakukan pemeriksaan, jenis
pemeriksaan dan posisi pasien saat masuk gantry. Penginputan Nama, Tanggal
lahir, Umur, Jenis Kelamin sudah otomatis ada karena Rumah Sakit MRCCC
Siloam Semanggi sudah menggunakan sistem PACS. Lalu pilih protokol
pemeriksaannya SRI Chest Contras.
Teknik Scanning pada pemeriksaan MSCT abdomen pada pasien Ca
Colon di RS MRCCC Siloam Hospitals Semanggi adalah sebagai berikut :
a) Scannogram atau Topogram
Scannogram dimulai dari upper liver sampai lower shimpisis pubis

Gambar 3.3 Scannogram MSCT Abdomen pasien Mr. M di RS MRCCC
Siloam Hospitals Semanggi
Pengaturan parameter scannogram MSCT Abdomen sebagai berikut :
Tabel 3.1 Parameter Scannogram MSCT Abdomen :

35

kV

120

mA

30

Area scan

upper liver sampai lower
shimpisis pubis

FOV

500 mm

Gantry tilt

0o

WW

1200

WL

200

Matrix

512x460

b) Scanning Pre Kontras
Scanning pre kontras untuk melihat organ abdomen secara umum
dengan parameter sebagai berikut :
Tabel 3.2 Parameter Scanning Pre Kontras Pada Pemeriksaan MSCT
Abdomen :
kV

120

mA

187

Area scan

upper liver sampai lower
shimpisis pubis

Slice thickness

1 mm

Slice Increment

1 mm

FOV

403 mm

Gantry tilting

0o

WW

400 HU

WL

60 HU

36

Gambar 3.4 radiograf scanning pre kontras Axial pada pemeriksaan
MSCT Abdomen pasien Mr M di RS MRCCC Siloam Hospitals
Semanggi
Setelah scanning pre kontras dilakukan injeksi media kontras secara
intravena melalui abocath yang telah dipasang dengan injektor, protokol
yang dipilih menggunakan teknik biphase. Dilakukan pengambilan
scanning phase artery dengan parameter sebagai berikut :
Tabel 3.3 Parameter ScanningPhase Artery Pada Pemeriksaan MSCT
Abdomen :
kV

120

mA

197

Area scan

upper liver sampai lower
shimpisis pubis

Scan delay artery

± 25 detik

Slice thickness

1 mm

Slice Increment

1 mm

FOV

403 mm

Pitch

0.9

Gantry tilting

0o

Flow rate

3 ml/ detik
37

WW

400 HU

WL

60 HU

Gambar 3.5 Hasil radiograf scanningphase artery irisan coronal pada
pemeriksaan MSCT Abdomen pasien Mr M, di MRCCC Siloam
Hospitals Semanggi

38

Ganbar 3.6 Hasil radiograf scanning phase artery irisan sagital pada
pemeriksaan MSCT Abdomen pasien Mr M, di MRCCC Siloam
Semanggi
Dilanjutkan

pengambilan

scanning

phase

venous

dengan

parameter sebagai berikut :
Tabel 3.4 Parameter Scanning Phase Venous Pada Pemeriksaan MSCT
Abdomen
kV

140

mA

197

Area scan

upper liver sampai lower
shimpisis pubis

Scan delay

± 45 detik

Slice thickness

1 mm

Slice Increment

1 mm

FOV

403 mm

Gantry tilting

0o
39

Flow rate

3 ml/ detik

WW

400 HU

WL

60 HU

Gambar 3.7 Hasil radiograf scanning phase venous irisan coronal pada
pemeriksaan MSCT Abdomen pasien Mr M, di MRCCC Siloam Hospitas
Semanggi

40

Gambar 3.8 Hasil radiograf scanning phase venous irisan sagital pada
pemeriksaan MSCT Abdomen pasien Mr M, di MRCCC Siloam Hospitas
Semanggi
Dilanjutkan pengambilan scanning phase Delay dengan parameter
sebagai berikut :
Tabel 3.5 Parameter Scanning Phase Delay Pada Pemeriksaan MSCT
Abdomen
kV

140

mA

197

Area scan

upper liver sampai lower
shimpisis pubis

Scan delay

± 45 detik

Slice thickness

1 mm

Slice Increment

1 mm

FOV

403 mm

Gantry tilting

0o

Flow rate

3 ml/ detik

WW

360 HU

WL

60 HU

41

Gambar 3.9 Hasil radiograf scanning phase Delay irisan coronal pada
pemeriksaan MSCT Abdomen pasien Mr M, di MRCCC Siloam Hospitas
Semanggi

42

Gambar 3.10 'Hasil radiograf scanning phase Delay irisan sagital pada
pemeriksaan MSCT Abdomen pasien Mr M, di MRCCC Siloam Hospitas
Semanggi

Pemeriksaan selesai petugas melakukan pengolahan gambar.
Pengolahan gambar dilakukan dengan rekonstruksi multi planar.Gambar
yang dikirim PACS adalah foto polos pre kontras potongan axial, phase
artery potongan sagital dan koronal kondisi Mediastinum, phase venous
potongan sagital dan koronal kondisi mediastinum, phase delay potongan
sagital dan koronal kondisi mediastinum.

d. Hasil Pembacaan MSCT Abdomen
Technique :
Contiguous Axial section of abdomen and pelvis with IV contrast was obtained
from domes of diaprahragm to pubic symphisis.
Finding :
LIVER : beberapa lesi kanan kistik di kedua lobus relative sama. Penebalan
diffuse lobulatel pericapsular
SPLEEN : Normal
PORTAL VENOUS SYSTEM : Normal
IVC, HEPATIC VEIN : Normal
BILIARY SYSTEM and GALL BLADDER : Normal
PANCREAS : Normal
43

ADRENALS : Normal
KIDNEYS : lesi listik cortical ginjal kanan ukuran 3 mm
PELVI- CALUCEAL SYSTEM: Normal
URETERS : Normal
BLADDER : Normal
BOWEL : suture post op hemicolectomy kanan serta colostomy lower abdomen
kanan.
PERITONIUM, OMENTUM, MESENTRY : Multiple nodule hipodens lobulated
berkonglomerasi di peritoneum, omentum, mesenterial, paracoloc gutter terutama
kanan serta memanjang di scar post op midline.
.NODES: beberapa limfonoidi subcm paraorta, aortocaval, pericaval. Multi nodule
perisigmoid, ukuran 5-6 mm
FLUID : Nil
PROSTATE & SEMINAL VESICLES : Normal
VISUALIZED BONES and JOINTS : spondylosis changes lumbal dengan
vacuum disc L4-5
VISUALIZED LUNGS : Normal
ABDOMINAL WALL : Scar midline post op
Impression :
Pria 49 tahun dengan ca colon
1) Suture post op hemicolostomy kanan

B. Pembahasan
Teknik Pemeriksaan MSCT Abdomen Pada Pasien Ca Colon Di Instalasi Radiologi
MRCCC Siloam Hospitals Semanggi
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh penulis, persiapan pasien pada
pemeriksan MSCT Colon pada pasien Ca Colon di MRCCC Siloam Hospitals Semanggi
dilakukan dengan menggunakan modalitas CT Scan Philips 256 Slice dan Injektor
Mallincrodt dual tube. Persiapan pasien pada pemeriksaan MSCT Abdomen pada pasien
Ca Colon di Instalasi Radiologi MRCCC Siloam Hospitals Semanggi yaitu puasa ± 4 jam,
44

cek ureum creatinin dan eGFR, melepas benda-benda yang bisa menimbulkan artefak
pada area yang akan diperiksa, pasien mengisi informed concent sebelum pemeriksaan
dimulai, serta memberikan penjelasan secara singkat mengenai prosedur pemeriksaan.
Persiapan alat dan bahan pada pemeriksaan MSCT Abdomen di Instalasi Radiologi
MRCCC Siloam Hospitals Semanggi adalah sebagai berikut : Pesawat MSCT256slice,
injektor, selimut, oksigen sentral, standar infus, alat fiksasi (straps dan pengganjal knee),
CDR, media kontras iopamiro ± 70 ml, Nacl 50 ml, obat anti histamin, abocath no 20,
kapas/ kassa alkohol.
Menurut pendapat penulis, persiapan alat dan bahan yang dilakukan pada pemeriksaan
MSCT Abdomen di Instalasi Radiologi MRCCC Siloam Hospitals Semanggi sudah cukup
baik. Alat dan bahan untuk persiapan media kontras diletakkan pada trolly yang ada
didalam ruang pemeriksaan serta dilengkapi obat anti alergi, sehingga alat dan bahan
tersebut dapat dijangkau dengan mudah apabila diperlukan.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan oleh penulis, pada pemeriksaan MSCT
Abdomen di Instalasi Radiologi MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, ada sedikit
perbedaan padatakaran volume media kontras dan NaCl yang diberikan. Dalam buku
Protokol Radiologi Ct Scan dan Mritakaranuntukct scan Abdomen 80-100 mL dan
flowrate 2,5-3 mL tapi pada InstalasiRadiologi MRCCC Siloam Semanggi hanya
menggunakan 70 mL media kontras dan 50 mL NaCl, flow rate yang digunakan yaitu 3
cc/sec. Tetapi dari hasil yang didapatkan sudah cukup. Pemberian media kontras yang
lebih sedikit juga mengurangi kerja berat ginjal dalam mengeluarkan zat asing dalam
tubuh (media kontras).
Teknik Scanning pada pemeriksaan MSCT abdomen pada pasien Ca Colon di MRCCC
Siloam Hospitals Semanggi sudah sesuai dengan teori menurut Siemens medical (2007),
Teknik scanning pada pemeriksaan MSCT abdomen pada pasien Ca Colon di MRCCC
Siloam Hospitals Semanggi sudah yaitu dimulai dengan pembuatan scannogram, dengan
Dilanjutkan scanning pre kontras dengan parameter scan: kV 120, mA 187, slice thickness
1 mm, slice Increment 1 mm , area scan dari upper liver sampai lower shimpisis pubis,
FOV 403 mm, slice thickness1 mm, slice Increment 1 mm, gantry tilting 0o, WW 400, WL
60. Langkah selanjutnya dilakukan scanning post kontras, menggunakan teknik biphase.
Phase artery ± 25 detik post injeksi, dengan parameter scan: kV 120, mA 197, area scan
45

dari upper liver sampai lower shimpisis pubis, slice thickness 1 mm, slice increment 1
mm, FOV 403 mm, pitch 0,9, flow rate 3 ml/ detik, gantry tilting 0o, WW 400, WL 60.
Phase venous ± 45 detik post injeksi, dengan parameter scan kV 140, mA 197, slice
thickness 1 mm, slice increment 1 mm, FOV 403 mm, flow rate 3 ml/ detik, gantry tilting
0o, WW 360, WL 60. PhaseDelay ± 5 menit post injeksi, dengan parameter scan kV 140,
mA 197, slice thickness 1 mm, slice increment 1 mm, FOV 403 mm, flow rate 3 ml/ detik,
gantry tilting 0o, WW 360, WL 60. Setelah selesai scanning lepaskan jarum abocath dari
tangan pasien dan membantu pasien mengganti baju, menginstruksikan untuk banyak
meminum air putih dan tidak minum minuman yang mengandung kafein/soda selama 24
jam lalu setelah pasien keluar ruang pemeriksaaan dilanjutkan untuk membereskan ruang
pemeriksaan. Setelah pemeriksaan selesai dilakukan dilanjutkan dengan rekonstruksi
gambar yang akan dikirimke PACS yaitu adalah foto polos pre kontras potongan axial,
phase artery potongan axial, coronal dan sagital, phase venous potongan axial, coronal
dan sagital, phase delay potongan axial, coronal dan sagital. Instalasi Radiologi MRCCC
Siloam Hospitals Semanggi sudah tidak ada print foto menggunakan film radiograf
kecuali pasien akan menjalani oprasi maka akan dicetak foto, sekarang rumah sakit ini
menggunakan CDR yang dapa tmenyimpan lebih banyak foto dalam satu CDnya. CDR
kemudian di burning dan diberikan kepada pasien.

46

BAB IV
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Prosedur pemeriksaan CT Scan Abdomen dengan kontras di MRCCC Siloam Semanggi
pada diagnosa ca rectum susah sesuai dengan teori, pemeriksaan ini umumnya dimulai
dari persiapan pasien, persiapan alat, persiapan scanning dengan dimasukan data pasien,
lalu memposisikan pasien, kemudian melakukan scanning, scanning dilakukan pada saat
ekspirasi tahan nafas dengan menggunakan 1 range scanning dan luas lapangan
scanning setinggi difragma dan batas bawah crista iliaca pada scanning polos dan pada
3 fhase yang terdiri dari fhase artery, fhase venous, dan fhase delay dengan batas atas
diafragma dan batas bawah simpisis pubis, Bahan kontras yang digunakan iopamiro
dengan konsentrasi obat 370 mg/ml sejumlah 70 ml dan NaCl sejumlah 50ml dengan
flow rate 3,0 ml/sec.

B. Saran
47

1. Sebelum melakukan kegiatan radiografi sebaiknya petugas dapat memastikan pesawat
dalam keadaan yang baik.
2. Petugas radiologi mengambil keputusan yang tepat untuk meminimalkan atau
meniadakan kesalahan agar tidak terjadinya kesalahan/ pengulangan pemeriksaan.
3. Kebersihan injector kontras lebih ditingkatkan dengan selalu membersihkan injector
setiap hari dipagi hari.

DAFTAR PUSTAK