MONITORING and EVALUASI JENIS TANAMAN RI

DI KPH KENDAL

KPH KEN DAL 2011

KATA PENGANTAR

Spescies eksot ik adalah species yang t um buh diluar sebaran aslinya. Kar ena t um buh diluar sebaran aslinya dimungkinkan jenis t er sebut akan mengganggu bahkan dapat mer ugikan flor a dan fauna asli. Di habit at yang bar u species eksot ik akan menyebabkan problem lingkungan, t erut ama jenis-jenis eksot ik invasif kar ena penyebar annya yang t idak t er kendali (mudah t umbuh), t idak ada hama dan penyakit yang menyer ang, menghasilkan allelopat i yang dapat memat ikan t um buhan lain, dan sifat perakar annya yang invasif .

Unt uk mencipt akan Hut an sebagai habit at / t empat per lindungan bagi sat w a, dan sebagai sumber pakan sat w a yang t inggal didalamnya, maka dalam pem ilihan jenis t anaman pada kaw asan per lindungan har us mem per hat ikan asal / habit at asli dan penyebaran dar i jenis t anaman yang akan kit a t anam . Belum t ent u jenis t anaman yang bar u dapat disukai sat w a yang t inggal pada kaw asan per lindungan t ersebut .

Dengan penanaman jenis yang asli yang merupakan habit at dan t em pat per lindungan sat w a dan juga mer upakan sumberpakan dar i sat w a t er sebut , dihar apkan dapat meningkat kan populasi dar i sat w a-sat w a yang t inggal didalamnya sert a dapat mew ujudkan hut an sebagai fungsi ekologis.

Administ r at ur / KKPH Kendal

Ir . Hendrat Suharnant ono, M P NIP . PP1 000 155

BAB I . PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Hut an adalah suat u kesat uan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayat i yang didominasi pepohonan dalam persekut uan alam lingkungannya, yang sat u dengan yang lain tidak dapat dipisahkan . Hut an memiliki berbagai fungsi yait u : Ekologis, Ekonomis, dan Sosial. Oleh karena itu pengelolaan hut an t idak hanya berorient asi pada pengelolaan pot ensi hasil hutan kayu maupun non kayu saja, t etapi harus berorient asi pada pengelolaan potensi sumberdaya hut an,dan jasa lingkungan sert a berbasis pada pemberdayaan masyarakat .

Dalam rangka mendukung program hut an sebagai fungsi ekologi maka hut an diharapkan dapat menjadi t empat berlindung bagi sat w a-sat w a yang t inggal didalamnya dan dapat menyediakan sumber pakan unt uk menjadikan satw a tersebut tetap bert ahan hidup sert a berkembang biak. Pemilihan Jenis t umbuhan yang kurang t epat dapat mempengaruhi berkembangnya satw a-sat w a yang ada, karena jenis yang ada belum t ent u dapat menyediakan pakan bagi satw a t ersebut . Sehingga mejadikan satw a berm igrasi ketempat lain yang lebih cocok dan lebih baik.

Dalam buku Ensiklopedia Kehut anan Indonesia disebutkan bahw a suat u pohon dianggap eksotik apabila pohon t ersebut t umbuh diluar sebaran alaminya. Jenis eksot ik mungkin dapat merugikan flora at aupun fauna asli. Kebanyakan t anaman eksot ik yang menimbulkan problem lingkungan adalah t anaman yang diint roduksi secara t idak sengaja. Pada habitat barunya mungkin hanya sedikit predator at au penyakit sehingga populasi t umbuhnya tidak t erkendali sehingga sering dinamakan eksotik invasif . Perakaran t anaman eksotik invasif bersifat ekst ensif yang mendominasi atas kelembaban dan kandungan nut rien tanah , sehingga t anaman lebih cepat tumbuh dan t ajuk cepat menut up vegetasi di baw ahnya. Juga karena t anaman eksot ik ada yang menghasilkan “ allelopati” yang bersifat racun bagi veget asi lainnya sehingga mengurangi keragaman biologi.

B. TUJUAN

1. M enget ahui jenis – jenis t anaman rim ba eksot ik yang t er dapat di KPH Kendal

2. M enget ahui sebaran , habit at , t eknik budidaya, kegunaan dan informasi lain t ent ang jenis-jenis t anaman t er sebut .

3. M enget ahui dam pak / pengaruh t anaman t ersebut t erhadap ekosist em hut an

4. M emonit or ing dan mengendalikan jenis-jenis t anaman eksot ik t er lebih lagi eksot ik invasif agar t idak mengganggu ekosist em hut an.

BAB II. KAJIAN JENIS TANAM AN RIM BA DI KPH KENDAL

A.DAFTAR JENIS

Jenis-jenis t anaman Rimba yang ada di KPH Kendal adalah sebagaimana pada t able berikut ini :

JENIS TANAM AN RIM BA DI KPH KENDAL

Nam a Tanam an NO

Ket erangan Lokal

Asal

Lat in

1 2 3 4 6 1 M ahoni

Pokok/ Tepi 2 Sonokeling

Sw iet enia M acrophylla

Peru/ Brazil

Tepi/ Pengisi 3 Sonobrit

Dalbergia lat hyf olia Roxb.

India

Tepi/ Pengisi 4 Sengon

Dalbergia sisso Roxb

India, Pakist an

Pokok 5 Akasia

Albizia falcat aria ( L )

Papua New Gueniea

Pokok 6 Gm elina

Accasia m angium w ild

Aust r alia/ Papua New G.

RBC 7 Kesam bi

Gm elina arborea

Pakist an,india,Burm a

Pengisi 8 Trem besi

Schleichera oleosa

Indochina,Srilanka

RBC 9 Randu

Sam anea sam an

Am erika Selat an& t engah

RBC 10 M angga

Ceiba pent andra

Am erika t ropis

RBC 11 Nyam plung

M angifera indica

India,Burm a

Tepi/ Pengisi/ RBC 12 Asem

Callophyllum inophyllum

Linn

India,Af rika ,Aust ralia

RBC 13 Nangka

Tam arindus indica

Afrika Tim ur / Sudan

RBC 14 Jam bu m et e

Art hocarpus het erophyllus

India

RBC / M PTS 15 Johar

Anacardium occident ale

Brazilia

Pengisi/ Pokok/ RBC 16 Salam

Cassia seam ea

Asia t ernggar a

RBC 17 Kluw ih

Syzygium polyant hum W alper

Jaw a,Kalm t an,Thailand

RBC 18 Jengkol

Art ocarpus alt ilis (Park) Fbs

Indonesia, Philipina, PNG

RBC 19 Durian

Archidendron paucif lorum

M alays,Indonesia,Thailand

RBC 20 Duw et

Durio zibet hinus

Indonesia

RBC 21 Ket apang

Syzygium cum ini ( L ) Skeels

Indo-M alaysiana

RBC 22 Cem ara laut

Term inalian cat appa

Asia t ernggar a

Casuarina equiseif olia Aust r alia,Indonesia,India, SrilankRBC 23 Kelapa

RBC 24 Pet ai

Cocos nucifera L

Pesisir Sam udr a Hindia

RBC 25 M indi

Parkia speciosa

Indoneia,M alaysia,Philipa

RBC/ Tepi 26 Kepuh

M elia azedarah L.

India ( Him alaya)

St erculia foet ida L.

Afrika, Asia, Indonesia

RBC

B. KAJIAN JENIS TANAM AN

1. M AHONI ( Sw ietenia M acrophylla King )

a.Taksonomi

Kerajaan : Plantae Divisi

: M agnoliophyta Kelas

: M agnoliopsida Ordo

: M eliales Fam ili

: M eliaceae Genus

: Sw iet enia Species

: Sw iet enia M acrophylla King

Nama Daerah : M ahoni Daun Lebar

Pohon selalu hijau , kulit berw arna abu-abu dan halus ket ika masih muda , berubah menjadi coklat tua dan menggelembung serta mengelupas ket ika set elah t ua. Daun bertandan dan menyirip yang panjangnya berkisar35 – 50 cm, t ersusun bergant ian, halus berpasangan 4 -6 pasang tiap daun panjangnya 9 -18 cm. Bunga kecil berw arna put ih , panjang 10-20 cm, malai bercabang.

b.Persebaran

Berasal dari Amerika t engah dan Amerika Selat an,daerah penyebaran t erdapat di M eksiko selat an, Semenanjung Yucat an,Amerika t engah dengan penyebaran ant ara 30°LU dan 17°55 LS,kemudian tersebar dinegara-negara Sepanyol,Perancis,M eksiko,dan Florida (Record dan M eel, M angkudisast ra,1977dalam Nefrit a P.R,1990) kemudian masuk ke Indonesia melalui India, kemudian dikembangkan di pulau Jaw a sekit ar t h 1892-1902 (At mosuseno dan Duljapar 1996)

c.Habitat

M enurut Sunianegoro& Iraw an (1982) mahoni daun lebar dapat tumbuh dengan baik pada tipe iklim B,C,D. Jenis pohon ini t oleran terdapt kebutuhan cahaya yait u unt uk hidupnya membutuhkan naungan dari jenis pohon lain.M ahoni dapat t umbuh pada t anah yang dalam, t anah yang kurus dengan ketinggian 0-800 m dpl dan tahan t erhadap kekurangan oksigen 70-80 hari.

d.Kegunaan

Kayu M ahoni termasuk bahan meubel bernilai t inggi karena dekorat if dan mudah dikerjakan.Ditanam secara luas di daerah t ropis dalam program reboisasi dan penghijauan.

e.Budidaya

Di persemaian benih dit abur di bak pasir t erbuka sedalam 3-7 cm at au langsung dit abur dikant ong plast ic. Benih akan berkecambah dalam 10-20 hari. Bibit dibaw ah naungan sampai akan ditanam dilapangan setelah t ingginya mencapai 50-100 cm.

2. SONO KELING (Dalbergia lat ifolia Roxb.)

a.Taksonomi

Kerajaan : Plant ae Divisi

: M agnoliophyt a Kelas

: M agnoliopsida Ordo

: Fabales Famili

: Fabaceae Genus

: Dalbergia Species

: Dalbergia lat ifolia Roxb.

Dalam perdagangan dikenal sebagai Indian rosew ood, Boombay blackw ood, atau Java palisander. Pohon berukuran sedang sampai besar, t ingginya 20- 40 m dengan gemang mencapai 1,5 – 2 m. Tajuk lebat berbent uk kubah, mengugurkan daun, kulit berw arna abu-abu kecoklatan, sedikit pecah-pecah membujur halus.

b. Pesebaran

Sebara alaminya adalah anak benua India, melalui dari kaki Pegunungan Himalaya hingga ujung selat an semenanjung, terutama di hut an muson yang kering diw ilayah Karnataka,Kerala dan Tamil Nadu ( Kadambi,1954 dalam htt p:/ / ww w .w inrock.org./ D_latifolia ) Di Indonesia sono keling didapati hanya tumbuh di hut an –hut an jaw a tengah dan jaw a t imur, namun tidak terlau banyak . M enggugurkan daunnya diw aktu kemarau ( Heyne, 1897 )

c.Habitat

Di Jaw a sono keling dapat tumbuh pada ketinggian di baw ah 600 m dpl, terut ama di t anah berbat u, t idak subur dan kering. Namun demikian t umbuhan ini hidup subur di daerah dengan curah hujan 750-5000 mm / th diberbagai jenis tanah w alau lebih menyukai t anah- t anah yang dalam dan lembab yang memiliki drainase yang baik.

d.Kegunaan

Sono keling terut ama dimanfaatkan kayunya, yang memiliki pola-pola indah, ungu bercoret hit am,atau hitam keunguan berbelang dengan coklat kemerahan. Kayu ini biasa digunakian untuk meubel, almari, sert a aneka perabotan rumah berkelas tinggi.

3. SONOBRIT ( Dalbergia sisso Roxb.)

a.Taksonomi

Kerajaan : Plant ae Divisi

: M agnoliophyt a Kelas

: M agnoliopsida Ordo

: Fabales Famili

: Fabaceae Genus :

; Dalbergia Species

: Dalbergia lat ifolia

Roxb.

Sinonim : L. Reginae Roxb., L.flos-reginae Retz., L. Loundoni T. & B .,Adanzbea glabra Lamk. Nama lain disebut sisso, sisu, sheessham, tahli, dan rosewood India.

b. Pesebaran

Dalbergia sisso asli dari kaki bukit Himalaya India, Pakist an, dan Nepal ( ht tp:/ / w ww .w inrock.org/ )

c. Habitat

Tumbuh pada daerah dibaw ah 900 m t et api bisa bervariasi secara alami sampai dengan 1500 m dpl. Suhu rat a-rata aslinya dapat kisaran 10° - 40° C. Curah hujan tahunan rata-rat a sekiat r 500- 2000 mm dengan musim kering 3-4 bulan. Tanah dari pasir dan kerikil dan dapat t umbuh di daerah sedikit garam.

d. Kegunaan

Sonobrit digunakan sebagai bahan kayu lapis ( veener) pert anian dan instrument music , ski ukiran, perahu, bahan lant ai,sebagai kayu bakar dan untuk naungan sert a t empat berlindung. Kayu sono sisso sangat t ahan lama dengan berat jenis 0,7- 0,8. Selain it u sangat t ahan terhadap rayap kayu kering, t et api mudah diserang jamur dan penggerek.

e. Budidaya

Viabilitas benih hanya bert ahan beberapa bulan bila terkena udara, namun bila disimpan dalam w adah t ertut up dapat bert ahan sampai bert ahun-tahun. Benih harus direndam dalam air selama 48 jam sebelum dit abur, dan perkecambahan berkisar 60 -80 % dapt t umbuh dalam 1 -3 minggu. Stump juga bisa digunakan unt uk perbanyakan. Bibit dit anam selama 6 Viabilitas benih hanya bert ahan beberapa bulan bila terkena udara, namun bila disimpan dalam w adah t ertut up dapat bert ahan sampai bert ahun-tahun. Benih harus direndam dalam air selama 48 jam sebelum dit abur, dan perkecambahan berkisar 60 -80 % dapt t umbuh dalam 1 -3 minggu. Stump juga bisa digunakan unt uk perbanyakan. Bibit dit anam selama 6

dalam

ht tp:/ / ww w .w inrock.org/ ).Dimungkinkan

juga

membuat t anaman dari st ek batang .Umur pohon dan w aktu penanaman sangat penting. Keberhasilan perakaran pada st ek bat ang umur 1 tahun 34 – 73 %, sedangkan pada umur 4 t ahun 18-38 %. Keberhasilan st ek batang bisa mencapi 20 % jika di t anam pada bulan agust us selain bulan t ersebut tidak akan berhasil. ( Vidaevoic, 1968 )

4. SENGON

( Falca taria M olucana (M iq.) Barneby & J.W Grimes )

a.Taksonomi

Kerajaan : Plant ae Divisi

: M agmoliophyta Kelas

: M agnoliopsida Ordo

: Fabales Famili

: Fabaceae Genus :

; Falcataria Species

: Falcataria M oluccana( M iq.) Barneby & J.W Grimes Sinonim

: Albizia falcataria (L)Fosberg Paraserianthes falcat aria (L)

I.C Nielsen.

Nama-nama daerah adalah sika,selaw aku ( M aluku), bae,bai, w ai, w ahagon ( Papua), bat ai ( M elayu), Kalbi, albisiah,sengon laut (jaw a),tedehu put e (Sulaw esi) ( Hidayat, 2002 )

b. Pesebaran

Sebaran alami di M aluku, papua Nugini, Kepulauan Solomon,dan Bismark. M erupakan salah sat u spesies paling cepat t umbuh di dunia, mampu t umbuh 8m / tahun dalam t ahun pert ama penanaman. ( Hidayat, 2002 )

c. Habitat

Sengon merupakan spesies pionir, t erutama di hut an hujan dat aran rendah . Dapat beradapt asi dengan iklim musoon dan lembab dengan curah hujan 200- 2700 mm/ th dengan bulan kering sampai 4 bulan. Dapat dit anam pada t apak yang t idak subur t anpa dipupuk. Tidak cocok pada lahan drainase jelek. Termasuk spesies yang memerlukan cahaya. Tanaman sengon dapat t umbuh baik pada tanah regusol, alluvial,dan lat osol yang bert ekstur lempung berpasir at au lempung berdebu dengan kemasaman t anah sekitar ph 6-7. Ket inggian t empat yang optimal unt uk t anaman sengon anatara 0-800 m dpl. W alaupun demikian t anaman sengon

( Anonim,2010 )

d. Kegunaan

Kayu terasnya berw arna hampir put ih at au coklat muda, kayugubalnya hampir t ak t erbedakan dari kayu teras. Kayu sengon mempunyai

mengkilap dengan t ekst ur yang agak kasar dan merat a . Kayu yang masih segar berbau sepert i petai yang menghilang apabila sudah menjadi kering. Kayu sengon termasuk dalam kayu ringan dengan berat jenis sekit ar 0,33. Kayu ini t ermasuk dalam kelas kuat IV- V. Kayu sengon merupakan kayu serbaguna untuk konst ruksi ringan,kerajinan tangan,kotak cerut u,veneer,kayu lapis, korek api,

Alat music, pulp masih banyak lagi ( Hidayat, 2002 )

5. JOHAR ( Cassia siamea)

a.Taksonomi

Kerajaan : Plant ae Divisi

: M agnoliophyt a Kelas

: M agnoliopsida Ordo

: Fabales Famili

: Fabaceae Suku

: Caesalpiniaceae Genus

: Cassia Species

: Cassia seam ea Sinonim

: Cassia javanica, Cassia florida Vahl, Senna sumatrana Roxb. Nama daerah : juw ar ( Bet aw i,sunda,jaw a), johor (melayu)

M erupakan pohon yang cepat t umbuh , t inggi pohonnya dapat mencapai 10-15 m, dan diameter bat angnya sekitar 40-50 cm. Johar sering dit anam dalam syst em percampuran (agrofprest ri ), baik t anaman sela, t anaman t epi maupun penghalang angin .

b.Persebaran

Johar merupakan jenis asli asia tenggara yang tersebar mulai Indonesia hingga Srilanka, jenis ini t elah diint roduksi ke India barat , Amerika Tengah, Florida, Afrika barat dan t imur sert a Afrika selat an. Tahun 1910-1924 pernah dilakukan penanaman besar-besaran di Afrika

( National Academy of Sciene,1980)

c. Habitat

Johar tumbuh dengan baik pada berbagai tempat , tetapi paling cocok pada dataran rendah tropika dengan iklim musoon, dengan curah hujan antara 500-2800 mm (optimum sekit ar 1000mm ), dan t emperat ure yang berkisar 20-31°C. Johar menyukai t anah yang dalam , sarang, dan subur, dengan ph antara 5,5 – 7,5. Johar t umbuh dan menyebar ke pulau jaw a pada ketinggian kurang dari 1000m dpl.

b.Kegunaan

Kayu Johar termasuk ke dalam ky keras dan cukup berat dengan BJ ant ara 0,6-1,01 (pada kadar air 15 %). Gubalnya berw ana keputihan,jelas terbedakan dengan kayu terasnya yang coklat gelap hingga kehitaman, berbelang kekuningan. Kayu terasnya sangat aw et ( kelas aw et I ) sedangkan gubalnya cepat rusak dimakan serangga . Biasa digunakan unt uk pembuat an jembat an dan t iang bangunan. Johar merupakan bahan bakar yang baik,meskipun banyak mengeluarkan asap, nilai kalorinya sebesar 4500- 4600 Kkal/ kg, sehingga kayu ini baik untuk dijadikan arang. Karena mot ifnya yang indah kayu ini sering digunakan untuk meubel dan panel dekoratif t etapi saying kayu johar t ergolong kayu yang sukardikerjakan karena kekerasannya.

6. AKASIA ( Acacia mangium W illd )

a.Taksonomi

Kerajaan : Plant ae Divisi

: M agnoliophyt a Kelas

: M agnoliopsida Ordo

: Fabales Famili

: Fabaceae Genus

: Acacia Species

: Acacia mangium W ild.

b. Persebaran

Acasia m angium tersebar secara alami dari Aust ralia, Papoua Nugini, M aluku,Irian Jaya, ( Leksono dan Setiaji 2003). Daerah- daerah penyebaran alaminya adalah Aust ralia bagian ut ara,Irian Jaya bagian selat an, Kepulauan Aru, dan seram barat ( Dirjen RRL,1998 dalam suit a dan kart iko)

Daerah-daerah penyebaran alami t anaman akasia ini adalah Aust ralia bagian ut ara (18° LS ), Irian Jaya Bagian Selatan, Fak-fak di daerah Aguada (Babo) dan Tomage (Rokas), kepulauan Aru-M aluku Selatan dan Seram Barat (Dirjen RRL,1988 dalam Suit a dan Kart iko,2002).

c. Habitat

Acacia mangium t ermasuk jenis legum yang t umbuh cepat ,tidak memerlukan persyarat an t umbuh yang t inggi dan t idak t erpengaruh oleh jenis tanahnya; mampu t umbuh dengan baik pada lahan yang miskin dan t idak subur, padang alang-alang, bekas tebangan dan mudah unt uk beradapt asi. Jenis ini t umbuh dengan baik pada t anah yang t ererosi, t anah mineral dan t anah alluvial. A. m angium mempunyai t oleransi edafis yang luas w alaupun tidak dapat t umbuh secara alami pada t anah yang asalnya dari bat u-bat uan basa, namun dapat t umbuh dengan kuat pada t anah yang diganggu dan t erbakar. A. m angium tumbuh pada ketinggian antara 30 – 130 m dpl, dengan curah hujan bervariasi ant ara 1000 – 4500 mm per t ahun ( Anonim, 1994 ).

A. m angium t ermasuk jenis yang tidak memiliki persyaratan tumbuh yang tinggi, dapat t umbuh pada lahan yang bermaginal dengan pH rendah, tanah berbatu serta t anah yang telah mengalami erosi. A. m angium juga termasuk jenis yang sesuai ditanam di daerah terbuka (jenis int oleran) (Leksono & Setyaji, 2003).

Hasil survei tumbuhan baw ah menunjukkan bahw a hut an tanaman A. m angium memiliki tumbuhan baw ah yang beragam pada berbagai umur, t umbuhan baw ah seperti ini t idak mungkin t umbuh baik pada padang alang-alang. Jumlah spesies t umbuhan baw ah tingkat semai dan herba pada plot pengamat an bervariasi mulai dari 12 sampai dengan 37, sedangkan jumlah spesies tumbuhan baw ah secara keseluruhan di lokasi pengamatan sebanyak 63 (Hardiyanto, 2004).

Ada krit ik yang mengat akan bahw a A. m angium memilik efek alelopat i (allelophat y) t erhadap tumbuhan lain sehingga tumbuhan baw ah tidak mampu hidup di baw ah tegakan A. m angium . Dengan alasan yang sama terdapat kekhaw atiran bahw a tanaman pert anian t umpangsari t idak dapat dit anam diant ara larikan t anaman A. m angium at au pada lahan yang sebelumnya dit anami A. m angium. Hasil survei t umbuhan baw ah t ersebut menunjukkan bahw a krit ik tersebut tidak t erbukti. Regenerasi tumbuhan baw ah pada t egakan A. mangium tidak dihambat oleh efek alelopat i dari seresah, tetapi tampaknya lebih dipengaruhi oleh ketersediaan sinar matahari yang sampai ke permukaan tanah melew ati kanopi A. m angium , sert a ketersediaan benih dari tumbuhan baw ah didalam t anah (Hardiyanto, 2004).

Hasil percobaan penanaman merant i (Shorea leprosula dan Shorea selanica) di baw ah t egakan A. m angium di Subanjeriji memperlihatkan bahw a kedua jenis merant i tersebut mampu t umbuh dengan baik. Ini juga memperlihat kan bahwa hutan t anaman A. mangium merupakan ‘katalisat or’ yang memungkinkan spesies asli seperti merant i untuk t umbuh pada lahan bekas alang-alang. Berbagai percobaan t elah membukt ikan bahw a penanaman spesies asli secara langsung pada padang alang-alang tidak berhasil (Ot samo 1994,Otsamo et al. 1996 dalam Hardiyant o, 2004) Tetapi merant i mampu hidup di baw ah tegakan jenis cepat t umbuh sepert i A. mangium yang sebelumnya dipapankan pada padang alang-alang . Beberapa spesies merant i pernah dicoba dit anam di baw ah t egakan A. mangium sebagai pohon pelindung (shade t rees) dengan hasil yang memuaskan (Otsamo et al. 1996, Ot samo 2000, Yamato et al. 2001 dalam Hardiyant o, 2004).

d. Kegunaan

Kayunya dapat dimanfaatkan sebagai penghara pulp dan kert as serta meubel dan flooring. Karena kelebihan yang dimilikinya t ersebut , jenis ini banyak digunakan dalam kegiatan Hut an Tanaman Industri (HTI), rehabilit asi hut an dan lahan di Indonesia (Leksono & Setyaji,

2003). Penanaman di Asia terutama untuk pulp dan kert as. Pemanfaat an lain meliputi kayu bakar, kayu kont ruksi dan meubel, kayu t iang, pengendali erosi, naungan dan perlindungan. Nilai lebih lain adalah kemampuan unt uk bersaing dengan alang-alang (Imperat a cylindrica) ( ht tp:/ / rajabenih.com ).

Kayu A. m angium selain untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pulp dan kert as juga t elah digunakan sebagai bahan baku meubel dan kayu pert ukangan. Hal ini tampak dari penggunaan kayu mangium dalam industri pengolahan meubel dan pertukangan di sentra indust ri mebel di Jaw a Tengah dan Jaw a Barat (Krisdiant o dan Hendart o, 2005).

Dari segi konservasi sebagai pengatur t at a air, t egakan A. mangium yang dit anam secara monokult ursangat berpengaruh terhadap pengurangan kerusakan tanah akibat percikan air, meningkat kan kapsitas infilt rasi, mengurangi erosi juga dapat mengurangi jumlah air yamg masuk ke dalam t anah karena adanya evapotranspirasi da int ersepsi unt uk t anaman tersebut. Pada tegakan akasia air yang lolos yait u sebesar 70,76 % dari total curah hujan. Besarnya air yang lolos ini diduga berhubungan dengan keadaan t ajuk dan bentuk permukaan daun. Keadaan tajuk pada tegakan A. m angium dengan jarak t anam 3 x 3 met er mempunyai percabangan yang rapat sehingga jumlah celah pada t ajuk juga sedikit . Penanaman

t egakan

A. m angium perlu

dipert imbangakan pada daerah yang bercurah hujan rendah karena dapat mengurangi ketersediaan air t anah (Halidah, 2000).

e. Budidaya

Untuk jenis A. mangium sampai saat ini telah dibangun sebanyak 16 kebun benih generasi pert ama (F1) dan 34 kebun benih ke dua (F2) t ersebar di 6 lokasi di 3 pulau (Sumatera, Kalimantan, Jaw a). Dari ke 16 kebun benih generasi pert am (F1) tersebut 6 diant aranya telah mampu memproduksi benih unggul sejak t ahun 2000 dan sudah digunakan sebagai materi untuk pembangunan HTI rot asi ke dua sementara kebun benih generasi ke dua (F2) masih dalam proses seleksi (Leksono & Set yaji, 2003).

7. GM ELINA (Gmelina arborea Roxb.)

a. Taksonomi

Kerajaan : Plant ae Divisi

: M agnoliophyt a Kelas

: M agnoliopsida Famili

: Verbenaceae Suku

: Caesalpiniaceae Genus

: Gmelina Species

: Gmelina arborea Roxb.

Nama lokal/ daerah

gumadi (India), gamar (Bangladesh),Yemane (M yanmar).

jat i putih

(Indonesia), gamari,

b. Persebaran

Sebaran alami jat i put ih (Gm elina arborea) meliputi w ilayah Pakist an, India, Bangladesh, Srilangka, M yanmar dan Thailand. Pada persebaran alaminya jenis ini t umbuh t erpencar-pencar dengan tingkat kerapatan pohon per sat uan luas beragam menurut keadaan curah hujan t empat tumbuhnya. Kerapat an pohon meningkat dengan semakin t ingginya curah hujan. Nilai kerapatannya pada berbagai keadaan di at as beragam dari 1 sampai 1.000 pohon per kilomet er persegi (Lauridsen, 1986). Curah hujan t ahunan dan ketinggian tempat t umbuh pada keadaan alaminya berkisar 500 – 4.800 mm, dan 50 – 1.000 m dpl (Lauridsen et al., 1995). Dari sebaran alamnya di India, M yanmar, dan Thailand, jenis ini t elah menyebar dala pembangunan hut an tanaman di Amerika Selat an, Afrika, dan Asia Tenggara (Wadswort h, 1997).

Di hut an alam jenis ini selalu t ersebar dan berkelompok dengan jenis lain. Dijumpai di hutan yang selalu hijau di M yanmar dan Bangladesh, dan hutan kering menggugurkan daun di India Tengah. Sudah ditanam luas di berbagai negara Asia Temggara termasuk Indonesia, Afrika Barat, dan Amerika Selat an (Rachmaw ati dkk, 2002).

c. Habitat

Keadaan t anah yang sesuai unt uk jenis ini adalah lapisan tanah yang dalam dan subur, dan memiliki drainase yang baik. Kondisi lapangan untuk penanaman dengan ketinggian 0-800 m dpl, dengan curah hujan rata-rat a 2.400-3.000 mm/ t ahun. Kondisi tanah yang sesuai adalah kedalaman lapisan tanah, subur, bebas genangan air, t oleran terhadap t anah berpasir dan berat sert a asam, t et api drainasenya baik (Wadswort h, 1997). Kondisi t anah yang padat dan kurang subur menyebabkan pertumbuhan diamet er dan tinggi kurang baik dan banyak percabangan, sehingga bentuk bat ang cenderung tidak lurus at au bengkok.

d. Kegunaan

Tanaman G. arborera pada umur 8-12 tahun dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pulp (bubur kert as) dan kayu pertukangan. M elihat pert umbuhan dan kualit as kayunya di Indonesia, diperkirakan pada umur 10 tahun sudah dapat dipergunakan dalam pembuatan meubel sepert i meja dan kursi. Kayunya digunakan sebagai bahan kontruksi ringan, kayu pert ukangan, barang kerjinan, perabot rumah tangga, korek api, vinir hias, dan bahan baku indust ri pulp dan kertas (Suhaendi, 1995). Beberapa bagian pohon dapat digunakan untuk obat dan daunnya unt uk pakan ternak (Rachmaw at i dkk, 2002).

e. Budidaya

Dari segi pert umbuhan Gmelina merupakan jenis yang cepat tumbuh. Hasil uji coba di Pasir Hant ap dan Haurbent es padaumur 7 tahun dari provenans t erbaik adalah 28-30 m³/ ha/ t ahun (Sahaendi, 1995). Pertumbuhan Gmelina di M alaysia pada umur 7 t ahun berkisar 28-39 m³/ ha/ tahun, sedangkan di M alaw i pada umur 10 t ahun mencapai 30 m³/ ha/ tahun.

Jati Put ih merupakan tanaman eksotik yang telah memiliki kemanfaat an kayu yang baik di tengah masyarakat, baik yang tinggal di Pulau Jaw a maupun di luar Jaw a. Di berbagai daerah di Sulaw esi, jenis ini tumbuh baik pada kondisi lahan yang relat if subur dan memerlukan pemasaran. Pengenalan jenis ini menambah jenis-jenis yang akarab dit anam pada lahan-lahan masyarakat .

Benih kering kadar air 5-8% yang disimpan dalam suhu 4-5°C dapat bertahan beberapa t ahun t anpa ada penurunan daya kecambah. Karena penjemuran sulit menurunkan kadar air di baw ah 10 %, maka benih hendaknya di oven (35-50°C) unt uk penyimpanan jangka panjang. Benih tidak mengalami dormansi dan tidak memerlukan perlakuan pendahuluan.

8. KESAM BI (Schleichera oleosa M err)

a. Taksonomi

Kerajaan : Plant ae Divisi : M agnoliophyt a Kelas

: M agnoliopsida Ordo

: Sapindales Famili

: Sapindaceae Genus

: Schleichera Species

: Schleichera oleosa M err

Sinonim : Schleichera t rijuga W illd, St am annia skt eroxylon Bl.

Nama daerah : Kasambi (Sunda), Kesambi (Jaw a), Kesambi, Kusambi, Sambi (M adura), Sanbi (Bima, Sumba), Bado (M akassar), Ading (Bugis), Komi (Sumbaw a). Kesambi tergolong pohon yang tingginya dapat mencapai 15 hingga 40 m dengan diameter bat ang ant ara 60-175 cm. Pohon berumah dua, kekar, sering bengkok, t inggi pohon dapat mencapai 40 m dan diamet er batang sampai 2 m, meskipun kebanyakan lebih kecil. Batang t egak, bulat , berkayu, permukaan kasar, percabangan simpodial, coklat kotor. Berbanir kecil,

kulit

kayu (pepagan)

berw arna abu-abu.

b. Persebaran

Asal-usul penyebaran kesambi dari pegunungan Himalaya dan dat aran tinggi Dekkan bagian barat India, Srilangka hingga Indo-Cina.

M ungkin

diperkenalkan

di

M alaysia dan telah dinat uralisasi

di

Indonesia (Jaw a, Kepulauan Sunda Kecil, Bali,

Kepulauan Kai) ( ht tp:/ / w ww .w orldagroforest y.org )

Nusa Tenggara,

Sulaw esi,

M aluku,

Seram

dan dan

Kesambi di Pulau Jaw a pada umumnya dit emukan di dataran rendah, t et api dapat hidup hingga ket inggian sekit ar 1.200 dpl, pada kisaran curah hujan antara 750-2.500 mm per tahun. Pohon ini juga dit emukan tumbuh liar di savana, hutan t ropika gugur daun, dan hutn-hutn jati. Kesambi menggugurkan daun di musim kemarau, meskipun hanya sebent ar. Di Indinesia t erutama ditemukan di w ilayah-w ilayah dengan musim kemarau yang kuat .

D Jaw a ditemukan di daerah hutan alam jati. Tumbuh pada t anah agak kering, kadang di raw a, berbatu, lempung. Kesambi adalah jenis yang t ahan api dan memerlukan cahaya ( ht tp:/ / w ww .w orldagroforest y.org ).

d. Kegunaan

Kayu Kesambi t erut ama kayu t erasnya, padat , berat , dan sangat keras, berw arna merah muda hingga kelabu. Kayu ini ulet , kenyal, dan t ahan terhadap perubahan kering dan basah, sehingga di masa silam kerap dimanfaatkan sebagai jangkar perahu. Tidak mudah menyerpih, kayu kesambi sering dipakai membuat alu, silinder-silinder dalam penggilingan, dan perkakas rumah t angga. M empunyai nilai energi yang t inggi hingga 20.800 kJ/ kg, kayu ini cocok sebagai kayu bakar dan bahan pembuat arang.

Kesambi merupakan salah satu t umbuhan hutan yang beradapt asi lokal, bermanfaat serbaguna (mult y purpose), bernilai ekonomis dan sangat pot ensial. Dengan demikian pohon kesambi perlu dikembangkan karena selain serbaguna, bersejarah, juga supaya tidak menjadi t anaman langka.

e. Budidaya

M usim buah kesambi Januari – Februari. Benih kesambi termasuk benih ortodok dan memiliki dormansi kulit, sehinggaperlu perlakuan pendahuluan dengan cara direndam air dingin selama 24 jam. Kemudian benih dit abur dengan media pasir : t anah (1:1). Benih akan berkecambah dua minggu setelah penaburan. Kesambi juga dapat diperbanyak dengan stek pucuk dan cangkok. Dalam persemaian diperlukan naungan 50% cahaya. Bibit siap tanam setelah berumur 6 bulan. Di Perhutani kesambi digunakan sebagai tanaman pengisi pada penanaman hutan jati (Danu, 2004).

9. TREM BESI (Sa manea saman (Jacq) M err.)

a. Taksonomi

Kerajaan : Plant ae Divisi

: M agnoliophyt a Kelas

: M agnoliopsida Ordo

: Fabales

Famili : Fabaceae Genus

: Samanea Species

: Sam anea saman (Jacq) M err.

Nama daerah : Trembesi (Jaw a), Ki hujan (Sunda). Di India tanaman ini disebut Enterolobium , Pit hecolobium di Puert o Rico dan Samnea di Ghana.

Trembesi merupakan t umbuhan pohon besar, tinggi, dengan tajuk yang sangat melebar. Perakarannya yang sangat meluas dapat merusak jalan dan bangunan di sekit arnya. Tajuknya mempunyai kemampuan menyerap air tanah yang kuat . Tingginya mencapai 25 meter, berbent uk melebar sepert i payung (canopy). Daun pohon trembesi bisa mengerut di saat -saat t ert entu, yait u 1,5 jam sebelum matahari t erbenam dan akan kembali mekar saat esok paginya setelah mat ahari t erbit . Bijinya berw arna coklat lebih gelap. Bunganya menyerupai bulu-bulu halus yang ujungnya kuning, sement ara pada dasar bunga berw arna merah. Buahnya memanjang, berw arna hit am ketika masak.

b. Persebaran

Trembesi diyakini asli Amerika Selat an bagian Utara dan Amerika Tengah. Jangkauan menyebar dari M eksiko Selatan ke Peru, Bolivia dan Brazil. Telah banyak dit anam di Asia Tenggara

termasuk Haw aii ( ht tp:/ / w ww .agroforesty.net/ tt i/ samanea-raintree ).

dan

Selat an,

c. Habitat

Trembesi merupakan tanaman pelindung yang mempunyai banyak manfaat . Trembesi dapat bertahan 2-4 bulan at au lebih lama di daerah yang mempunyai curah hujan 40 mm/ t ahun (dry season) at au bahkan dapat hidup lebih lama t ergantung usia, ukuran pohon, t emperatur dan t anah. Trembesi juga dapat hidup di daerah dengan temperat ur 20-30 ˚ C, maksimum te m p e ra tur 25-38 ˚ C, minimum 18-20˚ C, temperatur minimum yang dapat

d ito le rir 8 ˚ C.

d. Ke g una a n Salah sat u penggunaan pent ing trembsi di Pasifik dan Amerika Lat in adalah sebagai pohon bert eduh yang biasanya ada di t aman, pinggir jalan, lahan pertanian dan padang rumput. Di M alagays, trembesi t umbuh menjadi tanaman pelindung unt uk kakao, kopi, patchouly dan vanila. Pemanfaatan trembesi di Indonesia hanya digunakan sebagai pelindung jalan dan hutan kota. Kayu trembesi bisa dikembangkan sebagai kayu indust ri at au komersial yang mempunyai karakt eristik tekst ur kayu yang lebih lembut, t erang dan kuat. Trembesi dapat digunakan sebagai furniture, bahan dasar kerajinan mangkok dan hiasan unt uk int erior. Akarnya dapat digunakan sebagai obat tambahan saat mandi air hangat unt uk mencegah kanker. Ekst rak daun t rembesi dapat menghambat pert umbuhan mikrobakt erium Tuberculosis (Perry, 1980) yang dapat menyebabkan sakit perut . Trembesi juga dapat digunakan sebagai obat flu, sakit kepala dan penyakit usus (Duke and W ain, 1981).

e. Budidaya

Perkembangbiakan t rembesi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pembibit an, pemot ongan dahan, ranting, batang, dengan cara pencangkokan. Proses pembibitan unt uk skala besar dapat menggunakan biji t rembesi dengan cara :

1. Perkecambahan biji akan t umbuh dengan baik sekit ar 36-50% tanpa perlakuan. Perkecambahan biji yang t idak diperlakuan akan t umbuh di tahun pert ama penyimpanan biji.

2. Pembibit an biji dapat dilakukan dengan memberi perlakuan t ertent u pada biji trembesi unt uk mendapatkan hasil yang lebih baik dan lebih cepat , yaitu dengan memasukkan biji dalam air selama 1-2 menit dengan suhu 80 ˚ C (176 ˚

F) dengan volume air 5x lebih banyak dari volume biji, aduk biji kemudian keringkan. Rendam biji dalam air hangat dengan suhu 30-40 ˚ C (86-104 ˚

F) selama 24 jam. M et ode ini akan membant u perkecambahan biji 90-100% (Craig and George, t anpa tahun). Skarifikasi biji (pengelupasan biji) akan tampak 3-5 hari setelah perlakuan dengan menyimpannya dalam tempat t eduh dengan pemberian air yang konst an untuk membantu pertumbuhan biji. Biji sudah siap unt uk dit anam set elah perkecambahan. Saat itu panjang kecambah 20-30 mm. Bibit yang mempunyai diameter >10 mm dapat lebih bertahan dari air hujan. Perkiraan ukuran bibit saat penanaman yait u ket ika mempunyai t inggi sekit ar 15-30 cm ( 6-12 inci ) dengan panjang akar sekitar 10 cm (4 inci) dan panjang bat ang mencapai

20 cm (8 inci). Diamet er bat ang dari bibit harus mencapai 5-30 mm. Penanaman ini dapat dilakukan di pasir (tempat pembibitan) atau di t anam di polybag yang berukuran 10 x 20 cm dengan komposisi 3 : 1 : 1 (t anah : pasir : kompos). Peraw atan bibit diperlukan unt uk menjaga bibit agar bisa tumbuh besar terut ama dari serangan hama dan terpaan angin.

10. SALAM (Syzygium polyanthum (W right) W alper) 10. SALAM (Syzygium polyanthum (W right) W alper)

Kerajaan : Plantae Divisi

: M agnoliophyta Kelas

: M agnoliopsida Ordo

: M yrtales Famili

: M yrtaceae Genus

: Syzygium Species

: Syzygium polyant hum (W right ) W alper

Salam memiliki banyak nama yaitu ubar serai (M elayu), Salam (Jaw a dan M adura), Kast olam (Kangean), M ant ing (Jaw a), dan M aselengan (Sumat era), dala bahasa Inggris dikenal sebagai Indonesian bay-leaf at au Indonesian laurel (Usman, 2010).

b. Persebaran

Salam menyebar di Asia Tenggara, mulai dari Burma, Indo-Cina, Thailand, Semenanjung M alaya, Sumatera, Kalimantan dan Jaw a (Usman, 2010)

c. Habitat

Pohon ini ditemukan t umbuh liar di hutan-hut an primer dan sekunder, mulai dari t epi pant ai hingga ketinggian 1.000 m dpl (di Jaw a), 1.200 m dpl (di Sabah) dan 1.300 m dpl (di Thailand), kebanyakan merupakan pohon penyusun tajuk baw ah. Di samping itu Salam ditanam di kebun-kebun pekarangan dan lahan-lahan w anatani yang lain, terut ama unt uk diambil daunnya. Tanaman salam tumbuh pada t anah dengan ket inggian 225-450 met er di atas permukaan laut dengan cura hujan 3.000-4.000 mm/ tahun pada jenis lat osol kehitaman ( ht tp:/ / id.w ikipedia.org/ w iki/ salam ).

d. Kegunaan

Kayunya berw arna coklat jingga kemerahan dan berkualitas menengah. Kayu yang t ergolong ke dalam kayu kelat (nama perdagangan) ini dapat dipergunakan sebagai bahan bangunan dan perabot rumah tangga. Kulit batang salam mengandung t anin, kerap dimanfaatkan sebagai ubar (unt uk mew arnai dan mengaw et kan) jala, bahan anyaman dari bambu dan lain-lain. Kulit bat ang dan daun salam biasa digunakan sebagai bahan ramuan t radisional unt uk menyembuhkan sakit perut . Buah salam dapat dimakan. Daun salam juga dapat digunakan unt uk menghentikan buang air besar yang berlebihan. Pohon salam bisa juga dimanfaatkan untuk mengatasi asam urat, stroke, kolest erol t inggi, melancarkan peredaran darah, radang lambung, diare, gat al-gat al, kencing manis, dan lain-lain. Pada daun salam kering t erdapat sekitar 0,17% minyak esensial, dengan komponen penting eugenol dan met il kavikol (m et hyl chavicol) di dalamnya. Ekst rak etanol dari daun menunjukkan efek antijamur dan antibakt eri, sedangkan ekst rak met anolnya merupakan anticacing, khususnya pada nemat oda kayu pinus Bursaphelenchus xylophilus. Kandungan kimia yang dikandung t umbuhan ini adalah minyak atsiri, tannin, dan flavonoida. Bagian pohon yang bisa dimanfaat kan sebagai obat adalah daun, kulit bat ang, akar dan buah. Ekst rak daun salam 3 x 250 mg/ hari menunjukkan Kayunya berw arna coklat jingga kemerahan dan berkualitas menengah. Kayu yang t ergolong ke dalam kayu kelat (nama perdagangan) ini dapat dipergunakan sebagai bahan bangunan dan perabot rumah tangga. Kulit batang salam mengandung t anin, kerap dimanfaatkan sebagai ubar (unt uk mew arnai dan mengaw et kan) jala, bahan anyaman dari bambu dan lain-lain. Kulit bat ang dan daun salam biasa digunakan sebagai bahan ramuan t radisional unt uk menyembuhkan sakit perut . Buah salam dapat dimakan. Daun salam juga dapat digunakan unt uk menghentikan buang air besar yang berlebihan. Pohon salam bisa juga dimanfaatkan untuk mengatasi asam urat, stroke, kolest erol t inggi, melancarkan peredaran darah, radang lambung, diare, gat al-gat al, kencing manis, dan lain-lain. Pada daun salam kering t erdapat sekitar 0,17% minyak esensial, dengan komponen penting eugenol dan met il kavikol (m et hyl chavicol) di dalamnya. Ekst rak etanol dari daun menunjukkan efek antijamur dan antibakt eri, sedangkan ekst rak met anolnya merupakan anticacing, khususnya pada nemat oda kayu pinus Bursaphelenchus xylophilus. Kandungan kimia yang dikandung t umbuhan ini adalah minyak atsiri, tannin, dan flavonoida. Bagian pohon yang bisa dimanfaat kan sebagai obat adalah daun, kulit bat ang, akar dan buah. Ekst rak daun salam 3 x 250 mg/ hari menunjukkan

Daun salam liar hamper tak pernah dipergunakan dalam masakan, selain karena baunya sedikit berbeda dan kurang harum, salam liar juga menimbulkan rasa agak pahit (Usman, 2010). Daun tersebut dipangkas secara acak pada ranting-rantingnya. Sesudah daun

diperoleh dari rant ingnya, daun dilayukan dengan cara dihamparkan di lantai pada suhu ± 27 ˚ C dengan pembalikan intensif selama tiga hari. Unt uk mendapat kan minyak atsiri selanjut nya simplisia salam disuling dengan alat penyuling air dan uap selama 10 jam ( ht tp:/ / id.w ikipedia.org/ w iki/ salam )

e. Budidaya

Pemupukan dilakukan dengan menambah pupuk kandang secukupnya pada saat penanaman. Unt uk menambah daun, dilakukan penambahan pupuk NPK. Pemanenan salam dilakukan dengan pemet ikan daun yang sudah berw arna hijau t ua.

11. RANDU (Ceiba pentandra (L) Gaertn)

a. Taksonomi

Kerajaan : Plantae Divisi

: M agnoliophyta Kelas

: M agnoliopsida Ordo

: M alvales Famili

: M alvaceae (Bombacaceae) Genus

: Ceiba Species

: Ceiba pentandra Nama binominal : Ceiba pent andra (L) Gaert n

b. Persebaran

Kapuk randu at au kapuk (Ceiba pentandra) berasal dari bagian ut ara Amerika Selat an , Amerika Tengah dan Karibia, dan (untuk variet as C.pent andra var. guineensis) berasal dari sebelah barat Afrika. Kata “ kapuk” atau “ kapok” juga digunakan unt uk menyebut serat yang dihasilkan dari bijinya. Pohon ini juga dikenal sebagai kapas Jaw a at au kapok Jawa, atau pohon kapas-sut ra. Juga disebut sebagai Ceiba, nama genusnya, yang merupakan simbol suci dalam mitologi M aya.

c. Habitat

Pohon kapuk mampu tumbuh di dat aran rendah sampai ket inggian 500 m/ dpl, pada t ipe iklim C dengan curah hujan 100 – 300 mm/ bulan selama 4 bulan dengan musim kering yang kuat . Benih yang terjadi pada iklim dengan musim kering yang kuat hasil seratnya bagus, sedangkan bila t erlalu banyak hujan, pert umbuhan pohon bagus tet api buahnya cepat busuk sebelum t ua. Jenis tanah yang disukai kapuk agar menghasilkan buah yang banyak adalah tanh Pohon kapuk mampu tumbuh di dat aran rendah sampai ket inggian 500 m/ dpl, pada t ipe iklim C dengan curah hujan 100 – 300 mm/ bulan selama 4 bulan dengan musim kering yang kuat . Benih yang terjadi pada iklim dengan musim kering yang kuat hasil seratnya bagus, sedangkan bila t erlalu banyak hujan, pert umbuhan pohon bagus tet api buahnya cepat busuk sebelum t ua. Jenis tanah yang disukai kapuk agar menghasilkan buah yang banyak adalah tanh

d. Kegunaan

Kapuk (Ceiba pentandra) dapat menyejaht erakan masyarakat di daerah kering karena w aktu yang relat if singkat yaitu mulai umur 4 tahun kapuk sudah berbuah unt uk diambil serat dan bijinya dan akan t erus berbuah sampai dengan akhir daur sekitar 60 t ahun. Pohon kapuk t ermasuk jenis serbaguna, sert a kapuk yang terdapat di dalam buah berguna unt uk pengisi kasur, bant al, jaket , isolasi list rik, dipintal menjadi benang kain (t ekst il), buah mudanya untuk sayuran, bijinya mengandung 20 – 25% minyak berkolesterol rendah, untuk pelumas dan sabun, sebagai bahan obat dan kayunyayang lunak untuk pet i kemas dan kerajinan.

Kapuk mulai berbuah pada umur 4 tahun dan mulai produksi opt imal ketika sudah berumur 7 – 10 tahun, dengan rat a-rata buah yang dapat dipungut sebanyak 300 – 400 buah per pohon per bulan. Buah kapuk mengandung 17% serat kapuk dan dari 100 buah kapuk dapat dihasilkan 1 kg kapuk. Dari sat u pohon yang baik dapat dihasilkan serat kapuk sebanyak 5 kg per bulan dan akan terus meningkat menjadi 20 kg per bulan pada umur 10 tahun pada musim berbuah. Sedangkan hasil kayu pada umur 30 tahun, rata-rat a per pohon dapat dipanen 0,8 m ³ untuk tipe indica.

Kayu kapuk bisa digunakan unt uk kerajinan dan papan, sedangkan daunnya bermanfaat untuk obat batuk dan sebagai penguat rambut yang mengandung saponin t iavonoida dan t annin , cangkang kulit kapuk kaya akan pot as (Brink dan Escobin, 1997) dan bahan kulit kayu dipergunakan sebagai bahan obat sakit kepala dan diabet es t ipe II (Anonim,2006). Pohon Randu (Cieba pentandra Gaertn) t ernyat a daunnya memiliki khasiat menghilangkan bekas luka, mengobati panas dalam dan menyuburkan rambut (Kosasih, 2007).

e. Budidaya

Dalam Kosasih (2007) dijelaskan, perbanyakan t anaman dengan generat if : dipilih pohon induk yang sosoknya bagus dan sehat . Selanjut nya dari pohon induk terpilih saat musim buah masak bersamaan dengan panen serat kapuk, bijinya yang berw arna hit am dan sehat dikumpulkan kemudian dijemur. Biji yang baik disemaikan dalam bak kecambah dengan jarak 2,5 x 2,5 cm atau 3 x 2 cm. Setelah biji berkecambah ( ±

20 hari) dipindahkan ke polybag berlubang kecil ukuran 10 x 15 cm at au 9 x 12 cm berisi campuran pasir, t anah dan kompos dengan perbandingan 1 : 3 : 1. Anakan yang dipelihara di persemaian sudah bisa dit anam di lapangan pada umur 10 – 12 bulan. Dengan memperhatikan musim penghujan untuk penanaman. Perbanyakan vegetatif dilakukan dengan stek, dipilih bakal stek yait u bat ang yang mengarah keat as (aut ot rop), berbtang lurus dan berkayu sert a cukup umur. Tanaman yang berasal dari stek sudah dapat berbuah pada umur 2 – 3 tahun (Suharti, 1994; Brink dan Escobin, 1997). Selain it u dengan cara okulasi, bibit okulasi diperoleh dengan cara menempelkan mat a entres , pada anakan kapuk berumur 1 t ahun.

12. KLUW IH ( Artocarpus altilis ( Par k) Fsb)

a. Taksonomi

Kerajaan : Plant ae Divisi

: M agnoliophyt a Kelas

: M agnoliopsida Ordo

: Rosales Famili

: M oraceae Genus

: Art ocarpus Species

: Artoca rpus altilis ( Park) Fsb.

Sinonim

: Artoca rpus communis J.R & G, Artoca rpus incisa ( Thunb.) L.f

Nama daerah Keluw ih (Jaw a), kulur (Sunda), Limes, Unas (Seram), Dolai (Halmahera), Kolor (M adura), Kaluw ih (Lampung), Kalew ih (Bali)

Pohon kluw ih umumnya adalah pohon tinggi, dapat mencapai 30 m. Hasil perbanyakan dengan klon biasanya pendek dan bercabang rendah. Batang besar dan lurus, hingga 8 m, sering dengan akar papan (banir) yang rendah dan memanjang.

b. Persebaran

Kluw ih merupakan t anaman asli Papua Nugini, Indonesia (M aluku) dan Filipina. Diperkirakan pada masa perdagangan rempah di akhir zaman M ajapahit, menyebar ke Jaw a dari M aluku. Karena pengaruh kolonisasi bangsa-bangsa Eropa, lalu menyebar ke barat ant ara t ahun 1750 - 1800 ke M alaysia, India, Srilangka, M auritius, dan pada 1899 dit anam di Afrika. Kini kluw ih telah menybar luas di berbagai belahan dunia terutama di lingkar t ropis, t ermasuk beberapa pulau pasifik.

c. Habitat

Tumbuh t erbaik di dataran rendah khat ulistiw a di baw ah 600 - 650 m dpl dan hujan 1.300 - 3.800 mm per t ahun. Kluw ih menyukai iklim t ropis dengan suhu panas (20-40 ˚

C) dan lembab. Kluw ih t umbuh dengan baik, akan t et api kemampuan variasinya sangat besar. Terdapat variet es-variet es yang tumbuh dengan baik dit anah beraw a, tanah kapur, tanah payau dan lain-lain.

d. Kegunaan

Kayunya dapat digunakan sebagai bahan bangunan, tet api mungkin tidak begit u baik. Kyunya dapat dipakai untuk kerajinan. Kluw ih lebih banyak dipet ik t at kala muda, t erutama yang berumru 3 minggu set elah berbunga unt uk dijadikan sayur lodeh, sayur asam, atau dit umisdengan cabai. Bijinya yang tua sering direbus, digoreng, at au disangrai unt uk dijadikan cemilan.

e. Budidaya

Dijaw a telah dibudidayakan oleh penduduk di kampung-kampung, sehingga tidak t umbuh secara liar. Perbanyakan dengan menggunakan biji dengan melet akkan langsung dit anah. Tanaman dapat berbuah set elah berumur 6 t ahun. Set iap tahun t anaman paling sedikit menhasilkan 100 buah.

13. M ANGGA (M angifera indica)

a. Taksonomi

Kerajaan : Plant ae Divisi

: M ognoliophyt a Kelas

: M ognoliopsida Ordo

: Sapindales Famili

: Anacardiaceae Genus

: M angifera Species

: M angifera indica

Buah ini dikenal pula dalam bernagai bahasa daerah, sepert i mempelam (M elayu), pelem atau poh (Jaw a), dan lain-lain ( ht tp:/ / buahmangga.blogspot .com ) Pohon mangga berperaw akan besar, dapat mencapai t inggi 40 m at au lebis, meski kebanyakan mangga peliharaan hanya sekit ar 10 m at au kurang. Batang mangga t egak, bercabang agak kuat , dengan daun-daun lebat membent uk t ajuk yang indah berbentuk kubah, oval atau memanjang, dengan diameter sampai 10 m. Kulit batangnya tebal dan kasar dengan banyak celah-celah kecildan sisik-siskbekas tangkai daun. W arna pepagan (kulit batang) yang sudah t ua coklat keabuan, kelabu rua sampai hampir hit am.

b. Sebaran Tumbuh

Tanaman mangga berasal dari sekit ar perbat asan India dengan Burma, mangga telah menyebar ke Asia Tenggara sekurangnya Semanjak 1500 tahun yang silam seperti :Viet nam, Philipina, dan Indonesia. Diantaranya ada yang sampai ke Amerika Lat in, t erutama Brazil dan Afrika

c. Habitat

Tanaman mangga dalah tanaman dataran rendah. Tanaman ini dapat t umbuh dan berkembang baik di daerah dengan ketinggian ant ara 0-300 m diatas permukaan laut. M eskipun demikian, tanaman ini juga masaih dapat t umbuh sampai ket inggian 1.300 m di atas permukaan laut. Daerah dengan curah hujan antara 750-2.250 mm per t ahun dan t emperatur 24-27 ˚

C merupakan t empat tumbuh yang baik unt uk tanaman buah ini. Jenis t anah yang disukainya adalah t anah yang gembur, berdrainase baik ber-pH ant ara 5,5-6,o dan dengan kedalam an air tanah antara 50-159 cm ( ht tp:/ / buahmangga.blogspot .com ). Di Indonesia, t anaman mangga t umbuh baikpada t empat yang musim panasnya kuat

d. Kegunaan