Rasio keman dirian keuangan daerah

rasio kemandirian keuangan daerah, Rasio efektivitas dan efisiensi pendapatan
asli daerah, rasio aktivitas, DSCR (Debt Service Coverage Ratio),
A. Pengertian laporan keuangan
Menurut Soemarso, (2004:34). laporan keuangan (financial statement) adalah
laporan yang dirancang untuk para pembuat keputusan, terutama pihak eksternal
mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan.
Menurut Bastaian,(2007:97). laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses
akuntansi. Laporan keuangan menggambarkan pencapaian kinerja dari progam dan
kegiatan, serta kemajuan realisasi dari pencapaian target pendapatan, penyerapan
belanja, pembiayaan.
Menurut Prasetya, (2005:1). laporan keuangan merupakan pertanggungjawaban
dari suatu institusi untuk setiap progam yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu
tertentu.
Menurut Harahap, (1998:105). laporan keuangan menggambarkan kondisi
keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu
tertentu.
Menurut Mahmudi, (2007:11). laporan keuangan adalah informasi yang disajikan
untuk membantu stakeholders dalam membantu keputusan social, politik, dan ekonomi
sehingga keputusan yang diambil bisa lebih berkualitas.
Tujuan laporan keuangan secara garis besar bagi pemerintah daerah antara lain :
1. Untuk memberikan informasi yang bermanfaat dalam pembuatan keputusan ekonomi,

social, dan politik
2. Untuk alat akuntanbilitas public.

3. Untuk memberikan informasi yang digunakan dalam mengevaluasi kinerja manejerial
dan organisasi.
Tujuan laporan keuangan menurut standar akuntansi pemerintahan (SAP):
1. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan slama periode berjalan untuk
membiayai seluruh pengeluaran.
2. Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumberdaya ekonomi
dan alokasinya dengan anggaran yang di tetapkan dan peraturan perundangan.
3. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam
kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai.
4. Menyediakan informasi mengenai bagai mana entitas pelaporan mendanai seluruh
kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya.
5. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan
berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik yang berjangka pendek
maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman.
6. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan,
apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan
selama periode pelaporan.

Tujuan laporan keuangan menurut IFAC
Pada tahun 2000, international federation of accountings public sector committee
(IFAC PSC) mengeluarkan IFAC PSC study 1 tentang financial reporting by national
governments. Dalam PSC study 1 tersebut dijelakan mengenai tujuan laporan
keuangan organisasi pemerintah. Tujuan laporan keuangan pemerintah menurut IFAC
PSC study 1 adalah untuk menunjukkan akuntabilitas pemerintah atau unit kerja

pemerintah terhadap pengelolahan keuangan dan sumber daya yang dipercayakan
kepadanya, serta memberikan informasi yang berguna untuk mengambil keputusan
dengan cara :
1. Mengidentifikasikan apakah sumber daya diperoleh dan diginakan sesuai dengan
ketentuan anggaran.
2. Mengidentifikasikan apakah sumber daya diperoleh dan dimnfaatkan sesuai dengan
peraturan hukum dan peraturan kontrak, termasuk batasan financial yang ditetapkan
dengan persetujuan dewan legislative.
3. Memberikan informasi mengenai sumber daya, alokasi, dan penggunaan sember daya
finansial.
4.

Memberikan informasi mengenai bagaimana pemerintah atau unit organisasi

membiayai aktivitas dan memenuhi kebutuhan kasnya.

5. Memberikan informasi yang bermanfaat untuk mengevaluasi kemampuan pemerintah
atau unit organisasi untuk membiayaiaktivirasnay dan memnuhi kewajiban serta
komitmennya.
6. Memberikan informasi mengenai kondisi financial pemerintah atau init organisasi serta
perubahan-perubahan yang terjadi.
7. Memberikan informasi agregat yang bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah
atau unit organisasi dalam hal biaya layanan, efisiensi, serta prestasinya.
Manfaat laporan keuangan pemerintah daerah antara lain :
1. Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan menprediksi kondisi kesehatan
keuangan pemerintah terkait dengan likuiditas dan solvabilitasnya.

2. Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi kondisi ekonomi
suatu pemerintahan dan perubahan-prubahan yang telah dan akan terjadi.
3. Memberikan informasi keuangan untuk memonitor kinerja, kesesuaiannya dengan
peraturan perundang-undangan, kontrak yang telah disepakati, dan ketentuan lain yang
disyaratkan.
4. Memberikan informasi untuk perencanaan dan penganggaran.
5. Memberikan informasi untuk mengevaluasi kinerja manejerial dan organisasional.

6. Untuk bisa memahami laporan keuangan pemerintah daerah dengan baik, pembaca
atau pengguna laporan perlu memahami elemen-elemen dalam laporan keuangan.
Jenis-jenis laporan keuangan pemerintah daerah menurut mahmudi, (2007:61).
1. Neraca
Neraca pemerintah daerah memberikan informasi bagi pengguna laporan mengenai
posisi keuangan berupa:
a. Aset,dalam neraca menginformasikan tentang sumber daya ekonomik yang dimiliki
pemerintah daerah yang dapat memberikan manfaat ekonomi dan social dimasa
datang. Asset diklasifikasikan menjadi 4 jenis yaitu asset lancer, investasi jangka
panjang, asset tetap, dan asset lainnya.
b. Kewajiban, memberikan informasi kepada pengguna laporan keuangan tentang utang
pemerintah daerahkepada pihak ketiga atau klaim pihak ketiga terhadap arus akas
pemerintah daerah. Kewajiban pemerintah diklasifikasikan menjadi dua yaitu kewajiban
jangka pendek atau lancer, kewajiban jangka panjang
c. Ekuitas dana, ekuitas dana diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :ekuitas dana lancar, ekuitas
investasi dan ekuitas dana cadangan.

2. Laporan realisasi anggaran (LRA)
Laporan realisasi keuangan terdiri atas 6 elemen utama yaitu: pendapatan, belanja,
transfer, surplus/deficit, pembiayaan, silpa /sikpa (sisa lebih/kurang pembiayaan

anggaran).
3. Laporan arus kas (LAK)
Laporan arus kas dibagi menjadi 4 aktivitas utama yaitu : arus kas dari aktivitas operasi
arus kas dari aktivitas investasi, arus kas dari aktivitas pembiayaan, arus kas daria
aktivitas non anggaran.
4. Catatan atas laporan keuangan
Catatan atas laporan keuangan merupakan penjelasan secara rinci atas elemenelemen dalam laporan keuangan, baik elemen neraca, laporan realisasi anggaran,
maupun laporan arus kas.

B. Kinerja keuangan daerah
Menurut Halim, (2007:23). keuangan daerah dapat diartikan sebagai semua hak
dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, juga segalah sesuatu,baik berupa uang
maupun

barang,

yang

dapat


dijadikan

kekeyaan

daerah

sepajang

belum

dimiliki/dikuasai oleh negara atau daerah yang lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai
ketentuan/peraturan perundangn yang berlaku.
Keuangan daerah dikelolah melalui keuangan daerah. Manajemen keuangan
daerah adalah pengorganisasian dan pengelolahan sumber-sumber daya atau

kekayaan pada suatu daerah untuk mencapai tujuan yang dikehendaki daerah tersebut.
Alat untuk melaksanakan manajemen keuangan daerah disebut dengan tata usaha
daerah.
Tata usaha keuangan daerah tidak lagi memadai untuk dijadikan sebagai
penghasil informasi yang dikehendaki oleh PP Nomor 105 Tahun 2000 dan

Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002, yang telah diperbaharui dengan PP Nomor 58
Tahun 2005 dan permendagri nomor 13 tahun 2006, yang di dasari oleh UU Nomor 17
Tahun 2003. Menurut peraturan perundangan terbaru yang dimaksud tersebut, tugas
pengelola keuangan daerah adalah:
1. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBD.
2. Menyusun rancangan dan perubahan APBD.
3. Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan melalui perturan
daerah.
4. Melaksanakan fungsi bendahara umum daerah.
5. Menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan
APDB.
Tahap-tahap pengelolahan keuangan daerah, terdiri dari 3 tahap antara lain :
1. Tahap perencanaan.
Pada tahap perencanaan dapat dipila menjadi 3 bagian yaitu apa yang menjadi input,
proses, dan aotputnya. Input dalam tahap perencanaan ini berupa dokumen
perencanaan yang dimiliki pemerintah daerah. Perencanaan itu sendiri pada dasanya
juga terdapat proses yang harus dilakukan sehingga mengasilkan output perencanaan
berupa dokumen daerah. Dokumen perencanaan daerah tersebut meliputi:

a. Rencana pembangunan jangka panjang daerah (RPJPD)

b. Rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD)
c. Rencana kerja pemerintah daerah (RKPD)
d. Rencana strategis satuan kerja perangkat daerah (RENSTA SKPD)
e. Kebilakan umum APBD (KUA)
f. Prioritas dan plafon anggaran sementara (PPAS)
2. Tahap Pelaksanaan atau inplementasi.
Output dari tahap perencanaan adalah berupa RAPBD yang telah dilaksankan oleh
DPRD. Output perencanaan tersebut akan menjadi input bagi tahap pelaksanan, yaitu
inplemtasi anggaran. Dalam tahap pelaksanaan anggaran terdapat suatu proses
berupa system akuntansi pemerintah daerah. System akuntansi pemerintah daerah ini
sangat penting, karena bagaimana bagusnya perencanaan anggaran apabila dalam
tahap implementasi tidak terdapat system akuntansi yang memadai, maka banyak hal
yang direncanakan tidak akan mencapai hasil yang diinginkan. System akuntansi yang
buruk akan memicu terjadinya kebocoran anggaran, inefisiensi, dan ketidakakuratan
laporan keuangan. Melalui system akuntansi pemerintah daerah itulah akan dihasilkan
laporan pelaksaan anggaran yang merupakan output dari tahap pelaksanaan.
3. Tahap pelaporan dan evaluasi kinerja.
Output dari tahap pelaksanaan yang berupa laporan pelaksanaan anggaran akan
menjadi input bagi tahap pelaporan. Input tersebut akan diproses lebih lanjut untuk
mengasilkan output berupa laporan keuangan yang akan dipublikasikan. Proses

pelaporan tersebut dilakukan dengan mengacu pada standar akuntansi pemerintah
yang sudah ditetapkan. Setelah sesuaikan dengan standar akuntansi pemerintahan,

maka laporan keuangan daerah siap untuk diauditoleh auditor independen, selanjutnya
setelah diaudit dapat didistribusikan kepada DPRD dan dipubliaksikan kepada
masyarakat luas. Laporan keuangan publikasian yang sudah diaudit tersebut
selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan untuk evaluasi kinerja dan memberikan
umpang balik bagi perencanaan periode berikutnya.
Penilaian kinerja menurut

Mulyadi, (1997:419). adalah penentuan secara

periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya
berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya. Karena
organisasi

pada

dasarnya


dijalankan

oleh

manusia

maka

penilaian

kinerja

sesungguhnya merupakan penilaian atas prilaku manusia dalam melaksanakan peran
yang mereka mainkan dalam organisasi.
Sedangkan pengertian kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran
tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan
laba.
Menurut sucipto, 2003. kinerja keuangan perusahaan merupakan hasil dari
banyak keputusanindividual yang dibuat secara terus menerus ojeh manajemen. Oleh
karena itu untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan, perlu dilibatkan analisa

dampak keuangan kumulatif dan ekonomi dari keputusan dan mempertimbangkannya
dengan menggunakan ukuran komparatif.

Menurut bastian, (2007:397). kinerja keuangan yaitu sebagai laporan operasi
kegiatan pemerintah. yang bertujuan untuk menilai kinerja keuangan organisasi dalam

hal efisiensi dan efektifitas serta memonitor biaya actual dengan biaya yang
dianggarkan.

C. Analisis rasio keuangan
Menurut Halim, (2007:231).Analisis keuangan adalah usaha mengidentifikasi
cirri-ciri keuuangaangan berdasarkan laporan yang tersedia.
Dalam menganalisis laporan keuangan peemerintah daerah digunakan analisis rasio
keuangan, khususnya pada APBD, belum banyak dilakukan Penggunaan analisis rasio
pada sector public khususnya pada APBD belum banyak dilakukan, sehingga secara
teori belum ada kesepakatan secara bulat mengenai nama dan kaida pengukurannya.
Meskipun demikian, dalam rangka pengelolahan keuangan daerah yang transparan,
jujur, demokratis, efektif, efisien, dan akuntabel, analisis rasio terhadap APBD perlu
dilaksanakan meskipun kaidah pengakuntansian dalam APBD berbeda denga laporan
keuangan yang dimiliki perusahaan swasta.
Analisis rasio keuangan pada APBD dilakukan dengan membandingkan hasil
yang di capai dari suatu periode dengan periode sebelumnya sehingga dapat diketahui
bagaimana kecederungan yang terjadi. Selain tiu, dapat pula dilakukan dengan cara
membandingkan dengan rasio keuangan yang dimiliki pemda tertentu dengan rasio
keuangan daerah lain yang terdekat ataupun yang potensi daerahnya sama untuk
melihat bagaimana posisi keuangan pemda tersebut terhadap pemda lainnya. Adapun
pihak-pihak yang berkepentingan dengan rasio keuangan pada APBD ini adalah :
1. DPRD sebagai wakil dari pemilik daerah (masyrakat).
2. Pihak eksekutif sebagai landasan dalam penyusunan APBD berikutnya.

3. Pemerintah pusat/provensi sebagai bahan masukan dalam membina pelaksanaan
pengelolahan keuangan daerah.
4. Masyarakat dan kreditur, sebagai pihak yang akan turut memiliki saham pemda,
bersedia memberi pinjaman atapun membeli obligasi.
Menurut halim, (2007:232). Beberapa rasio yang dapat dikembangkan
berdasarkan data keuangan yang bersumber dari APBD antara
a. Rasio kemandirian keuangan daerah
Kemandirian keuangna daerah (otonomi fiscal) menunjukkan kemampuan pemda
dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangaunan, dan pelayanan
kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai pendapatan yang
diperlukan daerah. Kemandirian keuangan daerah ditunjukkan oleh besar kecilnya
pendapatan asli daerah (PAD) dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal
dari sumber lain, misalnya bantuan pemerintah pusat ataupun dari pinjaman.

Rasio kemandirian menggambarkan ketergantunagn daerah terhadap sumber dana
eksternal. Semakin tinggi rasio kemandirian mangandung artio bahwa tingkat
ketergantungan daerah terhadap bantuah pihak eksternal (terutama pemerintah pusat
dan provensi) semakin rendah, dan demikian pula sebaliknya. Rasio kemandirian juga
menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Semakin
tinggi rasio kemandirian, semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar pajak
dan retribusi daerah yang merupakan komponen utama PAD. Semakin tinggi

masyarakat membayar pajak dan retribusi daerah akan menggambarkan tingkat
kesejatraan masyarakat yang semakin tinggi.
b. Rasio efektivitas dan efisiensi pendapatan asli daerah
Rasio efektivitas menggambarkan kemampuan pemda dalam merialisasikan PAD
yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi
riil daerah.

Kemampuan daerah menjalangkan tugas dikategorikan efektif apabila mencapai
minimal sebesar atau 100 persen. Namun demikian, semakin tinggi rasio efektivitas,
maka kemampuan daerah pun semakin baik. Guna memperoleh ukuran yang lebih
baik, rasio efektivitas tersebut perlu dipersandingkan dengan rasio efesiensi yang
dicapai pemda.
Rasio efisiensi adalah rasio yang menggambarkan perbandingan antara besarnya
biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan
yang

diterima.

Kenerja

pemda

dalam

melakukan

pemungutan

pendapatan

dikategorikan efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari satu atau di bawah 100
persen. Semakin kecil rasio efisiensi berarti kinerja pemda semakin baik.

c. Rasio aktivitas
Rasio ini menggambarkan pemda memprioritaskan alokasi dananya pada
belanja rutin dan belanja pembangunan secara optimal. Semakin tinggi presentase

dana yang dialokasikan untuk belanja rutin berarti persentase belanja investasi (belanja
pembangunan) yang digunakan untuk menyediakan sarana dan prasarana ekonomi
masyarakat cenderung semakin kecil. Secara sederhana, rasio keserasian tersebut
dapat diformulasikan sebagai berikut :

Belum ada tolak ukur yang pasti berapa besarnya rasio belanja riutin maupun
pembangunan terhadap APBD yang ideal, karena sangat dipengaruhi oleh dimanisasi
kegiatan pembangunan dan besarnya kebutuhan investasi yang diperluakan untuk
mencapai pertumbuhan ditargetkan. Namun demikian, sebagai daerah di Negara
berkembang, peranan pemda untuk memacu pelaksanaan pembangunan masi relative
besar. Oleh karena itu, rasio belanja pembangunan yang relative masi kecil perlu
ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan pembangunan di daerah.
d. Debt service coverage ratio
Dalam rangka melaksanakan pembangunan sarana dan prasarana di daerah,
selain menggunakan PAD, pemerintah daerah dapat digunakan alternaif sumber dana
lain melalui pinjaman, sepanjang prosedur dan pelaksanaannya sesuai dengan
peraturan yang berklaku. Ketentuan tersebut adalah :
1. Ketentuan yang menyangkut persyaratan

a. Jumlah kumulatif pinjaman daerah yang wajib dibayar maksimal 75 persen dari
penerimaan APBD tahun sebelumnya.
b. Debt service coverage ratio (DSCR) minimal 2,5 persen
DSCR merupakan perbandingan antara penjumlahan PAD merupakan semua
penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi daerah. Kelompok pendapatan
asli daerah dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan, yaitu : Pajak daerah,Retribusi
daerah,Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan milik daerah
yang

dipisahkan,Lain-lain

PAD

yang

sah

misalnya

:

bantuan

dana

kontinjensi/penyeimbang dari pemerintah dan dana darurat. HALIM (2004:67), Bagian
Daerah (BD) Dari Pajak Bumi Dan Bangunan, Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan
Bangunan (BPTHB), penerimaan Sumber Daya Alam, Dan Bagian Daerah lainnya serta
Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang berasal dari anggaran pendapatan
negara yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar
daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi. setelah Dikurangi Belanja Wajib (BW), dengan penjualan angsuran
pokok, bunga, dan biaya pinjaman lainnya yang jatuh tempo.

2. Ketentuan yang menyangkut penggunaan pinjaman
a. Pinjaman jangka panjang digunakan untuk membiayai pembangunan yang dapat
mengasilkan penerimaan kembali untuk pembayaran pinjaman dan pelayanan
masyrakat.
b. Pinjaman jangka pendek untuk mengatur arus kas.

3. Ketentuan yang menyangkut prosedur
a. Mendapat persetujuan DPRD.
b. Dituangkan dalm kontrak.
e. Rario pertumbuhan
Rasio pertumbuhan (growth ratio) mengukur seberapa besar kemempuan
pemda dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasialan yang telah dicapai
dari periode ke periode berikutnya. Diketahuinya pertumbuhan untuk masing-masing
komponen sumber pendapatan dan pengeluaran untuk mengevaluasi potensi-potensi
yang perlu mendapatkan perhatian.