Pengenalan Tanaman Penting Dataran Tingg

Pengenalan Tanaman Penting Dataran Tinggi

LAPORAN PRAKTIKUM

Oleh :
Golongan D/Kelompok 1
1. Andina Dwi Pramesti

(141510501002)

2. Novi Nurlailah

(141510501033)

3. Linda Rahman

(141510501038)

4. Aprilia Iga Mufidah

(141510501044)


5. Muhammad Syauqi

(141510501263)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Indonesia

merupakan

negara


kepulauan

yang

memiliki

banyak

kenampakan alam. Kenampakan alam di Indonesia bermacam-macam pada setiap
wilayahnya. Hal ini disebabkan karena bentuk kenampakan alam di Indonesia
yang tersebar di setiap pulaunya memiliki bentuk yang tidak rata. Bentuk
kenampakan alam di dunia terdiri atas kenampakan daratan dan perairan. Bentuk
kenampakan alam daratan dibagi menjadi dua bagian yaitu dataran rendah dan
dataran tinggi.
Dataran rendah dan dataran tinggi mempunyai perbedaan yang signifikan
dalam hal letaknya. Dataran tinggi biasanya disebut orang sebagai daratan yang
terletak di daerah pegunungan atau lereng gunung sehingga mempunyai hawa
yang sejuk dan nyaman untuk ditinggali oleh para penduduknya. Dengan
pengertian yang demikian, maka dataran tinggi dapat dijadikan sebagai tempat

wisata karena hawanya yang sejuk dan dapat dijadikan sebagai perkebunan.
Karena letak dataran tinggi biasanya jauh dari keramaian kota dan terletak di
pegunungan, maka tidak heran jika dataran tinggi ini mempunyai pemandangan
alam yang masih indah dan asri. Letaknya yang jauh dari keramaian kota pun
membuat dataran tinggi ini memiliki adat istiadat yang masih dilakukan karena
belum banyak pengaruh modern yang masuk akibat globalisasi. Ragam flora dan
faunanya pun masih sangat bermacam-macam karena penduduknya yang tidak
suka berburu dan bertujuan untuk melestarikan flora dan fauna yang ada.
Daerah dataran tinggi biasanya mempunyai karakteristik yang berbeda
dengan dataran rendah maupun kenampakan alam perairan. Di dataran tinggi,
udara yang berhembus biasanya kering dan juga jarang terjadi hujan. Pergantian
suhu yang terjadi pun terbilang cukup ekstrim karena perubahan suhu pada siang
hari dan malam hari sangat berbeda dan menurun drastis, bahkan pada pagi hari
pun suhu dapat mencapai 00 C dan menimbulkan embun yang berbentuk es.
Daerah dataran tinggi mempunyai kelembapan udara yang bisa dibilang
cukup rendah. Kelembapan udara yang rendah biasanya dipengaruhi oleh udara

dan suhu. Udara yang kering dan suhu yang cukup ekstrim bahkan bisa mencapai
00 C inilah yang membuat kelembapan udara pada daerah dataran tinggi ini
menjadi rendah. Karena letaknya yang berada di pegunungan, maka menyebabkan

daerah ini jarang terjadi hujan. Kuantitas hujan dapat semakin rendah apabila
letak suatu tempat semakin tinggi karena penguapan yang berkurang akibat suhu
yang rendah yang terjadi di daerah dataran tinggi.
Suhu udara yang rendah dan kelembapan udara yang juga rendah dapat
menjaga tanah di daerah dataran tinggi menjadi subur dan tidak tandus meskipun
jarang terjadi hujan. Seperti yang telah diketahui bahwa hasil produksi pertanian
di dataran tinggi jauh lebih baik daripada di daerah-daerah lainnya. Lahan-lahan
yang masih belum digunakan pun dapat dijadikan sebagai perkebunan seperti
kebun teh yang sangat cocok untuk tumbuh di daerah dataran tinggi yang
mempunyai suhu rendah.
Studi pengenalan tanaman penting pada daerah dataran tinggi akan
memperkaya wawasan tentang karakteristik dan ciri-ciri yang ada di daerah
dataran rendah sehingga dengan mengetahui hal tersebut maka akan diketahui
pula potensi-potensi apa saja yang bisa dimanfaatkan. Salah satu contoh
pemanfaatannya yaitu lahan yang digunakan sebagai lahan perkebunan berbagai
komoditas tanaman seperti tanaman teh dan tanaman kentang.

1.2

Tujuan

Supaya mahasiswa mengetahui dan mengenal tanaman-tanaman penting

yang berhabitat di daerah dataran tinggi serta morfologi dan taksonominya.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Wilayah Indonesia memiliki sangat banyak sekali bukit-bukit dan
pegunungan yang tersebar di semua wilayah kepulauan Indonesia. Bukit atau
pegunungan ini dapat dilihat dari jarak jauh karena memiliki letak yang lebih
tinggi daripada daerah-daerah lainnya. Suatu wilayah atau bagian dari permukaan
bumi yang memiliki ketinggian lebih dari 200 meter di atas permukaan laut dan
lebih tinggi dari daerah-daerah yang ada disekitarnya disebut dengan daerah
dataran tinggi (Kasenda dkk., 2014).
Dataran tinggi biasanya mempunyai ciri-ciri dan karakteristik tersendiri
dan juga berbeda dengan daerah-daerah lainnya. Ciri-ciri dan karakteristik inilah
yang dapat dilihat dengan jelas dan dapat membedakan antara dataran tinggi,
dataran rendah, dan juga wilayah pantai atau pesisir. Salah satu ciri yang dimiliki
oleh daerah dataran tinggi yaitu biasanya mengalami cekaman suhu yang relatif
rendah. Suhu yang relatif rendah di daerah dataran tinggi ditunjukkan dengan
adanya perbedaan yang sangat mencolok antara suhu yang terjadi di siang hari

dan suhu yang terjadi di malam hari. Bahkan suhu yang terjadi pagi hari di daerah
dataran tinggi ini dapat mencapai 00 C sehingga menyebabkan embun yang ada di
pagi hari menjadi berbentuk es dan membeku (Zen, 2012).
Dalam menanam tanaman, haruslah diperhatikan lokasi tanamnya. Lokasi
tanam yang dilakukan akan mempengaruhi suhu udara, kelembaban udara, angin,
dan sinar matahari. Unsur-unsur tersebut nantinya akan sangat berpengaruh pada
proses pertumbuhan tanaman. Lokasi tanam yang semakin tinggi akan
menyebabkan pengaruh pada suhu udara. Suhu udara akan semakin rendah
apabila lokasi tanam semakin tinggi (Kusumayadi dkk., 2013).
Salah

satu

faktor

alami

yang

mempengaruhi


terjadinya

proses

pertumbuhan yaitu suhu. Apabila di suatu daerah dataran tinggi mempunyai suhu
yang cukup rendah, maka hal ini akan menghambat proses pertumbuhan tanaman.
Cekaman suhu yang rendah dapat meningkatkan aktivitas pembelahan sel.
Aktivitas pembelahan sel yang terjadi akibat suhu yang rendah ini dapat

menyebabkan hormon giberelin bekerja dengan cepat. Hormon giberelin ini dapat
mematahkan dormansi atau menghambat proses pertumbuhan tanaman itu sendiri
sehingga tanaman yang tumbuh di daerah dengan cekaman suhu rendah akan
menjadi kerdil dan tumbuh tidak normal (Jasmi dkk.,2013).
Faktor ketinggian tempat selain berpengaruh pada suhu juga berpengaruh
pada terhadap intensitas matahari. Intensitas matahari yang tinggi akan didapatkan
apabila letak suatu wilayah semakin tinggi pula. Intensitas matahari ini akan
berpengaruh besar terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman
terutama tanaman yang dibudidayakan di daerah dataran tinggi (PS, 2004 ).
Dilihat dari cekaman suhu yang ada pada daerah dataran tinggi, sepertinya

jarang tanaman yang bisa ditanam dan dibudidayakan di daerah atau wilayah
seperti itu. Tanaman pun tidak akan bisa beradaptasi dengan wilayah yang
suhunya dapat mencapai 00 C, bahkan tanaman tidak akan bisa bertahan hidup.
Namun jika dilihat dari persebarannya, ternyata banyak sekali tanaman yang
ditanam dan dibudidayakan di daerah dataran tinggi. Salah satu contoh tanaman
dataran tinggi yaitu teh. Tanaman teh merupakan tanaman yang berasal dari
daerah dataran tinggi dan sangat cocok tumbuh di lingkungan yang mempunyai
suhu seperti di daerah dataran tinggi ini (Phung et al., 2010).
Daerah dataran tinggi biasanya memiliki struktur tanah yang remah-remah
dan mempunyai kedalaman yang efektif sekitar 40 cm. Tanah yang mempunyai
ciri seperti itu adalah tanah jenis andosol yang terbentuk dan berkembang banyak
di daerah dataran tinggi. Tanaman yang berada di daerah dataran tinggi sangat
cocok dengan jenis tanah andosol ini. Tanah andosol ini mempunyai banyak sekali
unsur hara yang diperlukan tanaman untuk proses pertumbuhannya. Tanah jenis
ini sangat kaya akan unsur hara karena tanah ini terbentuk akibat proses
sedimentasi yang terjadi di daerah dataran tinggi (Uga et al., 2011).
Pada umumnya, tanaman yang berada atau tumbuh dan berasal dari daerah
dataran tinggi lebih mudah beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan daerah
yang memiliki empat musim. Tanaman ini dapat menyesuaikan diri dengan daerah
yang memiliki empat musim seperti di Indonesia. Daerah yang memiliki empat

musim baiasanya memiliki iklim yang tropis dan juga memiliki tanah yang subur

dan kaya akan unsur hara. Sehingga tanaman dataran tinggi dapat tetap
beradaptasi dengan daerah dataran tinggi seperti di Indonesia karena tanahnya
yang subur walaupun suhu yang ada kurang mendukung (Fronteras et al., 2009).
Jenis tanaman yang dikembangkan di daerah dataran tinggi biasanya
berupa tanaman hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.
Tanaman hortikultura sering disebut dengan tanaman yang pada awal mulanya di
kembangkan didaerah kebun atau lahan pekarangan. Tanaman hortikultura
ternyata banyak pula macamnya. Biasanya tanaman hortikultura yang di
budidayakan di daerah dataran tinggi yaitu tanaman yang berjenis olerikultura
atau sering disebut dengan tanaman sayur (Biswas dan Mallik, 2010).
Tanaman kentang merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura dan
salah satu jenis sayuran yang sangat dibutuhkan oleh manusia sebagai bahan
pangan. Walaupun tanaman kentang bukan merupakan tanaman utama dalam
memenuhi kebutuhan makanan manusia, tanaman kentang sangat sering
digunakan dalam bahan pembuatan kue dan makanan ringan yang lainnya. Selain
keuntungan yang lebih baik dari jenis sayuran lainnya, hasil panen tanaman
sayuran daerah dataran tinggi ini dapat disimpan dengan lama sampai harga
jualnya menunjukkan peningkatan (Sunarjono, 2007).


BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1

Waktu dan Tempat
Praktikum Pengenalan Tanaman Penting Dataran Tinggi dilaksanakan di

Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jember pada
hari Minggu, 26 Oktober 2014 pada pukul 14.30 WIB – selesai.
3.2

Bahan dan Alat

3.2.1

Bahan

1.


Tanaman yang diamati

2.

Tabel pengamatan

3.2.2

Alat

1.

Alat tulis

2.

Penggaris

3.

Meja dada

3.3

Cara Kerja

1.

Menyiapkan alat dan bahan.

2.

Menetapkan objek tanaman yang diamati.

3.

Menggambar bentuk tanaman yang diamati dan memberi keterangan
bagian-bagiannya.

4.

Mengisi tabel pengamatan.

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
1.

Hasil
Varietas

: Tanaman krisan



2.

3.

Deskripsi Varietas
a. Kingdom
b. Divisi
c. Kelas
d. Ordo
e. Famili
f. Genus
g. Spesies
Cara pembibitan/persemaian

:
:
:
:
:
:
:
:

Standar
Spray

Plantae
Magnoliophyta
Asterales
Asterales
Asteraceae
Crhysantemum
Crhysantemum morifolium
Bibit didatangkan langsung dari
kota Bogor dan dikembangkan

4.

Cara pengolahan tanah

dengan sistem stek
: Pengolahan tanah untuk tanaman
krisan dilakukan dengan cara

5.

Cara penanaman

6.
7.

Sistem penanaman
Cara pemeliharaan
a. Pemupukan

minimum tillage
: Menggunakan cara penanaman
konvensional
: Sistem penanaman monokultur
: Pemupukan dilakukan dengan
menggunakan pupuk NPK ((ZA),

b. Pengairan

pupuk urea, dan pupuk organik
: Pengairan pada tanaman krisan
dilakukan dengan pengairan
langsung dari sungai yang ada di

c. Pengendalian penyakit
d. Pengendalian hama

sekitar
: : Hama yang menyerang biasanya
yaitu ulat yang ada pada akar
tanaman krisan. Pengendalian hama
dilakukan dengan menggunakan

pestisida kimiawi (preugor). Selain
itu juga terdapat hama yang
menyerang daun. Pengendalian
hama pada daun biasanya
menggunakan pestisida detin
spontan dan decis, sedangkan untuk
hama wereng menggunakan
e. Pengendalian gulma

pestisida konvidor
: Gulma yang menjadi pesaing pada
tanaman krisan biasanya
dikendalikan secara mekanik yaitu
dengan menggunakan tangan
(dicabut) dan juga dapat
menggunakan sabit

8.

Ciri-ciri morfologi
a. Akar

: Akar tanaman krisan dapat
menembus tanah hingga pada
kedalaman 30-40 cm serta akar
tersebut dapat menyebar ke semua

b. Batang

arah
: Batang pada tanaman krisan dapat
tumbuh dengan tegak dan
mempunyai struktur yang lunak
serta memiliki warna hijau,

c. Daun

berukuran 50-70 cm
: Daun pada tanaman krisan terlihat
memiliki gerigi dan bercelah pada
bagian tepinya serta berukuran 3-5

d. Bunga

cm
: Bunga krisan dapat tumbuh dengan
tegak pada ujung tanaman. Bunga
tersebut tersusun pada tangkai yang
berukuran panjang maupun pendek

e. Buah

dan mempunyai diameter 8-10 cm
: Buah bunga krisan berisi banyak

f. Biji

biji
: Biji krisan berwarna coklat sampai
hitam dan berukuran kecil

9.

Pemanenan
a. Ciri-ciri panen

: Tanaman krisan yang sudah siap
untuk dipanen biasanya yaitu
tanaman krisan yang sudah berumur
3 bulan dan sudah terlihat mekar

b. Umur panen
c. Cara panen

sempurna
: 3 bulan
: Pemanenan tanaman krisan
dilakukan dengan cara mencabut
bunga tanaman krisan tersebut,
kemudian dilakukan pembersihan
pada bunga tersebut seperti
membersihkan daun-daunnya yang
kering dan akar-akarnya yang rusak.
Batang bunga krisan biasanya juga
dipotong sesuai dengan permintaan

d. Penanganan pasca panen
 Pengeringan
 Pembersihan

pelanggan
:
: : Setelah panen biasanya tanaman
krisan ini dibersihkan akar-akarnya
yang rusak dan daun-daunnya yang
kering dan sudah tidak terpakai lagi
Sesuai pesanan
Sesuai pesanan
-







Sortasi/grading
Pengemasan
Pelabelan
Penyimpanan
Pengolahan (menjadi

:
:
:
:
:



produk lain)
Pengolahan limbah

: Limbah tanaman krisan biasanya

-

ada pada saat tanaman krisan
tersebut dipanen. Limbah tanaman
tersebut berupa batang, akar, dan
daun. Namun limbah yang ada tidak
dibuang sembarangan melainkan
diolah menjadi pupuk organik
atupun pupuk kompos yang sangat
berguna untuk tanaman krisan
tersebut. Pengolahan limbah berupa
pupuk tersebut diaplikasikan pada
tanaman krisan pada saat fase

10
.

Kehilangan panen

sebelum tanam
: -

Pemasaran
a. Domestik/ekspor

: Pemasaran tanaman krisan
dilakukan secara domestik se-

b. Tataniaga pemasaran

karesidenan besuki
: Pemasaran tanaman krisan
dilakukan dengan menyalurkannya
ke toko bunga milik tukang kebun
tersebut, kemudian dari toko bunga
disalurkan langsung kepada

c. Harga (Rp/kg atau
Rp/ton)

konsumen
: Harga bunga standar dan bunga
spray selisih Rp 1000,-. Harga
bunga standar yaitu Rp 15.000/10
potong, sedangkan harga bunga
spray yaitu Rp 14.000/10 potong

4.2

Pembahasan

Tanaman krisan mempunyai nama latin Chrysantemum morifolium.
Tanaman ini termasuk ke dalam tumbuhan berbunga sehingga termasuk ke dalam
divisi Magnoliophyta. Tanaman krisan ini juga termasuk ke dalam tumbuhan yang
memiliki biji berkeping dua. Tanaman krisan merupakan tanaman yang termasuk
dalam famili Asteraceae dan termasuk dalam ordo Asterales.
Tanaman

krisan

merupakan

tanaman

ornament

dan

biasanya

dibudidayakan untuk dijadikan sebagai hiasan. Dilihat berdasarkan umurnya,
tanaman krisan ini merupakan tanaman semusim. Tanaman semusim merupakan
tanaman yang pada umumnya hidup pada satu musim saja. Tanaman semusim
biasanya berumur sekitar 3 bulan dan dapat dipanen pada saat umurnya sudah
mencapai 3 bulan. Setelah tanaman tersebut dipanen, tanaman tersebut akan layu
dan mati. Tipe perkecambahan yang dialami oleh tanaman krisan ini merupakan
tipe perkecambahan hypogeal yaitu perkecambahan yang terjadi dibawah
permukaan tanah. Sedangkan dilihat berdasarkan proses fotosintesisnya, tanaman
krisan merupakan tanaman yang menggunakan proses fotosintesis tipe C4.
Struktur batang dari tanaman krisan ini yaitu berkayu.
Tanaman krisan berasal dari daerah Cina. Tanaman krisan ini sangat cocok
dibudidayakan pada daerah dataran tinggi yaitu dengan ketinggian tempat antara
700-1200 m diatas permukaan air laut. Tanaman krisan merupakan tanaman yang
tidak tahan dengan terpaan air hujan. Oleh sebab itu, budidaya tanaman krisan
seharusnya dilakukan di dalam bangunan rumah plastik atau greenhouse. Untuk
budidaya tanaman krisan, tanah yang digunakan haruslah cocok untuk proses
pertumbuhannya. Tanah yang ideal untuk budidaya tanaman krisan yaitu tanah
yang mempunyai tekstur liat berpasir dan subur serta mempunyai derajat
keasaman tanah yang baik yaitu sekitar 5,5-6,7.
Morfologi tanaman krisan terdiri dari akar, batang, daun, bunga, buah, dan
biji. Akar tanaman krisan berukuran 30-40 cm dan dapat menyebar ke semua arah.
Akar tanaman krisan yaitu berjenis akar serabut. Batang tanaman krisan berwarna
hijau dan berstruktur lunak serta memiliki ukuran 50-70 cm. Bila dibiarkan
tumbuh terus-menerus, batang tanaman krisan ini menjadi berwarna hijau

kecoklatan dan menjadi keras atau berkayu. Daun tanaman krisan memiliki gerigi
pada bagian tepinya dan berukuran sekitar 3-5 cm.

Gambar 1. Daun dan batang tanaman krisan
Bunga tanaman krisan dapat tegak pada ujung tanaman dan tersusun pada
tangkainya. Bunga pada tanaman krisan tergolong dalam 2 jenis yaitu spray dan
standar. Bunga krisan spray yaitu tanaman krisan yang terdapat 10 sampai 20
bunga per tangkainya dan berukuran kecil. Sedangkan bunga krisan standar yaitu
tanaman krisan yang memiliki 1 bungan per batangnya dan berukuran besar.
Proses penyerbukan bunga krisan dapat menghasilkan buah yang didalamnya
terdapat banyak biji dimana biji tersebut nantinya digunakan sebagai bahan untuk
perbanyakan tanaman secara generatif. Biji yang terdapat dalam buah krisan
berwarna cokelat dan berukuran kecil.
Pengolahan tanah untuk menanam bibit tanaman krisan dilakukan dengan
menggunakan teknik pengolahan tanah minimum tillage. Pengolahan tanah
minimum tillage dilakukan dengan cara mencangkul pada bagian tertentu saja.
Biasanya, tanah yang diolah yaitu tanah yang berada pada calon zona perakaran
dengan suhu dan kelembapan yang sesuai. Setelah tanah tersebut diolah, tanah
tersebut diberi pupuk kandang untuk menekan perkembangan hama yang ada di
dalam tanah. Setelah diberi pupuk, kemudian dilanjutkan dengan pembuatan
bedengan. Setelah pembuatan bedengan selesai maka dibuatlah penyangga
tanaman berupa jaring yang dipasang mengikuti bedengan. Setelah tanah diolah
dengan sempurna, bibit tanaman krisan dipindahkan langsung ke tanah tersebut.
Cara penanaman yang seperti ini disebut dengan cara penanaman yang
konvensional.

Bibit yang digunakan untuk budidaya tanaman krisan haruslah bibit yang
baik. Bibit yang baik biasanya diambil dari induk yang sehat dan mempunyai
daya tumbuh tanaman yang kuat. Pembibitan tanaman krisan langsung di
datangkan dari daerah Bogor. Disana, proses pembibitan dilakukan dengan
menggunakan sistem stek. Pada sistem stek, bibit yang digunakan merupakan
bibit yang berasal dari tanaman yang sehat dan cukup umurnya. Tunas pucuk yang
ada pada tanaman tersebut kemudian dipotong dan disemaikan atau disimpan
dalam ruangan dingin agar tetap segar selama 3-4 minggu.
Proses penanaman bibit biasanya dilakukan pada sore hari atau pagi hari.
Jarak tanam antara bibit yang satu dengan yang lainnya yaitu 10x10 cm. Sebelum
penanaman bibit pada tanah, tanah tersebut sudah dilakukan pemupukan dengan
menggunakan pupuk organik. Pupuk organik yang dipakai pada saat fase sebelum
tanam ini berasal dari sersah tanaman krisan pada saat setelah panen. Pupuk yang
digunakan pada saat fase sebelum tanam disebut dengan pupuk dasar. Penanaman
bibit tanaman krisan tersebut dilakukan dengan tunggal yaitu dengan menanami 1
bibit pada setiap lubangnya. Pada proses penanaman bibit ini, diusahakan agar
batang tanaman tidak patah.

Gambar 2. Pembibitan tanaman krisan di dalam rumah plastik
Penggunaan pupuk organik pada fase sebelum tanam sangat baik bagi
proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pupuk organik yang berasal dari
sersah tanaman tersebut mempunyai sifat slow rilis yaitu tidak dapat langsung
diserap oleh tanaman. Oleh karena itu, aplikasi pupuk organik diaplikasikan pada

saat 1 minggu sebelum penanaman bibit supaya unsur-unsur yang ada di dalam
pupuk tersebut dapat diserap oleh tanah dan tanaman. Penggunaan pupuk organik
juga sangat baik untuk lingkungan karena dapat memperbaiki struktur tanah dan
memperbaiki unsur-unsur mikro yang ada di dalam tanah yang terangkat pada saat
proses pemanenan dan menjadi berkurang jumlahnya pada tanah, contohnya
seperti Fe.
Proses pembibitan juga dilakukan pemupukan dengan menggunakan
pupuk NPK. Pada saat bibit tanaman krisan sudah berumur 1 minggu, bibit
tersebut diberi pupuk N dan P yang bertujuan untuk menunjang pertumbuhan
vegetatif tanaman seperti pertumbuhan daun agar bertambah lebar dan
pertumbuhan tinggi tanaman. Aplikasi pupuk kimia pada tanaman krisan tidak
dilakukan dengan cara menebar pupuk tersebut. Aplikasi pupuk kimia pada
tanaman krisan harus dilarutkan di dalam air. Setiap 3 kg pupuk kimia dilarutkan
dalam tong besar yang berisi 200 liter air. Proses pengaplikasian yang seperti ini
bertujuan agar pupuk yang digunakan tidak sia-sia. Pengakplikasian pupuk
dengan menyemprotnya pada tanaman tersebut membuat pupuk tersebut dapat
lebih mudah diserap oleh tanaman karena tanaman dapat menyerap unsur hara
dalam bentuk ion saja sehingga pupuk yang digunakan lebih baik adalah pupuk
yang sudah dilarutkan dengan air. Penggunaan pupuk kimia pada tanaman krisan
ini hanya mengaplikasikan unsur-unsur makronya saja.
Tanaman krisan merupakan tanaman yang termasuk ke dalam hari panjang
sehingga membutuhkan penerangan yang lebih lama dari tanaman lainnya yaitu
lebih dari 12 jam terutama pada saat proses pembungaan. Penerangan ini biasanya
digunakan untuk membantu tanaman tersebut dalam melakukan reaksi gelapnya
dan untuk memenuhi kebutuhan cahaya pada tanaman krisan. Selain itu,
penambahan cahaya biasanya bertujuan untuk memacu pertumbuhan organ
vegetatifnya. Untuk mengatasi hal tersebut, para petani krisan memasang lampu
pada setiap canggah yang ada di dalam rumah plastik tersebut. Lampu yang
dipasang merupakan lampu yang dapat menyala dan mati secara otomatis. Lampu
ini hidup pada pukul 22.00 hingga pukul 01.00. Lampu yang digunakan untuk
menerangi tanaman krisan yaitu lampu yang mempunyai daya 150 watt dan lampu

tersebut dipasang pada ketinggian 1,5 meter dari permukaan tanah. Penggunaan
lampu untuk menambah penerangan dapat dihentikan setelah tanaman krisan
tersebut memasuki fase generatifnya dengan tinggi tanaman antara 35-45 cm.

Gambar 3. Lampu penerangan pada kebun krisan
Sistem penanaman yang dilakukan pada budidaya tanaman krisan yaitu
sistem penanaman monokultur, dimana yang ditanam pada satu tempat hanyalah
komoditas tanaman krisan saja. Proses perawatan dan pemeliharaan tanaman
krisan inipun sangat mudah dan tidak mengeluarkan biaya yang banyak. Proses
pemeliharaan tanaman bertujuan untuk mendapatkan hasil yang diharapkan.
Tanaman krisan yang sudah berumur 1 bulan perlu adanya pemupukan lagi.
Pupuk yang digunakan bisa menggunakan pupuk NPK (ZA) maupun pupuk urea
dengan cara dimasukkan pada larikan antar tanaman. Proses pengairan pun juga
harus diperhatikan dengan baik. Pengairan pada tanaman krisan ini dapat
dilakukan dengan memanfaatkan aliran sungai yang ada di sekitar kebun.
Pengairan tanaman krisan dilakukan dengan cara menggunakan dap celup yang
nantinya disalurkan ke kebun krisan melalui pipa yang sudah disambungkan
dengan dap celup tersebut. Penyiraman tanaman krisan dilakukan 2 kali sehari.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di kebun krisan RembanganJember, tidak ditemukan adanya penyakit yang menyerang tanaman krisan.
Tanaman krisan biasanya hanya terhambat oleh adanya organisme pengganggu
tanaman yaitu hama dan gulma yang menjadi pesaing tanaman krisan. Penyakit
yang ada pada tanaman krisan bermacam-macam. Salah satu contoh penyakit pada
tanaman krisan yaitu penyakit karat/rust. Penyakit karat ini disebabkan oleh jamur
Puccinia sp. Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini yaitu pada bagian bawah

daun terdapat bintil-bintil coklat dan pada daun bagian atas terjadi lekukan yang
berwarna pucat. Penyakit karat ini dapat menghambat proses pertumbuhan bunga.
Contoh lain penyakit pada tanaman krisan yaitu virus kerdil dan mozaik. Penyakit
ini disebabkan oleh Chrysanhenumum Stunt Virus dan Chrysanthemum Mild
Mosaic Virus. Gejala yang terjadi apabila tanaman krisan terkena penyakit ini
yaitu tanaman krisan tumbuh kerdil dan tidak membentuk ruas samping serta
bunga yang dihasilkan berwarna pucat. Penyakit ini dapat ditularkan melalui alatalat pertanian yang tercemar oleh penyakit.
Selain terserang penyakit, biasanya tanaman juga terserang oleh hama dan
gulma. Hama yang ada pada tanaman krisan bisa berupa serangga, ulat, dan
belalang. Ulat biasanya menyerang akar pada tanaman krisan. Untuk
mengendalikan ulat yang menyerang akar tanaman ini, biasanya digunakan
pestisida kimiawi yaitu Preugor yang diberikan pada tanaman 1 minggu sekali.
Selain ulat, hama wereng juga menyerang tanaman krisan. Pengendalian hama
wereng dilakukan dengan menggunakan pestisida kimiawi Konvidor. Sedangkan
untuk pengendalian hama yang menyerang daun tanaman krisan digunakan
pestisida Detin Spontan dan Decis. Cara pengendalian hama yang seperti ini
disebut dengan cara kimia karena menggunakan pestisida.

Gambar 4. Hama yang menyerang daun krisan
Organisme penggannggu lain yang menjadi pesaing pada tanaman krisan
yaitu gulma rumput teki. Pengendalian gulma ini dilakukan secara mekanik yaitu
dengan mencabutnya maupun menggunakan sabit. Pengendalian lainnya juga
dapat dilakukan dengan cara menyiangi gulma yang berada di sekitar tanaman
krisan tersebut. Tanaman krisan yang sudah berumur 60 hari setelah tanam harus

dilakukan toping yaitu membuang bunga pertama pada tipe spray dan pada tipe
standar dilakukan pembuangan tunas samping atau pinching.

Gambar 5. Gulma pada tanaman krisan
Selain menggunakan cara kimia pada saat tanaman terserang hama,
ternyata juga terdapat cara lain yang dapat dilakukan sebelum tanaman tersebut
terserang hama, gulma maupun penyakit. Pencegahan ini disebut dengan cara
preventif. Cara preventif ini dapat dilakukan dengan menamam tanaman tepat
pada waktunya, memperhatikan pengolahan tanah supaya sempurna, mengadakan
rotasi tanam, serta mendesinfeksi bibit ke dalam larutan kimia.
Bagian tanaman krisan yang dipanen yaitu bunganya. Proses pemanenan
dilakukan pada saat tanaman krisan sudah berumur 3 bulan setelah tanam. Ciriciri bunga yang sudah dapat dipanen yaitu bunga yang sudah mekar sempurna
atau bisa juga dipanen pada saat 3-4 hari sebelum mekar sempurna. Cara panen
dapat dilakukan dengan cara mencabut tanaman tersebut dan juga dapat dilakukan
dengan memotong tangkainya. Pemotongan tangkai bunga krisan dilakukan
dengan menggunakan gunting steril dengan menyisakan batang 20-30 cm dari
permukaan tanah yang ditanami.
Bunga krisan yang sudah dipanen, dibersihkan daun dan batangnya dan
dikemas sesuai dengan permintaan pelanggan. Daun dan batang yang sudah tidak
terpakai lagi, diolah untuk dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan pupuk
organik atau pupuk kompos yang diaplikasikan pada saat fase sebelum tanam.
Setelah dikemas, bunga krisan tersebut siap dipasarkan kepada para konsumen.
Pemasaran yang dilakukan oleh petani kebun krisan di Rembangan ini dilakukan
secara domestik se-karesidenan besuki. Pemasaran dapat dilakukan dengan

menyalurkannya ke toko-toko bunga. Harga bunga krisan berbeda pada tiap
jenisnya. Bunga krisan berjenis standar ditawarkan dengan harga Rp 15.000 per
10 potong, sedangkan bunga krisan berjenis spray ditawarkan dengan harga Rp
14.000 per 10 potong. Permintaan konsumen yang terus meningkat membuat
kebun krisan ini kekurangan stok untuk dijual kepada konsumen.

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1


Kesimpulan
Tanaman krisan merupakan tanaman berbunga dan mempunyai biji
berkeping dua. Tanaman krisan ini cocok untuk dibudidayakan pada
daerah dataran tinggi dengan ketinggian 700-1200 m dpl. Tanaman ini
termasuk ke dalam tanaman semusim dan hari panjang serta tanaman
krisan ini tidak tahan dengan terpaan air hujan sehingga untuk
budidayanya harus dilakukan di dalam rumah plastik dan diberi
penerangan untuk membantu proses pertumbuhan dan pembungaannya.



Pengolahan tanah yang dilakukan untuk penanaman tanaman krisan
haruslah dilakukan dengan sempurna supaya tidak menimbulkan gangguan
hama, gulma, dan penyakit pada tanaman krisan sehingga tidak
menghambat proses pertumbuhan tanaman krisan.



Pemupukan tanaman krisan dapat menggunakan pupuk NPK, urea, serta
pupuk organik atau pupuk kompos. Pupuk organik diaplikasikan pada saat
fase sebelum tanam, pupuk NPK diaplikasikan pada saat bibit berumur 1
minggu, sedangkan pupuk urea diaplikasikan pada saat tanaman berumur 1
bulan.



Pengendalian gulma pada tanaman krisan dilakukan secara mekanik yaitu
dengan

mencabutnya

ataupun

menggunakan

sabit,

sedangkan

pengendalian hama dilakukan dengan menggunakan pestisida kimiawi
yang disemprotkan 1 minggu sekali.


Pemanenan dilakukan pada saat tanaman krisan berumur 3 bulan setelah
tanam dan ditandai dengan ciri-ciri bunga mekar sempurna. Pemanenan
dapat dilakukan dengan cara memotong batang tanaman krisan maupun
dengan cara mencabut seluruh tanamannya.

5.2

Saran
Untuk proses perawatan tanaman, sebaiknya disurvei lebih sering lagi agar

hama dan gulma yang ada pada tanaman krisan dapat berkurang.

DAFTAR PUSTAKA
Biswas, Shekhar R., A. U. Mallik. 2010. Disturbance Effects on Species Diversity
and Functional Diversity in Riparian and Upland Plant Comunities.
Ecology, 91 (1):28-35.
Jasmi., E. Sulistyaningsih., D. Indradewa. 2013. Pengaruh Vernalisasi Umbi
Terhadap Pertumbuhan, Hasil, dan Pembungaan Bawang Merah (Allium
cepa L. Aggregatum group) di Dataran Rendah. Ilmu Pertanian, 16 (1):4257.
Kasenda, Ivanny., S. Marunduh., H. Wungouw. 2014. Perbandingan Denyut Nadi
Antara Penduduk Yang Tinggal di Dataran Tinggi dan Dataran Rendah. EBiomedik, 2 (2):1-6.
Kusumayadi, I. W. H., I. M. Sukewijaya., I. K. Sumiartha., N. S. Antara. 2013.
Pengaruh Ketinggian Tempat, Mulsa dan Jumlah Bibit Terhadap
Pertumbuhan dan Rendemen Minyak Sereh Dapur (Cymbopogon Citratus).
Agroteknologi Tropika, 2 (1):49-55.
Pena-Fronteras, Jennifer T., M. C. Villalobos., A. M. Baltazar., F. E. Merca., A. M.
Ismail., D. E. Johnson. 2009. Adaptation to Flooding in Upland and
Lowland Ecotypes of Cyperus rotundus, a Troublesome Sedge Weed of
Rice: Tuber Morphology and Carbohydrate Metabolism. Annals of Botany,
103:295-302.
Phung, O. J., W. L. Baker., L. J. Matthews., M. Lanosa., A. Thorne., C. I.
Coleman. 2010. Effect of Green Tea Catechins with or Without Caffeine on
Anthropometric Measures: a Systematic Review and Meta-analysis.
Clinical Nutrition, 91:73-81.
Sunarjono, Hendro. 2007. Menimba Ilmu Dari Pakar : Petunjuk Praktis Budi
Daya Kentang. Jakarta Selatan:Agro Media.
Tim Penulis PS. 2004. Agribisnis Tanaman Sayur. Jakarta. Penebar Swadaya.
Uga, Yusaku., K. Okuno., M. Yano. 2011. Dro1, a Major QTL Involved in Deep
Rooting of Rice Under Upland Field Conditions. Experimental Botany, 62
(8):2485-2494.
Zen, Syahrul. 2012. Parameter Genetik Padi Sawah Dataran Tinggi. Penelitian
Pertanian Terapan, 12 (3):196-201.

LAMPIRAN
Tanaman Krisan

Populasi Tanaman Krisan

Fase Pertumbuhan Tanaman Krisan