Pemanfaatan Sampah Melalui Metode Takaku (1)
PEMANFAATAN SAMPAH MELALUI
METODE PENGOMPOSAN TAKAKURA
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas tengah semester matakuliah
Bahasa Indonesia
Yang dibina oleh Ibu Ariva Luciandika, M. Pd.
Oleh :
Ayu Rifqi Ellyza
NIM (14620073)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM (UIN MALIKI) MALANG
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
April 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampah dan pengelolannya kini menjadi suatu yang mendesak di Indonesia,
khususnya di kota-kota besar. Hampir seluruh TPA (Tempat Pembuangan Akhir)
di kota-kota besar di Indonesia sudah tidak mampu lagi menmpung jumlah
sampah yang tiap hari kian bertambah. Minimnya kesadaran masyarakat dan
pemerintah dalam pengelolaan sampah di lingkungan benar-benar sangat
disayangkan. Masyarakat sekitar tampaknya belum dapat meninggalkan kebiasaan
lama yaitu membuang sampah langsung di TPA tanpa upayah pengelolaan atau
recycle terlebih dahulu.
Kegiatan pemanfaatan sampah kembali tidak hanya dapat dilakukan dengan
pemanfaatan
sampah
anorganik.
Selama
ini
seminar-seminar
mengenai
pengelolaan sampah lebih banyak mengacu pada pengelolaan sampah anorganik
sebagai ladang bisnis dengan alasan sampah anorganik sangat sulit terurai.
Masyarakat hampir melupakan keberadaan sampah organik dyang pada dasarnya
sama-sama membawa dampak buruk bagi lingkungan. Keberadaan sampahsampah organik yang menumpuk dapat menyababkan pencemaran tanah, air dan
udara. Bau tak sedap yang sering tercium dari tumpukan sampah juga merupakan
dampak daripembusukan sampah organik. Sampah organik yang dibuang
langsung ke TPA bahkan dibiarkan sampai menumpuk tentu saja dapat
mengganggu aktifitas di lingkungan sekitar. Sampah organik yang membusuk
dapat mempengaruhi sampah-sampah anorganik disekitarnya sehingga turut
berbau busuk. Akibat dari pembuangan sampah secara langsunng dan terus
menerus juga dapat dilihat dari tumpukan bukit sampah di kota-kota besar yang
sepertinya tidak berkurang sedikitpun meskipun telah dikurangi setiap harinya.
Pemerintah-pemerintah kota pada dasarnya memiliki program besar dalam
upaya penanggulangan sampah di Indonesia. Namun, karena belum ditemukan
metode yang tepat guna program pemerintah tidak dapat terealisasikan dengan
maksimal. Salah satu terobosan baru dalam bidang pengolahan sampah datang
dari
kota Surabaya. Sebagai kota terbesar ke-2 di Indonesia setelah Jakarta dengan
tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, tidak heran jika Surabaya termasuk salah
satu kota besar dengan permasalahan sampah yang serius. Surabaya dikatakan
sebagai kota sampah nomor satu di Indonesia disamping julukannya sebagai
“Kota Pahlawan”. Bukti dari pernyataan ini adalah, adanya bukit-bukit sampah
yang menjulang di beberapa TPA di kota Surabaya. salah satu contoh TPA dengan
bukit sampah tertinggi adalah TPA Benowo yang kerap kali terbakar akibat dari
pembakaran bukit sampah tersebut. Kota pahlawan Surabaya setiap harinya dapat
menghasilkan 2.000 ton sampah yang hampir 75% atau 1500 ton dari sampah
tersebut masuk ke TPA Benowo dan selebihnya dibakar di unit-unit insinerator
yang tersebar di seluruh wilayan kota. Mengetahui permasalan sampah yang
serius
di kotanya, pemerintah kota Surabaya akhirnya mengadakan suatu
kerjasama dengan salah satu ahli kompos dari Jepang untuk bersama-sama
melakukan penelitian dalam menanggulangi permasalahan sampah di Surabaya.
Setelah melakukan survey dan penelitian selam kurang lebih 1 tahun, Mr. Koji
Takakura (ilmuwan Jepang) akhirnya mengumumkan hasil penelitiannya berupa
metode pengomposan sampah praktis skala ruamh tangga. Mr. Koji Takakura
beranggapan bahwa penanggulangan sampah yang besar harus dimulai dari skala
terkecil tempat terdapatnya sumber yaitu skala rumah tangga. Metode praktis
skala rumah tangga ini pada akhirnya disebut sebagai metode pengomposan
Takakura yang diambil dari nama belakang Mr. Koji Takakura sebagai
penghormatan atas penemuan besarnya.
Pemanfaatan sampah dengan menggunakan metode Takakura dapat
dilakukan oleh siapa saja tanpa melalui syarat-syarat yang rumit. Karena
pembuatan kompos dengan metode Takakura ini sangat praktis dan hemat tempat,
metode ini tentunya sangat cocok dikembangkan oleh seluruh masyarakat
Indonesia sebagi bentuk partisipasi aktiv dalam membangun Indonesia bersih dan
indah. Sayangnya, tidak semua masyarakat Indonesia mengetahui dengan rinci
mengenai metode Takakura. Disusunnya makalah mengenai pemanfaatan sampah
melalui metode Takakura pada dasarnya adalah untuk menjawab pertanyaan
tersebut. Mengenai baik dan tidaknya metode pengomposan lain yang digunakan
selama ini dibandingkan dengan metode Takakura dan keefektifannya dalam
menanggulangi penumpukan sampah di Indonesia. Sehingga diharapkan dengan
ini masyarakat bersedia turut serta memanfaatkan sampah di sekitarnya dengan
baik melalui metode yang baik dan praktis.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut.
1. Bagaimana sistem kerja keranjang Takakura?
2. Apa sajakah keuntungan menggunakan metode Takakura
dalam
pembuatan kompos jika dibandingkan dengan metode pengomposan
sampah pada umunya?
3. Bagaimanakah keefektifan kompos Takakura dalam menanggulangi
permasalahan sampah di lingkungan sekitar?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ditetapkan dapat diketahui tujuan
penulisan makalah sebagai berikut.
1. Memahami sistem kerja Takakura.
2. Memaparkan keuntungan menggunakan
metode
takakura
dalam
pembuatan kompos dibandingkan dengan metode pengomposan sampah
pada umumnya.
3. Memeparkan keefektifan
kompos
takakura
dalam
permasalahan penumpukan sampah di lingkungan sekitar.
menanggulangi
BAB II
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai sistem dan cara kerja
kompos Takakura, keunggulan kompos Takakura dibandingkan pembuatan
kompos pada umumnya, dan efektifitas penggunaan kompos takakura dalam
mengurangi penumpukan sampah di Indonesia.
2.1 Sistem Kerja Takakura
Hal-hal yang menjadi pembahasan dalam sistem kerja takaura meliputi
segala hal yang berhubungan dengan metode pembuatan, fungsi alat dan bahan
serta prinsip kerjanya. Metode pengomposan Takakura atau dalam mesyarakat
sering disebut sebagai keranjang ajaib Takakura merupakan buah karya dari
sebuah penelitian mendalam seorang ilmuwan asal Jepang bersama dengan
pemerintah kota Surabaya dalam menanggulangi penumpukan sampah yang
terjadi di kota-kota besar di Indonesia terutama Surabaya. Hal ini berdasarkan
fakta bahwa Surabaya selain dikenal sebagai Kota Pahlawan juga semakin marak
dengan sebutan Kota Sampah. Sebutan tersebut disematkan seiring dengan
semakin menumpuknya sampah-sampah masyarakat yang tidak termanfaatkan di
Surabaya. Sebuah lokasi di Surabaya yaitu TPA Benowo disebut sebagai gunung
sampah karena ketinggian penumpukan sampah pada gunung tersebut mencapai
32 m.
2.1.1 Metode Pembuatan Takakura
Sebelum mempraktikkan metode pengomposan sampah Takura,
terdapat hal-hal dasar yang harus disiapkan terlebih dahulu. Terdapat
beberapa alat dan bahan yang harus disiapkan secara matang sebelum
memulai proses pembuatan kompos. Hal tersebut diantaranya adalah alat,
bahan, dan pemahaman mengenai langkah kerja yang akan diuraikan
dalam sub bab-sub bab berikut
2.1.1.1 Alat
Alat-alat yang diperlukan dalam pembuatan keranjang
Takakura antara lain.
1. Keranjang sampah dengan lubang-lubang kecil pada
2.
3.
4.
5.
dinding.
Kardus bekas.
Kain hitam.
Benang dan jarum jahit.
Sekop kecil.
2.1.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan kompos
Takakura diantaranya.
1. Sekam padi atau serbuk gergaji.
2. Sampah rumah tangga.
3. Kompos jadi
2.1.1.3 Cara Kerja
Sebelum memulai proses pengomposan dalam keranjang
Takakura, terlebih dahulu harus dilakukan proses pembuatan bantal
sekam. Cara kerja pembuatan bantal sekam dan pengomposan
dalam keranjang dapat diuraikan sebagai berikut.
(1) Pembuatan Bantal sekam
1. Disiapkan dua potong kain seukuran hitam panjang
dengan satu sisi lebih besar dari sisi lainnya.
2. Dilipat menjadi 2 seukuran keranjang sampah.
Salah satu kain dilipat sedikit lebih kecil.
3. Dijahit sisi kanan dan kiri menggunakan jarum dan
benang jahit.
4. Dimasukkan sekam padi atau serbuk gergaji
kedalam kantong.
5. Dijahit mulut kedua kantong hingga membentuk
bantal.
(2) Pembuatan Kompos Takakura
1. Disiapkan keranjang dengan
lubang-lubang
pada
dindingnya.
2. Dilapisi dinding bagian dalam keranjang dengan
3.
4.
5.
6.
7.
kardus.
Dimasukkan bantal sekam besar ke dalam keranjang.
Dimasukkan bibit kompos takakura ¼ dari keranjang.
Dimasukkan sampah organik kedalam keranjang.
Diaduk sampah organik dengan bibit kompos.
Dimasukkan kembali bantal sekam dengan ukuran yang
lebih kecil.
8. Dilapisi bagian atas dengan kain hitam.
9. Ditutup keranjang takakura menggunakan penutup
keranjang dengan rapat.
10. Disimpan dalam tempat yang sejuk.
11. Diisi sampah organik setiap hari dasusul dengan
pengadukan.
12. Diambil kompos dalam kurun waktu 1 minggu dan
disisakan kurang lebih ¼ keranjang untuk bibit kompos
selanjutnya.
13. Dipanaskan kompos yang telah diambil dengan paparan
sinar matahari selama 1 hari.
14. Disimpan kompos dalam karung di tempat yang sejuk
dan kering, kompos siap digunakan.
2.1.2 Prinsip Kerja Takakura
Prinsip Takakura Home Method menggunakan sistem atau aliran
udara. Pengomposan ala keranjang Takakura merupakan pengomposan
aerob dimana aliran udara sangat dibutuhkan sebagai asupan penting
dalam proses pertumbuhan mikroorganisme yang akan menguraikan
sampah menjadi kompos. Menurut Ardhini (2009), metode Takakura juga
menerapkan prinsip 3R dalam menglolah sampah, yaitu reduce, reuse, dan
recycle. Reduce berarti mengurangi segala hal yang dapat menimbulkan
sampah. Dengan memanfaatkan metode Takakura dalam pengolahan
sampah,
berarti
sedikit-demi
sdikit
terdapat
upayah
mengurangi
keberadaan sampah yang merugikan di lingkunagn sekitar. Pembuatan
kompos Takakura yang praktis menjadikan upaya reduce dapat berjalan
dengan baik dan mudah. R kedua yaitu reuse merupakan kegiatan
penggunaan kembali bahan yang awalnya berupa sampah yang dilakukan
secara langsung. Penggunaan sampah secara langsung disini dapat
diartikan sampah yang akan dimasukkan kedalam keranjang takakura tidak
perlu melalui pemilihan intensif terlebih dahulu. Sampah dapat langsung
digunakan hanya setelah dicacah menjadi ukuran yang lebih kecil.
Sedangkan recycle yaitu sebuah kegiatan penggunaan atau pemanfatan
kembali bahan-bahan sampah yang melalui proses pengolahan terlebih
dahulu. Sampah yang dimasukkan kedalam keranjang Takakura sebelum
digunakan sebagai kompos harus melalui sebuah proses kurang lebih
selama 1 bulan di dalam keranjang terlebih dahulu. Proses ini bertujuan
untuk memaksimalkan pertumbuhan bakteri pada sampah serta mengolah
sampah menjadi kompos dengan kondisi terbaik.
Widyawati (2006:tanpa halaman) menjelaskan bahwa Penggunaan
keranjang Takakura dengan lubang-lubang pada dinding berfungsi untuk
memudahkan sirkulasi udara mengngat metode Takakura menggunakan
prinsip aerob dalam pembuatannya. Kardus yang digunakan sebagai
pelapis bagian dalam keranjang berfungsi sebagai pelindung kompos dari
gangguan serangga-serangga pengganggu seperti lalat dan belalang.
Susunan kardus yang berpori-pori juga memudahkan dalam penyerapan air
dan udara, selain itu kardus juga berperan penting dalam menjaga
kelembaban media. Peletakan bantal sekam dalam keranjang berfungsi
sebagai
tempat
mikroorganisme
yang
akan
mempercepat
proses
pembusukan sampah. Bantal sekam yang mempunyai rongga besar juga
berperan dalam penyerapan air dan bau sampah. Sifat sekam yang kering
juga memudahkan dalam pengaturan kelembaban kompos dalam
keranjang.
Pemilihan sampah untuk diproses dalam keranjang Takakura harus
dipilih secara hati-hati. Keranjang takakura hanya dapat digunakan untuk
sampah organik. Selain itu, untuk mempermudah proses pengomposan,
sampah sebaiknya dipotong atau dicacah menjadi ukuran yang lebih kecil
terlebih dahulu sebelum dimasukkan. Ada baiknya sampah yang
dimasukkan bukan sampah bekas larutan santan(Iroh, 2011: tanpa
halaman).
2.2 Keunggulan Metode Pengomposan Takakura dibandingkan dengan
Pembuatan Kompos pada Umumnya
Menurut Bapelkes (tanpa tahun: 1-2), Kompos takakura cocok untuk
sampah rumah tangga dengan anggota 4-7 orang, karena bentuk keranjang
kompos yang relatif besar yaitu 40 cm x 25 cm x 70 cm. Sampah yang dapat
ditampung pun dapat meencapai maksimal 1,5 kg per hari. Keranjang takakura
mempunyai bentuk praktis, bersih, dan tidak berbau sehingga sangat aman
digunakan di rumah. Selain itu kompos hasil dari metode takakura juga dapat
disetting aromanya sesuai dengan bau yang dinginkan, misalkan ingin membuat
kompos dengan aroma jeruk, maka cukup dengan menambahkan kulit jeruk
dengan konsentrasi lebih banyak kedalam kompos.
Metode pengomposan lain membutuhkan ruang yang luas dalam proses
pembuatannya. Waktu yang dibutuhkan juga relatif lama. Jika dibandingkan
dengan metode lain, metode takakura jelas lebih menguntungkan, karena selain
mudah dipraktikkan kompos dapat langsung digunakan hanya setelah 1 bulan
proses pengomposan.
2.3 Efektifitas Penggunaan Kompos Takakura dalam Menanggulangi
Penumpukan Sampah di Lingkungan Sekitar
Metode Takakura dapat dikatakan cukup efektif dalam menanggulangi
permasalahan penumpukan sampah di lingkungan sekitar. Berdasarkan penjelasan
dalam Dewi (2009 : tanpa halaman) disebutkan bahwa rasio kompos melalui
proses pengomposan selam 36 hari, didapatkan CN rastio kompos 15,09, kadar air
sebesar 39,40 %, suhu akhir 25AoC dengan suhu tertinggi selama pengomposan
sebesar 49AoC. Sedangkan untuk reduksi volume sampah karena pengomposan
didapatkan hasil sebesar 69,8%. Dewi juga menyebutkan bahwa, dari penjelasan
tersebut reduksi volume sampah yang dihasilkan dapat dinyatakan baik,
begitujuga dengan CN ratio, suhu, dan kadar air.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian diatas dipaparkan sebagai
berikut.
1. sistem kerja takakura menggunakan prinsip pengomposan aerob dimana
udara sangat dibutuhkan dalam proses pengomposan. Sebelum memulai
proses pembuatan kompos harus benar-benar diperhatikan kelengkapan
alat, bahan, cara kerja, serta cara memilih sampah yang baik untuk
pengomposan.
2. Takakura dapat dikatakan lebih unggul daripada metode pengomposan lain
karen praktis, hemat temapat, dan mudah dipraktikkan oleh siapa saja.
3. Hasil penelitian menegnai CN ratio, suhu, kadar air dan kemampuan
reduksi volume sampah, metode Takakura mendapat predikat baik.
3.2 Saran
Tersusunnya makalah mengenai pemanfaatan sampah rumah tangga
melalui metode Takakura ini tidak akan dapat direalisasikan dengan baik tanpa
adanya dukungan dan partisipasi dari pembaca. Maka dari itu disarankan
kepada para pembaca untuk turut serta mempraktikkan metode Takakura dalam
kehidupan sehari-hari dalam rangka pemeliharaan lingkungan menjadi lebih
baik.
DAFTAR RUJUKAN
Ardhini, Dyndyn. 2009. Keranjang Takakura. (online),
(http://blog.greeneration.id/post/1699134956/tqkqkurq-hmmm)
Dewi, Nurdiani Risma. 2009. Kemampuan Takakura Home Method dalam
Mereduksi Volume Sampah Organik dan Kualitas Kompos yang
Dihasilkan. Skripsi tidak Diterbitkan. Makassar. Universitas Hasanuddin.
Iroh, dika. 2011. Metode Kompos Takakura. (online), (http://irohlovedhika.
Blogspot.com)
Widyawati. Takakura Home Method. (online),
(http://www.surabaya.go.id/pdf/pkk/Metode%2520Pembuatan%2520Kompos
%2520Rumah
%2520Tangga.pdf&sa=U&ei=dYAhVeu_Jc2UuASVzoAI&ved=0CBEQFjAA&usg=AFQjCNEcJ
F6ArdZIMCHM9WQJkJUre9pr7w)
METODE PENGOMPOSAN TAKAKURA
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas tengah semester matakuliah
Bahasa Indonesia
Yang dibina oleh Ibu Ariva Luciandika, M. Pd.
Oleh :
Ayu Rifqi Ellyza
NIM (14620073)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM (UIN MALIKI) MALANG
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
April 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampah dan pengelolannya kini menjadi suatu yang mendesak di Indonesia,
khususnya di kota-kota besar. Hampir seluruh TPA (Tempat Pembuangan Akhir)
di kota-kota besar di Indonesia sudah tidak mampu lagi menmpung jumlah
sampah yang tiap hari kian bertambah. Minimnya kesadaran masyarakat dan
pemerintah dalam pengelolaan sampah di lingkungan benar-benar sangat
disayangkan. Masyarakat sekitar tampaknya belum dapat meninggalkan kebiasaan
lama yaitu membuang sampah langsung di TPA tanpa upayah pengelolaan atau
recycle terlebih dahulu.
Kegiatan pemanfaatan sampah kembali tidak hanya dapat dilakukan dengan
pemanfaatan
sampah
anorganik.
Selama
ini
seminar-seminar
mengenai
pengelolaan sampah lebih banyak mengacu pada pengelolaan sampah anorganik
sebagai ladang bisnis dengan alasan sampah anorganik sangat sulit terurai.
Masyarakat hampir melupakan keberadaan sampah organik dyang pada dasarnya
sama-sama membawa dampak buruk bagi lingkungan. Keberadaan sampahsampah organik yang menumpuk dapat menyababkan pencemaran tanah, air dan
udara. Bau tak sedap yang sering tercium dari tumpukan sampah juga merupakan
dampak daripembusukan sampah organik. Sampah organik yang dibuang
langsung ke TPA bahkan dibiarkan sampai menumpuk tentu saja dapat
mengganggu aktifitas di lingkungan sekitar. Sampah organik yang membusuk
dapat mempengaruhi sampah-sampah anorganik disekitarnya sehingga turut
berbau busuk. Akibat dari pembuangan sampah secara langsunng dan terus
menerus juga dapat dilihat dari tumpukan bukit sampah di kota-kota besar yang
sepertinya tidak berkurang sedikitpun meskipun telah dikurangi setiap harinya.
Pemerintah-pemerintah kota pada dasarnya memiliki program besar dalam
upaya penanggulangan sampah di Indonesia. Namun, karena belum ditemukan
metode yang tepat guna program pemerintah tidak dapat terealisasikan dengan
maksimal. Salah satu terobosan baru dalam bidang pengolahan sampah datang
dari
kota Surabaya. Sebagai kota terbesar ke-2 di Indonesia setelah Jakarta dengan
tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, tidak heran jika Surabaya termasuk salah
satu kota besar dengan permasalahan sampah yang serius. Surabaya dikatakan
sebagai kota sampah nomor satu di Indonesia disamping julukannya sebagai
“Kota Pahlawan”. Bukti dari pernyataan ini adalah, adanya bukit-bukit sampah
yang menjulang di beberapa TPA di kota Surabaya. salah satu contoh TPA dengan
bukit sampah tertinggi adalah TPA Benowo yang kerap kali terbakar akibat dari
pembakaran bukit sampah tersebut. Kota pahlawan Surabaya setiap harinya dapat
menghasilkan 2.000 ton sampah yang hampir 75% atau 1500 ton dari sampah
tersebut masuk ke TPA Benowo dan selebihnya dibakar di unit-unit insinerator
yang tersebar di seluruh wilayan kota. Mengetahui permasalan sampah yang
serius
di kotanya, pemerintah kota Surabaya akhirnya mengadakan suatu
kerjasama dengan salah satu ahli kompos dari Jepang untuk bersama-sama
melakukan penelitian dalam menanggulangi permasalahan sampah di Surabaya.
Setelah melakukan survey dan penelitian selam kurang lebih 1 tahun, Mr. Koji
Takakura (ilmuwan Jepang) akhirnya mengumumkan hasil penelitiannya berupa
metode pengomposan sampah praktis skala ruamh tangga. Mr. Koji Takakura
beranggapan bahwa penanggulangan sampah yang besar harus dimulai dari skala
terkecil tempat terdapatnya sumber yaitu skala rumah tangga. Metode praktis
skala rumah tangga ini pada akhirnya disebut sebagai metode pengomposan
Takakura yang diambil dari nama belakang Mr. Koji Takakura sebagai
penghormatan atas penemuan besarnya.
Pemanfaatan sampah dengan menggunakan metode Takakura dapat
dilakukan oleh siapa saja tanpa melalui syarat-syarat yang rumit. Karena
pembuatan kompos dengan metode Takakura ini sangat praktis dan hemat tempat,
metode ini tentunya sangat cocok dikembangkan oleh seluruh masyarakat
Indonesia sebagi bentuk partisipasi aktiv dalam membangun Indonesia bersih dan
indah. Sayangnya, tidak semua masyarakat Indonesia mengetahui dengan rinci
mengenai metode Takakura. Disusunnya makalah mengenai pemanfaatan sampah
melalui metode Takakura pada dasarnya adalah untuk menjawab pertanyaan
tersebut. Mengenai baik dan tidaknya metode pengomposan lain yang digunakan
selama ini dibandingkan dengan metode Takakura dan keefektifannya dalam
menanggulangi penumpukan sampah di Indonesia. Sehingga diharapkan dengan
ini masyarakat bersedia turut serta memanfaatkan sampah di sekitarnya dengan
baik melalui metode yang baik dan praktis.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut.
1. Bagaimana sistem kerja keranjang Takakura?
2. Apa sajakah keuntungan menggunakan metode Takakura
dalam
pembuatan kompos jika dibandingkan dengan metode pengomposan
sampah pada umunya?
3. Bagaimanakah keefektifan kompos Takakura dalam menanggulangi
permasalahan sampah di lingkungan sekitar?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ditetapkan dapat diketahui tujuan
penulisan makalah sebagai berikut.
1. Memahami sistem kerja Takakura.
2. Memaparkan keuntungan menggunakan
metode
takakura
dalam
pembuatan kompos dibandingkan dengan metode pengomposan sampah
pada umumnya.
3. Memeparkan keefektifan
kompos
takakura
dalam
permasalahan penumpukan sampah di lingkungan sekitar.
menanggulangi
BAB II
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai sistem dan cara kerja
kompos Takakura, keunggulan kompos Takakura dibandingkan pembuatan
kompos pada umumnya, dan efektifitas penggunaan kompos takakura dalam
mengurangi penumpukan sampah di Indonesia.
2.1 Sistem Kerja Takakura
Hal-hal yang menjadi pembahasan dalam sistem kerja takaura meliputi
segala hal yang berhubungan dengan metode pembuatan, fungsi alat dan bahan
serta prinsip kerjanya. Metode pengomposan Takakura atau dalam mesyarakat
sering disebut sebagai keranjang ajaib Takakura merupakan buah karya dari
sebuah penelitian mendalam seorang ilmuwan asal Jepang bersama dengan
pemerintah kota Surabaya dalam menanggulangi penumpukan sampah yang
terjadi di kota-kota besar di Indonesia terutama Surabaya. Hal ini berdasarkan
fakta bahwa Surabaya selain dikenal sebagai Kota Pahlawan juga semakin marak
dengan sebutan Kota Sampah. Sebutan tersebut disematkan seiring dengan
semakin menumpuknya sampah-sampah masyarakat yang tidak termanfaatkan di
Surabaya. Sebuah lokasi di Surabaya yaitu TPA Benowo disebut sebagai gunung
sampah karena ketinggian penumpukan sampah pada gunung tersebut mencapai
32 m.
2.1.1 Metode Pembuatan Takakura
Sebelum mempraktikkan metode pengomposan sampah Takura,
terdapat hal-hal dasar yang harus disiapkan terlebih dahulu. Terdapat
beberapa alat dan bahan yang harus disiapkan secara matang sebelum
memulai proses pembuatan kompos. Hal tersebut diantaranya adalah alat,
bahan, dan pemahaman mengenai langkah kerja yang akan diuraikan
dalam sub bab-sub bab berikut
2.1.1.1 Alat
Alat-alat yang diperlukan dalam pembuatan keranjang
Takakura antara lain.
1. Keranjang sampah dengan lubang-lubang kecil pada
2.
3.
4.
5.
dinding.
Kardus bekas.
Kain hitam.
Benang dan jarum jahit.
Sekop kecil.
2.1.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan kompos
Takakura diantaranya.
1. Sekam padi atau serbuk gergaji.
2. Sampah rumah tangga.
3. Kompos jadi
2.1.1.3 Cara Kerja
Sebelum memulai proses pengomposan dalam keranjang
Takakura, terlebih dahulu harus dilakukan proses pembuatan bantal
sekam. Cara kerja pembuatan bantal sekam dan pengomposan
dalam keranjang dapat diuraikan sebagai berikut.
(1) Pembuatan Bantal sekam
1. Disiapkan dua potong kain seukuran hitam panjang
dengan satu sisi lebih besar dari sisi lainnya.
2. Dilipat menjadi 2 seukuran keranjang sampah.
Salah satu kain dilipat sedikit lebih kecil.
3. Dijahit sisi kanan dan kiri menggunakan jarum dan
benang jahit.
4. Dimasukkan sekam padi atau serbuk gergaji
kedalam kantong.
5. Dijahit mulut kedua kantong hingga membentuk
bantal.
(2) Pembuatan Kompos Takakura
1. Disiapkan keranjang dengan
lubang-lubang
pada
dindingnya.
2. Dilapisi dinding bagian dalam keranjang dengan
3.
4.
5.
6.
7.
kardus.
Dimasukkan bantal sekam besar ke dalam keranjang.
Dimasukkan bibit kompos takakura ¼ dari keranjang.
Dimasukkan sampah organik kedalam keranjang.
Diaduk sampah organik dengan bibit kompos.
Dimasukkan kembali bantal sekam dengan ukuran yang
lebih kecil.
8. Dilapisi bagian atas dengan kain hitam.
9. Ditutup keranjang takakura menggunakan penutup
keranjang dengan rapat.
10. Disimpan dalam tempat yang sejuk.
11. Diisi sampah organik setiap hari dasusul dengan
pengadukan.
12. Diambil kompos dalam kurun waktu 1 minggu dan
disisakan kurang lebih ¼ keranjang untuk bibit kompos
selanjutnya.
13. Dipanaskan kompos yang telah diambil dengan paparan
sinar matahari selama 1 hari.
14. Disimpan kompos dalam karung di tempat yang sejuk
dan kering, kompos siap digunakan.
2.1.2 Prinsip Kerja Takakura
Prinsip Takakura Home Method menggunakan sistem atau aliran
udara. Pengomposan ala keranjang Takakura merupakan pengomposan
aerob dimana aliran udara sangat dibutuhkan sebagai asupan penting
dalam proses pertumbuhan mikroorganisme yang akan menguraikan
sampah menjadi kompos. Menurut Ardhini (2009), metode Takakura juga
menerapkan prinsip 3R dalam menglolah sampah, yaitu reduce, reuse, dan
recycle. Reduce berarti mengurangi segala hal yang dapat menimbulkan
sampah. Dengan memanfaatkan metode Takakura dalam pengolahan
sampah,
berarti
sedikit-demi
sdikit
terdapat
upayah
mengurangi
keberadaan sampah yang merugikan di lingkunagn sekitar. Pembuatan
kompos Takakura yang praktis menjadikan upaya reduce dapat berjalan
dengan baik dan mudah. R kedua yaitu reuse merupakan kegiatan
penggunaan kembali bahan yang awalnya berupa sampah yang dilakukan
secara langsung. Penggunaan sampah secara langsung disini dapat
diartikan sampah yang akan dimasukkan kedalam keranjang takakura tidak
perlu melalui pemilihan intensif terlebih dahulu. Sampah dapat langsung
digunakan hanya setelah dicacah menjadi ukuran yang lebih kecil.
Sedangkan recycle yaitu sebuah kegiatan penggunaan atau pemanfatan
kembali bahan-bahan sampah yang melalui proses pengolahan terlebih
dahulu. Sampah yang dimasukkan kedalam keranjang Takakura sebelum
digunakan sebagai kompos harus melalui sebuah proses kurang lebih
selama 1 bulan di dalam keranjang terlebih dahulu. Proses ini bertujuan
untuk memaksimalkan pertumbuhan bakteri pada sampah serta mengolah
sampah menjadi kompos dengan kondisi terbaik.
Widyawati (2006:tanpa halaman) menjelaskan bahwa Penggunaan
keranjang Takakura dengan lubang-lubang pada dinding berfungsi untuk
memudahkan sirkulasi udara mengngat metode Takakura menggunakan
prinsip aerob dalam pembuatannya. Kardus yang digunakan sebagai
pelapis bagian dalam keranjang berfungsi sebagai pelindung kompos dari
gangguan serangga-serangga pengganggu seperti lalat dan belalang.
Susunan kardus yang berpori-pori juga memudahkan dalam penyerapan air
dan udara, selain itu kardus juga berperan penting dalam menjaga
kelembaban media. Peletakan bantal sekam dalam keranjang berfungsi
sebagai
tempat
mikroorganisme
yang
akan
mempercepat
proses
pembusukan sampah. Bantal sekam yang mempunyai rongga besar juga
berperan dalam penyerapan air dan bau sampah. Sifat sekam yang kering
juga memudahkan dalam pengaturan kelembaban kompos dalam
keranjang.
Pemilihan sampah untuk diproses dalam keranjang Takakura harus
dipilih secara hati-hati. Keranjang takakura hanya dapat digunakan untuk
sampah organik. Selain itu, untuk mempermudah proses pengomposan,
sampah sebaiknya dipotong atau dicacah menjadi ukuran yang lebih kecil
terlebih dahulu sebelum dimasukkan. Ada baiknya sampah yang
dimasukkan bukan sampah bekas larutan santan(Iroh, 2011: tanpa
halaman).
2.2 Keunggulan Metode Pengomposan Takakura dibandingkan dengan
Pembuatan Kompos pada Umumnya
Menurut Bapelkes (tanpa tahun: 1-2), Kompos takakura cocok untuk
sampah rumah tangga dengan anggota 4-7 orang, karena bentuk keranjang
kompos yang relatif besar yaitu 40 cm x 25 cm x 70 cm. Sampah yang dapat
ditampung pun dapat meencapai maksimal 1,5 kg per hari. Keranjang takakura
mempunyai bentuk praktis, bersih, dan tidak berbau sehingga sangat aman
digunakan di rumah. Selain itu kompos hasil dari metode takakura juga dapat
disetting aromanya sesuai dengan bau yang dinginkan, misalkan ingin membuat
kompos dengan aroma jeruk, maka cukup dengan menambahkan kulit jeruk
dengan konsentrasi lebih banyak kedalam kompos.
Metode pengomposan lain membutuhkan ruang yang luas dalam proses
pembuatannya. Waktu yang dibutuhkan juga relatif lama. Jika dibandingkan
dengan metode lain, metode takakura jelas lebih menguntungkan, karena selain
mudah dipraktikkan kompos dapat langsung digunakan hanya setelah 1 bulan
proses pengomposan.
2.3 Efektifitas Penggunaan Kompos Takakura dalam Menanggulangi
Penumpukan Sampah di Lingkungan Sekitar
Metode Takakura dapat dikatakan cukup efektif dalam menanggulangi
permasalahan penumpukan sampah di lingkungan sekitar. Berdasarkan penjelasan
dalam Dewi (2009 : tanpa halaman) disebutkan bahwa rasio kompos melalui
proses pengomposan selam 36 hari, didapatkan CN rastio kompos 15,09, kadar air
sebesar 39,40 %, suhu akhir 25AoC dengan suhu tertinggi selama pengomposan
sebesar 49AoC. Sedangkan untuk reduksi volume sampah karena pengomposan
didapatkan hasil sebesar 69,8%. Dewi juga menyebutkan bahwa, dari penjelasan
tersebut reduksi volume sampah yang dihasilkan dapat dinyatakan baik,
begitujuga dengan CN ratio, suhu, dan kadar air.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian diatas dipaparkan sebagai
berikut.
1. sistem kerja takakura menggunakan prinsip pengomposan aerob dimana
udara sangat dibutuhkan dalam proses pengomposan. Sebelum memulai
proses pembuatan kompos harus benar-benar diperhatikan kelengkapan
alat, bahan, cara kerja, serta cara memilih sampah yang baik untuk
pengomposan.
2. Takakura dapat dikatakan lebih unggul daripada metode pengomposan lain
karen praktis, hemat temapat, dan mudah dipraktikkan oleh siapa saja.
3. Hasil penelitian menegnai CN ratio, suhu, kadar air dan kemampuan
reduksi volume sampah, metode Takakura mendapat predikat baik.
3.2 Saran
Tersusunnya makalah mengenai pemanfaatan sampah rumah tangga
melalui metode Takakura ini tidak akan dapat direalisasikan dengan baik tanpa
adanya dukungan dan partisipasi dari pembaca. Maka dari itu disarankan
kepada para pembaca untuk turut serta mempraktikkan metode Takakura dalam
kehidupan sehari-hari dalam rangka pemeliharaan lingkungan menjadi lebih
baik.
DAFTAR RUJUKAN
Ardhini, Dyndyn. 2009. Keranjang Takakura. (online),
(http://blog.greeneration.id/post/1699134956/tqkqkurq-hmmm)
Dewi, Nurdiani Risma. 2009. Kemampuan Takakura Home Method dalam
Mereduksi Volume Sampah Organik dan Kualitas Kompos yang
Dihasilkan. Skripsi tidak Diterbitkan. Makassar. Universitas Hasanuddin.
Iroh, dika. 2011. Metode Kompos Takakura. (online), (http://irohlovedhika.
Blogspot.com)
Widyawati. Takakura Home Method. (online),
(http://www.surabaya.go.id/pdf/pkk/Metode%2520Pembuatan%2520Kompos
%2520Rumah
%2520Tangga.pdf&sa=U&ei=dYAhVeu_Jc2UuASVzoAI&ved=0CBEQFjAA&usg=AFQjCNEcJ
F6ArdZIMCHM9WQJkJUre9pr7w)