MANUSKRIP ANALISIS PROGRAM PEMELIHARAAN docx

MANUSKRIP
ANALISIS PROGRAM PEMELIHARAAN SECARA PREVENTIVE ALAT MEDIS
SEBAGAI UPAYA EFISIENSI DI RUMAH SAKIT WAVA HUSADA
Diajukan Sebagai Laporan Tugas Magang
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT
Tahun ajaran 2014/2015

Disusun oleh :
Ekowati Supartinah Kamandaka Putri
NIM 146070200111017

Pembimbing :
dr Siti Juhariah MMRS
dr Arif Surjadi MMRS

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015


1

LEMBAR PENGESAHAN

MANUSKRIP

ANALISIS PROGRAM PEMELIHARAAN SECARA PREVENTIVE ALAT
MEDIS SEBAGAI UPAYA EFISIENSI DI RUMAH SAKIT WAVA HUSADA
PERIODE 2014 / 2015

Disusun oleh :

Ekowati Supartinah Kamandaka Putri
NIM. 146070200111017

Disetujui :
Pembimbing Lapangan
Malang, Desember 2015

Supervisor

Malang, Desember 2015

dr Arif Surjadi MMRS

dr Siti Juhariah MMRS

Malang,

Direktur
Desember 2015

dr Hendri Tuhu Prasetyo

2

Analisis Program Pemeliharaan Secara Preventif Alat Medis Sebagai Upaya
Efisiensi di Rumah Sakit Wava Husada
Analysis of A Preventive Maintenance as the efficiency of medical Devices in
Wava Husada’s Hospital
Ekowati Supartinah Kamandaka Putri 1, Siti Juhariah 1, Arif Surjadi 2

1. Magister Manajemen Rumaha Sakit
1. Magister Manajemen Rumah Sakit
2. Rumah Sakit Wava Husada Kepanjen

ABSTRAK
Latar Belakang : Manajemen pemeliharaan alat medis akan mempengaruhi kualitas pelayanan
kesehatan dan juga akan mempengaruhi keuntungan dari rumah sakit. Pelaksanaan kegiatan di
Unit Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit bersifat teknis dan koordinatif yang
meliputi perbaikan dan pemeliharaan alat medis. Semua kegiatan pemeliharaan alat medis harus
tercantum dalam dokumen pemeliharaan alat medis. Pemeliharaan pervetif merupakan suatu
program yang harus terdapat di rumah sakit. Program pemeliharaan preventif menjamin alat
medis tersedia dengan baik dan laik pakai.

Tujuan : Untuk mendapatkan alternatif solusi yang dapat diaplikasikan di Unit Pemeliharaan
Sarana dan Prasarana Rumah sakit sehingga penggunaan alat medis lebih efisien.

Metode : Analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif. Teknik pengumpulan data
dengan cara studi dokumen, wawancara dan observasi. Studi dokumen dilakukan pada laporan
secara administrasi tentang penggunaan alat medis dan laporan kerusakan alat di UPI.
Wawancara dilakukan kepada petugas terkait untuk mengetahui faktor-faktor yang terkait dalam

system pemeliharaan alat medis di rumah sakit. Sedangkan observasi dilakukan untuk melengkapi
data hasil wawancara.

Hasil : Dari studi dokumen alat medis yang berada di Unit Perawatan Intensif sebagian besar
adalah alat yang mempunyai kebutuhan pemeliharaan intensif. Dari hasil wawancara dan

3

observasi penggunaan alat medis di UPI belum bisa dihitung tingkat efisiensinya secara pasti. Hal
ini kerena tidak ada data pencatatan alat dan uji fungsi alat saat masih baru. Masalah lain adalah
belum adanya program pemeliharaan preventif di rumah saakit.

Kesimpulan : Perlu dilakukan penghitungan efisiensi penggunaan alat di UPI dan dibuat program
pemeliharaan preventif alat medis.

Kata Kunci : Preventive Maintenance, Alat Medis, Efisiensi

ABSTRAC
Background : Medical equipment maintenance management will affect the quality of health
services and also will affect profit hospitals. Implementation of activities in the maintenance unit

of the hospital fascilities and infrastructure are technical and coordinative wich includes repair
and maintenance of medical devices. All the medical equipment maintenance activities should be
listed in the document maintenance tools medical devices. Preventive maintenance is a program
that must be contained in the hospital. Preventive maintenance programs ensure medical devices
are available with a good and worthy life.

Objectives : Toget an alternative solution that can be applied in maintenance of fascilities and
infrastucture unit of the hospital so that use of medical devices more effectively and efficiently.

Methods : Data analisis used is quantitative analysis. Techniques of data collection by the study
of documents, interviews and observation. The ststudy document the administration is done on
the report on the use of medical devices and equipment damadge in Intensive Care Unit.
Interviews were conducted related to the officer to determine the factors involved in the system of
medical equipment maintenance at the hospital. While the observation is made to complement
the data from interviews.

Results : From studies document of medical devices that are in most of the Intensive Care Unit’s
tools that has need intensive maintenance. From interviews and observation at Intensive Care
Unit use of medical devicer can not be calculated with certainty the level of efficiency. This is
because there is no recording of data and function test of the device when it was new. Another

problem is the absence of preventive maintenance program in hospital.

4

Conclusions : Needs to be done counting efficiency in the use of tools at Intensive Care Unit and
made a preentive maintenance program medical devices.

Keywords : Preventive Maintenance, Medical devices, efficiency
PENDAHULUAN
Rumah sakit Wava Husada Kepanjen memiliki 154 tempat tidur untuk rawat inap, rawat jalan
yang memberi layanan spesialistik maupun sub-spesialistik serta sarana penunjang klinis canggih
seperti CT-Scan dan haemodialisa secara paripurna. Layanan ini didukung sumber daya manusia
sejumlah 484 orang dimana 34 orang diantaranya adalah dokter spesialis dan subspesialis yang
bekerja paruh waktu, 258 orang tenaga peramedis dan kesehatan serta 200 orang tenaga non
kesehatan. Tingkat efisiensi dan mutu pengelolaan rumah sakit tahun 2012-2014 dapat dilihat
pada Tabel 1

Tabel 1. Tingkat Kinerja RS Wava Husada Tahun 2012,2013 dan 2014

Uraian

BOR (%)
TOI (hari)
BTO (kali)
ALOS (hari)
GDR (permil)
a.
Laki-laki (permil)
b.
Perempuan (permil)
NDR (permil)
a.
Laki-laki (permil)
b.
Perempuan (permil)

2012
70%
1,5
73
3

24
12
12
9
5
4

Tahun
2013
73%
1
78
3
30
17
13
10
8
2


2014
74%
1,1
88
3
25
12
13
8
4
4

Rerata

Standar

72 %
1,2
79,7
3,0

26,3
13,7
12,7
9,0
5,7
3,3

60 – 85
1-3
40 – 50
6-9
< 45
< 25

Tabel di atas menunjukkan adanya peningkatan kunjungan rawat inap di RS Wava Husada. Dengan
meningkatnya jumlah kunjungan tersebut berpengaruh pada angka BOR di RS Wava Husada. Pada
tahun 2014 angka BOR meningkat sebesar 4% dari tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan pada
tahun 2014 juga nilai GDR dan NDR mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2013.
Penurunan GDR dan NDR ini menandakan bahwa telah ada perbaikan mutu pelayanan dari tahun
2012 sampai dengan tahun 2014 yang ditandai dengan menurunnya angka kematian di rumah

sakit.
Kegiatan layanan kesehatan rumah sakit selama tahun 2012 – 2014 disajikan pada tabel 2. berikut
:

Tabel 1.2. Kegiatan Layanan Kesehatan tahun 2012 – 2014.

5

NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

PARAMETER
Jumlah kunjungan rawat jalan
Jumlah pasien MRS
Hari perawatan
Rata-rata pasien rawat inap per hari
Jumlah kunjungan UGD
Jumlah operasi/pembedahan
Jumlah tindakan hemodialisis
Jumlah kelahiran
Medical check up
Jumlah kematian ≥ 48 jam MRS
Jumlah kematian < 48 jam MRS

Th.2012
51.810
10.305
38.310
115
11.833
1.762
2.146
483
710
99
158

Th.2013
63.164
11.877
41.196
102
13.323
1.551
2.061
346
1.421
120
242

Th.2014
64.123
12.196
41.317
104
14.065
1.734
2.319
334
1.826
136
235

Sarana dan prasarana serta peralatan rumah sakit diperlukan sebagai salah satu syarat bagi rumah
sakit untuk mendapatkan ijin operasional. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56
tahun 2014 dalam pasal 13 ayat (1) bahwa Penetapan klasifikasi Rumah Sakit sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) didasarkan pada:
a. Pelayanan;
b. Sumber daya manusia;
c. Peralatan; dan
d. Bangunan dan prasarana.
Manajemen pemeliharaan alat medis akan mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan dan juga
akan mempengaruhi keuntungan dari fasilitas kesehatan (1). Resiko bahaya dalam kegiatan rumah
sakit dalam aspek kesehatan kerja antara lain berasal dari sarana kesehatan dan alat medis yang
berada di rumah sakit (2)
Salah satu Indikator pelayanan yang belum tercapai adalah di pelayanan Pemeliharaan
Sarana Rumah Sakit, yaitu kecepatan waktu menanggapi kerusakan alat < 15 menit sebesar 50 %
dari standar > 80, ketepatan waktu pemeliharaan alat sebesar 50 % dari standar 100 % dan
Peralatan laboratorium dan alat ukur yang digunakan dalam pelayanan terkalibrasi tepat waktu
sesuai dengan ketentuan kalibrasi sebesar 0 % dari standar 100% alat yang terkalibrasi
berdasarkan KEPMENKES RI No.129/MENKES/SK/II/2012 tentang Standar Pelayanan Minimum
(SPM) Rumah Sakit.
Pemeliharaan sarana rumah sakit di RS Wava Husada dilakukan dibawah tanggung jawab bagian
IPSRS Wava Husada dengan tugas meliputi pemeliharaan bangunan, instalasi air, listrik, telepon,
alat elektromedik, peralatan listrik, kendaraan, mesin dan sarana-sarana lain yang terdapat di
rumah sakit. Sumber hukum yang dapt dijadikan acuan mengenai tugas dan keberadaan dari unit
ini yaitu dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan perijinan
Rumah Sakit dalam pasal 41 bahwa bagian pemeliharaan sarana rumah sakit merupakan bagian
dari pelayanan penunjang non klinik (3).

6

Unit Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit adalah sebuah organisasi di dalam suatu
rumah sakit yang bersifat teknis dan koordinatif yang pelaksanaannya meliputi perbaikan sarana
dan peralatan yang ada di rumah sakit. Peralatan yang harus tersedia di rumah sakit tipe C adalah
paling sedikit terdiri dari peralatan medis untuk instalasi gawat darurat, rawat jalan, rawat inap,
rawat intensif, kamar operasi, persalinan, radiologi, laboratorium klinik, pelayanan darah,
rehabilitasi medik, farmasi, instalasi gizi, dan kamar jenazah (3).
Sesuai dengan standar akreditasi rumah sakit dari Komite Akreditasi Rumah Sakit tahun 2012
tentang Manajemen Fasilitas dan Keselamatan pada standar tentang peralatan medis, dimana
manajemen peralatan tersebut meliputi :
1.

Peralatan medis di seluruh rumah sakit dikelola sesuai dengan rencana

2.

Ada daftar inventaris untuk seluruh peralatan medis di rumah sakit

3.

Peralatan medis diinspeksi secara teratur

4.

Peralatan medis diuji coba sejak baru dan sesuai umur serta penggunaannya sesuai
dengan rekomendasi dari pabrik

5.

Adanya Program pemeliharaan preventif

6.

Terdapat tenaga yang kompeten dalam bidang pemeliharaan alat medis

Semua kegiatan diatas harus tercantum dalam dokumen pemeliharaan alat medis rumah sakit (4).
Di RS Wava Husada belum terdapat program pemeliharaan preventif alat medis. Keadaan sarana
dan prasana yang ada terutama peralatan medis di rumah sakit belum dipelihara dengan dengan
baik karena jadwal pemeliharaan alat medis juga belum tersedia untuk semua alat medis,
sehingga keadaan dari peralatan yang ada kurang di maintenance dengan baik. Begitu pula waktu
tanggap kerusakan alat masih lebih dari 15 menit.
Sesuai dengan Pedoman Standar Pelayanan minimum di Rumah sakit Tahun 2012, Unit
Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit harus memenuhi beberapa indikator yaitu:
1.

Adanya penanggungjawab UPSRS yang ditetapkan dengan SK Direktur

2.

Tersedianya bengkel kerja atau workshop di rumah sakit

3.

Waktu tanggap kerusakan alat yang < 15 menit tidak boleh lebih dari 80 %

4.

Semua alat harus dipelihara tepat waktu

5.

Semua alat ukur yang digunakan di rumah sakit harus dikalibrasi tepat waktu

6. Semua alat laboratorium harus dikalibrasi tepat waktu (5)
Efisiensi Peralatan Medis Rumah Sakit
Efisiensi adalah suatu kondisi atau keadaan, dimana penyelesaian suatu pekerjaan dilaksanakan
dengan benar dan dengan penuh kemampuan yang dimiliki. Efisiensi dapat juga dikatakan sebagai
suatu proses internal atau sumberdaya yang diperlukan oleh organisasi untuk menghasilkan satu

7

satuan output. Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan rencana masukan
dengan penggunaannya yang direalisasikan atau dengan kata lain penggunaannya. Parameter
yang paling sering digunakan dalam mengukur tingkat efisiensi alat medis adalah utilisasi dan unit
biaya (unit cost) dari alat medis. Utilisasi adalah jumlah penggunaan alat medis dibandingkan
dengan jumlah kunjungan pasien pada satu periode. Unit biaya (unit cost) adalah jumlah biaya
yang dihitung untuk satu satuan produk pelayanan yang dihitung dengan cara membagi total cost
dengan jumlah atau kualitas output. Unit cost bisa menjadi parameter efisiensi suatu alat medis.
Bila unit cost yang terlalu tinggi akan memberatkan pasien dan akhirnya akan membuat pasien
enggan menggunakan peralatan tersebut karena mahal harganya. Utilisasi yang berlebihan perlu
dilihat dari kualitas alat yang digunakan. Utilisasi dibawah rata-rata juga harus dilakukan evaluasi
karena bisa jadi unit tidak suka menggunakan satu jenis alat tertentu dan selanjutnya akan
dikeluarkan suatu rekomendasi tentang pemakaian alat tertentu.
Kurang efisiennya penggunaan dan pemeliharaan sarana dan peralatan rumah sakit disebabkan
karena kurangnya perencanaan pengadaan dan pemeliharaannya. Kurang baiknya system
pemeliharaan peralatan sering berakibat pada pendeknya masa pakai dan berdampak pada
meningkatnya biaya tambahan karena kerusakan alat medis. Disamping itu tidak tepatnya
pemeliharaan peralatan dapat mengakibatkan meningkatnya biaya kesehatan yang harus
ditanggung oleh pasien (6).
Alat medis yang terpelihara dengan baik akan berpengaruh terhadap pelayanan di rumah sakit.
Keadaan alat medis yang baik berpengaruh terhadap kepuasan pasien, mutu pelayanan, cakupan
pelayanan dan kinerja rumah sakit. Untuk memperoleh keadaan alat medis yang memenuhi
standar diperlukan perencanaan pembiayaan, perhitungan efisiensi dan investasi dari alat medis.
Efisiensi alat medis perlu ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang maksimal dengan biaya yang
minimal sebagai upaya investasi jangka panjang. Oleh karena itu pemeliharaan alat medis sebagai
bentuk efisiensi di rumah sakit perlu disikapi secara proporsional dan konsisten.

Unit Perawatan Intensif (UPI)
Unit Perawatan Intensif merupakan pelayanan keperawatan yang bertujuan memberikan asuhan
bagi pasien dengan penyakit berat yang potensial berulang, memberikan asuhan pada pasien
yang memerlukan observasi ketat dengan atau tanpa pengobatan yang tidak dapat diberikan di
ruang perawatan umum. Unit Perawatan Intensif di RS Wava Husada berada di bawah Manajer
Keperawatan. Peralatan medis yang terdapat di Unit Perawatan Intensif terdiri dari alat-alat untuk
pemantauan tanda–tanda vital , alat-alat untuk menopang fungsi vital, alat-alat untuk prosedur
diagnostik serta alat-alat emergency lainnya. Pelayanan di Unit Perawatan Intensif yaitu:

8

a.
b.
c.

Melakukan tindakan untuk mencegah terjadinya kematian atau cacat
Mencegah terjadinya penyulit
Menerima rujukan dari level yang lebih rendah dan melakukan rujukan ke level yang lebih

tinggi.
Alat medis di Unit Perawatan Intensif perlu dirawat dengan baik. Sebagaimana diketahui bahwa
Unit Perawatan Intensif merupakan ruang perawatan dengan tingkat resiko kematian pasien yang
tinggi. Tindakan keperawatan yang cepat dan tepat serta keadaan alat yang baik dan laik pakai
sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan pasien. Pengambilan keputusan yang cepat harus
ditunjang data yang tepat yang merupakan hasil observasi dan monitoring dari peralatan yang
ada oleh petugas paramedis. Tingkat kesibukan pelayanan dan standar perawatan yang tinggi
membutuhkan manajemen dan peralatan dengan teknologi tinggi yang baik.

METODE
Laporan ini termasuk laporan deskriptif dengan pendekatan analisa kuantitatif. Melalui Focus
Group Discussion dan dengan metode scoring USGL (Urgency, Severity, Growth, Leverage)
ditetapkan prioritas masalah yang dipilih yaitu ketepatan waktu pemeliharaan alat yang belum
sesuai dengan standar yaitu hanya sebesar 50 % dari standar yang telah ditetapkan yaitu 100%.
Dari hasil wawancara diskusi dengan manajemen, petugas UPSRS dan observasi dilapangan maka
didapatkan beberapa alternatif pemecahan permasalahan yang terdapat di UPSRS.
Dari beberapa alternative solusi masalah tersebut diatas, maka ditentukan satu atau beberapa
solusi pemecahan masalah. Alternative solusi yang utama dipilih dengan cara diskusi dengan
manajer rumah sakit dan bagian Unit Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit dengan
menggunakan metode tapisan mc. Namara. Teori tapisan Mc Namara digunakan dengan
menggunakan 3 kriteria yang dinilai dari setiap alternative solusi yang ada. Tiga kriteria tersebut
adalah efektifitas, biaya dan kemudahan dalam melaksanakan solusi terpilih. Tiap kriteria diberi
skor 1 sebagai nilai terendah dan 5 sebagai nilai tertinggi. Total skor dari alternative solusi adalah
solusi permasalahan yang dipilih.
Pemilihan alternatif terbaik dilakukan dalam rangka memilih alternatif

yang

paling

menguntungkan bagi organisasi. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan berbagai hal
diantaranya pertama aspek manfaat atau keuntungan bagi organisasi. Alternatif yang
memberikan manfaat paling besar tentunya mendapat skor tinggi untuk dipilih. Aspek kedua
adalah efektivitas. Alternatif solusi dikatakan efektif apabila mampu menyelesaikan masalah
dan

memberikan

nilai

tambah

bagi

organisasi.

Aspek

ketiga

adalah kemudahan

pelaksanaan. Apakah mungkin alternatif solusi yang kita ajukan dapat dilaksanakan atau tidak.
Aspek berikutnya adalah biaya. Alternatif solusi yang biayanya rendah mempunyai skor tinggi.

9

Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, kita akan dapat menentukan alternatif
solusi mana yang terbaik bagi organisasi.

HASIL
Pola Ketenagaan RS Wava Husada
Berdasarkan studi dokumen, observasi dan wawancara, jumlah tenaga yang terdapat di UPSRS
sangat terbatas. Berikut pola ketenagaan yang berada di Unit Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
RS Wava Husada :
Tabel 3. Pola Ketenagaan Unit Pemeliharaan Sarana dan Prasarana RSWH
N

Uraian

Jumlah

Pendidikan

o
1

Kepala Unit

1 Orang

S1 Hukum

2
3

Bagian Bangunan
Bagian Listrik

2 Orang
3 orang

SD
SMK

4

Elektromedik

1 Orang

D3 Tehnik
Elektromedik

5
6

Administrasi
Pembantu umum

1 Orang
1 Orang

SMK
SMA

Pelatihan
- Manajemen Fasilitas dan Keselamatan
Bangunan Gedung Rumah Sakit
- Basic Cardiac Life Support
- Basic Cardiac Life Support
- Pelatihan dokumen UPL-UKL
- Workshop Biomedical Engineer
- Penggunaan syringe pump dan Infuse Pump
- Basic Cardiac Life Support
- K3RS
- Penyiapan akreditasi bidang K3
- Basic Cardiac Life Support
- Pengadaan Alat Medis
- Basic Cardiac Life Support
- Basic Cardiac Life Support

Dari tabel pola ketenagaan UPSRS di RS Wava Husada dapat terlihat jumlah karyawan di UPSRS
sebanyak 9 . Unit Pemeliharaan ini dipimpin oleh seorang dari latar pendidikan sarjana hukum
dan terdapat satu tenaga elektromedik. Selain karyawan tersebut tenaga di UPSRS Wava Husada
berpendidikan setingkat SLTA kebawah.

Daftar Alat Medis Unit Perawatan Intensif
Alat medis di rumah sakit berkisar dari yang relative sederhana hingga alat medis yang sangat
kompleks. Sebagai contoh adalah alat untuk mengukur tekanan darah (Sphygomanometer) hanya
mempunyai sedikit komponen dan relative mudah untuk diperbaiki berdasarkan bagianbagiannya, instrument kalibrasi dan peralatan yang mudah untuk didapatkan. Daftar jenis alat
medis yang ada di Unit Perawatan Intensi RS Wava Husada yang akan digambarkan
penggunaannya dan akan dibuat program pemeliharaan preventifnya adalah sebagai berikut :

Tabel 4. Alat Medis di UPI dan Jumlahnya

10

No

Nama Alat Medis

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Bedside Monitor
Infus Pump
Syringe Pump
Ventilator
Humidifire
DC Shock
Nebulizer
WSD
ECG
Glucometer
Oxymetri Portable
Oxymetri
Air Purifire
Lampu UV
Masker NIV Besar
Masker NIV Sedang

Jumlah
8
10
12
4
4
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1

Alat-alat canggih yang terdapat di Unit Perawatan intensif terdapat alat seperti infuse pump,
defibrillator, electrocardiograph, Ventilator, WSD, C-PAP dan masih banyak alat canggih lainnya
yang lebih kompleks.
Berdasarkan klasifikasi kebutuhan pemeliharaan alat medis di Unit Perawatan Intesif, kebutuhan
pemeliharaan alat medis dibagi menjadi pemeliharaan intensif, pemeliharaan sedang dan
pemeliharaan minimal. Daftar kalsifikasikebutuhan pemeliharaan alat medis di Unit Perawatan
Intensif seperti terlihat pada table berikut :

Tabel 5. Klasifikasi Kebutuhan Pemeliharaan Alat Medis di UPI

Nama Alat
Bedside Monitor
Infus Pump
Syringe Pump
Ventilator
Humidifire
DC Shock
Nebulizer
WSD
ECG

Fungsi Alat

Aplikasi Klinis

Kebutuhan
Pemeliharaan

Severity
Index

7
8
8
10
10
10
8
10
7

3
4
4
5
5
5
4
3
3

3
3
3
5
5
3
4
2
2

13
15
15
20
20
18
16
12
12

11

Glucometer
Oxymetri Portable
Oxymetri
Air Purifire
Lampu UV
Masker NIV Besar

7
7
7
6
2
6

3
3
3
6
1
3

2
1
1
3
3
3

12
4
10
13
15
15

Klasifikasi kebutuhan pemeliharaan alat medis diatas berdasar pada penilaian masing-masing alat
terhadap fungsi alat, aplikasi klinis dan kebutuhan pemeliharaan alat medis. Penilaian fungsi alat
dibagi atas kategori sebagai alat terapi, diagnostic, analitik dan fungsi-fungsi lainnya. Alat terapi
mengeluarkan energy kepada pasien karena itu mempunyai skor tinggi yaitu 8 – 10, alat
diagnostic mempunyai skor 6 – 7, alat analitik mempunyai skor 3 – 5 dan alat dengan fungsi lain
mempunyai skor 2. Penilaian alat berdasarkan aplikasi klinis yaitu tingkat resiko fisik yang terjadi
terhadap pasien atas penggunaan alat medis. Tingkat resiko fisik yang yaitu kemungkinan yang
terjadi bila alat mengalami kegagalan atau kerusakan. Kemungkinan tersebut dapat berupa
kematian pasien, cedera dan salah diagnose akibat alat yang rusak. Resiko tersebut dikembangkan
berdasarkan tingkat keseriusan. Kebutuhan akan pemeliharaan alat dibagi atas tiga tingkat
pemeliharaan yaitu ; Intensif, sedang dan minimal. Sebagian besar alat mekanik, pneumatik dan
fluida biasanya membutuhkan pemeliharaan yang intensif. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa
sebagian besar alat medis di Unit Perawatan Intensif termasuk alat medis dengan Severity Index
diatas 12. Severity Index 12 atau lebih mempunyai kebutuhan pemeliharaan intensif.

Gambaran Penggunaan Alat Medis di Unit Perawatan Intensif
Laporan penggunaan alat medis di Unit Perawatan Intensif baru mulai dilakukan pencatatan sejak
bulan Januari 2015. Usia peralatan medis di UPI bervariasi antara 5–6 tahun dengan tahun
pengadaan rata-rata pada tahun 2009-2010. Namun demikian terdapat juga beberapa alat medis
yang baru berusia 1 tahun. Penggunaan alat medis di Unit Perawatan Intensif sangat bervariasi,
tergantung dengan kebutuhan dan kondisi dari alat medis tersebut. Rata-rata penggunaan
Bedside monitor di UPI sebanyak 2254 kali dengan variasi penggunaan yang berbeda-beda.

Tingkat Efisiensi Alat Medis di Unit Perawatan Intensif
Alat medis yang dilihat tingkat efisiensinya adalah alat medis yang terdapat di Unit Perawatan
Intensif. Alat medis yang paling banyak terdapat di Unit Perawatan Intensif adalah Syringe Pump,
Infuse Pump dan Bedside monitor. Dilihat dari riwayat penggunaannya, Bedside Monitor memiliki
waktu penggunaan paling banyak. Berikut gambaran pemakaian alat medis di Unit Perawatan
Intensif di RS Wava Husada
Tabel 6. Penggunaan Alat Medis Periode Januari – Agustus 2015

12

No
1
2
3
4
5
6

Nama Alat Medis

Jumlah Penggunaan (Jam)

Jumlah alat

Rata-rata/bln

10.035
7.622
11.483
1609
695 kali
1 kali

8
11
12
4
1
1

157 jam
86 jam
120 jam
51 jam
87 kali
1/8 kali

Bedside Monitor
Infuse Pump
Syringe Pump
Ventilator
ECG
DC shock

Dari daftar alat medis di Unit Perawatan Intensif yang bisa digambarkan efisiensinya adalah
seperti yang terdapat dalam tabel di atas. Gambaran penggunaan alat medis yang lain tidak bisa
dilakukan dikarenakan penggunaan alat medis selain yang terdapat dalam tabel diatas tidak
dilakukan pencatatan untuk penggunaannya. Namun demikian efisiensi penggnaan alat medis di
UPI masih dapat ditingkatkan dengan pemanfaatan alat medis sesuai dengan Bed Occupancy Rate
di UPI yang sekitar 30% – 40%. Dengan jumlah tempat tidur 8 bed, jumlah bedside monitor 8,
Infuse Pump 11, Syringe Pump 12, Ventilator 4, optimalisasi alat medis di ICU bisa lebih
ditingkatkan lagi dengan menyesuaikan jumlah kinjungan yang ada.
Dari hasil pengamatan dan survey didapatkan beberapa alat medis di Unit Perawatan Intensif
yang mengalami kerusakan seperti di bawah ini :

Tabel 7. Daftar Alat medis yang Rusak di Unit Perawatan Intensif

N
o

Nama Alat Medis

Jumlah

Merek

Penyerahan

1

6

23-12- 2014

1

Mediana,
Dash
Raphael

3
4

Baterei Monitor A, B, C,
D, F, G
Klep kompresor
Ventilator Raphael
Temp
Syringe Pump no 4

1
1

Fresenius

5

Infuse Pump no 10

1

6

Tensi Portable raksa

1

7
8

SpO2 Monitor
Manset Anak

4
1

9

Manset Monitor lubang
2

1

2

Fresseniu
s
Riestas
Necor
Tanpa
Merk

20-2- 2015

Kembali

11-3-2015

1 Maret 2015
19 Juni 2014

Ganti baru
Dibawa
fressenius
Rusak

Juli 2000
29 April 2015

Keterangan

30-4- 2015

29 April 2015
29 April 2015

Manset dan
pompa rusak
rusak
Bocor

29 April 2015

Bocor

13

10
11

Manset monitor lubang
1
Kabel monitor ECG

3
2

29 April 2015
Mediana

bocor

16 Mei 2015

PEMBAHASAN
Sumber data yang diperoleh dalam proses magang ini berasal dari survey, observasi dan
wawancara dengan manajer kepala unit dan petugas di unit yang terkait. Informasi yang diperoleh
bisa bersifat subjektif berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh masih-masing petugas di
rumah sakit. Pengetahuan yang dimiliki oleh petugas berbeda-beda dalam menjawab pertanyaan.
Hasil dan pembahasan pada laporan magang ini mengacu pada tinjauan pustaka, observasi dan
wawancara agar lebih focus dan tidak menyimpang dari tujuan magang yaitu analisa program
pemeliharaan secara preventif alat medis sebagai upaya efisiensi di rumah sakit Wava Husada
Kepanjen.

Ketenagaan di Unit Pemeliharaan Sarana dan Prasara Rumah Sakit
Menurut Malkin (2010) lebih dari 50 % alat laboratorium dan alat medis tidak dipelihara dengan
baik. Salah satu penyebab kurang terawatnya alat medis adalah kurangnya jumlah tenaga di
bidang elektromedik (7). Rumah Sakit Wava Husada Kepanjen merupakan rumah sakit tipe C
dengan jumlah karyawan sebanyak 484 orang. Karyawan tersebut dibagi menjadi beberapa
kelompok yaitu tenaga medis, tenaga paramedis dan tenaga non medis. Karyawan dibagian Unit
Pemeliharaan Sarana dan Prasarana RS Wava Husada berjumlah 9 orang yang semuanya termasuk
dalam tenaga non medis di rumah sakit. Melihat pola ketenagaan di UPSRS masih belum sesuai
dengan standar. Karyawan UPSRS berjumlah 9 orang terdiri dari Kepala Unit 1 orang,
elektromedik 1 orang, administrasi 1 orang, listrik 2 orang, bangunan 3 orang dan pembantu
umum 1 orang. Sumber daya (teknisi) merupkan unsure penting dalam pelaksanaan
pemeliharaan alat medis. Kualifikasi teknis disesuaikan dengan jenis dan tehnologi peralatan
medis yang ditangani, sedangkan jumlah tenaga berdasarkan kepada jumlah alat yang ada di
rumah sakit. Semua alat medis merupakan beban kerja yang harus ditangani oleh teknisi
elektromedik (8).
Unit Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di RS Wava Husada dipimpin oleh seorang
berpendidikan sarjana dari latar belakang Sarjana Hukum. Namun demikian kepala unit ini dijabat
oleh seorang yang telah mempunyai masa kerja lebih banyak dibanding dengan petugas lain di
Unit ini dan telah diberi pelatihan tentang Manajemen Fasilitas dan Keselamatan Rumah Sakit.
Teknisi medis di RS Wava Husada berjumlah satu orang dengan masa kerja kurang lebih satu
tahun. Teknisi elektromedis dalam melaksanakan tugasnya memerlukan dukungan tenaga yang
memadai, baik dalam jumlah maupun kualitas. Menurut Corder (1992), jumlah karyawan dapat

14

diperkirakan dari prosentase karyawan di unit pemeliharaan terhadap keseluruhan karyawan
rumah sakit (9). Dibawah ini, tabel perbandingan antara jumlah karyawan di unit pemeliharaan
dengan total jumlah karyawan rumah sakit. Menurut Corder (1992), menyatakan jumlah
karyawan dapat diperkirakan dari prosentase karyawan unit pemeliharaan terhadap keseluruhan
karyawan rumah sakit.
Tabel 8. Perbandingan Jumlah Karyawan Pemeliharaan Dengan Tenaga Total Karyawan Rumah
Sakit
Total Karyawan
< 250
250 - 1500
> 1500

Jumlah Karyawan Pemeliharaan
< 25
25 – 150
> 150

Teknisi elektromedik di RS Wava Husada juga merupakan tenaga pelaksana pemeliharaan alat
medis. Dari jumlah teknisi elektromedik saat ini belum mencukupi untuk rumah sakit tipe C.
Sesuai dengan peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 28 tahun 2013 bahwa
jumlah teknisi elektromedis untuk rumah sakit umum tipe C adalah 12 orang terampil dan 6 orang
ahli. Peran Sumber daya manusia di rumah sakit sangat penting dalam menentukan kualitas
produk layanan di rumah sakit baik yang bersifat medis, non medis maupun penunjang (10). Oleh
karena itu kualitas dan kuantitas sumber daya manusia rumah sakit berperan kritis untuk
meningkatkan dan menjaga kualitas pelayanan kesehatan sehingga harus direncanakan dengan
sebaik-baiknya.

Efisiensi Alat Medis
Dilihat dari riwayat penggunaan alat medis di Unit Perawatan Intensif belum merata antara satu
alat dengan alat yang lain. Berdasarkan survey dan observasi terdapat beberapa kerusakan alat
medis seperti baterei monitor, Temperatur, Syringe Pump, Infuse Pump, Tensi meter, O2 monitor,
Manset monitor serta kabel ECG. Beberapa kerusakan bisa diperbaiki dan ada beberapa
kerusakan lain yang belum bisa diperbaiki. Ada beberapa alat medis di Unit Perawatan Intensif
yang perbaikannya tidak bisa dilakukan oleh teknisi dari rumah sakit sehingga menggunakan jasa
dari pihak eksternal. Kerusakan tidak bisa segera diperbaiki dan ada alat yang harus mengganti
suku cadang. Kondisi alat medis di Unit Perawatan Intensi rata-rata mempunyai kondisi yang baik.
Namun ada satu alat yaitu syringe pump dalam keadaan rusak dan sudah lama tidak ada
pelaporan tentang perbaikannya. Dengan menganalisa efisiensi penggunaan alat medis
diharapkan akan tercipta kondisi alat medis yang baik dan layak pakai. Kondisi alat medis yang
baik dan efisien akan memberikan kepastian pada penatalaksanaan klinis bagi seluruh pasien.

15

Rata-rata penggunaan alat medis di Unit Perawatan Intensif RS Wava Husada berbeda-beda
antara satu alat medis dengan yang lainnya. Gambaran secara lengkap penggunaan alat medis di
Unit Perawatan Intensif RS Wava Husada terlihat di tabel di bawah ini :
N
o

Nama Alat

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
39
40

Bedside Monitor A
Bedside Monitor A
Bedside Monitor B
Bedside Monitor C
Bedside Monitor D
Bedside Monitor E
Bedside Monitor F
Bedside Monitor G
Monitor Isolasi
Infus Pump 1
Infus Pump 2
Infus Pump 3
Infus Pump 4
Infus Pump 5
Infus Pump 6
Infus Pump 7
Infus Pump 8
Infus Pump 9
Infus Pump 10
Syringe Pump 1
Syringe Pump 2
Syringe Pump 3
Syringe Pump 4
Syringe Pump 5
Syringe Pump 6
Syringe Pump 7
Syringe Pump 8
Syringe Pump 9
Syringe Pump 10
Syringe Pump 11
Syringe Pump 12
Ventilator 1
Ventilator 2
Ventilator Servo 900
Ventilator Ivent 201
ECG
DC Shock

Jan

Feb

Mar

Apr

144
439
142
399
954
66
247
66
66
179
210

281
411
169
754
184
269
102
311
167
163

156
252
354
381
253
123
40
126
52

450
227
331
497
320
90
184
30
111

28

305

5
161
95

62
173
239
32
43

RUSAK

133
9
Rusak
370
100
5
59
187
120
52
64
35
54

184
77

38
372

30

35

7
16
123
7
62
87
62
275
186
158

455
474
33

33
368
104
851

Bulan
Mei Jun
244
275
308
268
46

27
50
43
254

384
269
499
622
307
259
217
224
288
322
27
304
54
32
71
154
20

45
345
253

76
254
138

91
95
112

251
18
160
331
97
103
26

227
130
72
142
279
232
163
86
7

229
132
77
63
162
244
35
112
113
55

180

95

299
137
30

80

149
152
62
14
69
148
69

Jul

Agust

Total
Jam

262
328
311
636
179
320
139
386
43
466
96

229
265
433
544
294
363
319
52
225
573

2150
2466
2547
4101
2537
1490
1397
1347
1014
1717
666
407
293
1406
974
753
349
43
212
1945
1436
0
1085
1111
750
734
1143
1696
425
946
820
591
0
198
695
1

229

71

466
96
229

51
258
61
100

34
86
371
111
213
43
430
379
252
220
87
303
18
65
10
383
136
59
145
1

Dari gambaran penggunaan alat medis di Unit Perawatan Intensif dapat dilihat bahwa
penggunaan alat medis tidak merata. Ada beberapa alat medis dengan utilitas tinggi dan ada
beberapa alat medis dengan utilitas rendah, bahkan ada satu alat medis dalam keadaan rusak
dalam waktu yang lama. Rata-rata penggunaan alat medis di Unit Perawatan Intensif masingmasing tercatat sebagai berikut : Bedside monitor digunakan sebanyak 140 jam/bulan, Infuse
pump 86 jam/bulan, Syringe pump 120 jam/bulan,Ventilator 51 jam/bulan, ECG dipakai sebanyak

16

87 kali/bulan dan DC Shock digunakan 1 kali selama periode Januari 2015 sampai dengan Agustus
2015.
Dari gambaran penggunaan alat medis seperti bedside monitor dengan penggunaan dan
jumlahnya yang cukup banyak di UPI terlihat bahwa penggunaan bedside monitor tiap unit
alatnya masih sedikit. Bila penggunaan Bedside monitor difokuskan tidak pada semua alat tetapi
hanya beberapa alat saja, maka akan terdapat beberapa bedside monitor yang tidak terpakai.
Keberadaan alat medis yang tidak terpakai di suatu unit bisa menyebabkan kerugian bagi rumah
sakit. Alat medis yang jarang atau tidak pernah digunakan akan mudah rusak. Disamping itu juga
akan nada biaya perawatan dan perbaikan bila terjadi kerusakan alat, sedangkan alat medis
tersebut tidak menghasilkan revenue untuk rumah sakit.

Pemeliharaan Preventive
Dari hasil analisa yang kami lakukan di unit pemeliharaan di RS Wava Husada masih belum
optimal. Salah satu sebab yang membuat sistem pemeliharaan alat di RS Wava Husada kurang
optimal adalah karena belum adanya perencanaan dan penerapan dari program pemeliharaan
preventif. Membuat perencanaan merupakan persyaratan mutlak yang harus dilakukan untuk
menerapkan preventive maintenance. Pengertian dari pemeliharaan preventive adalah suatu
pekerjaan yang regular atau rutin dan berulang-ulang dilakukan untuk menjaga agar peralatan
media dapat berfungsi dengan baik secara efisien dan akurat.
Perencanaan yang tepat akan lebih menjamin tercapainya tujuan pemeliharaan, sebaliknya,
rencana yang kurang matang membuka terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam proses
pemeliharaan. Rencana pemeliharaan tahunan dibuat dengan tujuan untuk menjamin keadaan
alat dalam kondisi baik dalam jangka waktu yang panjang.
Pemeliharaan terencana adalah pemeliharaan yang terorganisasi dan dilakukan dengan pemikiran
kemasa depan, pengendalian dan pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya. Dalam Pemeliharaan terencana terdapat dua aktivitas utama yaitu pemeliharaan
pencegahan (Preventive Maintenance dan Corrective Maintenance. Preventive Maintenance
adalah pemeliharaan yang dilakukan secara berkala dan telah dijadwalkan atau sesuai dengan
kriteria tertentu untuk mengurangi kemungkinan bagian lain yang tidak sesuai dengan kondisi
yang diharapkan dan penyetelan minor pada periode waktu yang telah ditentukan atau
penggantian suku cadang pada saat pemeriksaan. Corrective Maintenance adalah pemeliharaan
yang dilakukan untuk memperbaiki suatu bagian termasuk penyetelan dan reparasi. Corrective
Maintenance meliputi reparasi minor yang termasuk dalam rencana jangka pendek dan overhaul
tahunan yang termasuk rencana jangka panjang.

17

Progam rencana pemeliharaan merupakan program yang komprehensif dari manajemen
teknologi. Proses pemeliharaan tidak biasa lepas dari beberapa faktor kritis seperti keadaan
inventaris alat medis, metode atau cara bagaimana program pemeliharaan akan dilaksanakan
serta sumber dari financial, fisik dan sumber daya manusia yang diperlukan dalam program
pemeliharaan (11). Tahap-tahap yang dilakukan dalam menyusun program pemeliharaan tahuan
antara lain:
a.

b.

c.

Mengumpulkan informasi pemeliharaan meliputi :
1.
Daftar alat medis yang akan dipelihara
2.
Cara/spesifikasi pemeliharaan tiap-tiap alat
3.
Waktu pelaksanaan pemeliharaan
4.
Cara melaksanakan pemeliharaan
Menyusun jadwal pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan yang kan direncanakan ditulis dalam lembar jadwal pemeliharaan
yang berisi antara lain :
1.
Apa saja yang akan dilaksanakan
2.
Siapa yang harus melaksanakan
3.
Bagaimana cara melaksanakan
4.
Dimana akan dilaksanakan
5.
Mengapa dilakasanakan
Membuat spesifikasi pekerjaan

Spesifikasi pekerjaan merupakan dokumen yang akan menjadi acuan bagi teknisi pada saat
melaksanakan tugasnya. Karena fungsinya, lembar spesifikasi kerja disarankan untuk dilapisi
plastik tidak mudah robek dan kotor. Dalam pelaksanaannya, teknisi akan melakukan apa saja
yang tercantum dalam spesifikasi kerja dan menuliskan hasilnya pada dokumen laporan inspeksi.
Spesifikasi kerja ini juga merupakan alat komunikasi antara teknisi dan user di Unit Perawatan
Intensif.

KESIMPULAN
Pemeliharaan preventif dapat meningkatkan efisiensi alat medis yang ada karena dapat
menanggulangi kerusakan alat yang lebih dini agar dapat dimanfaatkan lebih lama dan tidak
mengganggu aktifitas pelayanan dan kebutuhan terhadap peralatan tersebut. Disamping itu
pemeliharaan preventif dapat mencegah agar tidak terjadi gangguan yang sama di masa yang
akan datang.
Peningkatan peran teknisi dan instruktur sebagai tim perawatan yangn pertama sekali
mengetahui gejala gangguan kerusakan alat yang digunakan untuk praktek dan terciptanya sistem
pemeliharaan preventif. Schedule dan administrasi manajemen perawatan yang terencana dapat
mencegah timbulnya gangguan kerusakan alat medis.

18

DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Hamdi N, Oweis R, Zraiq HA, Sammour DA. An intelligent healthcare management
system: a new approach in work-order prioritization for medical equipment maintenance
requests. Journal of medical systems. 2012;36(2):557-67.
Hasyim H. Manajemen Hiperkes dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (Tinjauan
Kegiatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Institusi Sarana Kesehatan). Jurnal
Manajemen Pelayanan Kesehatan. 2005;8(02).
Klasifikasi dan Perijinan Rumah Sakit, Stat. 56 (2014).
KARS. Standar Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia; 2012.
Kesehatan DJBU. Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimum di Rumah Sakit.
Jakarts: Kementrian Kesehatan RI; 2012.
Iswanto AH. Manajemen Pemeliharaan Mesin-mesin Produksi. Sumatera Utara:
Universitas Sumetera Utara; 2008.
Malkin R, Keane A. Evidence-based approach to the maintenance of laboratory and
medical equipment in resource-poor settings. Medical & biological engineering &
computing. 2010;48(7):721-6.
RI DK. Pedoman Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Kesehatan. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pelayanan Medik; 2001.
Corder A. Tehnik Manajemen Pemeliharaan. Indonesia ed. kedua, editor. Jakarta: Gelora
Aksara Pratama; 1992.
Sulastomo. Manajemen Kesehatan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2000.
WHO. Medical Equipment Maintenance Programme Overview. Switzerland: WHO; 2011.

19