Peran Guru dalam Manajemen Kelas yang Ko
Sekolah Dasar
Peran Guru dalam Manajemen Kelas yang Kondusif dalam
Pembelajaran
(Ditunjukan untuk memenuhi mata kuliah Apresiasi Sastra Bahasa Indonesia)
Disusun :
Dewi Dayane Septiani (1815163009)
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PGSD
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
SEMESTER GENAP (108)
2018
Sekolah Dasar : Peran Guru dalam Manajemen Kelas yang Kondusif dalam
Pembelajaran
Dewi Dayane Septiani
Perguruan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri Jakarta
ABSTRAK
Penulis bertujuan untuk mengetahui tugas serta peran guru dalam dalam hal
belajar mengajar serta mengetahui cara mengelola kelas yang baik dan kondusif. Semua
itu dapat dilakukan dengan membangun strategi lingkaran belajar yang kondusif baik dari
dimensi fisik ataupun psikologis. Dari hasil berbagai sumber informasi, penulis
mengatakan bahwa makna yang terkandung dalam membangun lingkaran belajar yang
kondusif mengajar pada dasarnya merupakan kegiatan yang kompleks, karena di
dalamnya melibatkan berbagai macam ketrampilan dasar mengajar yang saling
berinteraksi. Ketrampilan manajerial merupakan ketrampilan yang harus dimiliki oleh
setiap guru dalam mengajar. Ketrampilan mengelola kelas pada dasarnya merupakan
kemampuan guru untuk menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar, baik secara
fisik maupun psikologis. Faktor yang mempengarui keberhasilan proses pembelajaran di
dalam kelas yaitu kopetensi guru, metode pembelajaran yang di pakai, strategi yang
dipakai, kurikulum, sarana dan prasarana, serta lingkungan pembelajaran baik lingkungan
alam ataupun lingkungan sosial budaya.
Kata Kunci : mengelola Kelas, Manajemen Kelas, Peran dan Tugas Guru.
PENDAHULUAN
Guru sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran. Peran guru sangatlah
penting dalam Pendidikan. Tanpa adanya guru, pembelajaran tidak akan bisa berjalan
dengan baik. Menurut Mulyasa, (2005:35) Guru sangat berperan dalam membantu
perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal.Tidak
ada guru maka tidak ada pendidikan, tidak ada pendidikan tidak ada proses pencerdasan,
tanpa proses pencerdasan yang bermakna, Pernyataan ini menyatakan bahwa proses
peradaban dan kemanusiaan akan lumpuh tanpa kehadiran guru dalam perubahan proses
pembelajaran anak bangsa. Terkait dengan pentingnya peran seorang guru, maka guru
harus memiliki berbagai kemampuan, tidak hanya kemampuan akademik yang harus
dimiliki oleh seorang guru, akan tetapi bagaimana seorang guru mempunyai kemampuan
untuk memotivasi peserta didik, agar mau belajar yang nantinya akan meningkatkan
prestasi serta cita-cita peserta didik. Lebih jelas lagi peran yang dimaksud disini berkaitan
dengan peran guru dalam proses pembelajaran. Guru merupakan faktor penentu yang
sangat banyak dalam pendidikan pada umumnya, karena guru memegang peranan dalam
proses pembelajaran, dimana proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan
secara keseluruhan.
Guru yang professional salah satu cirinya adalah guru yang mampu mengelola
kelas dengan baik. Pembelajaran dapat berjalan dengan baik apabila guru dapat
menciptakan kelas yang kondusif untuk anak – anaknya agar tercapainya tujuan
pembelajaran. Kelas yang kondusif adalah suatu kondisi pembelajaran dimana
terciptanya suasana yang nyaman, aman, menyenangkan dalam kelas sehingga
menciptakan kesadaran siswa untuk belajar. Bahkan hasil dari pendidikan dan pengajaran
sangat ditentukan oleh apa yang terjadi di kelas. Oleh sebab itu, sudah selayaknya kelas
dikelola dengan professional. Guru harus mampu manajemen kelas dalam proses
pembelajaran. Dapat dikatakan berhasilnya proses pembelajaran apabila guru berhasil
mengelola manajemen yang baik terutama di kelas.
Pada dasarnya, kemampuan manajemen kelas dibutuhkan oleh guru yang
mengajar siswa di semua jenjang usia. Hal ini dikarenakan siswa perlu belajar untuk
memahami dan mengikuti keteraturan atau struktur di sekolah. Akan tetapi, Sa’diyah dan
Sukayati (2011) menyatakan bahwa masih banyak guru yang kurang maksimal dalam
mengelola kelas yang diajarinya, terutama di sekolah dasar-sekolah dasar. Untuk
menciptakan kelas yang efektif sangat diperlukan keterampilan guru yang dapat dan
mampu dalam mengelola kelas pembelajaran agar selalu dapat terpelihara dengan baik.
Maksud dari guru dapat dan mampu mengelola kelas pembelajaran adalah dapat
menciptakan dan menyelenggarakan kondisi belajar siswa supaya mau mengikuti belajar
dengan rasa penuh tanggung jawab dan senang hati dalam mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditentukan. Manajemen kelas yang efektif adalah memperhatikan,
membangkitkan minat, dan memelihara perilaku siswa dalam belajar. Indikator dari
ketidakberhasilan guru adalah prestasi belajar siswa yang rendah tidak sesuai dengan
standar yang telah ditentukan. Kegagalan atau ketidakberhasilan guru ini dikarenakan
kurang mampunya dalam mengelola kelas sebagai proses dari pembelajaran yang telah
diselenggarakan.
PEMBAHASAN
Tugas dan Peran Guru di Dalam Kelas
Ali Saifullah (2004: 9) menyatakan guru adalah “ mengabdikan seluruh
kehidupannya bagi perkembangan pendidikan anak”. Menurut Ahmad Tafsir (2007 : 72)
guru adalah “pendidik yang memberikan pelajaran kepada murid, biasanya adalah yang
memegang mata pelajaran disekolah”.
Tugas dan peranan guru sebagai pendidik professional sangat kompleks, tidak
terbatas saat berlangsungnya interaksi edukatif di kelas yang disebut proses belajar
mengajar. Guru juga berfungsi sebagai administrator, evaluator, konselor, dan lain – lain
sesuai sepuluh kompetensi yang dimilikinya. Menurut James B. Brow seperti yang
dikutip oleh Sardiman A.M. (1990:142), mengemukakan bahwa tugas guru dan peranan
guru antara lain : menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan
mempersiapkan pelajaran sehari – hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.
Tugas guru dalam proses belajar mengajar meliputi tugas pendagogik dan tugas
administrasi. Tugas pendagogis adalah tugas membantu, membimbing dan memimpin.
(Moh.Rifai, 1989:135) mengatakan :
“Dalam situasi pengajaran, gurulah yang memimpin dan bertanggung jawab penuh atas
kepemimpinan yang dilakukan itu. Ia tidak melakukan instruksi-instruksi dan berdiri di
bawah instruksi manusia lain kecuali dirinya sendiri, setelah masuk dalam situasi kelas”.
Setelah masuk tugas guru adalah sebagai pemimpin dan bukan semata-mata
mengontrol atau mengkritik. Untuk dapat mampu melaksanakan tugas mengajar dengan
baik, guru harus memiliki kemampuan professional, yaitu terpenuhinya 10 kompetensi
guru, yang meliputi : (1) Menguasai bahan, (2) Mengelola program belajar mengajar, (3)
Mengelola kelas, (4) Penggunaan media atau sumber (5) Menguasai landasan-landasan
pendidikan, (6) Mengelola interaksi-interaksi belajar mengajar, (7) Menilai prestasi siswa
untuk kepentingan pelajaran, (8) Mengenal fungsi layanan bimbingan dan penyuluhan
sekolah, (9) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, (10) Memahami
prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian Pendidikan guana keperluan pengajaran.
Menurut Sardiman (2012:144) peranan guru dalam kegiatan belajar-mengajar,
secara singkat dapat disebutkan sebagai berikut: (a) Informator (b) Organisator, (c)
Motivator (d) Pengarah (e) Inisiator (f) Transmiter (g) Fasilitator (h) Mediator. Menurut
pendapat Roestiyah NK (2005: 176-177) guru digolongkan kepada tiga pandangan, yaitu
menurut pandangan tradisional, pandangan seorang pendidikan, dan menurut N.E.A
(national Education Association).
a)
Menurut pandangan tradisional guru dapat diartikan sebagai seorang yang berdiri di
depan kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan.
b) Menurut pandangan seorang Pendidikan, dapat diartikan bahwa guru adalah seorang
yang menyebabkan orang lain mengetahui atau memberikan pengertian sebaik
mungkin.
c) Menurut N.E.A guru diartikan sebagai semua petugas yang langsung terlihat dalam
tugas-tugas kependidikan.
Adapun peranan guru menurut pendapat para ahli berikut yang dikutip dalam buku
Sardiman (2012, 143) adalah:
1.
2.
3.
Prey Katz menggambarkan peranan guru sebagai komunikator, sahabat yang dapat
memberikan nasihat-nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan,
pembimbing dalam pengembang sikap dan tingkah laku serta nila-nilai, orang yang
menguasi bahan yang diajarkan.
Havighurst menjelaskan bahwa peranan guru di sekolah sebagi pegawai dalam hubungan
kedinasan, sebagai bawahan terhadap atasannya, sebagai mediator dalam hubungannya
dengan anak didik, sebagai pengatur disiplin, evaluator dan penganti orang tua.
James W. Brownmengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain: menguasai
dan mengembangkan materi pelajaran, merencana dan mempersiapkan pelajaran seharihari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.
Menurut pendapat Pullias danYoung (1988), Manan (1991) serta Yelon dan
Weistein (1997) dapat di definisikan 10 peran guru yaitu sebagai pendidik, pengajar,
pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharuan, teladan atau model, pendorong
kreativitas, aktor, emansipator, evaluator.
1) Guru Sebagai Pendidik
Guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawah,
wibawa, mandiri, dan disiplin
2) Guru Sebagai Pengajar
Guru membantu siswa yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum
diketahuinya, membentuk kompetensi, dan memahami materi standar yang dipelajari.
3) Guru Sebagai Pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan (Guide), yang berdasarkan
pengetahuan dan pengalamannya bcrtanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu.
Dalam melakukan perjalanannya, guru memerlukan empat kompetensi dalam
menjalankannya. (1) guru harus melakukan tujuan (2) Guru harus melihat keterlibatan
peserta didik dalam pembelajaran, (3) Guru harus memaknai pembelajaran, (4) Guru
harus melaksanakan penilaian.
4) Guru Sebagai Pelatih
Guru berperan sebagai pelatih, yang bertugas melatih peserta didik dalam pembentukan
kompetensi dasar, sesuai dengan potensi masing-masing.
5) Guru Sebagai Penasehat
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua, meskipun
mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak
dapat berharap untuk menasehati orang.
6) Guru Sebagai Model dan Teladan
Guru sebagai model dan teladan bagi peserta didik. Menjadi guru berarti menerima
tanggung jawab untuk menjadi teladan serta bisa menjadi panutan dan contoh yang baik
untuk peserta didiknya.
7) Guru sebagai Pendorong Kreativitas
Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran, dan guru dituntut
untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreativitas tersebut.
8) Guru Sebagai Aktor
Guru harus melakukan apa yang ada dalam naskah yang telah disusun dengan
mempertimbangkan pesan yang akan disampaikan kepada penonton. Penampilan yang
bagus dari seorang aktor akan mengakibatkan para penonton tertawa, mengikuti dengan
sungguh-sungguh, dan bisa pula menangis terbawa oleh penampilan sang aktor. Sebagai
aktor, guru berangkat dengan jiwa pengabdian dan inspirasi yang dalam yang akan
mengarahkan kegiatannya.
9) Guru Sebagai Emansipator
Guru mampu memahami potensi peserta didik, menghormati setiap orang. Guru harus
mengenal kebutuhan peserta didik tersebut akan pengalaman, pengakuan dan dorongan.
Dia tahu bahwa pengalaman, pengakuan dan dorongan seringkali membebaskan peserta
didik
10)
Guru Sebagai Evaluator
Tidak ada pembelajaran tanpa penilaian, karena penilaian merupakan proses menetapkan
kualitas hasil belajar, atau proses untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan
pembelajaran oleh peserta didik. Sebagai suatu proses, penilaian dilaksanakan dengan
prinsip-prinsip dan dengan teknik yang sesuai, mungkin tes atau nontes. Teknik apapun
yang dipilih, penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga
tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut.
Manajemen Kelas dalam Pembelajaran
Proses pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat siswa belajar, dan
terjadinya interaksi yang menyebabkan perubahan tingkah laku dari siswa. Dalam
kegiatan pembelajaran terdapat kegiatan siswa dan kegiatan guru. Kegiatan guru di dalam
kelas meliputi dua hal yaitu kegiatan mengajar dan kegiatan manajerial. Kegiatan
mengajar antara lain seperti kebutuhan peserta didik, menyusun rencana pelajaran,
menyajikan bahan, mengajukan pertanyaan, menilai kemajuan siswa. Sedangkan
kegiatan manajerial kelas bermaksud meciptakan dan mempertahankan suasana kelas
agar kegiatan mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Kegiatan manajerial
yang baik antara lain seperti mengembangkan hubungan yang baik antara guru dan
peserta didik, mengembangkan aturan permainan dalam kegiatan kelompok. Dalam
mengelola kelas pembelajaran ini, guru berfungsi sebagai manajer. Dengan kata lain,
sebagai seorang pemimpin sehingga dapat dikatakan guru sebagai seorang pemimpin
dalam kelas pembelajaran.
Menurut Sudarwan Danim11 “manajemen kelas adalah seni atau praksis (praktek
dan strategi) kerja, yaitu guru bekerja secara individu, dengan atau melalui orang lain
(bekerja sejawat atau siswa sendiri) untuk mengoptimalkan sumber daya kelas bagi
penciptaan proses pembelajaran yang efektif dan efisien”. Sedangkan menurut Moh. Uzer
Usman12 “manajemen kelas adalah pengelolaan kelas, yaitu keterampilan guru untuk
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila
terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar”. Ordway Tead yang dikutip Sarwoto
“management is the process and agency which direct and guides the operations of an
organizatioin in the realizing of established aims”. (Manajemen adalah proses dan
perangkat yang mengarahkan serta membimbing kegiatan-kegiatan suatu organisasi
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan). Manajemen kelas yaitu segala usaha yang
diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan
serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan.
Sedangkan tujuan dari manajemen kelas itu sendiri menurut Rusydie (Wiyani, 2013:61)
mengemukakan tujuan dari manajemen kelas yaitu : (a) Memudahkan kegiatan belajar
peserta didik, (b) Mengatasi hambatan-hambatan yang menghalangi terwujudnya
interaksi dalamkegiatan belajar mengajar, (c) Mengatur berbagai penggunaan fasilitas
belajar, (d) Membina dan membimbing peserta didik sesuai dengan berbagai latar
belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya, (e) Membantu peserta
didik belajar dan bekerja sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya, (f)
Menciptakan suasana sosial yang baik di dalam kelas.
Perlunya kemampuan mengelola kelas yang dimiliki oleh seorang guru karena
pembelajaran adalah proses membantu siswa belajar, yang ditandai dengan perubahan
perilaku baik dalam aspek kognitif maupun psikomotorik. (Sunaryo dan Nyoman, 1996:
75). Dampak pembelajaran dapat dibedakan ke dalam manajemen kelas seorang guru
diharapkan bisa mengatasi masalah-masalah yang membuat tidak kondusifnya kondisi
kelas. Untuk itu, seorang guru harus memperhatikan komponen pengelolaan kelas.
Berkaitan dengan tugas atau peran guru untuk mengembangkan potensi anak (guru
sebagai demonstrator dan guru sebagai manajemen kelas), guru harus mengetahui betul
potensi anak didik. Karena dari potensi itulah, guru menyiapkan strategi kegiatan yang
baik dengan potensi anak didik. Strategi digunakan untuk mewujudkan keberhasilan
tujuan pendidikan. Dampak dari globalisasi juga telah mengakibatkan pergeseran dalam
peran guru. Jika dulu guru hanya berperan sebagai orang yang mengajari, menggurui, dan
sebagai makhluk serba bisa. Maka sekarang harus bergeser, peran guru menjadi sosok
yang lebih memberikan motivasi, inspirasi, fasilitas serta kawan dialog bagi peserta
didiknya. Guru sekarang ini dituntut lebih maju, lebih pintar, memahami perkembangan
zaman dan kreatif.
Manajemen kelas adalah salah satu hal terpenting yang harus dihadapi oleh guru pemula.
Terkadang, guru pemula menganggap tidak adil dan mengatakan bahwa guru dan kepala
sekolah terlalu menekankan pada tata tertib daripada pembelajaran. Hal yang lebih
penting, tanpa manajemen yang baik, tidak ada banyak hal yang dapat terjadi. Dunkin
dan Biddle (1974) menegaskan bahwa “ manajemen kelas membentuk kondisi yang
dibutuhkan untuk pembelajaran kognitif, dan bila guru tidak mampu mengatasi masalah
dalam hal ini, kita dapat melupakan aspek-aspek pembelajaran lainnya”. Rusydie
(Wiyani, 2013:61) mengemukakan tujuan dari manajemen kelas yaitu, (1) memudahkan
kegiatan belajar peserta didik, (2) mengatasi hambatan – hambatan yang menghalangi
terwujudnya interaksi dalam kegiatan belajar mengajar, (3) mengatur penggunaan
fasilitas belajar, (4) membimbing peserta didik sesuai latar belakang social, ekonmi,
budaya, (5) membantu peserta didik belajar sesuai potensinya, (6) Menciptakan suasana
social yang baik di kelas.
Kelas yang Kondusif dan Strategi Menciptakan Kelas agar Efektif
Menurut Supardi (2013:217), suasana sekolah dinyatakan kondusif apabila warga
sekolah merasakan adanya kenyamanan, ketentraman, kemesraan, kegembiraan dan
antusias dalam pelaksanaan pembelajaran. Sekolah memastikan sarana prasarana seperti
kursi, meja, lemari yang terdapat di sekolah adalah sesuai dengan kebutuhan. Bangunan
sekolah dan ruangan kelas yang dilengkapi ventilasi udara yang baik dan dilengkapi
penerangan yang mencukupi dan suasana yang sunyi sehingga peserta didik merasa
nyaman ketika pembelajaran berlangsung di kelas. Jadi, kelas yang kondusif adalah suatu
kondisi pembelajaran dimana terciptanya suasana yang nyaman, aman, menyenangkan
dalam kelas sehingga menciptakan kesadaran siswa untuk belajar.
Ramsden (1992) mengenal enam prinsip utama pengajaran berkesan yaitu yang
dapat menghasilkan suasana pembelajaran kondusif.
Prinsip 1: Minat dan penjelasan
Penjelasan yang jelas tentang isi kandungan (subject matter) tidak lebih penting dari
upaya menjadikan isi kandungan menarik sehingga siswa merasa tertarik
mempelajarinya.
Prinsip 2: Keprihatinan dan hormat terhadap siswa dan pembelajaran siswa
Guru memberikan perhatian dan menghormati siswa serta pembelajaran mereka.
Prinsip 3: Penilaian dan umpan balik yang sesuai
Guru memberikan umpan balik terhadap kerja siswa.
Prinsip 4: Tujuan yang jelas dan tantangan intelektual
Tujuan dari pembelajaran sebelum kegiatan belajar dimulai harus dijelaskan terlebih
dahulu sehingga siswa memahami tujuan dari kegiatan tersebut.
Prinsip 5: Kebebasan, pendampingan, dan penglibatan aktif
Pembelajaran berkualitas tinggi bermakna siswa terlibat secara aktif, mempunyai pilihan
terhadap cara mereka belajar dan mempunyai pendampingan terhadap aspek yang
dipelajari.
Berdasarkan tujuan diciptakannya iklim kelas yang kondusif maka secara umum
strategi menciptakan iklim kelas yang kondusif dapat dibangun dengan upaya
pengelolaan kelas yang tepat. Upaya pengelolaan kelas yang dimaksud adalah upaya
untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal. Dalam hal ini
dapat dilakukan melalui pengaturan lingkungan kelas, baik lingkungan fisik maupun non
fisik. Adapun pengaturan terhadap lingkungan fisik yaitu : (1) meja kelas, (2) pengaturan
tempat duduk, (3) ventilasi dan pengaturan cahaya, (4) pengaturan penyimpanan barangbarang, (5) menciptakan kelas yang bersih dan indah.
Strategi pembelajaran adalah upaya guru dalam cara penyampaian materi yang
telah dibuat tadi untuk lebih mudah disampaikan kepada siswa dengan cara seefektif
mungkin. Berbagai cara yang dilakukan guru dalam penyampaian materi ini adalah
menggunakan metode yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan siswa yang
menjadi subyek belajar. Roestiyah berpendapat bahwa “di dalam proses belajarmengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien,
mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu
ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasanya disebut metode mengajar”.
Dalam menciptakan iklim kelas yang kondusif, guru juga harus memperhatikan
beberapa faktor sebelum proses belajar mengajar dimulai. Adapun faktor-faktor dalam
yang menyebabkan kelas menjadi kondusif supaya keberhasilan siswa dapat tercapai pada
saat pembelajaran yaitu : (1) pengetahuan awal peserta didik, (2) keadaan siswa di rumah
juga berpengaruh terhadap hasil belajar, (3) jarak rumah dengan sekolah yang cukup jauh,
(4) lingkungan sosial siswa di rumah, (5) fasilitas dalam pembelajaran di sekolah, (6)
kondisi geografis sekolah yang terletak di perdesaan yang menyebabkan kurangnya
tenaga guru professional.
Gunawan (2004:156) mengernukakan tiga elemen penting dalam komunikasi supaya
proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik, yaitu :
1. Konten
Konten merupakan bagian guru, dimana semua materi dapat dipersiapkan dengan
sebaik-baiknya. Konten tidak hanya menyangkut informasi yang disampaikan tetapi
juga mencakup kemampuan membina hubungan dengan murid, membangkitkan
motivasi, memberikan nilai tambah dan rasa ingin tahu.
2. Penyampaian Informasi
Meliputi media penyampaian informasi, kontak mata, suara, ekspresi wajah maupun
gerak tubuh.
3. Konteks
Konteks merupakan kondisi atau situasi yag terlibat meliputi suasana hati yang berlaku
di kelas dan di sekolah.
Secara lebih luas Wragg (1996:5), menyebutkan bahwa aspek-aspek pengelolaan
kelas meliputi : (1) pembuatan persiapan mengajar, (2) memilih pokok bahasan, (3)
bergerak keliling guna mengawasi kegiatan dikelasnya, (4) mengorganisir kegiatankegiatan yang dilakukan murid-murid secara perorangan, kelompok kecil atau
keseluruhan kelas, (5) memberi penghargaan kepada murid yang kerjanya baik atau
menegur murid yang berperiiaku buruk, (6) memastikan apakah bahan dan buku yang
dipergunakan tersedia dan (7) memilih strategi pembelajaran yang efektif dan efisien.
Keterampilan guru dalam mengelola kelas dapat digolongkan dalam dua aspek utama,
yaitu: 1) menciptakan kondisi kelas yang kondusif dan 2) memelihara serta
mengembalikan kondisi kondusif tersebut. Keberhasilan guru dalam memelihara supaya
kondisi kelas tetap kondusif memerlukan pengalaman dan kreativitas guru.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa peran dan tugas
guru dalam melakukan pengajaran sangatlah penting dalam menciptakan kelas agar
kondisuf. Tugas guru menurut Sardiman A.M. (1990:142 yaitu menguasai dan
mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari –
hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa. Sedangkan Peran guru menurut
pendapat Pullias danYoung (1988), Manan (1991) serta Yelon dan Weistein (1997)
terdapat 10 peran guru yaitu sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih,
penasehat, pembaharuan, teladan atau model, pendorong kreativitas, aktor, emansipator,
evaluator. Perlunya kemampuan mengelola kelas yang dimiliki oleh seorang guru karena
pembelajaran adalah proses membantu siswa belajar, yang ditandai dengan perubahan
perilaku baik dalam aspek kognitif maupun psikomotorik. (Sunaryo dan Nyoman.
Guru juga sangat berperan dalam mangelola kelas. Sebab, keberhasilan seorang
pendidik dapat dilihat dari cara guru mengelola kelasnya. Salah satu faktor yang
menentukan keberhasilan proses belajar mengajar di kelas adalah kemampuan guru dalam
mengelola kelas. Jika guru mempunyai ketrampilan untuk mengelola kelasnya dengan
baik maka pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik juga sehingga tercapailah tujuan
dari pembelajaran.
Tujuan dari manajemen kelas itu sendiri menurut Rusydie (Wiyani, 2013:61)
mengemukakan tujuan dari manajemen kelas yaitu : (a) Memudahkan kegiatan belajar
peserta didik, (b) Mengatasi hambatan-hambatan yang menghalangi terwujudnya
interaksi dalamkegiatan belajar mengajar, (c) Mengatur berbagai penggunaan fasilitas
belajar, (d) Membina dan membimbing peserta didik sesuai dengan berbagai latar
belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya, (e) Membantu peserta
didik belajar dan bekerja sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya, (f)
Menciptakan suasana sosial yang baik di dalam kelas. Menurut Supardi (2013:217),
suasana sekolah dinyatakan kondusif apabila warga sekolah merasakan adanya
kenyamanan, ketentraman, kemesraan, kegembiraan dan antusias dalam pelaksanaan
pembelajaran.
Dalam menciptakan iklim kelas yang kondusif, guru juga harus memperhatikan
beberapa faktor sebelum proses belajar mengajar dimulai. Adapun faktor-faktor dalam
yang menyebabkan kelas menjadi kondusif supaya keberhasilan siswa dapat tercapai pada
saat pembelajaran yaitu : (1) pengetahuan awal peserta didik, (2) keadaan siswa di rumah
juga berpengaruh terhadap hasil belajar, (3) jarak rumah dengan sekolah yang cukup jauh,
(4) lingkungan sosial siswa di rumah, (5) fasilitas dalam pembelajaran di sekolah, (6)
kondisi geografis sekolah yang terletak di perdesaan yang menyebabkan kurangnya
tenaga guru professional. Jadi dapat kita simpulkan bahwa peran guru untuk menciptakan
suasana yang kondusif harus menguasai tugas serta pera guru terlebih dahulu, kemudian
menguasai aspek dan faktor apa saja yang memicu pada proses belajar – mengajar
sehingga ketika guru siap menguasa segala bidang terkait proses pengajaran maka dapat
dikatakan guru bisa berhasil membuat tujuan pembelajaran tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Nartanio. 2006. Mengelola kelas untuk keberhasila Proses Belajar
Mengajar. No 1. Hal 92-97.
Ahmadi, A. & J. T. Prasetiya. 2005. SBM: Strategi Belajar Mengajar. Bandung:
Pustaka Setia
Arens, Ricard. 2008. Learning To Teach (Belajar untuk Mengatur).
Yogyajakarta : Pustaka Jakarta.
Dedi Permadi. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia.
Djamarah dan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Fathurrohman, Pupuh. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Refika
Aditama.
Hasibuan & Mudjiono. (2002). Proses belajar mengajar, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Helsa, dkk. 2017. Kemampuan Manajemen Guru di Kelas. Vol 16. No 2. Hal
89-104.
Hisyam Zaini, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif. (Yogyakarta: CTSD IAIN
Sunan Kalijaga, 2002), hal 8-10.
Ismiarti. 2004. Meningkatkan Minat Belajar Siswa melalui Penciptaan Iklim
Kelas yang Kondusif. Jurnal Guru. Vol 1 hal 25-28.
M. Entang dan T. Raka Joni, 1983. kegiatan mengajar dan kegiatan manajerial,
Bandung, Remaja Rosdakarya.
Martinis Yamin, Maisah, 2009. Manajemen Pembelajaran Kelas, Strategi
Meningkatkan Mutu Pebellajaran kelas, Jakarta, Gaung Persada.
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung,
1992, hal. 89.
Mudri, M Walid. Kompetensi dan Peranan Guru dalam Pembelajaran. Hal 116121.
Mujtahid 2010. Manajemen Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara
Mulyasa, 2005, Menjadi Guru, Menciptakan Pelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mursalin, Sulaiman. 2017. Peran Guru dalam Pelaksanaan Manajemen Kelas.
Vol 2. No 1. Hal 105-108
Mustafida, Fita. 2017. Strategi Menciptakan iklim kelas yang kondusif di SD.
Vicratina. Vol 01. No 2. Hal 84-86.
Ngalim, Poerwanto. 1991. Kompetensi Mengajar dan Guru. Jakarta: Nasco
Nurudin Syafrudin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta,
Ciputat Press, 2002), hal 143.
Rachman, Maman. 1997. Manajemen Kelas. Jakarta : Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Raresik, Ayuning. 2016. Faktor yang Mempengarui Keberhasilan Siswa. Vol 4.
No 1. Hal 3-4.
Sarwoto, Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen, Ghalia Indonesia, Jakarta,
1991, hal. 45.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Suharsimi, Arikunto. 1992. Pengelolaan Kelas dan Siswa (Sebuah Pendekatan
Evaluatif). Jakarta, Rajawali.
Sunhaji. 2014. Manajemen Kelas dan Implikasinya dalam Pembelajaran. Vol 2.
No 2. Hal 32,35.
Suryosubroto, B, Drs. 2013. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta :
Rineka Cipta.
Winataputra. 2003. Manajemen Peserta didik. Jakarta: Bina Karya.
Wiyani. 2013. Manajemen Kelas: Teori dan Aplikasi untuk Menciptakan Kelas
yang Kondusif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Zahara, Mustika. 2015. Pentingnya peranan guru dalam pembelajaran.
Intelektualita. Vol 3. No 1. Hal 67.
Peran Guru dalam Manajemen Kelas yang Kondusif dalam
Pembelajaran
(Ditunjukan untuk memenuhi mata kuliah Apresiasi Sastra Bahasa Indonesia)
Disusun :
Dewi Dayane Septiani (1815163009)
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PGSD
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
SEMESTER GENAP (108)
2018
Sekolah Dasar : Peran Guru dalam Manajemen Kelas yang Kondusif dalam
Pembelajaran
Dewi Dayane Septiani
Perguruan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri Jakarta
ABSTRAK
Penulis bertujuan untuk mengetahui tugas serta peran guru dalam dalam hal
belajar mengajar serta mengetahui cara mengelola kelas yang baik dan kondusif. Semua
itu dapat dilakukan dengan membangun strategi lingkaran belajar yang kondusif baik dari
dimensi fisik ataupun psikologis. Dari hasil berbagai sumber informasi, penulis
mengatakan bahwa makna yang terkandung dalam membangun lingkaran belajar yang
kondusif mengajar pada dasarnya merupakan kegiatan yang kompleks, karena di
dalamnya melibatkan berbagai macam ketrampilan dasar mengajar yang saling
berinteraksi. Ketrampilan manajerial merupakan ketrampilan yang harus dimiliki oleh
setiap guru dalam mengajar. Ketrampilan mengelola kelas pada dasarnya merupakan
kemampuan guru untuk menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar, baik secara
fisik maupun psikologis. Faktor yang mempengarui keberhasilan proses pembelajaran di
dalam kelas yaitu kopetensi guru, metode pembelajaran yang di pakai, strategi yang
dipakai, kurikulum, sarana dan prasarana, serta lingkungan pembelajaran baik lingkungan
alam ataupun lingkungan sosial budaya.
Kata Kunci : mengelola Kelas, Manajemen Kelas, Peran dan Tugas Guru.
PENDAHULUAN
Guru sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran. Peran guru sangatlah
penting dalam Pendidikan. Tanpa adanya guru, pembelajaran tidak akan bisa berjalan
dengan baik. Menurut Mulyasa, (2005:35) Guru sangat berperan dalam membantu
perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal.Tidak
ada guru maka tidak ada pendidikan, tidak ada pendidikan tidak ada proses pencerdasan,
tanpa proses pencerdasan yang bermakna, Pernyataan ini menyatakan bahwa proses
peradaban dan kemanusiaan akan lumpuh tanpa kehadiran guru dalam perubahan proses
pembelajaran anak bangsa. Terkait dengan pentingnya peran seorang guru, maka guru
harus memiliki berbagai kemampuan, tidak hanya kemampuan akademik yang harus
dimiliki oleh seorang guru, akan tetapi bagaimana seorang guru mempunyai kemampuan
untuk memotivasi peserta didik, agar mau belajar yang nantinya akan meningkatkan
prestasi serta cita-cita peserta didik. Lebih jelas lagi peran yang dimaksud disini berkaitan
dengan peran guru dalam proses pembelajaran. Guru merupakan faktor penentu yang
sangat banyak dalam pendidikan pada umumnya, karena guru memegang peranan dalam
proses pembelajaran, dimana proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan
secara keseluruhan.
Guru yang professional salah satu cirinya adalah guru yang mampu mengelola
kelas dengan baik. Pembelajaran dapat berjalan dengan baik apabila guru dapat
menciptakan kelas yang kondusif untuk anak – anaknya agar tercapainya tujuan
pembelajaran. Kelas yang kondusif adalah suatu kondisi pembelajaran dimana
terciptanya suasana yang nyaman, aman, menyenangkan dalam kelas sehingga
menciptakan kesadaran siswa untuk belajar. Bahkan hasil dari pendidikan dan pengajaran
sangat ditentukan oleh apa yang terjadi di kelas. Oleh sebab itu, sudah selayaknya kelas
dikelola dengan professional. Guru harus mampu manajemen kelas dalam proses
pembelajaran. Dapat dikatakan berhasilnya proses pembelajaran apabila guru berhasil
mengelola manajemen yang baik terutama di kelas.
Pada dasarnya, kemampuan manajemen kelas dibutuhkan oleh guru yang
mengajar siswa di semua jenjang usia. Hal ini dikarenakan siswa perlu belajar untuk
memahami dan mengikuti keteraturan atau struktur di sekolah. Akan tetapi, Sa’diyah dan
Sukayati (2011) menyatakan bahwa masih banyak guru yang kurang maksimal dalam
mengelola kelas yang diajarinya, terutama di sekolah dasar-sekolah dasar. Untuk
menciptakan kelas yang efektif sangat diperlukan keterampilan guru yang dapat dan
mampu dalam mengelola kelas pembelajaran agar selalu dapat terpelihara dengan baik.
Maksud dari guru dapat dan mampu mengelola kelas pembelajaran adalah dapat
menciptakan dan menyelenggarakan kondisi belajar siswa supaya mau mengikuti belajar
dengan rasa penuh tanggung jawab dan senang hati dalam mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditentukan. Manajemen kelas yang efektif adalah memperhatikan,
membangkitkan minat, dan memelihara perilaku siswa dalam belajar. Indikator dari
ketidakberhasilan guru adalah prestasi belajar siswa yang rendah tidak sesuai dengan
standar yang telah ditentukan. Kegagalan atau ketidakberhasilan guru ini dikarenakan
kurang mampunya dalam mengelola kelas sebagai proses dari pembelajaran yang telah
diselenggarakan.
PEMBAHASAN
Tugas dan Peran Guru di Dalam Kelas
Ali Saifullah (2004: 9) menyatakan guru adalah “ mengabdikan seluruh
kehidupannya bagi perkembangan pendidikan anak”. Menurut Ahmad Tafsir (2007 : 72)
guru adalah “pendidik yang memberikan pelajaran kepada murid, biasanya adalah yang
memegang mata pelajaran disekolah”.
Tugas dan peranan guru sebagai pendidik professional sangat kompleks, tidak
terbatas saat berlangsungnya interaksi edukatif di kelas yang disebut proses belajar
mengajar. Guru juga berfungsi sebagai administrator, evaluator, konselor, dan lain – lain
sesuai sepuluh kompetensi yang dimilikinya. Menurut James B. Brow seperti yang
dikutip oleh Sardiman A.M. (1990:142), mengemukakan bahwa tugas guru dan peranan
guru antara lain : menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan
mempersiapkan pelajaran sehari – hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.
Tugas guru dalam proses belajar mengajar meliputi tugas pendagogik dan tugas
administrasi. Tugas pendagogis adalah tugas membantu, membimbing dan memimpin.
(Moh.Rifai, 1989:135) mengatakan :
“Dalam situasi pengajaran, gurulah yang memimpin dan bertanggung jawab penuh atas
kepemimpinan yang dilakukan itu. Ia tidak melakukan instruksi-instruksi dan berdiri di
bawah instruksi manusia lain kecuali dirinya sendiri, setelah masuk dalam situasi kelas”.
Setelah masuk tugas guru adalah sebagai pemimpin dan bukan semata-mata
mengontrol atau mengkritik. Untuk dapat mampu melaksanakan tugas mengajar dengan
baik, guru harus memiliki kemampuan professional, yaitu terpenuhinya 10 kompetensi
guru, yang meliputi : (1) Menguasai bahan, (2) Mengelola program belajar mengajar, (3)
Mengelola kelas, (4) Penggunaan media atau sumber (5) Menguasai landasan-landasan
pendidikan, (6) Mengelola interaksi-interaksi belajar mengajar, (7) Menilai prestasi siswa
untuk kepentingan pelajaran, (8) Mengenal fungsi layanan bimbingan dan penyuluhan
sekolah, (9) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, (10) Memahami
prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian Pendidikan guana keperluan pengajaran.
Menurut Sardiman (2012:144) peranan guru dalam kegiatan belajar-mengajar,
secara singkat dapat disebutkan sebagai berikut: (a) Informator (b) Organisator, (c)
Motivator (d) Pengarah (e) Inisiator (f) Transmiter (g) Fasilitator (h) Mediator. Menurut
pendapat Roestiyah NK (2005: 176-177) guru digolongkan kepada tiga pandangan, yaitu
menurut pandangan tradisional, pandangan seorang pendidikan, dan menurut N.E.A
(national Education Association).
a)
Menurut pandangan tradisional guru dapat diartikan sebagai seorang yang berdiri di
depan kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan.
b) Menurut pandangan seorang Pendidikan, dapat diartikan bahwa guru adalah seorang
yang menyebabkan orang lain mengetahui atau memberikan pengertian sebaik
mungkin.
c) Menurut N.E.A guru diartikan sebagai semua petugas yang langsung terlihat dalam
tugas-tugas kependidikan.
Adapun peranan guru menurut pendapat para ahli berikut yang dikutip dalam buku
Sardiman (2012, 143) adalah:
1.
2.
3.
Prey Katz menggambarkan peranan guru sebagai komunikator, sahabat yang dapat
memberikan nasihat-nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan,
pembimbing dalam pengembang sikap dan tingkah laku serta nila-nilai, orang yang
menguasi bahan yang diajarkan.
Havighurst menjelaskan bahwa peranan guru di sekolah sebagi pegawai dalam hubungan
kedinasan, sebagai bawahan terhadap atasannya, sebagai mediator dalam hubungannya
dengan anak didik, sebagai pengatur disiplin, evaluator dan penganti orang tua.
James W. Brownmengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain: menguasai
dan mengembangkan materi pelajaran, merencana dan mempersiapkan pelajaran seharihari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.
Menurut pendapat Pullias danYoung (1988), Manan (1991) serta Yelon dan
Weistein (1997) dapat di definisikan 10 peran guru yaitu sebagai pendidik, pengajar,
pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharuan, teladan atau model, pendorong
kreativitas, aktor, emansipator, evaluator.
1) Guru Sebagai Pendidik
Guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawah,
wibawa, mandiri, dan disiplin
2) Guru Sebagai Pengajar
Guru membantu siswa yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum
diketahuinya, membentuk kompetensi, dan memahami materi standar yang dipelajari.
3) Guru Sebagai Pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan (Guide), yang berdasarkan
pengetahuan dan pengalamannya bcrtanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu.
Dalam melakukan perjalanannya, guru memerlukan empat kompetensi dalam
menjalankannya. (1) guru harus melakukan tujuan (2) Guru harus melihat keterlibatan
peserta didik dalam pembelajaran, (3) Guru harus memaknai pembelajaran, (4) Guru
harus melaksanakan penilaian.
4) Guru Sebagai Pelatih
Guru berperan sebagai pelatih, yang bertugas melatih peserta didik dalam pembentukan
kompetensi dasar, sesuai dengan potensi masing-masing.
5) Guru Sebagai Penasehat
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua, meskipun
mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak
dapat berharap untuk menasehati orang.
6) Guru Sebagai Model dan Teladan
Guru sebagai model dan teladan bagi peserta didik. Menjadi guru berarti menerima
tanggung jawab untuk menjadi teladan serta bisa menjadi panutan dan contoh yang baik
untuk peserta didiknya.
7) Guru sebagai Pendorong Kreativitas
Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran, dan guru dituntut
untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreativitas tersebut.
8) Guru Sebagai Aktor
Guru harus melakukan apa yang ada dalam naskah yang telah disusun dengan
mempertimbangkan pesan yang akan disampaikan kepada penonton. Penampilan yang
bagus dari seorang aktor akan mengakibatkan para penonton tertawa, mengikuti dengan
sungguh-sungguh, dan bisa pula menangis terbawa oleh penampilan sang aktor. Sebagai
aktor, guru berangkat dengan jiwa pengabdian dan inspirasi yang dalam yang akan
mengarahkan kegiatannya.
9) Guru Sebagai Emansipator
Guru mampu memahami potensi peserta didik, menghormati setiap orang. Guru harus
mengenal kebutuhan peserta didik tersebut akan pengalaman, pengakuan dan dorongan.
Dia tahu bahwa pengalaman, pengakuan dan dorongan seringkali membebaskan peserta
didik
10)
Guru Sebagai Evaluator
Tidak ada pembelajaran tanpa penilaian, karena penilaian merupakan proses menetapkan
kualitas hasil belajar, atau proses untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan
pembelajaran oleh peserta didik. Sebagai suatu proses, penilaian dilaksanakan dengan
prinsip-prinsip dan dengan teknik yang sesuai, mungkin tes atau nontes. Teknik apapun
yang dipilih, penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga
tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut.
Manajemen Kelas dalam Pembelajaran
Proses pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat siswa belajar, dan
terjadinya interaksi yang menyebabkan perubahan tingkah laku dari siswa. Dalam
kegiatan pembelajaran terdapat kegiatan siswa dan kegiatan guru. Kegiatan guru di dalam
kelas meliputi dua hal yaitu kegiatan mengajar dan kegiatan manajerial. Kegiatan
mengajar antara lain seperti kebutuhan peserta didik, menyusun rencana pelajaran,
menyajikan bahan, mengajukan pertanyaan, menilai kemajuan siswa. Sedangkan
kegiatan manajerial kelas bermaksud meciptakan dan mempertahankan suasana kelas
agar kegiatan mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Kegiatan manajerial
yang baik antara lain seperti mengembangkan hubungan yang baik antara guru dan
peserta didik, mengembangkan aturan permainan dalam kegiatan kelompok. Dalam
mengelola kelas pembelajaran ini, guru berfungsi sebagai manajer. Dengan kata lain,
sebagai seorang pemimpin sehingga dapat dikatakan guru sebagai seorang pemimpin
dalam kelas pembelajaran.
Menurut Sudarwan Danim11 “manajemen kelas adalah seni atau praksis (praktek
dan strategi) kerja, yaitu guru bekerja secara individu, dengan atau melalui orang lain
(bekerja sejawat atau siswa sendiri) untuk mengoptimalkan sumber daya kelas bagi
penciptaan proses pembelajaran yang efektif dan efisien”. Sedangkan menurut Moh. Uzer
Usman12 “manajemen kelas adalah pengelolaan kelas, yaitu keterampilan guru untuk
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila
terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar”. Ordway Tead yang dikutip Sarwoto
“management is the process and agency which direct and guides the operations of an
organizatioin in the realizing of established aims”. (Manajemen adalah proses dan
perangkat yang mengarahkan serta membimbing kegiatan-kegiatan suatu organisasi
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan). Manajemen kelas yaitu segala usaha yang
diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan
serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan.
Sedangkan tujuan dari manajemen kelas itu sendiri menurut Rusydie (Wiyani, 2013:61)
mengemukakan tujuan dari manajemen kelas yaitu : (a) Memudahkan kegiatan belajar
peserta didik, (b) Mengatasi hambatan-hambatan yang menghalangi terwujudnya
interaksi dalamkegiatan belajar mengajar, (c) Mengatur berbagai penggunaan fasilitas
belajar, (d) Membina dan membimbing peserta didik sesuai dengan berbagai latar
belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya, (e) Membantu peserta
didik belajar dan bekerja sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya, (f)
Menciptakan suasana sosial yang baik di dalam kelas.
Perlunya kemampuan mengelola kelas yang dimiliki oleh seorang guru karena
pembelajaran adalah proses membantu siswa belajar, yang ditandai dengan perubahan
perilaku baik dalam aspek kognitif maupun psikomotorik. (Sunaryo dan Nyoman, 1996:
75). Dampak pembelajaran dapat dibedakan ke dalam manajemen kelas seorang guru
diharapkan bisa mengatasi masalah-masalah yang membuat tidak kondusifnya kondisi
kelas. Untuk itu, seorang guru harus memperhatikan komponen pengelolaan kelas.
Berkaitan dengan tugas atau peran guru untuk mengembangkan potensi anak (guru
sebagai demonstrator dan guru sebagai manajemen kelas), guru harus mengetahui betul
potensi anak didik. Karena dari potensi itulah, guru menyiapkan strategi kegiatan yang
baik dengan potensi anak didik. Strategi digunakan untuk mewujudkan keberhasilan
tujuan pendidikan. Dampak dari globalisasi juga telah mengakibatkan pergeseran dalam
peran guru. Jika dulu guru hanya berperan sebagai orang yang mengajari, menggurui, dan
sebagai makhluk serba bisa. Maka sekarang harus bergeser, peran guru menjadi sosok
yang lebih memberikan motivasi, inspirasi, fasilitas serta kawan dialog bagi peserta
didiknya. Guru sekarang ini dituntut lebih maju, lebih pintar, memahami perkembangan
zaman dan kreatif.
Manajemen kelas adalah salah satu hal terpenting yang harus dihadapi oleh guru pemula.
Terkadang, guru pemula menganggap tidak adil dan mengatakan bahwa guru dan kepala
sekolah terlalu menekankan pada tata tertib daripada pembelajaran. Hal yang lebih
penting, tanpa manajemen yang baik, tidak ada banyak hal yang dapat terjadi. Dunkin
dan Biddle (1974) menegaskan bahwa “ manajemen kelas membentuk kondisi yang
dibutuhkan untuk pembelajaran kognitif, dan bila guru tidak mampu mengatasi masalah
dalam hal ini, kita dapat melupakan aspek-aspek pembelajaran lainnya”. Rusydie
(Wiyani, 2013:61) mengemukakan tujuan dari manajemen kelas yaitu, (1) memudahkan
kegiatan belajar peserta didik, (2) mengatasi hambatan – hambatan yang menghalangi
terwujudnya interaksi dalam kegiatan belajar mengajar, (3) mengatur penggunaan
fasilitas belajar, (4) membimbing peserta didik sesuai latar belakang social, ekonmi,
budaya, (5) membantu peserta didik belajar sesuai potensinya, (6) Menciptakan suasana
social yang baik di kelas.
Kelas yang Kondusif dan Strategi Menciptakan Kelas agar Efektif
Menurut Supardi (2013:217), suasana sekolah dinyatakan kondusif apabila warga
sekolah merasakan adanya kenyamanan, ketentraman, kemesraan, kegembiraan dan
antusias dalam pelaksanaan pembelajaran. Sekolah memastikan sarana prasarana seperti
kursi, meja, lemari yang terdapat di sekolah adalah sesuai dengan kebutuhan. Bangunan
sekolah dan ruangan kelas yang dilengkapi ventilasi udara yang baik dan dilengkapi
penerangan yang mencukupi dan suasana yang sunyi sehingga peserta didik merasa
nyaman ketika pembelajaran berlangsung di kelas. Jadi, kelas yang kondusif adalah suatu
kondisi pembelajaran dimana terciptanya suasana yang nyaman, aman, menyenangkan
dalam kelas sehingga menciptakan kesadaran siswa untuk belajar.
Ramsden (1992) mengenal enam prinsip utama pengajaran berkesan yaitu yang
dapat menghasilkan suasana pembelajaran kondusif.
Prinsip 1: Minat dan penjelasan
Penjelasan yang jelas tentang isi kandungan (subject matter) tidak lebih penting dari
upaya menjadikan isi kandungan menarik sehingga siswa merasa tertarik
mempelajarinya.
Prinsip 2: Keprihatinan dan hormat terhadap siswa dan pembelajaran siswa
Guru memberikan perhatian dan menghormati siswa serta pembelajaran mereka.
Prinsip 3: Penilaian dan umpan balik yang sesuai
Guru memberikan umpan balik terhadap kerja siswa.
Prinsip 4: Tujuan yang jelas dan tantangan intelektual
Tujuan dari pembelajaran sebelum kegiatan belajar dimulai harus dijelaskan terlebih
dahulu sehingga siswa memahami tujuan dari kegiatan tersebut.
Prinsip 5: Kebebasan, pendampingan, dan penglibatan aktif
Pembelajaran berkualitas tinggi bermakna siswa terlibat secara aktif, mempunyai pilihan
terhadap cara mereka belajar dan mempunyai pendampingan terhadap aspek yang
dipelajari.
Berdasarkan tujuan diciptakannya iklim kelas yang kondusif maka secara umum
strategi menciptakan iklim kelas yang kondusif dapat dibangun dengan upaya
pengelolaan kelas yang tepat. Upaya pengelolaan kelas yang dimaksud adalah upaya
untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal. Dalam hal ini
dapat dilakukan melalui pengaturan lingkungan kelas, baik lingkungan fisik maupun non
fisik. Adapun pengaturan terhadap lingkungan fisik yaitu : (1) meja kelas, (2) pengaturan
tempat duduk, (3) ventilasi dan pengaturan cahaya, (4) pengaturan penyimpanan barangbarang, (5) menciptakan kelas yang bersih dan indah.
Strategi pembelajaran adalah upaya guru dalam cara penyampaian materi yang
telah dibuat tadi untuk lebih mudah disampaikan kepada siswa dengan cara seefektif
mungkin. Berbagai cara yang dilakukan guru dalam penyampaian materi ini adalah
menggunakan metode yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan siswa yang
menjadi subyek belajar. Roestiyah berpendapat bahwa “di dalam proses belajarmengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien,
mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu
ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasanya disebut metode mengajar”.
Dalam menciptakan iklim kelas yang kondusif, guru juga harus memperhatikan
beberapa faktor sebelum proses belajar mengajar dimulai. Adapun faktor-faktor dalam
yang menyebabkan kelas menjadi kondusif supaya keberhasilan siswa dapat tercapai pada
saat pembelajaran yaitu : (1) pengetahuan awal peserta didik, (2) keadaan siswa di rumah
juga berpengaruh terhadap hasil belajar, (3) jarak rumah dengan sekolah yang cukup jauh,
(4) lingkungan sosial siswa di rumah, (5) fasilitas dalam pembelajaran di sekolah, (6)
kondisi geografis sekolah yang terletak di perdesaan yang menyebabkan kurangnya
tenaga guru professional.
Gunawan (2004:156) mengernukakan tiga elemen penting dalam komunikasi supaya
proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik, yaitu :
1. Konten
Konten merupakan bagian guru, dimana semua materi dapat dipersiapkan dengan
sebaik-baiknya. Konten tidak hanya menyangkut informasi yang disampaikan tetapi
juga mencakup kemampuan membina hubungan dengan murid, membangkitkan
motivasi, memberikan nilai tambah dan rasa ingin tahu.
2. Penyampaian Informasi
Meliputi media penyampaian informasi, kontak mata, suara, ekspresi wajah maupun
gerak tubuh.
3. Konteks
Konteks merupakan kondisi atau situasi yag terlibat meliputi suasana hati yang berlaku
di kelas dan di sekolah.
Secara lebih luas Wragg (1996:5), menyebutkan bahwa aspek-aspek pengelolaan
kelas meliputi : (1) pembuatan persiapan mengajar, (2) memilih pokok bahasan, (3)
bergerak keliling guna mengawasi kegiatan dikelasnya, (4) mengorganisir kegiatankegiatan yang dilakukan murid-murid secara perorangan, kelompok kecil atau
keseluruhan kelas, (5) memberi penghargaan kepada murid yang kerjanya baik atau
menegur murid yang berperiiaku buruk, (6) memastikan apakah bahan dan buku yang
dipergunakan tersedia dan (7) memilih strategi pembelajaran yang efektif dan efisien.
Keterampilan guru dalam mengelola kelas dapat digolongkan dalam dua aspek utama,
yaitu: 1) menciptakan kondisi kelas yang kondusif dan 2) memelihara serta
mengembalikan kondisi kondusif tersebut. Keberhasilan guru dalam memelihara supaya
kondisi kelas tetap kondusif memerlukan pengalaman dan kreativitas guru.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa peran dan tugas
guru dalam melakukan pengajaran sangatlah penting dalam menciptakan kelas agar
kondisuf. Tugas guru menurut Sardiman A.M. (1990:142 yaitu menguasai dan
mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari –
hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa. Sedangkan Peran guru menurut
pendapat Pullias danYoung (1988), Manan (1991) serta Yelon dan Weistein (1997)
terdapat 10 peran guru yaitu sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih,
penasehat, pembaharuan, teladan atau model, pendorong kreativitas, aktor, emansipator,
evaluator. Perlunya kemampuan mengelola kelas yang dimiliki oleh seorang guru karena
pembelajaran adalah proses membantu siswa belajar, yang ditandai dengan perubahan
perilaku baik dalam aspek kognitif maupun psikomotorik. (Sunaryo dan Nyoman.
Guru juga sangat berperan dalam mangelola kelas. Sebab, keberhasilan seorang
pendidik dapat dilihat dari cara guru mengelola kelasnya. Salah satu faktor yang
menentukan keberhasilan proses belajar mengajar di kelas adalah kemampuan guru dalam
mengelola kelas. Jika guru mempunyai ketrampilan untuk mengelola kelasnya dengan
baik maka pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik juga sehingga tercapailah tujuan
dari pembelajaran.
Tujuan dari manajemen kelas itu sendiri menurut Rusydie (Wiyani, 2013:61)
mengemukakan tujuan dari manajemen kelas yaitu : (a) Memudahkan kegiatan belajar
peserta didik, (b) Mengatasi hambatan-hambatan yang menghalangi terwujudnya
interaksi dalamkegiatan belajar mengajar, (c) Mengatur berbagai penggunaan fasilitas
belajar, (d) Membina dan membimbing peserta didik sesuai dengan berbagai latar
belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya, (e) Membantu peserta
didik belajar dan bekerja sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya, (f)
Menciptakan suasana sosial yang baik di dalam kelas. Menurut Supardi (2013:217),
suasana sekolah dinyatakan kondusif apabila warga sekolah merasakan adanya
kenyamanan, ketentraman, kemesraan, kegembiraan dan antusias dalam pelaksanaan
pembelajaran.
Dalam menciptakan iklim kelas yang kondusif, guru juga harus memperhatikan
beberapa faktor sebelum proses belajar mengajar dimulai. Adapun faktor-faktor dalam
yang menyebabkan kelas menjadi kondusif supaya keberhasilan siswa dapat tercapai pada
saat pembelajaran yaitu : (1) pengetahuan awal peserta didik, (2) keadaan siswa di rumah
juga berpengaruh terhadap hasil belajar, (3) jarak rumah dengan sekolah yang cukup jauh,
(4) lingkungan sosial siswa di rumah, (5) fasilitas dalam pembelajaran di sekolah, (6)
kondisi geografis sekolah yang terletak di perdesaan yang menyebabkan kurangnya
tenaga guru professional. Jadi dapat kita simpulkan bahwa peran guru untuk menciptakan
suasana yang kondusif harus menguasai tugas serta pera guru terlebih dahulu, kemudian
menguasai aspek dan faktor apa saja yang memicu pada proses belajar – mengajar
sehingga ketika guru siap menguasa segala bidang terkait proses pengajaran maka dapat
dikatakan guru bisa berhasil membuat tujuan pembelajaran tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Nartanio. 2006. Mengelola kelas untuk keberhasila Proses Belajar
Mengajar. No 1. Hal 92-97.
Ahmadi, A. & J. T. Prasetiya. 2005. SBM: Strategi Belajar Mengajar. Bandung:
Pustaka Setia
Arens, Ricard. 2008. Learning To Teach (Belajar untuk Mengatur).
Yogyajakarta : Pustaka Jakarta.
Dedi Permadi. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia.
Djamarah dan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Fathurrohman, Pupuh. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Refika
Aditama.
Hasibuan & Mudjiono. (2002). Proses belajar mengajar, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Helsa, dkk. 2017. Kemampuan Manajemen Guru di Kelas. Vol 16. No 2. Hal
89-104.
Hisyam Zaini, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif. (Yogyakarta: CTSD IAIN
Sunan Kalijaga, 2002), hal 8-10.
Ismiarti. 2004. Meningkatkan Minat Belajar Siswa melalui Penciptaan Iklim
Kelas yang Kondusif. Jurnal Guru. Vol 1 hal 25-28.
M. Entang dan T. Raka Joni, 1983. kegiatan mengajar dan kegiatan manajerial,
Bandung, Remaja Rosdakarya.
Martinis Yamin, Maisah, 2009. Manajemen Pembelajaran Kelas, Strategi
Meningkatkan Mutu Pebellajaran kelas, Jakarta, Gaung Persada.
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung,
1992, hal. 89.
Mudri, M Walid. Kompetensi dan Peranan Guru dalam Pembelajaran. Hal 116121.
Mujtahid 2010. Manajemen Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara
Mulyasa, 2005, Menjadi Guru, Menciptakan Pelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mursalin, Sulaiman. 2017. Peran Guru dalam Pelaksanaan Manajemen Kelas.
Vol 2. No 1. Hal 105-108
Mustafida, Fita. 2017. Strategi Menciptakan iklim kelas yang kondusif di SD.
Vicratina. Vol 01. No 2. Hal 84-86.
Ngalim, Poerwanto. 1991. Kompetensi Mengajar dan Guru. Jakarta: Nasco
Nurudin Syafrudin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta,
Ciputat Press, 2002), hal 143.
Rachman, Maman. 1997. Manajemen Kelas. Jakarta : Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Raresik, Ayuning. 2016. Faktor yang Mempengarui Keberhasilan Siswa. Vol 4.
No 1. Hal 3-4.
Sarwoto, Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen, Ghalia Indonesia, Jakarta,
1991, hal. 45.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Suharsimi, Arikunto. 1992. Pengelolaan Kelas dan Siswa (Sebuah Pendekatan
Evaluatif). Jakarta, Rajawali.
Sunhaji. 2014. Manajemen Kelas dan Implikasinya dalam Pembelajaran. Vol 2.
No 2. Hal 32,35.
Suryosubroto, B, Drs. 2013. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta :
Rineka Cipta.
Winataputra. 2003. Manajemen Peserta didik. Jakarta: Bina Karya.
Wiyani. 2013. Manajemen Kelas: Teori dan Aplikasi untuk Menciptakan Kelas
yang Kondusif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Zahara, Mustika. 2015. Pentingnya peranan guru dalam pembelajaran.
Intelektualita. Vol 3. No 1. Hal 67.