Representasi Percintaan Remaja dalam Ikl

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
McDonald’s, yang merupakan restoran cepat saji dengan jaringan
waralaba terbesar di dunia, memang dikenal selalu menampilkan konsepkonsep yang unik dalam melakukan komunikasi pemasaran. Sebagai raksasa
restoran siap saji yang reputasinya telah mendunia, tentunya McDonald’s
ingin selalu memberikan yang terbaik kepada konsumennya. Dalam
penyelenggaraan program komunikasi pemasaran, dalam hal ini khususnya
iklan, McDonald’s memang tidak ingin sekedar berpromosi tetapi ia selalu
berusaha menampilkan iklan-iklan dengan konsep yang fresh, unik, dan
menarik.
Bisnis restoran cepat saji semacam McDonald’s cukup berkembang
pesat di Indonesia. Hampir di setiap kota, terutama di kota-kota besar kita
menjumpai berbagai merek restoran siap saji. Mengonsumsi fast food atau
makanan cepat saji sendiri sudah menjadi kebiasaan bagi sebagian
masyarakat Indonesia terutama bagi mereka yang tinggal di daerah
perkotaan dan memiliki aktivitas padat. Belakangan ini bisnis restoran cepat
saji di Indonesia tidak hanya dikuasai oleh jaringan waralaba dari luar negeri
saja tetapi merek-merek lokal juga mulai banyak bermunculan. Banyaknya
pesaing yang bermunculan menuntut McDonald’s untuk memberikan sesuatu

yang berbeda agar ia memiliki nilai lebih dibanding para kompetitornya.
Iklan televisi dari produk terbaru McDonald’s, Chicken Snack Wrap,
berusaha tampil beda dengan mengangkat tema percintaan remaja. Dalam
iklan ini diceritakan bahwa si lelaki telah lama memendam perasaaan kepada
si perempuan, Saat keduanya sedang bersama, si lelaki selalu berusaha untuk
menggenggam tangan si perempuan. Namun sayangnya, selalu ada halangan
1

setiap tangan mereka akan bersentuhan sehingga si lelaki selalu gagal
menggenggam tangan si perempuan. Hingga suatu ketika mereka makan
berdua di McDonald’s dan secara tidak sengaja tangan mereka bersentuhan
saat sama-sama ingin mengambil makanan. Pada momen itulah pasangan
muda-mudi tersebut akhirnya saling bergenggaman tangan. Dalam iklan ini
McDonald’s seakan ingin menunjukkan bahwa produk mereka dapat
memberi kebahagiaan kepada pasangan muda-mudi.
Peneliti melihat ada hal menarik dalam iklan televisi McDonald’s versi
Chicken Snack Wrap yang menggunakan tema percintaan remaja dan
mengangkat tagline “nikmati momen berharga dalam genggaman”. Peneliti
memiliki kecurigaan bahwa simbol-simbol dan penggunaan tagline dalam
iklan tersebut dimaksudkan untuk mengkonstruksikan suatu makna tertentu.

Maka dari itu, untuk mengetahui proses konstruksi makna dalam iklan
televisi McDonald’s versi Chicken Snack Wrap ini peneliti bermaksud untuk
melakukan analisis terhadap iklan tersebut. Peneliti ingin mengetahui pesan
apa yang dikonstruksikan oleh McDonald’s kepada pemirsa iklannya sehingga
mereka mengangkat tema percintaan remaja untuk mengiklankan produk
Chicken Snack Wrap.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa masalah yang ingin diangkat dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana representasi percintaan remaja dalam iklan televisi
McDonald’s versi Chicken Snack Wrap?

C. Tujuan Penelitian
2

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna yang terkandung
dalam iklan televisi McDonald’s versi Chicken Snack Wrap terkait dengan
adegan adegan percintaan remaja yang ditampilkan di dalamnya.


D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan kontribusi kepada ilmu pengetahuan khususnya ilmu
komunikasi terkait dengan kajian iklan.

2. Memberikan

pengetahuan

dan

wawasan

kepada

pembaca

mengenai makna-makna yang terkandung dalam iklan sehingga
pembaca dapat bersikap lebih kritis terhadap pesan-pesan media,
khususnya iklan.


E. Kerangka Pemikiran

1. Kerangka Teori
1.1 Semiotika
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji
tanda (Sobur, 2009:15). Semiotika atau yang dalam istilah Roland
Barthes

disebut

semiologi

pada

dasarnya

hendak

mempelajari


bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things) yang ada
di sekitarnya. Memaknai (to signify) dalam hal ini berbeda dengan
mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objekobjek tidak hanya membawa informasi saat mereka berkomunikasi tetapi
juga mengkonstitusi sistem terstuktur dari tanda (Barthes, 1988:179;
Kurniawan, 2001:53). Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya
3

dan makna (meaning) adalah hubungan antara suatu objek atau ide
dengan suatu tanda (Littlejohn, 1996:64).
Kajian semiotika terbagi atas dua jenis, yakni semiotika
komunikasi dan semiotika signifikasi (Eco, 1979:8-9; Hoed, 2001:140).
Semiotika komunikasi menekankan pada teori tentang produksi tanda
yang salah satu di antaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam
komunikasi, yaitu pengirim, penerima kode (sistem tanda), pesan,
saluran komunikasi, dan acuan (hal yang dibicarakan) (Jakobson, 1963
dalam Hoed 2001:140). Sementara semiotika signifikasi memberikan
tekanan pada teori tanda dan pemahamannya dalam suatu konteks
tertentu.
Pada semiotika signifikasi tidak dipersoalkan adanya tujuan

berkomunikasi. Sebaliknya yang diutamakan adalah segi pemahaman
suatu tanda sehingga proses kognisinya pada penerima tanda lebih
diperhatikan daripada proses komunikasinya. Sementara semiotika
komunikasi, seperti halnya basis studi komunikasi, adalah proses
mempelajari media yang intinya adalah makna. Umberto Eco dalam A
Theory of Semiotics menyatakan bahwa semiotika komunikasi adalah
semiotika yang menekankan pada aspek produksi tanda (sign
production), ketimbang ‘sistem tanda’ (sign system). Sebagai sebuah
‘mesin produksi makna’, semiotika sangat bertumpu pada ‘mesin pekerja
tanda’ (labor), yang memilih tanda dari bahan baku tanda-tanda yang
ada, dan mengkombinasikannya dalam rangka memproduksi sebuah
ekspresi yang bermakna.
1.2. Komunikasi Periklanan
Dalam komunikasi

periklanan,

tidak hanya

bahasa


yang

digunakan sebagai alat komunikasi tetapi alat-alat lainnya seperti
gambar, warna, dan bunyi juga digunakan. Iklan dapat disampaikan
melalui berbagai saluran media antara lain media cetak (surat kabar,

4

majalah, brosur, dan billboard) dan media elektronik (radio, televisi,
film). Pengirim pesan umumnya adalah penjual produk dan penerimanya
adalah khalayak ramai yang menjadi sasaran.
Untuk menganalisis sebuah iklan, kita dapat menggunakan
semiotika model Roland Barthes dimana ia menganalisis iklan Pasta
“Panzani” berdasarkan pesan yang dikandungnya (Cobey & Jansz,
1999:47-48), yaitu pesan linguistik, pesan ikonik yang terkodekan, dan
pesan ikonik yang tak terkodekan. Pesan linguistik adalah semua kata
dan kalimat yang terdapat dalam iklan. Pesan ikonik yang terkodekan
merupakan konotasi visual yang diturunkan dari penataan elemenelemen visual iklan. Pesan ikonik tak terkodekan adalah istilah yang
digunakan Barthes untuk menunjuk makna denotasi atau pemahaman

langsung dalam iklan tanpa mempertimbangkan kode sosial yang lebih
luas.
1.3. Teori Tanda Ferdinand de Saussure (1857-1913)
Pokok dari teori Saussure adalah prinsip yang mengatakan bahwa
bahasa adalah suatu sistem tanda dan setiap tanda tersusun dari dua
bagian, yaitu signifier (penanda) dan signified (petanda). Penanda dapat
diartikan sebagai sebuah ide atau sesuatu yang bermakna. Penanda
adalah aspek material dari bahasa, yakni apa yang dikatakan atau
didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Sedangkan petanda adalah
gambaran mental, pikiran, atau konsep. Jadi, petanda merupakan aspek
mental dari bahasa (Barthes, 2001:180). Perlu diperhatikan bahwa
dalam tanda bahasa yang konkret, kedua unsur tersebut tidak dapat
dipisahkan. Suatu penanda tanpa petanda tidak akan berarti apa-apa
karena hal itu bukan merupakan tanda. Sebaliknya, suatu petanda tidak
mungkin disampaikan atau ditangkap lepas dari penanda. Petanda atau
sesuatu yang ditandakan termasuk bagian dari tanda itu sendiri sehingga
tergolong suatu faktor linguistis. Saussure berpendapat bahwa penanda

5


dan petanda merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
seperti halnya dua sisi dari sehelai kertas.
1.4. Semiologi dan Mitologi Roland Barthes (1915-1980)
Dalam teorinya, Roland Barthes mengembangkan semiotika
menjadi 2 tingkatan pertandaan, yakni denotasi dan konotasi. Denotasi
adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan
petanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan pasti.
Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan
penanda dan petanda yang di dalammnya beroperasi makna yang tidak
eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti (Kusumarini, 2006).
Barthes merupakan penerus pemikiran Saussure. Barthes
meneruskan pemikiran Saussure dengan menekankan interaksi antara
tanda dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, serta
interaksi antara konvensi dalam tanda dengan konvensi yang dialami dan
diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes dikenal dengan sebutan
“two order of signification” yang mencakup makna denotasi dan konotasi.
Salah satu area penting yang dirambah oleh Barthes dalam studinya
tentang tanda adalah peran pembaca (the reader). Pertandaan pada
tingkat konotasi akan membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat
berfungsi.

Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu “mitos” yang
menandai suatu masyarakat. “Mitos” menurut Barthes terletak pada
tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk sistem sign-signifiersignified, tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian
memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu
tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi
makna denotasi, maka makna denotasi tersebut akan menjadi mitos.
2. Kerangka Konsep
2.1. Tanda (Signs)

6

Tanda (signs) adalah basis dari seluruh komunikasi (Littlejohn,
1996:64). Manusia dengan perantara tanda-tanda dapat melakukan
komunikasi dengan sesamanya. Berdasarkan objeknya, Pierce membagi
tanda atas icon (ikon), index (indeks), dan symbol (simbol). Ikon adalah
tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat
bersamaan bentuk alamiah. Dengan kata lain, ikon adalah hubungan
antara tanda dan objek atau acuan yang memiliki kemiripan. Indeks
adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda
dan petanda yang bersifat kausal atau tanda yang mengacu langsung

pada kenyataan. Sementara itu, simbol adalah tanda yang menunjukkan
hubungan alamiah antara penanda dan petanda. Hubungan diantaranya
bersifat arbitrer atau semena, dan hubungan yang terbentuk berdasarkan
konvensi (perjanjian) masyarakat.
Berdasarkan

interpretant,

tanda

(sign,

representamen)

diklasifikasikan atas rheme, dicent sign atau dicisign dan argument.
Rheme

adalah

tanda

yang

memungkinkan

orang

menafsirkan

berdasarkan pilihan. Misalnya orang yang merah matanya dapat
menandakan bahwa orang itu baru menangis, atau menderita penyakit
mata, atau mata dimasuki insekta, atau baru bangun, atau ingin tidur.
Dicent sign atau dicisign adalah tanda sesuai kenyataan. Misalnya jika
pada suatu jalan yang sering terjadi kecelakaan, maka di tepi jalan
dipasang rambu lalu lintas yang menyatakan bahwa disitu sering terjadi
kecelakaan. Argument adalah tanda yang langsung memberikan alasan
tentang sesuatu.
Tanda yang ditimbulkan manusia dapat dibagi menjadi dua, yakni
tanda yang bersifat verbal dan tanda yang bersifat nonverbal (Pateda,
2001:48). Tanda yang bersifat verbal adalah tanda-tanda yang digunakan
sebagai alat komunikasi yang dihasilkan oleh alat bicara, sedangkan yang
anda bersifat nonverbal dapat berupa: (i) tanda yang menggunakan

7

anggota badan, (ii) tanda suara, (iii) tanda yang diciptakan manusia
untuk menghemat waktu, tenaga, dan kerahasiaan, dan (iv) benda-benda
yang bermakna kultural dan ritual.
Seperti halnya kata-kata, kebanyakan tanda-tanda nonverbal tidak
bersifat universal (Tubbs & Moss, 1994:124). Makna dari tanda-tanda
nonverbal sangat dipengaruhi oleh kondisi cultural dimana tanda itu
digunakan. Isyarat atau tanda-tanda nonverbal yang sama dapat memiliki
arti yang berbeda bagi anggota-anggota budaya yang lain.
2.2. Iklan Televisi
Pemilihan bentuk promosi melalui iklan televisi seringkali
dilakukan karena dianggap sesuai dalam mengkomunikasikan pencitraan
produk melalui suara, warna, dan gerakan. Adapun tujuan iklan televisi
menurut Kotler (dalam Durianto, 2003:3) dapat dijabarkan sebagai
berikut:
1. Iklan untuk memberi informasi (informing)
Iklan televisi bertujuan menginformasikan kepada khalayak
mengenai keberadaan produk, cara pemakaian, meluruskan
kesan yang keliru tentang produk tersebut serta membangun
citra positif perusahaan dalam masyarakat.
2. Iklan untuk mempersuasi (persuading)
Iklan televisi dapat digunakan untuk membujuk para
pemirsanya dalam tujuan membentuk permintaan selektif
produk tertentu. Ia secara otomatis membentuk pilihan
produk, mengalihkan penonton pada pilihan produk tertentu,
mengubah persepsi sekaligus mendorong mereka kepada
aktivitas pembelian.
3. Iklan untuk mengingatkan (reminding)
Dalam fungsi reminding, iklan berfungsi untuk mengingatkan
pelanggan tentang produk dan menjaga merek agar tetap segar
di ingatan para pemirsa iklan. Iklan sangat penting untuk

8

produk yang telah mapan bertujuan agar loyalitas konsumen
terhadap produk bisa terjaga.
Media televisi merupakan salah satu media yang memiliki
pengaruh kuat terhadap khalayak sehingga para pengiklan berlombalomba mengiklankan produknya melalui media televisi. Terkait pengaruh
kuat ini, para pengiklan kemudian saling berkompetisi untuk
menciptakan materi iklan yang semenarik mungkin. Secara umum,
pengiklan dalam melakukan perancangan isi pesan iklan mengacu pada
dua pendekatan (Widyatama, 2001:229), yakni:
1. Ratinal Appeal
Pendekatan rational appeal berfokus pada pemberian informasi
berdasar fakta-fakta yang sifatnya rasional, mengedepankan
benefit fungsional dari suatu produk dan terdapat add value
yang nyata. Iklan dengan pendekatan rational appeal biasanya
menggambarkan mutu, nilai ekonomis dan kinerja produk
barang dan jasa serta menekankan fitur manfaat atau alas an
untuk memiliki produk yang bersangkutan.
2. Emotional Appeal
Pendekatan emotional appeal berorientasi pada upaya untuk
menggelitik aspek emosi dan perasaan (feeling) konsumen.
Emotional appeal mengedepankan nilai prestise, kebutuhan
psikologis/sosial akan suatu produk serta mengasosiasikan
produk dengan gengsi tertentu.
Terkait

dengan

pendekatan

periklanan

tersebut,

penulis

merumuskan bahwa pendekatan yang digunakan dalam iklan televisi
McDonald’s versi Chicken Snack Wrap ini adalah pendekatan emotional
appeal. Hal ini terlihat dari konten iklan yang berisikan romantika kisah
cinta remaja. Hubungan percintaan merupakan kebutuhan psikologis
manusia. Manusia adalah makhluk sosial dan pada dasarnya setiap

9

manusia tidak dapat hidup sendiri. Manusia membutuhkan cinta dan
kasih sayang dalam hidupnya.
2.3 Percintaan Remaja
Menurut Elizabeth B. Hurlock dalam Developmental Psychology
(1968) menjelaskan bahwa rentang masa remaja adalah 12-21 tahun.
Dalam rentang itu, terdapat beberapa fase, yaitu remaja awal, yang
terjadi pada usia 12-15 tahun; remaja pertengahan yang terjadi pada usia
15-18 tahun; dan remaja pertengahan, yang terjadi pada usia 18-21
tahun. Pada masa remaja inilah, semua aspek kehidupan akan
berkembang, misalnya perkembangan fisik, perkembangan seksual,
perkembangan psikologis, perkembangan sosial, perkembangan kognitif
dan moral.
Di dalam perkembangan remaja, ada suatu masa yang disebut
dengan masa pubertas. Masa pubertas pada remaja ditandai dengan
perubahan bentuk tubuh, cara berpikir, suara, dan mulai terbentuknya
hormon-hormon yang menyiapkan tubuh-tubuh muda untuk siap
dibuahi dan membuahi. Situasi inilah yang menyebabkan pada masa
pubertas ini biasanya seseorang mulai merasakan adanya ketertarikan
atau nafsu terhadap lawan jenis, yang biasa dikenal dengan istilah jatuh
cinta. Kontak batin dan fisik yang terjalin antar sesama lawan jenis pada
masa remaja selanjutnya akan memunculkan fenomena kencan dan
pacaran. Kencan merupakan suatu bentuk rekreasi, sebagai sumber
status sosial dan keberhasilan, sebagai bagian dari proses sosialisasi yang
melibatkan proses belajar tentang keakraban, menyediakan situasi untuk
kontak seksual, menyediakan kebersamaan dan memberikan sumbangan
untuk perkembangan identitas dan menjadi sarana untuk memilih atau
menyeleksi pasangan (Santrock, 2003: 245). Menurut DeGenova & Rice
(2005) pacaran adalah menjalankan suatu hubungan dimana dua orang
bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas bersama agar dapat saling

10

mengenal satu sama lain. Benokraitis (1996) menambahkan bahwa
pacaran adalah proses dimana seseorang bertemu dengan seseorang
lainnya dalam konteks sosial yang bertujuan untuk menjajaki
kemungkinan sesuai atau tidaknya orang tersebut untuk dijadikan
pasangan hidup. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kencan dan pacaran
merupakan suatu tahap penjajakan dalam hubungan antara pria dan
wanita dengan tujuan untuk saling mengenal dan melihat kesesuaian
antara satu sama lain sebagai pertimbangan sebelum menikah.
Menurut Reiss (dalam Duvall & Miller, 1985) pacaran adalah
hubungan antara pria dan wanita yang diwarnai keintiman. Menurut
Papalia, Olds & Feldman (2004), keintiman dalam hubungan percintaan
meliputi

adanya

rasa

kepemilikan

dan

keterbukaan

untuk

mengungkapkan informasi penting mengenai diri pribadi kepada orang
lain (self disclosure). Keintiman dalam hubungan percintaan remaja
sendiri

umumnya diwujudkan

dengan hal-hal

romantis seperti

penggunaan kata-kata puitis, adanya kontak fisik seperti berpegangan
tangan, berpelukan, serta berbagai aktivitas lainnya yang menunjukkan
adanya kepemilikan dan keterbukaan kepada pasangan.

F. Metodologi Penelitian
1. Objek Penelitian
Objek yang diteliti adalah iklan McDonald’s versi Chicken Snack
Wrap yang ditayangkan di stasiun televisi nasional antara bulan
Februari - Maret 2013.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode analisis semiotik yang
didasarkan pada pemikiran Ferdinand de Saussure dan Roland Bathes.
Analisis semiotik menitikberatkan perhatian pada aspek bagaimana
bahasa dan penandaan beroperasi dalam memproduksi makna.
Semiotik merupakan sebuah studi yang mengkaji tanda-tanda (the
11

study of signs) yang memungkinkan kita untuk memandang entitasentitas tertentu sebagai tanda-tanda atau sebagai sesuatu yang
bermakna. Iklan televisi McDonald’s versi Chicken Snack Wrap diteliti
menggunakan analisis semiotik karena peneliti ingin menafsirkan
simbol-simbol komunikasi yang terdapat dalam iklan tersebut
sehingga dapat diketahui bagaimana komunikator mengkontruksi
pesan untuk maksud-maksud tertentu.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam
penelitian ini antara lain:
a. Observasi
Observasi atau pengamatan dilakukan terhadap video
rekaman iklan McDonald’s versi Chicken Snack Wrap yang
dilihat baik dari aspek audio maupun visual. Pengamatan
terhadap

rekaman

video

ini

digunakan

untuk

mengindentifikasi sistem tanda yang tedapat dalam iklan.
Sistem tanda yang akan diteliti terdiri dari beberapa aspek 1,
antara lain:
 Visual/kamera
Aspek visual dalam hal ini mengandung beberapa
unsur seperti pergerakan kamera, komposisi objek,


serta sudut pengambilan gambar.
Pencahayaan
Pencahayaan mempunyai tujuan utama sebagai
bentuk ekspresif dari sebuah tayangan seperti
menujukkan suasana dan gambaran yang terlihat
dalam tiap adegan serta memberikan kontribusi
dalam membuat narasi terlihat detil sehingga dapat



menunjukkan karakter atau motivasi dalam narasi.
Audio/sound

1 Aspek-aspek yang perlu diteliti dalam analisis film menurut Graeme Turner (1999) yang
diadaptasi oleh penulis menjadi aspek-aspek yang diteliti dalam analisis tayangan iklan.

12

Aspek audio mencakup di dalamnya unsur-unsur
seperti dialog, pilihan kata, serta musik. Aspek suara
dalam sebuah tayangan dapat menunjang fungsi
naratif dan memperkuat sisi emosional yang ingin


ditampilkan.
Perilaku
Aspek ini mengacu pada perilaku tokoh yang
terdapat dalam tiap adegan yang ditunjukkan dari



ekspresi, pose, dan gaya berpakaian.
Penampilan
Aspek ini mengacu pada penampilan tokoh dalam
iklan yang mewakili simbol-simbol tertentu seperti



simbol sosial budaya.
Mise-en-scene
Mise-en-scene mempunyai pemahaman terhadap
bentuk pengarahan desain teknis yang meliputi
teknik

pencahayaan,

komposisi

visual,

serta

penempatan kamera. Menurut Turner, mise-en-scene
adalah sebuah aspek terpenting dalam melihat
image. Karena melaluinya dapat dilihat unsur-unsur
kostum, penataan dan pergerakan figur, the spatial
relations (melihat siapa yang disoroti secara kabur,
siapa yang dominan) dan penempatan objek yang
dipandang penting dalam narasi.
b. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan data-data
pendukung yang dibutuhkan dalam penelitian. Studi
pustaka dilakukan dengan cara membaca buku, jurnal,
artikel, maupun publikasi media lainnya yang terkait
dengan masalah yang diteliti.
4. Teknik Analisis Data

13

Analisis data dalam penelitian ini akan dilakukan melalui dua
tahap. Tahap pertama peneliti akan melakukan kajian terhadap tandatanda yang terdapat dalam tayangan iklan televisi McDonald’s versi
Chicken Snack Wrap. Tanda-tanda yang dikaji adalah tanda-tanda yang
mengidentifikasikan suatu hubungan percintaan atau mengandung
nilai-nilai romantisme.
Pada tahap kedua peneliti akan melakukan analisis untuk
melihat apakah tanda-tanda dalam iklan memiliki makna yang
ditujukan untuk mengkonstruksi suatu nilai-nilai tertentu kepada
khalayak. Selanjutnya, peneliti juga akan meneliti korelasi antara tema
percintaan remaja yang diangkat dalam iklan dengan tagline iklan dan
produk yang diiklankan itu sendiri.

Daftar Pustaka
Barthes, Roland. 1988. The Semiotic Challenge. New York: Hill and Wang.
______________. 1993. Mythologies. London: Vintage Books.
Benokraitis, Nijole V. 1996. Marriages and Families 2nd edition: Changes,
Choices and Constraint. New Jersey: Prentice-Hall Inc.
Durianto, dkk. 2003. Invasi Pasar dengan Iklan Yang Efektif. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Duvall, E & Miller, C. M. (1985). Marriage and Family Development 6th ed.
New York: Harper & Row Publisher.
Eco, Umberto. 1979. A Theory of Semiotics. Bloomington: Indiana University
Press.
Hoed, Benny H. 2001. Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya. Jakarta:
Komunitas Bambu.

14

Kurniawan. 2001.
Indonesiatera.

Semiologi

Roland

Barthes.

Magelang:

Yayasan

Littlejohn, Stephen W. 1996. Theories of Human Communication, Fifth Edition.
New York: Wadsworth Publishing Company.
Papalia, D.E., Olds, S.W., Feldman, R.D. 2004. Human Development 9th edition.
New York: McGraw-Hill.
Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Edisi Kedua. Jakarta: Rineka Cipta.
Rice, P.S. & De Genova, M. K. 2005. Intimate Relationships, Marriage, and
Families 6th edition. New York: McGraw-Hill.
Santrock, John W. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.
Sobur, Alex. 2006. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tubbs, Stewart L dan Sylvia Moss. 1994. Human Communication, Seventh
Edition. New York: McGraw-Hill, Inc.
Turner, Graeme. 1999. Film As Social Practice. New York: Routledge.
Widyatama, Rendra. 2001. Pengantar Periklanan. Jakarta: Pustaka Book
Publisher.

15