Pendekatan Filsafat Dalam Pendidikan (1)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah filsafat berasal dari dua suku kata dalam bahasa Yunani kuno, yaitu phile
atau philos yang berarti cinta atau sahabat, dan sophia atau sophos yang berarti
kebijaksanaan. Kedua suku kata tersebut membentuk kata majemuk philosophia. Dengan
demikian, berdasarkan asal usul philosophia (filsafat) berarti cinta kepada kebijaksanaan
atau sahabat kebijaksanaan. Karena istilah philosophia dalam bahasa Indonesia identik
dengan istilah filsafat, maka untuk orangnya, yaitu orang yang mencintai kebijaksanaan
disebut filsuf.
Harun Hadiwijono berpendapat bahwa filsafat diambil dari bahasa Yunani,
filosofia. Struktur katanya berasal dari kata filosofien yang berarti mencintai
kebijaksanaan. Dalam arti itu, menurut Hadiwijono filsafat mengandung arti sejumlah
gagasan yang penuh kebijaksanaan. Artinya, seseorang dapat disebut berfilsafat ketika ia
aktif memperoleh kebijaksanaan. Kata filsafat dalam pengertian ini lebih memperoleh
kebijaksanaan. Kata filsafat dalam pengertian ini lebih berarti sebagai “Himbauan kepada
kebijaksanaan”.
Di zaman Yunani, filsafat bukan merupakan suatu disiplin teoritis dan spesial, akan
tetapi suatu cara hidup yang kongkret, suatu pandangan hidup yang total tentang manusia
dan tentang alam yang menyinari seluruh kehidupan seseorang. Selanjutnya, dengan
kehidupan atau perkembangan peradaban manusia dan problema yang di hadapinya,

pengertian yang bersifat teoritis seperti yang di lahirkan filsafat Yunani itu kehilangan
kemampuan untuk memberi jawaban yang layak tentang kebenaran peradaban itu telah
menyebabkan manusian melakukan loncatan besar dalam bidang sains, teknologi,
kedokteran dan pendidikan.
Perubahan itu mendorong manusia memikirkan kembali pengertian tentang
kebenaran. Sebab setiap terjadi perubahan dalam peradaban akan berpengaruh terhadap
sistem nilai yang berlaku, karena antara perubahan peradaban dengan cara berfikir
manusia terdapat hubungan timbal balik.

Filsafat Pendidikan

1

Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta
didik, baik potensi fisik, potensi cipta, rasa maupun karsanya agar dasar kependidikan
adalah cita-cita kemanusiaan universal. Karenanya pendidikan bertujuan menyiapkan
pribadi dalam keseimbangan, kesatuan, organis, dinamis, guna mencapai tujuan hidup
kemanusiaan, melalui filsafat kependidikan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang
digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pendidikan dalam analisis filsafat itu?
2. Bagaimana pendekatan filosofi dalam pemecahan masalah pendidikan?
3. Bagaimana hubungan filsafat dan teori pendidikan ?
1.3 Manfaat
1. Dapat menjadi suatu bekal bagi para pendidik untuk menghadapi masalah dalam
pendidikan.
2. Mahasiswa agar dapat memahami secara menyeluruh mengenai filsafat pendidikan.

Filsafat Pendidikan

2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Pancasila Sebagai Landasan Filsafat Sistem Pendidikan Nasional
Bangsa Indonesia memiliki filsafat umum atau filsafat Negara ialah pancasila
sebagai falsafah Negara, Pancasila patut menjadi jiwa bangsa Indonesia, menjadi

semangat dalam berkarya pada segala bidang. Pasal 2 UU-RI No. 2 Tahun 1989
menetapkan bahwa pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945. Rincian selanjutnya tentang hal itu tercantum dalam penjelasan UU-RI
No. 2 Tahun 1989, yang menegaskan bahwa pembangunan nasioanal termasuk
dibidang pendidikan adalah pengamalan pancasila, dan untuk itu pendidikan nasional
mengusahakan antara lain: “ Pembentukan manusia Pancasila sebagai manusia
pembangunan yang tinggi kualitasnya dan mampu mandiri”. Sedangkan ketetapan
MPR-RI No.II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila
menegaskan pula bahwa pancasila itu adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia,
kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia,dan dasar Negara
Republik Indonesia. Pancasila sebagai sumber dari segala gagasan mengenai wujud
bangsa manusia dan masyarakat yang dianggap baik, sumber dari segala sumber nilai
yang menjadi pangkal serta mauara dari setiap keputusan dan tindakan dalam
pendidikan dengan kata lain : Pancasila sebagai sumber system nilai dalam
pendidikan.
P4 atau Ekaprasetya Pancakarsa sebagai petunjuk operasional pengamalan
pancasila dalam kehidupan sehari-hari,termasuk dalam bidang pendidikan. Perlu
ditegaskan bahwa pengamalan Pancasila ituharuslah dalam arti keseluruhan dan
keutuhan kelima sila dalam pancasila itu, sebagai yang dirumuskan dalam pembukaan
UUD 1945, yaitu Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,

Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmad kebijaksanaan dalam
permusyawaratan /perwakilan dan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

Filsafat Pendidikan

3

Belum ada upaya mengopersionalkan Pancasila agar mudah diterapkan dalam
kegiatan–kegiatan di masyarakat, termasuk penerapanya dalam dunia pendidikan
Kalaupun ada bidang studi menyangkut moral Pancasila, sebagan besar diterapkan
seperti melaksanakan bidang-bidang studi lain. Pendidik mengajarkannya, peserta
didik berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan pendidik dalam ujian-ujian.
Sementara itu dunia pendidikan di Indonesia belum punya konsep atau teoriteori sendiri yang cocok dengan kondisi, kebiasaan atau budaya Indonesia tentang
pengertian dan cara –cara mencapai tujuan pendidikan.Sebagian besar konsep atau
teori pendidikan diimpor dari luar negeri sehingga belum tentu valid untuk diterapkan
di Indonesia.
Teori-teori biasa didapat dengan cara belajar diluar negeri, atau dengan cara
melakukan studi banding. Dan yang paling banyak dilakukan adalah dengan
mendatangkan buku atau membeli buku dari Negara lain. Inilah sumber konsep
pendidikan di Indonesia. Kalaupun ada usaha menyususn sendiri konsep pendidikan

sebagian besar juga bersumber dari buku-buku ini. Begitu pula tentang konsep-konsep
pendidikan yang ditatarkan dalam penataran-penataran pendidikan jugaBersumber
dari buku-buku. Dengan demikian dapat diibaratkan membuat manusia Indonesia
yang dicita-citakan seperti menerpa patung dengan cetakan luar negeri. Hasilnya tentu
tidak persis seperti manusia yang dicita-citakan, karena cetakan itu sendiri belum ada
di Indonesia.
2.2 Pendidikan Dalam Analisis Filsafat
Masalah pendidikan adalah merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia.
Proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan
kehidupan manusia, bahkan keduanya pada hakikatnya adalah proses yang satu.
Pengertian yang luas dari pendidikan sebagaimana dikemukakan oleh Lodge, yaitu
bahwa: “life is education, and education is life”, akan berarti bahwa seluruh proses
hidup dan kehidupan manusia itu adalah proses pendidikan segala pengalaman sepanjang
hidupnya merupakan dan memberikan pengaruh pendidikan baginya. Dalam artinya yang
sepit, pendidikan hanya mempunyai fungsi yang terbatas, yaitu memberikan dasar-dasar
dan pandangan hidup kepada generasi yang sedang tumbuh, yang dalam prakteknya
identik dengan pendidikan formal di sekolah dan dalam situasi dan kondisi serta
lingkungan belajar yang serba terkontrol.

Filsafat Pendidikan


4

Bagaimanapun luas sempitnya pengertian pendidikan, namun masalah pendidikan
adalah merupakan masalah yang berhubungan langsung dengan hidup dan kehidupan
manusia. Pendidikan merupakan usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan
kemanusiaanya, dalam membimbing, melatih, mengajar dan menanamkan nilai-nilai
serta dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi mu, agar nantinya menjadi manusia
yang sadar dan bertanggung jawab akan tugas-tugasnya sebagai manusia, sesuai dengan
sifat hakikat dan ciri-ciri kemanusiannya dan pendidikan formal di sekolah hanya bagian
kecil saja dari padanya. Tetapi merupakan inti dan bisa lepas kaitannya dengan proses
pendidikan secara keseluruhannya.
Dengan pengertian pendidikan yang luas, berarti bahwa masalah kependidikan pun
mempunyai ruang lingkup yang luas pula, yang menyangkut seluruh aspek hidup dan
kehidupan manusia. Memang diantara permasalahan kependidikan tersebut terdapat
masalah pendidikan yang sederhana yang menyangkut praktek dan pelaksanaan seharihari, tetapi banyak pula pula diantaranya yang menyangkut masalah yang bersifat
mendasar dan mendalam, sehingga memerlukan bantuan ilmu-ilmu lain dalam
memecahkannya. Bahkan pendidikan juga menghadapi persoalan-persoalan yang tidak
mungkin terjawabdengan menggunakan analisa ilmiah semata-mata, tetapi memerlukan
analisa dan pemikiran yang mendalam, yaitu analisa filsafat. Berikut ini akan

dikemukakan beberapa masalah kependidikan yang memerlukan analisa filsafat dalam
memahami dan memecahkannya, antara lain:
1. Masalah kependidikan pertama yang mendasar adalah tentang apakah hakikat
pendidikan itu. Mengapa pendidikan itu harus ada pada manusia dan merupakan
hakikat hidup manusia itu. Dan bagaimana hubungan antara pendidikan dengan hidup
dan kehidupan manusia. Apakah pendidikan itu berguna untuk membawa kepribadian
manusia, apakah potensikereditas yang menentukan kepribadian manusia itu, atau
faktor-faktor yang berasal dari luar/lingkungan dan pendidikan. Mengapa anak yang
mempunyai potensi hereditas yang tidak baik, walaupun mendapatkan pendidikan dan
lingkungan yang baik, tetap tidak berkembang.

Filsafat Pendidikan

5

2. Apakah sebenarnya tujuan pendidikan itu. Apakah pendidikan itu untuk individu, atau
untuk kepentingan masayarakat. Apakah pendidikan dipusatkan untuk membina
kepribadian manusia ataukah untuk pembinaan masyarakat. Apakah pembinaan
manusia itu semata-mata unuk dan demi kehidupan riel dan materil di dunia ini,
ataukah untuk kehidupan kelak di akhirat yang kekal.

Masalah-masalah tersebut merupakan sebagian dari contoh-contoh problematika
pendidikan, yang dalam pemecahannya memerlukan usaha-usaha pemikiran yang
mendalam dan sistematis, atau analisa filsafat. Dalam memecahkan masalah-masalah
tersebut,
Analisa filsafat menggunakan berbagai macam pendekatan yang sesuai dengan
permasalahannya. Diantara pendekatan (approach) yang digunakan antara lain:
1. Pendekatan secara spekulatif, yang disebut juga sebagai cara pendekatan reflektif,
berarti memikirkan, mempertimbangkan, juga membeyangkan dan menggambarkan.
2. Pendekatan normatif, artinya nilai atau aturan dan ketentuan yang berlaku dan
dijunjung tinggi dalam hidup dan kehidupan manusia.
3. Pendekatan analisa konsep, artinya pengertian atau tangkapan seseorang terhadap
sesuatu objek. Setiap orang mempunyai pengertian atau tangkapan yang berbeda-beda
mengenai yang sama, tergantung pada perhatian, keahlian dan kecendrungan masingmasing.
4. Analisa ilmiah terhadap realitas kehidupan sekarang yang actual (scientific analysis of
current life ) penedekatan ii sasarannya adalah masalah-masalah kependidikan yang
actual , yang menjadi problem masa kini, dengan menggunakan metode ilmiah dapat
di diskripsikan dan kemudian di pahami permasalan-permasalahan yang hidup dan
berkembang dalam masayrakat dan dalam proses pendidikan serta aktivitas-aktivitas
yang berhubungan dengan pendidikan.


Filsafat Pendidikan

6

2.3 Metode Studi Dalam Filsafat Pendidikan Dan Pendekatannya
1. Metode Studi dalam Filsafat Pendidikan
Manusia dalam mempelajari sesuatu tentulah memerlukan metode agar dapat
mencapai tujuan yang diinginkan. Begitu pula Filsafat Pendidikan dalam studinya
menggunakan metode: a) metode rasionalistik, b) metode empirik, c) metode intuisi,
d) metode reflektif, e) metode historis, dan f) metode analisis sintetis (Arifin,
2000:19-23), serta hermeneutika.


Rasionalistik
Rasionalistik, suatu paham yang mengedepankan rasio. Sehingga paham ini
dalam menganalisis fenomena (alam) berpegang pada kemampuan akal pikiran
belaka. Adapun langkah-langkah berpikir rasionalitik sbb: 1). Tidak menerima
begitu saja atas sesuatu yang belum diakui kebenarannya; 2). Menganalisis dan
mengklasifikasi secara teliti; 3). Diawali sasaran yang paling sederhana dan
mudah menuju yang kompleks; 4). Tiap masalah dibuat uraian yang sempurna

dan dilakukan pengkajian kembali secara umum. Lankah-langkah tersebut
dapat dipahmi bahwa untuk mengambil suatu kesimpulan memerlukan analisis
secara teliti dan seksama, dan pengkajian ulang sehingga kecil kemungkinan
bisa terjadi.



Empirik
Metode ini dalam menganalisis fenomena-fenomena yang ada berdasarkan
pengalaman, observasi dan penelitian/ eksperimen. Pengalaman menjadi
sesuatu yang utama, baik yang dihasilkan melalui observasi, penelitian atau
ekperimen. Rasio menjadi pendukungnya dari pengalaman. Metode ini
dikedepankan dalam dunia ilmu pengetahuan yang dapat diuji kembali
kebenerannya di lain waktu.

Filsafat Pendidikan

7




Intuisi
Intuisi memiliki kadar lebih tinggi dibanding intelek. Namun intuisi ini sulit
untuk dibuktikann secara empirik, sulit pula diukur. Sehingga sering
disingkirkan sebagai metode berpikir khususnya di dunia ilmu pengetahuan.



Reflektif
Reflektif: suatu cara berfikir yang dimulai dari adanya problem-problem yang
dihadapkan kepadanya untuk dipecahkan. Problem-problem yang ada menjadi
titik berangkat pemikirannya, tanpa adanya problem-problem aktifitas refleksi
pun sulit dilakukan. Berdasar problem-problem yang dihadapi akan
melahirkan

hasil

pemecahannya.

Perjalanan

roda

pendidikan

selalu

dihadapkan problem-problem yang terus meneruak muncul karena pendidikan
suatu yang terus berkembang. Dan problem yang besar tidak lain adalah
kenyataan.


Historis
Metode ini pada problem-problem tertentu dapat digunakan utuk mengatasi
problem yang dihadapi secara wajar. Biasanya metode ini diawali dari suatu
tesis kemudian anti tesis, selanjutnya melahirkan sintesis.



Analitik-Sintetik
Suatu metode yang berdasarkan pendekatan rasional dan logis terhadap
sasaran, dan pemikirannya secara induktif dan deduktif serta analisa ilmiah.
Pemikiran induktif: cara berpikir yang berdasar fakta-fakta yang bersifat
khusus terlebih dahulu dipakai untuk penarikan yang bersifat umum. Sedang
deduktif: cara berpikir dengan menggunakan premise-premis dari fakta yang
bersifat umum menuju ke arah yang bersifat khusus sebagai kesimpulannya.
Pemikiran induktif dan deduktif dapat digunakan dengan silih berganti,
tergantung pada kesukaan dan kecenderungan pola pikir penggunanya.

Filsafat Pendidikan

8

Contoh pemikiran Induktif,
Buku 1 besar dan tebal adalah mahal
Buku 2 besar dan tebal adalah mahal
Konklusi : semua buku besar dan tebal adalah mahal
Contoh pemikiran Deduktif,
Premis mayor: Semua buku besar dan tebal adalah mahal
Premis minor : Buku 3 adalah besar dan tebal
Konklusi : buku 3 adalah mahal
Sementara Analitik-sintetik: Mengurai sasaran-sasaran pemikiran filosofis
sampai unsur sekecil-kecilnya, kemudian memadukan kembali unsur-unsur
sebagai kesimpulan hasil studi. Pemikiran analitik sintetik ini merupakan hasil
paduan unsur-unsur baik yang dilakukan secara analitik maupun sintetik.


Analisis Bahasa dan Analisis Konsep
Analisis bahasa, usaha untuk mengetahui arti sesungguhnya dari sesuatu atau
usaha untuk mengadakan interpretasi pendapat atau pendapat mengenai makna
yang dimiliknya. Analisis konsep, Analisis kata-kata atau istilah-istilah yang
menjadi kunci pokok yang mewakili suatu gagasan atau konsep. Analisis
bahasa itu memberi interpretasi dari sesuatu pendapat, sedang analisis konsep
mengurai kata kunci yang menjadi sample konsep.



Hermeneutika
Selain metode tersebut di atas, hermeneutika (takwil) dapat menjadi metode
pemikiran dalam studi filsafat pendidikan karena melalui hermeneutika ini
memungkinkan pengetahuan yang mendasar dapat diperoleh. Pengikut
hermeneutika dalam mempelajari perilaku manusia mecari perspektif yang
memungkinkan diperolehnya pengetahuan yang paling mendasar. Takwil
bukan sekedar teknik penelitian atau alat pengetahuan atau jalan menuju
kebenaran, melainkan takwil adalah bidang pemahaman yang memungkinkan
untuk mengkaji wujud secara baru dan memungkinkan untuk mendefinisikan
kembali tentang sesuatu (Alwasilah, 2008:125,127). Hermeneutik suatu alat
atau metode pengkajian untuk mendapatkan pemahaman pengetahuan atau

Filsafat Pendidikan

9

kebenaran. Metode-metode tersebut tidak selalu pas/relevan dan dapat
digunakan disetiap obyek kajian. Untuk itu penggunaan metode harus
mempertimbangkan relevansi bahan yang menjadi obyek pengkajian,
penemuan atau pengembangan pendidikan, sehingga akan menghasilkan
kesimpulan yang benar dan tidak bisa.
2. Pendekatan Filsafat Pendidikan
Pendekatan filsafat pendidikan dalam melakukan studinya, yaitu: 1) ajaran filsafat/aliran
filsafat tertentu, dan 2) Pendidikan. Filsafat pendidikan dalam melakukan studinya akan
merujuk pada ajaran filsafat, dan pendidikan. Untuk paham filsafat di antarnya seperti
idealisme, realisme, materialisme, pragmatisme, eksistensialisme dan fenomenologi,
sedang ajaran pendidikan seperti nativisme, empirisme dan konfergensi.
2.4 Hubungan Filsafat Dan Teori Pendidikan
Hubungan antara filsafat dan teori pendidikan sangatlah penting sebab ia menjadi
dasar, arah dan pedoman suatu sistem pendidikan. Filsafat pendidikan merupakan
aktivitas pemikiran teratur yang menjadikan filsafat sebagai medianya untuk menyusun
proses pendidikan, menyelaraskan dan mengharmoniskan serta menerangkan nilai-nilai
dan tujuan yang ingin di capai.
Sebagaimana telah di kemukakan bahwa tidak semua masalah kependidikan dapat
dipecahkan dengan menggunakan metode ilmiah semata-mata. Banyak diantara masalahmasalah kependidikan tersebut yang merupakan pertanyaan-pertanyaan filosofis, analisa
filsafat terhadap masalah-masalah pendidikan tersebut, dengan berbagai cara
pendekatannya, akan dapat menghasilkan pendangan-pndangan tertentu mengenai
masalah-maslah kependidikan bisa tersebut. Dan atas dasar itu bisa disusun secara
sistematis teori-teori pendidikan . disamping itu jawaban-jawaban yang telah di
kemukakan oleh jenis dan aliran filsafat tertentusepanjang sejarah terhadap problematika
kehidupanyg dihadapinya menunjukkan pandangan-pandangan tertentu yang tentunya
juga akan memperkaya teori-teori pendidikan. Dengan demikian terdapat hubungan
fungsional antara filsafat dan teori pendidikan.

Filsafat Pendidikan

10

Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan teori pendidikan dapat diuraikan
sebagai berikut:
1) Filsafat, dalam arti analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara Pendekatan yang
digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahkan problematika pendidikan
dan menyusun teori- teori pendidikannya, disamping menggunakan metode- metode
ilmiah lainnya. Sementara itu dengan filsafat, sebagi pandangan tertentu terhadap
sesuatu obyek, misalnya filsafat idelisme, realisme, materialisme dan sebaginya, akan
mewarnai pula pandangan ahli pendidikan tersebut dalam teori- teori pendidikan
yang dikembangkannya. Aliran filsafat tertentu terhadap teori- teori pendidikan yang
di kembangkan atas dasar aliran filsafat tersebut. Dengan kata lain, teori- teori dan
pandangan- pandangan filsafat pendidikan yang dikembangkan oleh fillosof, tentu
berdasarkan dan bercorak serta diwarnai oleh pandangan dan airan filsafat yang
dianutnya.
2) Filsafat, juga berpungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah
dikembangkan oleh para ahlinya, yang berdasarkan dan menurut pandangan dan
aliran filsafat tertentu, mempunyai relevansi dengan kehidupan nyata. artinya
mengarahkan agar teori-teori dan pandangan filsafat pendidikan yang telah
dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai dengan
kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam masyarakat. Di
samping itu, adalah merupakan kenyataan bahwa setiap masyarakat hidup dengan
pandangan filsafat hidupnya sendiri-sendiri yang berbeda antara satu dengan yang
lainnya, dan dengan sendirinya akan menyangkut kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Di
sinilah letak fungsi filsafat dan filsafat pendidikan dalam memilih dan mengarahkan
teori-teori pendidikan dan kalau perlu juga merevisi teori pendidikan tersebut, yang
sesuai dan relevan dengan kebutuhan, tujuan dan pandangan hidup dari masyarakat.

Filsafat Pendidikan

11

3) Filsafat, termasuk juga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk
memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi
ilmu pendidikan atau paedagogik. Suatu praktek kependidikan yang didasarkan dan
diarahkan oleh suatu filsafat pendidikan tertentu, akan menghasilkan dan
menimbulkan bentuk-bentuk dan gejala-gejalan kependidikan yang tertentu pula. Hal
ini adalah data-data kependidikan yang ada dalam suatu masyarakat tertentu. Analisa
filsafat berusaha untuk menganalisa dan memberikan arti terhadap data-data
kependidikan tersebut, dan untuk selanjutnya menyimpulkan serta dapat disusun
teori-teori pendidikan yang realistis dan selanjutnya akan berkembanglah ilmu
pendidikan (paedagogik).
Di samping hubungan fungsional tersebut, antara filsafat dan teori pendidikan, juga
terdapat hubungan yang bersifat suplementer, sebagai berikut :
1. Kegiatan merumuskan dasar-dasar, dan tujuan-tujuan pendidikan, konsep tentang
sifat hakikat manusia, serta kon sepsi hakikat dan segi-segi pendidikan serta isi
moral pendidikannya.
2. Kegiatan merumuskan sistem atau teori pendidikan (science of education) yang
meliputi politik pendidikan, kepemimpinan pendidikan atau organisasi pendidikan,
metodologi pendidikan dan pengajaran, termasuk pola-pola akulturasi dan peranan
pendidikan dalam pembangunan masyarakat dan Negara.
Definisi di atas merangkum dua cabang ilmu pendidikan yaitu, filsafat pendidikan dan system
atau teori pendidikan, dan hubungan antara keduanya adalah bahwa yang satu “supplemen”
terhadap yang lain dan keduanya diperlukan oleh setiap guru sebagai pendidik dan bukan
hanya sebagai pengajar di bidang studi tertentu”.

Filsafat Pendidikan

12

2.5

Upaya Mewujudkan Filsafat Pendidikan di Indonesia
Pendidikan di Indonesia baru dalam tahap perhatian. Perhatian-perhatian terhadap
perlunya filsafat pendidikan itupun baru muncul disana-sini belum terkoordinasi
menjadi suatu perhatian besar untuk segera mewujudkanya. Kondisi seperti ini tidak
terlepas dari kesimpangsiuran pandangan para pendidik terhadap pendidikan itu
sendiri,seperti telah diungkapkan diatas.
Ada suatu hasil penelitian bertalian dengan hal diatas yang dilakukan oleh Jasin,
dan kawan-kawanya (1994), dengan responden para mahasiswa PGSD, SI, S2, dan S3
IKIP Jakarta dan para ahli pendidikan di Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Penelitian
itu menemukan hal-hal sebagai berikut:
1. Lebih dari separoh responden menginginkan penegasan kembali pengertian
pendidikan dan pengajaran
2. Hampir separoh responden mahasiswa dan dosen berpendapat bahwa ilmu
pendidikan kurang dikembangkan, sementara itu seperlima para ahli pendidikan
menyatakan pendidikan kurang fungsional untuk menyiapkan para calon guru
3. Para mahasiswa dan dosen berpendapat ipendidikan adalah ilmu mandiri,
sementara itu hampir sepertiga para ahli menyatakan ilmu pendidikan adalah ilmu
terapan, dan
4. Semua responden menyatakan kurang mengenal struktur ilmu pendidikan. Karena
keragaman pandangan diatas membuat responden terpecah menjadi sebagian
mendukung pernyataan guru tidak mendidik melainkan mengajar dan sebagian lagi
menolak.

Filsafat Pendidikan

13

Dari hasil penelitian tersebut di atas dapat ditarik sejumlah masalah bertalian dengan ilmu
pendidikan, yaitu :
1. Belum jelas pengertian pendidikan dan pengajaran.
2. Ilmu Pendidikan kurang dikembangkan.
3. Ilmu Pendidikan kurang fungsional untuk menyiapkan para calon guru.
4. Belum jelas apakah ilmu Pendidikan merupakan ilmu dasar atau ilmu terapan.
5. Struktur ilmu pendidikan kurang dikenal.
6. Belum jelas apakah guru mendidik dan mengajar atau hanya mengajar saja.
Keenam masalah tersebut di atas menunjukan bahwa pendidikan, khususnya
pendidikan sebagai ilmu belum ditangani. Mulai dari pengertian, apakah sebagai ilmu dasar
atau ilmu terapan, struktur ilmu itu, sampai dengan penerapannya pada para calon guru dan
guru-guru masih belum jelas. Kondiosi ilmu pendidikan seperti ini terjadi karena memang
ilmu itu belum digali dan dikembangkan.
Untuk mengembangkan ilmu Pendidikan yang bercorak Indonesia secara valid, terlebih
dahulu dibutuhkan pemikiran dan perenungan itu adalah filsafat yang khusus membahas
pendidikan yang tepat diterpkan dibumi Indonesia . Dengan kata lain, untuk menemukan
teori-teori pendidikan yang bercorak Indonesia dibutuhkan terlebih dahulu rumusan filsafat
pendidikan yang bercorak Indonesia pula.
Bagaimana kiat untuk meningkatkan kegiatan usah merumuskan filsafat pendidikan
Indonesiaini, yang kin baru falam tahap perhatian yang bersifat sporadic? Tampaknya kiat itu
perlu disesuaikan dengan alam kebiasaan bangsa Indonesia saat ini sesuatu akan terjadi
secara relative lebih mudah bila gagasan itu bersumber dari dan disepakati atau disetujui oleh
pemerintah. Filsafat pendidikan akan lebih mudah mendapat jalan dalam perkembanganya.
Manakala pemrakarsa dapat mengugah hati pemerintah untuk menyetujuinya.

Filsafat Pendidikan

14

Upaya mendorong pemerintah untuk member isyarat akan pentingnya merumuskan
filsafat pendidikan dan teori pendidikan yang bercorak Indonesia sudah pernah dilakukan
menjelang sidang umum MPR (kompasa,27 Nopembert 1992), sebagai satu sumbangaan
untukk bahan siding umum itu. Namun GBHN 1993 sebagai produk siding itu,tidak
mencantumkan perlunya perumusan filsafat dan teori pendidikan itu.itu menunjukan
kemauan politik pemerintah kearah itu belum ada. Mudah-mudahan di waktu-waktu yang
akan datang kemauan itu akan muncul.
Di samping kunci utama untuk memulai kegiatan pengembangan filsafat pendidikan itu
belum ada, ada lagi kunci kedua yang membuat sulitnya mengembangkan filsafat dan teori
pendidikan itu, yaitu kesulitan menjabarkan sila-sila Pancasila agar mudah diterapkan di
lapangan. Memang benar sila-sila Pancasila sudah dijabarkan menjadi 45 butir, tetapi
penjabanran itu belum tentu sesuai dengan kebiasaan kerja para ahli pendidikan yang
membuat hasil kerja mereka lebih mudah diterapkan di lapangan. Sampai sekarnag tidak
setiap ahli diperkenankan menjabanrkan sila-sila Pancasila. Ynag diperbolehkan menjabarkan
sila-sila itu hanya BP7 pusat, dengan maksud sangat mungkin unutk menghindari kesimpangsiuran makna sila-sila Pancasila itu sendiri.
Tetapi bila para ahli pendidikan yang berwenang merumuskan filsafat pendidikan tidak
diperkenankan menjabarkan atua menafsirkan sendiri sila-sila Pancasila itu akan membatasi
kebebasan mereka berfikir dan mewujudkan filsafat itu. Bola hal itu tidak bias ditawar-tawar,
mungkin dapat diambil jalan kompromi yaitu dengan dibentuk tim yang anggotanya
beberapa ahli pendidikan dan beberapa anggota BP7 pusat. Dengan cara ini kemacetan salah
satu faktor penghambat pengembangan filsafat pendidikan di Indonesia bias diatasi.
Andaikan isyarat untuk mewujudkan filsafat pendidikan sudah ada atau sudah ada suatu
kelompok yang berupaya merumuskan filsafat itu, maka ada beberapa hal yang harus
dipikirkan.

Filsafat Pendidikan

15

Hal-hal yang dimaksud adalah:
1. Apakah filsafat pendidikan yang akan dibentuk, yang sesuai dengan kondisi dan
budaya Indonesia akan diberi nama Filsafat Pendidikan Pancasila atau dengan nama
lain?
2. Apakah filsafat pendidikan itu diambil dari filsafat pendidikan internasional yang
sudah ada yang sudah ada, dengan memilih salah satu dari Esensilais, Perenialis,
Progesivise, Rekonstruksionis, dan Eksistensialis? Sehingga tinggal merevisi agar
cocok dengan kondisi Indonesia.
3. Ataukah filsafat itu dimunculkan bersumber dari filsafdat-filsafat umum yang berlaku
secara Internasional, seperti yang dilaksanakan oleh Negara Australia. Ahli
pendidikan di Australia ,menyatakan filasfat yang mendasari pendidikan mereka
adalah Liberal, Demokrasi, dam multicultural ( Made Pidarta, 1995 ). Seakan-akan
mereka tidak memiliki filsafat khusus tentang pendidikan.

ISPI (1989) mengingatkan bahwa tugas utama para ahli ilmu Pendidikan adalah
(1) mengungkapkan pikiran yang sistematik dan mendasar mengenai implikasi filsafat
Pancasila dalam filsafat pendidikan nasional yang akan dibentuk, dan (2) dalam
mengungkapkan sumber-sumber dari luar termasuk teori pendidikan dan perlu
diadakan saringan-saringan agar sesuai dengan filsafat negara kita.

Filsafat Pendidikan

16

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Filsafat dan pendidikan itu saling berhubungan karena filsafat merupakan ilmu
yang mempelajari dengan sungguh-sungguh tentang pemikiran yang menggunakan akal
sehat dengan adanya kebenaran dalam memecahkan permasalahan/kesulitan. Sedangkan
pendidikan adalah salah satu dari suatu proses yang diharapkan untuk mencapai tujuan,
seperti kematangan, integritas atau kesempurnaan pribadi dan terbentuknya kepribadian
muslim. Jadi filsafat dan pendidikan ini saling berhubungan. Keduanya menjadi arah,
dasar, dan pedomam suatu kehidupan.
Masalah pendidikan adalah merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia.
Proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan
kehidupan manusia, bahkan keduanya pada hakikatnya adalah proses yang satu.
Pendekatan filosofis adalah cara pandang atau paradigma yang bertujuan untuk
menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang berada di balik objek
formanya Hubungan antara filsafat dan teori pendidikan sangatlah penting sebab ia
menjadi dasar, arah dan pedoman suatu sistem pendidikan
3.2 Saran
Semoga dengan penulisan makalah ini dapat bermanfaat dan dijadikan sebagai
modal dalam mempelajafi filsafat. Jadikanlah filsafat sebagai penentuan terhadap
penentuan hidup dan pegangan fundamental dalam memecahkan masalah politik,
pendidikan, ekonomi, sosial dan budaya yang terjadi dalam masyarakat yang setiap saat
berubah dan berkembang dalam konteks akselerasi dan modernisasi.

Filsafat Pendidikan

17

DAFTAR PUSTAKA
Ihsan, hamdani dan Ihsan fuad. filsafat pendidikan islam. Bandung. Pustaka Setia.2001
Zuhairini.filsafat pendiikan islam. Jakarta. Bumi Askara. 2009
Dr.H.Wr. Hendra Saputra,M.Hum. 2008. Pengantar Filsafat Pendidikan. PSB FKIP
UHAMKA: Jakarta
Tatang Syarifudin, 2006. Pengantar Filsafat Pendidikan. Percikan Ilmu: Bandung
http://pendidikanadministrasi.blogspot.com/2012/01/filsafat-dan-teori pendidikan.html
Setiawan, Muhammad. 2007. Filsafat Pendidikan dan Implikasinya. RBI-Online. (www.rbionline.com/filsafat-pendidikan-dan-implikasinya.html, diakses tanggal 10 Oktober 2013).
Bahri, Syamsul. 2007. Landasan Pendidikan. (http://www.wordpress.com/ syamsulbolg.html,
diakses tanggal 10 Oktober 2013).
Fadli. 2010. landasan-filsafat-dalam-pendidikan. (http://fadlibae.wordpress.com/ landasanfilsafat-dalam-pendidikan, diakses tanggal 11 Oktober 2013)

Filsafat Pendidikan

18