PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, PELATIHAN TEKNIS, DAN PERENCANAAN PENUGASAN AUDIT TERHADAP KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN PADA ORGANISASI SEKTOR PUBLIK (Studi pada Inspektorat Aceh)

  

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, PELATIHAN TEKNIS, DAN

PERENCANAAN PENUGASAN AUDIT TERHADAP KUALITAS HASIL

PEMERIKSAAN PADA ORGANISASI SEKTOR PUBLIK

(Studi pada Inspektorat Aceh)

1 2 3 Zulfadli Abidin , Nadirsyah , Heru Fahlevi

  1) 2 3) Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

Staf Pengajar Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

  

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh tingkat pendidikan, pelatihan

  teknis, dan perencanaan penugasan audit, (baik secara simultan maupun parsial) terhadap kualitas hasil pemeriksaan (studi pada Inspektorat Aceh). Penelitian ini merupakan hypothesis dengan pengujian menggunakan regresi linear berganda dari data yang

  testing research

  dikumpulkan melalui kuesioner. Populasi penelitian merupakan 55 auditor Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) yang ada di Inspektorat Aceh. Analisis data dilakukan menggunakan SPSS (Statistical Package for Social Science) versi 21. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan,pelatihan teknis, dan perencanaan penugasan audit baik secara simultan maupun secara parsial berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan pada Inspektorat Aceh.

  Kata Kunci : Tingkat Pendidikan, Pelatihan Teknis, Perencanaan Penugasan Audit, Kualitas Hasil Pemeriksaan dan Sektor Publik.

  

PENDAHULUAN yaitu seperti salah satunya adalah

  Inspektorat Daerah. Inspektorat daerah Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas memiliki auditor Aparat Pengawas Intern dan transparansi penyelenggaraan

  Pemerintah (APIP) yang mempunyai fungsi pemerintahan di Indonesia merupakan suatu dan kewenangan melakukan pengawasan. perwujudan pemerintahan yang baik (good

  Seorang auditor dalam melaksanakan ). Dalam konteks tersebut

  governance

  tanggung jawabnya dengan baik, auditor terdapat tiga aspek keberhasilan yang APIP dituntut agar dapat menghasilkan mendukung terciptanya pemerintahan yang audit yang berkualitas. baik yaitu pengawasan, pengendalian, dan

  Kualitas audit tergantung pada 2 pemeriksaan (Mardiasmo,2005). (dua) faktor utama yaitu (1) kemampuan

  Salah satu unsur dari pengawasan auditor untuk menguji akun-akun; dan (2) adalah adanya pemeriksaan/audit yang objektivitas melalui independensinya (De dilakukan oleh auditor, baik oleh auditor

  Angelo,1981). Oleh karena itu, De Angelo eksternal yaitu Badan Pemeriksa Keuangan mendefinisikan kualitas audit sebagai

  (BPK) maupun auditor internal pemerintah kemungkinan auditor dapat mendeteksi dan melaporkan kesalahan atau kecurangan dalam sistem informasi akuntansi klien.

  Kualitas hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Inspektorat Aceh saat ini masih menjadi sorotan. Hal ini karena adanya temuan yang tidak dapat terdeteksi oleh aparat Inspektorat sebagai auditor internal, akan tetapi ditemukan oleh auditor eksternal yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai contoh pada tahun anggaran 2013 pada Pemerintahan Aceh terdapat bantuan hibah Pemerintah Aceh Rp.815,5 Miliyar belum dipertanggung jawabkan. Kasus lain yaitu kesalahan penganggaran pada 4 (empat) SKPA mencapai Rp.5,9 Milyar, serta terdapat kekurangan volume pekerjaan pembangunan gedung

  VIP Bandara Iskandar Muda sebesar Rp.735,7 juta. Temuan-temuan tersebut berupa ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, ketidakpatuhan dalam pelaporan keuangan, serta kurang berjalannya sistem pengendalian intern terutama yang dilakukan oleh Inspektorat Aceh. Contohnya dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas audit oleh BPK tahun 2012, dimana Inspektorat Aceh tidak melakukan pemeriksaan Kas pada Bendahara Umum Aceh/Kuasa BUA dan Bendahara Pengeluaran SKPA-SKPA secara periodik terutama pada akhir tahun anggaran, tidak melakukan penertiban rekening-rekening milik Pemerintah Aceh, tidak melakukan pemeriksaan kewajaran penggunaan dana hibah yang seharusnya, jika terdapat kerugian segera diproses sesuai ketentuan yang berlaku.

  Untuk melaksanakan hal tersebut perlu adanya sumber daya manusia yang handal dan profesional serta ahli di bidang audit. Tingkat pendidikan auditor, pelatihan teknis audit, dan perencanaan penugasaan audit diasumsikan dapat mengembangkan kemampuan teknik dan metodologi audit sehingga kualitas audit dapat meningkat. Oleh sebab itu perlu ada kajian dan penelitian secara akademis tetang faktor- faktor yang mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan khususnya pada Inspektorat Aceh.

  Pada penelitian sebelumnya terdapat beberapa penelitian tentang kualitas audit dengan menggunakan variabel independen yaitu tingkat pendidikan atau latar belakang pendidikan, penugasan, dan pelatihan. Adriyani, et al. (2013) menguji bahwa tingkat pendidikan berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Selanjutnya hasil penelitian Riespika (2012) dengan hasil variabel penugasan audit berpengaruh terhadap kualitas audit. Ashadhi (2012) hal yang diteliti pelatihan teknis berpengaruh terhadap kualitas audit. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, maka peneliti merasa perlu melakukan penelitian kembali dengan menggunakan variabel tingkat pendidikan, pelatihan teknis, dan perencanaan penugasan audit sebagai variabel independen terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

  Tujuan artikel ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh baik secara bersama-sama (simultan) maupun secara individual (parsial) tingkat pendidikan, pelatihan teknis, dan perencanaan penugasan audit terhadap kualitas hasil pemeriksaan pada organisasi sektor publik (Studi pada Inspektorat Aceh). Artikel ini memuat tentang kajian pustaka kemudian dilanjutkan dengan metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan serta diakhir artikel ini berisikan kesimpulan dan saran-saran.

  KAJIAN PUSTAKA Konsep Organisasi Sektor Publik

  Pengertian sektor publik dapat dipengaruhi situasi politik dan peristiwa- peristiwa di masa lalu. Menurut Boardbent dan Guthrie (1992:7) ada dua kerangka identifikasi karakteristik sektor publik yaitu

  a) aktivitasnya dan b) kepemilikannya yang merupakan segala sesuatu yang dimiliki masyarakat secara umum, bukannya pemegang saham atau perusahaan- perusahaan yang dimiliki oleh pemerintah.

  Terkait hal tersebut untuk mendukung keberhasilan penyelenggaraan organisasi sektor publik, keuangan organisasi harus dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa keadilan serta kepatutan. Hal ini diperlukan pengendalian serta pengawasan dalam melaksanakan program dan kegiatan serta tujuan organisasi sektor publik yaitu audit pada sektor publik .

  Audit Sektor Publik Pengertian auditing menurut Arens,

  et al (2012:24) “auditing is the

  accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing shoud be done by a competent, indpendent person”. Pengertian diatas

  disebutkan bahwa auditing adalah akumulasi dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dan kriteria yang ditetapkan dan hal ini harus dilakukan oleh seseorang yang kompeten dan independen.

  Menurut Bastian (2014:4) audit sektor publik adalah sebagai suatu proses sistematik secara objektif untuk melakukan pengujian keakuratan dan kelengkapan informasi yang disajikan dalam suatu laporan keuangan organisasi sektor publik. Proses pengujian ini memungkinkan akuntan publik independen yang bersertifikasi mengeluarkan suatu pendapat atau opini mengenai seberapa baik laporan keuangan organisasi mewakili posisi keuangan organisasi sektor publik dan apakah laporan keuangan memenuhi prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum yaitu Generally Accepted

  Accounting Principles (GAAP). Audit

  sektor publik di Indonesia dikenal dengan nama audit keuangan negara. Hal ini diatur sesuai dengan Undang-undang No.15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

  Standar Audit Sektor Publik

  Menurut Arens, et al (2012:52) standar auditing merupakan pedoman umum untuk membantu auditor untuk memenuhi tanggung jawab profesionalnya dalam melakukan audit atas laporan keuangan historis. Standar ini mencakup pertimbangan mengenai kualitas profesional seperti kompetensi dan indepensi, persyaratan pelaporan serta bukti .

  Standar audit adalah kriteria atau mutu minimal untuk melakukan kegiatan audit yang wajib dipedomani oleh Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP).

  Peraturan Menteri Pemberdayagunaan Aparatur Negara RI Nomor PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) menyatakan bahwa standar audit berfungsi bagi auditor APIP yaitu untuk pelaksanaan tugas pokok dan fungsi (tupoksi).

  Kualitas Hasil Pemeriksaan Menurut De Angelo (1981)

  kualitas audit adalah sebagai kemungkinan (probability) bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi klien. Sementara menurut Deis dan Groux (1992:2) bahwa probabilitas untuk menemukan pelanggaran tergantung pada kemampuan teknis auditor dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor.

  Menurut Goverment Accountability

  Office (GAO) mendefinisikan kualitas audit

  sebagai ketaatan terhadap standar dan ikatan kontrak selama melaksanakan audit (Lawensohn, et al:2007). Kualitas audit atau kualitas hasil pemeriksaan juga merupakan pelaporan tentang kelemahan pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

  Audit dapat dikatakan berkualitas jika hasil audit dapat ditindaklanjuti oleh auditi. Hal ini dapat terlaksana pada sejak awal pelaksanaan audit hingga pelaporan dan pemberian rekomendasi audit tersebut. Pada penelitian ini indikator yang digunakan adalah (a) keakuratan temuan audit; (b) sikap skeptisme; (c) nilai rekomendasi; (d) kejelasan laporan audit; (e) manfaat audit; dan (f) tindaklanjut hasil audit.

  Tingkat Pendidikan Pendidikan adalah pengetahuan

  yang diperoleh oleh seseorang berdasarkan jenjang pendidikan yang dimiliki yang berasal dari disiplin ilmu yang diketahui membentuk sikap dan karakter dalam mencapai tujuan yang diinginkan (Djoyonegoro,2000). Pendidikan formal adalah rangkaian jenjang pendidikan yang telah baku mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai dengan perguruan tinggi.

  Hasil pendidikan dari auditor dapat membantu meningkatkan kualitas audit pemerintahan (Meinhard, et al, 2009). Hal ini tidak menutup kemungkinan bagi auditor selain auditor pemerintah misalnya auditor independen. Penelitian Pebryanto (2013) menunjukkan bahwa variabel independen yaitu tingkat pendidikan formal berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit.

  Indikator dalam variabel penelitian ini yang digunakan yaitu (1) pendidikan dasar; (2) pendidikan menengah; dan (3) pendidikan tinggi.

  Pelatihan Teknis

  Menurut Wexley dan Yukl (1995:301) pelatihan adalah proses dimana pekerja mempelajari keterampilan, sikap dan perilaku yang diperlukan guna melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif. Pengertian pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mendapatkan kapabilitas untuk membantu pencapaian tujuan organsisasi (Mathis dan Jackson, 2006:103).

  Menurut Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) bahwa setiap pemeriksa yang melakukan pemeriksaan atau audit harus menyelesaikan paling tidak 80 jam pendidikan setiap 2 tahun yang dapat meningkatkan kecakapan profesional secara langsung. Sedikitnya 24 jam dari 80 jam pendidikan tersebut harus dalam hal yang berhubungan langsung dengan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara di lingkungan pemerintah.

  Oleh sebab itu pelatihan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan menambah pengetahuan pegawai khsusunya auditor yang pada akhirnya akan menimbulkan perubahan prilaku aspek kognitif, keterampilan dan juga sikap (Noviyani dan Bandi, 2002).Terkait hal tersebut maka dalam penelitian ini yang menjadi indikator pada variabel pelatihan teknis adalah (1) materi pelatihan, (2) jenis pelatihan, (3) frekuensi dan intensitas pelatihan dan, (4) tingkat dan pemahaman auditor terhadap pelatihan teknis.

  Perencanaan Penugasan Audit

  Menurut Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) dalam standar pelaksanaan pertama bahwa pekerjaan harus direncanakan secara memadai. Hal tersebut karena perencanaan merupakan proses yang berkesinambungan selama dilakukannya audit. Penugasan audit adalah suatu rangkaian pekerjaan yang dilakukan oleh seorang auditor dalam memeriksa laporan keuangan dan memberikan pendapat terhadap laporan keuangan tersebut yang di dalamnya terdapat proses penerimaan, perencanaan, pelaksanaan pengujian, dan pelaporan temuan audit (Wakhyudi:2011).

  Berdasarkan standar kinerja 2200

  “auditor internal harus mengembangkan dan mendokumentasikan perencanaan untuk setiap penugasan yang mencakup tujuan, ruang lingkup, waktu dan alokasi sumber daya. Perencanaan merupakan satu tahap yang paling penting dalam suatu penugasan audit.

  Menurut Hery (2013) kegagalan dalam merencanakan penugasan audit secara tepat dapat menyebabkan penerbitan laporan audit yang keliru atau audit menjadi tidak efisien dan tidak efektif. Ada lima indikator dalam perencanaan penugasan audit yaitu (1) pemahaman atas sistem akuntansi keuangan sektor publik; (2) penentuan tujuan dan lingkup audit; (3) penilaian risiko; (4) penyusunan rencana audit (audit plan); dan (5) penyusunan program audit.

METODE PENELITIAN

  Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan pengujian hipotesis (hypothesis testing ) yang bertujuan untuk menguji pengaruh variabel tingkat pendidikan, pelatihan teknis dan perencanaan penugasan audit terhadap kualitas hasil pemeriksaan pada organisasi sektor publik (studi pada Inspektorat Aceh). Jenis investigasi dalam

  • – tentang perencanaan penugasan bahwa
penelitian ini adalah studi kausalitas (causal

  relationship’s study). Unit analisis adalah

  adalah tingkat pendidikan, X

  Pearson Correlation Signifi kansi Ket

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Item Pertanya an

  α 5% maka pernyataan tersebut tidak valid. Hasil uji validitas dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:

  data seluruh pernyataan dinyatakan valid karena memiliki nilai signifikansi dibawah α 5%, sehingga semua pernyataan tersebut signifikan dan memiliki validitas konstruk, jika nilai signifikansi di atas

  correlation . Berdasarkan hasil pengolahan

  Pengujian validitas data dalam penelitian ini dilakukan secara statistik, yaitu dengan menggunakan uji pearson

  Hasil Uji Validitas

  Data penelitian yang digunakan yaitu data primer yang diperoleh melalui daftar kuesioner yang disampaikan secara langsung kepada responden. Adapun jumlah kuesioner yang diedarkan kepada responden sebanyak 55 kuesioner, dengan tingkat pengembalian 100%.

  adalah perencanaan penugasan audit dan adalah Error.

  3

  pelatihan teknis, X

  2 adalah

  1

  individu auditor APIP yang bekerja Inspektorat Aceh sedangkan horizon waktu yang digunakan adalah cross-sectional

  1 ,X 2 ,dan X 3 . X

  adalah koefisien regresi X

  3

  β

  2,

  β

  1,

  Dimana Y adalah Kualitas hasil pemeriksaan , α adalah konstanta, β

  dari responden melalui kuesioner, perlu untuk diuji baik validitas maupun reliabilitas. Teknik analisis data pada pengujian hipotesis menggunakan pengujian analisis regresi linear berganda yang merupakan teknik statistik yang digunakan untuk menguji pengaruh antara dua atau lebih variabel dan untuk melihat pengaruh secara parsial dan simultan. Persamaan model empiris yang digunakan dalam meneliti pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, yaitu:

  for Social Science ). Data yang diperoleh

  Analisis data pada penelitian ini menggunakan SPSS (Statistical Package

  Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh auditor APIP yang seluruhnya berjumlah 55 responden dan penelitian ini menggunakan metode sensus. Sumber data yang digunakan adalah primer dan sekunder, peneliti menggabungkan informasi yang diperoleh dari buku dan institusi terkait dengan pengumpulan data yang dilakukan melalui kuesioner.

  studies.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Item Pertanya an Pearson Correlation

  Signifi kansi Ket B1 0,669 0,000 Valid B2 0,477 0,000 Valid B3 0,615 0,000 Valid B4 0,553 0,000 Valid B5 0,467 0,000 Valid B6 0,534 0,000 Valid B7 0,443 0,001 Valid B8 0,557 0,000 Valid B9 0,611 0,000 Valid B10 0,371 0,005 Valid C1 0,647 0,000 Valid C2 0,664 0,000 Valid C3 0,559 0,000 Valid C4 0,742 0,000 Valid C5 0,592 0,000 Valid C6 0,800 0,000 Valid C7 0,507 0,000 Valid C8 0,716 0,000 Valid C9 0,367 0,000 Valid C10 0,533 0,000 Valid

  C11 0,842 0,000 Valid C12 0,629 0,000 Valid C13 0,538 0,000 Valid C14 0,698 0,000 Valid C15 0,483 0,000 Valid C16 0,669 0,000 Valid C17 0,410 0,000 Valid C18 0,682 0,000 Valid

  D1 0,541 0,000 Valid D2 0,465 0,000 Valid D3 0,749 0,000 Valid D4 0,493 0,000 Valid D5 0,608 0,000 Valid D6 0,358 0,000 Valid D7 0,596 0,000 Valid D8 0,745 0,000 Valid D9 0,703 0,000 Valid D10 0,739 0,000 Valid

  D11 0,557 0,000 Valid Item Pertanya an

  Pearson Correlation Signifi kansi Ket

  D12 0,397 0,000 Valid D13 0,666 0,000 Valid D14 0,548 0,000 Valid Sumber : Data Primer Diolah (2015).

  Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa seluruh pernyataan dari masing-masing variabel dinyatakan valid karena memiliki hubungan yang positif terhadap total skor konstruk. Hubungan positif ini terjadi karena masing-masing pernyataan memiliki nilai signifikansi dibawah

  α 5%. Nilai

  pearson correlation menunjukkan besarnya

  tingkat validitas masing-masing pernyataan, semakin besar nilainya, maka tingkat validitas semakin besar dan begitu juga sebaliknya.

  Hasil Uji Reliabilitas

  Uji reliabilitas merupakan alat ukur untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Untuk mengetahui reliabel atau tidak suatu variabel dilakukan uji statistik dengan melihat nilai cronbach alpha. Kriteria yang digunakan adalah jika nilai cronbach alpha > 0,50 maka pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel tersebut adalah reliabel. Namun apabila nilai cronbach

  alpha < 0,50 maka pernyataan yang

  digunakan untuk mengukur variabel tersebut adalah tidak reliabel. Hasil uji untuk mendapat koefisien regresi yang akan reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 4.2. menentukan apakah hipotesis yang dibuat akan diterima atau ditolak. Atas dasar hasil

  Tabel 4.2

  analisis regresi dengan menggunakan

  Hasil Uji Reliabilitas

  tingkat signifikansi sebesar 5%. Dari

  Nilai Cron

  Jumla Kritis

  analisis regresi dengan menggunakan Variabel bach Ket.

  h Item Cronbach Alpha Alpha

  program SPSS diperoleh hasil berikut:

  Pelatihan Teknis 10 0,661 0,500 Reliabel Perencanaan

  2 Penugasan 18 0,907 0,500 Reliabel Y = 0,783 + 0,314X + 0,249X Audit

  • + 1

  3 Kualitas Hasil 0, 238X + ε 14 0,850 0,500 Reliabel Pemeriksaan

  Sumber : Data Primer Diolah (2015)

  Berdasarkan hasil regresi sebelumnya, Berdasarkan Tabel

  4.2 maka dapat diketahui bahwa koefisien menunjukkan bahwa hasil uji reliabilitas regresi tingkat pendidikan sebesar 0,314, dalam penelitian ini menghasilkan nilai artinya setiap kenaikan 1% tingkat

  cronbach alpha dari masing-masing

  pendidikan akan menaikkan persentase variabel > 0.50, sehingga seluruh variabel kualitas hasil pemeriksaan sebesar 31,4%. yang digunakan dinyatakan reliabel.

  Hasil koefisien regresi pelatihan teknis sebesar 0,249, artinya setiap kenaikan 1%

  Hasil Pengujian Hipotesis

  pelatihan teknis akan menaikkan persentase Penelitian ini menggunakan kualitas hasil pemeriksaan sebesar 24,9%.

  purposive sampling method, yang dalam

  Selanjutnya koefisien regresi perencanaan penarikan sampelnya maka dilakukannya penugasan audit sebesar 0,238, artinya uji signifikansi terhadap nilai koefisien setiap kenaikan 1% perencanaan penugasan regresi yang diperoleh baik secara bersama- audit akan menaikkan persentase kualitas sama (simultan) maupun secara individual hasil pemeriksaan sebesar 23,8%. (parsial), karena nilai koefisien regresi yang diperoleh adalah nilai koefisien regresi

  Uji Signifikansi Secara Simultan

  yang sesungguhnya dari sampel. Adapun Uji ini pada dasarnya menunjukkan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan apakah semua variabel independen yang maka dilakukan pengujian sebagai berikut: dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap

  Analsis Regresi Linear Berganda variabel dependen.

  Analisis linear berganda digunakan Pada dasarnya nilai F diturunkan dari tabel ANOVA (analysis of variance), yang dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Uji Signifikansi Secara Simultan ANOVA

  Model Sum of Squares

  Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukan bahwa tingkat pendidikan memperoleh nilai signifikansi 0,000 yang berarti berada di bawah taraf signifikansi 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Variabel pelatihan teknis memperoleh nilai signifikansi 0,003 yang berarti berada di bawah taraf signifikansi 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan teknis berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Selanjutnya variabel perencanaan penugasan audit memperoleh nilai signifikansi 0,001 yang berarti berada dibawah taraf signifikansi 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa perencaan penugasan

  0.238 0.07 4.556 0.001 Sumber : Data Primer Diolah (2015).

  0.08 3.348 0.003 Perencanaan

Penugasan

Audit (X3)

  0.314 0.042 2.544 0.000 Pelatihan Teknis (X2) 0.249

  Error (Constant) 0.783 0.258 3.308 0.004

Tingkat

Pendidikan (X1)

  B Std.

  Model Unstandardized Coefficients t Sig.

Tabel 4.4 Uji Signifikansi Secara Parsial

  Uji ini pada dasarnya menunjukkan seberapa besar pengaruh satu variabel independen secara individual terhadap variasi variabel dependen. Variabel independen dikatakan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen jika nilai signifikansi yang di dapat untuk setiap variabel independen > 0,05. Hasil pengujian dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, dapat dilihat pada tabel 4.4. audit berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

  Uji Signifikansi Secara Parsial

  variabel dependen secara signifikan. Dari uji simultan didapat nilai F sebesar 97,351 dan nilai signifikansi 0,000 yang berarti variabel tingkat pendidikan, pelatihan teknis, dan perencanaan penugasan audit secara bersama-sama mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan, karena signifikansi berada dibawah 0,05.

  1 , X 2 , dan X 3 ) dapat mempengaruhi

  Berdasarkan Tabel 4.3 diperoleh hasil uji signifikansi semua variabel independen (X

  51

  Regression 5.875 3 1.958 97.351 0.000 Residual 1.026

  Df Mean Square

F Sig.

0.02 Total 6.901

54 Sumber : Data Primer Diolah (2015)

  Koefisien-Koefisien Hasil Regresi

Tabel 4.5 Koefisien Hasil Regresi

  Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh bahwa secara bersama-sama masing-masing variabel independen mempengaruhi variabel dependen yaitu kualitas hasil pemeriksaan dengan nilai koefesien regresi sebesar 0,314 untuk variabel tingkat pendidikan, sebesar 0,249 untuk variabel pelatihan teknis, dan sebesar 0,238 untuk variabel perencanaan penugasan audit. Nilai koefisien regresi ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan, pelatihan teknis, dan perencanaan penugasan audit tidak sama dengan nol atau βi (i = 1, 2, 3) ≠ 0. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan, pelatihan teknis, dan perencanaan penugasan audit secara bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

  Pembahasan Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pelatihan Teknis, dan Perencanaan Penugasan Audit terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan.

  Berdasarkan Tabel 4.10 terlihat bahwa hasil pengujian menunjukkan nilai R sebesar 0,923, R Square sebesar 0,851, dan Adjted R square sebesar 0,843. Hasil dari nilai Adjusted R square sebesar 0,843 menjelaskan bahwa hanya 84,3% variabel- variabel independen dapat menjelaskan model, sedangkan sisanya 15,7% dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian.

  Estimate 0,923 0,851 0,843 0,14183 Sumber : Data Primer Diolah (2015).

  Std. Error of the

  R R Square Adjusted R Square

  yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menerangkan variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen hasil dari koefisien regresi dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut

  Beberapa koefisien yang dijelaskan dari hasil regresi dalam penelitian ini adalah koefisien determinasi, seperti nilai R, R

  2

  ) mengukur besar presentase variasi variabel terikat yang dapat di jelaskan oleh variasi variabel bebas. Nilai koefisien determinasi adalah di antara nol dan satu. Nilai R

  2

  . Koefisien Regresi (R

  2

  (R square), dan Adjusted R

  2

  Hasil penelitian ini secara simultan konsisten dan sejalan dengan penelitian Batubara (2008) bahwa latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Selanjutnya penelitian ini juga mendukung penelitian Futri dan Juliarsa (2014) bahwa tingkat pendidikan berpengaruh terhadap kualitas audit. Hasil penelitian oleh Ashadhi (2012) menunjukkan terdapat pengaruh pelatihan teknis terhadap kualitas audit.

  Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan

  Berdasarkan hasil pengujian terdapat nilai koefisien regresi tingkat pendidikan sebesar 0,314, menunjukkan bahwa derajat hubungan (korelasi) antara variabel independen terhadap variabel dependen sebesar 31,4%, artinya setiap kenaikan 1% tingkat pendidikan akan menaikkan persentase kualitas hasil pemeriksaan sebesar 31,4%. Selanjutnya hasil pengujian secara individual (parsial) variabel tingkat pendidikan menunjukkan hasil nilai signifikansi sebesar 0,000 yaitu lebih kecil atau di bawah taraf signifikansi 0,05, sehingga tingkat pendidikan berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Tingkatan pendidikan formal dalam setiap individu akan meningkatkan kemampuan, keahlian serta kualitas dari individu tersebut.

  Penelitian ini mendukung dengan penelitian Pebryanto (2013) yang menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit, oleh sebab itu Pebryanto (2013) menyarankan bahwa capaian pendidikan auditor dapat meningkatkan kualitas dari audit pemerintahan, serta pencapaian pendidikan menjamin kualitas tenaga kerja. Hal ini juga didukung oleh penelitian Septiani dan Juliarsa (2014) bahwa tingkat pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini memiliki gambaran bahwa tingkat pendidikan seorang auditor dapat meningkatkan kualitas, karena jejang pendidikan yang tinggi, maka akan meningkatkan wawasan atau kemampuan memang tanggung jawab dan meningkatkan perannya dalam melaksanakan tugas.

  Pengaruh Pelatihan Teknis terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan

  Dari hasil penelitian dengan melakukan pengujian terdapat nilai koefisien regresi pelatihan teknis sebesar 0,249, sehingga setiap kenaikan 1% pelatihan teknis akan menaikkan persentase kualitas hasil pemeriksaan sebesar 24,9%. Hasil pengujian secara individual variabel pelatihan teknis memperoleh nilai signifikansi sebesar 0,003, menunjukkan bahwa di bawah taraf signifikansi 0,05, sehingga pelatihan teknis berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Penelitian ini mendukung dengan penelitian Ashadhi (2012) bahwa pelatihan teknis berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Oleh sebab itu menurutnya pelatihan teknis bagi auditor dapat meningkatkan kinerja pengawasan yang sesuai standar yang ditetapkan sehingga dapat meningkatnya kualitas audit itu sendiri.

  Pengaruh Perencanaan Penugasan Audit terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan

  Berdasarkan hasil pengujian dan analisis menunjukkan bahwa nilai koefesien regresi variabel perencanaan penugasan audit sebesar 0,238 sehingga setiap kenaikan 1% turut menaikan persentase kualitas hasil pemeriksaan sebesar 23,8%. Secara individual nilai signifikansi perencanaan penugasan audit sebesar 0,001 yang menunjukkan bahwa taraf signifikansi berada dibawah 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa perencanaan penugasan audit berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

KESIMPULAN DAN SARAN

  Penelitian ini inkonsistensi dengan penelitian Riespika (2013) bahwa penugasan audit secara individual tidak mempengaruhi terhadap kualitas audit. Hal ini karena hanya penugasan audit yang menjadi ukuran kuantitas setiap penugasan auditor. Berdasarkan uraian tersebut bahwa perencanaan penugasan audit yang strategis dengan menggunakan prosedur analistis sesuai dengan tahapannya dapat memenuhi kriteria dan standar audit dapat meningkatkan kualitas hasil audit yang bermutu sesuai dengan tujuan dan lingkup audit. Dengan demikian semakin tinggi dan baik perencanaan penugasan audit dan sesuai dengan kebutuhan dapat mecapai tujuan dari audit sehingga audit dapat diselesaikan dengan berkualitas.

  Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan, pelatihan teknis, dan perencanaan penugasan audit baik secara bersama-sama maupun parsial berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan pada Inspektorat Aceh.

  Keterbatasan penelitian ini, populasi yang diambil hanya pada Inspektorat Aceh sehingga tingkat generalisasi dari penelitian masih kurang dan kesimpulan yang diambil mungkin hanya berlaku pada Inspektorat Aceh dan tidak bisa digeneralisasi untuk auditor APIP Inspektorat se-Aceh.

  Saran-saran untuk penelitian selanjutnya yaitu untuk menambah teknik pengumpulan data melalui wawancara, agar dapat menggali informasi yang lebih detail, memperluas objek penelitian, dan mengembagnkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan seperti tekanan anggaran waktu, supervisi audit, prosedur analitis, dan monitoring .

  DAFTAR PUSTAKA Adriyani,A,.Andreas,.Hardi,.2013.

  Akuntansi I. (CAPS) Center of Academic Publishing Service. Yogyakarta: PT. Buku SERU. Lawensohn, Suzanne., Johnson, Laurence E., Elder, Randal J,Davies S. P.

  Audit, Akuntabilitas, dan Pemahaman Sistem Informasi Terhadap Kualitas Audit pada KAP di Wilayah Jakarta . Tesis. Jakarta:

  Reispika, S. 2013. Pengaruh Penugasan

  Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

  Republik Indonesia, 2004, Undang-undang

  Menteri Pemberdayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/05.M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. Jakarta, Indonesia.

  Keuangan, 2008. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara . Diakses tanggal: 10/11/2014. Republik Indonesia, 2008. Peraturan

  Edisi Sepuluh, Yogyakarta, Salemba Empat. Republik Indonesia, Badan Pemeriksa

  Manajemen Sumber Daya Manusia ,

  Mathis, Robert L & Jackson, John H. 2006,

  Harold I. Steinberg (1987). Governmental Audits: An Action Plan for Exellence” Journal of Accountancy. pp. 86-91.

  Mardiasmo, 2005. Akuntansi Sektor Publik Edisi Kedua. Yogyakarta: ANDI. Meinhardt, Joan, Joseph F. Moraglio dan

  Perceived Audit Quality, and Audit Fee in the Local Government Audit Market. Journal 0f Accounting and Public Policy : 705-732

  2007. Auditor Specialization,

  Jakarta: Agus Offset. Hery,2013. Auditing . Pemeriksaan

  Pengaruh Keahlian, Independensi, Kecakapan Profesional, Tingkat Pendidikan Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Dengan Pengalaman Kerja Sebagai Variabel Moderating .

  Sumber Daya Manusia melalui Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

  Djoyonegoro, W.2000. Pengembangan

  The Accounting Review.

  Accounting & Eeconomics, 3: 183- 200. Deis, D.R, Giroux, G.A. 1992. Determiants of Audit Quality in the Public Sector.

  Audit Quality . Journal of

  Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat. De Anggelo, L.E. 1981, Auditor Size and

  (Pemeriksaan Pertanggungjawaban Pemerintahan)

  Bastian, I. 2014. Audit Sektor Publik

  Broadbent.J, Guthrie.J, 1992. Changes in the Public Sector: A Review of Recent “Alternative” Accounting Research, Accounting, Auditing and Accountability Journal, 5:7.

  Semarang. Tesis Pascasarjana Universitas Negeri Semarang.

  Pengaruh Pelatihan Teknis, Tekanan Waktu Terhadap Kualitas Audit dengan Motivasi sebagai Variabel Moderating (Studi pada Kantor BPKP Perwakilan V Semarang.

  2012. Auditing and Assurance Service-An Integrated Approach. Fourteenth Edition, New York : Pearson Education Limited. Ashadi,S. 2012.

  Arens, A.A., Elder.,R.J., Beasley., M.S.

  Jurnal Vol.6, Program Pascasarjana Magister Akuntansi. Universitas Riau.

  Program Pascasarjana Magister Akuntansi, Universitas Gunadarma. Wakhyudi, 2011. Perencanaan Penugasan

  Audit. Diklat Penjenjangan Auditor

  Madya, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP, Jakarta.

  Wexley, K.N,. Yukl, G.1995. Perilaku Organisasi dan Psikologi Personil .

  .

  Jakarta. Rineka Cipta

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI KABUPATEN ACEH UTARA Munasyir1,

0 0 13

HUBUNGAN ANTARA KINERJA LINGKUNGAN DAN KINERJA KOMITE AUDIT DENGAN KUALITAS PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (Pada Perusahaan Mamufaktur di BEI) Ivana Siregar Lindrianasari Komaruddin Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas

0 0 20

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DAN PERAN MANAJERIAL PENGELOLA KEUANGAN DAERAH TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH.

1 2 12

ANALISIS FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK TRANSAKSI EMAS DI PERDAGANGAN BERJANGKA Poppy Indriani dan Harjahdi Fakultas Ekonomi, Universitas Bina Darma e-mail : poppy_ucatyahoo.com Abstract - Analisis Fundamental Dan Teknikal Dala

0 0 8

PENGARUH PEMAHAMAN ATAS SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH DAN PERAN PENGAWAS FUNGSIONAL TERHADAP EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (Studi pada Satuan Kerja Perangkat Aceh di Pemerintah Aceh)

0 0 10

PENGARUH PERENCANAAN ANGGARAN DAN KUALIAS SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP TINGKAT PENYERAPAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI KABUPATEN ACEH UTARA

0 0 8

PENGARUH KUALITAS PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERBANKAN SYARIAH INDONESIA (PERIODE 2010 – 2014) Noor Dwi Yantiningsih1 , Islahuddin2 , Said Musnadi3

0 1 11

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN MANAJEMEN RISIKO

1 12 18

PENGARUH PERSEPSI PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH TERHADAP PENGGUNAAN SAK ETAP DI KOTA BANDAR LAMPUNG (Studi Pada Sentra Kripik Segalamider Bandar Lampung) Rosmiaty tarmizi Ni Luh Sartika Bugawanti (Universitas Bandar Lampung) E-mail: rosmiati.tarmiziyahoo.c

0 0 24

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, ARUS KAS BEBAS, DAN LEVERAGE KEUANGAN TERHADAP PEMBAYARAN DIVIDEN TUNAI PADA SAHAM-SAHAM BLUE CHIP (LQ 45) PADA BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009-2013

0 0 11