Pengembangan Ekonomi Wilayah dengan Kons

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan adalah suatu proses dinamis untuk mencapai kesejahteraan masyarakat pada tingkat yang lebih tinggi dan serba sejahtera. Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah bahwa yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat serta peningkatan daya saing daerah. Sehingga pemerintah daerah memiliki hak otonomi dalam mengolah potensi lokal yang dimiliki untuk merangsang kegiatan ekonomi daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteran serta untuk meningkatkan pelayanan kesempatan kerja serta kestabilan ekonomi. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999).

Setiap daerah memiliki potensi sumberdaya alam yang berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah lainnya yang dapat dikembangkan untuk kepentingan meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Sehingga pembangunan daerah yang ada harus sesuai dengan potensi dan karakteristik sumberdaya yang ada pada daerah tersebut. Begitu juga dengan Kabupaten Pasuruan yang memiliki berbagai potensi baik di bidang pertanian, industri, perikanan dan lain sebagainya. Meskipun demikian, jumlah rumah tangga miskin (Pra-Sejahtera) Kabupaten Pasuruan tahun 2005 masih tergolong tinggi yaitu sebesar 26,20 % dari seluruh rumah tangga. Masih tingginya rumah tangga miskin menunjukkan masih banyaknya rumah tangga yang belum bisa menikmati hasil pembangunan. Selain itu hal ini menunjukkan bahwa proses pembangunan belum menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Konsentrasi keluarga miskin yang ada di Kabupaten Pasuruan sebagian besar berada di sektor pertanian, padahal 30% penduduk di Kabupaten Pasuruan bekerja di sektor pertanian (RPJPD Kabupaten Pasuruan 2005-2025). Di samping tingginya angka kemiskinan, selama beberapa tahun terakhir juga terjadi penurunan kontribusi sektor pertanian yang menjadi sektor primer di Kabupaten Pasuruan. Dibandingkan dengan kondisi ekonomi propinsi, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Pasuruan cenderung lamban. Hal tersebut ditunjukkan dengan pertumbuhan PDRB rata-rata mencapai 4% pertahun dan ini masih di bawah angka pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa Timur maupun Nasional (RPJPD Kabupaten Pasuruan 2005-2025).

Oleh karena itu, diperlukan studi terkait pengembangan wilayah di Kabupaten Pasuruan dalam bidang ekonomi yaitu yang berkaitan dengan upaya pengembangan wilayah khususnya melalui sektor dan Oleh karena itu, diperlukan studi terkait pengembangan wilayah di Kabupaten Pasuruan dalam bidang ekonomi yaitu yang berkaitan dengan upaya pengembangan wilayah khususnya melalui sektor dan

1.2 Tujuan dan sasaran

Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan dari penulisan makalah ini adalah menganalisis persoalan ekonomi di Kabupaten Pasuruan yang kemudian disusun rekomendasi atau konsep pengembangan ekonomi yang dapat diterapkan untuk menangani persoalan tersebut. Adapun sasaran dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi potensi dan permasalahan ekonomi wilayah di Kabupaten Pasuruan

2. Menganalisis sektor-sektor yang potensial di Kabupaten Pasuruan

3. Menyusun rekomendasi atau konsep pengembangan ekonomi sesuai dengan sektor potensial yang telah dianalisis untuk mengatasi persoalan ekonomi di Kabupaten Pasuruan

1.3 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam makalah ini untuk mempermudah pembaca memahami isi makalah adalah sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN, pada bab ini berisi tentang latar belakang penulisan, tujuan dan sasaran penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN, berisi tentang tinjauan kebijakan-kebijakan yang terkait dengan perekonomian Kabupaten Pasuruan. BAB III PROFIL EKONOMI WILAYAH, berisi tentang gambaran umum perekonomian di Kabupaten Pasuruan. BAB IV POTENSI DAN MASALAH, berisi tentang potensi dan permasalahan perekonomian di Kabupaten Pasuruan. BAB V HASIL ANALISIS, berisi tentang hasil analisis yang digunakan yaitu analisis Location Quotient dan analisis Shift Share. BAB VI REKOMENDASI, berisi mengenai rekomendasi atau konsep pengembangan ekonomi sesuai dengan sektor potensial yang telah dianalisis untuk mengatasi persoalan ekonomi di Kabupaten Pasuruan. BAB VII PENUTUP, berisi tentang kesimpulan dari pembahasan dalam makalah.

BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN DAN PUSTAKA

2.1 RPJPD Kabupaten Pasuruan Tahun 2005-2025

Berdasarkan RPJPD Kabupaten Pasuruan 2005-2025, visi pembangunan yang termuat di dalamnya adalah “Kabupaten Pasuruan yang agamis, berdaya saing, mandiri, dan sejahtera”. Berdaya

saing yang di maksud dalam hal ini memiliki arti bahwa setiap kegiatan ekonomi dan pemerintahan dapat dilakukan secara efisien. Dengan demikian, setiap produk yang dihasilkan di wilayah Kabupaten Pasuruan dapat berdaya saing, baik pada level lokal, regional, nasional, bahkan internasional. Selain itu, Kabupaten Pasuruan yang sejahtera memiliki arti bahwa prinsip kesejahteraan harus menjadi landasan sekaligus tujuan utama dari pelaksanaan pembangunan di wilayah Kabupaten Pasuruan. Hal ini bemakna, setiap kegiatan dan produk yang dihasilkan dalam pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Pasuruan harus bisa menciptakan masyarakat Kabupaten Pasuruan yang sejahtera, yaitu suatu masyarakat yang secara materiil terpenuhi melalui pertumbuhan (ekonomi) yang terus meningkat yang diikuti oleh pemerataan (pendapatan) yang lebih baik.

Kemudian visi tersebut dijabarkan melalui beberapa misi, dimana terdapat misi yang berkaitan dengan upaya pembangunan perekonomian di Kabupaten Pasuruan, antara lain:

a. Pada misi nomor 3 yaitu mewujudkan daya saing dan kemandirian daerah adalah pembangunan berkelanjutan di segala bidang dengan mengoptimalkan pemanfaatan dan potensi daerah, pembangunan sumber daya manusia, kelestarian dan keseimbangan lingkungan, pemerataan pembangunan dan kerjasama pihak lain, memperkuat infrastruktur ekonomi, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat.

b. Pada misi nomor 4 yaitu meningkatkan perkonomian daerah yang berbasis kerakyatan adalah mengembangkan potensi pertanian, memperkuat industri berbasis sektor perdagangan, mempromosikan perdagangan dan investasi, mengembangkan pariwisata, kemitraan antar-pelaku ekonomi, pemanfaatan sumberdaya ekonomi lokal, melibatkan seluruh masyarakat (partisipasi) dalam rangka peningkatan penyerapan tenaga kerja dan pengurangan penduduk miskin. Arah pembangunan jangka panjang tahun 2005-2025 terkait dengan upaya pembangunan

perekonomian yang merupakan penjabaran dari misi diantaranya diarahkan pada sasaran-sasaran sebagai berikut :

o Dalam sasaran ketiga yaitu terwujudnya daya saing masyarakat untuk mencapai kemandirian dan kesejahteraan. Dalam sasaran tersebut terdapat beberapa uraian yang terkait dengan pembangunan ekonomi di Kabupaten Pasuruan yaitu terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh dengan basis keunggulan kompetitif pada sektor-sektor ekonominya. Oleh karena itu, arah pembangunan jangka panjang yang dilakukan antara lain dengan revitalisasi pertanian, o Dalam sasaran ketiga yaitu terwujudnya daya saing masyarakat untuk mencapai kemandirian dan kesejahteraan. Dalam sasaran tersebut terdapat beberapa uraian yang terkait dengan pembangunan ekonomi di Kabupaten Pasuruan yaitu terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh dengan basis keunggulan kompetitif pada sektor-sektor ekonominya. Oleh karena itu, arah pembangunan jangka panjang yang dilakukan antara lain dengan revitalisasi pertanian,

a. Revitalisasi pertanian Pembangunan pertanian mencakup sub-sektor tanaman bahan makanan, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan. Bidang pertanian selama ini mempunyai peran yang cukup strategis dalam perekonomian dan mempunyai multiplier effect yang besar, karena di sektor ini sekitar 25,65% masyarakat Kabupaten Pasuruan menggantungkan hidupnya. Sebagai bagian dari pembangunan masyarakat, pembangunan pertanian diupayakan agar sinergis dengan pembangunan sektor lain dengan pengembangan sistem agribisnis termasuk agroindustri yang tahan terhadap guncangan ekonomi.

b. Peningkatan Investasi dan Perdagangan Dalam rangka mewujudkan peningkatan investasi dan pedagangan, maka pembangunan jangka panjang diarahkan pada upaya :

o Menjamin kepastian usaha, menjaga hak kepemilikan terutama berkenaan dengan kepemilikan lahan dan pengaturan yang adil pada mekanisme penyelesaian konflik di

bidang investasi. o Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait di Pusat, Provinsi dan

Kabupaten/Kota lainnya guna pengembangan investasi, promosi investasi, pelayanan investasi dan pengawasan pelaksanaan investasi yang berdaya saing

o Penyederhanaan sistem dan prosedur o Mendorong secara bertahap perluasan basis produk ekspor dengan tetap

memperhatikan kriteria produk ekspor yang ramah lingkungan

c. Peningkaan daya saing pariwisata Untuk meningkatkan peran pariwisata dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pasuruan, maka pembangunan jangka panjang diarahkan pada upaya :

o Meningkatkan dan menumbuhkan kembali potensi pariwisata yang telah berkembang, bersumber pada potensi pariwisata yang telah berkembang, dan bersumber pada potensi alam dan budaya yang berwawasan lingkungan serta pelestarian budaya, sebagai aplikasi dari konsep ecotourism.

o Meningkatkan kuantitas dan varietas potensi unggulan pariwisata dan diversifikasi produk pelayanan pariwisata yang standar, berdaya saing serta memenuhi rasa aman

dan nyaman o Memberdayakan pengembangan pemasaran pariwisata terpadu agar tepat sasaran

dan efisien serta menggalang peran serta masyarakat dengan cara memposisikan masyarakat sebagai subyek pengembangan pariwisata, sehingga dapat mewujudkan iklim usaha pariwisata yang kooperatif dan dinamis dan efisien serta menggalang peran serta masyarakat dengan cara memposisikan masyarakat sebagai subyek pengembangan pariwisata, sehingga dapat mewujudkan iklim usaha pariwisata yang kooperatif dan dinamis

kinerja pelayanan o Meningkatkan sosialisasi dan promosi keberadaan pariwisata di Kabupaten Pasuruan

d. Peningkatan daya saing industri Dalam rangka perwujudan meningkatnya daya saing industri, maka arah pembagunan jangka panjang yang terkait dengan sektor industri adalah sebagai berikut:

o Peningkatan nilai tambah dan produkstivitas melalui pengembangan industri dalam rangka pengembangan rantai nilai untuk membentuk industri-industri yang kuat,

meningkatkan nilai tambah dari setiap produk yang dibuat baik pada industri ataupun pada rantai nilainya, memperpanjang rantai nilai baik dengan meningkatkan inovasi maupun penguasaan pasar, meningkatkan efisiensi rantai nilai untuk meningkatkan keseluruhan produktivitas.

o Mengembangkan IMKM agar perannya setara dengan industri besar sehingga merupakan fondasi perekonomian yang kokoh dan mewujudkan IMKM yang mandiri

dan atau mendukung industri besar dalam satu kerangka kerjasama yang sederajat dan saling menguntungkan.

o Mendorong investasi baru yang diarahkan pada industri yang berorientasi ekspor

2.2 RPJMD Kabupaten Pasuruan Tahun 2013-2018

Visi yang diemban dalam RPJMD Kabupaten Pasuruan Tahun 2013-2018 adalah Terwujudnya masyarakat Kabupaten pasuruan yang lebih maju, mandiri, dinamis dan agamis. Dari visi tersebut dijabarkan menjadi beberapa misi dan beberapa diantaranya merupakan misi terkait dengan upaya pembangunan perekonomian di Kabupaten Pasuruan. Adapun misi dalam RPJMD Kabupaten Pasuruan adalah

a. Mewujudkan pemerintahan yang demokratis, berkeadilan dan profesional yang didukung oleh mantapnya sistem kelembagaan dan aparatur yang berkualitas berdasarkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berbasis kompetensi, iman dan taqwa

b. Pemberdayaan ekonomi masyarakat agar lebih maju, mandiri dan dinamis dengan mengoptimalkan potensi daerah, pembangunan wilayah dan kemitraan serta pemeliharaan stabilitas pengembangan dunia usaha

c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui aksesibilitas dan kualitas pelayanan pendidikan, kesehatan dan sosial serta pembinaan pemuda, pemberdayaan perempuan dan pelestarian nilai-nilai budaya lokal

2.3 RTRW Kabupaten Pasuruan Tahun 2009-2029

Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten adalah mewujudkan ruang wilayah yang mendukung perkembangan industri, pertanian dan pariwisata serta selaras dengan keberlanjutan lingkungan hidup dan Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten adalah mewujudkan ruang wilayah yang mendukung perkembangan industri, pertanian dan pariwisata serta selaras dengan keberlanjutan lingkungan hidup dan

a. Mengembangkan fungsi kawasan industri dan kawasan peruntukan industri non kawasan industri, serta perkotaan utama sebagai pendukung perkembangan Kawasan Perkotaan Gerbangkertosusila (GKS)

b. Mengembangkan kawasan agrowisata, ekowisata, agropolitan, dan minapolitan sebagai andalan pengembangan kawasan perdesaan di Wilayah Kabupaten Pasuruan Salah satu kebijakan pengembangan pola ruang wilayah Kabupaten Pasuruan, salah satunya adalah pengembangan kawasan budidaya. Strategi pengembangan kawasan budidaya Kabupaten Pasuruan yang berkaitan dengan pembangunan dan/atau pengembangan perekonomian adalah

a. Mengembangkan kawasan pertanian melalui penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan, pengembangan spesialisasi komoditas pada setiap wilayah, pengembangan intensifikasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, pengembangan sentra produksi dan agropolitan, serta pelarangan alih fungsi pada lahan pertanian pangan berkelanjutan

b. Mengembangkan kawasan perkebunan dilaksanakan melalui peningkatan produktivitas dan pengolahan hasi perkebunan dengan teknologi tepat guna, guna mendorong kualitas produk perluasan pemasaran dan pengolahan hasil produk perkebunan serta peningkatan partisipasi masyarakat yang tinggal di sekitar perkebunan.

c. Mengembangkan kawasan perikanan dengan mengoptimalisasikan kawasan perikanan tangkap di bagian utara Kabupaten Pasuruan melalui pengembangan tempat pendaratan ikan (TPI), pangkalan pendaratan ikan (PPI), serta mendorong pengembangan budidaya perikanan tambak/air tawar sebagai salah satu sektor perekonomian yang mulai berkembang yang difasilitasi oleh adanya industri pengolahan perikanan, sedangkan pengembangan perikanan air tawar lainnya dikembangkan menyebar sesuai potensi yang ada pada peruntukan pertanian lahan kering, danau, kolam, saluran irigasi/sungai, sangat didorong pembentukan dan pengembangan cluster sentra perikanan, serta dibatasi/terbatas pada peruntukkan pertanian lahan basah (sistem mina padi) sebagai embrio minapolitan perikanan tangkap dan budiaya.

d. Mengembangkan kawasan peternakan melalui pengembangan dan pengelolaan hasil peternakan dengan industri peternakan yang ramah lingkungan yang didukung dengan adanya pengembangan cluster sentra produksi peternakan (terutama terkait dengan industri pakan ternak dan pemanfaatan kotoran ternak).

e. Mengembangkan kawasan peruntukan industri melalui pengembangan kawasan industri, dan kawasan peruntukan industri non kawasan industri secara khusus yang ditunjang dengan promosi e. Mengembangkan kawasan peruntukan industri melalui pengembangan kawasan industri, dan kawasan peruntukan industri non kawasan industri secara khusus yang ditunjang dengan promosi

Kawasan agropolitan sebagai kawasan strategis kabupaten untuk kepentingan petumbuhan ekonomi, meliputi beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Tutur, Pasrepan, Puspo, Tosari, Kejayan, Wonorejo, Purwodadi, dengan pusat collecting distribution di Pasrepan, serta terdapatnya ketedekatan/keterkaian lokasi dengan interchange Grati dan interchange Purwodadi sebagai penghubung kawasan agropolitan. Selain agropolitan, pengembangan kawasan Kabupaten Pasuruan juga diarahkan sebagai kawasan minapolitan di beberapa kecamatan yang memiliki potensi perikanan tangkap dan budidaya.

Upaya-upaya pengelolaan yang dapat dilakukan pada kawasan agropolitan adalah :

1. Pengembangan kegiatan agropolitan meliputi kawasan yang cukup luas dan memiliki sistem pelayanan berjenjang, sehingga dalam kawasan yang termasuk dalam pengembangan agropolitan juga dikembangkan sistem keterkaitan antara pusat maupun sub pusat serta wilayah pendukungnya. Pengembangan struktur maupun sistem pelayanan kegiatan agropolitan dilakukan secara terintegrasi dengan pengembangan struktur ruang wilayah Kabupaten.

2. Pengembangan dan penataan ruang kawasan pusat agropolitan beserta kegiatannya dalam rangka menunjang kegiatan agropolitan yang dikembangkan;

3. Pengembangan kawasan agropolitan setidaknya menyangkut pengembangan kegiatan pertanian secara luas, pengembangan agroindustri, agrobisnis dan membuka peluang pengembangan agrowisata;

4. Pengembangan dan penyediaan sarana dan prasarana penunjang Kawasan agropolitan, diantaranya menyangkut tentang produksi, pemasaran, akses dan pengairan, serta lainnya yang terkait;

5. Pengembangan kawasan agropolitan juga memperhatikan kegiatan dan kawasan lainnya sebagai satu kesatuan dalam pengembangan wilayah kabupaten.

2.4 Analisis Location Quotient (LQ) dan Shiftshare Analysis (SSA)

2.4.1 Analisis Location Quotient (LQ)

Dalam pembangunan wilayah, banyak landasan teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan pentingnya pembangunan wilayah. Aktivitas dalam perekonomian regional digolongkan dalam dua sektor kegiatan yakni aktivitas basis dan non basis. Aktivitas basis memiliki peranan sebagai penggerak (primer mover) dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah ke wilayah lain akan semakin maju pertumbuhan wilayah tersebut, dan demikian sebaliknya. Untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah, salah satu teknik yang sering digunakan adalah Location Quotient (LQ).

Location Quotient digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor-sektor basis atau unggulan (leading sectors). LQ merupakan rasio antara jumlah tenaga kerja pada sektor tertentu atau PDRB terhadap total jumlah tenaga kerja sektor tertentu atau total nilai PDRB di suatu daerah (kabupaten) dibandingkan dengan rasio tenaga kerja dan sektor yang sama di provinsi dimana kabupaten tersebut berada dalam lingkupnya (Adisasmita, 2005). Menurut Tarigan (2004), LQ digunakan sebagai petunjuk adanya keunggulan komparatif dapat digunakan bagi sektor-sektor yang telah lama berkembang, sedangkan bagi sektor yang baru atau sedang tumbuh apalagi yang selama ini belum pernah ada, LQ tidak dapat digunakan karena produk totalnya belum menggambarkan kapasitas riil daerah tersebut. Aziz dalam Adisasmita (2005), menjelaskan bahwa rumus yang digunakan dalam menghitung LQ adalah sebagai beikut:

LQ =

Dimana :

= Jumlah PDRB suatu sektor i kabupaten/kota = Jumlah PDRB seluruh sektor kabupaten/kota

= Jumlah PDRB suatu sektor i tingkat propinsi = Jumlah PDRB seluruh sektor tingkat propinsi

Apabila LQ > 1 maka sektor i tersebut merupakan sektor basis yang artinya tingkat spesialisasinya kabupaten lebih tinggi dari tingkat propinsi. LQ < 1 maka sektor i tersebut merupakan sektor bukan non basis yaitu sektor yang tingkat spesialisasinya lebih rendah dari tingkat propinsi. Sedangkan nilai LQ = 1, berarti tingkat spesialisasinya kabupaten sama dengan tingkat propinsi.

2.4.2 Shiftshare Analysis (SSA)

Analisis shiftshare merupakan metode analisis yang membadingkan perbedaan laju pertumbuhan berbagai sektor (industri) di daerah dengan nasional. Analisis shiftshare adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui proses pertumbuan ekonomi suatu daerah dalam kaitannya dengan perekonomian daerah acuan yaitu daerah yang lebih besar (regional atau nasional. Teknik analisis shiftshare ini membagi pertumbuhan sebagai perubahan (G) suatu variabel wilayah, seperti tenaga kerja, nilai tambah, pendapatan atau output, selama kurun waktu tertentu menjadi pengaruh : pertumbuhan nasional (N), Proportional Shift (P), dan Differential Shift (D). Menurut Prasetyo Soepomo (1993) bentuk umum persamaan dari analisis shiftshare dan komponen-komponennya adalah :

Gij = Nij + P ij + D ij

2.5 Pengembangan Agropolitan Sebagai Konsep Pembangunan Ekonomi

Wilayah

Pendekatan agropolitan merupakan suatu bentuk aktivitas pembangunan yang terkonsentrasi di wilayah perdesaan. Agropolitan juga salah satu pendekatan pengembangan perdesaan yang didasarkan Pendekatan agropolitan merupakan suatu bentuk aktivitas pembangunan yang terkonsentrasi di wilayah perdesaan. Agropolitan juga salah satu pendekatan pengembangan perdesaan yang didasarkan

Program pengembangan Kawasan Agropolitan adalah pembangunan ekonomi berbasis pertanian di Kawasan Agribisnis, yang dirancang dan dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada untuk mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi, yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah (Karafir, 2004).

Gambar 2. 1 Skema Keterkaitan Desa-Kota dalam konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan

Sumber : Rustiadi (2005) dalam Agropolitan: Membangun Ekonomi Perdesaan, 2007)

2.5.1 Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan

Strategi pembangunan agropolitan pada prinsipnya adalah mendorong kegiatan sektor pertanian dan sektor komplemennya di wilayah perdesaan melalui pembangunan agropolitan (kota kecil di lingkungan pertanian) atau mikropolitan (kota menengah-kecil) atau merupakan pembangunan pusat-pusat pelayanan pada kota-kota kecil yagn diberikan beberapa perlengkapan infrastruktur fasilitas publik perkotaan (Rustiadi & Pranoto, 2007). Suatu kawasan agropolitan harus memiliki ciri-ciri yaitu sebagian Strategi pembangunan agropolitan pada prinsipnya adalah mendorong kegiatan sektor pertanian dan sektor komplemennya di wilayah perdesaan melalui pembangunan agropolitan (kota kecil di lingkungan pertanian) atau mikropolitan (kota menengah-kecil) atau merupakan pembangunan pusat-pusat pelayanan pada kota-kota kecil yagn diberikan beberapa perlengkapan infrastruktur fasilitas publik perkotaan (Rustiadi & Pranoto, 2007). Suatu kawasan agropolitan harus memiliki ciri-ciri yaitu sebagian

1. Pusat agropolitan yang mencakup :

a. Pusat perdagangan dan transportasi pertanian

b. Penyedia jasa pendukung pertanian seperti perbankan, asuransi, dan pusat penelitian dan pengembangan

c. Pasar konsumen produk non-pertanian

d. Pusat industri pertanian

e. Penyedia pekerjaan non pertanian

f. Pusat agropolitan dan hinterlandnya terkait dengan sitem permukiman nasional, propinsi, dan kabupaten (RTRW Propinsi/Kabupaten)

2. Unit-unit Kawasan Pengembangan (hinterland) yang mencakup :

a. Pusat produksi pertanian

b. Intensifikasi pertanian

c. Pusat pendapatan perdesaan dan permintaan untuk barang-barang dan jasa non pertanian

d. Produksi tanaman siap jual dan diversifikasi pertanian

3. Terdapatnya sektor unggulan yang merupakan:

a. Sektor unggulan yang sudah berkembang dan didukung oleh sektor hilirnya

b. Kegiatan agribisnis yang banyak melibatkan pelaku dan masyarakat yang paling besar (sesuai dengan kearifan lokal)

c. Mempunyai skala ekonomi yang memungkinkan untuk dikembangkan dengan orientasi ekspor

4. Memiliki sistem prasarana dan sarana yagn memadai untuk mendukung pengembangana sistem dan usaha agribisnis seperti adanya organisasi petani, organisasi produsen agribisnis, dan lain- lain.

5. Memiliki prasarana dan sarana yang memadai untuk mendukung pengembangan sistem dan usaha agribisnis seperti jalan, sarana irigrasi, air bersih, pasar, terminal, jaringan telekomunikasi, listrik, pusat informasi pengembangan agribisnis, fasilitas umum dan fasilitas sosial.

2.5.2 Tahapan Pengembangan Kawasan Agropolitan

Rustiadi & Pranoto (2007) dalam bukunya Agropolitan : Membangun Ekonomi Perdesaan (hal.99- 100), tahapan dalam pengembangan kawasan agropolitan antara lain :

1. Tahap penetapan lokasi kawasan agropolitan oleh Bupati terkait berdasarkan pada kriteria penentuan lokasi kawasan agropolitan. Penentuan lokasi tersebut menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten setempat sesuai dengan pedoman umum yang ada.

2. Tahap penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Agropolitan yang berisikan indikasi program utama yang menjadi prioritas pembangunan.

3. Tahap Pembentukan organisasi pengelola sesuai dengan kebutuhan (perlu dihindari langkah penyeragaman organisasi).

4. Tahap penguatan sumberdaya manusia dan kelembagaan , hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari adanya peluang pengaliran nilai tambah yang tidak terkendali ke luar kawasan. Penguatan kelembagaan lokal dan sistem kemitraan menjadi persyaratan utama yang harus ditempu terlebih dahulu dalam pengembangan kawasan agropolitan.

5. Tahap pembangunan prasarana dan sarana pendukung pengolahan dan pemasaran produk. Dalam pelaksanaannya dilibatkan asyarakat sebanyak mungkin sesuai dengan tingkat kemampuan masyarakat seperti antara lain ikut mengawasi pelaksanaan pembangunan, bantuan memperingan biaya pembebasan tanah untuk pelebaran jalan desa, gotong royong pengerasan jalan.

2.5.3 Kriteria Penetapan Kawasan Agropolitan

Rustiadi & Pranoto (2007) dalam bukunya Agropolitan : Membangun Ekonomi Perdesaan (hal.115-116), suatu agropolitan ditetapkan oleh kriteria-kriteria sebagai berikut :

1. Memiliki komoditas dan produk olahan pertanian unggulan.komoditas dan produk olahan pertanian unggulan menjadi salah satu persyaratan penting bila akan mengembangkan kawasan agropolitan. Komoditas pertanian unggulan yan =g dimaksud seperti tanaman pangan (jagung, padi), hortikultura (sayur-mayur, bunga, buah-buahan), perkebunan (kakao, sawit, kopi), perikanan darat/ laut (udang, berbagai jenis ikan), dan peternakan (sapi, babi).

2. Memiliki daya dukung dan potensi fisik yang baik. Daya dukung lahan untuk pengembangan agropolitan harus sesuai syarat dengan jenis komoditas unggulan yang akan dikembangkan meliputi antara laun kemiringan lahan, ketinggian, kesuburan lahan, dan kesesuaian lahan.

3. Luas kawasan dan jumlah penduduk yang memadai. Untuk memperoleh hasil produksi yang dapat memenuhi kebutuhan pasar secara berkelanjutan perlu luas lahan yang memadai dalam mencapai skala ekonomi dan cakupan ekonomi.

4. Tersedianya dukungan prasarana dan sarana. Tersedianya prasarana dan sarana permukiman dan produksi yang memadai untuk mendukung kelancaran usaha tani dan pemasaran hasil produksi. Prasarana dan sarana tersebut antara lain adalah jalan poros desa, pasar, irigrasi, terminal, listrik dan

lain sebagainya.

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH

3.1 Lokasi Wilayah

Wilayah Kabupaten Pasuruan, berdasarkan posisinya merupakan salah satu wilayah kabupaten dari 38 wilayah kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur. Berada pada sisi utara pada jalur tapal kuda yang berbatasan dengan selat madura, memiliki keanekaragaman fisik yang beragam dan posisi strategis dalam mendukung keberadaan Kawasan Gerbangkertasusila dan Kawasan Perkotaan Malang.

Secara geografis, berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 2007, Wilayah Kabupaten Pasuruan berada pada 112,3 o s/d 113,30 o BT dan 7,30 o s/d 8,30 o LS, yang terdiri atas 24 wilayah administratif kecamatan dan 365 wilayah administratif desa/kelurahan, dengan luas total wilayah daratan sekitar 147.401,5 Ha, serta wilayah perairan laut dan kawasan pantai yang membentang sepanjang ± 48 km mulai dari Kecamatan Nguling hingga Kecamatan Bangil dengan wilayah eksploitasi laut mencapai 112,5 mil laut persegi (sumber: Penyusunan Perencanaan dan Pengelolaan Kawasan Pesisir Kabupaten Pasuruan, Tahun 2009; Kabupaten Pasuruan Dalam Angka, dan Hitungan CAD).

Secara administratif, Wilayah Kabupaten Pasuruan memiliki batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara

: Kabupaten Sidoarjo & Selat Madura

Sebelah Timur

: Kabupaten Probolinggo

Sebelah Selatan

: Kabupaten Malang

Sebelah Barat

: Kabupaten Mojokerto & Kota Batu.

Berikut adalah nama kecamatan, serta luasan masing –masing kecamatan yang ada di Wilayah Kabupaten Pasuruan.

Tabel 3. 1 Luas Wilayah Administratif Kecamatan di Kabupaten Pasuruan

No Kecamatan

Tinggi Rata-rata Wilayah dari

Luas Wilayah

Permukaan Laut (mdpl)

(km 2 )

1 Purwodadi

102,46 2 Tutur

500-1000

86,30 3 Puspo

58,35 4 Tosari

500-1000

98,00 5 Lumbang

125,55 6 Pasrepan

100-500

89,95 7 Kejayan

100-500

47,30 8 Wonorejo

25-100

47,30 9 Purwosari

25-100

59,87 10 Prigen

100-500

121,90 11 Sukorejo

58,18 12 Pandaan

100-500

43,27 13 Gempol

100-500

64,92 14 Beji

0-25

39,90 15 Bangil

0-25

44,60 16 Rembang

0-25

25-100

17 Kraton

50-75 18 Pohjentrek

Kab.Pasuruan

Sumber : BPS Kabupaten Pasuruan, 2010

Kecamatan Lumbang merupakan Kecamatan terluas di Kabupaten Pasuruan dengan luas wilayah 125,55 km 2 . Sedangkan kecamatan dengan lus wilayah terkecil adalah Kecamatan Pohjentrek dengan luas 11,88 km 2 .

3.2 DEMOGRAFI

Kabupaten Pasuruan memiliki karakter fisik yang beragam diantaranya wilayah pegunungan, wilayah pesisir, dan wilayah dataran rendah. Berdasarkan data BPS Tahun 2011, penduduk Kabupaten Pasuruan tercatat berjumlah 1.520.978 jiwa dan terus mengalami peningkatan hingga tercatat sebanyak

1.556.700 pada tahun 2013. Dengan wilayah seluas 1.474,01 Km 2 , maka tingkat kepadatan penduduk pada tahun 2013 adalah 1.056 jiwa/km 2 . Rata-rata pertumbuhan penduduk per tahun terhitung sebesar 1,17%. Tabel 3. 2 Jumlah Penduduk Kabupaten Pasuruan

Jumlah Penduduk

No Kecamatan

Kab.Pasuruan

Sumber : BPS Kabupaten Pasuruan

Gambar 3. 1 Kegiatan Sosial Budaya Masyarakat di Kabupaten Pasuruan

Sumber : RTRW Kabupaten Pasuruan 2009-2029

Selain itu Kabupaten Pasuruan juga memiliki keanekaragaman penduduk yang sebagian besar adalah suku Jawa dan yang lain terdiri dari suku Madura serta keturunan seperti Cina, Arab dan India. Disamping itu, masih dapat ditemui satu suku dengan sosial budaya khas, yaitu masyarakat Tengger yang hidup di kawasan pegunungan Tengger dan gunung Bromo Kecamatan Tosari, yaitu di Desa Wonokitri sebagai Desa Budaya Tengger yang akan dikembangkan sebagai bagian dari pengembangan Kawasan

Tujuan Pariwisata “Vulcano Park” dalam skala lokal (skala Kabupaten Pasuruan) sampai regional (Nasional). Sistem sosial dan religi masyarakat Tengger ini sangat unik dan khas dengan berbagai

aktivitasnya seperti perayaan Hari Raya Kasodo dan Hari Raya Karo yang didalamnya banyak mengandung nilai - nilai religius dan sejarah.

3.3 EKONOMI

Dilihat dari jenis mata pencahariannya terdiri dari 37,13% di sektor Pertanian Tanaman Pangan yang merupakan mata penncaharian dominan, 21,94% di sektor Industri Pengolahan, 21,44% di sektor Perdagangan, Hotel dan Rumah Makan, 0,43% di Pertambangan dan Galian, 5,91% di sektor Bangunan, 0,51% di bidang perbankan dan Lembaga Keuangan lainnya, 6,56% dibidang Pengangkutan dan Komunikasi serta 6,08% di sektor Jasa. Struktur perekonomian Kabupaten Pasuruan tahun 1990-2010 didominasi kegiatan pertanian, tanaman pangan dan peternakan. Sedangkan struktur tahun 2009-2029 didominasi kegiatan industri, perikanan, perdagangan dan jasa

Gambar 3. 2 Proporsi Jumlah Mata Pencaharian Penduduk Kabupaten Pasuruan

Sumber : RTRW Kabupaten Pasuruan tahun 2009-2029

Tabel 3. 3 PDRB Kabupaten Pasuruan Atas Dasar Harga Konstan

No Lapangan Usaha

2.502.932,50 2.672.085,78 Listrik, Gas & Air

3 Industri Pengolahan

219.198,34 239.055,56 Perdagangan, Hotel &

Keuangan, 8 Persewaan & Jasa

Sumber : BPS Kabupaten Pasuruan

PDRB Kabupaten Pasuruan terus mengalami peningkatan dari tahun 2009 hingga tahun 2013. Kontribusi terbesar pada PDRB Kabupaten Pasuruan adalah dari sektor Industri Pengolahan yang disusul dengan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran serta pertanian. Sedangkan kontribusi terkecil berasal dari sektor pertambangan dan penggalian.

Tabel 3. 4 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Pasuruan

Lapangan Usaha

5,34 5,28 2 Pertambangan & Penggalian

3,16 3,12 3 Industri Pengolahan

7,69 6,76 4 Listrik, Gas & Air Bersih

8,68 9,06 6 Perdagangan, Hotel & Restoran

8,88 8,20 7 Pengangkutan & Komunikasi

7,01 8,91 Keuangan, Persewaan & Jasa

Sumber : BPS Kabupaten Pasuruan

Setiap sektor PDRB secara umum terus mengalami peningkatan dari tahun 2009 hingga tahun 2013. Sektor dengan rata-rata pertumbuhannya cepat adalah sektor bangunan dan listrik, gas & air bersih. Sedangkan sektor yang pertumbuhannya cenderung lambat adalah sektor pertambangan & penggalian serta pertanian.

3.4 POTENSI DAN PERMASALAHAN

3.4.1 POTENSI SUMBERDAYA ALAM

Kondisi sumber daya alam yang dimaksud untuk memahami kondisi daya dukung lingkungan, dan untuk memahami tingkat perkembangan pemanfaatan sumberdaya lahan/tanah, sumberdaya air, sumberdaya udara, sumberdaya udara, sumberdaya hutan, dan sumberdaya alam lainnya serta potensi yang dapat dikembangkan lebih lanjut dalam menunjang pengembangan wilayah Kabupaten Pasuruan. Berikut akan dijelaskan megenai potensi sumberdaya alam yang ada di Kabupaten Pasuruan:

1. Berdasarkan ketinggian dan bentang alam yang ada di Kabupaten Pasuruan, terdapat potensi keanekaragaman vegetasi dan produk pertanian.

2. Jenis tanah yang ada di Kabupaten Pasuruan dapat dikelompokkan dalam 6 kelompok besar yaitu alluvial, regosol, andosol, grumosol, mediteran dan latosol. Secara keseluruhan jenis tanah yang ada di Kabupaten Pasuruan sesuai untuk pertanian.

3. Jenis geologi di Kabupaten Pasuruan dapat dikelompokkan dalam 3 kelompok besar yaitu batuan permukaan, batuan sedimen dan batuan gunung api. Dengan banyaknya jenis batuan yang ada, menunjukkan bahwa Kabupaten Pasuruan merupakan daerah yang cukup kaya akan adanya bahan mineral.

4. Ditinjau dari kondisi hidrologi, Kabupaten Pasuruan mempunyai potensi air diantaranya:

 Ketersediaan air cukup besar baik berupa air permukaan maupun air tanah, oleh karena itu disamping sistem aliran sungai seperti diuraikan di atas, di Kabupaten Pasuruan terdapat danau atau waduk alami cukup besar dan sejumlah mata air. Danau tersebut terletak di Kecamatan Grati dan dikenal dengan nama Ranugrati yang mempunyai volume efektif sebesar

3 5.013 m 3 dan volume maximum sebesar 5217 m , serta mampu mengeluarkan debit maximum 980 l/det dan debit minimum 463 l/det.

 Dari sejumlah sumber air yang ada di Kabupaten Pasuruan, Sumber Air Umbulan di Kecamatan Winongan adalah sumber air yang terbesar dengan debit minimum 5.030 l/det, dan maximumnya 5.650 l/det; yang kedua adalah Sumber Air Banyu Biru yang juga terletak di Kecamatan Winongan dengan debit minimum sekitar 175 l/det dan maximumnya 225 l/det. Disamping sumber-sumber tersebut di atas, Kabupaten Pasuruan juga masih mempunyai potensi air tanah dalam yang dapat dikatakan cukup baik. Air tanah dalam ini dimanfaatkan untuk air minum dan air irigasi dengan menggunakan sumur bor.

 Terdapat kawasan yang memiliki potensi air tanah dangkal diantaranya di Kecamatan Kraton dan Pohjentrek. Selain itu potensi sumur dangkal yang baik terdapat juga di Kecamatan Wonorejo, Gondang Wetan, Grati, Lekok, dan Nguling.

5. Terdapat jenis tambang yang sudah dieksploitasi dan dikelola dengan luasan sekitar 196,01 ha; Jenis tambang di Kabupaten Pasuruan antara lain adalah batu belah, sirtu, batu padas, tras, pasir, andesit yang tersebar di Kecamatan Beji, Kecamatan Purwodadi, Kecamatan Tosari, Kecamatan

Tutur, Kecamatan Puspo, Kecamatan Kejayan, Kecamatan Pasrepan, Kecamatan Winongan, Kecamatan Lekok, Kecamatan Lumbang, Kecamatan Nguling, Kecamatan Grati, dan Kecamatan Gempol.

3.4.2 POTENSI EKONOMI WILAYAH

Berdasarkan kontribusi masing-masing sektor dan sub sektor ekonomi di wilayah Kabupaten Pasuruan selama tahun 2013 dari seluruh sektor dan sub sektor yang ada, dapat diidentifikasikan 3 (tiga) sektor yang berpotensi dengan kontribusi terbesar meliputi sektor Industri Pengolahan 32%, sektor Perdagangan, Hotel & Restoran serta Pertanian masing-masing 23%. Adapun berdasarkan tingkat pertumbuhannya dalam periode tahun 2011 hingga 2013, maka sektor bangunan, pengangkutan & komunikasi serta listrik, gas & air bersih merupakan sektor dengan tingkat pertumbuhan paling tinggi.

Dengan demikian maka dari aspek penataan ruang, maka potensi ekonomi wilayah yang dapat menjadi ujung tombak meliputi industri pengolahan, pertanian, perkembangan sektor perdagangan, hotel & restoran serta peningkatan interaksi antar sektor.

Gambar 3. 3 Potensi ekonomi wilayah di Kabupaten Pasuruan

Sumber : BPK Kabupaten Pasuruan, 2013

Selain dari tinjauan PDRB, potensi ekonomi wilayah Kabupaten Pasuruan dapat dilihat dari berbagai aspek berikut:

a. Wilayah Kabupaten Pasuruan terletak pada jalur utama Pulau Jawa dan berada di wilayah pengaruh langsung Kota Metropolitan Surabaya yang merupakan pusat distribusi untuk Kawasan Indonesia Timur, dari adanya lokasi wilayah kabupaten yang strategis tersebut serta adanya perkembangan wilayah yang pesat dan terkonsentrasinya kegiatan di beberapa wilayah, seperti: Kecamatan Bangil, Rembang, Beji, Gempol, Pandaan, Purwosari tersebut dapat mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah; a. Wilayah Kabupaten Pasuruan terletak pada jalur utama Pulau Jawa dan berada di wilayah pengaruh langsung Kota Metropolitan Surabaya yang merupakan pusat distribusi untuk Kawasan Indonesia Timur, dari adanya lokasi wilayah kabupaten yang strategis tersebut serta adanya perkembangan wilayah yang pesat dan terkonsentrasinya kegiatan di beberapa wilayah, seperti: Kecamatan Bangil, Rembang, Beji, Gempol, Pandaan, Purwosari tersebut dapat mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah;

c. Terkait dengan hal di atas, kegiatan industri dalam bentuk satu kawasan seperti PIER sebagai stimulan perkembangan kawasan sekitarnya maupun sektor lain yang terkait.

d. Adanya potensi pengembangan perikanan tambak dan danau yang bernilai ekonomi tinggi, seperti udang dan lainnya.

e. Terkonsentrasinya kegiatan di beberapa wilayah, seperti: Kecamatan Bangil, Rembang, Beji, Gempol, Pandaan, Purwosari tersebut dapat mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah

f. Tingkat inflasi di Kabupaten Pasuruan menunjukkan kecenderungan menurun. Hal ini disebabkan oleh kenaikan jumlah produksi barang dan jasa yang didukung oleh tingkat harga yang relatif stabil

g. Pendapatan perkapita menunjukkan trend peningkatan yang lebih besar dari tingkat inflasi

h. Pertumbuhan investasi dan peningkatan jumlah tenaga kerja yang terserap dalam lapangan kerja sektor industri menunjukkan kondisi perekonomian sudah mulai membaik dan iklim dunia usaha secara bertahap sudah mendukung pengembangan dunia usaha termasuk pengembangan industri informal

i. Adanya PLTGU Grati dengan kapasitas maksimal 750 MW j. Terdapat beberapa potensi wisata seperti Pantai Lekok, Pemandian Alam Banyu Biru, Candi Jawi, Candi Gunung Gangsir, Panorama Gunung Bromo, Danau Ranu Grati, Taman Safari Indonesia II, Masjid Cheng Ho, Air Terjun Coban Baung, Kawasan Tretes

3.4.3 PERMASALAHAN EKONOMI

Selain terdapat beberapa potensi ekonomi, Kabupaten Pasuruan juga memiliki beberapa permasalahan dalam bidang ekonomi, diantaranya sebagai berikut :

a. Angkatan kerja cukup tinggi, dengan rata-rata di atas 50% (dalam kurun waktu tahun 2001-2005) dari total jumlah penduduk di Kabuten Pasuruan. Sedangkan Jumlah penduduk yang belum/tidak bekerja pada tahun 2005 mencapai 40,08% dari total penduduk. Tingginya angkatan kerja dan pengangguran disebabkan oleh terbatasnya lapangan kerja serta dipengaruhi oleh kondisi perekonomian secara keseluruhan, baik di tingkat propinsi maupun nasional.

b. Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Pasuruan cenderung lamban. Pertumbuhan PDRB rata-rata mencapai 4% per tahun. Angka ini masih di bawah angka pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa Timur maupun Nasional. Selain itu terdapat pula ketimpangan antara wilayah Barat dan Timur. Dimana wilayah Barat cenderung lebih berkembang jika dibandingkan wilayah Timur.

c. Tingginya angka kemiskinan, dimana pada tahun 2011 tercatat sebanyak 12,30% dan mengalami penurunan menjadi 11,50% pada tahun 2012. Namun angka tersebut masih cukup tinggi, yang proporsinya hampir sama dengan proporsi penduduk miskin di Jawa Timur.

Tabel 3. 5 Angka Kemiskinan Kabupaten Pasuruan

Jawa Timur

Pasuruan Jawa Timur

Persentase penduduk miskin (%)

11,50 13,10 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

12,30

13,80

1,56 1,93 Indeks Keparahan (P2)

1,82

2,00

0,31 0,44 Garis kemiskinan

0,42

0,46

260,718 243,783 Pertumbuhan garis kemiskinan (%)

Sumber : BPS Kabupaten Pasuruan, Susenas 2008-2013

Gambar 3. 4 Proporsi Kesejahteraan Keluarga Penduduk Kabupaten Pasuruan

Sumber : Updating Data Base Kabupaten Pasuruan Tahun 2007

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 IDENTIFIKASI SEKTOR BASIS DI KABUPATEN PASURUAN

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk melihat kondisi ekonomi basis di Kabupaten Pasuruan adalah dengan menggunakan perhitungan LQ (Location Quotient) berdasarkan data PDRB Kabupaten Pasuruan. Dalam perhitungan sektor basis menggunakan LQ tersebut dapat dilakukan dengan cara yaitu SLQ (Static Location Quotient) dan DLQ (Dynamic Location Quotient). Dalam penelitian kali ini perhitungan yang digunakan adalah penentuan sektor basis menggunakan SLQ (Static Location Quotient) berdasarkan data PDRB Kabupaten Pasuruan Tahun 2009-2013. Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sektor basis pada satu tahun di wilayah studi.

Berdasarkan rumus SLQ maka untuk dapat menghitung sektor basis dari wilayah studi yaitu Kabupaten Pasuruan maka :

Keterangan : Vik

: Nilai output (PDRB) sektor i di Kabupaten Pasuruan

Vk

: PDRB total semua sektor di Kabupaten Pasuruan

Vip : Nilai tambah sektor i di wilayah referensi (Provinsi Jawa Timur) Vp

: PDRB pada daerah referensi wilayah studi (Provinsi Jawa Timur)

Dari rumus tersebut, maka didapatkan hasil SLQ untuk semua sektor yang ada di Kabupaten Pasuruan yaitu : Tabel 4. 1 Hasil Perhitungan SLQ Semua Sektor di Kabupaten Pasuruan

Nilai SLQ

No. Lapangan Usaha

2. Pertambangan dan Penggalian

0,45 Non Basis

3. Industri Pengolahan

4. Listrik, Gas dan Air Bersih

0,86 Non Basis

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran

0,69 Non Basis

0,39 Non Basis Keuangan, Persewaan dan Jasa

7. Pengangkutan dan Komunikasi

0,73 Non Basis Perusahaan

Sumber : Hasil Analisis, 2016

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2009, 2010, 2011, 2012, dan 2013 yang berpotensi menjadi sektor basis dari Kabupaten Pasuruan adalah sektor listrik, gas dan air bersih, sektor pertanian, sektor industri pengolahan dan sektor jasa-jasa. Keempat sektor tersebut dikatakan sebagai sektor basis karena memiliki nilai SLQ > 1. Dimana sektor listrik, gas dan air bersih merupakan sektor basis selama lima tahun (2009-2013) dengan nilai SLQ paling tinggi dibandingkan nilai SLQ sektor lain. Untuk sektor pertanian merupakan sektor basis selama lima tahun (2009-2013) dengan nilai SLQ tinggi kedua, sektor industri pengolahan memiliki nilai SLQ tinggi ketiga, dan sektor jasa-jasa memiliki nilai SLQ tinggi keempat.

4.2 IDENTIFIKASI KOMODITAS BASIS SEKTOR PERTANIAN DI MASING-

MASING WILAYAH DI KABUPATEN PASURUAN

Berdasarkan arahan RTRW Kabupaten Pasuruan Tahun 2009-2029 dan RPJPD Kabupaten Pasuruan Tahun 2005-2025 yang menjadikan wilayah Kabupaten Pasuruan sebagai kawasan agropolitan dengan pengembangan sektor pertanian. Selain itu, penduduk di Kabupaten Pasuruan mayoritas bermata pencaharian sebagai petani sebagai petani, maka pengembangan wilayah Kabupaten Pasuruan dilakukan berdasarkan pada kebutuhan sektor pertanian. Dari hasil perhitungan analisis sektor basis pun, menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor basis kedua di Kabupaten Pasuruan. Dalam pengembangan sektor pertanian dilakukan analisis komoditas basis yang ditempuh melalui perhitungan subsektor pertanian basis baru kemudian melakukan perhitungan komoditas basis.

4.2.1 Analisa Subsektor Basis Pertanian

Sebelum melakukan perhitungan komoditas basis sektor pertanian, dilakukan perhitungan subsektor basis dari sektor pertanian di Kabupaten Pasuruan. Perhitungan ini dilakukan menggunakan perhitungan SLQ. Berdasarkan rumus SLQ maka untuk dapat menghitung subsektor basis dari sektor pertanian di wilayah studi yaitu Kabupaten Pasuruan maka :

Perhitungan SLQ Subsektor

Keterangan : Vai

: Nilai output (PDRB) subsektor a dari sektor basis i di Kabupaten Pasuruan

Vi : PDRB total sektor basis i di Kabupaten Pasuruan Vaj

: Nilai output (PDRB) subsektor a dari sektor basis j di wilayah referensi (Provinsi Jawa Timur) Vj

: PDRB total sektor basis j pada daerah referensi wilayah studi (Provinsi Jawa Timur)

Maka dengan menggunakan rumus perhitungan SLQ, maka didapatkan hasil SLQ untuk subsektor dari sektor pertanian yang ada di Kabupaten Pasuruan yaitu :

Tabel 4. 2 Hasil Perhitungan SLQ Subsektor dari Sektor Pertanian di Kabupaten Pasuruan

Nilai SLQ

No. Lapangan Usaha

a. Tanaman Bahan Pangan

b. Tanaman Perkebunan

c. Peternakan dan Hasil-hasilnya

d. Kehutanan

e. Perikanan

Sumber : Hasil Analisis, 2016

Berdasarkan perhitungan SLQ tersebut, dapat dilihat bahwa pada tahun 2009, 2010, 2011, 2012 dan 2013, yang merupakan subsektor basis dari sektor pertanian di Kabupaten Pasuruan adalah subsektor tanaman bahan pangan karena memiliki nilai SLQ > 1.

4.2.2 Analisa Komoditas Basis Pertanian

Pada Kabupaten Pasuruan, subsektor tanaman bahan pangan terdiri atas 6 komoditas meliputi komoditas padi, jagung, ubi jalar, kacang tanah, kedelai, dan kacang hijau. Untuk dapat mengembangkan kawasan agropolitan, perlu diketahui terlebih dahulu komoditas unggulan dari tiap kecamatan di Kabupaten Pasuruan. Maka dari itu dilakukan perhitungan SLQ pada komoditas pada setiap kecamatan di Kabupaten Pasuruan. Perhitungan SLQ tersebut dapat dilihat dibawah ini :

Tabel 4. 3 Hasil Perhitungan SLQ Komoditas Sub Sektor Tanaman Bahan Pangan Tahun 2013

Kecamatan Padi

Jagung

Ubi Jalar

Kacang Tanah

Kedelai

Kacang Hijau

Purwodadi 1,06

0,00 Tutur

0,00 Puspo

0,00 Tosari

0,00 Lumbang

0,00 Pasrepan

0,17 Kejayan

2,70 Wonorejo

0,00 Purwosari

0,00 Prigen

0,00 Sukorejo

0,00 Pandaan

0,23 Gempol

13,47 Beji

0,00 Bangil

0,00 Rembang

0,11 Kraton

0,00 Pohjentrek

0,00 Gondangwetan

0,00 Rejoso

Sumber : Hasil Analisa, 2016

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa komoditas padi yang merupakan komoditas basis yang tersebar paling merata hampir di seluruh kecamatan Kabupaten Pasuruan. Selanjutnya disusul dengan komoditas jagung dengan nilai SLQ tertinggi berada di Kecamatan Purwosari. Persebaran komoditas padi dapat dilihat pada Peta Komoditas Basis Padi Kabupaten Pasuruan dan persebaran komoditas jagung dapat dilihat pada Peta Komoditas Basis Jagung Kabupaten Pasuruan.

Untuk komoditas ubi jalar merupakan komoditas basis di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Purwodadi, Pasrepan, dan Prigen. Persebaran komoditas ubi jalar dapat dilihat pada Peta Komoditas Ubi Jalar Kabupaten Pasuruan. Komoditas kacang tanah merupakan komoditas basis di 4 kecamatan yaitu Kecamatan Kejayan, Wonorejo, Purwosari, dan Sukorejo. Persebaran komoditas kacang tanah dapat dilihat pada Peta Komoditas Kacang Tanah Kabupaten Pasuruan. Untuk komoditas kedelai merupakan komoditas basis di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Kejayan, Wonorejo, dan Purworejo. Persebaran komoditas kedelai dapat dilihat pada Peta Komoditas Kedelai Kabupaten Pasuruan. Untuk komoditas kacang hijau merupakan komoditas basis di 2 kecamatan yaitu Kecamatan Kejayan dan Gempol. Persebaran komoditas kacang hijau dapat dilihat pada Peta Komoditas Kacang Hijau Kabupaten Pasuruan.

4.3 ANALISIS SHIFT SHARE