Tinjauan Yuridis Terhadap Open Sky Asean 2015 Dan Regulasinya Terhadap Penerbangan Di Indonesia

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang mempunyai 13.466 pulau dan kaya akan sumber daya alamnya. Di zaman Globalisasi pada saat ini, Indonesia yang merupakan salah satu Negara berkembang yang perkembangannya Berbeda dengan transportasi laut, yang telah lahir jauh sebelumnya, transportasi udara baru lahir sejak abad ke-17 yang mana pada saat itu Francisco de Lana dan Galier mencoba mengembangkan pesawat udara yang dapat terbang di atmosfer kemudian diikuti oleh Pater de Gusman di Lisabon yang berhasil terbang di udara dengan cara memanaskan udara itu sendiri, sedangkan Black berhasil terbang dengan balon yang diisi dengan zat air dan gas pada tahun 1767 yang diikuti oleh Cavallo pada tahun 1782. Percobaan penerbangan tersebut dilanjutkan oleh Montgolfier bersaudara di Prancis dengan menggunakan balon yang berisi udara panas dan setelah berhasil akhirnya Blanchard bersama Jaffies berhasil terbang melintasi Selat Calais dengan menggunakan balon bebas pada 1785 yang pernah digunakan untuk Perang Fanco-Prusia tahun 1870-1871 untuk mengungsikan para

  

  pejabat negara . Dengan seiring berkembangnya transportasi udara sampai saat ini, dapat dilihat beberapa tahun belakangan Transportasi Udara cukup berkembang pesat di Indonesia dan menjadi transportasi yang paling banyak diminati dan digunakan oleh masyarakat. Hal ini didasarkan karena kelebihan- 1

  .H.K.Martono dan Ahmad Sudiro, , Hukum Udara Nasional dan Internasional Publik (Public International and National Air Law), 2012 ,Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, hal 9-10 kelebihan yang dimiliki transportasi udara itu sendiri yaitu efektifitas waktu, kenyamanan, keamanan hingga terkadang biaya yang lebih murah. Adanya faktor- faktor tersebut membuat masyarakat lebih memilih menggunakan transportasi udara jika dibandingkan dengan transportasi lain misalnya transportasi Laut dan Darat . Maraknya low cost carrier di Indonesia semakin mendongkrak kepopularitasan Angkutan dan Transportasi Udara. mengatur penerbangan dengan jelas, karena itulah maka pertama kalinya Prof.Ernest Nys dari Universitas Brussel berpendapat penerbangan tersebut perlu

  

  diatur didalam Hukum Udara yang merupakan cabang ilmu hukum . Hukum udara itu sendiri menurut Otto Riese dan Jean T.Lacour adalah seluruh norma- norma hukum yang khusus mengenai penerbangan , pesawat-pesawat terbang dan ruang udara dalam peranannya sebagai unsur yang perlu bagi penerbangan.

  Hukum udara ini juga dapat ditafsirkan sebagai suatu peraturan hukum yang

  

  mengatur suatu objek tertentu yaitu Udara Wilayah Udara suatu negara adalah ruang udara yang berada di atas wilayah daratan, wilayah laut pedalaman, laut territorial dan juga wilayah laut Negara kepulauan. Kedaulatan Negara di ruang udaranya berdasarkan adagium Romawi adalah sampai ketinggian tidak terbatas (cujus est solum eust ad coelum) yang mana prinsip ini sudah tidak dapat

  2 3 Ibid, hal 10 Hukum Internasional, Hukum Udara, dan Hukum Angkasa, Ashtok Aripasola,

sebagaimana dimuat dalam http://terusmaju-asthok.blogspot.com/2013/09/hukum-internasional- hukum-udara-dan.html , diakses pada tanggal 27 Februari 2015 digunakan lagi melihat kemajuan teknologi yang semakin berkembang pesat

   seperti peluncuran dan penempatan satelit di ruang angkasa .

  Di dalam dunia Internasional sendiri Hukum Udara sudah diatur dengan diadakannya Konferensi Paris pada tahun 1910 dan lahirlah sebuah hasil dari konferensi tersebut yaitu Konvensi Paris 1919 (Paris Convention 1919). Konvensi Paris merupakan Konvensi pertama kali yang mengatur dan membahas mengenai membuat peraturan-peraturan Hukum Udara Nasional. Dengan munculnya Konvensi Paris 1919, maka lahirlah Konvensi baru yaitu Konvensi Chicago 1944 (the Chicago Convention 1944). Konvensi ini lahir didasarkan dengan tujuan untuk menyusun ketentuan yang baru mengenai lalu lintas udara sipil Nasional

   dan Internasional serta mengubah perjanjian ataupun aturan yang sebelumnya .

  Dengan demikian, maka menurut the Chicago Convention 1944 Article 1 yang mengatakan bahwa “The contracting States recognize that every State has

  

complete and exclusive sovereignty over the airspace above its territory ” yang

  mana berdasarkam Article tersebut setiap Negara mempunyai kedaulatan ekslusif terhadap wilayah udara diatas teritorialnya yang artinya Indonesia mempunyai kedaulatan atas wilayah udaranya sendiri. Pasal tersebut lahir dari Hukum kebiasaan Internasional yang mana pada saat itu Inggris melakukan tindakan sepihak (Unilateral action) dalam The Aerial Navigation Act of 1911 yang diikuti oleh negara-negara di Eropa lainnya yang berisikan bahwa Inggris mempunyai 4 Sefriani,S.H,M.Hum, Hukum Internasional Suatu Pengantar, 2011, Jakarta, PT

  Grafindo Persada, hal 224 5 Hukum Udara Nasional dan Internasional, Nela Febriy, sebagaimana dimuat dalam diakses pada tanggal 27 Februari 2015

  kedaulatan penuh atas ruang udara yang berada di atas wilayahnya dan Inggris mempunyai Hak secara mutlak untuk mengawasi pesawat udara sipil maupun pesawat udara militer yang mana tidak dibantah oleh negara-negara lain akan tetapi diikuti oleh Negara Eropa lainnya seperti Prancis, Jerman, Austria, Hongaria, Rusia dan Belanda. Pasal 1 Konvensi Paris 1919 yang dikuatkan oleh Konvensi Chicago 1944 menegaskan bahwasanya tiap Negara mempunyai yuridiksi eksklusif dan kewenangan yang penuh untuk mengontrol ruang udara di atas wilayahnya. Secara teoritis, dengan adanya kedaulatan Negara di ruang udara di atas wilayahnya, setiap negara dapat melakukan larangan bagi negara-negara lain untuk tebang diatas wilayanya, kecuali apabila telah diperjanjikan

  

  sebelumnya . Pelanggaran atas ruang udara suatu negara dalam kondisi hubungan kedua Negara sedang tidak baik dapat menimbulkan hak-hak yang tidak diinginkan yaitu dieksekusinya pesawat-pesawat yang telah melakukan

  

  pelanggaran tersebut elah banyak kasus-kasus pelanggaran di wilayah udara yang menimpa pesawat-pesawat sipil yang kemungkinan tidak sengaja masuk ke wilayah udara suatu negara ataupun tersesat yang mengakibatkan ditembaknya pesawat tersebut hingga terjatuh dan tidak jarang yang memakan korban jiwa.

  ,

  Sebagai Contohnya pada 22 Oktober 2014, pesawat Cessna Beecraft milik Australia yang dipiloti oleh Jacklin Graeme Paul dan kokpit Maclean Richard Wayne dipaksa mendarat di Bandara Sam Ratulangi, Manado. Penyergapan yang tergolong dramatis tersebut nyaris menimbulkan tragedi penerbangan akibat pilot 6 Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R.Agoes, Pengantar Hukum Internasional, Jakarta,

  P.T Alumni : 2012, hal 194 7 Sefriani,Op.Cit, hal 225

  Australia memperlihatkan keegoannya dengan menolak mendarat beberapa kali karena merasa telah mendapat persetujuan/izin melintasi wilayah kita dari Filipina

  

  menuju Darwin Dengan makin berkembangnya Hukum Udara maka tidak terlepas dari kegiatan penerbangan. Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

  Penerbangan, Penerbangan itu sendiri diartikan sebagai satu kesatuan system yang udara, navigasi penerbangan,keselamatan dan keamanan, lingkungan hidup,serta fasilitas penunjang dan fasilitas lainnya. Dengan adanya peraturan tersebut maka timbulah perjanjian-perjanjian bilateral dan multilateral yang melibatkan dua Negara atau lebih untuk mengatur masalah wilayah udara masing-masing negara. Salah satu perjanjian yang sedang diperbincangkan adalah ASEAN Open Sky 2015. Indonesia yang mana merupakan bagian dari anggota ASEAN (Association

  

of South East Asian Nation ) yang beranggotakan 10 negara di Asia Tenggara

  (Brunei, Cambodia, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Phillippines, Singapore, Thailand, dan Vietnam), turut ikut serta dalam perjanjian tersebut.

  

Open Sky sendiri merupakan suatu perjanjian lintas udara yang salah satunya

  bertujuan untuk meliberalisasikan jasa transportasi udara secara penuh dan menciptakan pasar terbuka di antara dua Negara untuk kepentingan perusahaan penerbangan. Open Sky sendiri sudah dicanangkan sejak beberapa tahun yang lalu tetapi akan diselenggarakan atau diterapkan pada Desember 2015 mendatang di seluruh Negara yang bergabung di dalam ASEAN. Open Sky juga telah di 8 Black Flight Menggila, Ada Celah Hitam di Ruang Angkasa Kita, Abanggeutanyo,

  sebagaimana dimuat dalam diakses pada tanggal 27 Februari 2015 terapkan di Amerika dan Uni-Eropa yang sudah mulai berlaku pada Maret 2008 lalu.

  B.

  Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah hal-hal yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

  1. Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian Open Sky di negara ASEAN? Bagaimanakah kedaulatan negara atas Ruang Udara menurut Hukum

  Internasional? 3. Bagaimanakah dampak dan upaya Indonesia menghadapi Open Sky

  Policy dan regulasinya terhadap penerbangan Indonesia? C.

  Tujuan Penelitian Tujuan dari penulisan skripsi yang akan dikerjakan adalah sebagai berikut :

  1. Untuk mengetahui pelaksanaan dan penerapan Open Sky di Negara ASEAN 2. Untuk mengetahui bagaimana kedaulatan negara atas Ruang Udara di tinjau dari Hukum Internasional

  3. Untuk mengetahui apa saja upaya-upaya yang dilakukan dan dipersiapkan negara Indonesia dalam menghadapi Open Sky policy ASEAN 2015 D.

  Manfaat Penelitian Adapun Manfaat yang didapat dari penulisan ini adalah : 1. Secara Teoritis diharapkan mampu memberikan sumbangan melalui pemikiran terhadap perkembangan Ilmu Hukum pada umumnya dan terhadap Hukum Internasional pada khususnya yang mana lebih spesifik mengenai Hukum Udara sehingga dapat digunakan sebagai yang akan dating apabila membahas bidang penulisan dan penelitian yang sama.

  2. Secara Praktis diharapkan mampu menjadi masukan bagi para pengamat atau pun pakar-pakar Hukum Internasional,ahli hukum, praktisi, dan penegak hukum pada khususnya.

  E.

  Keaslian Penulisan Judul penulisan yang akan ditulis dalam skripsi ini adalah Tinjauan

  Yuridis terhadap Open Sky ASEAN 2015 dan Regulasinya terhadap Penerbangan di Indonesia dan belum pernah ditulis ataupun disusun sebelumnya dalam bentuk yang sama, sehingga dapat dikatakan bahwa tulisan ini asli dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. F.

  Tinjauan Kepustakaan Dalam tinjauan kepustakaan penulis mencoba untuk mengemukakan beberapa ketentuan-ketentuan dan batasan batasan yang akan menjadi sorotan dalam mengadakan studi kepustakaan. Hal ini akan berguna bagi penulis untuk membantu melihat ruang lingkup skripsi agar tetap berada di dalam topik yang diangkat dalam permasalahan yang telah disimpulkan. organisasi kawasan yang mewadahi kerjasama antar negara Asia Tenggara sejak tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok yang mana beranggotakan 10 negara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, Myanmar, Laos, Kambodia, dan Brunei yang mana mengatur masalah ekonomi, sosial & budaya dan politik.

  Open Sky adalah diartikan sebagai kegiatan liberalisasi penerbangan khususnya penerbangan komersil untuk menciptakan pasar bebas dalam Industri Penerbangan yang mana pada pembahasan ini akan diterapkan di wilayah ASEAN.

  Kedaulatan (Sovereignty) adalah suatu hak eksekutif yang dimiliki suatu negara terhadap wilayah udaranya yang mana pada pembahasan ini akan dibahas lebih lanjut mengenai wilayah udara dan ruang udara.

  Hukum udara merupakan peraturan-peraturan yang mengatur mengenai penggunaan ruang udara dan pemanfaatannya untuk penerbangan baik secara umum atau publik dan juga negara-negara di dunia. G.

  Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian

  Adapun penulisan yang akan dilakukan adalah penulisan normatif yaitu penelitian hukum dengan cara meneliti bahan pustaka ataupun data sekunder. Cara pendekatan dilakukan dengan menganalisis, buku ilmiah, laporan penelitian, peraturan-peraturan,dan sumber-sumber mengkaji, dan berhubungan dengan Hukum Udara. Langkah-langkah penelitian normatif didasarkan pada bahan hukum Primer, Sekunder, dan Tertier : a)

  Bahan Hukum Primer yaitu bahan yang sifatnya mengikat masalah-masalah yang akan diteliti, diantaranya :

1. Paris Convention 1919 2.

  The Chicago Convention 1944 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

  b) Bahan Hukum Sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti halnya hasil- hasil penelitan, laporan- laporan, hasil-hasil seminar, artikel, atau pertemuan ilmiah lainnya yang relevan dari penelitian ini.

  c) Bahan Hukum Tersier yaitu bahan-bahan yang ada relevansinya dengan pokok permasalahan dan memberikan informasi tentang bahan hukum primer dan sekunder contohnya seperti kamus umum, kamus hukum dan Internet.

2. Teknik Pengumpulan Data

  Tekhnik pengumpulan data yang dilakukan untuk menulis penelitian adalah Studi Kepustakaan yaitu mempelajari dan menganalisis secara sistematis dengan cara menggunakan media buku, surat kabar, jurnal Internasional, Internet, Undang-Undang dan bahan-bahan lainnya yang berhubungan dengan materi yang di bahas di dalam penulisan ini. Analisis Data

  Metode yang digunakan dalam menganalisis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah analisis kualitatif, yang mana data yang diperoleh kemudian disusun dengan cara sistematis dan selanjutnya dianalisis secara kualitatif dengan tujuan untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas dan hasil dari permasalahan tersebut selanjutnya akan dituangkan ke dalam penulisan ini. Metode Kualitatif digunakan guna mendapatkan data yang bersifat deskriptif analistis, yaitu data-data yang dipelajar sesuatu yang utuh.

  H.

  Sistematika Penulisan Adapun dalam penulisan suatu penelitian ini diperlukan adanya sistematika penulisan sehingga dapat diketahui secara jelas kerangka garis besar dari isi penulisan yang akan dilakukan. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut :

  

BAB I (Pendahuluan): Pada bab ini penulis akan membahas secara

  sistematis mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan itu sendiri.

  

BAB II (Pelaksanaan perjanjian Open Sky di ASEAN): Pada bab ini

  penulis akan menguraikan lebih lanjut pemahaman teoritis

  Open Sky itu sendiri termasuk prosedur ataupun aturan penerbangan antar negara-negara di ASEAN.

  

BAB III (Kedaulatan atas Ruang Udara): Pada bab ini penulis akan

  membahas mengenai pengertian hukum udara dan kedaulatan negara menurut Konvensi Internasional.

  

BAB IV (Tinjauan yuridis terhadap Open Sky 2015 dan regulasinya

terhadap penerbangan di Indonesia): Pada bab ini penulis akan

  membahas mengenai Upaya-upaya penerbangan di Indonesia dalam menghadapi Open Sky ASEAN 2015, dan Penerapan prosedur pelaksanaan Open Sky ASEAN di Indonesia

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah - Proses Pengungkapan Diri(Self Disclosure) Kaum Gay (Studi Kasus Tentang Pengungkapan Diri(Self Disclosure) Kaum Gay Di Kota Medan)

0 0 9

Proses Pengungkapan Diri(Self Disclosure) Kaum Gay (Studi Kasus Tentang Pengungkapan Diri(Self Disclosure) Kaum Gay Di Kota Medan)

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemanfaatan Website Perpustakaan - Pengaruh Situs Jejaring Sosial Terhadap Pemanfaatan Website Perpustakaan USU

0 0 27

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Situs Jejaring Sosial Terhadap Pemanfaatan Website Perpustakaan USU

0 0 9

BAB II TINJAUAN UMUMDALAM PENDAFTARANTANAH A. SejarahPendaftaranTanahdi Indonesia - Peran Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun Terhadap Masyarakat Dikecamatan Sidamanik Dalam Rangka Pendaftaran Tanah Serta Pelaksanaannya Berdasarkan Uu Pa Dan Peraturan

0 0 28

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang - Peran Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun Terhadap Masyarakat Dikecamatan Sidamanik Dalam Rangka Pendaftaran Tanah Serta Pelaksanaannya Berdasarkan Uu Pa Dan Peraturan Pemerintah Nomor24 Tahun 1997

0 0 21

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAIHAKCIPTA A. SejarahHakCipta - Penerapan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Terhadap Produksi Karya Seni Berupa Rekaman Musik Daerah ( Studi Pada Elta Record Kota Bukittinggi )

0 0 27

Pertanggungjawaban Pidana Anak Terhadap Penyalahgunaan Internet Sebagai Media Bullying Menurut Undang Undang No 11 Tahun 2008

0 0 48

BAB I PENDAHULUAN - Pertanggungjawaban Pidana Anak Terhadap Penyalahgunaan Internet Sebagai Media Bullying Menurut Undang Undang No 11 Tahun 2008

0 0 27

Tinjauan Yuridis Terhadap Open Sky Asean 2015 Dan Regulasinya Terhadap Penerbangan Di Indonesia

0 0 22