BAB I PENDAHULUAN - Pertanggungjawaban Pidana Anak Terhadap Penyalahgunaan Internet Sebagai Media Bullying Menurut Undang Undang No 11 Tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dinyatakan bahwa anak adalah amanah dan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa yang didalamnya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya, Anak juga merupakan tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita cita yang

  perjuangan bangsa yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan. Tanggung jawab besar tersebut perlu diberikan kesempatan luas dan terbuka lebar yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan anak juga dirasa perlu untuk melakukan upaya perlindungan yang dapat mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya serta mendapatkan perlakuan tanpa adanya diskriminasi. Guna mewujudkan perlindungan dan kesejahteraan bagi anak tersebut diperlukan ada dukungan dari keluarga, masyarakat, negara serta lembaga dan perundang undangan yang dapat menjamin pelaksanaan perlindingan terhadap anak tersebut.

  Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga masyarakat, dan negara. Hak anak adalah hak asasi manusia dan untuk kepentingannya hak anak itu diakui dan dilindungi oleh hukum bahkan sejak dalam kandungan.

  Salah satu pengaturan tentang hak anak diatur dalam Pasal 10 Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2002 yang berisikan “ Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari, dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan”

  Kehadiran internet memudahkan generasi muda dalam mengakses informasi dari dunia luar. Bersosialisasi dan mengetahui kondisi luar negri tentu

   lebih mungkin dilakukan dengan memanfaatkan internet.

  Internet merupakan suatu perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang menghasilkan suatu space atau ruangan yang tercipta dari penyatuan antara manusia dengan teknologi berdasarkan ilmu pengetahuan, oleh meskipun dalam bentuk virtual, ruangan virtual tersebut saat ini sering dikunjungi oleh manusia sebagai sarana yang beragam, tanpa harus memerlukan tubuh secara fisik untuk masuk dan berkunjung kedalamnya, serta dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang orang didalam ruangan virtual tersebut tanpa mengenal batasan jarak, sehingga dapat menghemat waktu dan juga biaya. Ruangan virtual atau yang sering disebut sebagai dunia siber atau cyberspace tersebut pada saat ini akhirnya telah berhasil membuat dunia baru yang dihuni oleh para pengguna internet yang berasal dari berbagai belahan dunia dengan berbagai umur, status,

  2 www.kpai.go.id/berita/kpai-ribuan-anak-indonesia-jadi-korban-pornografi-internet-2/. suku, budaya dan agama yang berbeda beda membentuk suatu lingkungan yang

   baru.

  Internet tersebut dalam kesehariannya dapat digunakan sebagai media untuk melakukan hal hal yang baik dan bermanfaat bagi kehidupan manusia, namun sangat disayangkan pada saat ini internet bukan hanya di gunakan sebagai media untuk melakukan hal hal yang baik, akan tetapi internet juga telah digunakan sebagai media untuk melakukan perbuatan jahat.

  Login ke internet sekarang, akan dapat menemukan puluhan atau mungkin

  ratusan tulisan yang berasal dari berbagai sumber, yang isinya sebenarnya telah dapat dikategorikan ke dalam penghinaan, namun tidak ada 1 (satu) pihak pun yang menjadikan hal ini “urusan”-nya, baik itu dari pihak provider internet ataupun pelecehan ataupun penghujatan “tidak dapat” berbuat apa-apa, selain

   (kalau mungkin) membuat balasan dalam bentuk tulisan yang serupa.

  Peristiwa yang sering terjadi dan sering kita temui saat menggunakan teknologi internet atau sering dijumpai di dunia siber (cyberspace) adalah

  

bullying . Bullying merupakan istilah asing yang sering di gunakan didunia siber,

  jika merujuk melalui kamus Oxford maka pengertian bully merupakan “a person

  

who uses strength or influence to harm or intimidate those who are weaker” yang

  di artikan kedalam bahasa indonesia sebagai “seseorang yang menggunakan 3 Josua Sitompul, Cyberspace Cybercrimes Cyberlaw, PT.Tatanusa, jakarta, 2012, halaman 33-34. 4 Asril Sitompul, Hukum Internet, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, halaman 74-

  kekuatan atau pengaruh yang dimilikinya untuk menyakiti atau mengintimidasi pihak lain yang lebih lemah”.

  Menurut psikolog Andrew Mellor, bullying adalah pengalaman yang terjadi ketika seseorang merasa teraniaya oleh tindakan orang lain dan ia takut apabila perilaku buruk tersebut akan terjadi lagi sedangkan korban merasa tidak berdaya untuk mencegahnya. Bullying tidak lepas dari adanya kesenjangan power atau kekuatan antara korban dan pelaku serta diikuti pola repetisi (pengulangan

  

  perilaku). Andrew Mellor menjelaskan ada beberaapa jenis bullying yakni : 1)

  Bullying fisik, merupakan jenis bullying yang melibatkan kontak fisik antara pelaku bullying dengan korban bullying. Perilaku yang merupakan

  bullying fisik, antara lain seperti: memukul, menendang, meludahi,

  aktivitas fisik tertentu, menjambak, merusak benda milik korban, dan lain- lain. Bullying fisik adalah jenis bullying yang paling tampak dan mudah untuk diidentifikasi dibandingkan dengan bullying jenis lainnya. 2)

  Bullying verbal, merupakan jenis bullying yang melibatkan bahasa verbal yang bertujuan menyakiti hati korban. Perilaku yang merupakan bullying verbal, antara lain seperti: mengejek, memberi nama julukan yang tidak pantas, memfitnah, pernyataan seksual yang melecehkan, meneror, dan lain lain. Kasus bullying verbal termasuk jenis bullying yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari namun seringkali perlakuan bullying verbal 5 ini tidak disadari.

  www.kpai.go.id/berita/kpai-kasus-bullying-dan-pendidikan-karakter/. Diakses pada

  3) Bullying relasi sosial, merupakan jenis bullying yang bertujuan untuk menolak dan memutus relasi sosial korban dengan orang lain. Perilaku yang merupakan bullying relasi sosial antara lain seperti: pelemahan harga diri korban secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan atau penghindaran. Contoh bullying relasi sosial antara lain: menyebarkan rumor, mempermalukan seseorang didepan umum, menghasut untuk menjauhi seseorang, menertawakan, menghancurkan reputasi seseorang, menggunakan bahasa tubuh yang merendahkan, mengakhiri hubungan tanpa alasan, dan lain-lain.

  4) Bullying elektronik, merupakan bentuk perilaku bullying yang dilakukan melalui media elektronik seperti komputer, handphone, internet, website, elektronik antara lain seperti: menggunakan tulisan, gambar dan video yang bertujuan mengintimidasi menakuti, menyakiti korban. Contoh

  bullying melalui media internet atau yang dikenal dengan istilah cyberbullying .

  Bentuk dan metode tindakan cyberbullying atau bullying melalui media internet ada berbagai jenis, beberapa contoh kasus yang sering terjadi

  

  diantaranya: 1)

  Pesan berisi ancaman melalui e-mail ataupun layanan media sosial atau obrolan online dan sejenisnya

6 Cyberbullying126e27.blogspot.com. Diakses pada pukul 13.00 WIB, Tanggal 27

  2) Melakukan komunikasi melalui media internet baik itu berupa pesan tertulis, pesan bergambar atau pesan video yang berbau menghina atau mengandung unsur SARA

  3) Mempermalukan korban dengan cara menyebar fitnah kepada orang lain melalui internet

  4) Membuat akun palsu dengan memasukan identitas korban kedalam akun palsu tersebut, yang membuat seolah olah akun tersebut merupakan akun asli dari milik sikorban, kemudian pelaku melakukan perbuatan perbuatan yang dapat mencemarkan nama baik si korban dengan menggunakan akun palsu tersebut

  5) Membagikan ataupun menyebarkan gambar pribadi dari sikorban tanpa

  6) Membagikan ataupun menyebarkan informasi pribadi si korban melalui internet tanpa ijin

  7) Membuat suatu halaman internet yang dapat diakses siapa saja yang berisikan pesan untuk membuat orang lain ikut membenci sikorban ataupun ikut membully si korban

  8) Membagikan video yang memalukan atau dapat memojokkan korban sehingga dapat diakses/ditonton semua orang

9) Dan lain sebagainya.

  Terdapat beberapa motif dari pelaku cyberbullying atau bullying melalui internet yang tidak mengetahui bahwa perbuatannya itu salah, ada yang merasa hal itu hanya sekedar iseng belaka, ada yang merasa hal itu menyenangkan dan asik untuk dilakukan, ada yang karena dendam, ada yang karena kebencian yang dilakukan didunia nyata, ada yang merasa dia lebih hebat atau berkuasa dari korbannya dan masih banyak lagi motif lain yang dapat memicu anak pelaku

   cyberbullying ini melakukan perbuatan jahat tersebut.

  Akibat dari perlakuan bullying melalui internet ini berbagai macam seperti tekanan mental, hilangnya rasa percaya diri, depresi , stress, rasa takut dan terancam, merasa terisolasi, perselisihan , hilangnya konsentrasi , marah, bahkan pada kasus tertentu dapat menyerang mental pihak yang menjadi korban tersebut sehingga di dunia nyata orang dewasa maupun anak yang menjadi korban tersebut tidak mau sekolah, kabur dari rumah, terlibat perkelahian fisik, membolos, mencontek, minum minuman keras, merokok , menggunakan narkoba, bunuh diri dan berbagai perbuatan lainnya yang berakibat menghambat serta merusak

   Hal inilah yang menjadi latar belakang dari penulisan skripsi yang diberi

  judul: “PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA ANAK TERHADAP

  

PENYALAHGUNAAN INTERNET SEBAGAI MEDIA BULLYING

MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008”.

B. Perumusan Masalah

  Berdasarkan dari apa yang telah dipaparkan dalam bagian yang pendahuluan pada penulisan skripsi ini, dan juga untuk memberikan pembatasan dari ruang lingkup pembahasan yang kemudian akan diangkat sebagai bahan 7 Kompasiana.com/post/read/528200/3/stop-cyberbylly-dimulai-dari-diri-kita-

  . Diakses pada pukul 14.00 WIB, Tanggal 27 Februari 2015 sendiri.html 8 Inet.detik.com/read/2013/02/21/070522/2175639/398/2/bahaya-cyberbullying-dendam-

  materi dalam skripsi ini, maka dapat dirumuskan beberapa pokok permasalahan yang akan diangkat, yaitu sebagai berikut:

  1. Bagaimana pengaturan tentang pertanggung jawaban pidana anak terhadap penyalahgunaan internet sebagai media bullying ?

  2. Apakah alasan anak dijadikan sebagai pelaku dan hambatan yang dihadapi untuk menarik anak sebagai pelaku penyalahgunaan internet sebagai media

  bullying ?

  3. Apakah upaya yang dilakukan untuk mencegah anak melakukan penyalahgunaan internet sebagai media bullying ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

  1. Tujuan Penelitian dalam melakukan suatu pekerjaan, oleh sebab itulah perlu dirumuskan apakah yang menjadi tujuan dari penulisan dalam skripsi ini adalah:

  a. Untuk mengetahui pertanggungjawaban pidana anak terhadap penyalahgunaan internet sebagai media bullying.

  b. Untuk mengetahui alasan anak dijadikan sebagai pelaku dan hambatan yang dihadapi ketika menarik anak sebagai pelaku penyalahgunaan internet sebagai media bullying.

  c. Untuk mengetahui upaya upaya yang dapat diberlakukan untuk mencegah anak menyalahgunakan internet sebagai media bullying .

  2. Manfaat Penelitian Hasil dari pelaksanaan penelitian sudah selayaknya akan dapat bermanfaat tidak hanya bagi penulis saja, tetapi juga dapat bermanfaat pula bagi semua pihak yang terkain dalam penelitian skripsi ini, untuk itu saya memaparkan tentang hal-hal yang menurut saya akan memberikan manfaat dari hasil penelitian dan penulisan skripsi ini, yaitu antara lain:

  a. Manfaat Teoritis Diharapkan agar kiranya hasil dari penelitian ini dapat menyumbangkan pemikiran di bidang hukum, khususnya dalam disiplin hukum pidana mengenai penyalahgunaan internet sebagai media bullying.

  b. Manfaat Praktis Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat hukum pidana, khususnya mengenai penyalahgunaan internet sebagai media bullying dengan mengetahui aturan aturan yang dapat diberlakukan, hambatan serta upaya yang dapat diberlakukan untuk mencegah perbuatan penyalahgunaan internet sebagai media bullying.

D. Keaslian Penelitian

  Proses penulisan skripsi yang berjudul “Pertanggungjawaban Pidana Anak Terhadap Penyalahgunaan Internet Sebagai Media Bullying” Menurut Undang Undang Nomor 11 Tahun 2008” sejauh pengamatan dan pengetahuan penulis tentang materi yang diangkat pada skripsi ini, belum ada penulis lain yang mengemukakannya, sehingga penulis tertarik untuk mengangkat judul tersebut di atas serta pokok permasalahannya sebagai judul dan pembahasan yang akan diangkat dan dikembangkan dalam skripsi ini. Apabila dikemudian hari ada judul yang sama sebelum penulisan ini, maka segala akibat hukum menjadi tanggung jawab penulis.

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana

  Defenisi mengenai pertanggungjawaban pidana dikemukakan oleh Simons sebagai suatu keadaan psikis, sehingga penerapan suatu ketentuan pidana dari sudut pandang umum dan pribadi dianggap patut (De toerekeningsvatbaarheid

  

kan worden opgevat als eene zoodanige psychische gesteldheid, waarbij

detoepassing van een strafmaatregel van algemeen en individueel standpunt

toerekening bestaat zij in de psychische gestedheid van de dader en hare

betreking tot de ter beoordeling staande handeling en wel in dien zin, dat op

ground van die gestledheid aan de dader van zijn handelen een verwijt mag

worden gemaakt ( Dasar adanya tanggungjawab dalam hukum pidana adalah

  keadaan psikis tertentu pada orang yang melakukan perbuatan pidana dan adanya hubungan antara keadaan tersebut dengan perbuatan yang dilakukan yang sedemikian rupa sehingga orang itu dapat dicela karena melakukan perbuatan tadi). Pertanggungjawaban pidana, berikut dasar adanya tanggung jawab dalam hukum pidana yang dikemukakan oleh Simons, dapat ditarik kesimpulan bahwa

  

  inti pertanggungjawaban dalam hukum pidana adalah: 9 Eddy O.S.Hiariej, Prinsip-Prinsip Hukum Pidana, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta, 2014, halaman 122.

  1) Keadaan psikis atau jiwa seseorang 2) Hubungan antara keadaan psikis dengan perbuatan yang dilakukan.

  Terwujudnya suatu tindak pidana tidak selalu dijatuhkan pidana terhadap pembuatnya. Undang undang telah memberikan dasar-dasar yang meniadakan pidana. Adanya aturan ini membuktikan bahwa undang undang memisahkan antara tindak pidana dengan si pembuatnya.

  Dilihat dari sudut sumbernya, dasar-dasar yang meniadakan pidana ada dua macam, yakni: 1) Berasal dari undang-undang 2) Berasal dari luar undang-undang Dasar peniadaan pidana yang bersumber dalam undang undang, dibedakan

  

  a) Berlaku untuk semua jenis dan macam tindak pidana, disebut dasar peniadaan pidana umum b) Berlaku terbatas pada tindak pidana khusus tertentu, yang dicantumkan dalam rumusan tindak pidana yang bersangkutan, disebut dengan dasar peniadaan khusus. Masalah pertanggung jawaban dan khususnya pertanggungjawaban pidana mempunyai kaitan yang erat dengan beberapa yang cukup luas. Dapat dipermasalahkan antara lain:

  

  10 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana, PT RajaGrafindo Persada, jakarta, 2011, halaman 15. 11 Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, PT RajaGrafindo Persada, jakarta, 2014, halaman 83,

  1) Ada atau tidaknya kebebasan manusia untuk menentukan kehendak? Antara lain ditentukan oleh indeterminisme dan determinisme

  2) Tingkat kemampuan bertanggung jawab; mampu, kurang mampu, atau tidak mampu 3) Batas umur untuk dianggap mampu atau tidak mampu bertanggung jawab.

  Seseorang yang telah melakukan tindak pidana akan dapat dihukum apabila pelaku sanggup mempertanggungjawabkan perbuatan yang telah diperbuatnya. Masalah pertanggungjawaban erat kaintannya dengan kesalahan, oleh karena adanya asas pertanggungjawaban yang menyatakan dengan tegas

  

Geen Straft Zonder Schuld (tidak dipidana tanpa ada kesalahan) untuk

  menentukan apakah seorang pelaku tindak pidana dapat dimintai pada saat melakukan tindak pidana mempunyai kesalahan.

  Pertanggungjawaban pidana menjurus kepada pemidanaan pelaku, jika telah melakukan suatu tindak pidana dan memenuhi unsur-unsur yang telah ditentukan oleh undang-undang. Dilihat dari segi terjadinya perbuatan yang terlarang, ia akan diminta pertanggungjawaban apabila perbuatan tersebut melanggar hukum. Dilihat dari sudut kemampuan bertanggungjawab maka hanya orang yang mampu yang bertanggung jawab yang dapat dimintai

   pertanggungjawaban.

  Pada umumnya seseorang dikatakan mampu bertanggungjawab dapat dilihat dari beberapa hal yaitu: a. Keadaan jiwanya 12 http://ilmukomputer2.blogspot.com/2009/10/pengertian-pertanggungjawaban.html . b. Kemampuan jiwanya Hal tersebut terdapat dalam Pasal 44 KUHP, yang mana disebutkan bahwa menurut pasal ini orang yang tidak dapat dihukum adalah orang yang tidak dapat

  

  mempertanggungjawabkan perbuatannya karena:

  a. Kurang sempurna akalnya b. Sakit berubah akalnya.

  Apabila ternyata perbuatan itu memang tidak dapat di pertanggungjawabkan kepada pelaku disebabkan oleh kurang sempurna akalnya atau sakit berubah akal maka dapatlah hakim memerintahkan dia untuk dimasukkan kerumah sakit jiwa.

  Pada saat KUHP dinyatakan berlaku di Indonesia, KUHP belum memiliki Hanya terdapat Pasal 45, 46, dan 47 KUHP yang mengatur tentang pemidanaan terhadap mereka yang belum berumur 16 tahun.

  Pasal 45 tidak bersangkut-paut dengan hal apakah seorang yang masih muda atau anak-anak dianggap pertumbuhan jiwanya sempurna atau belum, tetapi hanya mengatur tentang apa yang dapat dilakukan oleh hakim dalam mengambil keputusan terhadap orang yang belum berumur 16 tahun jika ia melakukan tindak pidana. Dikatakan didalamnya bahwa dalam hal demikian hakim dapat

  

  memerintahkan agar:

  a) Anak yang bersalah dikembalikan kepada orang tua/walinya tanpa 13 dipidana

  R. Sugandhi, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dengan penjelasannya, Usaha Nasional, Surabaya, 1980, halaman 59. 14 b) Anak yang bersalah diserahkan kepada pemerintah tanpa dipidana untuk kejahatan atau pelanggaran tertentu; selanjutnya diserahkan kepada orang atau lembaga pendidikan sampai berumur 18 tahun (pasal 46 KUHP).

  c) Menjatuhkan pidana, dengan ancaman maksimumnya dikurangi dengan sepertiga dari ancaman pidana biasa, atau 15 tahun penjara untuk tindak pidana yang diancam dengan pidana mati; juga ada dalam hal diputuskan pidana tambahan hanya dapat dijatuhkkan pidana tambahan perampasan barang barang tertentu.

  Saat ini sudah ada undang undang yang khusus mengatur tentang anak yang diatur didalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

  Perang dunia II telah merangsang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan pesat. Kebutuhan militer yang harus dipenuhi- antara lain dalam bidang persenjataan serta komunikasi dan intelijen – telah memicu kerjasama antara militer dengan para akademisi seperti universitas dan lembaga penelitian untuk mengembangkan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sifatnya spesifik. Setelah perang dunia mendekati akhir, teknologi dan pengetahuan tersebut “dilepaskan kepada publik” sehingga mendorong perubahan radikal dalam bidang-bidang lain seperti politik, ekonomi, sosial dan budaya.

  Secara khusus, perkembangan teknologi komputer dan internet memberikan implikasi-implikasi yang signifikan terhadap pengaturan atau pembentukan regulasi dalam ruang siber dan hukum siber serta terhadap

   perkembangan kejahatan dalam cyberspace, (cybercrimes).

  Cyberspace merupakan dunia virtual yang terbentuk dari hasil penyatuan

  antara manusia dan teknologi, yaitu dari perkembagan teknologi, yaitu dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Dunia ini bersifat borderless dan ubiquitous. Setiap orang dari mana saja dan kapan saja dapat memasuki dan dapat saling berkomunikasi di dunia ini tanpa perlu berada didalamnya secara fisik. Sama seperti di dunia konvensional yang penuh dengan permasalahan hukum, cybersurfers juga semakin melihat adanya masalah-masalah hukum dalam dunia siber. Hal yang lebih buruk dari masalah ialah timbulnya kejahatan seperti yang terjadi dalam dunia fisik. Para penjahat melihat karakteristik internet sebagai

   berbagai perbuatan yang dikenal dengan cybercrimes.

  Perbuatan melawan hukum di Cyberspace merupakan fenomena yang sangat mengkhawatirkan, kenyataan itu demikian sangat kontras dengan ketiadaan regulasi yang mengatur pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di berbagai sektor dimaksud. Pemerintah berkewajiban melakukan regulasi terhadap berbagai aktivitas terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi tersebut, untuk menjamin kepastian hukum. Undang-undang RI Nomor 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik adalah wujud dari tanggung jawab yang harus diemban oleh negara, untuk memberikan perlindungan maksimal pada seluruh aktivitas pemanfaatan teknologi informasi 15 16 Josua Sitompul, Op.cit, halaman 25-26

  dan komunikasi didalam negeri agar terlindungi dengan baik dari potensi

  

kejahatan dan penyalahgunaan teknologi.

3. Pengertian Bullying

  Menurut Tattum dan Tattum , bullying is the willful, conscius desire to

  

hurt another and put him/her under stress. Bila di artikan kedalam bahasa

  indonesia maka Tattum dan Tattum menyatakan bahwa bullying adalah sesuatu yang disengaja, dengan keinginan sadar untuk menyakiti orang lain dan menempatkannya dibawah tekanan. Sullivan menyatakan bahwa bullying terbagi menjadi 2 bentuk yaitu secara fisik maupun non-fisik. Bullying secara fisik contohnya seperti memukul, menendang, meninju, menggigit, menarik, korban. Bullying bullying secara fisik ini sangat mudah di identifikasi. Bahkan jika saja bullying jenis ini dilakukan oleh pelaku secara membabi buta, maka tidak

   akan ada bedanya dengan seorang penjahat atau pembunuh.

  Bullying secara non-fisik terbagi menjadi dua yakni secara verbal maupun

  non-verbal. Bullying secara verbal contohnya adalah mengancam, memeras, berkata kata keji, dengan sebutan meledek, berkata kata menekan, menggosip ataupun menyebarluaskan aib si korban, sedangkan bullying non-verbal contohnya cukup banyak, baik yang dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Terhadap bullying non verbal secara langsung contohnya hampir sama 17 Siswanto Sunarso, Hukum Informasi Transaksi Elektronik, PT Rineka Cipta, Bandung,

  2009, halaman 40 18 Paresma Elvigro, Secangkir Kopi Bully,PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2014,

  dengan bullying secara fisik tapi lebih kepada tindakan mengancam dengan tatapan mata, menunjuk nunjuk atau menghantam benda-benda agar si korban merasa takut. Bullying secara non-verbal yang tidak langsung dapat berupa mengucilkan seseorang dari pergaulan, mengirimkan pesan menghasut, berlaku curang atau melakukan tindakan manipulasi secara sembunyi-sembunyi mengenai

  

hal yang berkaitan dengan diri si korban.

  Selain itu O’moore dan Minton menambahkan ada bullying jenis lain yang melibatkan agresi secara tidak langsung dan melalui media elektronik yaitu cyber

  

bullying. Bullying jenis ini memanfaatkan perkembangan teknologi seperti

  fasilitas internet dan teknologi seperti fasilitas internet dan elektronik (kamera, komputer, perekam video/audio, ponsel). Dari alat-alat tersebut, pelaku dapat menyebarkan rumor dan teror. Hal ini bukan hanya menyakiti korban, tapi juga dapat mempermalukannya karena apa yang telah di unggah ke Internet biasanya

   akan tersebar sangat luas sehingga sulit untuk dihapus.

  Kemajuan teknologi bisa menghasilkan kejahatan model baru,

  

cyberbullying alias intimidasi yang dilakukan terhadap seseorang melalui media

  jaringan elektronik. Cyberbullying tidak hanya dilakukan melalui internet melainkan juga jaringan telefon, jaringan telefon selular bahkan software game

   yang terhubung dengan internet.

  19 20 Ibid, halaman 4 21 Ibid, halaman 5 Diskominfo.jabarprov.go.id/fenomena-cyberbullying-dan-solusinya/#.VO_V84L-JPF.

  Istilah cyberbullying dikenalkan oleh Bill Belsey dari Kanada, dan istilah ini berkembang begitu cepat. Istilah Cyberbullying atau bullying yang menggunakan media elektronik memiliki defenisi yang berbeda beda.

  1) Menurut Parson istilah cyberbullying atau bullying melalui media elektronik merupakan intimidasi dalam dunia maya, meliputi bentuk agresi dalam hubungan dan segala bentuk-bentuk ancaman

   elektronik, dan ini terjadi di mana-mana .

  2) Menurut kamus Merriam-Webster cyberbullying merupakan bentuk

  “ancaman” atau “serangan” yang dilakukan seseorang terhadap

   orang lain yang disampaikan melalui pesan elektronik lewat media.

  3) Menurut Bhat cyberbullying is the use of technology to intimidate, penggunaan teknologi untuk mengintimidasi, menjadikan korban,

   atau mengganggu individu atau sekelompok orang).

  4) Menurut Mason cyberbullying is an individual or a group willfully

  using information and communication involving electronic technologies to facilitate deliberate and repeated harassment or threat to another individual or group by sending or posting cruel text

   22 and/or graphics technological means”. https://silmya.wordpress.com/2011/12/29/cyberbullying-are-u/. Diakses pada pukul

13.30 WIB, Tanggal 28 Februari 2015

  23 https://astrisept.wordpress.com/2014/05/22/cyberbullying/. Diakses pada pukul 14.30 WIB, Tanggal 28 Februari 2015 24 25 Memetajjalif.blogspot.com. Diakses pada pukul 15.00 WIB Tanggal 28 Februari 2015

  5) Menurut “defenitions.uslegal.com” cyberbullying adalah:

   a.

  Aktivitas menggunakan teknologi informasi dan komunikasi secara sengaja, berulang, mengandung permusuhan yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan tuhuan melukai orang lain (kelompok atau individu) b.

  Penggunaan teknologi komunikasi untuk tujuan merugikan orang lain c.

  Penggunaan layanan internet dan teknologi mobile seperti halaman web, grup diskusi serta instant messaging atau sms (atau e-mail) dengan maksud merugikan orang lain. 6)

  Menurut “ The National Crime Prevention council” cyberbullying untuk mengirim atau mengirim teks atau gambar yang dimaksudkan untuk menyakiti atau mempermalukan orang lain.

  

  7) Menurut Bryan Piotrowski dalam buku “Information For Educators

  cyberbullying merupakan segala bentuk kekerasan yang dialami anak

  atau remaja dan dilakukan teman sepantaran melalui media cyber atau internet.

  

  8) Menurut Komnas Perlindungan Anak, bullying adalah kekerasan fisik dan psikologis berjangka panjang yang dilakukan seseorang atu 26 Kompasiana.com/post/read/522828/1/cyberbullying-dan-cyberstalking-dalam- pemahaman-sederhana-.html . Diakses pada pukul 16.00 WIB, Tanggal 28 Februari 2015. 27

  ibid 28 https://erlineriska.wordpress.com/2013/02/02/cyberbullying-tren-negatif-yang-harus- sekelompok terhadap seseorang yang tidak mampu mempertahankan diri dalam situasi dimana ada hasrat untuk melukai atau menakuti orang atau membuat orang tertekan, trauma/depresi dan tidak

   berdaya .

   Willard menyebutkan jenis jenis cyberbullying:

  1. Flaming (terbakar) yaitu mengirimkan pesan teks yang isinya merupakan kata-kata tang penuh amarah dan frontal. Istilah “flame” ini merujuk pada kata-kata di pesan yang berapi-api

  2. Harassment (gangguan) yaitu pesan-pesan yang berisi gangguan pada e-mail, SMS, maupun pesan teks di jejaring sosial yang dilakukan secara terus menerus keburukan seseorang di internet dengan maksud merusak reputasi dan nama baik orang tersebut

  4. Impersonation (peniruan) yaitu berpura-pura menjadi orang lain dan mengirimkan pesan-pesan atau status yang tidak baik

  5. Outing yaitu menyebarkan rahasia orang lain, atau foto foto pribadi orang lain

  6. Trickery (tipu daya) yaitu membujuk seseorang denggan tipu daya agar mendapatkan rahasia atau foto pribadi orang tersebut

  7. Exclusion (pengeluaran) yaitu secara sengaja dan kejam 29 mengeluarkan seseorang dari grup online 30 Ibid

  8. Cyberstalking yaitu mengganggu dan mencemarkan nama baik seseorang secara intens sehingga membuat ketakutan besar pada orang tersebut

  Menurut survei global yang diadakan oleh Latitude News, Indonesia merupakan negara dengan kasus bullying tertinggi kedua di dunia setelah Jepang.

  Kasus bullying di Indonesia lebih banyak dilakukan di jejaring sosial. Badan Pusat Statistik mencatat pada tahun 2006, angka cyberbullying yang terjadi mencapai angka 25 juta kasus dimulai dengan kasus dengan skala ringan sampai dengan

   skala berat.

  Menurut Linda Amalia Sari Gumelar selaku mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan Anak, menyatakan bahwa banyak dunia, belajar hal baru, terutama tentang budaya dan hal-hal positif lainnya, sementara banyak juga resiko yang ditimbulkan internet. Gati Gayatari, kepala penelitian dan pengembangan di Kementrian Komunikasi dan Teknologi Informasi menyoroti bahwa hanya 42 persen responden yang mengetahui tentang

  

cyberbullying . Namun 13 persen dari mereka memiliki pengalaman pelecehan

  online, yang artinya ribuan anak. “Anak-anak ini perlu diberi pengetahuan,

   sebelum mereka dapat menggunakan internet dengan aman.

  4. Pengertian Anak 31 Indonesiaunicef.blogspot.com/2014/02/indonesia-meluncurkan-studi- keamanan.html#more . Diakses pada pukul 18.00 WIB, Tanggal 28 Februari 2015 32

  Menurut undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak menyatakan anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak- hak sebagai manusia seutuhnya. Anak adalah tunas, potensi dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan.

  Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tentang Perlindungan Anak, “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan”.

  Anak dalam pemaknaan yang umum mendapat perhatian tidak saja dalam

   pandang sentralistis kehidupan.

  Anak adalah generasi penerus yang akan datang. Baik buruknya masa depan bangsa tergantung pula pada baik buruknya kondisi anak saat ini. Berkaitan hal tersebut, maka perlakuan terhadap anak dengan cara yang baik adalah kewajiban kita bersama, agar ia bisa tumbuh berkembang dengan baik dan dapat menjadi pengemban risalah peradaban bangsa ini.

  Anak wajib melaksanakan etika dan akhlak mulia sebagai wujud kesalihan sosial yang membuat hubungan antar anak dengan anak, antar anak dengan orang tua dapat teratur dan menunjukkan sikap beradab. Akhlak ialah institusi yang berasa dari hati, tempat munculnya tindakan-tindakan sukarela, tindakan yang benar atau salah. Melalui pembelajaran dan kewajiban beretika dan berakhlak 33 Maulana Hassan Wadong, Pengantar Advokasi Dan Hukum Perlindungan Anak, mulia, diharapkan akan diperoleh anak yang cerdas, lagi bertanggung jawab yang memiliki tingkat kesopanan dan kepekaan tinggi terhadap sesama orang indonesia. Dengan demikian diharapkan anak menjadi pribadi yang positif akan

   berguna bagi perbaikan bangsa dan negara.

F. Metode Penelitian 1.

  Spesifikasi Penelitian Penelitian yang digunakan adalah penelitian normatif. Penelitian normatif terdiri dari : a.

  Penelitian terhadap asas-asas hukum.

  Penelitian terhadap asas-asas hukum ini seperti misalnya penelitian kaidah hukum yang hidup di dalam masyarakat.

  b.

  Penelitian terhadap sistem hukum.

  Penelitian terhadap sistem hukum dapat dilakukan pada undang undang tertentu ataupun hukum tercatat. Tujuan pokoknya adalah untuk mengadakan identifikasi terhadap pengertian-pengertian pokok/dasar dalam hukum, yakni masyarakat hukum, subyek hukum, hak dan kewajiban, peristiwa hukum, hubungan hukuk dan obyek hukum. Penelitian ini sangat penting oleh karena masing-masing pengertian pokok atau dasar mempunyai arti tertentu dalam kehidupan hukum.

  c. 34 Penelitian terhadap sinkronisasi hukum.

  M.Nasir djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2013, halaman

  Penelitian terhadap taraf sinkronisasi baik vertikal maupun horizontal, maka yang diteliti adalah sampai sejauh manakah hukum positif tertulis yang ada serasi. Hal ini dapat ditinjau secara vertikal, yakni apakah peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi suatu bidang kehidupan tertentu tidak saling bertentangan, apabila dilihat dari sudut hirarki perundang-undangan tersebut, sedang apabila dilakukan penelitian taraf sinkronisasi secara horisontal, maka yang ditinjau adalah perundang-undangan yang sederajat yang mengatur bidang yang sama.

  d.

  Penelitian terhadap sejarah hukum.

  Penelitian terhadap sejarah hukum merupakan penelitian yang lebih dalam perkembangan demikian, pada setiap analiusa yang dilakukan akan mempergunakan perbandingan-perbandingan terhadap satu atau beberapa sistem hukum.

  e.

  Penelitian perbandingan hukum.

  Penelitian perbandingan hukum merupakan penelitian yang menekankan dan mencari adanya perbedaan-perbedaan yang ada serta persamaan pada berbagai sistem hukum. Perbandingan hukum adalah suatu metode studi hukum, yang mempelajari perbedaan hukum antara Negara yang satu dengan Negara yang lain, atau membanding- bandingkan sistem hukum positif dari bangsa yang satu dengan bangsa yang lain.

  Sesuai dengan judul dari skripsi ini, maka penelitian yang digunakan adalah penelitian normatif dengan menggunakan pendekatan peraturan perundang-undangan. Di dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan. Dengan pendekatan tersebut, peneliti akan mendapatkan informasi dari berbagai aspek. Pendekatan-pendekatan yang digunakan di dalam penelitian hukum adalah pendekatan undang-undang,

   pendekatan kasus, pendekatan historis dan pendekatan konseptual.

  2. Metode Pendekatan Metode pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi dan penelitian ini adalah dengan cara normatif, yaitu dengan cara melihat apa saja yang menjadi aturan hukum pertanggungjawaban pidana anak terhadap 3.

  Metode Pengumpulan data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan dengan mempelajari aturan hukum pertanggungjawaban pidana anak terhadap penyalahgunaan internet sebagai media bullying.

  4. Analisis Data Pada penulisan skripsi ini, analisis data yang digunakan adalah dengan cara kualitatif. Dari penelitian tersebut diatas, kemudian dapat memenuhi pembahasan skripsi ini secara deduktif, yaitu menarik kesimpulan dari fakta yang bersifat representatif (sesungguhnya, nyata, sesuai keadaan). 35 G. Sistematika Penulisan

  

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,

  Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu sebagai berikut:

  BAB I : Merupakan bab pendahuluan yang berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kepustakaan yang terdiri dari Pengertian Pertanggungjawaban Pidana, Pengertian Penyalahgunaan Internet, Pengertian Bullying, Pengertian Anak, metode penelitian dan sitematika Penulisan

  BAB II : Merupakan bab yang membahas pengaturan tentang pertanggungjawaban pidana anak terhadap penyalahgunaan internet sebagai Penyalahgunaan Internet dan Aturan Pertanggungjawaban Pidana Anak Yang Melakukan Penyalahgunaan Internet Sebagai Media Bullying.

  BAB III : Merupakan bab yang membahas alasan anak dijadikan sebagai pelaku dan hambatan yang dihadapi untuk menarik anak sebagai pelaku penyalahgunaan internet sebagai media bullying yang terdiri dari Anak Sebagai Pelaku Berdasarkan Undang Undang Nomor 11 Tahun 2012 dan Undang Undang Nomor 11 Tahun 2008, Studi Kasus Anak Sebagai Pelaku Penyalahgunaan Internet Sebagai Media Bullying dan Hambatan Yang Dihadapi Untuk Menarik Anak Sebagai Pelaku Penyalahgunaan Internet Sebagai Media Bullying.

  BAB IV :

  Merupakan bab yang membahas upaya yang dilakukan untuk mencegah anak melakukan penyalahgunaan internet sebagai media

  bullying Menurut Peraturan Per-Undang Undangan, Menurut Para Ahli dan Menurut Penegak Hukum.

  BAB V : merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan dan saran

Dokumen yang terkait

Pengaturan Batas Wilayah Laut Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2014 Tentang Kelautan Relevansinya Dengan United Nations Convention On The Aw Of The Sea 1982

0 0 27

BAB I PENDAHULUAN - Pengaturan Batas Wilayah Laut Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2014 Tentang Kelautan Relevansinya Dengan United Nations Convention On The Aw Of The Sea 1982

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemanfaatan Website Perpustakaan - Pengaruh Situs Jejaring Sosial Terhadap Pemanfaatan Website Perpustakaan USU

0 0 27

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Situs Jejaring Sosial Terhadap Pemanfaatan Website Perpustakaan USU

0 0 9

BAB II TINJAUAN UMUMDALAM PENDAFTARANTANAH A. SejarahPendaftaranTanahdi Indonesia - Peran Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun Terhadap Masyarakat Dikecamatan Sidamanik Dalam Rangka Pendaftaran Tanah Serta Pelaksanaannya Berdasarkan Uu Pa Dan Peraturan

0 0 28

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang - Peran Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun Terhadap Masyarakat Dikecamatan Sidamanik Dalam Rangka Pendaftaran Tanah Serta Pelaksanaannya Berdasarkan Uu Pa Dan Peraturan Pemerintah Nomor24 Tahun 1997

0 0 21

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI - Gaya Bahasa Pada Beberapa Puisi Karya Du Fu

0 5 18

BAB I PENDAHULUAN - Gaya Bahasa Pada Beberapa Puisi Karya Du Fu

0 3 9

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAIHAKCIPTA A. SejarahHakCipta - Penerapan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Terhadap Produksi Karya Seni Berupa Rekaman Musik Daerah ( Studi Pada Elta Record Kota Bukittinggi )

0 0 27

Pertanggungjawaban Pidana Anak Terhadap Penyalahgunaan Internet Sebagai Media Bullying Menurut Undang Undang No 11 Tahun 2008

0 0 48