ANALISA PERBANDINGAN PERANCANGAN DAN KELAYAKAN IMPLEMENTASI JARINGAN LTE DAN WIMAX DI SURABAYA PADA AREA URBAN, SUBURBAN, DAN RURAL DENGAN PENDEKATAN TECHNO-ECONOMY Usep Taufiq Hidayat
ANALISA PERBANDINGAN PERANCANGAN DAN KELAYAKAN IMPLEMENTASI JARINGAN LTE DAN WIMAX DI SURABAYA PADA AREA URBAN, SUBURBAN, DAN RURAL DENGAN PENDEKATAN TECHNO-ECONOMY
Usep Taufiq Hidayat 1 , Rendy Munadi 2 , Nachwan Mufti Ardiansyah 3 , Endang Chumaidiyah 4
1,3 Pascasarjana Strata-2 Magister Teknik Telekomunikasi
2 Institut Teknologi Telkom, Bandung 2013
1 usep.taufiq.hidayat@gmail.com, 2 rnd@ittelkom.co.id, 3 nma@ittelkom.ac.id, 4 ech@ittelkom.ac.id Abstrak
LTE dan WiMAX merupakan teknologi yang mewakili generasi ke-4 atau 4G. Dalam thesis ini dilakukan penentuan jumlah perangkat LTE dan Mobile WiMAX yang dibutuhkan berdasarkan coverage dalam lingkungan dengan karakteristik Urban, Sub Urban, dan Rural di area salah satu operator selular baru di Surabaya dilihat dari aspek teknis, aspek market, dan perhitungan ekonomis. Pada tesis ini dianalisa secara tekno ekonomi untuk implementasi jaringan LTE Release 10 dan Mobile WiMAX. Penentuan jumlah site dilakukan dengan menggunakan metode coverage dan capacity analysis. Hasil jumlah site yang diperlukan didapatkan dengan melihat jumlah sites terbanyak dari hasil coverage dan capacity analysis tersebut dengan memperhitungkan parameter lainnya seperti link budget dan overall data rate yang diperlukan. Dari hasil perhitungan komponen perangkat yang diperlukan akan didapatkan nilai NPV untuk LTE dan Mobile WiMAX pada tiga scenario berbeda yaitu kondisi moderat, optimis, dan pesimis. Parameter ekonomi yang dihitung dalam tesis ini meliputi NPV, IRR, PBP dan analisa sensitivitas NPV terhadap kurs dollar, penetrasi pelanggan, dan nilai CAPEX dan OPEX. Analisa sensitivitas menunjukkan beberapa hasil yang menjadi pertimbangan operator baru tersebut untuk melihat kelayakan implementasi LTE atau Mobile WiMAX di Surabaya untuk area Urban, Suburbanm dan Rural. Dari hasil analisa secara keseluruhan menunjukkan bahwa implementasi Mobile WiMAX lebih layak diimplementasikan jika dibandingkan dengan implementaso LTE dilihat dari factor ekonomi yang didapatkan dari hasil analisa.
Kata kunci : Kata LTE, Mobile WiMAX, tekno-ekonomi, NPV,PBP,IRR
Abstract
The LTE and WiMAX is a technology representing the 4th generation or 4G. This thesis is to determine the required number of LTE and Mobile WiMAX by considering the environment characteristics of the coverage areas, Urban, Sub-Urban, and Rural areas,of a new mobile operator in Surabaya from the points of view of technical aspects, market aspects, and economic calculations. This thesis analyzed the techno-economics for the implementation of LTE Release 10 network and Mobile WiMAX. Themethod to determine the number of sitesappliedcoverage and capacityanalysis.The required number of sites were obtained by selecting the highest number of sites resulted from the analysis of coverage and capacity and taking into account other parameters such as link budget and the related overall data rate. The calculation using those two methods affected the core network which in turn affected the required CAPEX components. The calculation of the required components resulted the value of NPV for LTE and Mobile WiMAX in three different scenarios, namely the moderate, optimist, and pessimist conditions. The calculation of economic parameterin this thesis covered NPV, IRR, PBP and NPV sensitivity analysis to the dollar exchange rate, customer penetration, and CAPEX and OPEX values. The new operator might consider the results of sensitivity analysis to look at the feasibility of implementing LTE or Mobile WiMAX in Surabaya for Urban, Suburban, and Rural areas. The results of the overall analysis showed that from the point of view of economic factors, implementing Mobile WiMAX was more feasible than implementing LTE.
Keywords: LTE, Mobile WiMAX, techno-economy, NPV,PBP,IRR
1. Pendahuluan
tahun 2006 yang lalu. Setelah generasi ke 3 ini berkembang di Indonesia selama kurang lebih 5
Perkembangan teknologi selular semakin tahun, munculah sebuah generasi baru yang dikenal berkembang, diawali dengan munculnya teknologi
dengan generasi ke 4 atau 4G. Generasi ke 4 1G (AMPS), 2G yang dikenal dengan GSM, dan 3G
ditandai dengan munculnya teknologi 3GPP LTE yang mulai berkembang di Indonesia pada sekitar
dan WiMAX.
. Isi pendahuluan mengandung latar belakang,
2.2 Prinsip Dasar Jaringan LTE
tujuan, identifikasi masalah dan metoda penelitian, yang dipaparkan secara tersirat (implisit).
LTE menggunakan Orthogonal Frequency 3GPP LTE adalah sebuah nama yang diberikan
Division Multiplexing (OFDM) sebagai teknologi kepada suatu project dalam The Third Generation
disamping teknologi antena Partnership Project (3GPP) untuk mengembangkan
akses radionya,
terdepan. Perubahan paling mendasar dari LTE UMTS mobile phone standard dalam mengatasi
dibanding standar sebelumnya terdiri dari : kebutuhan
Penggunaan air interface untuk meningkatkan peningkatan efisiensi, peningkatan servis, making
bit rate LTE dibangun di atas semua jaringan akses use of new spectrum opportunities , dan integrasi
radio baru berdasar pada teknologi OFDM yang lebih baik dengan open standard lainnya.
Frequency‐Division Multiplexing). WiMAX adalah sebuah acronym yang
(Orthogonal
Ketetapan dalam 3GPP Release 8, air interface LTE berarti Worldwide Interoperability for Microwave
menggabungkan modulasi OFDMA‐based dan Access. Merupakan bagian dari standar IEEE 802.16
akses untuk downlink, dan dikembangkan oleh Institute of Electrical and
skema
multiple
bersama‐sama dengan SC‐FDMA (Single Carrier Electronic Engineer (IEEE). Standar WiMAX
FDMA) untuk uplink.
pertama adalah IEEE 802.16-2004 dan dikenal juga Flexible radio planning : LTE dapat mengirim sebagai 802.16d. Standar ini mendukung wireless
kinerja maksimum dalam ukuran sel sampai dengan internet service dan dikeluarkan pada awal tahun
5 km. Dan masih mampu mengirimkan kinerja 2004. Standar kedua yaitu 802.16-2005 dan dikenal
efektif di dalam ukuran sampai dengan radius 30 juga sebagai 802.16e yang dikeluarkan oleh IEEE
km, dengan kinerja yang lebih terbatas dapat pada awal tahun 2006 dan menyediakan keunggulan
tersedia dalam sel hingga 100 radius km. terbaru dengan kemampuan mendukung mobile
Reduced latency : Dengan mengurangi waktu wireless access.
penyampaian informasi hingga 10ms atau bahkan lebih kurang (bandingkan dengan 40–50ms untuk
2. Konsep Dasar
HSPA),
lebih responsive. Ini memungkinakn untuk layanan interaktif, real time
LTE
akan
2.1 Konsep Dasar Jaringan 4G
seperti
audio/videoconferencing dan game multi‐player yang berkualitas tinggi.
Sampai saat ini, teknologi 4G masih terus All‐ IP environment: LTE melakukan transisi ke dikembangkan. Tujuan yang diharapkan dari
flat all‐IP berdasarkan core network dengan penerapan teknologi 4G ini yaitu :
penyederhanaan arsitektur dan open interface. Di
dikenal sebagai Systems
Pemakaian spectrum yang lebih efisien
dalam 3GPP, ini
Kapasitas jaringan yang lebih besar Architecture Evolution ( SAE) sekarang dikenal
Kecepatan data yang cepat dengan minimal 100 dengan Evolved Packet Core (EPC). SAE/EPC Mbps untuk setiap node yang ada
memungkinkan ketetapan layanan yang lebih
Handover yang baik dalam kerumitan jaringan fleksibel dengan penyederhanaan interworking yang ada
dengan jaringan tetap dan jaringan mobile
Kemampuan berintegrasi
dengan
beberapa
non‐3GPP.
jaringan yang ada
Transfer data dengan kualitas yang baik
2.3 Arsitektur Jaringan LTE
Mendukung system IP dengan basis packet switched network
Arsitektur jaringan LTE terdiri dari beberapa
Mendukung service multimedia interaktif komponen node yang terintegrasi juga dengan
Skalabilitas untuk jaringan mobile jaringan 2G, 3G, dan non 3GPP access.
Global mobility, service portability, dan low cost service
Teknologi yang digunakan sebelum 4G diantaranya yaitu TDMA, FDMA, dan CDMA. TDMA bersifat tidak efisien dalam penggunaan periode pembatasan antar frame. CDMA memiliki kemampuan yang rendah dalam fleksibilitas dan skabilitas spectrum. Untuk mengatasi hal tersebut, diusulkan teknologi OFDMA, Single carrier FDMA, dan MC-CDMA yang dipersiapkan sebagai upcoming next generation UMTS standard.
mencapai hingga delapan streams, dan sampai dengan empat dalam arah downlink. Hal ini dapat meningkatkan throughput users dan efisiensi penggunaaan peak spectrum.
2.5 Prinsip Dasar Jaringan WiMAX
Teknologi WiMax diimplementasikan sesuai standar IEEE 802.16, dimana standar ini merupakan pengembangan dari IEEE 802.11 yang merupakan acuan standarisasi WiFi. Jadi dapat dikatakan bahwa teknologi WiMax merupakan pengembangan dari teknologi WiFi.
WiMax ( Worldwide Interoperability for Microwave Access ) adalah standard Broadband Wireless Access dengan kemampuan menyediakan layanan data
Gambar 2.1 Konvergensi Jaringan 2G,3G,LTE
berkecepatan tinggi dengan beberapa keunggulan yaitu :
Terdapat beberapa komponen dalam jaringan LTE
Sebuah basis teknologi dalam suatu yaitu :
pengembangan standar untuk jaringan nirkabel eNode B LTE, berfungsi sebagai base
point-to-multipoint
station yang memancarkan sinyal ke UE
Komersialiasi dari standar IEEE 802.16 dengan pengaturan radio resource seperti
Solusi untuk Wireless Metropolitan Area halnya RNC pada jaringan 3G. Jadi dapat
Network
Solusi BWA (Broadband Wireless Access) penggabungan antara RNC dan Node B jika
dikatakan juga bahwa eNode B merupakan
Memenuhi standar BWA di benua Eropa dilihat
(ETSI HiperMAN – European Telecommunications sebelumnya.
Standards Institute’s high performance radio MME (Mobility Management Entity) ,
metropolitan area network)
berfungsi seperti halnya MSC pada jaringan sebelumnya. Berfungsi sebagai
pusat
2.6 Konfigurasi Jaringan WiMAX
layanan mobile yang mengatur proses komunikasi yang terjadi dari eNodeBs
Konfigurasi jaringan WiMAX terdiri dari Serving GW berfungsi sebagai gateway
beberapa komponen yaitu :
antara jaringan LTE ke jaringan lainnya termasuk ke jaringan non-3GPP.
1. Subscriber Station
PDN GW berfungsi sebagai gateway antara SS atau CPE adalah komponen perangkat yang eNode B ke jaringan packet data (jaringan
berada di end user bisa berupa modem, radio, atau IP), dapat dikatakan juga sebagai GGSN
antena. Modem disini adalah interface antara jika dilihat pada jaringan sebelumnya.
jaringan subscriber dan broadband access network. Radio adalah interface antara modem dan antena.
2.4 LTE Release 10
Bagian-bagian tersebut dapat terpisah, terintegrasi per bagian, atau terintegrasi penuh dalam satu atau
Tipe LTE yang digunakan dalam penelitian dua perangkat. SS ini dapat berbentuk pelanggan ini yaitu LTE release 10 standard 3GPP atau dikenal
bisnis, perkantoran, dan perumahan yang merupakan juga
first mile untuk public network. merupakan perkembangan dari release
dengan sebutan
sebelumnya. Pada Release 10 terdapat penambahan
2. Base Station Equipment
feature functionality dan peningkatan performance. BS adalah perangkat transceiver yang terkoneksi Dalam release ini memperkenalkan penambahan
dari dan atau ke pelanggan. Dalam aplikasi MAN, multi-carrier dan pilihan MIMO. Beberapa inti dari
topologi jaringan yang digunakan adalah gabungan teknologi
dari topologi point to point, point to multipoint, aggregation , multi-antenna enhancement, dan relays
LTE-Advanced
ini
yaitu carrier
ataupun mesh. Jumlah BS lebih dari satu untuk integration . Carrier aggregation digunakan untuk
melayani wilayah MAN dengan jumlah subscriber meningkatkan
station ratusan. Topologi point to point digunakan ditingkatkan sampai dengan 100 MHz yang 5 kali
untuk menghubungkan BS dengan BS sebagai lebih tinggi dari LTE release 8. LTE dapat
backhaul. Sedangkan untuk topologi point to menggunakan teknik transmisi multi antenna dalam
multipoint digunakan untuk menghubungkan BS LTE-Advanced. Downlink spatial multiplexing dapat
dengan subscriber.
International Telecommunication Union ( ITU) system arsitektur diantaranya point-to-point dan
WiMAX dapat
mendukung beberapa
teknologi 4G. IEEE mengembangkan suatu teknologi akses radio yang point-to-multipoint. Media Access Control (MAC)
untuk
pengembangan
kompetitif dan memiliki keunggulan yang signifikan (“Gigabit Wimax” ) serta mampu bersaing dengan
WiMAX akan memberikan suatu time slot kepada ITU R / IMT Advanched. Teknologi MIMO
masing-masing Subscriber Station dan koneksinya (Multiple In / Multiple Out) dan SOFDMA yang meruapakan teknik modulasi multicarrier yang
akan menjadi point-to-point jika hanya terdapat satu menggunakan subchanelisasi juga menjadi dasar
SS di dalam jaringan. bagi perkembangan standarisasi ini. Advanced Feautures pada teknologi mobile WiMAX IEEE 802.16m yaitu sebagai berikut : IEEE 802.16m menggabungkan beberapa fungsi canggih dibandingkan dengan sistem sebelumnya, yaitu termasuk :
Struktur new subframe-based frame yang
memungkinkan
proses transmisi dan retransmisi air-link lebih cepat, yang menghasilkan latensi user plane dan control plane lebih pendek secara signifikan
Skema new subchannelization dan struktur pilot yang lebih efisien pada downlink dan
uplink untuk mengurangi overhead L1 dan untuk meningkatkan efisiensi spektral . Struktur control channel yang baru dan peningkatan dalam downlink dan uplink untuk
meningkatkan efisiensi dan mengurangi latensi alokasi resources dan transmisi serta system entry/re-entry
Gambar 2.2 Koneksi Jaringan WiMAX
Operasi Multic-carrier menggunakan single Terdapat beberapa prinsip yang menjadi
MAC instantiation untuk memungkinkan panduan dalam pengembangan arsitektur WiMAX
operasi di band RF yang berdekatan/non yaitu :
contiguous lebih dari 20 MHz – Arsitekturnya berdasarkan packet switched
Peningkatan dan pelebaran mode MIMO – Dapat menggunakan decoupling atau struktur
pada downlink dan uplink bergandeng terhadap aristektur akses dan topologi
layanan Multicast dan – Arsitektur yan bersifat modular dan fleksibel dalam
Peningkatan
Broadcast menggunakan new E-MBS mengakomodasi pengembangan yang lebih luas
control channel dan subchannelization seperti :
Mendukung fitur-fitur Femto Cells dan Self Band frekuensi licensed dan unlicensed
Organization and Optimization Topologi hirarki, flat, atau mesh, dan juga topologi
Peningkatan layanan berbasis GPS-based lainnya
dan GPS-based loaction. Koeksistensi dari model penggunaan layanan fixed,
kapasitas VoIP dengan nomadi c, portable, dan mobile
Peningkatan
penggunaan struktur new control, struktur Lingkungan propagasi radio untuk area urban,
frame, retransmisi HARQ lebih cepat, suburban, dan rural.
penjadwalan persistent, group scheduling, dan mengurangi overhad MAC.
Peningkatan coverage control channel dan data channel dan link budget dengan menggunakan skema transmit diversity
serta format transmisi lebih kuat dan link adaptation .
Mendukung operasi relay multi-hop dengan
2.5 WiMAX 8012.16m
akses terpadu dan relay links. Mendukung teknik advanced interference Standard WiMAX 802.16m Dibuat dengan
mitigation termasuk Multi BS-MIMO, tujuan untuk meningkatkan kecepatan transfer data
Frequency Reuse , skema mencapai 1 Gbps dalam kondisi diam dan 100 Mbps
Fractional
Closed-Loop dan Open-Loop power pada kondisi bergerak (mobile). Standarisasi
control .
802.16/m selaras
dengan
requirement dari
Peningkatan skema handover intra-RAT BTS Urban Area(hb) = 30m, Suburban(hb) dan inter-RAT dengan waktu interupsi
= 50m, Rural (hb) = 80m
hm : tinggi mobile unit, dalam hal ini tinggi Peningkatan QoS support
handoff yang lebih pendek
user rata-rata = 1.5m
PL (dB) = MAPL
2.6 Teori Perencanaan LTE dan Mobile
F = 2600 MHz
WiMAX
C = Urban/Suburban/Rural Correction
Urban = 3 dB
Suburban = 0 dB Link budget adalah semua faktor yang
2.6.1 Link Budget
Rural = 0 dB mempengaruhi SNR (Signal to Noise Ratio) sinyal atau jalur transmisi. Informasi tentang link budget ini sangat penting dalam proses planning .
2.6.2 Capacity Requirement
Perbandingan antara karakteristik link budget calculation untuk LTE dan Mobile WiMAX
Capacity planning dimaksudkan untuk diperlihatkan dalam tabel berikut ini. mendapatkan prediksi jumlah site berdasarkan
capacity
requirement .
Capacity requirement
Tabel 2.1 Link Budget LTE dan Mobile
ditetapkan oleh operator jaringan berdasarkan
WiMAX
prediksi trafik. Throughput cell rata-rata diperlukan untuk menghitung jumlah site berdasarkan capacity.
Untuk mendapatkan nilai throughput cell adalah dengan melakukan pemetaan langsung dari distribusi SNR yang didapatkan ke dalam MCS atau langsung kedalam throughput menggunakan hasil link level yang sesuai.
demikian estimasi kapasitas membutuhkan nilai-nilai sebagai berikut :
Dengan
Rata-rata SINR tabel terdistribusi, yang menyediakan SINR probability
Rata-rata throughput atau efisiensi spektrum dibandingkan tabel SINR (hasil link level).
MCS didukung oleh masing-masing nilai SINR yang dipilih dengan menggunakan nilai minimum SINR yang diperbolehkan dari hasil link level . Hal ini memberikan data rate yang sesuai yang didukung oleh MCS tersebut. Dengan cara ini, kecepatan data akan sesuai untuk setiap nilai SINR
Perhitungan Link Budget LTE Release 10 yang diperoleh untuk skenario tertentu. dan Mobile WiMAX menggunakan pendekatan Seperti halnya pada coverage planning, COST-231 Hata.
PL(dB)= 46,3+33,9log f - 13,82loghb - ahm + (44,9- capacity planning juga dibedakan berdasarkan perbedaan layanan di setiap area (urban, suburban,
6,55log hb) log d + C
dan rural). Jika untuk keperluan ini berdasarkan trafik pada peak hour, maka ini akan menuju pada
suatu kondisi over dimensioning. Resources jaringan akan tidak berguna pada jam selain jam sibuk dan
Dengan nilai input sebagai berikut : biaya jaringan akan naik secara signifikan. Karena a(hm) : faktor koreksi untuk tinggi antena
alasan tersebut, sangat penting untuk mendefinisikan mobile unit
Urban : suatu overbooking factor (OBF), OBF adalah jumlah user rata-rata yang dapat membagi suatu unit
a(hm) = 3.2 (log (11.75hm)) 2 – 4.97
channel yang didapatkannya. Channel unit yang digunakan pada dimensioning adalah pada kondisi
Suburban atau Rural : peak data rate . Jika diasumsikan 100 persen channel loading , maka OBF sama dengan rasio antara peak
a(hm) = (1.1 log f – 0.7) hb – (1.56log f-0.8)
and average rates (PAR). Akan tetapi tidak aman untuk mendimensioningkan jaringan dengan asumsi 100 percent loading. Oleh karena itu digunakanlah
parameter utilization factor. Pada sebagian jaringan data nilai utilization factor ini lebih kecil dari 85 persen sehingga menjamin Quality of Services
(QoS). Jadi semakin tinggi nilai utilisation factor Dengan mengetahui nilai perkiraan traffic maka akan semakin lama rata-rata waktu tunggu
demand dan faktor-faktor lain didalamnya, Overall untuk user untuk mengakses suatu channel.
data rate dapat dihitung. Berdasarkan overbooking
Tabel 2.2 OBF Value
factor , total data rate untuk perhitungan kapasitas yaitu :
yang diperlukan untuk
kapasitas dari hasil perhitungan sebelumnya, dapat diperoleh dengan persamaan berikut ini :
mendukung
kebutuhan
Number of Sites = OverallDataRate / Sites Capacity
Dalam perhitungan
jumlah
sites
2.6.3 Coverage Requirement
berdasarkan demand traffic ini, diperlukan asumsi beberapa parameter diantaranya yaitu Overbooking
Dengan nilai Maximum allowed path cost dapat digunakan untuk menghitung cell radius
Factors (OBF) yang didefinisikan sebagai jumlah (CellRadius) dengan menggunakan model propagasi rata-rata user yang dapat membagi unit kanal yang
yang dijelaskan pada persamaan (3.2). Untuk model cell three hexagonal , site
diberikan. area dapat dihitung dengan persamaan :
Tabel 2.3 LTE Advanced Parameter
Tri-sector site : SiteArea = 1.95 * r 2
(2.7) Jumlah sites yang dikembangkan dapat
dihitung dari nilai CellArea dan nilai dari area yang akan dikembangkan.
NumSitesCoverage = DeploymentArea /
SiteArea
(2.8) source: Dimensioning of LTE Network Description of Models and Tool, Coverage and Capacity Estimation of 3GPP Long Term Evolution radio interface,Abdul Basit, Syed
DeploymentArea = Luas wilayah area
Tabel 2.4 Deskripsi Mobile WiMAX
SiteArea = Cell Area
Standard
Description
2.7 Techno Economy
Advanced Air Interface with data rates of 100 Mbit/s mobile and 1 Gbit/s fixed. Also known as Mobile WiMAX Release
Tekno ekonomi adalah suatu metode 2 or WirelessMAN-Advanced.
perhitungan secara ekonomis yang dipengaruhi oleh 802.16m- Aiming at fulfilling the ITU-R IMT-
aspek teknis yang saling berkaitan satu dan yang 2011
Advanced requirements on 4G systems.
lainnya. Dalam techno economy, aspek teknis dilihat sebagai suatu variable yang dihitung dengan memperhatikan business value sebagai output akhir lainnya. Dalam techno economy, aspek teknis dilihat sebagai suatu variable yang dihitung dengan memperhatikan business value sebagai output akhir
n = jumlah tahun
tersebut.
t = tahun ke-t
2.7.1 NPV
2.7.3 Pay Back Period (PBP)
Untuk menghitung NPV diperlukan data tentang perkiraan biaya investasi, biaya operasi, dan
PBP adalah suatu waktu yang diperlukan pemeliharaan serta perkiraan manfaat/benefit dari
suatu proyek untuk menutup kembali pengeluaran proyek yang direncanakan.
investment) dengan menggunakan aliran kas. PBP dapat dikatakan sebagai rasio antara initial cap investment dan cash flow yang hasilnya merupakan satuan waktu. Dijelaskan oleh persamaan sebagai berikut :
t = aliran cash pertahun pada periode t i
= suku bunga
Dimana :
C 0 = investasi awal pada tahun ke-nol PBP = Pay Back Period n = jumlah tahun
Co = biaya investasi yang diperlukan t = tahun ke t
C = annual cash flow
Tabel 2.5 Kelayakan NPV
BAB III PEMODELAN DAN ANALISA METODE PERENCANAAN LTE DAN WIMAX
2.7.2 Internal Rate Return (IRR)
3.1 Perencanaan Umum Desain Model Penelitian
IRR digunakan dalam menentukan apakah investasi dilaksanakan atau tidak, untuk itu biasanya
Dalam penelitian ini menggunakan konsep digunakan acuan bahwa investasi yang dilakukan
diagram alir seperti gambar berikut ini. harus lebih tinggi dari Minimum acceptable rate of return atau Minimum atractive rate of return.
Minimum acceptable rate of return adalah laju pengembalian minimum dari suatu investasi yang berani dilakukan oleh seorang investor .
IRR merupakan suku bunga yang akan menyamakan jumlah nilai sekarang dari penerimaan yang diharapkan diterima (present value of future proeed) dengan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran untuk investasi. Nilai IRR dapat dihitung dengan mencari tingkat bunga (discounted rate) yang akan menghasilan NPV sama dengan nol. IRR dapat dirumuskan sebagai berikut :
Gambar 3.1 Diagram Alir Konsep Penelitian Secara Umum
Diagram gambar 3.1 menggambarkan skema pemodelan tesis yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan techno economy.
Nilai OPEX untuk kedua perencanaan LTE
dan
diasumsikan sama karena menggunakan vendor yang sama dengan prediksi
WiMAX
dengan : biaya operational yang ditawarkan sama oleh vendor CFt = aliran cash per tahun pada periode t
penggelaran jaringan tersebut.
untuk pemodelan dimensioning jaringannya baik LTE dan WiMAX dalam penelitian ini menggunakan konsep seperti gambar berikut ini.
Gambar 3.2 Pemodelan Dimensioning Gambar 3.4 Jumlah Penduduk Surabaya 2010-2011
3.2 Kondisi Geografis dan Demografi Sumber :
http://dispendukcapil.surabaya.go.id
Daerah subscriber
dalam
proses
dimensioning jaringan terbagi kedalam beberapa Sementara itu , jumlah penduduk Indonesia daerah utama yaitu : pada tahun 2010 adalah sebanyak 237 641 326 jiwa,
yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di
1. Urban Area urban meliuputi daerah pusat perkantoran,
daerah perkotaan sebanyak 118 320 256 jiwa (49,79 daerah pemukiman penduduk, jalan-jalan utama di
persen) dan di daerah perdesaan sebanyak 119 321 070 jiwa (50,21 persen). Sedangkan untuk
sekitar pusat kota, dan daerah perkotaan. prediksi jumlah penduduk pada tahun 2011 ini yaitu
2. Sub Urban Area Sub Urban meliputi daerah pinggiran kota dan
sebanyak 241 juta jiwa.
perumahan terpencil dari kota dengan populasi yang lebih sedikit daripada daerah urban.
Total
persebaran subscriber
3. Rural Telekomunikasi di Indonesia berdasarkan data yang didapatkan dari sumber ditunjukkan pada tabel 3.3
Area Rural meliputi daerah persawahan dan
berikut ini.
pinggiran. Karakteristik di wilayah ini biasanya bersifat LOS.
3.3 Planning Market Operator
Berikut ini
adalah laju
pergerakan
penduduk Surabaya 2011 sampai dengan bulan Agustus 2011 berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Pertumbuhan penduduk selama periode 2010-2011 yaitu sebesar
2.68 %. Berdasarkan data tersebut, jumlah penduduk surabaya sampai bulan Desember 2011 yaitu sebanyak 3,005,725 juta jiwa.
Tabel 3.3 Total Jumlah Pelanggan
: 18 subcarriers x 6 bits x 300 resource blocks x 6
Telekomunikasi di Indonesia
OFDM symbols = 194400 bits. Jadi data rate yang didapatkan yaitu 194400 bits / 1 ms = 194.4 Mbps. Dengan 8x8 MIMO, nilai peak data rate akan menjadi 194.4 Mbps x 8 = 1555.2 Mbps Estimasi sekitar 30% overhead seperti PDCCH, reference signal, sync signal, PBCH, dan beberapa coding. Kita dapatkan nilai 1.5 Gbps x 70% 1.088 ≈
1.1 Gbps.
3.4.1 Capacity Requirement LTE
Perhitungan cell LTE berdasarkan tabel MCS throughput LTE tabel 2.9
didapatkan dari persamaan (3.5) dan tabel MC throughput LTE.
CellthroughputLTE
Source : =((0.11*2.5)+(0.02*4.5)+(0.11*5)+(0.04*6.5)+(0.21
http://id.wikipedia.org/wiki/Telekomunikasi_selule
r_di_Indonesia#20092012_:_Perkembangan_telek
omunikasi_di_Indonesia
= 15.985 Mbps Throughput per site = 15.985 Mbps x 3 sector =
Didapatkan market share prediction untuk
47.955 Mbps per site
new operator 4G ini diasumsikan sebanyak 1% dari total jumlah subscriber keseluruhan semua operator
3.4.2 Capacity Requirement Mobile WiMAX
yang ada untuk area Surabaya yaitu sebagai berikut :
throughput LTE 1% dari 2.34 juta = 0.0234 juta = 23446 subscriber
Perhitungan
cell
berdasarkan tabel MCS throughput Mobile WiMAX Pertumbuhan user dapat dihitung dengan persamaan
table 2.10
berikut ini :
didapatkan dari persamaan (3.5) dan tabel MC throughput LTE. =((0.18*10)+(0.15*15)+(0.06*20)+(0.09*3 0)+(0.04*40)+(0.06*45)) = 12.25
CellthroughputLTE
Throughput Per site = 12.25 Mbps x 3 sector = 36.75 = Jumlah subscriber total setelah tahun ke-n
Mbps
= Jumlah user saat awal perencanaan = faktor pertumbuhan , asumsi bernilai 20%
3.5 Coverage Requirement
3.5.1 Link Budget
3.4 Capacity Requirement
Perhitungan Link Budget LTE menggunakan nilai MAPL sesuai tabel 2.7 dengan
Untuk menghitung capacity per site dilakukan perhitungan capacity per site dengan
nilai MAPL 146.59.
menggunakan perhitungan Resource Element dalam Parameter lainnya untuk area Urban : subframe 20 MHz dengan langkah
1.5m Menghitung jumlah Resource Element
UE Height:
0.00 (RE) dalam subframe dengan bandwidth channel 3 x
Antenna Correction factor urban
3.00 no coding, satu modulation symbol dapat membawa
20 MHz dan Assumsikan 64 QAM modulation dan
Urban Correction
BS Height (m) , Urban
30m
146.59 channel 3 x 20 MHz adalah : 12 subcarriers x 6 bits x 300 resource blocks x 14
6 bits. Total bits dalam subframe (1ms) melalui
Path Loss (dB)
Dengan menggunakan persamaan :
OFDM/SC-FDMA symbols = 302400 bits. Jadi data PL(dB)= 46,3+33,9log f - 13,82loghb - ahm + (44,9- rate yang didapatkan yaitu 302400 bits / 1 ms =
6,55log hb) log d + C
302.4 Mbps Untuk daerah Urban didapatkan nilai distance dalam Dengan 8x8 MIMO, nilai peak data rate akan
kilometer yaitu 1.13492566 km. menjadi 302.4 Mbps x 8 = 2419.2 Mbps
Dari nilai distance tersebut didapatkan nilai Estimasi sekitar 30% overhead seperti PDCCH,
coverage dalam km2 dengan persamaan : reference signal, sync signal, PBCH, dan beberapa
Coverage area = 1.95 x r2 = 1.95 x 1.13492566 2 = coding. Kita dapatkan nilai 2.4 Gbps x 70% = 1.68
2.51170968 km 2
Gbps ≈ 1.7 Gbps dengan parameter luas daerah urban area 312.867 Untuk WiMAX jumlah RE dalam subframe dengan
km2, didapatkan nilai jumlah sites dengan bandwidth channel 3 x 20 MHz :
persamaan :
Jumlah Sites Urban = Luas Area / Coverage Area = Untuk daerah Urban didapatkan nilai distance dalam
2 312.867 km 2 / 2.51170968 km ≈125 site
kilometer yaitu 1.292592444 km.
Parameter lainnya untuk area Suburban : Dari nilai distance tersebut didapatkan nilai UE Height:
1.5m
coverage dalam km2 dengan persamaan : Coverage area = 1.95 x r2 = 1.95 x 1.292592444 2 =
Antenna Correction factor Suburban
3.258050694 km 2
SubUrban Correction
3.00 dengan parameter luas daerah urban area 312.867 BS Height (m) , Suburban
km2, didapatkan nilai jumlah sites dengan Path Loss (dB)
50m
persamaan : Jumlah Sites Urban = Luas Area / Coverage Area =
2 Distance (km) 2 1.73239 312.867 km / 3.258050694 km ≈96 sites Dari hasil diatas didapatkan prediksi jumlah sites
Untuk daerah Suburban didapatkan nilai distance Mobile WiMAX pada tahun pertama perencanaan dalam kilometer yaitu 1.73239 km
sebanyak 96 sites. Untuk tahun berikutnya Dari nilai distance tersebut didapatkan nilai
menggunakan perhitungan berdasarkan jumlah coverage dalam km2 dengan persamaan :
subscriber dibagi dengan kapasitas user per site nya.
Coverage area = 1.95 x r2 = 1.95 x 1.73239 2 =
5.85232 km 2 Parameter lainnya untuk area Suburban : dengan parameter luas daerah Suburban area
1.5m 295.080 km , didapatkan nilai jumlah sites dengan
2 UE Height:
persamaan : Antenna Correction factor Suburban 0.057348 Jumlah Sites Suburban = Luas Area / Coverage Area
SubUrban Correction
50m Parameter lainnya untuk area Rural :
= 295.080 km 2 / 5.85232 km 2 ≈ 50 sites
BS Height (m) , Suburban
148.58 UE Height:
Path Loss (dB)
1.5m
Antenna Correction factor Suburban
Untuk daerah Suburban didapatkan nilai distance Urban Correction
3.00 dalam kilometer yaitu 1.98413733 km Dari nilai distance tersebut didapatkan nilai
BS Height (m) , Suburban
coverage dalam km2 dengan persamaan : Path Loss (dB)
80m
Coverage area = 1.95 x r2 = 1.95 x 1.98413733 2 =
7.67676185 km 2
Untuk daerah Rural didapatkan nilai distance dalam dengan parameter luas daerah Suburban area kilometer yaitu 2.16499361 km 2 295.080 km , didapatkan nilai jumlah sites dengan
Dari nilai distance tersebut didapatkan nilai
persamaan :
coverage dalam km2 dengan persamaan : Jumlah Sites Suburban = Luas Area / Coverage Area
2 = 295.080 km Coverage area = 1.95 x r2 = 1.95 x 2.16499361 2 = / 7.67676185
9.1400348 km 2 km 2 ≈ 38 sites
dengan parameter luas daerah Rural area 6.695 km 2 , Parameter lainnya untuk area Rural : didapatkan nilai jumlah sites dengan persamaan :
Jumlah Sites Suburban = Luas Area / Coverage Area
Antenna Correction factor Suburban 0.057348 /9.1400348 km ≈ 1 sites
= 6.695 km 2 2
Urban Correction
80m Perhitungan Link Budget Mobile WiMAX
3.5.1 Link Budget Mobile WiMAX
BS Height (m) , Suburban
148.58 menggunakan nilai MAPL sesuai tabel 2.7 dengan nilai MAPL 148.58.
Path Loss (dB)
Untuk daerah Rural didapatkan nilai distance dalam Parameter lainnya untuk area Urban :
kilometer yaitu 2.49350675 km UE Height:
Dari nilai distance tersebut didapatkan nilai Antenna Correction factor urban
1.5m
0.00 coverage dalam km2 dengan persamaan : Coverage area = 1.95 x r2 = 1.95 x 2.49350675 2 =
Urban Correction
3.00 12.124273 km 2
dengan parameter luas daerah Rural area 6.695 km BS Height (m) , Urban 2 30m , Path Loss (dB)
didapatkan nilai jumlah sites dengan persamaan : Jumlah Sites Suburban = Luas Area / Coverage Area
Dengan menggunakan persamaan :
= 6.695 km / 12.124273 km ≈ 1 sites PL(dB)= 46,3+33,9log f - 13,82loghb - ahm + (44,9-
6,55log hb) log d + C
BAB IV ANALISA TEKNO EKONOMI
PERENCANAAN LTE DAN WIMAX Overall Data Rate LTE
4.1 Analisa Wilayah perencanaan
Perhitungan jumlah user 4G dalam jangka 250
G waktu 5 tahun ke depan berdasarkan input nilai b
Area
faktor pertumbuhan dan jumlah user jaringan 3G. Rural
ll a Da Pertumbuhan user dapat dihitung dengan 150
Urban
persamaan (3.1). Untuk implementasi jaringan 3G , e
dari tabel dapat diperoleh
memasukkan nilai = 88316,
= 35597, dan n
0 Sum of Tahun 1
Sum of Tahun 2
Sum of Tahun 3
Sum of Tahun 4 Sum of Tahun 5
Gambar 4.3 Grafik Overall Data Rate
Dengan menggunakan persamaan (3.1) didapatkan prediksi jumlah subscriber 4G LTE dan WiMAX
untuk analisa 5 tahun kedepan sesuai tabel 4.1. Jumlah Site eNode B Capacity LTE
Tabel 4.1 Prediksi Jumlah Subscriber
Year 180 Subscribers Prediction
SubUrban 80 Urban
4.2 Jumlah Sites Berdasarkan Demand Sum of Tahun 5
0 Sum of Tahun 1
Sum of Tahun 2
Sum of Tahun 3
Sum of Tahun 4
Overall Data Rate didapatkan dengan
Gambar 4.4 Grafik Jumlah Site LTE
menggunakan persamaan numberofUsers x Peak Data rate x overbooking factors sesuai persamaan
Untuk memenuhi kebutuhan di tahun (3.7). Nilai number of users didapatkan dari prediksi
pertama, pada daerah Urban diperlukan sekitar 83 jumlah users di masing-masing area sesuai tabel 4.5
eNodeB , pada daerah subUrban sekitar 51 eNodeB, , nilai peak data rate didapatkan dari persamaan
dan pada daerah Rural sekitar 18 eNodeB. (3.5) yaitu sebesar 47.955 Mbps untuk LTE, dan
Kebutuhan eNode B ini akan terus meningkat pada nilai overbooking facors sebesar 20%.
tahun kedua sampai dengan tahun kelima seusai gambar 4.4. Keperluan akan eNode B ini mempengaruhi
juga pada tingkat kebutuhan perangkat MME dan SGW di sisi core nya. Pada tahun pertama untuk MME dan SGW diperlukan masing-masing 1 perangkat, dikarenakan kapasitas MME dan SGW yang bisa menampung sampai dengan 200 eNodeB.
4.2.2 Mobile WiMAX
Dari hasil perhitungan diatas didapatkan jumlah Wimax Base Station untuk area Urban, sub Urban,
Overall Data Rate didapatkan dengan dan Rural. Jumlah Wimax Base Station diprediksi menggunakan persamaan numberofUsers x Peak
akan bertambah setiap tahun perencanaan. Pada Data rate x overbooking factors sesuai persamaan
tahun pertama jumlah sites yang dibutuhkan untuk (3.7). Nilai number of users didapatkan dari prediksi
area Urban, sub Urban, dan Rural yaitu masing- jumlah users di masing-masing area sesuai tabel 4.5
masing 99, 60, dan 21. Pada tahun berikutnya terjadi , nilai peak data rate didapatkan dari persamaan
penambahan jumlah sites yang disesuaikan dengan (3.5) yaitu sebesar 36.75 Mbps untuk Mobile
kebutuhan demand trafik per tahunnya. Jumlah WiMAX, dan nilai overbooking facors sebesar 20%.
mobile
mempengaruhi jumlah ASN/AGW yang dibutuhkan. ASN/AGW dapat meng-handle beberapa mobile WiMAX. Grafik pada
WiMAX
ini
Overall Data Rate Mobile WiMAX
gambar 4.6 menunjukkan kenaikan jumlah WiMAX
Base Station setiap tahunnya sampai lima tahun perencanaan kedepan dengan jumlah tertinggi pada
tahun ke-5 di daerah urban sebanyak 205 site WiMAX Base Station.
Rural SubUrban
4.3 Jumlah Sites Berdasarkan Coverage
ll a Da 100
Urban
4.3.1 Jumlah Sites LTE
Jumlah sites eNodeB Coverage LTE
0 Sum of Tahun 1 Sum of Tahun 2 Sum of Tahun 3
Sum of Tahun 4
Sum of Tahun 5
d e B Area
Gambar 4.5 Grafik Overall Data Rate
u ml
Urban
Mobile WiMAX 100
Sum of Tahun 4 Sum of Tahun 5 250
Jumlah Base Station Capacity Mobile WiMAX
0 Sum of Tahun 1
Sum of Tahun 2
Sum of Tahun 3
Gambar 4.7 Jumlah Site LTE Coverage
Jumlah site LTE didapatkan berdasarkan coverage yang dapat di-handle-nya. Dari hasil perhitungan diatas didapatkan jumlah eNodeB pada tahun
0 Sum of Tahun 1 Sum of Tahun 2
Sum of Tahun 3
Sum of Tahun 4
Sum of Tahun 5
pertama pada daerah Urban sebanyak 125 eNodeB,
Rural
daerah SubUrban sebanyak 50 eNodeB, dan daerah
Rural sebanyak 1 eNode B. Pada tahun berikutnya
Tahun
terlihat nilai jumlah eNode B yang dibutuhkan
Data
semakin meningkat untuk daerah Urban dan Sub
Gambar 4.6 Grafik Jumlah Site Mobile WiMAX
Urban, sementara untuk daerah Rural nilainya sama yaitu 1 eNodeB pada tahun ke-2,ke-3 dan mulai ada penambahan menjadi 2 eNodeB pada tahun ke-4 dan ke-5. Hal ini terjadi karena total jumlah subscriber yang diprediksikan pada tahun ke-2 dan ke-3 masih Urban, sementara untuk daerah Rural nilainya sama yaitu 1 eNodeB pada tahun ke-2,ke-3 dan mulai ada penambahan menjadi 2 eNodeB pada tahun ke-4 dan ke-5. Hal ini terjadi karena total jumlah subscriber yang diprediksikan pada tahun ke-2 dan ke-3 masih
pada tahun ke-3 jaringan diharapkan sudah totally on service dan coverage terpenuhi juga. Hal ini
4.3.2 Jumlah Sites Mobile WiMAX
berdasarkan experience pada jaringan 3G yang awal implementasi dimulai pada pertengahan 2006, dan
Dengan menggunakan persamaan (3.2) dan (3.3) didapatkan nilai cell radius dan jumlah Wimax Base
jaringan mulai exist pada tahun 2009. Komponen biaya pada awal implementasi
Station yang dianalisa dalam penelitian ini berdasarkan
Jumlah sites BS Coverage WiMAX
jumlah perangkat yang dibutuhkan dan juga biaya
service yang harus dikeluarkan untuk penggelaran jaringan 4G ini.
4.4.1 Skenario Penggelaran LTE
Dari hasil kebutuhan jumlah sites LTE
t a t io n
dengan metode perhitungan berdasarkan coverage
Area
Rural
analysis dan capacity analysis diketahui jumlah site
h a Ba SubUrban
Urban
terbanyak dalam periode analisis 5 tahun kedepan
ml J u
yaitu 365 node B. Jadi pada tahap awal skenario ini membutuhkan beberapa elemen yaitu :
1 MME
1 SGW/PGW
176 eNode B
Fee Spectrum License
Sum of Tahun 1 Sum of Tahun 2 Sum of Tahun 3
Sum of Tahun 4
Sum of Tahun 5
Tahun
Tabel 4.10 Jumlah Total Sites LTE Gambar 4.8 Jumlah Sites WiMAX
Data
Coverage Analysis
Jumlah site mobile WiMAX didapatkan berdasarkan coverage yang dapat di-handle-nya. Dari hasil perhitungan diatas didapatkan jumlah mobile WiMAX Base Station pada tahun pertama pada daerah Urban sebanyak 96 base station, daerah SubUrban sebanyak 38 base station, dan daerah Rural sebanyak 1 base station.
Pada tahun kedua terjadi peningkatan jumlah base station untuk area Urban menjadi 115 base station, untuk area SubUrban menjadi 46 base station, dan untuk area Rural nilainya sama yaitu sebanyak 1 base station. Peningkatan di area Urban dan SubUrban dikarenakan karena peningkatan
4.4.1.1 Komponen CAPEX LTE
jumlah subscribers yang membutuhkan tambahan base station berdasarkan perbandingan antara total
Tabel 4.11 Cost CAPEX Komponen subscribers dan jumlah user per-site nya. Sedangkan
untuk area Rural jumlah base station yang Perangkat LTE dibutuhkan masih sama dikarenakan jumlah site
yang ada masih mencukupi untuk dapat meng- handle jumlah user yang diprediksikan akan menggunakan service di area Rural tersebut.
4.4 Analisa Tekno Ekonomi
Skenario Implementasi pada tahun ke-0 akan dilakukan implementasi jaringan 4G dengan kebutuhan
perangkat untuk skenario penggelaran jaringan LTE dan juga skenario penggelaran jaringan WiMAX, target revenue yang diharapkan pada tahun ke-4 impelementasi, pada tahun ke-2 dilakukan review
4.4.2 Skenario Penggelaran Mobile WiMAX
pada tahun ke-5. Jumlah site ini mempengaruhi nilai Dari hasil kebutuhan jumlah Wimax Base
CAPEX yang diperoleh sehingga berpengaruh pada Station dengan metode perhitungan berdasarkan coverage analysis dan capacity analysis diketahui
nilai hasil Net Cash Flow yang akan mempengaruhi jumlah site terbanyak yaitu 374 Base Station, pada
nilai NPV.
tahap awal skenario ini membutuhkan beberapa elemen yaitu :
1 ASN- GW
Jumlah Sites LTE vs WiMAX
- 180 WiMAX Base Station - 800 Fee Spectrum License
Tabel 4.12 Jumlah Total Sites Mobile 700
Perkiraan Total Jumlah Sites MWiMAX
Perkiraan Total Jumlah Sites LTE
4.4.2.1 Komponen CAPEX WiMAX
Jumlah Sites
Data
Tabel 4.13 Cost Komponen Perangkat Mobile
Gambar 4.9 Grafik Perbandingan Jumlah Site
WiMAX
LTE vs WiMAX
4.4.4 Nilai CAPEX Penggelaran LTE
Dari hasil perhitungan jumlah perangkat dan list price equipment akan didapatkan perbandingan CAPEX dan OPEX untuk penggelaran jaringan LTE. Nilai CAPEX untuk penggelaran LTE pada setiap tahun perencanaannya ditunjukkan dalam table 4.18 berikut ini. Komponen core network meliputi komponen MME, SGW/PGW, dan Billing Server. Komponen sarana penunjang meliputi izin spectrum, biaya NOC, biaya eNodeB sudah meliputi biaya BTS, pre- installation, dan sewa tower per tahun.
4.4.2.2 Perbandingan Jumlah Site
Perbandingan
jumlah site
LTE dan
WiMAX secara keseluruhan ditunjukkan oleh table
4.14 , dari hasil perbandingan menunjukkan nilai jumlah site Mobile WiMAX yaitu sebanyak 374 pada tahun ke-5 dan jumlah site LTE sebanyak 365
CAPEX LTE
Prediksi OPEX
CAPEX LTE
Sarana Penunjang
eNodeB Core Network
Personnel
Other Operating Expenses IDR 150,000,000,000.00
Operation & Maintenance IDR 100,000,000,000.00
IDR
Operating Expenses Marketing
IDR 50,000,000,000.00
Interconnection & International Roaming General & Administration
IDR 0.00 Depreciation Sum of 2013
Sum of 2014
Sum of 2015
Sum of 2016
Sum of 2017
Gambar 4.10 CAPEX LTE
4.4.5 0 Nilai CAPEX Penggelaran Mobile
WiMAX Tahun
Data
Dari hasil perhitungan jumlah perangkat
Gambar 4.12 OPEX Prediction
dan list price equipment akan didapatkan perbandingan CAPEX dan OPEX untuk penggelaran jaringan Mobile WiMAX.
4.4.7 Perhitungan Parameter Ekonomi
Dalam thesis ini dilakukan scenario
CAPEX Mobile WiMAX
implementasi LTE dan WiMAX seperti yang dijelaskan pada bab 3.
NPV Comparison
IDR 300,000,000,000.00
IDR 250,000,000,000.00
CAPEX MobileWiMAX
IDR
IDR 200,000,000,000.00
WiMAX Base Station Sarana Penunjang
IDR 200,000,000,000.00
Core Network
IDR 150,000,000,000.00
IDR 100,000,000,000.00
IDR 100,000,000,000.00 Skenario IDR 50,000,000,000.00
NPV Mobile WiMAX NP NPV LTE
V IDR]
IDR 0.00
Sum of Moderat
Sum of Optimis Sum of Pesimis
IDR 0.00 Sum of 2013
Sum of 2014
Sum of 2015
Sum of 2016
Sum of 2017
Gambar 4.11 CAPEX Mobile WiMAX
-IDR 300,000,000,000.00
4.4.6 Skenario Prediksi Nilai OPEX Penggelaran
Data
jaringan LTE dan Mobile WiMAX Gambar 4.13 Grafik NPV Semua
Nilai prediksi OPEX
mengambil beberapa parameter untuk keperluan biaya operasional seperti biaya pemeliharaan dan
Dari grafik diatas terlihat nilai NPV ketika biaya marketing dan personnel.
scenario moderat dan optimis berada pada nilai positif. Sedangkan pada kondisi yang pesimis nilai NPV baik untuk LTE dan Mobile WiMAX akan bernilai negatif dan turun drastis jika dibandingkan dengan nilai NPV pada kondisi moderat dan optimis. Prediksi perhitungan nilai NPV pada ketiga kondisi ini perlu dilakukan untuk mengetahui kemungkinan nilai NPV yang didapatkan pada beberapa kondisi yang mungkin terjadi dan berdampak pada nilai NPV yang diperoleh operator baru tersebut.
Nilai IRR LTE yang diperoleh dari hasil perhitungan
Sensitivitas LTE vs WiMAX Terhadap Kurs
untuk semua skenario yaitu sebagai berikut : IRR LTE Skenario Moderat : 24% IDR 1,000,000,000,000.00
IRR LTE Skenario Optimis : 27%
IDR 800,000,000,000.00
IRR LTE Skenario Pesimis : 0% Sedangkan nilai IRR Mobile WiMAX yang IDR 600,000,000,000.00
diperoleh dari hasil perhitungan untuk semua
IDR 400,000,000,000.00
skenario yaitu sebagai berikut :
IRR WiMAX Skenario Moderat : 28% NPV WiMAX
NP
IDR 0.00
Sum of -60% Sum of -40% Sum of -20%
Sum of 0
Sum of 20% Sum of 40% Sum of 60%
IRR WiMAX Skenario Optimis : 31%
-IDR 200,000,000,000.00
IRR WiMAX Skenario Pesimis : 0%
-IDR 400,000,000,000.00
Nilai IRR untuk LTE kondisi moderat -IDR 600,000,000,000.00
Nilai Kurs
sebesar 24% dan optimis sebesar 27% berada diatas
Data
MARR 17%, sedangkan untuk Mobile WiMAX
Gambar 4.14 Grafik Sensitivitas LTE vs WiMAX
kondisi moderat sebesar 28% dan optimis sebesar 31% juga berada diatas MARR 17%. Untuk kondisi
Terhadap Kurs
pesimis didapatkan nilai IRR minus yang berada dibawah MARR 17%.
Untuk kondisi IRR > 17% penggelaran Dalam analisa sensitivitas nilai NPV LTE jaringan dapat dikatakan layak sedangkan untuk
terhadap kurs mata uang asing dollar, dilakukan kondisi IRR
analisa sensitivitas dengan asumsi nilai kurs dollar disimpulkan tidak layak untuk diimplementasikan.
yang bisa berubah-ubah setiap saat. Asumsi yang dilakukan terhadap mata kurs dollar ini mengambil
4.5 Analisa Sensitivitas
nilai yang berubah-ubah nilai nya per 1 dollar usd, nilai diambil dalam range nilai dolar terhadap rupiah
sebesar 3854.8, 5782.2, 7709.6, 9637, 11564.4, mengetahui perubahan kelayakan dan perhitungan
Analisis sensitivitas digunakan
untuk
13491.8, dan 15419.2 dalam rupiah IDR. Semakin ekonomi akibat adanya perubahan faktor-faktor
tinggi nilai kurs dollar terhadap rupiah maka akan penentu, seperti nilai kurs Rupiah terhadap Dollar,
berdampak nilai NPV LTE semakin menurun, hal ini Biaya Operasional (OPEX), CAPEX, Jumlah
implementasi pelanggan dan ARPU.
menunjukkan
bahwa kelayakan
jaringan LTE ini tidak layak jika kenaikan kurs dolar semakin meningkat karena akan berpengaruh pada
4.5.1 Sensitivitas NPV Terhadap Kondisi Makro
nilai harga perangkat yang diperlukan.
Ekonomi
Analisa sensitivitas ini digunakan untuk
4.5.2 Sensitivitas NPV Terhadap Penetrasi
mengetahui perubahan kelayakan dan perhitungan
Pelanggan
ekonomi akibat adanya perubahan kurs mata uang asing, dalam hal ini kurs dolar terhadap rupiah. Kurs
Sensitivitas NPV LTE terhadap penetrasi dolar setiap saat mengalami perubahan dan bersifat
pelanggan dihitung dari kemungkinan kenaikan dan tidak pasti, oleh karena itu diperlukan analisa
penurunan jumlah user yang menggunakan layanan sensitivitas nilai NPV terhadap perubahan kurs dolar
4G, sensitivitas ini mempengaruhi nilai ARPU per yang tidak menentu ini.
pelanggannya yang akan mempengaruhi nilai NPV. Probability jumlah pelanggan LTE yang dianalisa yaitu penurunan dan kenaikan user sebesar 60%, 40%, dan 20% .
Berdasarkan data grafik gambar 4.14 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Parameter jumlah user ini memiliki nilai sensitivity yang tinggi yang ditunjukkan oleh grafik diatas, dimana nilai NPV LTE akan bernilai berkurang jika terjadi penurunan user sampai -60%.
2. Pada saat terjadi penurunan -20%, nilai NPV LTE mengalami pergeseran kemiringan. Ini disebabkan pada saat penurunan 20 % ini, keperluan eNode B semakin sedikit dengan kebutuhan MME dan SGW yang konstan.
Sensitivitas NPV Mobile WiMAX terhadap penetrasi pelanggan dihitung dari kemungkinan
Sensitivitas LTE vs WiMAX Terhadap OPEX
kenaikan dan penurunan jumpah user yang
IDR 400,000,000,000.00
menggunakan layanan
mempengaruhi nilai ARPU per pelanggannya yang IDR 350,000,000,000.00 akan mempengaruhi nilai NPV. Probability jumlah
IDR 300,000,000,000.00
pelanggan Mobile WiMAX yang dianalisa yaitu penurunan dan kenaikan user IDR 250,000,000,000.00
sebesar 60%, 40%, dan 20%.
IDR]
Sensitivity
V IDR 200,000,000,000.00 [
NPV WiMAX
Berdasarkan data grafik gambar 4.15 dapat ditarik NPV LTE kesimpulan sebagai berikut : IDR 150,000,000,000.00
NP
1. Parameter jumlah user ini memiliki nilai
IDR 100,000,000,000.00
sensitivity yang tinggi yang ditunjukkan oleh grafik
IDR 50,000,000,000.00
diatas, dimana nilai NPV Mobile WiMAX akan bernilai berkurang jika terjadi penurunan user IDR 0.00
Sum of -60% Sum of -40% Sum of -20%
Sum of 0
Sum of 20% Sum of 40% Sum of 60%
sampai -60%.
Nilai OPEX
2. Data Pada saat terjadi penurunan -20%, nilai NPV Mobile WiMAX mengalami pergeseran
kemiringan. Ini disebabkan pada saat penurunan
Gambar 4.16 Grafik Sensitivitas LTE vs WiMAX
20% ini, keperluan mobile WiMAX Base Station
terhadap OPEX
semakin sedikit dengan kebutuhan ASN/GW yang konstan.
Parameter OPEX ini memiliki nilai sensitivity yang tidak terlalu tinggi yang ditunjukkan oleh grafik diatas, dimana nilai NPV Mobile
WiMAX dan LTE akan bernilai berkurang jika
Sensitivitas LTE vs WiMAX Terhadap Jumlah User