BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN - Evaluasi Penerapan Paket Teknologi Peternakan Ayam Broiler

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1 Budidaya Ayam Ras Pedaging

  Budidaya ayam broiler merupakan salah satu budidaya yang utama di Indonesia Karena merupakan kebutuhan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Berbagai cara dilakukan petani/peternak maupun penyuluh dalam hal peningkatan produksi daging sekaligus untuk peningkatan kesejahteraan petani/ peternak itu sendiri, maka sangat diperlukan berbagai macam usaha untuk meningkatkan produksi daging. Salah satu usaha tersebut adalah menerapkan sistem paket teknologi pada ayam broiler yaitu dengan pengelolaan ayam broiler sesuai dengan anjuran lembaga penelitian maupun penyuluh lapangan pertanian/ peternakan.

  Ayam ras pedaging atau ayam broiler merupakan jenis unggas yang arah kemampuan utamanya adalah untuk menghasilkan daging dengan kecepatan pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam waktu 5-6 minggu ayam broiler sudah memiliki bobot tubuh hingga 2 kg. Ayam ini merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki produktivitas tinggi terutama dalam memproduksi daging.

  Peternak ayam broiler harus mengusahakan agar ternaknya tetap hidup dengan memenuhi segala kebutuhan hidup ternaknya. Makanan sebagai syarat utama harus diberikan agar kebutuhan nutrisi terpenuhi. Pertumbuhan ayam

  8 tidak sesuai dengan kebutuhan nutrisinya.

  Lokasi untuk peternakan tidak berada di dalam kota atau di tepi kota. Lokasi ini harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain : 1. Lokasi yang cukup jauh dari keramaian/perumahan penduduk.

  2. Lokasi mudah terjangkau dari pusat-pusat pemasaran.

  3. Lokasi terpilih bersifat menetap, artinya tidak mudah terganggu oleh keperluan-keperluan lain selain untuk usaha peternakan.

  (Anonimous, 2010).

  Dalam suatu usaha peternakan ayam broiler secara terpadu, kemampuan peternak dalam berbisnis, pengelolaan dan pemahaman akan teknis beternak harus seimbang dan selaras. Sehingga untuk menjadikan peternak sukses, peternak harus memiliki tiga unsur yaitu teknis, produksi manajemen, dan pemasaran (Rasyaf, 2004).

  Tipe kandang ayam ras pedaging ada dua, yaitu bentuk panggung dan tanpa panggung (litter). Tipe panggung memiliki lantai kandang lebih bersih karena kotoran langsung jatuh ke tanah, tidak memerlukan alas kandang sehingga pengelolaan lebih efisien, tetapi biaya pembuatan kandang lebih besar. Tipe litter lebih banyak dipakai peternak, karena lebih mudah dibuat dan lebih murah (Anonimous, 2008).

  Keunggulan ayam broiler akan terbentuk bila didukung oleh lingkungannya karena sifat genetis saja tidak menjamin keunggulan ayam.

  Menurut Rasyaf (2004), hal-hal yang mendukung keunggulan ayam broiler adalah sebagai berikut.

  Makanan Pemberian makanan sebaiknya memperhatikan kualitas dan kuantitasnya.

  Pertumbuhan yang sangat cepat tidak akan tampak bila tidak didukung dengan ransum yang mengandung protein dan asam amino yang seimbang sesuai kebutuhan ayam.

  2. Temperatur lingkungan Ayam broiler akan tumbuh optimal pada temperatur lingkungan 19°-21°c.

  Ayam akan mengurangi beban panas dengan banyak minum dan tidak makan karena temperatur lingkungan di Indonesia yang lebih panas, apalagi di daerah pantai. Hal ini mengakibatkan sejumlah unsur nutrisi dan keperluan nutrisi utama yang berasal dari makanan menjadi tidak masuk ke dalam tubuh ayam.

  Temperatur ini secara tidak langsung berpengaruh terhadap kemampuan ayam broiler untuk bertahan hidup.

  3. Pemeliharaan Bibit yang baik membutuhkan pemeliharaan yang baik pula. Ayam memerlukan perawatan dan makanan yang baik. Perawatan ini termasuk vaksinasi yang baik dan benar. Jika vaksinasinya tidak benar maka akan timbul penyakit yang akan mengakibatkan kematian.

  4. Pemilihan DOC (Day Old Chicken) DOC adalah anak ayam umur sehari yang akan dibesarkan dan dipelihara menjadi ayam ras pedaging. Dalam memilih bibit DOC yang baik ada beberapa pedoman yang harus diperhatikan yakni: a.

  Anak ayam (DOC) berasal dari induk yang sehat.

  Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya.

  c.

  Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya.

  d.

  Anak ayam mempunyai nafsu makan yang baik.

  e.

  Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram.

  f.

  Tidak ada letakan tinja diduburnya.

5. Hama dan Penyakit

  5.1 Hama (Tungau/ Kutuan) Gejala: ayam gelisah, sering mematuk-matuk dan mengibas-ngibaskan bulu karena gatal, nafsu makan turun, pucat dan kurus.

  Pengendalian: (1) sanitasi lingkungan kandang ayam yang baik; pisahkan ayam yang sakit dengan yang sehat; (2) dengan menggunakan karbonat sevin dengan konsentrasi 0,15% yang encerkan dengan air kemudian semprotkan dengan menggunakan karbonat sevin dengan konsentrasi 0,15% yang encerkan dengan air kemudian semprotkan ketubuh pasien. Dengan fumigasi atau pengasepan menggunakan insektisida yang mudah menguap seperti Nocotine sulfat atau Black leaf 40.

  5.2 Penyakit

  5.2.1 Berak darah (Coccidiosis) Gejala: tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam menggigil kedinginan. Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungaan, menjaga litter tetap kering; (2) dengan Tetra Chloine Capsule diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dalam air minum atau sulfaqui moxaline, amprolium, cxaldayocox.

  Gejala: ayam sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, sayap terkulasi, kadang berdarah, tinja encer kehijauan yang spesifik adanya gejala “tortikolis”yaitu kepala memutar-mutar tidak menentu dan lumpuh. Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus, binatang vektor penyakit tetelo, ayam yang mati segera dibakar/dibuang; (2) pisahkan ayam yang sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa baju yang mensucihamakan/ steril serta melakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada obatnya.

  Vaksinasi adalah pemasukan bibit penyakit yang dilemahkan ke tubuh ayam untuk menimbulkan kekebalan alami. Vaksinasi yang paling penting dilakukan adalah vaksinasi ND/tetelo. Vaksinasi ini terbagi 2 yakni vaksin ND strain B1 dan vaksin ND Lasotta. Vaksin ND strain B1 dilaksanakan pada umur 4 hari dengan metode tetes mata dan vaksin ND Lasotta dilaksanakan pada umur 21 hari melalui suntikan atau air minum (Anonimous, 2008).

2.1.2 Penerapan Teknologi Ayam Broiler

  Untuk meningkatkan produksi daging dalam rangka pencapaian swasembada daging, diperlukan upaya terobosan rekayasa teknologi, sosial, ekonomi dan kelembagaan yang dapat diterapkan dalam waktu segera. Salah satunya adalah peningkatan produktivitas melalui pendekatan Pengelolaan penerapan ayam broiler. Beberapa komponen teknologi budidaya ayam broiler dengan pendekatan teknis paket teknologinya adalah:

  • - Penyiapan Sarana dan Peralatan 1) Perkandangan

  Sistem perkandangan yang ideal untuk usaha ternak ayam ras meliputi: persyaratan temperatur berkisar antara 32,2-35 derajat C, kelembaban berkisar antara 60-70%, penerangan/pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang, model kandang disesuaikan dengan umur ayam, untuk anakan sampai umur 2 minggu atau 1 bulan memakai kandang box, untuk ayam remaja ± 1 bulan sampai 2 atau 3 bulan memakai kandang box yang dibesarkan dan untuk ayam dewasa bisa dengan kandang postal ataupun kandang bateray. Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang penting kuat, bersih dan tahan lama

2) Peralatan

  • - Litter (alas lantai)

  Alas lantai/litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap yang bocor dan air hujan tidak ada yang masuk walau angin kencang. Tebal litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai campuran dari kulit padi/sekam dengan sedikit kapur dan pasir secukupnya, atau hasil serutan kayu dengan panjang antara 3–5 cm untuk pengganti kulit padi/sekam.

  • - Indukan atau brooder

  Alat ini berbentuk bundar atau persegi empat dengan areal jangkauan 1-3 m dengan alat pemanas di tengah. Fungsinya seperti induk ayam yang menghangatkan anak ayamnya ketika baru menetas

  • - Tempat bertengger (bila perlu)

  Tempat bertengger untuk tempat istirahat/tidur, dibuat dekat dinding dan diusahakan kotoran jatuh ke lantai yang mudah dibersihkan dari luar. Dibuat tertutup agar terhindar dari angin dan letaknya lebih rendah dari tempat bertelur.

  • - Tempat makan, minum dan tempat grit

  Tempat makan dan minum harus tersedia cukup, bahannya dari bambu, almunium atau apa saja yang kuat dan tidak bocor juga tidak berkarat. Untuk tempat grit dengan kotak khusus.

  • - Alat-alat rutin

  Alat-alat rutin termasuk alat kesehatan ayam seperti: suntikan, gunting operasi, pisau potong operasi kecil, dan lain-lain.

  • - Pembibitan

  Ternak yang dipelihara haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut:

  • ternak sehat dan tidak cacat pada fisiknya
  • pertumbuhan dan perkembangannya normal - ternak berasal dari pembibitan yang dikenal keunggulannya.
  • tidak ada lekatan tinja di duburnya

1) Pemilihan Bibit dan Calon Induk

  Ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit/DOC (Day Old Chicken)/ayam umur sehari: - Anak ayam (DOC ) berasal dari induk yang sehat.

  • Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya
  • Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya

  • Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram
  • Tidak ada letakan tinja diduburnya

2) Perawatan Bibit dan Calon Induk

  Dilakukan setiap saat, bila ada gejala kelainan pada ternak supaya segera diberi perhatian secara khusus dan diberikan pengobatan sesuai petunjuk Dinas Peternakan setempat atau dokter hewan yang bertugas di daerah yang bersangkutan.

  • 1) Pemberian Pakan dan Minuman

  Pemeliharaan

  Untuk pemberian pakan ayam ras broiler ada 2 (dua) fase yaitu fase starter (umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu).

  a. Kualitas dan kuantitas pakan fase starter adalah sebagai berikut: Kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 22-24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%, Kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9%, ME 2800- 3500 Kcal. Kuantitas pakan terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat) golongan yaitu minggu pertama (umur 1-7 hari) 17 gram/hari/ekor, minggu kedua (umur 8-14 hari) 43 gram/hari/ekor, minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66 gram/hari/ekor dan minggu ke-4 (umur 22-29 hari) 91 gram/hari/ekor. Jadi jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur 4 minggu sebesar 1.520 gram.

  Kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 18,1-21,2%; lemak 2,5%, serat kasar 4,5%, kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9% dan energi (ME) 2900-3400 Kcal. Kuantitas pakan terbagi/digolongkan dalam empat golongan umur yaitu: minggu ke-5 (umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor, minggu ke-6 (umut 37- 43 hari) 129 gram/hari/ekor, minggu ke-7 (umur 44-50 hari) 146 gram/hari/ekor dan minggu ke-8 (umur 51-57 hari) 161 gram/hari/ekor. Jadi total jumlah pakan per ekor pada umur 30-57 hari adalah 3.829 gram.

  Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam yang dikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu: a. Fase starter (umur 1-29 hari), kebutuhan air minum terbagi lagi pada masing- masing minggu, yaitu minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8 lliter/hari/100 ekor; minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor, minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekor. Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai umur 4 minggu adalah sebanyak 122,6 liter/100 ekor. Pemberian air minum pada hari pertama hendaknya diberi tambahan gula dan obat anti stress kedalam air minumnya. Banyaknya gula yang diberikan adalah 50 gram/liter air.

  b. Fase finisher (umur 30-57 hari), terkelompok dalam masing-masing minggu yaitu minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 liter/hari/100 ekor, minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor, minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor hari sebanyak 333,4 liter/hari/ekor.

  2) Pemeliharaan Kandang

  Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari poultry shoup.

  Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka bangunan kandang perlu dipelihara secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan dan dijaga/dicek apabila ada bagian yang rusak supaya segera disulam/diperbaiki kembali. Dengan demikian daya guna kandang bisa maksimal tanpa mengurangi persyaratan kandang bagi ternak yang dipelihara (Anonimous, 2008).

  2. Penerapan Komponen Teknologi Pilihan Pembuatan Bahan Organik 1) Pupuk Kompos Bahan-bahan : Jerami, dedak, dedaunan dan bahan organik lainnya.

  Cara Membuat : Bahan Organik disusun berlapis-lapis. Lapisan berturut-turut dari bawah adalah: jerami, kotortan hewan, dedaunan dan dedak. Setiap lapisan disiram dengan MOL. Ketebalan masing-masing lapisan 10 s/d 15 Cm. Tumpukan Bahan Organik ini ditutup dengan plastik. Pengadukan dilakukan setiap 10 hari. Untuk mempercepat pengomposan ditambahkan starter. Ciri-ciri kompos yang sudah jadi yakni apabila dikepal tidak panas dan remah.

  Manfaat: Untuk pakan ternak ayam, itik, babi. Dapat menekan biaya pakan ternak lebih dari 30%.

  Syarat : Kotoran ayam, kambing, sapi dalam keadaan kering.

  • - Formula A:

  Bahan:

  1. Kotoran ayam, 2 bagian

  2. Kotoran kambing, 1 bagian

  3. EM4 (10 ml)

  4. Dedak secukupnya Gula pasir 2 sendok makan atau molases/ tetes tebu 10 ml

  5. Air secukupnya

  6. Kadar air 30% 7. Tanah subur yang bersih 1 genggam.

  • Formula B:

  Bahan : 10 bagian sebagaimana Formula A ditambah dengan dedak 5 bagain, konsentrat 2 bagian dan jagung 2 bagian.

  Cara Pembuatan : Formula A dan Formula B dicampur menjadi satu kemudian dapat langsung digunakan sebagai pakan ternak.

  Cara Penggunaan Bokashi Pakan Ternak dan Pakan Ternak Tambahan: 1.

  Untuk ayam petelur diberikan setelah ayam berumur 3 bulan 2. Pemberian larutan EM4 dapat dilakukan setiap hari pada air minum ternak dengan konsentrasi 0,5 s/d 1 ml setiap 1 liter air minum ternak

  (Rasyaf, 1995).

  DOC mulai dipelihara di kandang. Produksi DOC setelah berumur tujuh hari kemudian disebut satu minggu produksi. Apabila minggu produksi itu berlangsung hingga kurun waktu 5 atau 6 kali minggu produksi atau kurang lebih 35 hingga 42 hari maka masa tersebut dinamakan masa produksi. Pada masa ini ayam sudah siap dijual karena ayam sudah mencapai bobot tubuh yang ideal untuk dipanen. Kegiatan ini akan dilanjutkan dengan masa produksi yang baru.

  Antara satu masa produksi dengan satu masa produksi berikutnya dilakukan pengosongan kandang selama dua minggu. Pengosongan ini bertujuan untuk memutuskan siklus penyakit produksi sebelumnya ke masa produksi berikutnya (Rasyaf, 1995).

  Kandang ditutupi plastik untuk menjaga kehangatan sehingga energi yang diperoleh dari pakan seluruhnya untuk pertumbuhan. Kepadatan kandang yang ideal untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah 8-10 ekor/m2. Suhu kandang akan cepat meningkat terutama pada siang hari jika kepadatan kandang melebihi angka tersebut. Hal ini akan berdampak pada konsumsi pakan ternak yang menurun karena ayam semakin banyak minum, kemudian ayam menjadi stress sehingga pertumbuhannya terhambat dan mudah terserang penyakit (Anonimous, 2008).

  Peternakan unggas tidak memerlukan tenaga kerja yang terlalu banyak. Hal ini disebabkan oleh sifat kerja di peternakan unggas ini yang periodik dengan frekuensi yang tetap dan monoton. Satu orang tenaga kerja mampu menangani ayam pedaging secara manual sebanyak 1500-2000 ekor bahkan untuk tenaga

  3000 ekor (Rasyaf, 1995).

  Menurut Yunus (2009) persoalan biaya merupakan aspek yang paling penting dalam suatu perencanaan produksi untuk dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan tentang biaya yang akan dikeluarkan. Berbagai biaya variabel dalam penelitian ini adalah: biaya bibit ayam (DOC), pakan, vaksin, obat dan vitamin, tenaga kerja, listrik, dan bahan bakar. Biaya pakan merupakan biaya terbesar dari total biaya usaha. Biaya ini mencapai hingga 70% dari total biaya.

  Yang termasuk biaya tetap adalah pajak serta penyusutan kandang dan peralatan. Biaya tetap ini memiliki persentase yang kecil dari total biaya produksi.

2.2 Landasan teori

2.2.1 Evaluasi

  Evaluasi adalah proses sistematis untuk memperoleh informasi yang relevan tentang sejauh mana tujuan program penyuluhan di suatu wilayah dapat dicapai sehingga dapat ditarik kesimpulan dan digunakan untuk mengambil keputusan. Evaluasi merupakan proses penilaian. Penilaian ini bisa menjadi netral, positif atau negatif atau merupakan gabungan dari keduanya. Saat sesuatu dievaluasi biasanya orang yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai atau manfaatnya (Alwi, 2001).

  Cakupan kegiatan evaluasi yaitu antara lain; (1) pengamatan dan pengumpulan serta analisa data atau fakta tentang keadan, peristiwa, gejala alam atau sesuatu objek, (2) penggunaan pedoman evaluasi, (3) pengukuran dan dimiliki, (4) pengambilan keputusan.

  Jenis-Jenis evaluasi antara lain; (1) evaluasi awal (Pre Evaluation) dimaksudkan sebagai alat analisis guna memperbaiki rencana kegiatan. (2) evaluasi proses atau pelaksanaan (On Going Evaluation) dilaksanakan pada saat kegiatan dilaksanakan. (3) evaluasi akhir (Post Evaluation) digunakan untuk mengetahui pencapaian hasil secara keseluruhan sesuai yang direncanakan hubungannnya dengan efisiensi dan efektivitas. (4) evaluasi dampak (Expost

  

Evaluation ) dilakukan setelah kegiatan penyuluhan dilaksanakan dengan cara

analisis yang mendalam sehingga diperoleh umpan balik.

  Adapun prinsip–prinsip evaluasi adalah evaluasi harus berdasarkan fakta, evaluasi merupakan bagian integral dari proses kegiatan evaluasi dilakukan dalam hubungannya dengan tujuan dari program, menggunakan alat ukur yang berbeda untuk tujuan yang berbeda, evaluasi dilakukan terhadap metode penyuluhan yang digunakan, dilakukan terhadap hasil-hasil kuantitatif maupun kualitatif dan evaluasi harus dijiwai oleh prinsip mencari kebenaran (Tayibnapis, 2008).

2.2.2 Penyuluhan Pertanian

  Pengajaran dibidang penyuluhan merupakan suatu proses yang dirancang untuk membantu petani di dalam mengembangkan dirinya agar dapat atau mampu mencapai tujuan yang diinginkanya. Dengan demikian hal ini yang sangat penting pada waktu menyelenggarakan kegiatan penyuluhan adalah menumbuh semua belajar yang menyenangkan dan menumbuhkan pengalaman yang baru, berupa keterampilan yang baru, pengetahuan baru serta sikap positif yang perlu untuk tangganya (Suhardiyono, 1992).

  Kegiatan penyuluhan merupakan salah satu cara untuk mengkomunikasikan berbagai informasi dan teknologi baru kepada masyarakat dalam segala bidang, khususnya bidang pertanian. Penyuluhan pertanian merupakan ujung tombak dalam pembangunan pertanian, karena melalui kegiatan penyuluhan, segala informasi dan penemuan baru disampaikan kepada petani. Bukan hanya sekedar menyampaikan, seorang penyuluh juga harus mampu mengubah cara berfikir, cara kerja dan cara hidup petani yang sifatnya tertutup menjadi lebih terbuka dan akhirnya mau mengadopsi untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari (Soekartawi, 1994).

  Penyuluhan peternakan merupakan pendidikan non formal bagi petani beserta keluarganya agar mereka mau dan mampu untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Sebagai pendidikan non formal, pendidikan bagi masyarakat pedesaan karena terbatasnya pendidikan formal yang ada pada waktu yang sama dapat meningkatkan produktifitas serta kualitas usahatani dalam meningkatkan standart hidup mereka (Suhardiyono, 1992).

2.2.3 Tingkat adopsi petani/ peternak terhadap paket Teknologi

  Proses Adopsi merupakan perubahan kelakuan yang terjadi dalam diri petani malalui penyuluhan biasanya berjalan lambat. Hal ini disebabkan karena dalam penyuluhan hal hal yang disampaikan sebelum dapat diterima dan diaopsi, memerlukan keyakinan dalam diri petani bahwa hal hal baru ini akan berguna.

  Bila dalam diri petani telah timbul keyakinan akan manfaat dari teknologi baru sehingga petani mau melaksanakannya (Suhardiyono, 1992). kompleks dan dinamis. Hal ini disebabkan karena proses adopsi inovasi sebenarnya adalah menyangkut proses pengambilan keputusan, dimana dalam proses ini banyak faktor yang mempengaruhinya. Adopsi inovasi merupakan proses berdasarkan dimensi waktu. Dalam penyuluhan pertanian, banyak kenyataan petani biasanya tidak menerima begitu saja, tetapi untuk sampai tahapan mereka mau menerima ide ide tersebut diperlukan waktu yang relatif lama.

  Perubahan perilaku yang diusahakan melalui penyuluhan pertanian pada diri petani pada umumnya berjalan dengan lambat, hal ini disebabkan tingkat pengetahuan yang rendah dan penyuluhan hal hal yang disampaikan hanya akan diterima dan dipraktekan (diterapkan, diadopsi) setelah para petani mendapat gambaran nyata atau keyakinan bahwa hal hal baru yang diterima penyuluhan akan berguna, memberikan keuntungan, peningkatan hasil bila dipraktekan atau tidak menimbulkan kerugian terhadap apa yang sedang dilakukan. Petani yang mengikuti penyuluhan harus mendapat keyakinan terlebih dahulu akan manfaat dari teknologi atau hal hal yang baru. Selanjutnya mereka selain akan aktif mengikuti penyuluhan penyuluhan berikutnya juga mangajak petani sesama lainya, sehingga adopsi (penerapan) teknologi atau hal hal baru akan meluas dan berkembang (Kartasapoetra, 1993).

  Tingkat adopsi dipengaruhi oleh petani/peternak tentang ciri ciri inovasi dan perubahan yang di kehendaki oleh inovasi di dalam pengelolaan pertanian dari keluarga petani. Inovasi biasanya diadopsi dengan cepat karena : 1.

  Memilki keuntungan relatif tinggi bagi petani/peternak.

  Kompatibilitas/ keselarasan dengan nilai, pengalaman dan kebutuhan 3. Tidak rumit 4. Dapat dicoba 5. Dapat diamati

  Pada dasarnya proses adopsi pasti melalui tahap–tahapan sebelum masyarakat mau menerima dan menerapkan dengan keyakinanya sendiri, meskipun selang waktu antar tahapan satu dengan yang lainya itu tidak selalu sama. Tahap-tahap proses adopsi sebagai berikut :

  1. Minat, yaitu tumbunya mianat yang sering kali ditandai oleh keinginanya untuk bertanya atau untuk mengetahui lebih banyak/jauh tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan inovasi yang ditawarkan oleh penyuluh.

  2. Penilaian (Evaluation), yaitu penilaian terhadap baik / buruk atau manfaat inovasi yang telah diketahui informasinya secara lebih lengkap. Pada penilaian ini, masyarakat sasarannya tidak hanya melakukan penilaian terhadap aspek teknisnya saja tetapi juga aspek ekonomi, maupun aspek – aspek sosial budayanya.

3. Mencoba (trial), mencoba dalam skala kecil untuk lebih meyakinkan penilaiannya, sebelum menerapkan untuk skala yang lebih luas lagi.

  4. Adopsi (adoption), yaitu menerima atau menerapkan dengan penuh keyakinanya berdasarkan penilaian dan uji coba yang telah dilakukan/diamatinya sendiri (Mardikanto, 2009).

  Dalam mencapai peningkatan produksi teknologi memang diperlukan dan para petani/peternak perlu mengadopsi teknologi baru. Petani harus berubah dari Perubahan mengatakan ala biasa karena biasa, ini betul tetapi apakah petani itu cukup hanya mengetahui saja tanpa sekaligus mengerti dan menghayati segala apa yang dilakukanya (Slamet, 2003).

  Rasyaf (2004) menjelaskan bahwa dalam suatu usaha peternakan ayam broiler secara terpadu, kemampuan peternak dalam berbisnis, pengelolaan dan pemahaman akan teknis beternak harus seimbang dan selaras. Sehingga untuk menjadikan peternak sukses, peternak harus memiliki tiga unsur yaitu teknis produksi, manajemen, dan pemasaran.

2.3 Kerangka Pemikiran

  Penyuluhan peternakan dilaksanakan untuk menambah wawasan para peternak dalam usahanya memperoleh hasil-hasil yang dapat memenuhi keinginan mereka. Jadi penyuluhan pertanian/peternakan tujuannya adalah perubahan, keterampilan dan pengetahuan sehingga mereka dapat memperbaiki cara beternaknya, lebih beruntung usaha ternaknya dan lebih layak hidupnya, atau yang sering dikatakan keluarga tani/ternak maju. Bila keluarga tani/ternak itu maju, maka kaum taninya juga akan dinamis, yaitu penuh responsif terhadap hal- hal yang baru.

  Paket teknologi merupakan suatu usaha untuk meningkatkan hasil ternak dan efisiensi masukan produksi dengan memperhatikan penggunaan sumber daya alam secara bijak. Komponen teknologi yang dapat di terapkan dalam pengembangan penerapan paket teknologi ayam broiler diantaranya yaitu :

  1. Paket komponen teknologi dasar: penyiapan sarana dan peralatan, pembibitan, pemeliharaan.

  Untuk mengetahui bagaimana perkembangan sistem paket teknologi ayam broiler ini maka perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi yang dimaksud dalam penelitian adalah melihat apakah tingkat penerapan paket teknologi ayam broiler tinggi, sedang atau rendah serta melakukan pengamatan kepada peternak apakah semua paket teknologi ayam broiler yang diterapkan peternak sepenuhnya. Untuk mengetahui Upaya-upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi peternak dalam melaksanakan penerapan paket teknologi ayam broiler di daerah penelitian. Dengan demikian, kegiatan ini merupakan proses untuk memperbaiki dan memyempurnakan efektifitas yang sedang berjalan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian secara ilmiah. Berdasarkan penjelasan maka dapat dilihat dalam skema kerangka pemikiran.

  • Penyiapan sarana dan peralatan
  • Pembibitan - Pemeliharaan 2.
  • Pembuatan bahan organik

  Keterangan Gambar :

  : Menyatakan Hubungan Penyuluh

  Peternak Ayam Broiler

  Paket Teknologi Ayam Broiler 1.

  Paket komponen teknologi dasar:

  Penerapan komponen pilihan:

  Penerapan Paket Teknologi Ayam Broiler

  Tinggi Sedang

  Rendah