BAB I PENDAHULUAN - Sejarah Dan Peranan Becak Di Pematangsiantar 1960-2006

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Perkembangan kota tidak terlepas dari mobilitas barang dan orang.

  Pergerakan ini bertujuan untuk memenuhi segala kebutuhan manusia. Untuk menunjang segala aktifitas ekonomi tersebut maka dibutuhkanlah sarana yang dapat memudahkannya. Terjadinya aktivitas pergerakan dengan ditunjukannya peningkatan mobilitas pergerakan manusia dan barang di perkotaan adalah sebagai konsekuensi

  

  dari meningkatnya perekonomian kotaBerangkat dari hal tersebut maka timbulah transportasi yang merupakan sarana proses perpindahan barang dan orang.

  Transportasi juga dapat diartikan suatu jasa yang diberikan, guna menolong orang

   dan barang untuk dibawa dari suatu tempat ke tempat yang lain.

  Kota yang merupakan pusat perekonomian tentunya memerlukan jenis transportasi untuk memindahakan barang atau orang yang bertujuan untuk menunjang proses ekonomi yaitu produksi, distribusi dan konsumsi yang berada dalam wilayah kota. Keberadaan jenis transportasi kota bisa berupa bus, taxi, kereta api, ojek, bajai ataupun becak. Jenis transportasi kota biasanya disesuaikan dengan keadaan geografis kota. Pematangsiantar sebagai kota pada perkembangannya juga memiliki jenis transportasi antara lain, bus penumpang atau biasa yang disebut Mopen (mobil penumpang), sado (yang kemudian telah hilang) dan juga becak. Tetapi dari jenis transportasi itu yang menurut penulis menarik adalah becak. Sebagai alat transportasi 1 Djoko Setijowarno dan russ bona frazila , Pengantar Rekayasa Dasar Transportasi,

  Bandung: Jurusan Teknik sipil Universitas Katolik Soegijapranata, 2003, hlm. 10 2 Rustian Kamaludin, Ekonomi Transportasi , Jakarta : Ghalia Indonesia , 2003, hlm. 13

  becak yang digunakan di Kota Pematangsiantar memiliki keunikan tersendiri dari becak-becak yang beroperasi di kota-kota lain di Indonesia. Keunikan itu bukan hanya dari bentuk kabin penumpangnya yang khas, tapi juga penggunaan jenis motor

3 BSA (Birmmingham Small Arm) yang tergolong tua dan antik sebagai penariknya.

  Pada perkembangan selanjutnya tanpa disadari dan terencana ternyata Becak Siantar telah menjadi salah satu ikon Kota Pematangsiantar. Ini dapat dilihat dengan penggunaan becak Siantar sebagai sarana angkutan arak-arakan keliling kota bagi para pejabat pemerintah ataupun publik figure yang datang ke Kota Pematangsiantar dan tidak jarang becak ini digunakan sebagai sarana kampanye partai politik. Itu semua menunjukan selain sebagai alat transportasi ternyata becak Siantar juga menjadi kebanggan bagi warga Kota Pematangsiantar. Kebanggan itu dapat dilihat dari anekdot yang berkembang di masyarakat dimana singkatan BSA yang memiliki kepanjangan Birmmingham Small Arm diplesetkan menjadi Becak Siantar Asli.

  Pada tahun 1960 becak mulai beroperasi dan merupakan sarana transportasi yang banyak dimintai masyarakat. Hal ini dikarenakan pada saat itu sarana transportasi yang ada di Kota Pematangsiantar masih tergolong minim. Angkutan umum yang beroperasi sebelum munculnya becak Siantar adalah bus GOK (Gabungan Oplet Kota), Siantar Bus, dan juga sado namun dari jumlah dan trayek

  

  yang dilalui masih sangat terbatas. Menurut Kartiman munculnya becak di Kota

  3 Merupakan pabrik manufaktur peralatan perang di Inggris yang berproduksi dari tahun 1883-1983 4 Wawancara dengan Bapak Kartiman , pada 23 maret 2012, di Pematang Siantar .

   Pematangsiantar tidak terlepas dari ide Pahala Siahaan yang kemudian diikuti

  beberapa orang yang sebagian merupakan veteran yang mencoba mencari solusi minimnya transportasi yang ada di Kota Pematangsiantar. Pada awalnya sekitar tahun 1958 mereka mencoba membawa becak mesin yang beroperasi di kota Medan untuk bisa dioperasikan di Pematangsiantar. Namun ternyata becak mesin ini tidak sesuai dengan kondisi topografi Kota Pematangsiantar yang naik turun. Dikarenakan berkapasitas mesin 50 cc yang tergolong rendah uji coba ini pun kandas. Melihat hal itu Pahala dan kawan-kawan mencoba jenis motor yang kapasitas mesinnya cukup besar yaitu motor–motor produksi Eropa yang berkapasitas mesin antara 350-500 cc seperti Triump, Ariel, Norton, AJS (Albert Jhon Stevens) dan BSA yang banyak terdapat disekitar Kota Pematang Siantar. Menurut informasi yang didapat penulis di lapangan sebagian motor-motor ini merupakan peninggalan para administratur- administratur perkebunan asing di sekitar Kota Pematang Siantar. Ketika terjadi nasionalisasi mereka kembali ke negaranya masing-masing dan motor-motor ini diberikan ke warga pribumi yang menjadi bawahan para administratur tersebut.

  Namun ada juga sebagian motor-motor ini masuk ketika bersamaan agresi militer Belanda I dan II dan ketika tentara Belanda kembali ke negerinya motor-motor ini tidak ikut dibawa.

5 Salah satu tokoh pelopor yang memulai pengoperasian becak Siantar dan merupakan mantan pejuang perang meninggal tahun 1986.

  Uji coba becak ini berlangsung sampai tahun 1959 namun dari hasil uji coba ternyata BSA lah yang paling sesuai dikarenakan dari segi mesin yang mudah dirawat dan kapasitas yang besar yaitu 350-500 cc selain itu dibandingkan motor produksi Eropa lainnya BSA ternyata lebih hemat bahan bakar. Maka pada tahun 1960 becak beroperasi di Kota Pematang Siantar dengan motor BSA sebagai penariknya. Masih menurut Kartiman becak ini kian berkembang dimana pada tahun 1965 diperkirakan jumlah becak yang beroperasi kian meningkat sekitar 100 unit. Para penarik becak kemudian membuat organisasi penarik becak yang bernama Persatuan Betjak Motor Siantar ( PBMS ). Pada perkembangan selanjutnya jumlah becak kian meningkat dimana pada tahun 1990 diperkirakan jumlah becak yang beroperasi di Kota Pematangsiantar mencapai lebih kurang 2000 unit. Pada tahun inilah masa keemasan becak di Pematangsiantar sebagai sarana transportasi. Bukan hanya karena peningkatan jumlahnya yang meningkat drastis tetapi juga dikarenakan keunikannya yang menggunaan motor BSA sebagai penariknya. Jika pada tahun 1973 pabrik Brimingham Small Arms di Inggris tutup namun di Pematang Siantar jenis motor ini tetap bisa bertahan dan menjadi sarana transportasi yang diminati penduduk. Tidak hanya berfungsi sebagai sarana transportasi di Kota Pematangsiantar, dikarenakan keunikannya transportasi ini pun menjadi salah satu ikon kota yang sering di sebut orang dengan Becak Siantar. Namun pada tahun 2006 keberdaan Becak Siantar mulai berkurang hal ini ditunjukan dengan jumlahnya yang mulai berkurang menjadi sekitar 500 unit.

  Melihat hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Becak Siantar sebagai obyek penelitian sejarah ilmiah. Penelitian ini nantinya akan penulis fokuskan pada sejarah masuk dan berkembangnya becak di Kota Pematangsiantar.

  Atas dasar pemikiran diatas maka penulisan ini diberi judul SEJARAH

  

DAN PERANAN BECAK DI PEMATANGSIANTAR (1960-2006). Alasan

  Pembatasan periodesasi penelitian dari tahun 1960-2006. Dikarenakan tahun 1960 adalah tahun mulai beroperasinya becak Siantar sebagai alat transportasi dan tahun 2006 munculnya wacana peremajaan becak Siantar dari DPRD Kota Pematangsiantar, juga adanya perlawan para penarik becak Siantar terhadap wacana tersebut. Selain itu pada tahun ini penurunan jumlah unit becak siantar yang pada tahun 1990 mencapai lebih kurang 2000 unit namun di tahun 2006 hanya bersisa lebih sekitar 500 unit.

1.2 Rumusan Masalah

  Keobyektifan suatu penelitian tidak terlepas dari pemilihan topik tertentu sebagai landasan pembahasan. Pemilihan topik tersebut harus dibatasi dan dikonsep dalam rumusan masalah yang nantinya menjadi alur dalam penulisan. Adapun rumusan masalah dalam “Sejarah dan Peranan Becak Di Pematangsiantar ( 1960-

   2006 adalah sebagai berikut : ).

  1. Bagaimana sejarah becak sebagai alat transportasi di Kota Pematang Siantar ?

  2. Bagaimana perkembangan dan peranan becak Siantar tersebut?

  1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

  Setelah merumuskan masalah yang menjadi landasan pembahasan oleh penulis. Maka selanjutnya yang harus dilakukan adalah menentukan tujuan dan manfaat dari penulisan. Adapun tujuan dari penulisan adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui sejarah becak sebagai alat transportasi di Kota Pematangsiantar.

  2. Menjelaskan perkembangan becak Siantar dan peranannya terhadap kehidupan masyarakat Pematangsiantar.

  Adapun manfaat dari penulisan ini adalah : 1.

  Diharapkan penulisan ini dapat menambah pembendarahan khazanah sejarah khususnya sejarah lokal kota Pematangsiantar.

  2. Bagi masyarakat Kota Pematangsiantar dengan adanya penulisan ini diharapkan bisa lebih mengetahui sejarah becak Siantar yang merupakan kebanggan bersama.

  1.4 Tinjauan Pustaka

  Sebuah penelitian ilmiah tentu tidak terlepas dari tinjauan pustaka yang berguna sebagai informasi dalam menentukan sumber-sumber yang relevan dengan obyek penelitian. Sumber-sumber ini bisa berupa karya ilmiah, buku-buku, ataupun dokumen-dokumen terkait. Seperti buku yang berjudul Pengantar Rekayasa Dasar

  

Transportasi karya Djoko Setijowarno dan Russ Bona Frazila. Buku ini merupakan

  kajian bidang transportasi. Buku ini banyak memberikan penjelasan tentang transportasi mulai dari evolusi transportasi, sistem transportasi, jaringan transportasi, perkembangan transportasi, peran dan manfaat transportasi yang tentunya membantu penulis untuk memahami kajian transportasi terutama transportasi perkotaan.

  Rustian Kamaluddin dalam bukunya yang berjudul Ekonomi Transportasi,

  

Karakteristik, Teori dan Kebijakan buku ini banyak memberikan penjelasan

bagaimana peranan dan pentingnya transportasi terhadap kegiatan perekonomian.

  Buku ini juga menjelaskan bagaimana klasifikasi transportasi jalan raya serta keunggulan dan kemampuannya dalam memberikan pelayanan terhadap mobilitas masyarakat teutama jasa dari pintu ke pintu.

  Koentjaraningrat dengan bukunya berjudul Pengantar Ilmu Antropologi banyak menjelaskan manusia dan kebudayaan. Dalam buku ini juga menjelaskan konsep bagaimana sebuah penemuan dihasilkan demi memenuhi kebutuhan manusia. Dimana sebuah penemuan berasal dua tahap yaitu discovery dan invention. Yang nantinya dapat membantu penulis untuk memahami bagaimana Becak Siantar yang merupakan penemuan sebagian masyarakat menjadi berarti karena masyarakat sudah mengakui, menerima , dan menerapkannya.

  Boy Iskandar Warongan dengan skripsi S-1nya yang berjudul Tinjauan Sosial Ekonomi Penarik Becak BSA di Kota Pematangsiantar.

  Skripsi ini menceritakan bagaimana kehidupan para penarik becak di Kota Pematang Siantar khususnya masalah pendapatan dan kesejahteraan para penarik becak. Skripsi ini sangat membantu penulis dalam mengetahui informasi mengenai becak di Kota Pematangsiantar. Selain itu skripsi ini juga membantu penulis dalam mencari sumber- Tentunya untuk menghindari adanya kesamaan tema dalam sumber yang dibutuhkan.

mengkaji tentang becak Siantar penulis disini akan mencoba menjelaskan munculnya

  becak di kota Pematangsiantar melalui sudut padang sejarah yang lebih menekankan pada kronologis waktu. Serta peranan becak sebagai sarana transportasi terhadap kehidupan masyarakat Kota Pematang Siantar dari tahun 1960 - 2006 yang nantinya diharapakan hasil penelitian akan berbeda dengan skripsi tersebut.

1.5 Metode Penelitian

  Dalam setiap penelitian ilmiah memiliki metodologi, demikian juga dengan penelitian sejarah. Dimana metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa

  

  secara kritis rekaman peninggalan masa lampau. Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian sejarah sebagai berikut:

  1. Heuristik, yaitu tahap awal untuk mencari data-data melalui berbagai sumber dan relevan dengan penelitian yang dilakukan. Dalam tahap heuristik ini penulis dalam mendapatkan data-data melalui dua cara, yaitu studi lapangan (field research) dan studi kepustakaan ( library research ). Pada studi lapangan (field research) Penulis lebih menekankan pada metode wawancara. Hal ini dapat dikarenakan masih terdapatnya beberapa informan yang menjadi pelaku sejarah antara lain Bapak Kartiman (70tahun) yang merupakan tokoh yang banyak mengetahui sejarah masuknya becak Siantar juga ada Bapak Rohim (70 tahun) yang dapat digali informasinya tentang keberadaan becak Siantar terutama masalah perbaikan dan 6 Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, diterjemahkan oleh Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press, 1985, hlm. 32. modifikasi karena beliau termasuk yang mempunyai salah satu bengkel becak pertama yang mampu bertahan hingga sekarang. Kemudian Bapak Suyadi (54 tahun) yang dapat dijadikan informan karena beliau merupakan salah satu pelaku sejarah yang mendatangkan motor BSA dari pulau Jawa terutama ditahun 1980-an.

  Untuk memperoleh informasi tentang Pahala Siahaan Penulis juga melakukan wawancara dengan Istri almarhum Pahala yaitu Ibu Melince Boru Tambunan (77 tahun). Pada studi kepustakaan (library research) terdapat beberapa sumber yang dijadikan sumber oleh Penulis antara lain berupa foto-foto yang berkaitan, AD/ART, kliping koran, serta dokumentasi-dokumentasi yang disimpan secara pribadi oleh informan baik Bapak Kartiman juga Bapak Suyadi. Selain itu untuk dapat diketahui data jumlah becak Siantar Penulis mencari melalui lembaga Pemerintah yang terkait yaitu Dinas Perhubungan dan Dinas Pariwisata Kota Pematangsiantar serta Kantor Statistik Pematangsiantar. Untuk sejumlah buku berisi informasi yang terkait dengan peneletian Penulis juga mendapatkan di Perpustakaan USU, ataupun di Perpustakaan Daerah Sintong Binge di Pematang Siantar. Selain itu untuk menambah informasi pendukung penulis juga melakukan pecarian di website tertentu yang terdapat di internet.

  2. Kritik Sumber, dimana setelah tahap heuristik maka sumber-sumber yang ada akan dilakukan kritik untuk mencari kebenaran dari sumber–sumber yang didapat.

  Dalam tahap ini sumber-sumber yang telah terkumpul melalui proses kritik internal, informasi yang didapat baik dari wawancara ataupun dari sumber-sumber tertulis akan dilihat kebenaran isinya. Kemudian sumber primer dan sekunder tersebut masuk ke proses selanjutnya yaitu kritik eksternal. Dalam proses ini nantinya data yang ada akan diverifikasi secara fisik untuk mencari kebenaran dari sumber-sumber tersebut.

  3. Interpretasi, pada tahap ini data yang sudah otentik dan kredibel coba dipahami oleh penulis dengan cara menganalisa yang nantinya akan melahirkan hipotesa baru tentang becak Siantar.

  4. Historiografi, yaitu tahap akhir dalam metode sejarah. Dimana fakta-fakta sejarah yang ada dituliskan secara kronologis dan sistematis. Sehingga didapat gambaran jelas bagaimana awal masuknya becak Siantar pada tahun 1960 yang kemudian pada tahun-tahun berikutnya mulai berkembang dan pada tahun 2006 mengalami kemunduran dari segi jumlah unit yang beroperasi.