Sejarah Dan Peranan Becak Di Pematangsiantar 1960-2006

(1)

SEJARAH DAN PERANAN BECAK DI PEMATANGSIANTAR

1960-2006

Skripsi

Oleh :

Yudha Wirabuana 060706012

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

Lembar Persetujuan Ujian Skripsi

SEJARAH DAN PERANAN BECAK DI PEMATANGSIANTAR 1960-2006

Yang Diajukan Oleh : Nama : Yudha Wirabuana

NIM : 060706012

Telah Disetujui Untuk Diajukan Dalam Ujian Skripsi Oleh :

Pembimbing

Dra. Lila Pelita Hati, M.Si Tanggal, 18 Desember 2012 NIP. 196705231992032001

Ketua Departemen

Drs. Edi Sumarno, M.Hum Tanggal, 18 Desember 2012 NIP. 196409221989031001

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(3)

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi

SEJARAH DAN PERANAN BECAK DI PEMATANGSIANTAR 1960-2006

Skripsi Sarjana Dikerjakan Oleh :

Yudha Wirabuana 060706012

Pembimbing

Dra. Lila Pelita Hati, M.Si NIP. 196705231992032001

Skripsi Ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya USU Medan

Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Ilmu Budaya Dalam Bidang Ilmu Sejarah

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Lembar Persetujuan Ketua Jurusan

Disetujui Oleh :

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN SEJARAH Ketua Departemen,

Drs. Edi Sumarno, M.Hum NIP. 196409221989031001


(5)

Lembar Pengesahan Skripsi Oleh Dekan dan Panitia Ujian

PENGESAHAN :

Diterima Oleh :

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Ilmu Budaya Dalam Bidang Ilmu Sejarah Pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan

Pada :

Hari :

Tanggal :

Fakultas Ilmu Budaya USU Dekan,

Dr. Syahron Lubis, MA.

NIP. 195110131976031001

Panitia Ujian :

No. Nama Tanda Tangan

1. Drs. Edi Sumarno, M.Hum ... 2. Dra. Nurhabsyah, M.Si ... 3. Dra. Lila Pelita Hati, M.Si ... 4. Drs. Fachrudin Daulay ... 5. Dra. Peninna Simanjuntak, MS ...


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga pada akhirnya penulisan skripsi yang berjudul: SEJARAH DAN PERANAN BECAK DI PEMATANGSIANTAR 1960-2006 ini dapat diselesaikan. Penulis sangat bersyukur karena mendapat dukungan dan dorongan yang tidak henti - hentinya diberikan oleh berbagai pihak selama ini. Motivasi-motivasi yang diberikan kepada penulis sangat membantu semangat dan kekuatan bagi penulis untuk segera menyelesaikannya, walaupun melalui proses yang tersendat-sendat, mulai dari proses pengumpulan data sampai pada akhir penulisan.

Penulis menyadari dalam penyelesaian skripsi ini sebenarnya masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, akan tetapi bagi penulis bukanlah sempurna itu yang menjadi utama melaikan proses menuju kesempurnaan itulah yang terpenting bagi penulis. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi mahasiswa sejarah.

Medan, Desember 2012

Penulis,


(7)

UCAPAN T`ERIMAKASIH

Dalam melakukan penulisan skripsi ini penulis mendapat banyak bantuan baik materi maupun moral dan arahan dari berbagi pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. ALLAH SWT yang telah melimpahkan karunianya kepada penulis.

2. Alm. Ayahanda dan Ibunda tersayang yang telah membesarkan, mendidik dan menyekolahkan Ananda serta tidak henti-hentinya memberikan doa dan dukungannya kepada Ananda selama dalam mengikuti perkuliahan. Juga kepada kakanda penulis Yuk Ulan, Yuk Retna, dan Yuk Dia dan tidak lupa juga kepada abangda penulis Mas Fahmi, Mas Idik dan Bang Retno yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Dr. Syahron Lubis MA, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, penulis tak lupa mengucapkan terima kasih atas segala bantuan yang diberikan.

4. Bapak Edi Sumarno S.Hum, selaku Pimpinan Departeman Sejarah dan juga kepada Ibu Dra. Nurhabsyah M.Si, selaku Sekretaris Departemen Sejarah yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis selama dalam perkuliahan.

5. Ibu Dra. Lila Pelita Hati M.Si, selaku Dosen pembimbing yang telah banyak memberikan masukan ilmu kepada penulis dan dukungan mulai dari awal hingga akhir penyusunan skripsi ini sehingga penulis tetap semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.


(8)

6. Seluruh Dosen, Staf Pengajar, Staf Administrasi pendidikan Departemen Sejarah yang telah banyak membantu penulis dari mulai masa perkuliahan hingga dalam penyelesaian skripsi ini. Terkhusus penulis ucapkan kepada Bang Ampera yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Semoga Tuhan yang akan membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.

7. Informan penulis, yang telah membagikan waktu dan pengalaman masa lalunya. Tanpa kerjasama dan kerelaan dari Bapak dan Ibu skripsi ini tidak mungkin dapat penulis diselesaikan.

8. Kedua organisasi penulis KOMPAS-USU dan GEMAPRODEM yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman berarti selama penulis menjalani bangku perkuliahan. Serta rekan-rekan yang terlibat aktif didalamnya yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu perstu.

9. Teman-teman Satu angkatan penulis Stambuk 2006 Eva, Haradongan, Desi, Erli, Sancani, Desmika, Jhondato, Ramlan, Kariani, Icha, Dedi, Heri, Johanes, dan Uci yang selalu mengingatkan penulis untuk segera kelar dari bangku kuliah. Dan terutama untuk kawan-kawan yang tetap berjuang bersama untuk menyelesaikan waktu kuliah kita yang makin gawat, Pai, Hendra, Kinen, Natin, Dodi, dan Wilson.

10.Terutama kepada Resti yang banyak membantu penulis dalam penyelesain skripsi ini.

Medan, Desember 2012


(9)

ABSTRAK

Becak di Kota Pematangsiantar memilki ke unikan tersendiri dibadingkan becak-becak yang ada di kota-kota Indonesia lainnya. Keunikan ini dikarenakan penggunaan sepeda motor BSA (Birmingham Small Arms) sebagai penggeraknya. Pada awalnya becak di kota pematangsiantar hanya berfungsi sebagai alat transportasi. Seiring perkembangannya, selain sebagai alat transportasi becak ternyata telah bertambah fungsi sebagai ikon Kota Pemtangsiantar.

Keberadaan Becak Siantar seperti yang dijelaskan diatas merupakan permasalahan yang penulis bahas. Pembahasan lebih ditekankan bagaimana sejarah Becak Siantar dan Bagaimana peran Becak Siantar terhadap masyrakat Siantar sehingga mampu menjadi ikon kota.

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui sejarah Becak Siantar dan menjelaskan bagaimana peranan Becak Siantar terhadap kehidupan masyarakat Pematangsiantar sehingga nantinya menjadi ikon kota. Dalam penelitian ini penulis berusaha untuk menceritakan secara kronologis bagaimana keberadaan becak mulai muncul pertama kali di Pematangsiantar, berkembang dan kemudian terancam keberadaannya.

Agar mendapatkan fakta-fakta masa lalu tersebut penulis menggunakan metode kualitatif untuk medapatkan sumber utama dan sumber pendukung tentang Becak Siantar. Setelah fakta-fakta masa lalu tentang keberadaan becak di Pematangsiantar didapat, penulis menggunakan metode deskriptif untuk menceritakan secara kronologis awal kemunculan Becak Siantar dan perkemabangannya hingga kemudian terancam keberadaannya sebagai ikon kota Siantar

Pada akhirnya tulisan ini berkesimpulan Becak Siantar muncul kareana ide kreatif masyarakatnya sehingga sebagai sebuah alat transportasi baru Becak Siantar mulai diterima, diakui dan diterapkan untuk memenuhi mobilitas masyarakat Siantar. Dengan segala keunikan nya becak juga mulai bertambah fungsi sebagai ikon kota dan menjadi identitas kota Pematangsiantar.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMAKASIH ... ii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan ……… 6

1.4 Tinjauan Pustaka ...……… 6

1.5 Metode Penelitian ...………... 8

BAB II GAMBARAN UMUM KOTAMADYA II PEMATANGSIANTAR ... 11

2.1 Letak Geografis ………...……... 11

2.2 Sejarah Singkat Perkembangan Kota Pematangsiantar ...….... 12

2.3 Keadaan Penduduk ………... 18

BAB III SEJARAH MASUKNYA BECAK SIANTAR ... 20

3.1 Latar Belakang Munculnya Becak di Kota Pematangsiantar...… 20 3.1.1 Kondisi Transportasi Kota Pematangsiantar pada 1957


(11)

Sampai 1960 ... 21

3.1.2 Brimingham Small Arms ... 23

3.1.3 BSA “Becak Siantar Asli” ... 25

3.2 Perkembangan Becak Siantar ... 33

3.2.1 Peningkatan Jumlah Unit ... 35

3.2.2 Permintaan Jasa Transportasi yang Kian Meningkat ... 42

3.2.3 Sebagai Lapangan Pekerjaan ... 44

BAB IV PERANAN BECAK SIANTAR ... 46

4.1 Sarana Transportasi ... 46

4.1.1 Kemampuan Jarak Jelajahnya ... 54

4.1.2 Pelayanan Dari Pintu Ke Pintu ... 55

4.2 Ikon Kota ... 57

4.2.1 Perhatian Pemerintah Terhadap Keberadaan Becak Siantar ... 60

4.2.2 Becak Siantar ditengah-tengah Masyarakat ... 64

BAB V KESIMPULAN ... 68

5.1 Kesimpulan ... 68

5.2 Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR INFORMAN


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Komposisi Penduduk Siantar ... 18 Tabel 2 Banyaknya Perusahaan dan Jumlah Sarana Angkutan Kota

Penumpang dan Barang Di Daerah TK. II Kotamadya

Pematangsiantar 1995/1996 ... .. 41 Tabel 3 Jenis dan macam moda transportasi kota menurut karakteristik

dan tipe penggunaannya ... . 47 Tabel 4 Klasifikasi Pergerakan Orang di Perkotaan Berdasarkan Maksud

Pergerakan ... 52


(13)

ABSTRAK

Becak di Kota Pematangsiantar memilki ke unikan tersendiri dibadingkan becak-becak yang ada di kota-kota Indonesia lainnya. Keunikan ini dikarenakan penggunaan sepeda motor BSA (Birmingham Small Arms) sebagai penggeraknya. Pada awalnya becak di kota pematangsiantar hanya berfungsi sebagai alat transportasi. Seiring perkembangannya, selain sebagai alat transportasi becak ternyata telah bertambah fungsi sebagai ikon Kota Pemtangsiantar.

Keberadaan Becak Siantar seperti yang dijelaskan diatas merupakan permasalahan yang penulis bahas. Pembahasan lebih ditekankan bagaimana sejarah Becak Siantar dan Bagaimana peran Becak Siantar terhadap masyrakat Siantar sehingga mampu menjadi ikon kota.

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui sejarah Becak Siantar dan menjelaskan bagaimana peranan Becak Siantar terhadap kehidupan masyarakat Pematangsiantar sehingga nantinya menjadi ikon kota. Dalam penelitian ini penulis berusaha untuk menceritakan secara kronologis bagaimana keberadaan becak mulai muncul pertama kali di Pematangsiantar, berkembang dan kemudian terancam keberadaannya.

Agar mendapatkan fakta-fakta masa lalu tersebut penulis menggunakan metode kualitatif untuk medapatkan sumber utama dan sumber pendukung tentang Becak Siantar. Setelah fakta-fakta masa lalu tentang keberadaan becak di Pematangsiantar didapat, penulis menggunakan metode deskriptif untuk menceritakan secara kronologis awal kemunculan Becak Siantar dan perkemabangannya hingga kemudian terancam keberadaannya sebagai ikon kota Siantar

Pada akhirnya tulisan ini berkesimpulan Becak Siantar muncul kareana ide kreatif masyarakatnya sehingga sebagai sebuah alat transportasi baru Becak Siantar mulai diterima, diakui dan diterapkan untuk memenuhi mobilitas masyarakat Siantar. Dengan segala keunikan nya becak juga mulai bertambah fungsi sebagai ikon kota dan menjadi identitas kota Pematangsiantar.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan kota tidak terlepas dari mobilitas barang dan orang. Pergerakan ini bertujuan untuk memenuhi segala kebutuhan manusia. Untuk menunjang segala aktifitas ekonomi tersebut maka dibutuhkanlah sarana yang dapat memudahkannya. Terjadinya aktivitas pergerakan dengan ditunjukannya peningkatan mobilitas pergerakan manusia dan barang di perkotaan adalah sebagai konsekuensi dari meningkatnya perekonomian kota.1 Berangkat dari hal tersebut maka timbulah transportasi yang merupakan sarana proses perpindahan barang dan orang. Transportasi juga dapat diartikan suatu jasa yang diberikan, guna menolong orang dan barang untuk dibawa dari suatu tempat ke tempat yang lain.2

Kota yang merupakan pusat perekonomian tentunya memerlukan jenis transportasi untuk memindahakan barang atau orang yang bertujuan untuk menunjang proses ekonomi yaitu produksi, distribusi dan konsumsi yang berada dalam wilayah kota. Keberadaan jenis transportasi kota bisa berupa bus, taxi, kereta api, ojek, bajai ataupun becak. Jenis transportasi kota biasanya disesuaikan dengan keadaan geografis kota. Pematangsiantar sebagai kota pada perkembangannya juga memiliki jenis transportasi antara lain, bus penumpang atau biasa yang disebut Mopen (mobil penumpang), sado (yang kemudian telah hilang) dan juga becak. Tetapi dari jenis transportasi itu yang menurut penulis menarik adalah becak. Sebagai alat transportasi

1

Djoko Setijowarno dan russ bona frazila , Pengantar Rekayasa Dasar Transportasi, Bandung: Jurusan Teknik sipil Universitas Katolik Soegijapranata, 2003, hlm. 10

2


(15)

becak yang digunakan di Kota Pematangsiantar memiliki keunikan tersendiri dari becak-becak yang beroperasi di kota-kota lain di Indonesia. Keunikan itu bukan hanya dari bentuk kabin penumpangnya yang khas, tapi juga penggunaan jenis motor BSA3

Pada tahun 1960 becak mulai beroperasi dan merupakan sarana transportasi yang banyak dimintai masyarakat. Hal ini dikarenakan pada saat itu sarana transportasi yang ada di Kota Pematangsiantar masih tergolong minim. Angkutan umum yang beroperasi sebelum munculnya becak Siantar adalah bus GOK (Gabungan Oplet Kota), Siantar Bus, dan juga sado namun dari jumlah dan trayek yang dilalui masih sangat terbatas.

(Birmmingham Small Arm) yang tergolong tua dan antik sebagai penariknya. Pada perkembangan selanjutnya tanpa disadari dan terencana ternyata Becak Siantar telah menjadi salah satu ikon Kota Pematangsiantar. Ini dapat dilihat dengan penggunaan becak Siantar sebagai sarana angkutan arak-arakan keliling kota bagi para pejabat pemerintah ataupun publik figure yang datang ke Kota Pematangsiantar dan tidak jarang becak ini digunakan sebagai sarana kampanye partai politik. Itu semua menunjukan selain sebagai alat transportasi ternyata becak Siantar juga menjadi kebanggan bagi warga Kota Pematangsiantar. Kebanggan itu dapat dilihat dari anekdot yang berkembang di masyarakat dimana singkatan BSA yang memiliki kepanjangan Birmmingham Small Arm diplesetkan menjadi Becak Siantar Asli.

4

3

Merupakan pabrik manufaktur peralatan perang di Inggris yang berproduksi dari tahun 1883-1983

4

Wawancara dengan Bapak Kartiman , pada 23 maret 2012, di Pematang Siantar .


(16)

Pematangsiantar tidak terlepas dari ide Pahala Siahaan5

5

Salah satu tokoh pelopor yang memulai pengoperasian becak Siantar dan merupakan mantan pejuang perang meninggal tahun 1986.

yang kemudian diikuti beberapa orang yang sebagian merupakan veteran yang mencoba mencari solusi minimnya transportasi yang ada di Kota Pematangsiantar. Pada awalnya sekitar tahun 1958 mereka mencoba membawa becak mesin yang beroperasi di kota Medan untuk bisa dioperasikan di Pematangsiantar. Namun ternyata becak mesin ini tidak sesuai dengan kondisi topografi Kota Pematangsiantar yang naik turun. Dikarenakan berkapasitas mesin 50 cc yang tergolong rendah uji coba ini pun kandas. Melihat hal itu Pahala dan kawan-kawan mencoba jenis motor yang kapasitas mesinnya cukup besar yaitu motor–motor produksi Eropa yang berkapasitas mesin antara 350-500 cc seperti Triump, Ariel, Norton, AJS (Albert Jhon Stevens) dan BSA yang banyak terdapat disekitar Kota Pematang Siantar. Menurut informasi yang didapat penulis di lapangan sebagian motor-motor ini merupakan peninggalan para administratur-administratur perkebunan asing di sekitar Kota Pematang Siantar. Ketika terjadi nasionalisasi mereka kembali ke negaranya masing-masing dan motor-motor ini diberikan ke warga pribumi yang menjadi bawahan para administratur tersebut. Namun ada juga sebagian motor-motor ini masuk ketika bersamaan agresi militer Belanda I dan II dan ketika tentara Belanda kembali ke negerinya motor-motor ini tidak ikut dibawa.


(17)

Uji coba becak ini berlangsung sampai tahun 1959 namun dari hasil uji coba ternyata BSA lah yang paling sesuai dikarenakan dari segi mesin yang mudah dirawat dan kapasitas yang besar yaitu 350-500 cc selain itu dibandingkan motor produksi Eropa lainnya BSA ternyata lebih hemat bahan bakar. Maka pada tahun 1960 becak beroperasi di Kota Pematang Siantar dengan motor BSA sebagai penariknya. Masih menurut Kartiman becak ini kian berkembang dimana pada tahun 1965 diperkirakan jumlah becak yang beroperasi kian meningkat sekitar 100 unit. Para penarik becak kemudian membuat organisasi penarik becak yang bernama Persatuan Betjak Motor Siantar ( PBMS ). Pada perkembangan selanjutnya jumlah becak kian meningkat dimana pada tahun 1990 diperkirakan jumlah becak yang beroperasi di Kota Pematangsiantar mencapai lebih kurang 2000 unit. Pada tahun inilah masa keemasan becak di Pematangsiantar sebagai sarana transportasi. Bukan hanya karena peningkatan jumlahnya yang meningkat drastis tetapi juga dikarenakan keunikannya yang menggunaan motor BSA sebagai penariknya. Jika pada tahun 1973 pabrik Brimingham Small Arms di Inggris tutup namun di Pematang Siantar jenis motor ini tetap bisa bertahan dan menjadi sarana transportasi yang diminati penduduk. Tidak hanya berfungsi sebagai sarana transportasi di Kota Pematangsiantar, dikarenakan keunikannya transportasi ini pun menjadi salah satu ikon kota yang sering di sebut orang dengan Becak Siantar. Namun pada tahun 2006 keberdaan Becak Siantar mulai berkurang hal ini ditunjukan dengan jumlahnya yang mulai berkurang menjadi sekitar 500 unit.


(18)

Melihat hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Becak Siantar sebagai obyek penelitian sejarah ilmiah. Penelitian ini nantinya akan penulis fokuskan pada sejarah masuk dan berkembangnya becak di Kota Pematangsiantar.

Atas dasar pemikiran diatas maka penulisan ini diberi judul SEJARAH DAN PERANAN BECAK DI PEMATANGSIANTAR (1960-2006). Alasan Pembatasan periodesasi penelitian dari tahun 1960-2006. Dikarenakan tahun 1960 adalah tahun mulai beroperasinya becak Siantar sebagai alat transportasi dan tahun 2006 munculnya wacana peremajaan becak Siantar dari DPRD Kota Pematangsiantar, juga adanya perlawan para penarik becak Siantar terhadap wacana tersebut. Selain itu pada tahun ini penurunan jumlah unit becak siantar yang pada tahun 1990 mencapai lebih kurang 2000 unit namun di tahun 2006 hanya bersisa lebih sekitar 500 unit.

1.2 Rumusan Masalah

Keobyektifan suatu penelitian tidak terlepas dari pemilihan topik tertentu sebagai landasan pembahasan. Pemilihan topik tersebut harus dibatasi dan dikonsep dalam rumusan masalah yang nantinya menjadi alur dalam penulisan. Adapun rumusan masalah dalam “Sejarah dan Peranan Becak Di Pematangsiantar ( 1960-2006).

adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana sejarah becak sebagai alat transportasi di Kota Pematang Siantar ? 2. Bagaimana perkembangan dan peranan becak Siantar tersebut?


(19)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

Setelah merumuskan masalah yang menjadi landasan pembahasan oleh penulis. Maka selanjutnya yang harus dilakukan adalah menentukan tujuan dan manfaat dari penulisan. Adapun tujuan dari penulisan adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui sejarah becak sebagai alat transportasi di Kota Pematangsiantar. 2. Menjelaskan perkembangan becak Siantar dan peranannya terhadap

kehidupan masyarakat Pematangsiantar. Adapun manfaat dari penulisan ini adalah :

1. Diharapkan penulisan ini dapat menambah pembendarahan khazanah sejarah khususnya sejarah lokal kota Pematangsiantar.

2. Bagi masyarakat Kota Pematangsiantar dengan adanya penulisan ini diharapkan bisa lebih mengetahui sejarah becak Siantar yang merupakan kebanggan bersama.

1.4 Tinjauan Pustaka

Sebuah penelitian ilmiah tentu tidak terlepas dari tinjauan pustaka yang berguna sebagai informasi dalam menentukan sumber-sumber yang relevan dengan obyek penelitian. Sumber-sumber ini bisa berupa karya ilmiah, buku-buku, ataupun dokumen-dokumen terkait. Seperti buku yang berjudul Pengantar Rekayasa Dasar Transportasi karya Djoko Setijowarno dan Russ Bona Frazila. Buku ini merupakan kajian bidang transportasi. Buku ini banyak memberikan penjelasan tentang transportasi mulai dari evolusi transportasi, sistem transportasi, jaringan transportasi,


(20)

perkembangan transportasi, peran dan manfaat transportasi yang tentunya membantu penulis untuk memahami kajian transportasi terutama transportasi perkotaan.

Rustian Kamaluddin dalam bukunya yang berjudul Ekonomi Transportasi, Karakteristik, Teori dan Kebijakan buku ini banyak memberikan penjelasan bagaimana peranan dan pentingnya transportasi terhadap kegiatan perekonomian. Buku ini juga menjelaskan bagaimana klasifikasi transportasi jalan raya serta keunggulan dan kemampuannya dalam memberikan pelayanan terhadap mobilitas masyarakat teutama jasa dari pintu ke pintu.

Koentjaraningrat dengan bukunya berjudul Pengantar Ilmu Antropologi banyak menjelaskan manusia dan kebudayaan. Dalam buku ini juga menjelaskan konsep bagaimana sebuah penemuan dihasilkan demi memenuhi kebutuhan manusia. Dimana sebuah penemuan berasal dua tahap yaitu discovery dan invention. Yang nantinya dapat membantu penulis untuk memahami bagaimana Becak Siantar yang merupakan penemuan sebagian masyarakat menjadi berarti karena masyarakat sudah mengakui, menerima , dan menerapkannya.

Boy Iskandar Warongan dengan skripsi S-1nya yang berjudul Tinjauan Sosial Ekonomi Penarik Becak BSA di Kota Pematangsiantar. Skripsi ini menceritakan bagaimana kehidupan para penarik becak di Kota Pematang Siantar khususnya masalah pendapatan dan kesejahteraan para penarik becak. Skripsi ini sangat membantu penulis dalam mengetahui informasi mengenai becak di Kota Pematangsiantar. Selain itu skripsi ini juga membantu penulis dalam mencari


(21)

sumber-sumber yang dibutuhkan. Tentunya untuk menghindari adanya kesamaan tema dalam mengkaji tentang becak Siantar penulis disini akan mencoba menjelaskan munculnya becak di kota Pematangsiantar melalui sudut padang sejarah yang lebih menekankan pada kronologis waktu. Serta peranan becak sebagai sarana transportasi terhadap kehidupan masyarakat Kota Pematang Siantar dari tahun 1960 - 2006 yang nantinya diharapakan hasil penelitian akan berbeda dengan skripsi tersebut.

1.5 Metode Penelitian

Dalam setiap penelitian ilmiah memiliki metodologi, demikian juga dengan penelitian sejarah. Dimana metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman peninggalan masa lampau.6

1. Heuristik, yaitu tahap awal untuk mencari data-data melalui berbagai sumber dan relevan dengan penelitian yang dilakukan. Dalam tahap heuristik ini penulis dalam mendapatkan data-data melalui dua cara, yaitu studi lapangan (field research) dan studi kepustakaan ( library research ). Pada studi lapangan (field research) Penulis lebih menekankan pada metode wawancara. Hal ini dapat dikarenakan masih terdapatnya beberapa informan yang menjadi pelaku sejarah antara lain Bapak Kartiman (70tahun) yang merupakan tokoh yang banyak mengetahui sejarah masuknya becak Siantar juga ada Bapak Rohim (70 tahun) yang dapat digali informasinya tentang keberadaan becak Siantar terutama masalah perbaikan dan Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian sejarah sebagai berikut:

6 Louis Gottschalk,

Mengerti Sejarah, diterjemahkan oleh Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press, 1985, hlm. 32.


(22)

modifikasi karena beliau termasuk yang mempunyai salah satu bengkel becak pertama yang mampu bertahan hingga sekarang. Kemudian Bapak Suyadi (54 tahun) yang dapat dijadikan informan karena beliau merupakan salah satu pelaku sejarah yang mendatangkan motor BSA dari pulau Jawa terutama ditahun 1980-an. Untuk memperoleh informasi tentang Pahala Siahaan Penulis juga melakukan wawancara dengan Istri almarhum Pahala yaitu Ibu Melince Boru Tambunan (77 tahun). Pada studi kepustakaan (library research) terdapat beberapa sumber yang dijadikan sumber oleh Penulis antara lain berupa foto-foto yang berkaitan, AD/ART, kliping koran, serta dokumentasi-dokumentasi yang disimpan secara pribadi oleh informan baik Bapak Kartiman juga Bapak Suyadi. Selain itu untuk dapat diketahui data jumlah becak Siantar Penulis mencari melalui lembaga Pemerintah yang terkait yaitu Dinas Perhubungan dan Dinas Pariwisata Kota Pematangsiantar serta Kantor Statistik Pematangsiantar. Untuk sejumlah buku berisi informasi yang terkait dengan peneletian Penulis juga mendapatkan di Perpustakaan USU, ataupun di Perpustakaan Daerah Sintong Binge di Pematang Siantar. Selain itu untuk menambah informasi pendukung penulis juga melakukan pecarian di website tertentu yang terdapat di internet.

2. Kritik Sumber, dimana setelah tahap heuristik maka sumber-sumber yang ada akan dilakukan kritik untuk mencari kebenaran dari sumber–sumber yang didapat. Dalam tahap ini sumber-sumber yang telah terkumpul melalui proses kritik internal, informasi yang didapat baik dari wawancara ataupun dari sumber-sumber tertulis akan dilihat kebenaran isinya. Kemudian sumber primer dan sekunder tersebut masuk ke proses selanjutnya yaitu kritik eksternal. Dalam proses ini


(23)

nantinya data yang ada akan diverifikasi secara fisik untuk mencari kebenaran dari sumber-sumber tersebut.

3. Interpretasi, pada tahap ini data yang sudah otentik dan kredibel coba dipahami oleh penulis dengan cara menganalisa yang nantinya akan melahirkan hipotesa baru tentang becak Siantar.

4. Historiografi, yaitu tahap akhir dalam metode sejarah. Dimana fakta-fakta sejarah yang ada dituliskan secara kronologis dan sistematis. Sehingga didapat gambaran jelas bagaimana awal masuknya becak Siantar pada tahun 1960 yang kemudian pada tahun-tahun berikutnya mulai berkembang dan pada tahun 2006 mengalami kemunduran dari segi jumlah unit yang beroperasi.


(24)

BAB II

Gambaran Umum Kotamadya Tingkat II Pematangsiantar

2.1 Letak Geografis

Dilihat dari letak geografisnya Pematangsiantar sebagai Kotamadya tingkat II terletak di 3°.01-2°.54, 40” Lintang Utara dan 99°.06’, 23” - 99°.01.10” Bujur timur. Dengan ketinggihan 400 Mdpl Kota Pematangsiantar memiliki topografi daerah yang berbukit-bukit rendah. Hal tersebut menjadikan sebagian jalan-jalan di kota ini berkarakter naik turun. Keadaan topografi inilah yang menjadi faktor utama becak-becak di kota ini menggunakan motor-motor bercc besar sebagai penghelanya. Selain itu di kota ini juga terdapat beberapa sungai yang biasa dimanfaatkan warga untuk mengaliri sawah, tambak ataupun drainase alamiah. Sungai-sungai ini juga digunakan sebagai batas alamiah untuk wilayah kelurahan maupun kecamtan. Sungai-sungai tersebut antara lain Sungai Bah Bolon, Bah Silobang, Bah Kaitan, Bah Kora, Bah Si Batu-batu, Bah Silulu, Bah Sibarmbang, Bah Kahean, Bah Kandang, Bah Bane, Bah Kapul, dan Bah Sorma.7

7


(25)

2.2 Sejarah Singkat Perkembangan Kota Pematangsiantar

Sebelum kemerdekaan Indonesia, wilayah Kota Pematangsiantar merupakan pusat salah satu kerajaan etnis simalungun yang bernama Kerajaan Siantar dengan Raja terakhirnya yang bernama Sang Nawaluh Damanik (1906).8 Raja ini berkedudukan di Pulau Holing9

1. Pulau Holing yang kemudian menjadi Kampung Pematang. dengan daerah kekuasaan meliputi:

2. Siantar Bayu menjadi Pusat Kota.

3. Suhi Haluan menjadi Kampung Sipinggol-pinggol.

4. Suhi Kahean menjadi Kampung Melayu, Martoba, Bane, Sukadame. 5. Suhi Bah Bosar menjadi Kampung Karo, Kristen, Pantoan, Tomuan,

Toba dan Martimbang.

Dengan sikap non kooperatif dari Raja Siantar kepada Belanda beliau akhirnya di buang secara politis ke daerah Bengkalis pada tahun 1906. Hal ini berdampak pada berakhirnya kekuasaan Raja di Siantar dan beralih ke Hegemoni Belanda, ini ditunjukan dengan berpindahnya Controleur Belanda dari Perdagangan ke Siantar pada Tahun 1907. Dengan kondisi yang telah berubah tersebut pada tahun 1910 Belanda membentuk Badan Persiapan Kota Pematangsiantar, dan pada tahun 1912 menempatkan seorang asisten residen di kota ini.10

8 Ibid,. hal. 3. 9

Sekarang sisa-sisa istana kerajaan ini dapat dilihat di Jl.Pematang.

10

Daniel Perret , Kolonialisme dan Etnissintas Batak Melayu di Sumatera Timur Laut, diterjemahkan oleh Saraswati Wardhany, Jakarta : KPG, 2010, hal. 221.

Berdasarkan Staat Balt no. 285 tahun 1917 kota Pematangsiantar berubah status menjadi Gemeente yang


(26)

memiliki wilayah otonomi sendiri. Perubahan status dan perkembangan wilayah Siantar menarik kedatangan para perantau Etnis Tionghoa dan Mandailing. Selain itu arus migrasi ini juga di pelancar dengan selesainya pembangunan Jalan Sibolga-Parapat-Pematangsiantar-Medan pada tahun 1929.11

1. Kecamatan Siantar Timur :

Etnis Tionghoa banyak menempati daerah Siantar Bayu yang merupakan pusat kota dan Etnis Mandailing banyak mendiami wilayah Timbang Galung dan Kampung Melayu.

Melihat perkembangan ini pihak Belanda kemudian menaikan status Kota Pematangsiantar menjadi Gemeente yang memiliki dewan kota berdasarkan Staat Blat no.717 tahun 1939. Dewan kota ini diberi nama Gemeente Raad yang berarti Dewan Perwakilan Kota Besar. Dimasa Jepang status kota berubah menjadi Siantar State dan Dewan kota dihapuskan.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia Pematangsiantar kembali memiliki otonomi. Dimana pada tahun 1948 berdasarkan UU No.2/1948 status gemeente berubah menjadi Ibu Kota Kabupaten Simalungun dengan Bupati Simalungun merangkap sebagai walikota. Kemudian berdasarkan UU No. 1/1957 kota ini berubah status menjadi Kota Praja penuh dengan pemerintahan tersendiri dan terlepas dari Kabupaten Simalungun yang di kepalai seorang walikota, dan dibagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Siantar Timur dan Kecamatan Siantar Barat. Dimana setiap Kecamatan membawahi beberapa Kelurahan (kampung) dengan pembagian sebagai berikut :

11


(27)

a.Kampung Kota b.Kampung Tomuan c.Kampung Suka Dame d.Kampung Kristen Barat e.Kampung Kristen Timur 2. Kecamatan Siantar Barat

a.Kampung Timbang Galung Lama b.Kampung Timbang Galung Baru c.Kampung Melayu

d.Kampung Aek Nauli e.Kampung Bantan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.35 Tahun 1981 maka pada tanggal 17 maret 1982 dan diresmikan oleh Gebernur Sumatera Utara, Kotamadya Pematangsiantar dengan luas wilayah 1.248 Ha dibagi menjadi Empat Kecamatan sebagai berikut :

1. Kecamatan Siantar Barat dengan Ibukotanya Timbang Galung 2. Kecamatan Siantar Timur dengan Ibukotanya Tomuan

3. Kecamatan Siantar Utara dengan Ibukotanya Sukadame 4. Kecamtan Siantar Selatan dengan Ibukotanya Kristen


(28)

Dengan melihat perkembangan kota Pematangsiantar yang cukup pesat, Pemerintah Pusat pun kembali memperluas daerah kota Pematangsiantar dengan menambah sembilan desa dari wilayah administratif Kabupaten Simalungun yaitu Desa Nagahuta, Desa Siopat Suhu, Desa Martoba, Desa Bah Kapul, Desa Pematang Marihat, Desa Sukaraja, Desa Baringin Pansur Nauli, Desa Simarimbun, Desa Tambun Nabolon. Untuk memperkuat hal tersebut dikelurakanlah Peraturan Pemerintah No.15 Tahun 198612

1. Kecamatan Siantar Martoba, yang terdiri dari :

, yang membagi kota Pematangsiantar menjadi enam wilayah kecamatan :

a.Desa Bah Kapul. b.Desa Martoba.

c.Desa Tambun Nabolon.

2. Kecamatan Siantar Marihat, yang terdiri dari : a.Kelurahan Suka Maju.

b.Kelurahan Perdamean : 1. Desa Nagahuta.

2. Desa Baringin Pansur Nauli. 3. Desa Pematang Marihat. 4. Desa Simarimbun.

12

www.djpp.depkumham.go.id LemabarannegaraPeraturan Pemerintah No.15 Tahun 1986 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamdya Daerah Tingkat II Kota Pematangsiantar dan Kabupaten Daerah Tingkat II Kabupaten Simalungun, diakses 11 November 2012


(29)

3. Kecamatan Siantar Utara, yang terdiri dari : a. Kelurahan Bane.

b. Kelurahan Sigulangulang. c. Kelurahan Kahean. d. Kelurahan Sukadame. e. Kelurahan Baru. f. Kelurahan Melayu. g. Kelurahan Martoba.

4. Kecamatan Siantar Timur, yang terdiri dari : a. Kelurahan Asuhan.

b. Kelurahan Tomuan. c. Kelurahan Kebon Sayur. d. Kelurahan Pahlawan. e. Kelurahan Pardomuan. f. Kelurahan Merdeka. g. Kelurahan Siopat Suhu.

5. Kecamatan Siantar Selatan, yang terdiri dari : a. Kelurahan Aek Nauli.

b. Kelurahan Martimbang. c. Kelurahan Kristen. d. Kelurahan Toba. e. Kelurahan Karo. f. Kelurahan Simalungun.


(30)

6. Kecamatan Siantar Barat, yang terdiri dari : a. Kelurahan Bantan.

b. Kelurahan Banjar. c. Kelurahan Proklamasi. d. Kelurahan Dwikora. e. Kelurahan Teladan.

f. Kelurahan Sipinggol-pinggol. f.Kelurahan Simarito.

g. Kelurahan Timbang Galung.

Dengan ibukota kecamatan sebagai berikut :

1. Kecamatan Siantar Martoba berkedudukan di Kelurahan Martoba. 2. Kecamatan Siantar Marihat berkedudukan di Kelurahan Marihat. 3. Kecamatan Siantar Utara berkedudukan di Kelurahan Sukadame. 4. Kecamatan Siantar Timur berkedudukan di Kelurahan Tomuan. 5. Kecamatan Siantar Selatan berkedudukan di Kelurahan Kristen, dan 6. Kecamatan Siantar Barat berkedudukan di Kelurahan Timbang Galung. Dengan pembagian wilayah ini Kotamadya Pematangsiantar memiliki luas yang pada sebelumnya 1.248 Ha menjadi 7.997 Ha dengan batas wilayah administratif sebagai berikut :

- Sebelah Utara dibatasi oleh sungai Bahapal dan Desa Sinaksak.

- Sebelah Selatan dibatasi oleh desa-desa Marihat Baris, Silampuyang dan Bah Sampuran.


(31)

- Sebelah Timur dibatasi oleh Desa-desa Karangsari, Rambung Merah, dan Bah Sampuran.

- Sebelah Barat dibatasi oleh Desa-desa Talun Kondot, Negeri Bosar, Sumpang Panel, dan Siborna.

2.2 Keadaan Penduduk

Kotamadya Pematangsiantar sebagai kota kedua terbesar di Sumatera Utara setelah Medan, mengalami perkembangan yang cukup pesat. Sebagai kota yang memenuhi kebutuhan bagi kawasan Hiterlandnya Pematangsiantar mengalami pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Hal ini dipicu masuknya urbanisasi penduduk dari wilayah-wilayah kabupaten Simalungun. Selain itu faktor perluasan wilayah dan peningkatan fasilitas publik menjadi salah satu faktor bertambahnya penduduk Kota berhawa sejuk ini.

Tabe . I . Komposisi Penduduk Siantar

No TAHUN JUMLAH PENDUDUK Luas Wilayah

01 1960 114.900 1.248

02 1970 129.200 1.248

03 1980 219.316 1.248

04 1990 227.234 7.997

05 2000 240.787 7.997

06 2006 247.837 7.997


(32)

Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bertambahnya penduduk Pematangsiantar. Dimana pada tahun 1960 dengan luas wilayah 1.248 Km² jumlah penduduk yaitu 114.900 jiwa, mengalami peningatan hampir 50% di tahun 2006 yang mencapai 247.837 jiwa dengan luas wilayah 7.997 Km². Meningkatnya pertumbuhan penduduk ini jugalah yang melatarbelakangi pemerintah pusat memperluas wilayah administratif Pematangsiantar di tahun 1986 dari 1.248 Km² menjadi 7.997 Km².

Sebagai kota yang mengalami pertumbuhan menjadikan kota itu beralih fungsi sebagai pusat pendidikan, industri, pemerintahan, pelayan jasa dan distribusi serta pengembangan wilayah. Dengan mengalami pertumbuhan setiap tahunnya, peran transportasi tentunya mengambil posisi yang cukup penting bagi kemajuan kota ini. Becak sebagai salah satu moda transportasi yang terdapat di kota ini dan mulai muncul pada tahun 1960 secara tidak langsung juga memberikan peran yang cukup tinggi bagi perkembangan Kota yang berhawa sejuk ini. Seiring perjalanan waktu becak di Kota Pematangsiantar tidak hanya menjadi alat transportasi namun juga menjadi transportasi unik yang tidak dimiliki kota-kota lain di Indonesia.


(33)

BAB III

Sejarah Masuknya Becak Siantar

3.1 Latar Belakang Munculnya Becak di Kota Pematangsiantar

Kehadiran becak di Kotamadya Pematangsiantar tidak terlepas dari kondisi alam,kondisi minimnya transportasi, peningkatan penduduk dan perluasan wilayah kota Siantar. Semua ini merupakan beberapa faktor yang mendukung lahirnya becak. Namun dari semua faktor itu yang tak kalah penting adalah ide dari beberapa masyarakat Siantar yang ingin mengatasi keterbatasan sektor transportasi dengan meciptakan sesuatu yang dapat mengatasi permasalahan tersebut.

Dalam buku Pengantar Ilmu Antropologi Koentjaraningrat mengatakan: Dalam setiap masyarakat tentu ada individu-individu yang sadar akan kekurangan dari budaya mereka. Diantara individu-individu itu banyak yang menerima kekurangan itu sebagai hal yang harus mereka terima (...), namun ada juga individu-individu yang aktif, yang berusaha untuk mengisi atau memperbaiki kekurangan yang mereka sadari itu.13

Seperti apa yang digambarkan Koentjaraningrat tersebut kemunculan becak di Kota Pematangsiantar bisa dibilang merupakan ide beberapa masyarakat siantar yang aktif untuk mengatasi masalah kekurangan sarana transportasi. Memanfaatkan motor-motor BSA bekas peninggalan bangsa Eropa dengan segala keterbatasan yang ada para pioner ini mencoba menciptakan sebuah becak motor yang nantinya di akui, diterima dan digunakan oleh masyarakat Siantar. Kemunculan becak ini pada akhirnya akan membawa warna dan perubahan dalam masyrakat Siantar. Selain itu

13


(34)

masalah minimnya lapangan pekerjaan pada awal-awal perkembangan kota Siantar menjadi salah satu faktor bertambahnya jumlah becak di kota ini. Tergolong pekerjaan informal menjadi tukang becak menjadi pilihan sebagian masyarakat Pematangsiantar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

3.1.1. Kondisi Transportasi kota Pematangsiantar pada 1957 sampai 1960

Sebagai kota yang baru menjadi kotamadya pada tahun 1957 Kota Pematangsiantar memang masih jauh dari gambaran kota moderen. Sebagai kota yang baru berbenah dari dari perubahan status kota dari Gemente menjadi Kotamadya Pematangsiantar lebih memfokuskan diri pada pembenahan birokrasi pemerintahan. Masalah-masalah pelayanan publik pada tahun-tahun masih jauh dari apa yang diharapkan begitu juga dalam hal transportasi. Pada masa ini terdapat beberapa alat transportasi yang ada di kota ini antara lain Bus Gok (gabungan oplet kota) Siantar bus dan Sado. Dimana bus Gok dan Siantar Bus menjadi alat transportasi yang menghubungkan daerah Siantar dengan daerah-daerah pinggiran maupun kedaerah-daerah kabupaten Simalungun. Sedangkan Sado lebih melayani mobilitas penduduk di dalam kota Pematangsiantar. Namun dari segi jumlah dan rute yang dilalui dari alat-alat transportasi tersebut masih terbilang minim. Sedangkan untuk kendaraan pribadi kebanyakan masyarakat kota Pematangsiantar menggunakan sepeda.

Selain dari moda transportasi yang minim sarana jalan yang ada masih sedikit yang beraspal hitam dan kebanyakan masih berbatu dan bertanah. Jalan-jalan yang beraspal hanya berada di daerah kawasan pusat kota saja. Dengan kondisi topografi daerah yang berbukit rendah dan dengan ketinggian 400 mdpl menjadikan


(35)

jalan-jalan yang ada berbukit dan naik turun serta berbatu. Hal ini menjadikan transportasi Kota Pematangsiantar hanya bertumpu pada Sado. Sebagai transportasi tradisional Sado yang hanya mengandalkan kuda sebagai penggeraknya dan merupakan alat transportasi yang khusus melayani dalam kota terkadang tidak mampu menjangkau jalan-jalan yang menanjak dan daerah-daerah pinggiran kota. Hal ini tentunya menjadi penghambat bagi arus mobilitas penduduk Siantar pada saat itu.

Namun pada tahun 1960 di kota Pematangsiantar mulai beroperasi alat transportasi baru yaitu becak mesin. Becak-becak ini beroperasi didalam wilayah kota Pematangsiantar. Kehadiran becak-becak ini merupakan gagasan dari seorang mantan pejuang yaitu Pahala Siahan. Becak-becak ini menggunakan motor BSA buatan Inggris yang berkapasitas mesin besar yaitu 350-500 cc. Dengan kapasitas mesin yang besar ternyata alat transportasi ini mampu mengatasi jalan-jalan di Siantar yang bertopografi naik-turun serta belum beraspal dan berbatu. Mampu melalui jalan-jalan yang belum beraspal dan naik turun dan dengan kecepatan 40–80 km/jam sehingga dapat mempercepat waktu tempu, becak-becak ini selanjutnya menjadi primadona moda transportasi masyarakat Siantar. Dimana pada tahun 1960 selain Bus Gok, Siantar Bus dan Sado, becak pun mulai mewarnai jalan-jalan di Kota Pematangsiantar.


(36)

3.1.2. Brimingham Small Arms

Brimingham Small Arms (BSA) Company adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi peralatan perang di Inggris tepatnya di kota Brimingham. Perusahaan ini berdiri tahun 1863.14

Namun seiring pengembangan usaha pabrik manufaktur ini mulai memproduksi sepeda motor. Pada tahun 1903 BSA mulai memproduksi sepeda motor. pada masa perang dunia I dan II BSA sebagai perusahaan manufaktur peralatan perang banyak mengikat kontrak untuk mensuplai peralatan perang untuk negara-negara sekutu seperti Tentara Inggris, Belanda, Denmark, Perancis dan Australia. Untuk sepeda motor yang banyak digunakan angkatan perang adalah model M20 500 cc produksi Tahun 1939-1941. Motor-motor ini digunakan militer sebagai kendaraan operasional. Motor Jenis inilah yang pada akhirnya dijadikan pilihan

Pada awal berdirinya pabrik ini hanya memproduksi senjata seperti senapan dan pistol. Namun seiring waktu pabrik ini tidak hanya memproduksi senjata tetapi juga alat-alat transportasi yang dapat menunjang operasional prajurit di medan perang seperti sepeda dan sepeda motor. Sebagai perusahaan yang bergerak di industri alat perang BSA menjadi perusahaan yang mensuplai alat-alat perang terutama untuk angkatan perang Inggris Raya. Pada tahun 1881 BSA mulai masuk ke bidang alat transportasi. Pada awalnya pabrik BSA hanya memproduksi sepeda. Sepeda ini banyak digunakan tentara inggris sebagai kendaraan operasional terutama model sepeda lipat. Bukan hanya untuk transportasi militer sepeda juga diproduksi kalangan sipil.

14


(37)

Pahala dan kawan-kawan sebagai motor penarik becak dikarenakan kapasitas mesinya yang besar. Hal ini dikarenakan dengan tenaga yang cukup besar motor ini mampu melalui jalan-jalan Siantar yang kebanyakan memiliki topografi naik-turun.

Kapan masuknya motor-motor BSA ke Indonesia tidak dapat diketahui dengan pasti. Namun dengan melihat tipe yang digunakan para tukang becak yaitu tipe M20, yang merupakan kendaraan operasional militer. Juga berdasarkan informasi yang didapat penulis dilapangan memberitahukan motor-motor ini merupakan peninggalan tentara Belanda yang ketika melakukan Agresi militer I & II. Selain itu photo dokumentasi dari website KILTV menunjukan adanya pasukan Belanda yang berboncengan menggunakan sepeda motor ketika melakukan aksi polisinil I ( agresi militer Belanda I ) di kota Porsea dengan keterangan waktu bulan 7 tahun 1947. Dengan mengacu informasi dan adanya dokumentasi tersebut tentunya bisa kita jadikan gambaran kapan masuknya motor BSA khususnya tipe M20 ke Indonesia bersamaan Belanda melakukan Agresi Militer I dan II tahun 1947-1949.

Pada awalnya tidak hanya BSA saja yang digunakan tetapi motor-motor produksi Eropa yang berkapasitas besar lainnya juga digunakan seperti Ariel, Triump, AJS, Northon, BMW dan Harley Davidson juga digunakan. Motor-motor ini masuk ketika perkebunan-perkebunan partikelir berkembang di wilayah Hindia Belanda khususnya daerah Sumatera timur yang menjadi daerah ekspansi onderneming. Motor-motor ini merupakan milik para pengusaha ataupun para staf perkebunan. Dan ketika terjadi revolusi kemerdekaan motor-motor ini berali ke tangan masyrakat pribumi.


(38)

Tidak hanya motor BSA tipe M20 saja yang digunakan sebagai motor penggerak dari becak di Siantar. Namun juga jenis lainnya sperti ZB (Gold Star) buatan tahun 1948 dengan kapasitas mesin 350 cc. Juga ada model WM produksi tahun 1948 berternaga 500 cc. Banyaknya masuk motor BSA ke Pematangsiantar tidak terlepas dari banyaknya masyrakat yang berburu motor ini ke dearah-daerah Sumatera dan Jawa. Usaha pencarian ini dimulai dari tahun 1970 sampai awal-awal dekade 1990-an. Menurut kartiman alasan pemilihan motor BSA sebagai penarik becak dikarenakan BSA lebih hemat dibandingkan jenis-jenis motor Eropa lainnya. Selain itu kemudahan dalam hal meniru bagian-bagian mesin dan jumlah yang lebih banyak menjadi faktor alasan masyarakat memilih motor BSA.

3.1.3. BSA “Becak Siantar Asli”

Kemunculan becak di Kota Pematangsiantar dimulai pada tahun 1956. Dimana seorang mantan pejuang kemerdekaan yang bernama Pahala Siahaan mencoba membuat alat transportasi alternatif dengan meniru becak mesin di kota Medan. Keinginan Pahala ini berawal dari keprihatinan beliau melihat satu keluarga tukang sado yang mana anak dan istri tukang sado tersebut lebih sibuk mengurusi kuda daripada mengurusi keluarga ataupun bersekolah. Dengan pengalaman melihat becak mesin Medan pahala 15

15 Pahala mulai narik becak dari tahu 1956 – 1970, kemudian beliau berali profesi sebagai supir taxi rute medan-siantar dan meninggal di tahun 1986.

mulai membangun becak dengan sepeda motor bromfit merek KK yang berkapasitas mesin 50 cc dengan kabin penumpang yang meniru


(39)

persis becak di Kota Medan. Setelah jadi becak ini pun diberi nama Gabema yang dalam bahasa batak berarti jadilah.16

Kemudian becak ini pun mulai di bawa pahala keliling kota untuk mencari sewa. Kebanyakan yang pertama menjadi penumpang adalah masyarakat Tionghoa karena tertarik dengan alat transportasi baru ini. Para penumpang pada awalnya hanya ingin keliling kota untuk mencoba becak ini.17 Karena sering berkeliling kota dan menjadi pusat perhatian banyak masyarakat Siantar lainnya mengikuti Pahala membuat becak terutama dari kalangan veteran. Becak-becak ini pun kian hari kian betambah dengan menggunakan sepeda motor yang bercc rendah yang sering disebut bromfit (sepeda kumbang), seperti Gobel, DKW dan KK yang berkapasitas mesin 50 cc.18

Pada perkembangan selanjutnya becak mesin ini tidak hanya mengangkut penumpang untuk berkeliling-keliling kota saja. Namun juga sudah berubah menjadi alat transportasi umum yang melayani masyarakat Siantar. Dikarenakan topografi

Melihat kian maraknya becak-becak mesin di kota Siantar melahirkan kekawatiran bagi tukang-tukang sado. Mereka tidak terima dengan adanya saingan. Pahala sebagai pelopor becak ini pun sempat mengalami tekanan dari para tukang sado. Menurut Ibu Mince, Pahala sempat dipanggil walikota pada saat itu untuk menjelaskan alasan dia membuat becak dihadapan tukang sado. Dengan adanya mediasi dari walikota pada saat itu dan penjelasan Pahala yang hanya ingin membantu tukang sado gesekan ini pun akhirnya mereda.

16 Wawancara dengan

Melince Boru Tambunan merupakan istri Alm Pahala Siahaan, pada 29 Oktober 2012 ,di Pematangsiantar.

17

Wawancara dengan Melince Boru Tambuan. 18 Wawancara dengan

Rohim, Pemilik Bengkel Bubut Khusus Becak, pada 29 Oktober 2012, di Pematangsiantar.


(40)

kota Pematangsiantar yang berbukit-bukit rendah sehingga terdapat banyak jalan yang naik turun. Terkadang hal ini membuat becak tidak mampu melaluinya. Para penumpang terpaksa turun dan membantu mendorong becak untuk melalui tanjakan-tanjakan yang ada. Hal ini memicu Pahala dan tukang becak lain yang kebanyakan para veteran perang untuk berpikir mengganti motor penggerak yang lebih besar kapasitas mesinnya. Dicobalah motor-motor dengan kapasitas mesin 125-250 cc seperti Dukati dan Panter namun motor-motor ini juga tidak mampu dan usaha ini kandas.

Sekitar tahun 1958 mereka mulai mencari motor-motor yang berkapsitas jauh lebih besar lagi sperti Triump, Ariel, Northon, AJS, maupun BSA yang berkapasitas mesin 350-500 cc. Motor-motor ini mayoritas didapat dari daerah-daerah perkebunan yang mengelilingi kota Pematangsiantar. Kebanyakan motor-motor ini merupakan peninggalan administratur-administratur perkebunan yang berbangsa Eropa dan ketika terjadi revolusi kemerdekaan mereka kembali ke negaranya dan memberikan motor-motor ini kepada warga pribumi yang merupakan bawahannya. Dengan didapatnya motor-motor Eropa ini becak yang sebelumnya menggunakan motor berkapasitas 50 cc berubah menggunakan motor-motor dengan kapasitas mesin yang jauh lebih besar. Bila di masa waktu menggunakan motor yang berkapasitas mesin rendah becak tidak mampu melalui jalan yang menanjak namun dengan menggunakan motor-motor besar sebagai penariknya masalah ini dapat teratasi.


(41)

Namun dari tahun 1958 -1959 selama digunakan motor-motor Eropa sperti Triump, Norton, Ariel dan AJS banyak mengalami kendala terutama dari segi perawatan dan penggunakan bensin yang boros. Selanjutnya motor-motor Eropa ini perlahan demi perlahan di tinggalkan dan para penarik becak hanya menggunkan motor BSA 500 cc sebagai penariknya. Dimana pada tahun 1960 mayoritas penarik becak kebanyakan menggunakan motor BSA 500 cc. Diperkirakan pada saat itu ada sekitar 30 unit Becak yang beroperasi di kota Siantar. Seiringnya kehadiran becak di Pematangsiantar terbentuk jugalah organisasi tukang becak yang bernama PBMS (Persatuan Bejtak Motor Siantar) pada tanggal 11 Mei 1960. Dengan ketua Samsudin Koto dan Sekretaris Sugimin Prayono. Sesuai dengan isi Anggaran Dasar pasal 3 a organisasi ini bertujuan melaksanakan amanat penderitaan rakyat dalam mencapai masyarakat yang adil dan makmur, terutama dalam angkutan becak motor.19

Mulai tahun 1960 becak dengan motor BSA akrab mewarnai jalan-jalan kota Pematangsiantar. Karena kemampuan dan kecepatannya yang lebih baik dari transportasi lain terutama sado. Becak inipun menjadi primadona angkutan dalam kota. Menurut Rohim pada awalnya becak-becak biasa mangkal di daerah Pajak Horas dan Deli Studio yang berada di pusat kota sekaligus pusat ekonomi dan hiburan di kota Pematangsiantar. Becak-becak ini mulai beroperasi dari pagi hari Untuk mencapai tujuan tersebut menurut pandangan organisasi ini harus dilakukanlah usaha mempelancar pengankutan becak motor dengan biaya-biaya yang serendah-rendahnya agar tercipta pemerataan.

19


(42)

bahkan bisa sampai larut malam apabila ada Midnight Show di Bioskop Deli. Nilai lebih becak pun kian bertambah karena mampu beroperasi hingga larut malam dibandingkan angkutan kota lain seperti mopen dan sado yang hanya beroperasi sampai sore hari saja. Mengoperasikan becak pada masa awal-awal ini bukan tanpa ganjalan. Minimnya sukucadang memaksa tukang becak untuk kreatif untuk mengakalinya. Contohnya ban becak yang bocor dan koyak karena tidak adanya ban khusus becak yang dijual memaksa para tukang becak menjait ban tersebut untuk menutupi kerusakan yang ada. Dan untuk mesin yang rusak biasanya para pemilik becak melakukan kanibal dengan cara mengambil bagian-bagian sukucadang yang perlu dari motor-motor Eropa yang sejenis.

Sekitar tahun 1965 menurut kartiman sudah ada sekitar 50 unit becak yang beroperasi di Kota Pematangsiantar. Pada tahun-tahun selanjutnya pertumbuhan becak kian hari kian meningkat. Pada tahun 1960-1965 motor-motor BSA yang dijadikan becak kebanyakan didapat dari daerah Sumatera utara terutama di daerah-daerah perkubunan. Motor-motor ini merupakan peninggalan para administratur perkebunan partikelir yang kembali ke tanah airnya ketika Revolusi Kemerdekaan terjadi. Namun pada tahun ini juga ada sekitar 20 unit motor BSA yang didatangkan dari wilayah Singapura. Uniknya motor-motor ini didapat dengan cara dibarter dengan 2 truk sayur kol oleh pengusaha Tionghoa Siantar yang bernama Tiongseng. Dengan memanfaatkan anaknya yang bernama Asu dan bermukim di Singapura beliau memasukan motor-motor BSA tipe M20 dengan mesin berselindir 500 cc. Sesampainya di Siantar motor-motor produksi Inggris ini mulai di rakit menjadi


(43)

becak. Setelah menjadi becak kemudian becak ini dijual kepada masyrakat yang tertarik dengan harga Rp 30.000.

Kian berjalannya waktu jumlah becak di Pematangsiantar kian bertambah. Hal ini dikarenakan menarik becak merupakan lapangan pekerjaan yang baru dan menjanjikan. Terutama dari kalangan veteran perang dengan keluarnya Peraturan Pemerintah no.6 Tahun 1954 Tentang Penampungan Bekas Anggota Angkatan Perang Dan Pemulihan Mereka Kedalam Masyarakat20 mengarahkan para veteran perang untuk mandiri. Dengan kemampuan mengendarai sepedamotor dan memiliki sepeda motor bekas peninggalan Belanda, sebagian veteran ini memilih menarik becak sebagai lapangan pekerjaan setelah tidak terikat lagi dengan dinas militer. Banyaknya para veteran yang menarik becak maka berdirilah organisasi penarik becak yang bernama KARBEVSI (Karyawan Becak Mesin Legiun Veteran Siantar) sekitar awal tahun 1970-an. Menurut Informasi dari informan diperkirakan jumlah becak yang beroperasi di Siantar mencapai lebih kurang 100 Tahun 1970. Seiring bertambahnya jumlah becak yang beroperasi membawa dampak bermunculan bengkel-bengkel becak. Salah satu bengkel becak yang cukup terkenal pada saat itu adalah Bengkel Gema Karya milik Rohim yang mulai beroperasi dari tahun 196021

20

www.djpp.depkumham.go.id, Lembaran Negara Peraturan Pemerintah No.6 Tentang Penampungan Bekas Anggota Angkatan Perang Dan Pemulihan Mereka Kedalam Masyarakat, diakses 11 November 2012.

21

Wawancara dengan Rohim.

. Pada awalnya rohim membuka bengkel sekitar tahun 1958 namun bengkel ini belum melayani becak masih bengkel sepeda motor biasa. Namun pada tahun 1960-1965 dengan meningkatnya jumlah becak. Rohim pun memutuskan memfokuskan


(44)

bengkelnya pada perbaikan becak. Tidak hanya memperbaiki becak. Bengkel ini juga mulai membuat sukucadang becak yang tidak ada lagi diproduksi. Biasanya Rohim memanfaatkan sukucadang kendaraan lain yang dianggap cocok untuk dimodifikasi dan dibentuk kembali sesuai sukucadang motor BSA yang diperlukan. Teknik ini dilakukan dengan cara membubut komponen yang ada sehingga sama persis dengan bentuk dan ukuran bagian sukucadang motor BSA yang asli. Hal inilah yang menyebabkan becak di Siantar dapat tetap beroperasi walupun suku cadangnya susah untuk dicari. Bahkan ketika pada tahun 1973 Pabrik BSA sudah tidak beroperasi lagi yang secara otomatis membuat tidak beredarnya lagi sukucadang motor BSA. Namun di kota ini motor-motor BSA masih tetap berjalan dan mewarnai setiap persimpangan-persimpangan jalan yang ada walaupun sudah berubah menjadi becak.

Tidak hanya mengalami pertambahan unit di tahun 1970 bentuk bak penumpang juga mulai berubah22

22

Wawancara dengan Rohim

. Semula kabin penumpang memiliki model bak sampan (bak pikul) yang terbuat dari kayu dan beratap lipat. Dengan alasan moderenisasi bak ini kemudian dirubah dengan menambahkan per (pegas) antara sispan (chasis) dan bak penumpang. Selain itu jarak sispan juga diperhitungkan sekitar 25 cm dari permukaan tanah. Ukuran ini diperkirakan mampu membuat becak tetap stabil. Untuk bak penumpang juga mengalami perombakan secara total. Pada bak penumpang ini ditambahkan kaca pada bagian depannya dengan model 3 jendela. Selain itu untuk atap dirubah menjadi atap permanen. Untuk bagian body dari bak juga ditambahkan plat besi agar lebih tahan dari air. Tempat duduk penumpang juga


(45)

diberikan busa agar penumpang lebih nyaman ketika duduk. Bak ini di beri nama Mersi yang merupakan singakatan mereng sedikit.23

Mulai tahun 1965-1970 jumlah becak mulai bertambah. Hal ini dikarenakan banyaknya masyarakat Siantar yang mencari motor-motor BSA ke daerah-daerah perkebunan sekitar Siantar-Simalungun, Medan, Langkat. Setelah tidak lagi menjumpai di sekitar wilayah Sumatera Utara. Para pemburu motor BSA ini memperluas wilayah pencarian keseluruh wilayah Sumatera dari Aceh, Sumatera Tengah ( Sumatera Barat ) sampai Lampung.

Hal ini dikarenakan ketika memasang atap yang terbuat dari terpal tukang becak mengalami kesulitan karena tidak sinkronnya antara rangka atap dengan terpalnya. Model bak Mersi ini digunakan hingga sekarang.

24

23 Wawancara dengan

Kartiman, pada 1 November 2012, di Pematangsiantar. 24

Wawancara dengan Kartiman

Pada masa ini juga Sado mulai berkurang jumlah dikarenakan banyaknya tukang sado yang beralih profesi menjadi penarik becak. Alasan beralihnya tukang sado ini dikarenakan biaya merawat kuda yang cukup besar dibandingkan biaya merawat becak. Juga karena kebanyakan masyarakat lebih memilih becak sebagai alat transportasi karena lebih efesien dalam hal waktu.

Mulai tahun 1980 sampai 1990-an motor-motor BSA mulai didatangkan dari pulau Jawa. Mulai dari kota-kota di ibu kota Jakarta sampai Surabaya menjadi wilayah pencarian motor BSA. Dengan masuknya motor-motor BSA dari Jawa semakin menambah lajuh pertumbuhan becak di Kota Pematangsiantar.


(46)

Pada tahun 1996 Becak Siantar tercatat 720 unit. Namun dalam hal ini kita bisa jauh berasumsi, bisa saja jumlah becak yang beroperasi pada masa ini lebih dari 1.000 unit. Hal ini dikarenakan kebanyakan becak-becak yang ada tidak bersurat resmi alias bodong. Asumsi perkiraan jumlah ini juga diperkuat dengan pernyataan-pernyataan dari para informan penulis yang menceritakan sudah menjadi hal yang biasa pada saat itu dalam 1 Surat Tanda Kendaraan Bermotor yang dikeluarkan pemerintah menjadi surat untuk tiga sampai lima becak.

Peningkatan jumlah becak yang cukup pesat di Kota Pematangsiantar menjadikan Kota ini cukup terkenal dengan moda transportasinya yang unik. Dengan banyaknya becak yang menggunakan motor-motor BSA yang cukup tua menjadikan kota ini terkenal sebagai kotanya becak motor BSA. Seiring perjalan waktu kata BSA pun mengalami pergeseran arti. Kebanyakan orang akan lebih mengetahui BSA merupakan singkatan “Becak Siantar Asli” dari pada Brimingham Small Arms yang merupakan perusahaan manufaktur di Inggris. Hal ini merupakan salah satu gambaran bagaimana becak sebagai alat transportasi ternyata tanpa disadari telah menjadi icon kota ini.

3.2 Perkembangan Becak Siantar

Dalam perjalannya keberadaan becak di Pematangsiantar juga mengalami peningkatan jumlah. Ditahun 1960 jumlah becak yang beroperasi lebih kurang 30 Unit namun seiring bertambahnya waktu mengalami pertumbuhan yang cukup drastis dimana pada masa keemasannya era 1990-an menjadi sekitar 2.000 unit.


(47)

Pertumbuhan jumlah becak ini sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan perluasan wilayah kota Siantar itu sendiri. Sebagai kendaraan dalam kota becak menjadi anak kandung dalam perkembangan kota Siantar. Becak seakan tidak terlepas dari pergerakan masyarakat Siantar. Sehinga pada saat ini kita terbiasa melihat pada subuh hari hingga pagi hari becak banyak beraktifitas melayani kebutuhan masyarakat yang akan berbelanja di pasar-pasar tradisional seperti Pajak Horas, Pajak Dwikora ( Parluasan) yang merupakan pasar terbesar di kota ini. Di jam-jam sekolah kita juga banyak melihat becak yang hilir mudik mengantar anak-anak sekolah. Siang hari becak juga lalu lalang untuk memberikan pelayanan transportasi bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mereka di Pusat kota Siantar. Dan pada malam hari becak akan tetap setia menunggu penumpang untuk mengantar pulang masyarakat yang baru selesai bekerja. Banyaknya becak yang beroperasi di kota ini menjadi kan kota ini tekenal akan becak nya. Terutama dikarenakan motor penariknya yang unik. Terkadang beberapa wisatawan asing akan terlihat sebagai penumpang becak. Keberadaan wisatawan asing di kota ini tidak terlepas dari posisi kota Siantar sebagai kota transit menuju Obyek Wisata Parapat (Danau Toba).

Banyaknya becak beroperasi dikota ini melahirkan anekdot yang berkembang dimasyarakat dimana BSA yang merupakan singkatan Birmingham Small Arms menjadi Becak Siantar Asli. Hal ini menunjukan ibarat mata koin yang tidak dapat terlepas kedua sisinya begitu juga Kota Siantar dengan becaknya yang saling mengikat antara keduanya.


(48)

3.2.1. Peningkatan Jumlah Unit

Peningkatan keberadaan becak di Kota Siantar dikarenakan tingginya permintaan akan moda transportasi ini. Hal ini memicu banyak masyarakat Siantar berburu motor BSA ke wilayah Sumatera dan Jawa. Dengan masuknya motor-motor bekas ini kian menambah populasi becak.

Pada tahun 1960-1970 banyak masyarakat Siantar yang mulai mencari becak ke luar kota Pematangsiantar. Kota-kota yang menjadi tempat pencarian adalah Medan, Binjai, Tebing Tinggi, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Asahan. Banyak nya motor-motor BSA yang di temukan di Sekitar Sumatera Utara di karenakan daerah ini yang merupakan wilayah perkebunan banyak terdapat motor-motor tua yang sudah tak terpakai lagi. Untuk dapat beroperasi sebagai becak motor-motor ini harus diperbaiki dahulu dan dibuat sispan dan bak penumpangnya. Selain itu untuk mendapat menjadi alat transporatsi umum resmi becak harus memiliki izin trayek Dari Dinas DLLAJ, Surat izin Dinas Perdagangan juga surat izin dari Dinas Perindustrian setelah lengkap baru mengurus ke Polda Sumut untuk mendapatkan Plat nomor Polisi yang resmi.25

Pada tahun-tahun ini juga tidak hanya beroperasi di Siantar. Becak Siantar juga mulai menyebar ke daerah-daerah lain di Sumatera Utara. Seperti Kota Perdagangan, Galang, Tarutung, Sibolga, Rantau Perapat sampai Padangsidempuan. Orang-orang di kota-kota ini lebih mengenal dengan nama Betor (becak motor)

Diperkirakan jumlah becak pada saat ini telah mencapai 500 unit.

25


(49)

Siantar. Di Kota Padangsidempuan Becak Siantar mulai terlihat pada tahun 1976.26

Sudah tidak terpakai lagi menjadikan harga motor-motor BSA di Pulau Jawa sangat murah. Hal inilah yang membuat banyak masyarakat Siantar yang berburu Sebelum mengenal jenis Becak Vespa ternyata orang Sidempuan telah mengenal terlebih dahulu Becak Siantar. Namun akibat dengan tidak adanya bengkel yang khusus melayani becak Siantar di Kota Padang Sidempuan membuat becak Siantar hanya mampu bertahan hingga tahun 1978.

Mulai tahun 1980-1990 an populasi becak di Kota siantar kian bertambah. Hal ini dikarenakan masuknya motor-motor BSA dari pulau Jawa. Masyarakat siantar banyak yang mencari motor-motor ini ke wilayah pulau Jawa mulai dari Jakarta, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur hingga Bali. Namun pada saat ini kebanyakan motor-motor BSA sudah tidak berfungsi lagi dan menjadi barang rongsokan. Dengan rata-rata diperoduksi di tahun 1941-1956 menjadikan usia motor-motor ini tergolong tua. Selain itu dengan tutupnya pabrik BSA secara permanen pada tahun 1973 sudah pasti hal ini menjadikan tidak terdapanya lagi sukucadang motor BSA. Berumur tua dan tidak terdapatnya sukucadang menjadikan motor-motor BSA di pulau Jawa menjadi Barang rongsokan. Menjadi barang rongsokan di pulau Jawa tidak demikian di Kota Siantar. Dengan adanya bengkel-bengkel bubut khusus motor BSA menjadikan motor BSA tetap bisa dimanfaatkan sebagai becak di kota ini.

26 Akhir Matua Harahap,

Sejarah Becak Vespa Padang Sidempuan : Suatu Inovasi Sosial-Ekonomi Alat Transportasi, http://akhirmh.blogspot.com, di akses 24 November 2012.


(50)

motor BSA ke Jawa. Seperti Kartiman, Suyadi, Tukino. Biasanya kondisi ketika ditemukan motor-motor BSA ini sudah tidak jalan lagi terletak begitu saja di pojok rumah, gudang, bahkan tidak jarang ditemukan di dekat kadang ayam atau kambing.27

Kota-kota yang menjadi tujuan dalam mencari motor BSA antara lain Jakarta, Bandung, Powokerto, Kebumen, Solo, Yogyakarta, Kediri dan Surabaya. Setelah didapat motor-motor ini dibawa dengan cara di bongkar secara terpisah hal ini untuk memudahkah proses membawanya juga untuk menekan biaya angkut.

Harga motor BSA ini sekitar Rp 10.000,- sampai Rp 75.000,- apabila kondisi motor tersebut masih hidup. Ketika sampai di Siantar motor-motor ini dijual dengan harga 150.000,- . Suyadi mengatakan ketika beliau berburu motor BSA di daerah Solo pada tahun 1985, beliau pernah mendapatkan motor BSA dengan cara di tukar dengan sepasang kambing, diwaktu yang lain juga pernah menukar dengan Tv dan Sepeda.

Dimulai pada Tahun 1980 Masyarakat yang berburu motor BSA akan mencari ke setiap pelosok kota di Pulau Jawa. Terutama ke tempat-tempat pengepul barang bekas. Dari sinilah informasi keberadaan motor BSA kian berkembang untuk mendapatkan motor BSA di Jawa, orang-orang Siantar memanfaatkan jasa seorang informan dengan imbalan 10 - 20 % dari harga transaksi. Dari para informan inilah banyak didapat informasi keberadaan motor BSA. Kepastian sudah adanya motor BSA yang siap dijual didapat dengan datangnya telegram dari Informan.

27 Wawancara

Suryadi, Merupakan penarik Becak dan Berburu Motor BSA ke Jawa, pada 28 Oktober 2012, di Pematangsiantar.


(51)

Namun cara ini juga merupakan taktik untuk mengelabui pemeriksaan dari pihak yang berwajib karena terkadang motor-motor ini tidak dilengkapi surat-surat resmi.28 Setelah didapat motor BSA akan di bawa melalui jalur darat dan jalur laut. Pada tahun 1980 motor-motor BSA yang telah didapat kebanyakan dibawa melalui jalur laut menggunakan KMP Tampomas II namun setelah kapal ini tenggelam pada tahun 198129

Banyaknya becak yang beroperasi di kota Siantar membuat pihak yang Berwajib melakukan Razia Becak. Salah satu surat kabar yang memberitakan rajia tersebut adalah Surat Kabar Indonesia Baru (SIB).

masyarakat Siantar memilih membawa motor-motor BSA melalui jalur darat dengan menggunakan Bus Makmur atau Bus ALS (Antar Lintas Sumatera).

Dengan masuknya motor-motor BSA dari Jawa membawa dampak pada peningkatan jumlah becak yang beroperasi di kota Siantar. Menurut informasi yang di dapat penulis dilapangan jumlah becak yang beroperasi pada tahun 1980-an lebih kurang seribu unit lebih. Namun jumlah secara pastinya juga kurang diketahui. Hal ini dikarenkan banyaknya becak-becak yang tidak memiliki surat resmi dari pihak yang terkait. Selain itu menurut keterangan Suyadi menjadi hal yang biasa pada saat itu 5 becak memiliki 1 surat. Hal ini dilakukan dengan merubah no rangka dan no mesin dengan cara diketok.

30

28

Wawancara dengan Kartiman

29

Kapal Motor Penumpang Tampomas Tenggelam di perairan Jawa sekitar Pulau Masalembo pada tanggal 27 januari 1981 dalam perjalanan Jakarta-Makasar.

30

Koran SIB tanggal 13 bulan 4 tanpa tahun, (Kliping koran arsip pribadi Kartiman).

Koran ini menceritakan sekitar 60 becak terjaring rajia akibat tidak sesuai no rangka dan no mesin dengan BPKB dan


(52)

STNK. Tidak samanya no mesin dan no rangka dengan STNK dan BPKB dalam koran ini kapolres Drs. Ahmad Rifai Siregar menjelaskan :

‘’... untuk itu beca mesin siantar harus ditertibkan untuk pendataan, nyatanya terdapat ketidaksamaan no rangka dan no mesin di STNK dan BPKB...

...Kesalahan ini bermula dari Samsat karena tidak menelitinya...”

Melihat pernyataan yang dilontarkan kapolres Simalungun pada saat itu memberikan gambaran pada kita ternyata memang benar terdapat banyak becak yang tidak memiliki surat resmi.

Sekitar tahun 1980-an dengan bertambahnya tukang becak membawa pengaruh timbulnya organisasi-organisasi paguyuban tukang becak. Seperti Cv. Cinta Maju, Cv. GABEMAS (Gabungan Becak Motor Siantar), CV. BPM ( Badan Persatuan Becak Mesin). PRIBUMI dan KOSGORO.31

Pada dekade 1980-an ini kita bisa melihat banyak becak yang mangkal di setiap persimpangan yang ada. Untuk kawasan pusat kota becak-becak banyak tersebar di simpang-simpang yang berujung di Jalan Sutomo dan Jalan Merdeka seperti disimpang Jl. Cipto, Jl.Bandung, Jl.Surabaya, Jl.Wahidin, Jl.Diponegoro, Biasanya para tukang becak akan meletakan nama organisasi yang mewadainya di selembar plat besi dan digantung dibawah bak penumpang. Organisasi-organisasi ini menjadi media interaksi sosial sesama penarik becak.

31


(53)

Jl.suasio hal ini dikarenakan Jalan Sutomo dan Jalan Merdeka merupakan pusat ekonomi dan pemerintahan di kota Siantar. Becak juga banyak mangkal di sekeliling Pajak Horas dan Pajak Dwikora (pajak Parluasan) yang merupakan dua pajak terbesar di Kota Pematangsiantar. Di fasilitas-fasilitas publik seperti Lapangan Haji Adam Malik ( Lapangan Simarito,Lapangan Merdeka), Taman Bunga, Siantar Hotel, depan Rumahsakit-rumasakit yang ada di Kota ini, stasiun kreta api, terminal Parluasan. maupun setiap simpang-simpang jalan utama di kelurahan-kelurahan tidak terlepas dari keberadaan becak kota ini.

Dengan penyebaran becak yang hampir merata di wiliyah Kota Pematangsiantar, tentunya hal ini sangat berperan dalam membantu pergerakan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Pada masa inilah becak mendominasi jalan-jalan di Kota Siantar. Becak akan hilir mudik selama 24 Jam penuh dalam melayani masyarakat Siantar.

Mulai dari tahun 1990 motor-motor BSA sudah tidak lagi masuk ke Siantar. Hal ini dikarenakan sudah tidak terdapat lagi motor-motor BSA yang tersedia di pasaran. Mulai tahun 1991 jumlah mopen kota yang mulai beroperasi di Kota Pematangsiantar mulai bertambah. Perusahaan – perusahaan mopen yang mulai beroperasi pada saat ini seperti Cv. Koperasi Beringin, Cv. Sinar Siantar, GMMS (Gabungan Mobil Penumpang Siantar) dan lain-lain. Jalan Kota Pematangsiantar mulai di warnai hilir mudik mopen. Kehadiran mopen tentunya menjadi saingan becak dalam mencari sewa. Apalagi ongkos yang diberlakukan mopen jauh lebih murah dengan tarif jauh dekat tetap yaitu seratus rupiah untuk orang dewasa dan


(54)

limapuluh rupiah untuk anak sekolah. Tentunya hal ini menjadikan mopen menjadi alat transportasi alternatif yang murah. Mampu menampung hingga 7-8 orang dengan jumlah unit yang terus bertambah tentunya keberadaan mopen jelas menjadi saingan becak. Hal pada akhirnya menimbulkan gesekan antara sopir mopen dengan tukang becak. Tidak jarang terajadi baku hantam diantaranya. Namun gesekan ini mereda dengan sendirinya karena ada kesepakan antara penarik becak dengan Mopen yang menetapkan mopen hanya beroperasi hingga pukul 18.00 Wib. Sehingga malam hari secara otomotis merupakan waktu operasional becak saja.

Dengan mulai bertambahnya mopen lalulintas di kota Pematangsiantar sudah tidak lagi didominasi oleh becak. Para tukang becak mau tidak mau harus berbagi tempat dengan mopen untuk memberikan jasa pelayanan transportasi bagi masyarakat kota Pematangsiantar. Tabel dibawah menjelaskan komposisi angkutan yang beroperasi di kota Siantar pada tahun 1996.

Tabel .II. Banyaknya Perusahaan Dan Jumlah Sarana Angkutan Kota Penumpang dan Barang Di Daerah TK. II Kodya Pematangsiantar 1995/1996

Sarana Angkutan Perusahaan Perorangan Jumlah Kendaraan

(1) (2) (3) (4)

1. Mopen kota 2. Bus kota 3. Bus Umum 4. Taxi 5. Gerobak 13 9 13 2 14 - - 2 - - 1.242 373 645 105 559


(55)

6. Beca Bermesin 7. Beca tidak

bermesin 8. Sado

- - -

- - -

720 218 5 Sumber : Kantor BPS Pematangsiantar dalam Angka tahun 1996

Berjumlah sampai seribu unit lebih, sudah pasti perlahan mopen mulai menggeser becak di jalanan Siantar. Selain itu kita juga dapat melihat jumlah sado yang hanya tinggal lima unit. Bila ditahun sebelum 1960 Sado merupakan alat transportasi kota yang utama namun pada masa ini sado hanya sebagai alat transportasi masyarakat yang bertujuan untuk tamansyah saja. Perkembangan jaman memaksa Sado yang merupakan kendaraan trandisional harus rela memberikan jalan-jalan kota Siantar untuk moda transportasi yang lebih moderen seperti becak mesin dan mopen kota.

3.2.2. Permintaan Jasa Transportasi yang kian meningkat

Keberadaan becak yang terus menigkat dari tahun 1960-1990 an tidak terlepas dari perkembangan Kota Pemtang Siantar Itu sendiri. Sebagai kota yang yang terus mengalami pertumbuhan tiap tahunnya, menjadikan transportasi sebagai salah satu unsur yang terpenting bagi pertumbuhan tersebut. Terjadinya aktivitas pergerakan dengan ditunjukannya peningkatan mobilitas pergerakan manusia dan barang di perkotaan adalah sebagai konsekuensi dari meningkatnya perekonomian kota.


(56)

Dengan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat tiap tahunnya dan mengalami perluasan wilayah dari 1.248 Km² menjadi 7.997 Km² menjadikan transportasi mejadi sangat berperan dalam pengembangan kota ini. Dimana pusat ekonomi dan pelayan publik yang terpusat di inti kota menjadikan dearah-daerah pinggiran kota membutuhkan jasa transportasi untuk mengaksesnya.

Keberadaan becak di kota ini jelas untuk memberikan jasa pelayanan transportasi umum. Pertumbuhan becak berjalan lurus dengan pertambahan penduduk dan perluasan wilayah Kota Pematangsiantar. Pada tahun 1960 becak mulai beroperasi di Kota Siantar. Pada saat ini penyebaran becak hanya terkosentrasi di daerah pusat kota yaitu di jl. Merdeka dan Jl. Sutomo. Namun seiring perluasan wilayah administratif Kotamadya Tingkat II Pematangsiantar di 1982 seluas 12.48 km² menjadi 7.997 Km² pada tahun 1986. Penyebaran becak tidak hanya di pusat kota saja tetapi merambah mulai tingkat kecamatan hingga kelurahan.

Hal ini menunjukan keberadaan alat transportasi sangat dibutuhkan. Terutama bagi daerah-daerah Siantar yang baru dimekarkan. Daerah-daerah tersebut tentunya belum dilalui trayek mopen kota. Sehingga keberadaan becak sangat membantu masyarakat pinggiran Kota Pematangsiantar untuk memenuhi kebutuhan mereka yang kebanyakan terdapat di pusat kota.


(57)

3.2.3. Sebagai Lapangan Pekerjaan.

Peningkatan jumlah becak selain dikarenakan permintaan jasa transportasi yang tinggi di kota ini juga dikarenkan becak menjadi lapangan pekerjaan bagi sebagian masyarakat Siantar. Pada awal-awal keberadaannya becak merupakan lapangan pekerjaan bagi sebagaian veteran perang yang harus mencari pekerjaan karena keluarnya Peraturan Pemerintah no.6 tentang Penampungan Bekas Anggota Angkatan Perang Dan Pemulihan Mereka Ke Dalam Masyarakat. Membuat para veteran perang memilih sebagai tukang becak sebagai pekerjaan setelah tidak lagi terikat dalam dinas ketentaraan.32

32

Wawancara dengan Rohim.

Begitu juga Rohim dan Kartiman yang hanya bertamatkan sekolah Rakyat ( Setingkat SD) pilihan menggeluti becak merupakan pilihan pekerjaan yang menjanjikan. Sebagai lapangan kerja sektor informal menarik becak menjadi pilihan karena tidak membutuhkan status pendidikan yang tinggi. Penghasilan mereka pada sektor informal ini mampu memberikan kehidupan yang lebih dari cukup. Rohim menuturkan dari usaha beliau membuka bengkel beliau mampu membeli tanah dan menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi. Selain itu berburu motor-motor BSA juga merupakan lapangan pekerjaan yang menjanjikan pada 1960-1990. Mengahsilkan keuntungan dua kali lipat menjadikan berburu motor BSA banyak digeluti masyarakat Siantar. Kartiman mengatakan pada saat itu pengahasilan dari menarik becak selama sebulan bisa menutupi kebutuhan keluarga selama sebulan ketika ditinggalkan beliau saat berburu motor BSA keluar daerah.


(58)

Suyadi menuturkan pada masa keemasan becak 1980an – 1990 an menarik becak memberikan penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bahkan dapat sedikit menabung dan membelikan istrinya perhiasan. Selain itu terdapat juga beberapa kawannya sesama tukang becak yang merupakan pegawai negeri sipil. Mereka menarik becak untuk menambah pundi-pundi penghasilannya. Banyak juga yang berprofesi sebagai guru pada pagi hari dan pada siang hari satelah pulang mengajar beralih profesi sebagai tukang becak. Hasil penelitian Hal ini menunjukan menarik becak bukanlah pekerjaan yang dianggap rendah. Apabila di daerah-daerah lain di Indonesia yang menggunakan becak manual, tukang becak merupakan pekerjaan yang dianggap tidak manusiawi karena harus mendayung dan terkesan mengeksploitasi tenaga manusia. Tetapi di kota ini hal tersebut tidak terlihat karena para tukang becak menggunakan motor yang lebih moderen sehingga tenaga manusia dapat lebih di minimalisir penggunaannya. Bahkan tidak jarang kita dapat melihat abang-abang tukang becak di Siantar tampil modis dengan jaket kulit dan kacamata hitamnya.

Dengan bertambahnya jumlah becak juga mempengaruhi bertambahnya bengkel-bengkel becak di Kota Siantar. Mulai tahun 1970-an bengkel-bengkel becak mulai berkembang di wilayah siantar seperti Bengkel Gema Karya milik rohim yang berada di Jl. Tombang, Bengkel Mbah sari di Jl. Seram Kampung Banten, Bengkel Handayani dan banyak lagi bengkel-bengkel lain yang menyebar di Kota Siantar yang tentunya berimbas pada terbukanya lapangan kerja. Kesemua ini menunjukan tanpa


(59)

disadari ternyata kemunculan becak mampu menjadi pilihan pekerjaan informal dan merupakan lapangan pekerjaan yang nyata bagi sebagian masyarakat Siantar.

BAB IV

Peranan Becak Siantar

4.1 Sarana Transportasi

Kota sebagai tempat kegiatan pemenuhan kebutuhan manusia tentunya memiliki sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan tersebut. Salah satu sarana yang dapat menunjang kegiatan tersebut adalah transportasi. Transportasi mengambil peran penting bagi mobilitas penduduk untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan adanya transportasi masyarakat akan lebih cepat terpenuhi kebutuhannya. Transportasi juga dapat diartikan suatu jasa yang diberikan, guna menolong orang dan barang untuk dibawa dari suatu tempat ke tempat yang lain.33

Setiap kota memiliki alat transportasi yang bebeda tergantung kemajuan dan kondisi alam kota itu. Begitupun dengan becak, alat transportasi ini juga biasa kita jumpai di kota-kota di Indonesia. Sebagai moda transportasi perkotaan becak ikut mewarnai geliat mobilitas masyarakat. Model becak di tiap kota bisa saja berbeda. Pada kota-kota yang berada di pesisir tidak jarang kita temukan becak di kayuh oleh manusia seperti di Medan, dan Yogyakarta. Namun di kota-kota yang memiliki ketinggian diatas 400 Mdpl dan memiliki topografi perbukitan kita akan menjumpai

33


(60)

becak-becak yang di tarik oleh sepeda motor contohnya Padangsidempuan dengan becak Vespanya ataupun Pematangsiantar dengan becak BSAnya.

Sebagai sarana transporatsi perkotaan tentunya becak memiliki karakteristik tersendiri dalam memberikan pelayanan dari alat transportasi lainnya. Tabel di bawah menjelaskan jenis-jenis transportasi yang terdapat di perkotaan dan membaginya dalam beberapa jenis.

Tabel.III. Jenis dan macam moda transportasi kota menurut karakteristik dan tipe penggunaannya

Karakteristik Tipe Penggunaan ( Peruntukan)

Pribadi Disewakan Umum

Sebutan Kendaraan Pribadi Para Transit Mass Transit Tipe Moda ( Bentuk Kendaraan) 1. Mobil 2. Motor 3. Sepeda 4. Jalan Kaki

1. Taksi 2. Mobil Sewa 3. Ojek 4. Becak 5. Dokar/Bendi/ Sado 1.Bus ,Troley Bus, Mobil Penumpang kecil/ mikrolet 2. Kereta Api 3.Kendaraan

bawah tanah 4. kapal sungai Tersedia untuk Penyedia Penentuan Rute Penentuan jadwal Karcis Pemilik Pemilik Bebas/Fleksibel Bebas/Fleksibel - Umum Operator Bebas/ Fleksibel Bebas/Fleksibel Negoisasi Umum Operator Tetap (Trayek) Tetap (Terjadwal) Tetap (Tarif)


(1)

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Sejarah kemunculan becak di Kota Pematangsiantar di mulai oleh ide Pahala Siahaan yang prihatin melihat kondisi keluarga tukang sado yang lebih mengutamakan mengurus kuda dari pada memperhatikan keluarga dan bersekolah. Diawali dengan meniru becak bromfit medan, becak di Siantar terus mengalami perubahan pada motor penggeraknya untuk disesuai dengan kondisi alam Siantar. Hingga tahun 1960 hanya motor BSA saja yang sanggup bertahan.

Kemunculan becak mesin di Kota Pematangsiantar membawa angin perubahan pada masyarakat. Mengandalkan tenaga yang berkapasitas 350-500 cc becak mampu menjangkau seluruh wilayah kota Pematangsiantar. Becak pun menjadi sarana transportasi alternatif bagi masyarakat Pematangsiantar. Seiring berjalannya waktu becak mulai menjadi primadona sarana transportasi di kota ini. Keterbatasan angkutan kota lainya dalam mengakses wilayah administratif Pematangsiantar terselesaikan sudah dengan kehadiran becak.

Dengan pertambahan jumlah becak yang kian meningkat dari tahun ke tahun menjadikan masyarakat Pematangsiantar terbantu dalam mobilitasnya. Terutama bagi masyarakat daerah pinggiran kota. Dengan keberadaan becak mereka lebih mudah untuk mengakses ke pusat kota Siantar yang merupakan sentra ekonomi dan pelayan publik. Peningkatan jumlah becak sejalan lurus dengan pertambahan luas wilayah dan pertumbuhan penduduk siantar. Penyebaran becak yang sampai tingkat kelurahan


(2)

membuat becak semakin digandrungi masyarakat. Memilki jumlah hingga seribuh lebih menjadikan becak raja-raja persimpangan jalan , dan mendominasi lalulintas di Pematangsiantar.

Seiring berjalannya waktu membuat umur becak semakin tua. Menggunakan motor BSA yang berumur puluhan tahun becak mulai bermetamorfosis dari sarana transportasi menjadi ikon kota. Dengan segala keunikan dan keunggulanya becak tidak hanya digunakan sebagai moda transportasi kaum urban, tetapi juga sebagai media kampanye dan promosi produk tertentu. Tidak jarang becak juga diperkenalkan sebagai kendaraan yang unik kepada fublik figure yang datang kota ini. Becak juga diberi tempat istimewa untuk mengiringi arak-arakan yang membawa piala yang merupakan simbol pernghargaan Pemerintah Pusat kepada Kota Pematangsiantar yang telah mencapai sebuah prestasi. Kesemua ini menunjukan ternyata becak telah mampu merebut hati masyarakat, sehingga moda transportasi ini dapat menjadi kebanggaan bersama masyarakat Pematangsiantar. becak motor inipun kemudian biasa disebut Becak Siantar.

Pada akhirnya peningkatan jumlah mopen membawa pengaruh memudarnya masa-masa emas becak Siantar. Berjumlah 2.130 unit mopen mulai mendominasi jalan-jalan kota siantar. Perlahan dengan pasti satu persatu becak mulai hilang dari persimpangan jalan-jalan Kota Pematangsiantar. Ketika wacana perda peremajaan becak di hembuskan penguasa momentum ini digunakan para tukang becak sebagai pelampiasan untuk mengungkapkan kondisi mereka yang semakin terjepit. Dengan semangat mempertahan eksistensi becak sebagai ikon kota para pengendara becak Siantar menghimpun diri dalam organisasi BOM’S. Melalui organisasi ini mereka


(3)

menyatakan secara tegas menolak di sahkanya perda ini karena dianggap menghilangkan Keberadaan Becak Siantar Secara tersistematis. Dengan semangat selogan “ Biarlah, kalaupun Becak Siantar harus mati, matilah dengan alami. Tapi bukan karena perda ” . Menggambarkan bagaimana semangat para abang-abang becak untuk mempertahakan eksistensi Becak Siantar. Namun disatu sisi selogan ini menunjukan kepasrahan mereka terhadap masa depan yang mungkin tidak dapat menjamin Becak Siantar untuk tetap bertahan akibat kerasnya persaingan di jalanan. Bisa saja Becak Siantar mengalami nasib serupa dengan sado yang terlebih dahulu menghilang dari jalan-jalan Kota Siantar akibat kalah bersaing dengan penantang baru.51

Kehadiran dan perkembangan Becak di Kota Pematangsiantar berjalan lurus dengan pembangunan yang ada. Kemunculan becak yang pada awalnya tidak terencana dan merupakan murni inisiatif masyarakat juga memiliki andil dalam peroses mempercepat pembangunan kota ini. Muncul dalam waktu bersamaan kota ini mendapat otonomi penuh sebagai Kotamadya Tingkat II. Menjadikan becak merupakan saksi sejarah dari perjalan Kota Pematangsiantar sampai saat ini. Unik dan khas Becak Siantar memiliki potensi yang bisa dimanfaatkan sebagai potensi pariwisata. Mengacu pada sejarahnya dan pontensi yang dimiliki Becak Siantar. Penulis mencoba memberikan saran :

5.2 Saran

51

Ketika penulisan skripsi ini berlangsung ke beradaan Becak Siantar semakin berkurang, hal ini dikarenakan banyak tukang becak yang menjual motor BSA dan beralih menggunakan sepeda motor tahun tinggi pabrikan Jepang. Di perkirakan jumlah becak siantar yang menggunakan motor BSA berkisar 500 unit.


(4)

1. Bagi Pemerintah dan Instansi pemerintahan yang terkait akan keberdaan Becak Siantar lebih memperhatikan keberdaan becak yang merupakan kebanggaan bersama. Terutama pendataan becak secara konsisten tiap waktunya agar jumlah Becak Siantar tetap terpantau.

2. Untuk organisasi yang mewadahi para tukang becak seperti BOM’S untuk meningkatkan pendapatan para tukang becak, bisa bekerja sama dengan perusahaan-perusahan swasta maupun BUMN dengan menawarkan becak sebagai media promosi. Sejarah membuktikan dengan keunikan dan ke khasan suaranya yang besar becak merupakan media promosi yang efektif untuk menarik perhatian masyarakat yang di laluinya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Buku, Skripsi dan Tesis

Al Rasyid Harun, Hermawan dan K. Rudi, Dasar-dasar Transportasi, Bandung: ITB, 2001.

Anthony J. S. Reied, Revolusi Nasional Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996.

Dalman, Menulis Karya Ilmiah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012.

Gottschalk Louis, Mengerti Sejarah, diterjemahkan oleh Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press, 1985.

Husien Sarkawi B, Negara di Tengah Kota Politik Representasi dan Simbolisme Perkotaan (Surabaya 1930-1960), Jakarta: LIPI Press, 2010.

Rustian, Kamaludin, Ekonomi Transportasi, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003.

Keraf Gorys, Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa, Jakarta: Nusa Indah, 1989.

Kanumoyoso, Bondan. Nasionalisasi Perusahaan Belanda di Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2001.

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Aksara Baru, 1980. Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, Yogya: Tiara Wacana Yogya, 1994.

Syah, Lubis Erwin, Analisis Kwantitas Ideal Moda Transportasi Studi Beca Motor di Kota Padang Sidempuan, Tesis S-2, Medan: USU, 2008.

James, Luhulima James, Sejarah Mobil dan Etnisitas Batak Melayu di Sumatera Timur Laut, Jakarta: KPG, 2010.

Setijowarno Djoko dan Russ Bona Frazila, Pengantar Dasar Transportasi, Bandung: Jurusan Teknik Sipil Universitas Katolik Soegijapranata, 2003.


(6)

Wida,Utari Ishari Wida, Hubungan Tingkat Pemaparan Kebisingan Dengan Gangguan Pendengaran Pada Pengemudi Becak Mesin di Kota Pematang Siantar Tahun 2010, Skripsi S-1, Medan: USU, 2010.

Iskandar, Warongan Boy Tinjauan Sosial Ekonomi Penarik Becak BSA di Kota Pematangsiantar, Skripsi S-1, Medan: USU,

Arsip dan Koran

AD/ART PBMS ( Persatuan Betjak Motor Siantar )

“60 Becak Mesin yang Tidak Jelas Identitasnya Dijaring Polisi di Siantar”. Sinar Indonesia Baru tanpa angka dan tahun.

“Tidak Ada Ban Beca Dijual di Pematangsiantar”. Sinar Indonesia Baru (16 April 1999).

Internet

Akhir Matua Harahap, Sejarah Becak Vespa Padang Sidempuan: Suatu Inovasi Sosial-Ekonomi Alat Transportasi November 2012.

Lembaran Negara Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 1986 Tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Kota Pematangsiantar dan Kabupaten Daerah Tingkat II Kabupaten Simalungun,

Lembaran Negara Peraturan Pemerintah No. 6 Tentang Penampungan Bekas Anggota Angkatan Perang dan Pemulihan Mereka Ke Dalam Masyarakat,

Sejarah Motor BSA 2012).