BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Wanprestasi dalam Jual-Beli Efek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional suatu negara

  memerlukan pembiayaan baik dari pemerintah dan masyarakat. Penerimaan pemerintah untuk membiayai pembangunan nasional diperoleh dari pajak dan penerimaan lainnya. Adapun masyarakat dapat memperoleh dana untuk berinvestasi melalui perbankan, lembaga pembiayaan, dan pasar modal.

  Pasar Modal adalah tempat perusahaan mencari dana segar untuk meningkatkan kegiatan bisnis sehingga dapat mencetak lebih banyak keuntungan. Dana segar yang ada di pasar modal berasal dari masyarakat yang disebut juga investor. Para investor melakukan berbagai teknik analisis dalam menentukan investasi di mana semakin tinggi kemungkinan suatu perusahaan menghasilkan laba dan semakin kecil resiko yang dihadapi, maka semakin tinggi pula permintaan investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan

   tersebut .

  Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal pada Pasal 1 angka 13 memberikan rumusan pengertian pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek. Sesuai dengan rumusan pengertian tersebut, Undang-Undang Pasar Modal tidak memberikan suatu 1 Muchammad Bettle Son, Sistem Hukum Indonesia, (Jakarta: UMB, 2006), hlm 1 definisi tentang pasar modal secara menyeluruh melainkan lebih menitikberatkan kepada kegiatan dan para pelaku dari suatu pasar modal.

  Pasar Modal dijumpai pada banyak negara menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Dalam menjalankan fungsi ekonomi, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana (lenders) kepada pihak yang membutuhkan dana (borrower).

  Dengan menginvestasikan kelebihan dana yang dimilikinya, lenders berharap akan memperoleh imbalan dari penyerahan dana tersebut, sedangkan borrower akan menggunakan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari kegiatan usaha perusahaan. Di pihak lain, negara sangat berkepentingan karena mekanisme pasar seperti itu akan mendorong peningkatan produksi dan kemakmuran masyarakat, sehingga

   pasar modal merupakan instrumen ekonomi yang sangat penting .

  Pasar Modal merupakan alternatif pendanaan baik bagi pemerintah maupun swasta. Pemerintah yang membutuhkan dana dapat menerbitkan obligasi atau surat utang dan menjualnya ke masyarakat lewat pasar modal. Demikian juga swasta yang dalam hal ini adalah perusahaan yang membutuhkan dana dapat menerbitkan efek, baik dalam bentuk saham

   ataupun obligasi dan menjualnya ke masyarakat melalui pasar modal .

  Transaksi efek cukup rentan terhadap tindakan pelanggaran dan kejahatan yang dilakukan pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab serta 2 3 M. Paulus Situmorang, Pengantar Pasar Modal, (Mitra Wacana Media,2008), hlm 4 Tavinayati, dan Yulia Qamariyanti, Hukum Pasar Modal di Indonesia, (Jakarta:Sinar

  Grafika, 2009), hlm 1 hanya berorientasi pada keuntungan semata tanpa memperhatikan prinsip fairness dalam berbisnis. Untuk mengantisipasi adanya pelanggaran dan kejahatan tersebut, maka diperlukan pembaruan peraturan perundang- undangan dan ketegasan dalam penegakan hukum serta peningkatan fungsi pengawasan, karena keberadaan pasar modal yang didasarkan atas undang- undang yang baik diharapkan dapat memberikan kontribusi yang lebih besar dalam pembangunan ekonomi di Indonesia, sehingga adanya kepastian hukum tidak lain adalah untuk melindungi kepentingan investor di pasar modal agar terhindar dari praktek curang dan kejahatan pasar modal pada umumnya. Selain itu pelaku pasar dalam bertransaksi juga wajib menjalankan prinsip- prinsip keterbukaan informasi dalam segala aspek ekonomis yang berlangsung dipasar, dimana hal tersebut sangat dibutuhkan sebagai bahan pertimbangan dalam berinvestasi.

  Perusahaan Efek selaku Perantara Pedagang Efek merupakan pihak yang memiliki peran penting dalam menentukan berkembang tidaknya transaksi efek di pasar modal. Terkait dengan perannya, Perusahaan Efek dituntut untuk berperilaku sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Profesionalisme dan kepercayaan masyarakat terhadap Perusahaan Efek merupakan sesuatu yang harus terus dijaga dan ditingkatkan, sejalan dengan tugas melakukan jual beli efek untuk kepentingan sendiri atau nasabahnya yang hingga saat ini tidak saja terdiri dari investor lokal tetapi juga investor asing yang memiliki peran besar dalam perkembangan pasar.

  Dengan demikian maka tidak saja aturan berperilaku yang harus dimiliki dan dijalankan, tetapi juga Perusahaan Efek harus memiliki orang-orang yang berkomitmen tinggi dalam menjalankan perusahaan sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati.

  Sebelum tahun 2000-an mayoritas modus pelanggaran yang terjadi di pasar modal, berupa informasi yang menyesatkan (misleading information), manipulasi pasar (market manipulation) dan informasi orang dalam (insider

  trading ). Pelanggaran-pelanggaran tersebut banyak melibatkan

  Emiten/Perusahaan Publik dan para nasabahnya afiliasinya. Modus Operandi yang dilakukan biasanya dengan cara menaikkan harga saham tanpa diikuti dengan fundamental perusahaan dan perusahaan efek yang digunakan sebagai kendaran untuk melakukan manipulasi tersebut.

  Namun pada era tahun 2000, kejahatan di pasar modal mulai mendapat tantangan baru selain kejahatan yang terdahulu yaitu dengan maraknya

  

  kejahatan berupa “Penyalahgunaan aset Nasabah” . Kejahatan berupa “Penyalahgunaan aset nasabah” inilah yang merupakan tindakan wanprestasi perusahaan efek atas kesepakatannya dengan nasabah, dimana aset nasabah yang seharusnya disalurkan dalam membeli efek yang diinginkan nasabah, malah digunakan untuk kepentingan perusahaan efek itu sendiri.

  Perbuatan perusahaan efek tersebut telah melanggar pasal 38 Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yang menyebutkan Perusahaan Efek yang bertindak sebagai Perantara Pedagang Efek dilarang 4 BAPEPAM, Perilaku Perusahaan Efek sebagai PPE,

   terakhir diakses tanggal 14 Desember 2012. melakukan transaksi atas Efek untuk Pihak terafiliasi atau kepentingan sendiri apabila nasabah yang tidak terafiliasi dari Perusahaan Efek tersebut telah memberikan instruksi untuk membeli dan atau menjual Efek yang bersangkutan dan Perusahaan Efek tersebut belum melaksanakan instruksi tersebut.

  Terkait dengan kejahatan “Penyalahgunaan aset nasabah” di bidang pasar modal, pada awal tahun 2009 muncul dua berita ekonomi terhangat di Indonesia yang memuat informasi adanya bank terkenal dan broker saham di Indonesia yang melakukan penggelapan dana nasabahnya, yaitu kasus Bank Century dan Sarijaya Sekuritas. Kasus Bank Century bermula dari kalah kliringnya bank tersebut di Bank Indonesia. Karena Bank Century mengalami kesulitan likuiditas, pemerintah akhirnya mengambil alih Bank Century melalui Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), walaupun masalah likuiditas merupakan hal yang wajar, terutama dalam krisis finansial, tetapi ada beberapa hal yang ditanyakan investor, termasuk kaitan dengan reksadana Antaboga dan lain-lain. Sedangkan kasus Sarijaya Sekuritas bermula dari tindakan penggelapan dana nasabah dengan cara pembuatan rekening gelap yang dilakukan untuk bertransaksi saham. Komisaris utama sekaligus pemiliknya adalah yang dituduh oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) sebagai dalang dibalik penggelapan ini.

  Kasus penggelapan yang dilakukan oleh Bank Century dan Sarijaya Sekuritas telah merugikan konsumen serta menciderai kepercayaan nasabah bank dan investor di Indonesia, apalagi dalam keadaan sistem perbankan dan pasar saham global yang sedang terpuruk. Yang teramat sayang untuk dikatakan adalah bahwa Sarijaya Sekuritas merupakan salah satu broker besar yang dipercaya nasabah/investor selama ini. Bahkan dalam beberapa milis yang ada, Sarijaya Sekuritas merupakan broker yang cukup banyak direkomendasikan oleh para investor yang sudah terlebih dahulu berinvestasi

   di pasar saham .

  Adapun langkah untuk mencegah terjadinya kejahatan dan pelanggaran oleh Perusahaan Efek adalah dengan penerapan prinsip-prinsip Good

  Coorporate Governance . Penerapan prinsip-prinsip Good Coorporate Governance , terutama prinsip Keterbukaan sangat diperlukan untuk

  meningkatkan nilai perusahaan (value of firm) , dan untuk mencegah terjadinya benturan kepentingan tertentu karena adanya benturan kepentingan ekonomis antara perusahaan dengan kepentingan pihak pengelola perusahaan, yang akhirnya mengakibatkan penyalahgunaan wewenang dari pihak pengelola perusahaan (ultra vires).

   Prinsip Keterbukaan dalam Pasar Modal memiliki tiga fungsi , yaitu: 1.

  Untuk memelihara kepercayaan publik terhadap pasar.

  2. Untuk menciptakan mekanisme pasar yang efisien.

  3. Untuk mencegah penipuan (fraud).

  5 Damianus Herman Renjaan SH, MH.,Tinjauan Yuridis Kasus PT Sarijaya, http://damianus-renjaan.blogspot.com/2010/03/tinjauan-yuridis-kasus-pt-sarijaya.html , terakhir diakses tanggal 15 Desember 2012 6 Bismar Nasution, Keterbukaan dalam Pasar Modal, (Jakarta: Program Pasca SarjanaFakultas Hukum Universitas Indonesia,2001), hlm 7

  Perusahaan yang menerapkan Good Coorporate Governance, akan memisahkan fungsi pengelolaan perusahaan dari kepemilikan perusahaan, dimana fungsi pengelolaan akan diserahkan kepada pihak diluar pemilik perusahaan yang independen yang akan bekerja secara independen dan profesional dalam memberi informasi yang diperlukan dalam kegiatan perusahaan dalam pasar modal dengan sebenar-benarnya (transparan). Karena bersifat independen, maka akan lebih kecil kemungkinan munculnya niat/ maksud untuk melindungi perusahaan, atau akan sulit melakukan kecurangan demi kepentingan pribadi sebagai pengelola perusahaan, karena ia harus bertanggungjawab kepada pemilik perusahaan. Oleh karena itu dalam pengungkapan segala informasi yang diperlukan , tidak akan ada informasi yang tidak benar tentang perusahaan tersebut (omission), yang berguna demi memperlancar langkah perusahaan tersebut dan menjaga kredibilitasnya dalam kegiatan pasar modal.

B. Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

  1. Bagaimana mekanisme jual beli efek di Pasar Modal.

  2. Bagaimana bentuk wanprestasi dalam jual beli efek? 3.

  Bagaimana penegakan hukum wanprestasi dalam jual beli efek?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.

  Tujuan Penelitian Secara umum tujuan utama penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi kewajiban dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Hukum dari

  Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

  Secara khusus lagi, tujuan penulisan skripsi ini disesuaikan dengan permasalahan yang sudah dirumuskan. Adapun yang menjadi tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : a.

  Untuk mengetahui mekanisme dan proses transaksi jual beli efek di Pasar Modal, juga fungsi Perusahaan Efek dalam transaksi jual beli efek.

  b.

  Untuk mengetahui bentuk-bentuk pelanggaran berupa wanprestasi dalam jual beli efek.

  c.

  Untuk mengetahui penegakan hukum apabila terjadi wanprestasi dalam proses jual-beli Efek, dengan contoh kasus Sarijaya Permana Sekuritas.

2. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut : a. Secara teoritis, pembahasan ini bisa menjadi tambahan ilmu dalam hukum ekonomi. Dan dapat memberikan masukan bagi penyempurnaan dan pencegahan terhadap terjadinya pelanggaran dan kejahatan dalam bidang Pasar Modal, terutama yang dilakukan oleh Perusahaan Efek. b.

  Secara praktis, peymbahasan skripsi ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi masyarakat pada umumnya dan mahasiswa pada khususnya untuk mengetahui informasi mengenai kinerja Perusahaan Efek dan proses pelaporan apabila terjadi pelanggaran dan kejahatan di bidang Pasar Modal, terutama dalam kejahatan penyalahgunaan dana nasabah oleh Perusahaan Efek.

  D. Keaslian Penulisan

  Wanprestasi dalam Jual-Beli Efek diangkat menjadi judul skripsi ini merupakan hasil karya yang dibuat melalui pemikiran, referensi buku, internet, majalah, bantuan dari para sumber dan pihak-pihak lain. Skripsi ini bukan merupakan jiplakan atau judul skripsi yang sudah pernah diangkat sebelumnya.

  E. Tinjauan Kepustakaan 1.

  Pengertian Pasar Modal Secara formal, menurut Suad Husnan, pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah , public authorities, maupun perusahaan swasta. Dengan demikian, pasar modal merupakan salah satu bentuk kegiatan dari lembaga keuangan nonbank sebagai sarana untuk memperluas sumber-sumber pembiayaan perusahaan, Aktivitas ini terutama ditujukan bagi perusahaan yang membutuhkan dana dalam jumlah besar dan penggunaannya diperlukan untuk jangka panjang. Dana dalam jumlah besar dan penggunaan dalam jangka panjang sering kali tidak dapat dipenuhi oleh lembaga perbankan

   sehingga sumber dana alternatif dapat dicari melalui pasar modal .

  Pasar modal mempertemukan dua pihak, yaitu pihak yang membutuhkan modal jangka panjang dengan pihak yang bersedia menawarkan modal tersebut, karena di satu pihak, banyak perusahaan yang mebutuhkan dana jangka panjang dalam jumlah yang besar, dan di pihak lain, banyak anggota masyarakat yang mempunyai dana menganggur, meskipun tidak dalam jumlah yang besar.Untuk dapat memanfaatkan dana tersebut, perusahaan menawarkan surat-surat berharga dalam bentuk saham dan obligasi melalui pasar modal.

  Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal memberikan pengertian yang lebih spesifik atas pasar modal dalam Pasal 1 butir 13, yaitu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang akan diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

  Jadi dapat disimpulkan Pasar Modal merupakan salah satu alternatif atau sarana dalam memobilisasi dana masayarakat dan sarana

7 Andrian Sutedi, Segi-Segi Hukum Pasar Modal , (Jakarta: Ghalia Indonesia,

  2009), hlm 2 investasi bagi pemilik modal, serta sekaligus merupakan tempat kegiatan perusahaan dalam rangka mencari dana untuk pembiayaan usahanya.

2. Pengertian Jual-Beli

  Bab ke-lima Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengatur tentang jual-beli.

  Jual-beli adalah duatu persetujuan timbal-balik sifatnya yang harus memenuhi ketentuan yang terdapat di dalam pasal 1320 di bagian umum, meskipun ketentuan khusus ada yang mengatur lembaga tersebut.

  Ketentuan di dalam pasal 1457 menggariskan, bahwa pihak-pihak yang membentuk persetujuan jual-beli masing-masing mengikatkan dirinya secara timbal-balik (wederkerig). Penjual mengikatkan dirinya kepada pembeli untuk menyerahkan obyek jual-beli. Pembeli mengikatkan

   dirinya kepada penjual untuk membayar obyek jual-beli.

  Berpedoman kepada tindakan “mengikatkan diri” yang mengakibatkan lahir beban kewajiban kepada kedua belah pihak, dapat ditarik kesimpulan bahwa ada dua persetujuan di dalam lembaga jual-

  

  beli: a.

  Pertama: Peretujuan tentang kewajiban menyerahkan benda yang menjadi obyek jual-beli kepada yang berhak, yaitu pembeli.

  b.

  Kedua: 8 Ny. Basrah, Buku ke-III K.U.H. Perdata tentang Perikatan Jual beli dan

  Pembahasan Kasus , (Medan: Fakultas Hukum USU,1981), hlm 1 9 Ibid., hlm 2

  Persetujuan tentang kewajiban membayar harga benda yang menjadi obyek jual-beli kepada yang berhak, yaitu penjual.

3. Pengertian Efek

  Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 memberikan pengertian Efek sebagai surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.

  Kata efek sesungguhnya berasal dari bahasa Belanda, yaitu

  effecten, yang berarti “saham, kertas berharga yang diperjualbelikan,

  efek”. Efek dalam istilah bahasa Inggris disebut security. Perusahaan atapun lembaga yang menerbitkan efek disebut penerbit. Efek tesebut dapat terdiri dari: a. surat pengakuan hutang, b. surat berharga komersial, saham, c. obligasi, d. unit penyertaan kontrak investasi kolektif (seperti misalnya reksadana, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek).

  Efek dapat diklasifikasikan atas 2 jenis yaitu: 1. Efek bersifat hutang

  Efek bersifat hutang ini dapat disebut sebagai surat hutang, obligasi atau surat berharga komersial tergantung dari tenggang waktu jatuh tempo pembayarannya ataupun ciri-ciri lain. Pemegang efek bersifat hutang ini secara khusus berhak atas pembayaran pokok hutang beserta bunganya beserta hak-hak lainnya sesuai dengan yang diperjanjikan dalam persyaratan penerbitan surat hutang seperti misalnya hak untuk memperoleh informasi tertentu.

  Efek bersifat hutang ini biasanya diterbitkan dengan jangka waktu jatuh tempo yang tetap dan hanya dapat diuangkan pada saat tanggal jatuh tempo efek. Efek ini dapat disertai jaminan ataupun tanpa disertai jaminan, dan apabila tanpa disertai jaminan maka dapat diperjanjikan dalam penerbitan efek bahwa pemegang efek adalah memiliki peringkat yang tertinggi dibandingkan peringkat pemberi hutang tanpa jaminan lainnya dalam hal terjadinya kepailitan.

2. Efek bersifat ekuitas

  Efek bersifat ekuitas ini adalah saham dari suatu perusahaan (yang biasanya merupakan saham biasa namun termasuk juga saham preferen).

  Pemegang efek bersifat ekuitas ini merupakan pemegang saham. Tidak seperti pada surat hutang yang mensyaratkan adanya pembayaran bunga secara teratur kepada si pemegang efek, pada efek bersifat ekuitas ini si pemegang efek tidak berhak atas pembayaran apapun. Apabila terjadi kepailitan maka nilai sahamnya hanya berupa sisa harta perseroan setelah dikurangi pembayaran hutang (apabila ada) terhadap seluruh kreditur perseroan.

  Pemegang saham juga berhak atas keuntungan perusahaan dan kenaikan harga saham dimana pemegang efek bersifat hutang hanya berhak atas bunga dan pembayaran kembali pokok hutang, namun semua ini kembali tergantung pada kemapuan manajemen perusahaan dalam mengelola perseroan. Pemegang efek bersifat hutang hanya memiliki hak suara hanya dalam hal kepailitan perseroan sedangkan pemegang efek bersifat ekuitas ini memiliki suatu hak secara pro rata atas kendali perseroan dimana pemegang saham mayoritas biasanya dapat memimpin dan mengendalikan perseroan.

4. Pengertian Wanprestasi.

  Wanprestasi berasal dari bahasa Belanda, yang artinya “prestasi

  

  yang buruk”. Wanprestasi adalah suatu istilah yang menunjuk kepada

  

  ketiadalaksanaan prestasi oleh debitur. Atau dengan kata lain apabila si berhutang atau debitur tidak memenuhi kewajibannya, menurut bahasa hukum ia melakukan “wanprestasi”, yang menyebabkan ia dapat digugat di muka hakim. Wanprestasi yang dilakukan oleh debitur dapat terjadi baik karena kesengajaan debitur untuk tidak mau melaksanakannya ataupun 10 karena kelalaian debitur untuk tidak mau melaksanakannya. 11 Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta : PT.Pembimbing Masa, 1970), hlm 50 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan Pada Umumnya, (Jakarta : PT. Raja

  Grafindo Persada, 2004), hlm 69-70

  Ridwan Syahrani mengatakan bahwa prestasi merupakan isi daripada perikata, debitur yang tidak memenuhi prestasi yang ditentukan

   dalam perjanjian maka disebut “wanprestasi”.

F. Metode Penelitian 1.

  Jenis Penelitian Penelitian ini adalah merupakan penelitian yang menggunakan metode pendekatan yuridis normatif, yaitu metode pendekatan dengan meninjau masalah yang diteliti dari segi ilmu hukum dan melakukan analisis terhadap norma-norma hukum dan peraturan yang berlaku dalam peraturan perundang-undangan berdasarkan bahan primer, sekunder dan tersier untuk mendapatkan kesimpulan dari data-data yang diperoleh selama penelitian.

2. Sumber Data

  Data pokok dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi : a.

  Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum atau dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang khusus yang berkaitan dengan Pasar Modal yang ada dalam Undang- Undang dan Peraturan Pemerintah yang dijadikan sasaran peraturan 12 pelaksananya.

  Ridwan Syahrani, Seluk-beluk dan Asas-asas Hukum Perdata, (Bandung : PT.Alumni,2004), hlm 218 b.

  Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti hasil seminar dan pendapat dari kalangan pakar hukum. (buku-buku rujukan tentang wanprestasi dan pasar modal).

  c.

  Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus bahasa maupun kamus hukum dan internet. Pada saat ini Bapepam-LK sebagai badan pengawas pasar modal telah digantikan tugasnya oleh OJK(Otoritas Jasa Keuangan) dengan UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, namun karena sebagian besar buku masih menggunakan Bapepam-LK, maka dalam skripsi ini juga digunakan Bapepam-LK.

3. Teknik Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data dalam penulisan skripsi mengenai “Wanprestasi dalam Jual-Beli Efek” ini adalah merupakan teknik pengumpulan data melalui Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian dengan mengumpulkan data dan meneliti melalui sumber bacaan yang berhubungan dengan judul skripsi ini, yang bersifat teoritis ilmiah yang dapat dipegunakan sebagai dasar dalam penelitian dan menganalisa masalah-masalah yang dihadapi. Teknik ini dipergunakan untuk mengumpulkan data sekunder. Penelitian yang dilakukan dengan membaca serta menganalisa peraturan perundang-undangan maupun karya ilmiah para sarjana, majalah, surat kabar, internet maupun sumber teoritis lainnya yang berkaitan dengan materi skripsi yang penulis ajukan.

G. Sistematika Penulisan

  Hasil penelitian ditulis dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

  BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis menguraikan secara ringkas mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

  BAB II : MEKANISME JUAL-BELI EFEK DI PASAR MODAL Dalam bab ini penulis menguraikan pengaturan umum dalam Pasar Modal, pengertian Efek dan jenis-jenis Efek, pihak-pihak dalam pasar modal, fungsi dan peranan Perusahaan Efek menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995, mekanisme perdagangan Efek di pasar modal.

  BAB III : BENTUK WANPRESTASI DALAM JUAL-BELI EFEK Bab ini membahas tentang pengertian wanprestasi dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, wanprestasi dalam jual-beli biasa dan wanprestasi dalam jual-beli efek.

  BAB IV : PENEGAKAN HUKUM APABILA TERJADI WANPRESTASI DALAM JUAL-BELI EFEK Bab ini memberikan uraian teoritis tentang penegakan hukum atas wabprestasi dalam jual-beli efek, fungsi dan peranan Otoritas Jasa Keuangan, analisis yuridis terhadap kasus wanprestasi, penggelapan dan penyalahgunaan dana nasabah oleh perusahaan Sarijaya Permana Sekuritas.

  BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisa dalam penelitian ini selanjutnya ditarik kesimpulan, serta memberikan saran-saran kepada investor, perusahaan sekuritas dan Otoritas Jasa Keuangan di bidang Pasar Modal.