negara dan sistem pemerintahan di

BAB I
PENDAHULUAN
Pengertian jenis kekuasaan bentuk negara dan sistem pemerintahan merupakan aneka
konsep pokok dalam studi ilmu politik. Dalam mempelajari ilmu politik kita kerap
‘dipusingkan’ oleh berbagai macam istilah yang satu sama lain saling berbeda. Peristilahan
yang seringkali ditemukan tersebut misalnya monarki, tirani, aristokrasi, oligarki,
demokrasi, mobokrasi, federasi, kesatuan, konfederasi, presidensil, dan parlementer.
Bagaimana kita harus mengkategorikan masing-masing istilah tersebut?
Apa beda antara monarki dengan parlementer? Sama atau berbedakah pengertian
antara tirani dengan monarki? Dalam konteks apa kita berbicara mengenai presidensil atau
oligarki? ‘Pemusingan’ ini merupakan awal dari proses belajar, dan jangan kita surut,
melainkan terus maju dengan membaca. Potret Indonesia
Jika kita berbicara mengenai monarki, tirani, aristokrasi, oligarki, demokrasi, dan
mobokrasi, berarti kita tengah berbicara mengenai jenis-jenis kekuasaan. Jika kita berbicara
mengenai federasi, kesatuan, dan konfederasi, berarti kita tengah berbicara mengenai
bentuk-bentuk negara. Jika kita berbicara mengenai presidensil dan parlementer berarti kita
tengah berbicara mengenai bentuk-bentuk pemerintahan.
Jika kita berbicara mengenai jenis kekuasaan, berarti kita tengah berbicara mengenai
apakah kekuasaan itu dipegang oleh satu tangan (mono), beberapa tangan atau orang (few),
ataukah banyak tangan atau orang (many). Definisi kekuasaan adalah kemampuan seseorang
atau sekelompok orang untuk mempengaruhi pihak lain agar mereka menuruti keinginan

atau maksud si pemberi pengaruh. Dalam hal ini, pihak pemberi pengaruh dapat berwujud
mono, few, atau many.
Jika kita berbicara mengenai bentuk negara, berarti kita tengah membicarakan
bagaimana sifat atau hubungan antara kekuasaan pusat saat berhadapan dengan daerah.
Hubungan seperti ini disebut pula sebagai hubungan vertikal, artinya ‘pusat’ diasumsikan
berada di atas ‘daerah’, dalam mana keberadaan pusat di ‘atas’ tersebut berbeda derajatnya
baik di negara kesatuan, federasi, atau konfederasi.
Akhirnya, jika kita berbicara mengenai bentuk pemerintahan, berarti kita tengah
berbicara mengenai kekuasaan dalam arti horizontal, khususnya seputar hubungan antara
legislatif dengan eksekutif. Legislatif dan eksekutif, dalam doktrin Trias Politika adalah
setara, yang satu tidak lebih berkuasa atau lebih tinggi posisinya ketimbang yang lain.
Dalam hubungan horizontal inilah kita akan menemui pembicaraan mengenai presidensil
atau parlementer.

1

BAB II
PEMBAHASAN
A.KONSEP NEGARA
Negara adalah sebuah organisasi atau badan tertinggi yang memiliki

kewenangan untuk mengatur perihal yang berhubungan dengan kepentingan
masyarakat luas serta memiliki kewajiban untuk mensejahterakan, melindungi dan
mencerdaskan kehidupan bangsa
Devinisi Negara oleh para Ahli:


Pengertian Negara Menurut Aristoteles, seorang ahli yang hid up pada zaman
Yunani kuno (384-322 SM) menyatakan bahwa negara adalah suatu politik yang
mengadakan persekutuan dengan tujuan untuk mencapai kehidupan sebaik
mungkin.



Pengertian Negara Menurut R. Kranenburg menyatakan bahwa negara adalah
suatu organisasi kekuasaan yang diciptakan oleh sekelompok manusia yang
disebut bangsa.



Pengertian Negara Menurut Hans Kelsen menyatakan bahwa negara adalah

suatu susunan pergaulan hidup bersama tanpa adanya suatu paksaan.



Pengertian Negara Menurut Jean Bodin menyatakan bahwa negara adalah
suatu persekutuan dari keluarga yang dipimpin seorang pemimpin yang
menggunakan akal sehat dan memiliki kedaulatan.



Pengertian Negara Menurut George jellinek menyarakan bahwa negara adalah
organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang telah berkediaman di
wilayah tertentu,

2



Pengertian Negara Menurut Hegel menyatakan bahwa negara merupakan
organisasi kesusilaan yang muncul sebagai sintesis dari kemerdekaan individual

dan kemerdekaan universal.



Pengertian Negara Menurut Roger F. Soltau menyatakan negara adalah alat
atau wewenang yang mengatur atau mengendalikan persoalan bersama atas nama
masyarakat.



Pengertian Negara Menurut Prof R. Djokosoetono menyarakan negara adalah
suatu organisasi manusia atau kumpulan manusia yang berada di bawah suatu
pemerintahan yang sarna.



Pengertian Negara Menurut Prof Mr. Soenarto menyatakan negara adalah
organisasi masyarakat yang mempunyai daerah tertentu, di mana kekuasaan
negara berlaku sepenuhnya sebagai sebuah kedaulatan.


1. UNSUR – UNSUR NEGARA
Unsur Unsur Negara | Unsur-unsur negara adalah bagian-bagian yang menjadikan
negara itu ada. Berdirinya suatu Negaraterdiri atas unsur-unsur pembentuknya yang tidak
dimiliki oleh organisasi lain. Unsur-Unsur Negara sebagai organisasi memiliki status yang
kokoh apabila di dukung oleh tiga unsur pokok yang menjadi persyaratan mutlak berdirinya
suatu negara, ditambah satu unsur deklaratif. Tiga unsur pokok pembentuk suatu Negara ,
yaitu rakyat, wilayah, dan pemerintah yang berdaulat.
Berikut ini penjelasan masing-masing unsur unsur Negara tersebut:


Rakyat: rakyat adalah semua orang yang ada di wilayah suatu Negara dan taat pada
peraturan di Negara tersebut. Rakyat suatu Negara meliputi penduduk dan bukan
penduduk (orang asing).



Wilayah: wilayah Negara merupakan tempat tinggal rakyat dan penyelenggara
pemerintahan. Sebuah Negara tidak mungkin berdiri jika tidak memiliki wilayah.
Wilayah suatu Negara meliputi daratan, lautan, dan udara.




Pemerintah yang Sah dan Berdaulat: pemerintah yang sah mempunyai
kedaulatan, yaitu kekuasaan untuk mengatur Negara. Kedaulatan yang dimiliki oleh
pemerintah meliputi kedaulatan ke dalam (intern) dan keluar (ekstern). Kedaulatan
ke dalam maksudnya kekuasaan untuk mengatur rumah tangganya sendiri tanpa
3

campur tangan bangsa lain. Adapun kedaulatan keluar maksudnya kekuasaan untuk
bekerja sama atau berhubungan dengan Negara lain.


Pengakuan dari Negara Lain: pengakuan dari Negara lain sangat diperlukan bagi
suatu Negara dalam tata hubungan internasional. Pengakuan dari Negara lain
termasuk dalam unsur deklaratif. Jadi, meskipun tanpa pengakuan dari Negara lain,
ketiga unsur di atas sudah cukup menunjukkan sahnya kebedaraan suatu Negara.
Pengakuan dari Negara lain meliputi dua macam, yaitu pengakuan de facto dan de
jure. Pengakuan de facto adalah pengakuan berdasarkan kenyataan bagi Negara
baru yang telah memiliki unsur konstitusi. Sedangkan, pengakuan de jure adalah
pengakuan terhadap suatu Negara baru yang sesuai dengan hukum internasional.


2. TEORI LAHIRNYA NEGARA
Mengenai asal-usul berdirinya suatu negara, teori-teori yang dibangun lebih
bertumpu kepada hasil pemikiran teoritis-deduktif, dibandingkan dengan kajian
empiris- induktif. Dalam ilmu politik dikenal banyak teori tentang lahirnya sebuah
negara, teori-teori tersebut merupakan pengaruh dari perkembangan ilmu-ilmu
sosial. Para ahli umunya membagi delapan teori mengenai terbentuknya sebuah
negara.


Teori perjanjian masyarakat (kontrak sosial)

Teori ini pertama kali dikembangkan oleh beberapa ahli filsafat dengan
tokoh utamanya adalah Thomas Hobbes, Jhon Locke, dan JJ. Rosseau. Teori ini
mengemukakan bahwa negara didirikan atas dasar kesepakatan para anggota
masyarakat. Mereka kemudian menyerahkan hak-hak yang dimilikinya untuk
diatur oleh negara.
John Locke mengatakan bahwa sebagian besar anggota masyarakat
membentuk persatuan terlebih dahulu, baru kemudian anggota masyarakat tersebut
menjadi rakyat dari suatu negara yang didirikan. Negara dalam pandangan John

Locke tidak berkuasa secara absolut sebagaimana pandangan Hobbes. Hal ini
karena dalam ralitasnya, ada bagian yang dimiliki masing-masing orang yaitu hak
asasi.
Jean Jacques Rosseau dalam bukunya yang terkenal Du Contract Social
(1762), meletakan dasar berdirinya sebuah negara, yakni dengan mengemukakan
paham kedaulatan rakyat. Yaitu adanya suatu perjanjian atau kesepakan untuk
membentuk negara, tetapi rakyat tidak sekaligus harus menyerahkan hak-hak yang
dimilikinya untuk diatur negara. Agar partisipasi rakyat dapat tersalurkan maka

4

rakyat wajib memilih wakil-wakilnya untuk duduk dalam pemerintahan yang
didirikan serta menyusun birokrasi pemerintah secara lebih partisipatif.


Teori Pengalihan Hak

Teori pengalihan hak merupakan teori negara yang dipelopori oleh Sir
Robert Filmer dan Loyseau. Pengertian umumnya adalah bahwa hak yang dimiliki
oleh negara pada hakikatnya diperoleh setelah rakyat melepaskan sebagian hak

yang dimilikinya atau rakyat membiarkan berlakunya hak tersebut untuk dikelola
oleh negara. Pada umumnya pengalihan hak tepat diterapkan untuk mengkaji
terbentuknya negara monarkhi. Pengalihan hak ini dapat dianalogikan kepada
pembentukan negara sebagai hasil revolusi.



Teori Penaklukan

Teori penaklukan banyak dikemukakan oleh ilmuwan politik antara lain,
Ludwig Gumplowitz, Gustav Ratzenhover, Georg Simmel, dan Lester Frank Ward.
Teori ini erat kaitanya dengan doktrin “ kekuatan menimbulkan hak”. Bahwa pihak
atau kelompok yang kuat, akan menaklukan pihak atau kelompok lainya, dan
selanjutnya mendirikan sebuah negara. Pembuktian dan penggunaan kekuatan
berlaku sebagai dasar terbentuknya negara.


Teori Organis

Teori organis merupakan teori yang banyak dipengaruhi oleh cara pandang

dalam ilmu eksakta, dengan tokohnya, Georg Wilhelm Hegel, J.K. Bluntscli, John
Salisbury, Marsiglio Padua, Pfufendrorf, Henrich Ahrens, J.W Scelling, FJ
Schitenner dan lain sebagainya.
Negara adalah suatu organisme. Negara lahir sebagai analogi kelahiran
makhluk hidup lainya. Jika ada embrionya dari masyarakat-masyarakat atau sukusuku bangsa, maka perlahan-lahan berkembang masyarakat atau suku bangsa
tersebut menjadi sebuah negara. Teori organis mengenai lahirnya negara dapat
dianalogikan dengan teori historis atau teori evolusi. Negara tumbuh sebagai hasil
suatu evolusi yang memerlukan proses panjang.


Teori Ketuhanan

Teori ketuhanan pada awalnya banyak dianut oleh sebagian besar ilmuwan
politik pada abad 18 M, dengan tokohnya Thomas Aquinas. Kekuasaan atas negara
dan terbentuknya negara adalah karena hak-hak yang dikaruniakan oleh Tuhan.
Dalam implementasinya setiap kebijakan negara senantiasa mengatasnamakan
Tuhan, sehingga rakyat harus mematuhi apa yang telah diputuskan pemimpinya.
5




Teori Garis Kekeluargaan (Patriarkhal, atau Matriarkhal)

Teori ini banyak dipengaruhi oleh perkembangan ilmu sosiologi dan
antropologi, yang mendunia sejak awal abad 19 M, dengan tokohnya Henry S.
Maine, Herbert Spencer, dan Edward Jenks. Menurut teori ini negara dapat
terbentuk dari perkembangan suatu keluarga yang menjadi besar dan kemudian
bersatu membentu negara, sehingga negara yang terbentuk adakalanya manganut
garis kekeluargaan berdasarkan garis ayah (patriarkhal), dan bahkan adakalanya
garis ibu (matriarkhal).


Teori Metafisis (idealistis)

Teori metafisis banyak mendapat pengaruh dari para ahli filsafat, dengan
tokohnya yang terkemuka adalah Immanuel Kant. Negara ada, lahir, dan terbentuk
karena memang seharusnya ada dengan sendirinya, maka ketika jumlah manusia
semakin banyak secara otomatis negara akan lahir dengan sendirinya. Dalam
prosesnya, negara adalah kesatuan supranatural, terbentuknyapun karena dorongan
supranatural atau metafisis.


Teori Alamiah

Teori alamiah merupakan pandangan awal tentang berdirinya sebuah negara,
dengan tokohnya Aristoteles. Negara terbentuk karena kodrat alamiah manusia.
Sebagai zoon politikon (manusia politik yang bermasyarakat), maka manusia
membutuhkan adanya negara. Sehubungan dengan kebutuhan alamiah inilah, maka
dibentuk sebuah negara dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya.

6

B. BENTUK NEGARA DAN PEMERINTAHAN

1. BENTUK NEGARA

a. Negara Kesatuan (Unitaris)
Negara Kesatuan adalah negara bersusunan tunggal, yakni kekuasaan untuk
mengatur seluruh daerahnya ada di tangan pemerintah pusat. Pemerintah pusat memegang
kedaulatan sepenuhnya, baik ke dalam maupun ke luar. Hubungan antara pemerintah pusat
dengan rakyat dan daerahnya dapat dijalankan secara langsung. Dalam negara kesatuan
hanya ada satu konstitusi, satu kepala negara, satu dewan menteri (kabinet), dan satu
parlemen. Demikian pula dengan pemerintahan, yaitu pemerintah pusatlah yang memegang
wewenang tertinggi dalam segala aspek pemerintahan. Ciri utama negara kesatuan adalah
supremasi parlemen pusat dan tiadanya badan-badan lain yang berdaulat.
Negara kesatuan dapat dibedakan menjadi dua macam sistem, yaitu:
1. Sentralisasi, dan
2. Desentralisasi.
Dalam negara kesatuan bersistem sentralisasi, semua hal diatur dan diurus oleh
pemerintah pusat, sedangkan daerah hanya menjalankan perintah-perintah dan peraturanperaturan dari pemerintah pusat. Daerah tidak berwewenang membuat peraturan-peraturan
sendiri dan atau mengurus rumah tangganya sendiri.
Keuntungan sistem sentralisasi:
1. adanya keseragaman (uniformitas) peraturan di seluruh wilayah negara;
2. adanya kesederhanaan hukum, karena hanya ada satu lembaga yang berwenang
membuatnya;
3. penghasilan daerah dapat digunakan untuk kepentingan seluruh wilayah negara.
Kerugian sistem sentralisasi:

7

1. bertumpuknya pekerjaan pemerintah pusat, sehingga sering menghambat kelancaran
jalannya pemerintahan;
2. peraturan/ kebijakan dari pusat sering tidak sesuai dengan keadaan/ kebutuhan
daerah;
3. daerah-daerah lebih bersifat pasif, menunggu perintah dari pusat sehingga
melemahkan sendi-sendi pemerintahan demokratis karena kurangnya inisiatif dari
rakyat;
4. rakyat di daerah kurang mendapatkan kesempatan untuk memikirkan dan
bertanggung jawab tentang daerahnya;
5. keputusan-keputusan pemerintah pusat sering terlambat.
Dalam negara kesatuan bersistem desentralisasi, daerah diberi kekuasaan untuk
mengatur rumah tangganya sendiri (otonomi, swatantra). Untuk menampung aspirasi rakyat
di daerah, terdapat parlemen daerah. Meskipun demikian, pemerintah pusat tetap memegang
kekuasaan tertinggi.
Keuntungan sistem desentralisasi:
1. pembangunan daerah akan berkembang sesuai dengan ciri khas daerah itu sendiri;
2. peraturan dan kebijakan di daerah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi daerah itu
sendiri;
3. tidak bertumpuknya pekerjaan pemerintah pusat, sehingga pemerintahan dapat
berjalan lancar;
4. partisipasi dan tanggung jawab masyarakat terhadap daerahnya akan meningkat;
5. penghematan biaya, karena sebagian ditanggung sendiri oleh daerah.
Sedangkan kerugian sistem desentralisasi adalah ketidakseragaman peraturan dan
kebijakan serta kemajuan pembangunan.
b. Negara Serikat (Federasi)
Negara Serikat adalah negara bersusunan jamak, terdiri atas beberapa negara bagian
yang masing-masing tidak berdaulat. Kendati negara-negara bagian boleh memiliki
konstitusi sendiri, kepala negara sendiri, parlemen sendiri, dan kabinet sendiri, yang
8

berdaulat dalam negara serikat adalah gabungan negara-negara bagian yang disebut negara
federal.
Setiap negara bagian bebas melakukan tindakan ke dalam, asal tak bertentangan dengan
konstitusi federal. Tindakan ke luar (hubungan dengan negara lain) hanya dapat dilakukan
oleh pemerintah federal.
Ciri-ciri negara serikat/ federal:
1. tiap negara bagian memiliki kepala negara, parlemen, dewan menteri (kabinet) demi
kepentingan negara bagian;
2. tiap negara bagian boleh membuat konstitusi sendiri, tetapi tidak boleh bertentangan
dengan konstitusi negara serikat;
3. hubungan antara pemerintah federal (pusat) dengan rakyat diatur melalui negara
bagian, kecuali dalam hal tertentu yang kewenangannya telah diserahkan secara
langsung kepada pemerintah federal.
Dalam praktik kenegaraan, jarang dijumpai sebutan jabatan kepala negara bagian
(lazimnya disebut gubernur negara bagian). Pembagian kekuasaan antara pemerintah federal
dengan negara bagian ditentukan oleh negara bagian, sehingga kegiatan pemerintah federal
adalah hal ikhwal kenegaraan selebihnya (residuary power).
Pada umumnya kekuasaan yang dilimpahkan negara-negara bagian kepada pemerintah
federal meliputi:
1. hal-hal yang menyangkut kedudukan negara sebagai subyek hukum internasional,
misalnya: masalah daerah, kewarganegaraan dan perwakilan diplomatik;
2. hal-hal yang mutlak mengenai keselamatan negara, pertahanan dan keamanan
nasional, perang dan damai;
3. hal-hal tentang konstitusi dan organisasi pemerintah federal serta azas-azas pokok
hukum maupun organisasi peradilan selama dipandang perlu oleh pemerintah pusat,
misalnya: mengenai masalah uji material konstitusi negara bagian;
4. hal-hal tentang uang dan keuangan, beaya penyelenggaraan pemerintahan federal,
misalnya: hal pajak, bea cukai, monopoli, matauang (moneter);
5. hal-hal tentang kepentingan bersama antarnegara bagian, misalnya: masalah pos,
telekomunikasi, statistik.
Menurut C.F. Strong, yang membedakan negara serikat yang satu dengan yang lain adalah:
9

1. cara pembagian kekuasaan antara pemerintah federal dan pemerintah negara bagian;
2. badan yang berwenang untuk menyelesaikan perselisihan yang timbul antara
pemerintah federal dengan pemerintah negara bagian.
Berdasarkan kedua hal tersebut, lahirlah bermacam-macam negara serikat, antara lain:
1. negara serikat yang konstitusinya merinci satu persatu kekuasaan pemerintah federal,
dan kekuaasaan yang tidak terinci diserahkan kepada pemerintah negara bagian.
Contoh negara serikat semacam itu antara lain: Amerika Serikat, Australia, RIS
(1949);
2. negara serikat yang konstitusinya merinci satu persatu kekuasaan pemerintah negara
bagian, sedangkan sisanya diserahkan kepada pemerintah federal. Contoh: Kanada
dan India;
3. negara serikat yang memberikan wewenang kepada mahkamah agung federal dalam
menyelesaikan perselisihan di antara pemerintah federal dengan pemerintah negara
bagian. Contoh: Amerika Serikat dan Australia;
4. negara serikat yang memberikan kewenangan kepada parlemen federal dalam
menyelesaikan perselisihan antara pemerintah federal dengan pemerintah negara
bagian. Contoh: Swiss.
Persamaan antara negara serikat dan negara kesatuan bersistem desentralisasi: 1)
Pemerintah pusat sebagai pemegang kedaulatan ke luar; 2) Sama-sama memiliki hak
mengatur daerah sendiri (otonomi).
Sedangkan perbedaannya adalah: mengenai asal-asul hak mengurus rumah tangga sendiri
itu. Pada negara bagian, hak otonomi itu merupakan hak aslinya, sedangkan pada daerah
otonom, hak itu diperoleh dari pemerintah pusat.
c. Perserikatan Negara( KONFEDERASI)
Perserikatan Negara pada hakikatnya bukanlah negara, melainkan suatu perserikatan
yang beranggotakan negara-negara yang masing-masing berdaulat. Dalam menjalankan
kerjasama di antara para anggotanya, dibentuklah alat perlengkapan atau badan yang di
dalamnya duduk para wakil dari negara anggota.
Contoh Perserikatan Negara yang pernah ada:


Perserikatan Amerika Utara (1776-1787)

10



Negara Belanda (1579-1798), Jerman (1815-1866)

Perbedaan antara negara serikat dan perserikatan negara:


Dalam negara serikat, keputusan yang diambil oleh pemerintah negara serikat dapat
langsung mengikat warga negara bagian; sedangkan dalam serikat negara keputusan
yang diambil oleh serikat itu tidak dapat langsung mengikat warga negara dari
negara anggota.



Dalam negara serikat, negara-negara bagian tidak boleh memisahkan diri dari negara
serikat itu; sedangkan dalam serikat negara, negara-negara anggota boleh
memisahkan diri dari gabungan itu.



Dalam negara serikat, negara bagian hanya berdaulat ke dalam; sedangkan dalam
serikat negara, negara-negara anggota tetap berdaulat ke dalam maupun ke luar.

d. Koloni atau Jajahan
Negara koloni atau jajahan adalah suatu daerah yang dijajah oleh bangsa lain. Koloni
biasanya merupakan bagian dari wilayah negara penjajah. Hampir semua soal penting
negara koloni diatur oleh pemerintah negara penjajah. Karena terjajah, daerah/ negara
jajahan tidak berhak menentukan nasibnya sendiri. Dewasa ini tidak ada lagi koloni dalam
arti sesungguhnya.
e. Trustee (Perwalian)
Negara Perwalian adalah suatu negara yang sesudah Perang Dunia II diurus oleh
beberapa negara di bawah Dewan Perwalian dari PBB. Konsep perwalian ditekankan kepada
negara-negara pelaksana administrasi.
Menurut Piagam PBB, pembentukan sistem perwalian internasional dimaksudkan untuk
mengawasi wilayah-wilayah perwalian yang ditempatkan di bawah PBB melalui perjanjianperjanjian tersendiri dengan negara-negara yang melaksanakan perwalian tersebut.
Perwalian berlaku terhadap:
1. wilayah-wilayah yang sebelumnya ditempatkan di bawah mandat oleh Liga BangsaBangsa setelah Perang Dunia I;
2. wilayah-wilayah yang dipisahkan dari negara-negara yang dikalahkan dalam Perang
Dunia II;
3. wilayah-wilayah yang ditempatkan secara sukarela di bawah negara-negara yang
bertanggung jawab tentang urusan pemerintahannya.
11

Tujuan pokok sistem perwalian adalah untuk meningkatkan kemajuan wilayah perwalian
menuju pemerintahan sendiri. Mikronesia merupakan negara trusteeterakhir yang dilepas
Dewan Perwalian PBB pada tahun 1994.
f. Dominion
Bentuk kenegaraan ini hanya terdapat di dalam lingkungan Kerajaan Inggris. Negara
dominion semula adalah negara jajahan Inggris yang setelah merdeka dan berdaulat tetap
mengakui Raja/ Ratu Inggris sebagai lambang persatuan mereka. Negara-negara itu
tergabung dalam suatu perserikatan bernama “The British Commonwealth of
Nations” (Negara-negara Persemakmuran).
Tidak semua bekas jajahan Inggris tergabung dalam Commonwealth karena keanggotaannya
bersifat sukarela. Ikatan Commonwealth didasarkan pada perkembangan sejarah dan azas
kerja sama antaranggota dalam bidang ekonomi, perdagangan (dan pada negara-negara
tertentu juga dalam bidang keuangan). India dan Kanada adalah negara bekas jajahan Inggris
yang semula berstatus dominion, namun karena mengubah bentuk pemerintahannya menjadi
republik/ kerajaan dengan kepala negara sendiri, maka negara-negara itu kehilangan bentuk
dominionnya. Oleh karena itu persemakmuran itu kini dikenal dengan
nama“Commonwealth of Nations”. Anggota-anggota persemakmuran itu antara lain:
Inggris, Afrika Selatan, Kanada, Australia, Selandia Baru, India, Malaysia, etc. Di sebagian
dari negara-negara itu Raja/ Ratu Inggris diwakili oleh seorang Gubernur Jenderal,
sedangkan di ibukota Inggris, sejak tahun 1965 negara-negara itu diwakili oleh High
Commissioner.

g. Uni
Bentuk kenegaraan Uni adalah gabungan dari dua negara atau lebih yang merdeka
dan berdaulat penuh, memiliki seorang kepala negara yang sama.
Pada umumnya Uni dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1) Uni Riil (Uni Nyata)
yaitu suatu uni yang terjadi apabila negara-negara anggotanya memiliki alat perlengkapan
negara bersama yang telah ditentukan terlebih dulu. Perlengkapan negara itu dibentuk untuk
mengurus kepentingan bersama. Uni sengaja dibentuk guna mewujudkan persatuan yang
nyata di antara negara-negara anggotanya.
Contoh: Uni Austria – Hungaria (1867-1918), Uni Swedia – Norwegia (1815-1905),
Indonesia – Belanda (1949).
2) Uni Personil
yaitu suatu uni yang memiliki seorang kepala negara, sedangkan segala urusan dalam negeri
maupun luar negeri diurus sendiri oleh negara-negara anggota.
12

Contoh: Uni Belanda – Luxemburg (1839-1890), Swedia – Norwegia (1814-1905), Inggris –
Skotlandia (1603-1707;
Selain itu ada yang dikenal dengan nama Uni Ius Generalis, yaitu bentuk gabungan
negara-negara yang tidak memiliki alat perlengkapan bersama. Tujuannya adalah untuk
bekerja sama dalam bidang hubungan luar negeri. Contoh: Uni Indonesia – Belanda setelah
KMB.
h. Protektorat
Sesuai namanya, negara protektorat adalah suatu negara yang ada di bawah
perlindungan negara lain yang lebih kuat. Negara protektorat tidak dianggap sebagai negara
merdeka karena tidak memiliki hak penuh untuk menggunakan hukum nasionalnya. Contoh:
Monaco sebagai protektorat Prancis.
Negara protektorat dibedakan menjadi dua (2) macam, yaitu:


Protektorat Kolonial, jika urusan hubungan luar negeri, pertahanan dan sebagian
besar urusan dalam negeri yang penting diserahkan kepada negara pelindung. Negara
protektorat semacam ini tidak menjadi subyek hukum internasional. Contoh: Brunei
Darussalam sebelum merdeka adalah negara protektorat Inggris.



Protektorat Internasional, jika negara itu merupakan subyek hukum internasional.
Contoh: Mesir sebagai negara protektorat Turki (1917), Zanzibar sebagai negara
protektorat Inggris (1890) dan Albania sebagai negara protektorat Italia (1936).

i. Mandat
Negara Mandat adalah suatu negara yang semula merupakan jajahan dari negara
yang kalah dalam Perang Dunia I dan diletakkan di bawah perlindungan suatu negara yang
menang perang dengan pengawasan dari Dewan Mandat LBB. Ketentuan-ketentuan tentang
pemerintahan perwalian ini ditetapkan dalam suatu perjanjian di Versailles. Contoh: Syria,
Lebanon, Palestina (Daerah Mandat A); Togo dan Kamerun (Daerah Mandat B); Afrika
Barat Daya (Daerah Mandat C)

2.

BENTUK PEMERINTAHAN
TEORI KLASIK

13

Berdasarkan ajaran klasik, bentuk pemerintahan dapat dibedakan menjadi 3 (tiga)
golongan yaitu : Monarkhi, Aristokrasi dan Demokrasi. Pembagian itu berdasarkan kreteria
jumlah orang yang memegang kekuasaan pemerintahan negara. Pembagian bentuk
pemerintahan menjadi 3 golongan tersebut mula pertama kali berasal dari Herodotus yang
kemudian dilanjutkan dan dikembangkan oleh Plato, Aristoteles dan Polybios.
1. Aristokrasi : pemerintahan yang dipegang sekelompok orang yang dapat
mencerminkan rasa keadilan.
2. Timokrasi : pemerintahan yang dipimpin oleh sekelompok orang yang mengingin
kan kemashuran dan kehormatan
3. Oligarkhi : pemerintahan yang dipimpin oleh sekelompok orang yang dipengaruhi
kemewahan atau harta kekayaan.
4. Demokrasi : pemerintahan yang dipegang oleh rakyat.
5. Tyrani : pemerintahan yang dipimpin oleh seoarang yang jauh dari rasa keadilan.
Menurut Plato, bentuk pemerintahan tersebut di atas dapat berubah secara siklus, dari
Aristokrasi - Timokrasi - Oligarkhi - Demokrasi - Tyrani dan berputar kembali kebentuk asal
Aristoteles :
Berdasarkan kreteria kuantitas (jumlah orang yang memgang kekuasaan) dan kualitas
(ditujukan untuk siapakah pelaksanaan pemerintahan itu), Aristoteles membagi bentuk
pemerintahan menjadi :
1. Monarkhi : Adalah pemerintahan yang dipegang oleh seorang (raja/kaisar) yang
ditujukan untuk kepentingan umum. Bentuk monarkhi dapat merosot menjadi Tyrani.
2. Tyrani : Adalah pemerintahan yang dipegang oleh seorang (raja/kaisar) yang
kekuasaannya ditujukan untuk kepentingan sendiri.
3. Aristokrasi : Adalah pemerintahan yang dipegang oleh sejumlah/beberapa orang
terbaik (misalnya kaum cerdik pandai atau bangsawan), yang kekuasaannya
ditujukan untuk kepentingan umum. Bentuk aristokrasi dapat merosot menjadi
oligarkhi dan bentuk oligarkhi dapat melahirkan Plutokrani atau Plutokrasi.
4. Oligarkhi : Adalah pemerintahan yang dipegang oleh beberapa orang, yang
kekuasaannya untuk kepentingan kelompok mereka sendiri.
5. Plutokrani : Adalah pemerintahan yang dijalankan oleh orang–orang kaya untuk
kepentingan mereka sendiri.
6. Polity : Adalah pemerintahan yang dipegang banyak orang, yang pelaksanaan
pemerintahannya ditujukan untuk kepentingan umum.
7. Demokrasi : Adalah pemerintahan yang kekuasaan tertinggi negara dipegang oleh
rakyat.
Menurut Aritoteles, bentuk pemerintahan demokrasi merupakan bentuk pemerosotan
dari bentuk polity. Sehingga menurutnya bentuk Monarkhi, Aristokrasi dan Polity
merupakan bentuk pemerintahan yang ideal (terbaik). Pendapat Aristoteles berbeda dengan
14

pendapat Plato, dimana Plato berpendapat bahwa bentuk demokrasi merupakan bentuk ideal
(terbaik) yang dapat merosot menjadi mobokrasi (Okhlokrasi).
Polybios :
Dalam teorinya (disebut Cyclus Polybios), ia menyatakan bahwa bentuk
pemerintahan negara mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara siklus yaitu bentuk
Monarkhi – Aristokrasi – Demokrasi akan selalu berganti–ganti dan berputar ke bentuk asal.
TEORI MODERN.
Dalam teori modern, bentuk pemerintahan dibedakan antara bentuk Monarkhi dan
Republik. Pembagian bentuk pemerintahan menjadi Monarkhi dan Republik mula pertama
kali dikemukakan oleh Nicollo Machiavelli. Dalam bukunya yang berjudul “Il Principe”, ia
menyatakan bahwa Monarkhi merupakan pemerintahan negara yang dipegang oleh seorang,
yang dalam menjalankan kekuasaannya untuk kepentingan semua orang, sedangkan
Republik berasal dari kata “Res–Publika” yang berarti organisasi kenegaraan yang mengurus
kepentingan bersama. Akan tetapi Machiavelli tidak memberikan penjelasan lebih lanjut
mengenai kreteria yang dapat digunakan untuk membedakan kedua bentuk tersebut.
Ada beberapa kreteria atau ukuran untuk membedakan antara Monarkhi dan Republik yang
dikemukakan oleh para ahli :
George Jellinek.
Pembedaan antara Monarkhi dan Republik adalah berdasarkan cara pembentukan kehendak
negara :
 Jika kehendak negara terjelma sebagai kehendak seseorang (secara psychologis),
maka terdapat bentuk pemerintahan Monarkhi.
 Jika kehendak negara terjelma sebagai kehendak rakyat atau kemauan dari hasil
peristiwa secara yuridis, maka terdapat bentuk Republik.
Leon Duguit.
Pembedaan antara Monarkhi dan Republik adalah berdasarkan cara penunjukkan kepala
negara :
 Monarkhi adalah bentuk pemerintahan yang kepala negaranya (raja) memperoleh
kedudukan berdasarkan hak waris secara turun temurun dan masa jabatannya tidak
ditentukan dalam batas waktu tertentu.
 Republik adalah bentuk pemerintahan yang kepala negaranya (lazim disebut
Presiden) memperoleh kedudukan karena dipilih melalui pemilihan dan memegang
jabatannya dalam kurun waktu tertentu.
Pembedaan atas dasar penunjukkan kepala negara yang dilakukan Leon Duguit itulah yang
banyak diterima dan dianut oleh negara–negara modern pada masa sekarang.
15

Otto Koellreutter.
Pandangan Otto Koellreutter sependapat dengan Leon Duguit. Ia membedakan
Monarkhi dan Republik atas dasar kreteria “Kesamaan” dan “Ketidak samaan”.
 Monarkhi : merupakan bentuk pemerintahan atas dasar ukuran ketidaksamaan yaitu
bahwa setiap orang tidak dapat menjadi kepala negara.
 Republik : merupakan bentuk pemerintahan berdasarkan kesamaan yaitu bahwa
setiap orang memiliki hak yang sama untuk menjadi kepala negara.
Selain kedua bentuk tersebut di atas, Otto Koellreutter menambahkan bentuk ketiga
yaitu Pemerintahan Otoriter (Autoritarien Fuhrerstaat) yaitu suatu pemerintahan yang
dipegang oleh satu orang yang bersifat mutlak. Dalam pemerintahan otoriter kepala negara
diangkat berdasarkan pemilihan, akan tetapi didalam berkuasa makin lama makin berkuasa
secara mutlak. Contoh : Jerman pada masa Hittler, Italia pada masa Musolini.
Macam–macam Monarkhi:
1. Monarkhi Absolut. Contoh : Perancis pada masa Louis XIV.
2. Monarkhi Konstitusional. Contoh antara lain Belanda, Inggris, Denmark, Perancis
tahun 1771 – 1792, dsb.
3. Monarkhi Parlementer. Contoh antara lain : Inggris, Belanda, Belgia, Thailand,
Jepang, dsb.
Macam–macam Republik.
1. Republik Absolut (disebut juga Diktatur). Krenenburg menyebut dengan
istilah Autokrasi, sedangkan Otto Koellreuter menyebut dengan istilahOtoriter.
Contoh : Jerman pada masa Hittler, Uganda pada masa Idi Amin. Pada masa
sekarang Autokrasi modern dimanifestasikan dalam bentuk sistem satu partai (partai
tunggal). Diktatur ada 4 macam yaitu : (a)Diktatur legal adalahpemerintahan
yang dipimpin oleh seorang untuk masa tertentu bila negara dalam keadaan bahaya;
(b) Diktatur nyata adlalah pemerintahan diktatur yang tidak bersifat legal dan
negara masih bersifat demokrasi; (c) Diktatur partai adalah pemerintahan yang
didukung oleh satu partai; dan (d) Diktatur proletar adalah pemerintahan yang
didukung oleh kaum proletar (buruh dan petani kecil).
2. Republik Konstitusional. Contoh antara lain : Amerika Serikat, Indonesia
berdasarkan UUD 1945.
3. Republik Parlementer. Contoh antara lain : Indonesia pada KRIS 1949 dan UUDS
1950, India, Pakistan, Israel, Perancis, dsb.

16

3. SUSUNAN PEMEINTAHAN
A. Pemerintahan pusat
 MPR
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia atau cukup disebut
Majelis Permusyawaratan Rakyat (disingkat MPR-RI atau MPR) adalah lembaga
legislatif bikameral yang merupakan salah satu lembaga tinggi negara dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia. Sebelum Reformasi, MPR merupakan lembaga tertinggi
negara. MPR bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibukota negara.
 DPR
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia atau sering disebut Dewan
Perwakilan Rakyat (disingkat DPR-RI atau DPR) adalah salah satu lembaga tinggi
negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan lembaga perwakilan
rakyat. DPR terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih
melalui pemilihan umum.

 DPD
Dewan Perwakilan Daerah (disingkat DPD), sebelum 2004 disebut Utusan
Daerah, adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang
anggotanya merupakan perwakilan dari setiap provinsi yang dipilih melalui
Pemilihan Umum.
DPD memiliki fungsi:


Pengajuan usul, ikut dalam pembahasan dan memberikan pertimbangan yang
berkaitan dengan bidang legislasi tertentu



Pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang tertentu.

Anggota DPD dari setiap provinsi adalah 4 orang. Dengan demikian jumlah
anggota DPD saat ini adalah 132 orang. Masa jabatan anggota DPD adalah 5 tahun,
dan berakhir bersamaan pada saat anggota DPD yang baru mengucapkan sumpah /
janji.

17



MA
Mahkamah Agung adalah lembaga peradilan tertinggi pada suatu negara.
segala urusan mengenai peradilan, baik organisasi maupun finansial berada di bawah
kekuasaan Mahkamah Agung.
Wewenang Mahkamah Agung:
1. Mengadili pada tingkat kasasi
2. Menguji peraturan perundangan undangan dibawah undang undang terhadap
undang undang dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan undang
undang.



MK
Mahkamah Konstitusi (disingkat MK) adalah lembaga tinggi negara dalam
sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan kehakiman
bersama-sama dengan Mahkamah Agung.



KY
Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang dibentuk berdasarkan UU no
22 tahun 2004 yang berfungsi mengawasi perilaku hakim dan mengusulkan nama
calon hakim agung.



BPK
Badan Pemeriksa Keuangan (disingkat BPK) adalah lembaga tinggi negara
dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang memiliki wewenang memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Menurut UUD 1945, BPK
merupakan lembaga yang bebas dan mandiri.
Anggota BPK dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah, dan diresmikan oleh Presiden.
Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada DPR, DPD, dan
DPRD (sesuai dengan kewenangannya).
o Presiden RI
18

Indonesia (nama jabatan resmi: Presiden Republik Indonesia)
adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan Indonesia. Sebagai
kepala negara, Presiden adalah simbol resmi negara Indonesia di dunia.
Sebagai kepala pemerintahan, Presiden dibantu oleh wakil presiden dan
menteri-menteri dalam kabinet, memegang kekuasaan eksekutif untuk
melaksanakan tugas-tugas pemerintah sehari-hari. Presiden (dan Wakil
Presiden) menjabat selama 5 tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali
dalam jabatan yang sama untuk satu kali masa jabatan. Ia digaji sekitar 60
juta per bulan

o Wakil Presiden
Wakil Presiden adalah jabatan pemerintahan yang berada satu tingkat
lebih rendah daripada Presiden. Biasanya dalam urutan suksesi, wakil
presiden akan mengambil alih jabatan presiden bila ia berhalangan sementara
atau tetap.
B. Pemerintahan daerah
I

Tingkat daerah I
1. DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) Provinsi
Dewan perwakilan rakyat daerah (disingkat DPRD) adalah bentuk
lembaga perwakilan rakyat (parlemen) daerah (provinsi/kabupaten/kota) di
Indonesia yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah
bersama dengan pemerintah daerah. DPRD diatur dengan undang-undang,
terakhir melalui Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009
DPRD berkedudukan di setiap wilayah administratif, yaitu:


Dewan perwakilan rakyat daerah provinsi (DPRD provinsi),
berkedudukan di ibukota provinsi.



Dewan perwakilan rakyat daerah kabupaten (DPRD kabupaten),
berkedudukan di ibukota kabupaten.

Dewan perwakilan rakyat daerah kota (DPRD kota), berkedudukan di kota.
2. Gubernur
19

Gubernur, adalah jabatan politik di Indonesia. Gubernur merupakan kepala
daerah untuk wilayah provinsi. Kata “gubernur” bisa berasal dari bahasa Portugis
“governador“, bahasa Spanyol “gobernador“, atau bahasa Belanda
“gouverneur“. Bentuk Belanda ini mirip dengan bentuk bahasa Perancis dan arti
harafiahnya adalah “pemimpin”, “penguasa”, atau “yang memerintah”.
Gubernur dipilih bersama wakilnya dalam satu paket pasangan yang dipilih
secara langsung oleh rakyat di provinsi setempat untuk masa jabatan 5 tahun,
sehingga dalam hal ini gubernur bertanggung jawab kepada rakyat.
3. Wakil Gubernur

II Daerah Tingkat II
1. DPRD Kabupaten
2. Bupati / Walikota
3. Wakil Bupati / Walikota
III Tingkat Kecamatan
1. Camat
2. Sekretaris Camat
IV Tingkat desa/kelurahan
1. Lurah
2. Carek

C. SISTEM PEMERINTAHAN

1. SISTEM PARLEMENTER
20

sistem parlementer adalah sebuah sistem pemerintahan di mana parlemen
memiliki peranan penting dalam pemerintahan. Dalam hal ini parlemen memiliki
wewenang dalam mengangkat perdana menteri dan parlemen pun dapat menjatuhkan
pemerintahan, yaitu dengan cara mengeluarkan semacam mosi tidak percaya.
Berbeda dengan sistem presidensiil, di mana sistem parlemen dapat memiliki
seorang presiden dan seorang perdana menteri, yang berwenang terhadap jalannya
pemerintahan. Dalam presidensiil, presiden berwenang terhadap jalannya
pemerintahan, namun dalam sistem parlementer presiden hanya menjadi
simbol kepala negara saja.
Sistem parlementer dibedakan oleh cabang eksekutif pemerintah tergantung
dari dukungan secara langsung atau tidak langsung cabang legislatif, atau parlemen,
sering dikemukakan melalui sebuah veto keyakinan. Oleh karena itu, tidak
ada pemisahan kekuasaan yang jelas antara cabang eksekutif dan cabang legislatif,
menuju kritikan dari beberapa yang merasa kurangnya pemeriksaan dan
keseimbangan yang ditemukan dalam sebuah republik kepresidenan.
Sistem parlemen dipuji, dibanding dengan sistem presidensiil, karena
kefleksibilitasannya dan tanggapannya kepada publik. Kekurangannya adalah dia
sering mengarah ke pemerintahan yang kurang stabil, seperti dalam Republik
Weimar Jerman dan Republik Keempat Perancis. Sistem parlemen biasanya memiliki
pembedaan yang jelas antara kepala pemerintahan dan kepala negara, dengan kepala
pemerintahan adalahperdana menteri, dan kepala negara ditunjuk sebagai dengan
kekuasaan sedikit atau seremonial. Namun beberapa sistem parlemen juga memiliki
seorang presiden terpilih dengan banyak kuasa sebagai kepala negara, memberikan
keseimbangan dalam sistem ini.

Ciri-ciri pemerintahan parlemen yaitu:


Dikepalai
oleh
seorang
perdana
menteri
pemerintahan sedangkan kepala negara dikepalai oleh presiden/raja.

sebagai kepala



Kekuasaan eksekutif presiden ditunjuk oleh legislatif sedangkan raja diseleksi
berdasarkan undang-undang.



Perdana menteri memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat dan
memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non-departemen.



Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.



Kekuasaan eksekutif bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
21



Kekuasaan eksekutif dapat dijatuhkan oleh legislatif.

Kelebihan Sistem Pemerintahan Parlementer:


Pembuat kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi penyesuaian
pendapat antara eksekutif dan legislatif. Hal ini karena kekuasaan eksekutif dan legislatif
berada pada satu partai atau koalisi partai.



Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik jelas.



Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga kabinet
menjadi berhati-hati dalam menjalankan pemerintahan.



Pembuatan keputusan memakan waktu yang cepat.

Kekurangan Sistem Pemerintahan Parlementer:


Kedudukan badan eksekutif atau kabinet sangat tergantung pada mayoritas dukungan
parlemen sehingga sewaktu-waktu kabinet dapat dijatuhkan oleh parlemen.



Kelangsungan kedudukan badan eksekutif atau kabinet tidak bisa ditentukan berakhir
sesuai dengan masa jabatannya karena sewaktu-waktu kabinet dapat bubar.



Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal itu terjadi apabila para anggota kabinet
adalah anggota parlemen dan berasal dari partai mayoritas. Karena pengaruh mereka
yang besar diparlemen dan partai, anggota kabinet dapat mengusai parlemen.



Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif. Pengalaman
mereka menjadi anggota parlemen dimanfaatkan dan manjadi bekal penting untuk
menjadi menteri atau jabatan eksekutif lainnya.

2. SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL

Sistem presidensial (presidensiil), atau disebut juga dengan sistem
kongresional,
merupakan sistem
pemerintahan negara republik di
mana
kekuasan eksekutif dipilih melalui pemilu dan terpisah dengan kekuasan legislatif.
Untuk disebut sebagai sistem presidensial, bentuk pemerintahan ini harus
memiliki tiga unsur yaitu :
22



Presiden yang dipilih rakyat memimpin pemerintahan



Presiden secara bersamaan menjabat sebagai kepala negara
dan kepala pemerintahan dan dalam jabatannya ini mengangkat pejabat-pejabat
pemerintahan yang terkait.



Presiden harus dijamin memiliki kewenangan legislatif
oleh UUD atau konstitusi.

Dalam sistem presidensial, presiden memiliki posisi yang relatif kuat dan
tidak dapat dijatuhkan karena rendah subjektif seperti rendahnya dukungan politik.
Namun masih ada mekanisme untuk mengontrol presiden. Jika presiden melakukan
pelanggaran konstitusi, pengkhianatan terhadap negara, dan terlibat masalah
kriminal, posisi presiden bisa dijatuhkan. Bila ia diberhentikan karena pelanggaranpelanggaran tertentu, biasanya seorang wakil presiden akan menggantikan posisinya.
Ciri-ciri pemerintahan presidensial yaitu :


Dikepalai oleh seorang presiden sebagai kepala pemerintahan sekaligus kepala
negara.



Kekuasaan eksekutif presiden diangkat berdasarkan demokrasi rakyat dan dipilih
langsung oleh mereka atau melalui badan perwakilan rakyat.



Presiden memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat dan
memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non-departemen.



Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan eksekutif (bukan
kepada kekuasaan legislatif).



Kekuasaan eksekutif tidak bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.



Kekuasaan eksekutif tidak dapat dijatuhkan oleh legislatif.

Kelebihan Sistem Pemerintahan Presidensial:


Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya karena tidak tergantung pada parlemen.



Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan jangka waktu tertentu. Misalnya,
masa jabatan Presiden Amerika Serikat adalah empat tahun, Presiden Filipina adalah
enam tahun dan Presiden Indonesia adalah lima tahun.

23



Penyusun program kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka waktu masa
jabatannya.



Legislatif bukan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan eksekutif karena dapat diisi
oleh orang luar termasuk anggota parlemen sendiri.

Kekurangan Sistem Pemerintahan Presidensial:







Kekuasaan eksekutif di luar pengawasan langsung legislatif sehingga dapat
menciptakan kekuasaan mutlak.
Sistem pertanggungjawaban kurang jelas.
Pembuatan keputusan atau kebijakan publik umumnya hasil tawar-menawar antara
eksekutif dan legislatif sehingga dapat terjadi keputusan tidak tegas
Pembuatan keputusan memakan waktu yang lama.

3. SISTEM PEMERINTAHAN QUASI
Sistem pemerintahan campuran ini merupakan kombinasi/campuran dari sistem
pemerintahan presidensial dan parlementer. Mengapa demikian? Ini ditandai dengan adanya
presiden sebagai kepala negara dan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan.Contoh
Negara yang menggunakan sistem pemerintahan campuran yaitu Perancis.

4. SYSTEM PEMERINTAHAN REFERENDUM
Sisitem pemerintahan referendum adalah variasi dari sistem pemerintahan parlementer
dan presidensial. Di negara Swiss, tugas pembuatan undang-undang berada di bawah
pengawasan rakyat yang mempunyai hak pilih. Pengawasan itu dilakukan dalam bentuk
referendum terdiri darireferendum obligatoir, referendum fakultatif, dan referendum
konsultatif.
1. Referendum obligatoir adalah referendun yang harus terlebih dahulu mendapat
persetujuan langsung dari rakyat sebelum suatu undang-undang tertentu
diberlakukan. Persetujuan dari rakyat mutlak harus diberikan dalam pembuatan suatu
undang-undang yang mengikat seluruh rakyat karena dianggap sangat penting.
Contoh, persetujuan yang diberikan oleh rakyat terhadap pembuatan undang-undang
dasar.
24

2. Referendum fakultatif adalah referendum yang dilaksanakan apabila dalam waktu
tertentu sesudah undang-undang diumumkan dan dilaksanakan sejumlah orang
tertentu yang mempunyai hak suara menginginkan diadakannya referendum. Dalam
hal ini apabila referendum menghendaki undang-undang tersebut dilaksanakan, maka
undang-ndang itu terus berlaku. Tetapi apabila undang-undang itu ditolak dalam
referendum tersebut, maka undang-undang itu tidak berlaku lagi.
3. Referendun konsultatif adalah referendum yang menyangkut soal-soal teknis.
Biasanya rakyat sendiri kurang paham tentang materi undang-undang yang
dimintakan persetujuannya.
4. Pada pemerintahan dengan sistem referendum, pertentangan yang terjadi antara
eksekutif (bundesrat) dan legislatif (keputusan rakyat) jarang terjadi. Anggotaanggota dari bundesrat ini dipilih oleh bundesversammlung untuk jangka waktu 3
tahun dan bisa dipilih kembali.
Keuntungan sistem referendum adalah bahwa pada setiap masalah negara, rakyat
langsung ikut serta menanggulanginya. Keuntungan lain ialah bahwa langsung kedudukan
pemerintahan itu stabil sehingga pemerintahan akan memperoleh pengalaman yang baik
dalam menyelanggarakan kepentingan rakyatnya.
kekemahannya adalah bahwa tidak setiap masalah mampu diselesaikan oleh rakyat
karena untuk mengatasinya perlu pengetahuan yang cukup yang harus dimiliki oleh rakyat
itu sendiri. Sistem ini tak bisa dilaksanakan jika terdapat banyak perbedaan paham antara
rakyat dan eksekutif menyangkut kebijakan politik.

25

BAB III
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan makalah
ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

26

DAFTAR PUSTAKA

http://ruchcitra.wordpress.com/2008.11/09/bentuk-negara-dan-bentuk-kenegaraan/
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Bentuk_pemerintahan
http://sistempemerintahanindonesia.com/struktur-pemerintahan-indonesia.html
http://wiradaha-batarihyang.blogspot.com/2012/02/susunan-pemerintahan-republikindonesia.html?m=1
http://dwicahyadiwibowo.blogspot.com/2013/02/konsep-teori-dan-prosesterbentuknya.html?m=1

27

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24