Sistem Pengendalian Internal dalam http

Sistem Pengendalian Internal
http://kai.ugm.ac.id/aktifitas/siste
m-pengendalian-internal/
SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL
PENGERTIAN
Sistem Pengendalian internal adalah rencana, metoda, prosedur, dan kebijakan
yang didesain oleh manajemen untuk memberi jaminan yang memadai atas
tercapainya efisiensi dan efektivitas operasional universitas, kehandalan
pelaporan keuangan, pengamanan terhadap aset universitas,
ketaatan/kepatuhan terhadap undang-undang, kebijakan dan peraturan lain.
KOMPONEN PENGENDALIAN INTERNAL
Lingkungan Pengendalian
Manajemen dan pegawai/karyawan seharusnya mempunyai komitmen dan sikap
yang positif dan konstruktif terhadap pengendalian internal dan kesungguhan
manajemen.
Kunci lingkungan pengendalian adalah:
Integritas dan Etika
Komitmen terhadap Kompetensi
Struktur Organisasi
Pendelegasian Wewenang dan Tanggung Jawab
Praktik dan Kebijakan Sumber Daya Manusia yang Baik

Penaksiran Risiko
Pengendalian internal yang baik memungkinkan penaksiran risiko yang dihadapi
oleh organisasi baik yang berasal dari dalam maupun dari luar organisasi.
Langkah-langkah dalam penaksiran risiko adalah sebagai berikut:
Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi risiko
Menaksir risiko yang berpengaruh cukup signifikan
Menentukan tindakan yang dilakukan untuk me-manage risiko

Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan, prosedur, teknik, dan mekanisma
yang digunakan untuk menjamin arahan manajemen telah dilaksanakan.
Aktivitas pengendalian seharusnya efesien dan efektif untuk mencapai tujuan
pengendalian itu sendiri. Aktivitas pengendalian meliputi:
Pemisahan fungsi/tugas/wewenang yang cukup
Otorisasi traksaksi dan aktivitas lainnya yang sesuai
Pendokumentasiaan dan pencatatan yang cukup
Pengendalian secara fisik terhadap aset dan catatan
Evaluasi secara independen atas kinerja
Pengendalian terhadap pemrosesan informasi
Pembatasan akses terhadap sumberdaya dan catatan

Informasi dan Komunikasi
Informasi seharusnya dicatat dan dikomunikasikan kepada manajemen dan
pihak-pihak lain yang berkepentingan di dalam organisasi dan dalam bentuk dan
jangka waktu yang memungkinkan diselenggarakannya pengendalian internal
dan tanggung jawab lain terhadap informasi tersebut. Di dalam menjalankan dan
mengendalikan operasinya, manajemen harus mengkomunikasikan kejadian
yang relevan, handal, dan tepat waktu.
Monitoring
Monitoring seharusnya menilai kualitas kinerja sepanjang waktu dan
menyakinkan bahwa temuan-temuan audit dan reviu lainnya diselesaikan
dengan tepat. Hal ini meliputi:
Mengevaluasi temuan-temuan, reviu, rekomendasi audit secara tepat.
Menentukan tindakan yang tepat untuk menanggapi temuan dan rekomendasi
dari audit dan reviu.
Menyelesaikan dalam waktu yang telah ditentukan tindakan yang digunakan
untuk menindaklanjuti rekomendasi yang menjadi perhatian manajemen.

Pengertian Pengendalian internal menurut beberapa pendapat
1. Mulyadi : Sistem Pengendalian Internal Meliputi struktur Organisasi, metode, dan
ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek

ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong
dipatuhinya kebijakan manajemen.
2. James R Davis, C Wayne Alderman, & Leonard A Robinson (sesuai dengan
SAS No. 55) : Pengendalian Internal adalah seluruh kebijakan dan prosedur yang
diciptakan untuk memberikan jaminan yang masuk akal agar tujuan organisasi
(Entity) dapat tercapai.
3. COSO (The Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway
Commission) :Pengendalian Internal adalah Sebuah proses yang dihasilkan oleh
Dewan Direktur, Manajemen, dan Personel Lainnya, yang didesain untuk memberikan
jaminan yang masuk akal yang memperhatikan tercapainya tujuan-tujuan dengan
kategori sebagai berikut :


Efektif dan efisisiensinya operasi



Terpercayanya (Reliabillity) Laporan Keuangan




Tunduk pada hukum dan aturan yang berlaku

1. ELEMEN-ELEMEN
Mulyadi :
1. Struktur Organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.
2. Sistem Wewenang dan prosedur pencatatan, yang memberikan perlindungan
yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya.
3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi.
4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.
Efektifitas unsur-unsur Sistem pengendalian tersebut sangat ditentukan oleh Lingkungan
Pengendalian (Control Environment) dimana lingkungan pengendalian tersebut memiliki 4
(empat) unsur sebagai berikut :

1. Filosofi dan gaya operasi
2. Berfungsinya dewan komisaris dan komite pemeriksaan
3. Metode Pengendalian Manajemen
4. Kesadaran pengendalian
James R Davis, C Wayne Alderman, & Leonard A Robinson :
1. Lingkungan Pengendalian (The Control Environment)

Lingkungan Pengendalian adalah efek kolektif dari berbagai factor pada
saat pembangunan, penyempurnaan, atau pelemahan efektifnya system
akuntansi suatu entitas atau Prosedur Pengendalian (Control Procedures)
dan kemampuannya untuk memcapai tujuan tertentu.
Faktor Lingkungan Pengendalian meliputi filosofi manajemen dan gaya
operasi, struktur organisasi, fungsi dewan direksi dan komisinya
(khususnya audit committee), metode penentuan wewenang dan tanggung
jawab, metode pengendalian manajemen, kebiasaan dan kebijaksanaan
personelnya, dan pengaruh eksternal lainnya yang mempengaruhi sebuah
entitas.
2. Sistem Akuntansi (The Accounting System)
Sistem akuntansi terdiri dari metode-metode dan catatan-catatan yang
dibangun untuk mengidentifikasi, membangun, mengklasifkasi, merekam,
dan melaporkan transaksi suatu entitas dan untuk menjaga akuntabilitas
asset dan hutang yang terkait.
Sebuah system akuntansi harus memiliki metode dan catatan yang cukup
dan tepat untuk menyelesaikan tujuan sebagai berikut :


Mengidentifikasi dan merekam seluruh transaksi yang valid




Menggambarkan transaksi dalam basis waktu dan detil yang cukup untuk
membolehkan klasifikasi transaksi yang sesuai untuk Laporan Keuangan



Mengukur nilai transaksi dalam dalam suatu sikap(gaya/tingkahlaku) yang
membolehkan mencatat nilai moneter yang wajar dalam Pernyataan Keuangan.



Menentukan periode waktu kapan terjadinya transaksi agar dibolehkannya
pencatatan transaksi dalam periode waktu yang sesuai.



Menyajikan transaksi secara sesuai dan penyingkapan yang berhubungan dalam
pernyataan keuangan.


1. Prosedur Pengendalian (Control Procedures)
Prosedur Pengendalian adalah kebijakan dan prosedur tambahan selain
Lingkungan Pengendalian dan system akuntasi, yang dibangun manajemen
untuk memberikan jaminan yang masuk akal bahwa tujuan khusus sebuah
entitas dapat tercapai.
Tujuan khusus tersebut terbagi dalam beberapa kategori sebagai berikut :


Pemberian wewenang (Otorisasi) yang sesuai untuk melaksanakan transaksi dan
kegiatan



Pemisahan Tugas



Desain dan penggunaan dokumen dan catatan yang memadai




Perlindungan yang memadai terhadap akses dan penggunaan asset dan catatancatatan.



Pengecekan independen terhadap performance dan penilaian yang sesuai dengan
jumlah yang direkam

COSO :
Pengendalian internal terdiri dari 5 (lima) komponen yang saling berhubungan.
Komponen ini didapat dari cara manajemen menjalankan bisnisnya, dan
terintegrasi dengan proses manajemen. Walaupun komponen-komponen tersebut
dapat diterapkan kepada semua entitas, perusahaan yang kecil dan menengah
dapat menerapkannya berbeda dengan perusahaan besar. Dalam hal ini
pengendalian dapat tidak terlalu formal dan tidak terlalu terstruktur, namun
pengendalian internal tetap dapat berjalan dengan efektif.
Adapun 5 (lima) komponen Pengendalian internal tersebut adalah :
1. Control Environment


Lingkungan pengendalian memberikan nada pada suatu organisasi,
mempengaruhi kesadaran pengendalian dari para anggotanya. Lingkungan
pengendalian merupakan dasar bagi komponen Pengendalian Internal
lainnya, memberikan disiplin dan struktur. Faktor lingkungan pengendalian
termasuk :


Integritas, nilai etika dan kemampuan orang-orang dalam entitas;



Filosofi manajemen dan Gaya Operasi;



Cara Manajemen untuk menentukan wewenang dan tanggung jawab,
mengorganisasikan dan mengembangkan orang-orangnya; dan




Perhatian dan arahan yang diberikan dewan direksi.

1. Risk Assesment
Seluruh entitas menghadapi berbagai macam resiko dari luar dan dalam
yang harus ditaksir. Prasyarat dari Risk Assessment adalah penegakan
tujuan, yang terhubung antara tingkatan yang berbeda, dan konsisten
secara internal. Risk Assessment adalah proses mengidentifikasi dan
menganalisis resiko-resiko yang relevan dalam pencapaian tujuan,
membentuk sebuah basis untuk menentukan bagaimana resiko dapat
diatur. Karena kondisi ekonomi, industri, regulasi, dan operasi selalu
berubah, maka diperlukan mekanisme untuk mengidentifikasi dan
menghadapi resiko-resiko spesial terkait dengan perubahan tersebut.
2. Control Activities
Control Activities adalah kebijakan dan prosedur membantu meyakinkan
manajemen bahwa arahannya telah dijalankan. Control Activities
membantu meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan telah diambil
dalam menghadapi resiko sehingga tujuan entitas dapat tercapai. Control
Activities terjadi pada seluruh organisasi, pada seluruh level, dan seluruh
fungsi. Control activities termasuk berbagai kegiatan yang berbeda-beda,
seperti :



Penyetujuan (Approvals)



Otorisasi (Authorization)



Verifikasi (Verifications)



Rekonsiliasi (Reconciliations)



Review terhadap performa operasi (Reviews of Operating Performance)



Keamanan terhadap Aset (Security of Assets)



Pemisahan tugas (Segregation of duties)

1. Information and Communication
Informasi yang bersangkutan harus diidentifikasi, tergambar dan
terkomunikasi dalam sebuah form dan timeframe yang memungkinkan
orang-orang menjalankan tanggung jawabnya. Sistem informasi
menghasilkan laporan, yang berisi informasi operasional, finansial, dan
terpenuhinya keperluan sistem, yang membuatnya mungkin untuk
menjalankan dan mengendalikan bisnis. Informasi dan Komunikasi tidak
hanya menghadapi data-data yang dihasilkan internal, tetapi juga kejadian
eksternal, kegiatan dan kondisi yang diperlukan untuk memberikan
informasi dalam rangka pembuatan keputusan bisnis dan laporan eksternal.
Komunikasi yang efektif juga harus terjadi dalam hal yang lebih luas,
mengalir ke bawah, ke samping dan ke atas organisasi. Seluruh personel
harus menerima dengan jelas pesan dari manajemen teratas bahwa
pengendalian tanggung jawab diambil dengan serius. Para personel harus
mengerti peran mereka dalam sistem pengendalian internal, sebagaimana
mereka mengerti bahwa kegiatan individu mereka berhubungan dengan
pekerjaan orang lain. Mereka harus memiliki niat untuk
mengkomunikasikan informasi yang signifikan kepada atasannya. Selain itu
juga dibutuhkan komunikasi efektif dengan pihak eksternal, seperti
customer, supplier, regulator, dan Pemegang Saham.
2. Monitoring
Sistem pengendalian internal perlu diawasi, sebuah proses untuk
menentukan kualitas performa sistem dari waktu ke waktu. Proses ini
terselesaikan melalui kegiatan pengawasan yang berkesinambungan,
evaluasi yang terpisah atau kombinasi dari keduanya. Kegiatan ini
termasuk manajemen dan supervisi yang reguler, dan kegiatan lainnya
yang dilakukan personel dalam menjalankan tugasnya. Luas dan frekuensi

evaluasi terpisah, akan tergantung pada terutama penaksiran resiko dan
efektifnya prosedur monitoring yang sedang berlangsung. Ketergantungan
sistem pengendalian harus dilaporkan kepada atasan, dengan masalah
yang serius juga dilaporkan kepada manajemen teratas dan dewan direksi.

1. SIAPA YANG BERTANGGUNG JAWAB TERHADAP PENGENDALIAN INTERNAL
Mulyadi :
Dalam buku tulisan Mulyadi, yang harus bertanggung jawab dalam pengendalian
internal adalah Manajemen puncak yang terdiri dari seluruh dewan direksi. Tidak
hanya direktur keuangan saja yang bertanggung jawab atas pengendalian internal
, tetapi seluruh jajaran direksi bertanggung jawab atas pengendalian internal.
Manajemen puncak bertanggung jawab terhadap pengembangan dan
pengoperasian Pengendalian internal karena mereka bertanggung jawab atas
pengelolaan dana yang dipercayakan oleh pemilik perusahaan.
James R Davis, C Wayne Alderman, & Leonard A Robinson :
Dalam buku tulisan James R Davis, C Wayne Alderman, & Leonard A Robinson,
tidak menyuratkan siapa yang bertanggung jawab terhadap pengendalian
internal, namun dapat tersirat bahwa peran manajemen dan dewan direksi sangat
penting dalam pengendalian internal mengingat kebijakan-kebijakan dan
prosedur-prosedur tersebut merupakan hasil keputusan manajemen. Selain itu
manajemen dan dewan direksi memiliki peran yang signifikan dalam elemenelemen pengendalian internal.
COSO :
Menurut COSO, semua orang dalam organisasi yaitu Manajemen, Dewan direksi,
Komite Audit, dan Personel lainnya bertanggung jawab terhadap pengendalian
internal, karena semua orang dalam organisasi memiliki peran dalam
pengendalian internal, sehingga pengendalian internal tidak dapat berjalan

dengan baik apabila ada salah satu anggota yang tidak menjalankan perannya
dalam pengendalian internal.
Menurut COSO, pihak-pihak luar seringkali memberikan kontribusi terhadap
pencapaian tujuan perusahaan, seperti Auditor eksternal, Badan Regulasi dan
legislatif, customer, analis keuangan, dan media massa. Namun demikian pihak
ketiga tersebut tidak bertanggung jawab terhadap pengendalian internal karena
mereka bukan bagian dari organisasi maupun bukan bagian dari sistem
pengendalian internal.

1. PERBANDINGAN DAN KESIMPULAN
1. DEFINISI
Mulyadi memandang sistem pengendalian internal sebagai struktur
organisasi, metode, dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan, sedangkan
James R Davis, C Wayne Alderman, & Leonard A Robinson memandangnya
sebagai seluruh kebijakan dan prosedur yang diciptakan. Dua definisi ini
dapat diartikan bahwa dapat saja pihak internal dan pihak eksternal yang
menciptakan atau menghasilkan struktur organisasi, metode, ukuranukuran, atau kebijakan dan prosedur. Artinya pengendalian internal sebuah
entitas dapat dihasilkan oleh pihak internal maupun pihak luar. Adapun
definisi Pengendalian Internal hasil rumusan COSO memandang
pengendalian internal sebagai sebuah proses yang dihasilkan Dewan
Direktur, Manajemen, dan Personel lainnya (Pihak Internal). Dalam keadaan
sebenarnya, perancangan sistem pengendalian internal, dapat juga
diserahkan kepada pihak luar, namun demikian tetap yang akan
melaksanakan sistem pengendalian internal adalah pihak-pihak internal.
Ditinjau dari tujuan pengendalian internal menurut tiga definisi di atas,
definisi menurut James R Davis, C Wayne Alderman, & Leonard A Robinson
memberikan tujuan yang terlalu luas (tercapainya tujuan organisasi)

mengingat tujuan organisasi bermacam-macam. Tujuan yang lebih detil
disampaikan dalam definisi Mulyadi dan hasil rumusan COSO.
Ada kesamaan antara definisi James R Davis, C Wayne Alderman, & Leonard
A Robinson dengan definisi COSO yang tidak terdapat dalam definisi
menurut Mulyadi, yaitu pengendalian internal adalah untuk memberikan
jaminan yang masuk akal tercapainya tujuan. Hal ini cukup penting
mengingat untuk mencapai tujuan-tujuan pengendalian internal secara
mutlak seringkali dibutuhkan biaya yang besar. Misalkan untuk menjaga
aset dengan sangat aman, maka diterapkan pengamanan yang berteknologi
tinggi, dengan petugas keamanan yang berkualitas tinggi dan bayaran yang
besar juga. Dalam hal ini tujuan pengendalian dapat tercapai namun biaya
yang dibutuhkan terlalu besar apabila perusahaan tersebut hanyalah
perusahaan penjual beras kecil-kecilan. Oleh sebab itulah pengendalian
internal yang diterapkan sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan
kondisi perusahaan.
Dari uraian di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa definisi hasil rumusan
COSO, memberikan definisi yang lebih tepat dibandingkan dua definisi
lainnya mengingat definisi hasil rumusan COSO lebih lengkap dibandingkan
definisi menurut Mulyadi, namun tidak seluas definisi James R Davis, C
Wayne Alderman, & Leonard A Robinson.
Definisi hasil rumusan COSO tersebut juga diterapkan pada SAS No. 78 yang
mengamandemen SAS No. 55, sehingga definisi menurut James R Davis, C
Wayne Alderman, & Leonard A Robinson juga seharusnya mengikuti hasil
rumusan COSO mengingat definisi James R Davis, C Wayne Alderman, &
Leonard A Robinson tersebut mengutip dari SAS no. 55.
Dari tiga definisi di atas, dapat dikonklusikan pengendalian internal tidak
hanya struktur organisasi, metode, dan ukuran-ukuran saja, namun
termasuk juga kegiatan dan prosedur. Struktur organisasi, metode, dan
ukuran-ukuran tersebut merupakan bagian dari suatu proses yang
dihasilkan oleh pihak internal maupun eksternal, untuk memberikan jaminan
yang masuk akal tercapainya tujuan-tujuan sebagai berikut :



Terjaganya kekayaan organisasi



Efektif dan efisisiensinya operasi



Terpercayanya (Reliabillity) Laporan Keuangan



Dipatuhinya kebijakan manajemen



Tunduk pada hukum dan aturan yang berlaku

1. ELEMEN-ELEMEN
Bila diperbandingkan, elemen-elemen pengendalian internal menurut Mulyadi, adalah
termasuk dalam elemen Control Activities menurut COSO dan Control Procedures menurut
James R Davis, C Wayne Alderman, & Leonard A Robinson. Adapun elemen Accounting
System menurut James R Davis, C Wayne Alderman, & Leonard A Robinson juga dapat
dikatakan sebagai bagian dari elemen Control Activities menurut COSO.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa elemen-elemen Pengendalian
internal hasil rumusan COSO, lebih lengkap dibandingkan elemen-elemen
pengendalian internal menurut dua rumusan lainnya.
1. SIAPA YANG BERTANGGUNG JAWAB TERHADAP PENGENDALIAN INTERNAL
Mengingat Mulyadi memandang Sistem Pengendalian Internal hanya sebagai struktur
organisasi, metode, dan prosedur saja, maka wajar apabila menurut Mulyadi hanya
Manajemen puncak saja yang bertanggung jawab, selain itu manajemen bertanggung jawab
atas dana yang dipercayakan pemilik perusahaan.
Walaupun memberikan definisi yang luas, namun James R Davis, C Wayne
Alderman, & Leonard A Robinson menyiratkan bahwa peran manajemen dan
dewan direksi sangat vital dalam perusahaan, karena manajemen dan dewan
direksi sangat menentukan kebijakan-kebijakan dan prosedur yang dijalankan,
serta sangat mempengaruhi elemen-elemen Pengendalian internal.
Dalam rumusan COSO, semua orang dalam organisasi yaitu Manajemen,
Dewan direksi, Komite Audit, dan Personel lainnya bertanggung jawab
terhadap pengendalian internal, karena semua orang dalam organisasi
memiliki peran dalam pengendalian internal.

Mulyadi dan James R Davis, C Wayne Alderman, & Leonard A Robinson,
memang hanya menyiratkan manajemen dan dewan direksi saja yang
bertanggung jawab terhadap sistem pengendalian intern, namun demikian
peran setiap anggota organisasi sangatlah diperlukan untuk menciptakan
sistem pengendalian intern yang dapat mencapai tujuan-tujuan pengendalian
intern.

http://junior-auditor.blogspot.com/

Pengendalian Intern Dalam Sistem
Informasi Akuntansi
1. Pengertian sistem pengendalian intern
Sistem informasi akuntansi sebagai sistem yang terbuka tidak bisa dijamin sebagai suatu sistem
yangbebas dari kesalahan maupun kecurangan. Pengendalian intern yang baik merupakan cara
bagisuatu sistem untuk melindungi diri dari tindakan-tindakan yang merugikan. Dalam arti sempit,
pengendalian internhanya dibatasi pada kegiatan pengecekan, penjumlahan, baik penjumlahan mendatar
maupun penjumlahan menurun.
Pengendalian intern secara luas, diantaranya ;
a. Batasan pengendalian intern, sebagai suatu sistem pengendalian yang meliputi struktur organisasi
beserta semua metode dan ukuran yang diterapkan dalam perusahaan, dengan tujuan untuk :
1.

mengamankan aktiva perusahaan

2.

mengecek kecermatan dan ketelitian data akuntansi

3.

meningkatkan efisiensi

4.

mendorong agar kebijakan manajemen dipatuhi oleh segenap jajaran organisasi

Ringkasnya bahwa pengendalian intern tidak hanya meliputii pekerjaan pengecekan tetapi juga meliputi
semua sistem kerja yang terjadi dalam perusahaan dalam upaya mencapai tujuan perusahaan.
Dari definisi pengendalian intern yang dikemukakan tersebut diatas dapat ditemukan beberapa konsep
dasar berikut :



Pengendalian intern merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan tertentu, atau merupakan
suatu rangkaian tindakan yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan
Pengendalian intern bukan hanya terdiri dari pedoman, kebijakan, formulir, namun dijalankan
oleh orang dari setiap jenjang organisasi, yang mencakup dewan komisaris, manajemen dan personil
lain.

Pengendalian intern diharapkan mampu memberikan keyakinan memadai, bukan keyakinan





mutlak bagi manajemen dan dewan komisaris entitas. Keterbatasan yang melekat dalam semua sistem
pengendalian intern dan pertimbangan manfaat serta pengorbanan dalam pencapaian tujuan
pengendalian, menyebabkan pengendalian intern tidak dapat memberikan keyakinan mutlak.
Pengendalian intern ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling berkaitan yaitu pelaporan
keuangan, kepatuhan dan operasi.
Sistem pengendaliaan intern meliputi struktur organisasi, metode, dan ukuran yang diorganisasikan untuk
menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan kehandalan data akuntansi, mendorong efisiensi
untuk dipatuhinya kebijakan manajemen. Sistem pengendalian intern merupakan kebijakan, praktik, dan
prosedur yang digunakan organisasi untuk mencapai empat tujuan utama :
1.

Untuk menjaga aktiva perusahaan

2.

Untuk memastikan akurasi dan dapat diandalkan catatan dan informasi akuntansi

3.

Untuk mempromosikan efisiensi operasi perusahaan

4.

Untuk mengukur kesesuaian kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen.

Berangkat dari tujuan diatas, maka sistem pengendalian intern dapat dikelompokkan menjadi dua bagian,
yaitu :
a) Pengendalian intern akuntansi (internal accounting control)
Pengendalian intern akuntansi meliputi persetujuan, pemisahan antara fungsi operasi, penyimpanan dan
pencatatan serta pengawasan fisik atas kekayaan.
b) Pengendalian intern administrasi (internal administratife control)
Pengendalian intern administrasi meliputi peningkatan efisiensi usaha, dan mendorong dipatuhinya
kebijakan pimpinan, misalnya analisis statistik, studi waktu dan gerak, program pelatihan, dan
pengendalian mutu kegiatan perusahaan .
2. Karakteristik sistem pengendalian intern
Kehandalan sistem pengendalian intern harus dilandasi dengan karakteristik dari sistem tersebut yaitu :


Adanya pendelegasian wewenang kepada petugas tertentu untuk menyetujui transaksi dan




penetapan tugas, pengecekan kepada petugas yang lain untuk mengetahui bahwa transaksi telah
disetujui oleh petugas yang berwenang.
Adanya penyelenggaraan akuntansi sedemikian rupa sehingga mudah di cek.
Adanya pendelegasian secara fisik yang tepat, termasuk penjagaan berganda terhadap aktiva




yang dimiliki.
Adanya perifikasi secara periodik terhadap eksistensi aktiva yang dicatat.
Memiliki pegawai yang cakap, mempunyai kemampuan dan latihan yang cukup, sesuai dengan



tingkat pertanggungjawabannya.
Adanya pemisahan fungsi penyimpanan aktiva dari fungsi pencatatan, dan dari pelaksanaan
transaksi yang bersangkutan.
3. Pengendalian intern dalam Sistem Informasi Akuntansi Pembelian

Unsur-unsur pengendalian intern dalam siklus pembelian dirancang untuk mencapai tujuan pokok
pengendalian akuntansi, yaitu menjaga kekayaan (persediaan) dan kewajiban perusahaan, menjamin
ketelitian dan keandalan data akuntansi (utang, kas, persediaan). Untuk merancang unsur-unsur
pengendalian akuntansi yang diterapkan dalam siklus pembelian, terdapat tiga unsur pokok yaitu :
a. Organisasi
1.

Fungsi pembelian terpisah dari fungsi penerimaan barang.

2.

Fungsi pembelian harus terpisah dengan fungsi akuntansi.

3.

Fungsi penerimaan barang harus terpisah dengan fungsi penyimpanan barang.

4.

Transaksi pembelian harus dilaksanakan oleh fungsi gudang, fungsi pembelian, penerimaan
barang, pencatat utang, dan fungsi akuntansi yang lain.

5.

Transaksi retur pembelian harus dilaksanakan oleh fungsi pembelian, penerimaan barang,
pencatat utang, fungsi akuntansi yang lain.

b. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan
1.

Surat permintaan pembelian otorisasi oleh fungsi gudang untuk barang digudang, atau oleh
kepala fungsi yang bersangkutan untuk barang yang langsung dipakai.

2.

Surat order pembelian diotorisasi oleh fungsi pembelian atau pejabat yang lebih tinggi.

3.

Laporan penerimaan barang diotorisasi oleh fungsi penerimaan barang.

4.

Bukti kas keluar oleh kepala fungsi pencatatan utang atau pejabat yang lebih tinggi.

5.

Memo debit untuk retur pembelian diotorisasi oleh fungsi pembelian.

6.

Laporan pengiriman barang untuk retur pembelian diotorisasi oleh fungsi pengiriman barang.

7.

Pencatatan terjadinya utang didasarkan atas bukti kas keluar yang didukung dengan surat order
pembelian, laporan penerimaan barang, dan faktur dari pemasok.

8.

Pencatatan berkurangnya utang karena retur pembelian didasarkan memo debit yang didukung
dengan laporan pengiriman barang.

9.

Pengurangan utang di dalam arsip bukti kas keluar yang belum dibayar dan pencatatan di dalam
register bukti kas keluar diotorisasi oleh fungsi pencatat utang.

10.

Pencatatan di dalam jurnal umum diotorisasi oleh fungsi pencatat jurnal.

c. Praktik yang sehat ;
1.

Surat permintaan pembelian bernomor urut tercetak dan pemakaiannya dipertanggungjawabkan
oleh fungsi gudang.

2.

Surat order pembelian bernomor urut tercetak dan pemakaiannya dipertanggungjawabkan oleh
fungsi pembelian.

3.

Laporan penerimaan barang bernomor urut tercetak dan pemakaiannya dipertanggungjawabkan
oleh fungsi penerimaan barang.

4.

Memo debit untuk retur pembelian bernomor urut tercetak dan pemakaiannya
dipertanggungjawabkan oleh fungsi pembelian.

5.

Laporan penerimaan barang bernomor urut tercetak dan pemakaiannya dipertanggungjawabkan
oleh fungsi pengiriman barang.

6.

Pemasok dipilih berdasarkan jawaban penawaran harga bersaing dari berbagai pemasok.

7.

Barang hanya diperiksa dan diterima oleh fungsi penerimaan barang jika fungsi ini telah
menerima tembusan surat order pembelian dari fungsi pembelian.

8.

Fungsi penerimaan barang melakukan pemeriksaan barang yang diterima dari pemasok dengan
cara menghitung dan menginspeksi barang tersebut dan membandingkannya dengan tembusan
surat order pembelian.

9.

Terdapat pengecekan, syarat pembelian, dan ketelitian perkalian di dalam faktur dari pemasok
sebelum faktur tersebut diproses untuk dibayar.

10.

Catatan yang berfungsi sebagai buku pembantu utang secara periodik direkonsiliasi dengan
rekening control utang di dalam buku besar.

11.

Pembayaran faktur dilakukan sesuai dengan syarat pembayaran guna mencegah kehilangan
kesempatan untuk memperoleh potongan tunai.

12.

Bukti kas keluar beserta dokumen pendukungnya dicap “lunas” oleh fungsi pengeluaran kas
setelah cek dikirimkan kepada pemasok.

4. Pengendalian akuntansi
Pengendalian akuntansi mempunyai tujuan umum yaitu untuk mengendalikan harta perusahaan. Ada dua
kategori pengendalian akuntansi, yaitu :
1. Pengendalian secara umum :
Pengendalian akuntansi secara umum untuk keamanan harta perusahaan digolongkan menjadi :
a. Pengendalian organisasi, dapat terjadi apabila ada pemisahan tugas (segregation of duties) dan
pemisahan tanggungjawab (segregation of responsibility) yang tegas.
b. Pengendalian dokumentasi; dokumentasi dapat mencatat tentang deskripsi, penjelasan, bagan air,
daftar-daftar, cetakan hasil komputer, dan contoh-contoh objek dari sistem informasi. Dokumentasi dapat
dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu:
1.

Dokumentasi yang disimpan dibagian akuntansi yaitu dokumen dasar, dokumentasi daftar
rekening dan dokumentasi prosedur manual.

2.

Dokumentasi yang ada di bagian pengolahan data yaitu dokumentasi prosedur, sistem, program
operasi, dan dokumentasi data.

c. Pengendalian perangkat keras dan perangkat lunak, dirancang dalam komputer untuk mendeteksi
kesalahan atau tidak berfungsinya dalam sistem kerja.
d. Pengendalian keamanan fisik.
Pengendalian terhadap keamanan fisik perlu dilakukan untuk menjaga keamanan perangkat keras,
perangkat lunak, dan personal dalam perusahaan.

Teknik untuk pengendalian keamanan fisik dapat berupa alat-alat penempatan fisik yang membantu
melindungi harta perusahaan, seperti ; pengawasan terhadap pengasetan fisik, pengaturan lokasi, dan
penerapan alat-alat pengamanan.
e. Pengendalian keamanan data
Menjaga integritas dan keamanan data merupakan pencegahan terhadap keamanan data yang
tersimpan diluar supaya tidak hilang, rusak, dan diakses oleh pihak yang tidak berkepentingan.
2. Pengendalian Aplikasi
Pengendalian aplikasi berhubungan dengan pengoperasian akuntansi sistem komputer. Fungsi dari
pengendalian aplikasi adalah untuk memberi jaminan yang cukup bahwa pencatatan, proses, dan
pelaporan data sudah dilakukan dengan benar sesuai prosedural.
Pengendalian aplikasi dikategorikan sebagai berikut :





Pengendalian masukan, Pengendalian ini dirancang untuk mencegah atau mendeteksi kekeliruan
dalam tahap masukan dalam pengolahan data. Pengendalian masukan umumnya menyangkut
efisiensi, persetujuan, masukan terhormat, penandaan, pembatalan, dan lain-lain dalam proses
komputer.
Pengendalian pemrosesan, Pengendalian ini mencakup mekanisme, standarisasi, dan lain-lain.
Pengendalian keluaran, Pengendalian keluaran dirancang untuk memeriksa masukan dan
pemrosesan sehingga berpengaruh terhadap keluaran secara absah dan pendistribusian keluaran
secara memadai. Pengendalian ini mencakup rekonsiliasi, penyajian umur, suspensi berkas, suspensi
account, audit periodik, laporan ketidaksesuaian dan lipstream resubmission.
5. Pengendalian Administrasi
pengendalian ini bertujuan mengefisiensikan operasi kegiatan dan mendorong ditaatinya kebijaksanaan
manajemen yang telah ditetapkan. Manajemen yang baik dapat menghindari perusahaan dari
penyelewengan dan kesalahan, sehingga mampu mewujudkan tujuan dan mendukung pengendalian
akuntansi perusahaan.
Sumber :

http://www.ilmu-ekonomi.com/2012/03/pengendalian-intern-dalam-sistem.html

Pengertian Sistem Pengendalian Internal
A. Sistem Pengendalian Intern
1. Pengertian Sistem Pengendalian Intern
Sistem Pengendalian Intern merupakan istilah yang telah umum dan banyak digunakan berbagai
kepentingan. Istilah Pengendalian intern diambil dari terjemahan istilah “Internal Control” meskipun
demikian penulis menterjemahkan sebagai pengawasan intern, untuk istilah tersebut hal ini tidaklah

menjadi masalah karena tidak mengurangi pengertian Sistem Pengendalian Intern secara umum.
Sebagaimana diketahui bahwa definisi Pengendalian Intern yang dikemukakan commite on Auditing
Procedur American Institute of Carified Public Accountant (ICPA) adalah sebagai beirkut :
Pengendalian intern mencakup rencana organisasi dan semua metode serta tindakan yang telah
digunakan dalam perusahaan untuk mengamankan aktivanya, mengecek kecermatan dan keandalan
dari data akuntansinya, memajukan efisiensi operasi, dan mendorong ketaatan pada kebijaksanaankebijaksanaan yang telah ditetapkan pimpinan (James 1997:155).
Kemudian D. Hartanto memberikan penjelasan tentang Pengendalian Intern dengan membedakan
kedalam arti yang sempit dan dalam arti luas secara lengkap disebutkan :
Dalam arti sempit : Pengendalian Intern disamakan dengan “Internal Check” yang merupakan
prosedur-prosedur mekanisme untuk memeriksa ketelitian dari data-data administrasi, seperti
mencocokkan penjumlahan Horizontal dengan penjumlahan Vertikal.
Dalam arti luas: Pengendalian Intern dapat disamakan dengan “Manajemen Control”, yaitu suatu
sistem yang meliputi semua cara-cara yang digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk
mengawasi/mengendalikan perusahaan. Dalam pengertian Pengendalian Intern meliputi : Struktur
Organisasi, formulir-formulir dan prosedur pembukuan dan laporan (Administrasi), budget dan standart
pemeriksaan intern dan sebagainya. (Hartanto, 1997 : 51).
Sedangkan Zaki Baridwan juga dapat mengartikan Pengendalian Intern sebagai berikut :
Pengendalian Intern meliputi rencana organisasi dan metode serta kebijaksanaan yang terkoordinir
dalam suatu perusahaan untuk mengamankan harta kekayaan, menguji ketepatan dan sampai berapa
jauh data akuntansi dapat dipercayai, menggalakkan efisiensi usaha dan dapat mendorong ditaatinya
kebijaksanaan pimpinan yang telah digaris bawahi. (Zaki, 1998: 97)
Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) Pengendalian Intern di definisikan sebagai berikut:
“Sistem Pengendalian Intern meliputi organisasi serta semua metode dan ketentuan yang
terkoordinasi yang dianut dalam suatu perusahaan untuk melindungi harta miliknya, mencek
kecermatan dan keandalan data akuntansi, meningkatkan efisiensi usaha, dan mendorong di taatinya
kebijakan manajemen yang telah digariskan.”
Pengendalian Intern sebagai Manajemen Control (Arti Luas). Selanjutnya apabila unsur-unsur yang
terdapat pada Sistem Pengendalian Intern yang telah sesuai dengan definisi di kelompokkan dua sub
sistem, maka kedua sub sistem tersebut terdiri dari sub sistem “Pengendalian Administrasi
(Administrative Control) dan “Pengendalian Akuntansi” (Accounting Control). Pembagian dalam sub
sistem ini secara langsung dan lengkap dalam buku Norma Pemeriksaan Akuntansi, jadi dalam arti
yang luas, Sistem Pengendalian Intern mencakup pengendalian yang dibedakan atas pengendalian
Intern yang bersifat accounting dan administrasi. (Ikatan Akuntansi Indonesia, 1998 : 23).
Dari keempat definisi yang diungkapkan di atas tersebut, dapat disimpulkan bahwa, Sistem
Pengendalian Intern merupakan suatu “Sistem” yang terdiri dari berbagai macam unsur dengan tujuan

untuk melindungi harta benda, meneliti ketetapan dan seberapa jauh dapat dipercayai data akuntansi,
mendorong efisien operasi dan menunjang dipatuhinya kebijaksanaan Pimpinan.
2. Tujuan Pengendalian Intern
Pengendalian Intern yang diciptakan dalam suatu perusahaan harus mempunyai beberapa tujuan.
Sesuai dengan definisi yang dikemukakan AICPA tersebut diatas, maka dapatlah dirumuskan tujuan
dari Pengendalian Intern yaitu :
a. Menjaga keamanan harta milik perusahaan.
b. Memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi.
c. Memajukan efisiensi operasi perusahaan.
d. Membantu menjaga kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan lebih dahulu untuk dipatuhi.
(Zaki, 1999:14).
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, maka perlu adanya syarat-syarat tertentu untuk
mencapainya, yaitu unsur-unsur yang mendukungnya, dan untuk ini pembahasannya akan
dikemukakan sub tersendiri.
1. Unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern
Dalam buku Akuntansi Keuangan (Zaki, 1999; 15) bahwa penerapan unsur-unsur sistem pengendalian
intern dalam suatu perusahaan tertentu harus mempertimangkan biaya dan manfaatnya. Suatu
Sistem Pengendalian Intern yang baik haruslah bersifat cepat, murah dan aman, sehingga perusahaan
dapat menjalankan operasinya dengan lancar, terjamin keamanannya dan biaya pengawasan yang
dibutuhkan relatif tidak mahal.
Prinsip-prinsip umum Sistem Pengendalian Intern hanya berlaku sebagai pedoman, bukan merupakan
suatu keharusan yang ditetapkan secara baku. Meskipun demikian, AICPA mengemukakan bahwa
suatu Sistem Pengendalian Intern yang memuaskan akan bergantung sekurang-kurangnya empat
unsur Pengendalian Intern adalah sebagai berikut :
a. Suatu struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tepat.
b. Suatu sistem wewenang dan prosedur pembukuan yang baik berguna untuk melakukan
pengawasan akuntansi yang cukup terhadap harta milik, hutang-hutang, pendapatan-pendapatan dan
biaya-biaya.
c. Praktek-praktek yang sehat haruslah dijalankan didalam melakukan tugas-tugas dan fungsi-fungsi
setiap bagian dalam organisasi.
d. Suatu tingkat kecakapan pegawai yang sesuai dengan tanggung jawab.
Unsur-unsur tersebut diatas adalah sangat penting dan harus diterapkan secara bersama-sama dalam
suatu perusahaan, agar terdapat adanya Sistem Pengendalian Intern yang baik, sebab kelemahan
yang serius dalam salah satu diantaranya, pada umumnya akan merintangi sistem itu bekerja dengan
lancar dan sukses.
Selanjutnya akan dibahas satu persatu unsur-unsur Pengendalian Intern tersebut.
a. Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan salah satu alat bagi manajemen atau pimpinan perusahaan untuk
mengendalikan kegiatannya. Proses pembentukannya dimulai dengan menetapkan kegiatan-kegiatan
yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.

Setiap kegiatan akan dibagi kedalam unit-unit kegiatan yang lebih kecil, dengan disertai perincian
tugas dari masing-masing karyawan yang menjalankan tugasnya. Selanjutnya tugas tersebut dibagibagi dan ditentukan bagian-bagian mana yang akan mengerjakan suatu tugas atau kelompok tugas
tertentu. Apabila diperlukan didalam suatu bagian masih bisa dibentuk sub bagian yang lebih kecil
sesuai dengan bentuk bagian yang diperlukan dalam organisasi.
Tahap terakhir adalah menentukan hubungan antara tugas yang satu dengan tugas yang lain.
Penentuan ini agar tercipta kerjasama yang baik dan terarah diantara bagian-bagian tersebut, untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Hasilnya adalah merupakan struktur organisasi, yaitu kerangka dari organisasi yang menunjukkan
tugas-tugas, tanggung jawab dan tata hubungan yang terdapat diantara bagian yang satu dengan
lainnya. Struktur organisasi perusahaan haruslah memungkinkan adanya koordinasi usaha diantara
semua satuan dan jenjang untuk mengambil tindakan-tindakan yang dapat mencapai suatu tujuan
umum.
Setiap tujuan organisasi harus di mengerti sehingga tanggung jawab, serta apakah hubungan dan
wewenang satuan kerja yang berhubungan dengan satuan kerja lain dapat diselenggarakan dengan
baik.
Suatu dasar yang berguna dalam menyusun struktur organisasi perusahaan adalah pertimbangan
bahwa organisasi itu harus fleksibel dalam arti memungkinkan adanya penyesuaian-penyesuaian
tanpa harus mengadakan perubahan total. Selain itu organisasi yang disusun harus dapat
menunjukkan garis-garis wewenag dan tanggung jawab yang jelas, dalam arti jangan sampai terjadi
adanya overlap fungsi masing-masing bagian. Untuk dapat memenuhi syarat bagi adanya suatu
pengawasan yang baik, hendaknya struktur organisasi dapat memisahkan fungsi-fungsi operasional,
penyimpanan dan pencatatan. Pemisahan fungsi-fungsi ini dapat diharapkan dapat mencegah
timbulnya kecurangan-kecurangan dalam perusahaan.
b. Sistem Wewenang dan Prosedur Pembukuan
Sistem wewenang dan prosedur pembukuan dalam suatu perusahaan merupakan alat bagi
manajemen untuk mengadakan pengawasan terhadap operasi dan transaksi-transaksi yang terjadi
dan juga untuk mengklasifikasikan data akuntansi dengan tepat. Klasifikasi data akuntansi ini dapat
dilakukan dalam rekening-rekening buku besar yang biasanya diberi nomor kode dengan cara tertentu
dan dibuatkan buku pedoman mengenai penggunaan debit dan kredit masing-masing rekening.
Pada Sistem Penerimaan dan Pengeluaran Kas, sistem ini dapat memberikan jaminan bahwa setiap
penerimaan dan pengeluaran yang dilakukan benar-benar terjadi dan juga merupakan penerimaan dan
pengeluaran yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan dan prosedur yang dapat dirumuskan
sebagai tata cara yang harus diikuti dan ditaati dalam melaksanakan sesuatu aktivitas. Pengawasan
terhadap operasi dan transaksi-transaksi dapat dilakukan melalui prosedur-prosedur yang ditetapkan
lebih dahulu dan prosedur-prosedur yang akan disusun untuk seluruh kegiatan yang ada dalam
perusahaan.
Prosedur yang baik adalah prosedur yang mencapai tujuannya dengan cara yang sederhana, membagi
pekerjaan secara logis dan mudah dipahami sehingga bakat karyawan apat dimanfaatkan sebaik
mungkin. Sedangkan prosedur yang efektif adalah prosedur yang dapat memaksakan kepatuhan.
Kalau prosedur dirumuskan sebagai tata cara mengerjakan sesuatu, maka prosedur pembukuan dapat
dirumuskan sebagai tata cara pencatatan, pelaporan atas operasi-operasi yang ada dalam

perusahaan.
Dengan demikian sistem wewenang dan prosedur pembukuan merupakan suatu tata cara pencatatan,
pelaporan, serta pengesahan operasi-operasi dan transaksi-transaksi perusahaan yang sedemikian
rupa sehingga adanya tercipta ke absahan dan ketelitian pencatatan harta, hutang, modal,
penghasilan dan biaya-biaya perusahaan.
Dalam pelaksanaan sistem wewenang dan prosedur pembukuan diperlukan adanya alat-alat untuk
pengawasan akuntansi terhadap operasi-operasi dan transaksi-transaksi yang ada dalam perusahaan
serta alat untuk mengklasifikasikan data dalam struktur rekening yang formal.
Alat-alat yang digunakan untuk pengawasan akuntansi terhadap operasi-operasi dan transaksitransaksi, diciptakan melalui perancangan catatan-catatan dan formulir-formulir yang tepat, serta
melalui perencanaan arus prosedur yang logis dalam melakukan pencatatan dan prosedur otorisasi di
antara departemen-departemen dan seksi-seksi dalam departemen.
Ada beberapa prinsip yang harus diikuti dalam pemakaian formulir yaitu : (Handori, 1997 : 25)
1) Harus membantu suatu fungsi yang berguna didalam hubungannya prosedur-prosedur yang telah
dirancang dalam rangka melaksanakan tujuan manajemen.
2) Harus cukup sederhana sehingga dapat dipahami dengan jelas oleh mereka yang akan
menggunakannya, mempermudah dalam melakukan pencatatan data dengan cepat, teliti, dan dengan
biaya yang rendah.
3) Harus dirancang untuk semua kemungkinan penggunaan, sehingga jumlah berbagai formulir itu
dapat ditekan dalam jumlah minimum.
4) Harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dikerjakan dengan benar, sesuai dengan
prosedur-prosedur pengawasan yang telah ditetapkan.
Alat yang digunakan untuk melaksanakan data disebut dengan nama daftar susunan rekening (Chart
of Account) yaitu suatu daftar susunan keterangan bagaimana rekening yang telah tersusun dengan
baik akan lebih banyak memberikan kegunaan masing-masing rekening. (Zaki, 1998; 15)
Rekening-rekening yang telah dipilih beserta urutannya minimal harus hal-hal sebagai berikut : (Zaki,
1998:15)
1). Membantu mempermudah penyusunan laporan-laporan keuangan dan laporan-laporan lainnya
dengan ekonomis.
2). Meliputi rekening-rekening yang diperlukan untuk menggambarkan dengan baik dan teliti hartaharta milik, hutang-hutang, pendapatan-pendapatan, harga pokok dan biaya-biaya yang harus
diperinci sehingga memuaskan dan berguna bagi manajemen di dalam melakukan pengawasan
operasi perusahaan.
3). Menguraikan dengan teliti dan singkat apa yang harus dimuat di dalam setiap rekening.
4). Memberikan batas sejelas-jelasnya antara pos-pos aktiva, modal, persediaan-persediaan dan biayabiaya.
5). Membuat rekening-rekening kontrol apabila diperlukan.
c. Praktek-praktek Yang Sehat
Setelah struktur organisasi dan sistem wewenang serta prosedur pembukuan disusun dengan baik,

maka diperlukan adanya praktek-praktek yang sehat untuk menjalankannya. Praktek-praktek yang
sehat tersebut akan di bahas lebih lanjut dalam sub bagian tersendiri.
d. Pegawai Yang Cukup Cakap
Penulis baca dalam buku Internal Auditing (Sawyer’s, 2001; 67) yang dimaksud dengan pegawai yang
cukup cakap adalah pegawai yang mampu melaksanakan tugas, tanggung jawab, dan wewenang yang
dibebankan kepadanya, sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai dengan efisien. Pegawai dengan
cukup cakap untuk suatu pekerjaan bukan berarti pegawai yang tingkat pendidikananya tinggi,
sehingga gajinya juga besar tetapi mungkin dengan pendidikan menengah sudah cukup, yang penting
adalah latar belakang pendidikannya cukup memadai untuk pekerjaan-pekerjaan yang dilakukannya.
Hal ini perlu dipertimbangkan agar dapat diperoleh pegawai yang cukup cakap tetapi juga ekonomis.
Untuk memperoleh pegawai yang cukup cakap sesuai dengan kebutuhan perusahaan, diperlukan
adanya usaha-usaha yang tepat. Secara umum usaha ini akan mencakup tiga proses :
Dimulai semenjak penerimaan pegawai dilanjutkan dengan peningkatan keterampilan melalui program
pendidikan dan latihan yang berkesinambungan dan diakhiri dengan penilaian atas pelaksanaan
pekerjaan dari pegawai. Ketiga proses ini berlangsung terus menerus, mengingat usaha mendapatkan
pegawai yang cukup cakap merupakan usaha yang selalu berkesinambungan.
Proses penerimaan tenaga kerja merupakan proses yang sangat penting serta menuntut penelitian
yang mendalam dan teliti terutama mengenai kemampuan dari semua calon pegawai. Dari sini akan
diperoleh bibit-bibit yang baik untuk menempati jabatan didalam perusahaan dan sebaliknya dari
kesalahan penerimaan tenaga kerja akan membawa kegagalan bagi perusahaan. Dengan perencanaan
yang memadai, akan memudahkan perusahaan mengetahui beberapa orang karyawan, dan dimana
posisinya serta persyaratan apa yang dibutuhkan perusahaan.
Proses peningkatan keterampilan melalui program pendidikan dan latihan yang berkesinambungan
merupakan tahap yang sangat penting dalam setiap usaha mendapatkan pegawai yang cukup cakap.
Manfaat yang diperoleh dari program pendidikan dan latihan bagi pegawai antara lain :
1). Mengenai kedudukannya di dalam orgaisasi dan siapa pimpinannya.
2). Mengetahui tugas-tugas yang harus dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.
3). Mengetahui sampai dimana tanggung jawab dan kekuasaan mengenai tugasnya serta batas-batas
pengambil alihan tugas oleh petugas yang lain.
4). Mengetahui bagaimana sumbangan kerjanya terhadap perusahaan secara keseluruhan.
Proses yang terakhir adalah penilaian pekerjaan ini harus selalu dilakukan untuk mendorong para
pegawai bekerja dengan sungguh-sungguh.
Penilaian atas pelaksanaan pekerjaan dari para pegawai akan menghasilkan informasi-informasi
berikut ini :
1). Tingkat kecakapan yang dicapai oleh masing-masing pegawai.
2). Kebutuhan pegawai yang bersangkutan akan pendidikan khusus guna mengembangkan lebih lanjut
atas kecakapan yang telah dicapainya.
3). Potensi pegawai serta arah kariernya diatas tujuan manajemen untuk mendapatkan pegawai yang
cukup cakap akan dapat dicapai.
B. Praktek-praktek Yang Sehat
Penulis baca dalam buku Internal Auditing (Sawyer’s, 2001; 61) praktek-praktek yang sehat dapat

dirumuskan sebagai ketaatan dan kejujuran karyawan didalam melaksanakan tugas yang dibebankan
kepadanya, sehingga hasil yang diharapkan perusahaan dapat tercapai dengan efisien dan efektif.
Praktek-praktek yang sehat harus dapat memberikan cara-cara untuk meyakinkan wajarnya suatu
persetujuan, pencatatan dan penyimpanan, hal ini pada umumnya dicapai melalui pemisahan
wewenang, tugas, dan tanggung jawab sehingga tidak ada seorangpun yang melakukan semua tahap
dalam transaksi dari awal sampai akhir.
Artinya seseorang yang melakukan suatu transaksi tidak diperbolehkan juga mencatat dan
menyimpan hasil pelaksanaan transaksi yang dimaksud. Praktek yang sehat juga dapat meyakinkan
pimpinan perusahaan bahwa pekerjaan dari seseorang akan diperiksa oleh orang lain yang
melanjutkan pelaksanaan tugas tersebut.
Dengan pemisahan demikian dapat menimbulkan pemeriksaan yang otomatis atas ketelitian
pekerjaan petugas yang satu dengan petugas yang lain dan juga mempertinggi kemungkinan
ditemukannya kesalahan-kesalahan ataupun kecurangan-kecurangan dengan segera.
Untuk mengefektifkan aktivitas pengendalian praktek-praktek yang sehat agar dapat mencegah
kecurangan yang mungkin terjadi, maka yang harus dilakukan adalah mereviw kinerja, pengelolaan
informasi yang tepat dan lengkap, melakukan pengendalian fisik, dan pemisahan tugas, wewenang,
dan tanggung jawab.
Indikator-indikator yang menjadi penyebab terhambatnya Praktek Yang Sehat terhadap Efektivitas
Pengelolaan Kas tersebut yaitu:
1. Perceived Opportunity (Kesempatan seseorang untuk melakukan dan menyembunyikan kecurangan)
Perilaku seseorang untuk melakukan dan menyembunyikan kecurangan dapat terjadi karena Sistem
Pengendalian Intern yang lemah dan kurang memberikan kejelasan. Tindakan kecurangan tidak akan
berhasil dalam suatu organisasi dimana terdapat Sistem Pengendalian Intern yang kuat dan kesadaran
karyawan dalam menjalankan tugasnya dengan baik.
Untuk mengatasi agar tidak terjadi Perceived opportunity, maka harus dilakukan Pencegahan
Kecurangan (Fraud Prevention). Tujuan utama pencegahan kecurangan adalah untuk menghilangkan
sebab-sebab timbulnya kecurangan. Pencegahan kecurangan pada umumnya adalah aktivitas yang
dilaksanakan manajemen dalam hal penetapan kebijakan, sistem dan prosedur yang membantu
memberikan keyakinan yang memadai kepada karyawan. Cara untuk mencegah adanya kecurangan
agar praktek yang sehat dapat tercapai, maka harus mengefektifkan sistem pengendalian intern yang
baik antara lain:
a. Membangun struktur pengendalian yang baik
b. Mengefektifkan aktivitas pengendalian
c. Meningkatkan kultur organisasi
d. Mengefektifkan fungsi pengendalian
e. Menciptakan struktur pengajian yang wajar dan pantas
f. Mengadakan rotasi dan kewajiban bagi pegawai
g. Memberikan sanksi yang tegas kepada yang melakukan kecurangan
h. Membuat program bantuan kepada pegawai yang mendapatkan kesulitan baik dalam hal keuangan
maupun non keuangan
i. Menetapkan kebijakan perusahaan terhadap pemberia-pemberian dari luar yang harus di
informasikan dan di jelaskan

j. Menyediakan sumber-sumber tertentu dalam rangka mendeteksi kecurangan
k. Menyediakan saluran-saluran untuk melaporkan telah terjadi kecurangan
2. Rasionalisasi (Pemikiran perilaku)
Dalam pemikiran mereka, dengan merasionalisasikan perilakunya, pelaku kecurangan biasanya secara
modal telah memperoleh suatu alasan terhadap kejahatan mereka.
Sawyer’s (2001; 71) memberikan hal yang harus diperhatikan dalam menjalankan praktek yang sehat
pada perusahaan adalah sebagai berikut:
a. Pemahaman terhadap awal dari tindak kejahatan menentang perusahaan:
1). Pencurian, kecurangan, penggelapan uang dan penghianatan
2). Kecurangan yang dilakukan untuk menentang perusahaan oleh penjual, pemasok, kontraktor, dan
pelanggan perusahaan
3). Perampokan, pembongkaran, pembajakan, dan pemerasan oleh elemen kejahatan
4). Kompetensi yang tidak adil
b. Kejahatan untuk perusahaan
1). Memperlancar laba (mengubah buku)
a). Menaikan penjualan
b). Memperkecil penjualan
2). Nerac