Paradigma Baru Strategi Pemerintah Indon


WILAYAH PERBATASAN MENURUT PERSPEKTIF SOSIAL PEMBANGUNAN DAN
Y


Oleh:
Aspin Nur Arifin Rivai (Hubungan Internasional UMY / 2011)
Farras Fadhil Salim (Hubungan Internasional UMY / 2012)
Ganendra Widigdya (Hubungan Internasional UMY / 2013)
Disampaikan Pada:
Presentasi Call for Paper “Masyarakat Perbatasan yang Terbatas”,
Yogyakarta, 20 Desember 2013

Y

OUTLINE
1. KERANGKA KONSEPTUAL PERAN PEMERINTAH PADA
PENGEMBANGAN PERBATASAN NASIONAL
2. PENDEKATAN NATIONAL SECURITY APPROACH TERUTAMA
ASPEK HUMAN SECURITY
3. PENDEKATAN NATIONAL PROSPERITY APPROACH PADA

DAERAH PERBATASAN

4. KESIMPULAN

1
Kerangka Konseptual Peran Pemerintah Pada
Pengembangan Perbatasan Nasional

KERANGKA KONSEPTUAL PENGEMBANGAN PERBATASAN

2
Pendekatan Keamanan (National Security Approach)
Terutama Aspek Human Security

Security

Human
Security

Negara


Kelompok*

Individu

MASALAH UTAMA DI PERBATASAN INDONESIA: ISU KEAMANAN

EKSTERNAL

• Wilayah perbatasan yang tidak diamankan
dengan baik.

INTERNAL
• Masyarakat perbatasan yang miskin dan
terpinggirkan.
• Rasa Nasionalisme yang rendah.

SOLUSI UTAMA: ASPEK HUMAN SECURITY PERBATASAN

• Pemberian akses informasi masyarakat

perbatasan.
• Penambahan pasukan penjaga perbatasan.
• Mendirikan pemukiman yang layak diperbatasan.
• Pembangunan pusat perekonomian masyarakat
sekitar beserta sarana dan pra sarananya.

3
Pendekatan Kesejahteraan (National Prosperity Approach)
Pada Daerah Perbatasan

PENGAKUAN PEMERINTAH BAHWA DAERAH PERBATASAN: SPESIAL
 Mengubah

arah

kebijakan

pembangunan

yang


selama

ini

cenderung

berorientasi inward looking menjadi outward looking

 Peran strategis kawasan perbatasan sbg “Belt of Security”, secara sosialekonomi sebagai nasional “image dan gateway” dan secara lingkungan sbg
“buffer zone”

 Paradigma baru penanganan kawasan perbatasan dari sebatas “security

approach” menjadi lebih integrasi antara security dan prosperity approach
 Pendekatan pembangunan yang dilakukan, selain menggunakan pendekatan
yang bersifat keamanan, juga diperlukan pendekatan kesejahteraan,
keadilan, dan pemerataan.
 Dibandingkan


kawasan

tertinggal

lainnya,

kawasan

perbatasan

sangat

menonjol permasalahan sosial-ekonomi yang perlu antisipasi segera.
Sumber: Dokumen RPJMN 2010-2014 & Rencana Strategis Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan, 2012

DAERAH PERBATASAN SEBAGAI DAERAH DENGAN SARAT KETERTINGGALAN

KABUPATEN/KOTA
TERTINGGAL


KABUPATEN/KOTA
PERBATASAN TERTINGGAL

SUMBER

199

26 (total 37 Kab/Kota)

KPDT, 2009

199

27 (total 38 Kab/Kota)

KPDT, 2010

183

27 (total 38 Kab/Kota)


KPDT, 2013

Sumber: Rencana Kerja Tahunan Kemendikbud 2013

PERBATASAN SEBAGAI PRIORITAS NASIONAL

Sumber: Badan Nasional Pengelola Perbatasan, 2012

Tidak Berciri
Indonesia

Growth
Oriented!

PERALIHAN PARADIGMA:
PERTUMBUHAN EKONOMI KE PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN
Definisi Pembangunan Ekonomi (Todaro, 2008):

Suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per-kapita

suatu wilayah dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan

sistem kelembagaan. (institutional welfare state)
Todaro (2008) juga menyatakan bahwa keberhasilan suatu pembangunan
ekonomi dalam mencapai kesejahteraan ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:

1. Basic Needs: Berkembangnya kemampuan dasar untuk memenuhi
kebutuhan pokok;

2. Self Esteem: Meningkatnya rasa harga diri masyarakat sebagai manusia;

3. Freedom for Servitude: Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk
memilih.

SEGITIGA INTERAKSI PEMBANGUNAN BERPRESPEKTIF KESEJAHTERAAN

PERTUMBUHAN
EKONOMI
(Basic Needs)


KESEJAHTERAAN
(WELFARE)

JAMINAN HAK SOSIAL
(Self-Esteem)

Sumber: Todaro (2008) & Crocker (2002), diolah

KEBIJAKAN TENAGA
KERJA AKTIF
(Freedom for Servitude)

MASALAH-MASALAH UMUM SOSIAL EKONOMI PERBATASAN
KESENJANGAN WILAYAH
antara kawasan perbatasan dengan negara
tetangga dan dengan kawasan lain di Indonesia, karena:
• Ketimpangan tingkat pendapatan, nilai tukar, dan nilai jual komoditas,
orientasi ekonomi lebih ke negara tetangga (growth industry center)
sementara kawasan Indonesia di perbatasan hanya jadi (hinterland); 
polarization effect

• Aksesibilitas rendah terhadap sistem kota di sekitarnya (remote area)
sementara akses ke kawasan negara tetangga lebih baik;
• Fungsi pemerintahan kecamatan tidak berjalan dengan optimal;
• Potensi separatisme di perbatasan;

SUMBER DAYA MANUSIA tantangan strategis yang dihadapi:
• Kualitas SDM relatif rendah;
• Masyarakat tidak terlalu terbuka dengan perubahan;
KETAHANAN NASIONAL, karena
• Kualitas pendidikan, mata uang dan pusat aktivitas di negara tetangga yang
menurunkan rasa nasionalisme (menyongsong ASEAN);
• Tindakan ilegal (backwash effect) dibantu aparatur hingga alih
kewarganegaraan.

USULAN STRATEGI & SOLUSI MANAJEMEN PERBATASAN UNTUK KESEJAHTERAAN
PERBAIKAN

INTERKONEKSI

PERBAIKAN


PERBAIKAN

SDM UMUM

PERBATASAN

SDM PERBATASAN

LINGKUNGAN

Bakti Sarjana

Perbaikan

Perbaikan etos aparatur

Pendidikan

Perbatasan

Infrastruktur

(layanan publik,

kewargaan, koperasi

ketertiban)

dan geografi

Pendidikan Asrama

Acara Nasional di

Lelang jabatan Camat

Sekolah sebagai

Terpadu

Perbatasan

Perbatasan

centre of activities

Pendidikan universal

Basic Needs

Self-Esteem

(sosialisasi)
Pendidikan

Perekonomian

Peningkatan apresiasi dan

Berbasis Keahlian

inklusif

fasilitas aparatur

(SMK)

SPREAD EFFECT (active labor)

Freedom for
Servitude

perbatasan

TRICKLE DOWN EFFECT

PERUBAHAN POLA EKONOMI, PERBAIKAN INISIATIF (BOTTOM UP), CITRA PERBATASAN

4

KESIMPULAN

KESIMPULAN
1. Bahwa Indonesia harus menguatkan masyarakat perbatasan karena menyangkut
konstitusi dasar masyarakat Indonesia itu sendiri.

2. Aspek National Security penting dalam pengelolaan perbatasan, terutama aspek
Human Security
3. Bahwa kerangka baru dalam pengembangan perbatasan tidak hanya terkait security
approach semata, namun juga security-prosperity approach.

4. Intervensi pemerintah pada percepatan pembangunan daerah perbatasan masih
berorientasi pertumbuhan ekonomi BUKAN pembangunan kesejahteraan.

5. Diperlukannya perubahan paradigma pembangunan kesejahteraan yang mengarahkan
pada perubahan perilaku kelembagaan serta pembangunan masyarakat yang berdaya.

TERIMA KASIH
ATAS PERHATIANNYA