ANALISIS TERHADAP HAK PILIH TNI DAN POLR
ANALISIS TERHADAP HAK PILIH TNI DAN POLRI DALAM PEMILIHAN UMUM *
Set iaj eng Kadarsih dan Tedi Sudraj at
Fakult as Hukum Universit as Jenderal Soedirman Purwokert o E-mail: Set iaj eng. kadarsih@unsoed. ac. id dan t _sudraj at @yahoo. com
Abst ract
In t hi s r ef or mat ion er a, t her e wer e di scour ses on t he r ecover y of t he r ight t o vot e f or member s of t he Indonesi an Nat i onal Ar my (TNI) and Indonesi an Nat ional Pol i ce (Pol r i ) i n t he Gener al El ect i on. The wi l l i ngness of t hose r ecover y based on t he devel opment of democr at izat ion and human r i ght s, t hat pl aces t he r i ght t o vot e as a f undament al r i ght t hat cannot be i nf r i nged by t he st at e. The pr obl em t hat ar i ses ar e how t he ar r angement of t he r i ght t o vot e f or t he TNI and Pol r i i n t he Indonesi an Gener al El ect i on when it viewed f r om t he per spect ive of t he pol i t i cal hi st or y and how t he l egal synchr oni zat i on bet ween t he r i ght t o vot e f or TNI and Pol r i when it vi ewed f r om t he concept i on of human r i ght s i n t he cont ext of a democr at i c societ y in Indonesi a. Based on t he r esul t s,
i t known t hat t her e ar e set back i n t he ar r angement of t he r i ght t o vot e f or ar med f or ces and pol i ce
i n t hr ee per iods. In ol d or der , ar med f or ces and pol ice wer e given t he r ight t o vot e i n t he elect ion. In t he new or der , t he Ar med For ces wer e not ent it l ed t o vot e, but t he pr esence of ar med f or ces in t he r eal m of r egul at ed pol i t i cal spher e i n par t icul ar t hr ough t he l i f t ing mechani sm in t he l egi sl at ur e. Whi le i n r ef or mat ion er a, t he r i ght t o vot e and vot e f or member s of t he mi l i t ar y and pol i ce wer e r emoved, so t he mi l i t ar y and pol i ce only car r y out t he st at e t asks wi t hout any pol i t i cal r i ght s i nher ent i n t hat inst it ut i on. Thi s i ndi cat es t hat t he l egal ar r angement s concer ni ng t he r i ght t o vot e accor di ng t o t he per spect i ve of human r i ght s i n t he cont ext of a democr at i c societ y i s not yet
i n sync wit h each ot her .
Key wor ds : Human r i ght s, democr at i c soci et y and l egal synchr oni zat i on
Abst rak
Pada era ref ormasi ini, t erdapat wacana t ent ang pemulihan hak pilih bagi anggot a Tent ara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) pada Pemilihan Umum. Adapun keinginan pemulihan hak t ersebut didasarkan pada perkembangan proses demokrat isasi dan Hak Asasi Manusia yang menempat kan hak pilih sebagai hak dasar yang t idak dapat disimpangi/ dilanggar oleh negara. Permasalahan yang t imbul adalah bagaimanakah pengat uran t ent ang hak pilih bagi TNI dan Polri dalam Pemilihan Umum di Indonesia apabila dilihat dari perspekt if sej arah dan polit k hukum sert a bagaimanakah sinkronisasi hukum t erhadap hak pilih bagi TNI dan Polri dengan konsepsi Hak Asasi Manusia dalam kont eks masyarakat demokrat is di Indonesia. Berdasarkan hasil penelit ian dapat diket ahui bahwa pengat uran pada t iga periode kekuasaan mengalami kemunduran. Pada masa Orde Lama, angkat an bersenj at a dan polisi diberikan hak memilih dalam Pemilu. Pada Orde baru, ABRI t idak diberikan hak unt uk memilih, namun keberadaan ABRI dalam ranah ranah polit ik diat ur secara khusus melalui mekanisme pengangkat an dalam lembaga legislat if . Sedangkan pada era ref ormasi, hak pilih dan memilih bagi anggot a TNI dan Polri dihilangkan sehingga TNI dan Polri hanya melaksanakan t ugas negara t anpa adanya hak polit ik yang melekat dalam diri inst ansi t ersebut . Hal t ersebut mengindikasikan bahwa pengat uran hukum t ent ang hak pilih menurut perspekt if Hak Asasi Manusia dalam kont eks masyarakat demokrat is belumlah sinkron sat u dengan lainnya. Hal ini dikarenakan krit eria part isipasi dan ket erwakilan sebagaimana t ermakt ub dalam nilai-nilai ideal demokrasi belumlah t erwuj ud.
Kat a kunci : Hak asasi manusia, masyarakat demokrat is dan sinkronisasi hukum
Art ikel merupakan ar t ikel hasil penel it ian yang di danai ol eh DIPA Univer sit as Jender al Soedir man Tahun 2010
Anal isis Terhadap Hak Pil ih TNI dan Pol ri dal am Pemil ihan Umum 49
Pendahuluan
merupakan persoalan relasi kekuasaan at au Membicarakan masalah hak asasi dalam
relasi ekonomi-polit ik ant ara negara (st at e) dan perkembangan masyarakat demokrat is, maka
masyarakat (societ y). Negara adalah pusat ke- ini memiliki korelasi yang erat dengan ke-
kuasaan, kewenangan dan kebij akan unt uk me- but uhan dan keinginan manusia unt uk ber-
ngat ur (mengelola) alokasi barang-barang (sum- int eraksi dengan sesama guna menunj ukan
berdaya) publik pada masyarakat , sedangkan di eksist ensi dan upaya pencapaian t uj uan. Hak
dalam masyarakat sendiri t erdapat hak sipil dan asasi t ersebut kemudian menj elma t at kala
polit ik, kekuat an massa, kebut uhan hidup, dan Tuhan Yang Maha Esa mencipt akan seperangkat
lain-lain. Dengan demikian, peran sert a dij adi- hak
kan sebagai j embat an penghubung ant ara manusia. Hak-hak inilah yang kemudian disebut
yang menj amin
deraj at nya
sebagai
negara dan masyarakat agar dapat menyeleng- dengan Hak Asasi Manusia (HAM). Secara nor-
garakan pemerint ahan yang demokrat is dan mat if , HAM didef inisikan sebagai seperangkat
membuahkan kesej aht eraan sert a human wel l hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan
bei ng.
set iap manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Mencermat i perj alanannya, konsep demo- Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang
krasi kemudian memberikan gambaran t ent ang waj ib dihormat i, dij unj ung t inggi, dan di-
peran sert a sebagai unsur yang sangat dibut uh- lindungi oleh Negara, Hukum, Pemerint ahan,
kan unt uk membangun pemerint ahan yang dan set iap orang, demi kehormat an sert a per-
bert anggungj awab (account abi l i t y), t ransparan lindungan harkat dan mart abat manusia (Pasal
(t r anspar ency), dan responsif (r esponsi bi l i t y)
1 angka 1 UU No. 39 Tahun 1999 t ent ang Hak t erhadap kebut uhan masyarakat . Tiadanya pe- Asasi Manusia, dan UU No. 26 Tahun 2000
ran sert a masyarakat akan membuahkan pe- t ent ang Pengadilan Hak Asasi Manusia). Hal ini
merint ahan yang ot orit er dan korup. Dari sisi berart i bahwa yang dimaksud sebagai HAM
masyarakat , peran sert a dimaksudkan sebagai adalah hak yang melekat pada diri set iap pri-
kunci pemberdayaan (empower ment ). Peran badi manusia dan oleh karena it u set iap manu-
sert a memberikan ruang dan kapasit as bagi sia dicipt akan kedudukannya sederaj at dengan
masyarakat unt uk memenuhi kebut uhan dan hak-hak yang sama sehingga prinsip persamaan
hak-haknya, mengembangkan pot ensi dan pra- dan kesederaj at an t elah menj adi hal ut ama
karsa lokal, mengakt if kan peran masyarakat dalam int eraksi sosial. 1 sert a membangun kemandirian masyarakat . Hal
HAM selalu t erkait dengan sist em polit ik ini berart i bahwa keberadaan dari peran sert a demokrasi dalam suat u negara. Demokrasi me-
merupakan penj abaran dari demokrasi yang rupakan sarana guna t ercipt anya peran sert a
bert aut an dengan nomokrasi yang t erj elma polit ik masyarakat secara luas dengan inst ru-
dalam bent uk hak polit ik.
men pokoknya adalah part ai polit ik (parpol). Berdasarkan hal di at as, maka demokrasi Dalam kait an ini, peran sert a masyarakat men-
dilihat dari bent uknya t elah diwarnai oleh pan- j adi sat u kunci dalam mengident if ikasi kualit as
dangan hidup/ ideologi bangsa, di mana sub- kiprah dari lembaga-lembaga sosial polit ik yang
st ansinya adalah sama yait u menunj ukan ada- hidup di masyarakat . Dengan meluasnya gagas-
nya peran sert a/ part isipasi akt if rakyat di an bahwa rakyat harus diikut sert akan dalam
dalam pemerint ahan yang dilandasi persamaan proses polit ik, maka parpol lahir dan ber-
dan kemerdekaan/ kebebasan. Part isipasi akt if kembang menj adi penghubung pent ing ant ara
at au part isipasi polit ik merupakan ukuran t en- rakyat dan pemerint ah, bahkan parpol dianggap
t ang bet apa pent ingnya kedudukan dan hu- sebagai perwuj udan at au lambang negara
bungan individu dalam negara. Hal t ersebut modern. Hal ini bermakna bahwa peran sert a
bermakna bahwa pengakuan kebebasan dalam
sist em polit ik merupakan konsekuensi logis at as
Hest i Ar miwul an, “ Hak Asasi Manusia dan Hukum” , Jur -
hak-hak sipil dan polit ik sebagaimana t er-
nal Yust i ka, Vol . 7 No. 2, Desember 2004, Sur abaya: Fa- kul t as Hukum Universit as Sur abaya, hl m. 313.
makt ub dalam konsepsi hak asasi manusia me-
50 Jurnal Dinamika Hukum
Vol . 11 No. 1 Januari 2011
lalui kehidupan kenegaraan dan kegiat an pe- kumpul dan mengeluarkan pikiran. Sedangkan merint ahan. Hak-hak sipil dan polit ik adalah
j aminan yang sif at nya diakui secara Int er- hak yang bersumber dari mart abat dan melekat
nasional diat ur dalam ket ent uan ar t i cl e 20, pada set iap manusia yang dij amin dan di
Decl ar at ion of Human Ri ght . Di dalam ket ent u- hormat i keberadaannya oleh negara agar manu-
an pasal ini dinyat akan bahwa : sia bebas menikmat i hak-hak dan kebebasannya
“ ever yone has t he r i ght t o f r eedom of dalam bidang sipil dan polit ik. Adapun yang
peacef ul l assembl y and asoci at ion and no berkewaj iban unt uk melindungi hak-hak sipil
one may be compi l l ed t o bel ong an associ at ion” .
dan polit ik warga negara adalah pemerint ah
sesuai dengan Pasal 8 Undang-undang No. 39 Analog isi pasal t ersebut adalah per t ama, t ahun 1999 t ent ang HAM yang menegaskan
set iap orang mempunyai hak at as kebebasan bahwa perlindungan, pemaj uan, penegakan dan
berkumpul dan berpendapat ; dan kedua, Tiada pemenuhan HAM t erut ama menj adi t anggung
seorang j uapun dapat dipaksa memasuki salah j awab pemerint ah. 2 sat u perkumpulan. Kebebasan sepert i diuraikan
Bent uk implement asi dari pemenuhan dalam ar t i cl e 20 t ersebut bersif at universal na- HAM menurut perspekt if polit ik adalah ke-
mun yang t idak universal adalah implement asi- bebasan unt uk berserikat , berkumpul dan
nya dalam produk perundang-undangan. Hal
inilah yang kemudian menimbulkan pert anyaan kan indikat or bahwa suat u negara t elah me-
mengeluarkan pikiran. 3 Hak t ersebut merupa-
bagi Pegawai negeri, 4 khususnya Tent ara Nasio- laksanakan demokrasi. Set iap negara yang
nal Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara Repu- mengaku sebagai negara hukum yang demokra-
blik Indonesia (Polri) t erhadap hak polit ik be- t is harus memasukan aspek peran sert a akt if
rupa hak pilih yang seharusnya melekat dalam rakyat di dalam konst it usinya yang dilandasi
st at usnya.
persamaan dan kemerdekaan/ kebebasan. Ber- Pada awalnya, wacana t ent ang hak pilih dasarkan hal t ersebut , maka set iap warga
TNI disampaikan oleh mant an Panglima TNI negara dij amin oleh konst it usi unt uk dapat ber-
Jenderal Endriart ono Sut art o agar anggot a TNI peran sert a akt if dalam proses polit ik sebagai
menggunakan hak pilihnya, karena dalam Pe- sarana unt uk mencapai t uj uannya dalam rangka
milu 2004 TNI dan Polri t idak berhak mengguna- merealisasikan kebebasan berserikat , berkum-
kan hak pilihnya. 5 Saat ini, t erdapat 2 (dua) pul dan mengeluarkan pikiran bagi warganegara
kelompok yang saling memberikan argument asi- dalam kehidupan kenegaraan. Di Indonesia,
nya. Kelompok pro adalah akt ivis prodemokrasi j aminan warganegara t erhadap kebebasan ber-
dan HAM yang menilai bahwa hak polit ik per- serikat , berkumpul dan mengeluarkan pikiran
orangan merupakan hak asasi manusia yang diat ur pasal 28E UUD Negara Republik Indonesia
harus diberikan kepada siapa pun, t ermasuk Tahun 1945 yang menyat akan bahwa set iap
anggot a milit er. Kedua, kelompok polit ikus orang berhak at as kebebasan berserikat , ber-
yang menilai dari sisi idealisme demokrasi dan TNI sudah cukup dewasa unt uk melakukannya.
Syamsiar Jul ia, “ Pel anggar an HAM dan Per anan Pol ri Da-
Sedangkan mereka yang belum set uj u pada
l am Penegakan Hukum di Indonesia” ,
Jur nal Equal i t y
umumnya dat ang dari kelompok prof esional
Vol . 11 No. 2, Agust us 2006, Medan: Fakul t as Hukum 3 Uni versit as Sumat era Ut ara, hl m. 116. Hak-hak yang di akui sebagai Hak-Hak Sipil dan Pol i t ik
sebagai mana dil ansir di Depart emen Hukum dan HAM 4 Mengenai j enis pegawai negeri didasarkan pada Pasal 2 Republ ik Indonesia adal ah 1. Hak hi dup; 2. Hak bebas
ayat (1) UU No. 43 Tahun 1999 t ent ang Pokok-Pokok dar i penyiksaan dan perl akuan t i dak manusiaw i; 3. Hak
Kepegaw ai an yang menyat akan bahwa Pegawai Neger i bebas dari perbudakan dan kerj a paksa; 4. Hak at as
di bagi menj adi Pegaw ai Negeri Sipil , Anggot a Tent ar a kebebasan dan keamanan pri badi ; 5. Hak at as ke-
Nasional Indonesia, dan Anggot a Kepol isian Negar a bebasan berger ak dan ber pindah; 6. Hak at as pengaku- an dan perl akuan yang sama dihadapan hukum; 7. Hak
5 Republ ik Indonesi a. Hal t ersebut dit uangkan dal am Ket et apan Maj el i s unt uk bebas berf ikir, berkeyaki nan dan beragama;
Permusyawar at an Rakyat (Tap MPR) Nomor VII/ MPR/ 8. Hak unt uk bebas berpendapat dan berekspresi;
2000 t ent ang Pemi sahan TNI dan Pol ri dan j uga 9. Hak unt uk berkumpul dan berser ikat ; 10. Hak unt uk
dit egaskan kembal i dal am Undang-Undang (UU) Nomor t urut sert a dal am pemeri nt ahan.
12 Tahun 2003 t ent ang Pemil u.
Anal isis Terhadap Hak Pil ih TNI dan Pol ri dal am Pemil ihan Umum 51
yang mengedepankan realisme. Kelompok kon- hukum, pengert ian hukum, norma hukum, sert a t ra memandang realit as kondisi sosial-ekonomi
konsep yang berkait an dengan pokok per- yang belum memadai dan kult ur polit ik
masalahan. Analisisnya dilakukan secara de- (t erut ama elit e) yang belum baik, harus diper-
dukt if yait u menarik kesimpulan dari suat u per- t imbangkan. 6 masalahan yang bersif at umum t erhadap per- masalahan yang dihadapi. Dalam menganalisis
Permasalahan
bahan hukum berupa perat uran perundang-un- Ada dua permasalahan yang hendak di
dangan digunakan beberapa j enis int erpret asi bahas pada art ikel ini. Pert ama, bagaimanakah
yang meliput i int erpret asi gramat ikal, int er- pengat uran t ent ang hak pilih bagi TNI dan Polri
pret asi sist emat is dan int erpret asi menurut pe- dalam Pemilihan Umum di Indonesia?; dan
net apan suat u ket ent uan perundang-undangan keduan,
bagaimanakah sinkronisasi hukum ( wet hi st or ische-i nt er pr et at ie). t erhadap hak pilih bagi TNI dan Polri dengan konsepsi Hak Asasi Manusia dalam kont eks
Pembahasan
masyarakat demokrat is di Indonesia?
Pengaturan tent ang hak pilih bagi TNI dan Polri dalam Pemilihan Umum di Indonesia
Met ode Penelitian
Pengat uran t ent ang hak pilih Tent ara Na- Penelit ian ini merupakan penelit ian nor-
sional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Republik mat if dengan menggunakan beberapa pende-
Indonesia (Polri) pada dasarnya dipengaruhi kat an masalah yang meliput i pendekat an Un-
oleh perkembangan demokrat isasi di Indonesia dang-Undang (st at ut e appr oach), pendekat an
dan sej arah hukum dari masing-masing lembaga konsept ual (concept ual appr oach) dan pende-
t ersebut . Dalam pembahasan ini, perspekt if kat an sej arah (hi st or i cal appr oach). Dalam
sej arah digunakan dalam rangka penelaahan menganalisis permasalahan pert ama digunakan
sej umlah perist iwa-perist iwa yuridis dari zaman penelit ian t erhadap asas-asas hukum. Dalam
dahulu yang disusun secara kronologis. Dalam t ingkat an ini dilakukan penelit ian t erhadap
hal ini, hukum sebagai gej ala sej arah berart i kaidah-kaidah hukum yang merupakan pat okan
t unduk pada pert umbuhan yang t erus menerus. bersikap dan berperilaku bagi manusia. Ke-
Pengert ian t umbuh membuat dua art i yait u mudian pada t ingkat an kedua, penelit ian ini
perubahan dan st abilit as. Hukum t umbuh, ber- dif okuskan pada sinkronisasi hukum, baik
art i bahwa t erdapat hubungan yang erat , secara vert ikal mampun horizont al yang ber-
sambung-menyambung at au hubungan yang t ak t uj uan unt uk mengungkapkan kenyat aan, sam-
t erput us-put us ant ara hukum pada masa kini pai sej auh mana perundang-undangan t ert ent u
dan hukum pada masa lampau. Hukum pada serasi secara vert ikal dan horizont al. Hak pilih
masa kini dan hukum pada masa lampau me- TNI dan Polri dalam Pemilu kemudian di
rupakan sat u kesat uan. Ini berart i bahwa kit a korelasikan dengan mat eri muat an dalam
dapat mengert i hukum kit a pada masa kini, hukum administ rasi dan hak asasi manusia
hanya dengan penyelidikan sej arah, bahwa unt uk
mempelaj ari hukum secara ilmu penget ahuan kesesuaian makna dalam pengat urannya.
menget ahui
pasangan
nilai
sert a
harus bersif at j uga mempelaj ari sej arah. Dalam Met ode met ode analisis yang digunakan
kait an ini, sej arah pengat uran hukum mem- adalah normat if kualit at if . Met ode analisis t er-
punyai art i pent ing dalam rangka pembinaan sebut dilakukan dengan cara mengint erpret asi-
hukum nasional, oleh karena usaha pembinaan kan dan mendiskusikan bahan hasil penelit ian
hukum t idak saj a memerlukan bahan-bahan berdasarkan pada asas-asas hukum, t eori-t eori
t ent ang perkembangan hukum masa kini saj a, akan t et api j uga bahan-bahan mengenai per-
kembangan dari masa lampau. Melalui pers-
Depart emen Pert ahanan dan Keamanan, 24 Juni 2010,
Hak Pi l i h TNI, Bagai Pedang Ber mat a Dua, dapat di akses
pekt if sej arah, diharapkan mampu menj aj aki
dal am ht t p: / / www. dephan. go. id/ modul es. php?name= News& f il e=-art icl e& si d=7514
berbagai aspek polit ik hukum Indonesia pada
52 Jurnal Dinamika Hukum
Vol . 11 No. 1 Januari 2011
masa yang lalu, hal mana akan dapat mem- got a Dewan Perwakilan Rakyat . Pemilu mult i- berikan bant uan unt uk memahami kaidah-
part ai secara nasional disepakat i dilaksanakan kaidah sert a inst it usi-inst it usi hukum yang ada
pada 29 Sept ember 1955 (unt uk pemilihan par- dewasa ini dalam masyarakat bangsa kit a. 7 lemen) dan 15 Desember 1955 (unt uk pemilihan
Berdasarkan perspekt if t ersebut , sif at
anggot a konst it uant e). 9
dan arah hukum mengenai hak pilih TNI dan Mencermat i aspek kesej arahannya, Pe- Polri selalu diwarnai oleh kepent ingan polit ik
milihan Umum Indonesia 1955 adalah pemilihan penguasa. Perj alanan polit ik bangsa menunj u-
umum pert ama di Indonesia dan diadakan pada kan kecenderungan yang sangat kuat s bahwa
t ahun 1955. Pemilu ini dapat dikat akan sebagai milit er merupakan inst rumen polit ik yang sa-
pemilu Indonesia yang paling demokrat is. ngat ef ekt if yang dibangun oleh sebuah rezim
Bahkan Indonesianis sepert i Herbert Feit h me- guna membesarkan dan mempert ahankan ke-
nilai bahwa Pemilu 1955 adalah yang paling kuasaan yang ada. 8 Hal it u sebenarnya bukanlah
demokrat is dibandingkan pemilu sepanj ang sesuat u yang baru, karena pola-pola peman-
pemerint ahan Orde Baru. Walapun Pemilu 1955
f aat an milit er sebagai inst rumen polit ik rezim dilaksanakan saat keamanan negara masih t erj adi sej ak pemerint ahan kolonial. Unt uk
kurang kondusif , 10 namun anggot a angkat an memperj elas
perj alanan demokrasi dalam bersenj at a dan polisi diikut sert akan unt uk perspekt if sej arah dan polit ik hukum t erkait
memilih. Mereka yang bert ugas di daerah dengan hak pilih angkat an bersenj at a (TNI) dan
rawan kemudian diberikan kesempat an unt uk Polri dapat dicermat i dengan penelaahan t er-
dat ang ke t empat pemilihan dan pada akhirnya hadap 3 (t iga) periode kekuasaan di Indonesia
Pemilu berlangsung dalam sit uasi yang aman. yang meliput i Orde Lama, Orde baru dan
Pengat uran t ent ang hak memilih bagi ref ormasi.
anggot a angkat an bersenj at a dan Polri dit egas- kan dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1953
Pengaturan hak Pilih Angkat an Bersenj at a
t ent ang Pemilihan Anggot a Konst it uant e dan
dan Polri pada masa Orde Lama
Anggot a Dewan Perwakilan Rakyat . Pada Pasal Moment um hist oris perkembangan demo-
1 ayat (1) dit ent ukan bahwa : krasi set elah kemerdekaan dit andai dengan
Anggot a Konst it uant e dan anggot a Dewan keluarnya Maklumat No. X pada 3 November
Perwakilan Rakyat dipilih oleh warga 1945 yang dit andat angani oleh Muhammad
negara Indonesia, yang dalam t ahun pe- milihan berumur genap 18 t ahun at au
Hat t a. Dalam maklumat t ersebut dinyat akan yang sudah kawin lebih dahulu. bahwa perlunya berdirinya part ai-part ai polit ik
sebagai bagian dari demokrasi, sert a rencana Pasal 3 ayat (1) menent ukan bahwa pemerint ah menyelenggarakan pemilu pada
Januari 1946. Maklumat Muhammad Hat t a ber- Pemerint ah mengadakan ket ent uan-ke- t ent uan khusus unt uk memungkinkan pe-
dampak sangat luas, melegit imasi part ai-part ai laksanaan hak-pilih bagi anggot a-anggot a polit ik yang t elah t erbent uk sebelumnya dan
Angkat an Perang dan Polisi, yang pada mendorong t erus lahirnya part ai-part ai polit ik
hari dilakukan pemungut an suara sedang baru. Pada t ahun 1953, Kabinet Wilopo berhasil menyelesaikan regulasi pemilu dengan dit et ap-
Pemil u i ni bert uj uan unt uk memil ih anggot a-anggot a
kannya Undang-Undang No. 7 t ahun 1953 t en-
DPR dan Konst it uant e. Juml ah kursi DPR yang diper e-
t ang Pemilihan Anggot a Konst it uant e dan Ang-
but kan berj uml ah 260, sedangkan kur si Konst it uant e berj uml ah 520 (dua kal i l i pat kursi DPR) dit ambah 14
wakil gol ongan minor it as yang di angkat pemerint ah.
Lihat dan bandingkan dengan Hasnat i, “ Pert aut an Ke- Pemil u ini diper si apkan di baw ah pemerint ahan Perdana kuasaan Pol it ik dan Negara Hukum” ,
Ment er i Al i Sast roamidj oj o. Namun, Al i Sast roamidj oj o publ i ca, Vol . 3 No. 1, Tahun 2003, Pekanbaru: Fakul t as
Jur nal Hukum Res-
mengundurkan diri dan pada saat pemungut an suara, 8 Hukum Universit as Lancang Kuni ng, hl m. 102-113.
kepal a pemer int ahan t el ah dipegang ol eh Perdana Nurhasan, “ Pasang Sur ut Penegakan HAM dan Demo-
10 kr asi di Indonesi a” , Jur nal Il mu Hukum Li t i gasi , Vol . 6 Ment er Bur hanuddin Harahap. Keadaan ini di sebabkan karena beber apa daerah No. 2, Juni 2005, Bandung: Fakul t as Hukum Univer si t as
dirundung kekacauan ol eh DI/ TII (Darul Isl am/ Tent ar a Pasundan, hl m. 215.
Isl am Indonesi a) khususnya pimpi nan Kart osuwiryo.
Anal isis Terhadap Hak Pil ih TNI dan Pol ri dal am Pemil ihan Umum 53
dalam menj alankan t ugas operasi at au ekonomi yang punya akses berlebih unt uk t ugas biasa di luar t empat kedudukannya
mengat ur kehidupan berbangsa dan bernegara dan apabila perlu dengan mengadakan
melalui f ormat dwif ungsi ABRI. dalam wakt u sependek-pendeknya pemu-
ngut an suara susulan unt uk mereka it u. Adapun pengat uran pada masa Orde baru yang menegaskan t erdapat nya upaya polit isasi
Mencermat i hal diat as, maka pada era lembaga milit er t ermakt ub dalam Ket et apan
Orde Lama anggot a angkat an bersenj at a dan No. XXIV/ MPRS/ 1966 t ent ang Kebij aksanaan Polri diberikan hak yang sama sebagai warga
Dalam Bidang Pert ahanan dan Keamanan yang negara dalam ranah polit ik. Hal ini dikarenakan
menyat akan bahwa dibent uknya suat u int egrasi pada era revolusi kemerdekaan, angkat an ber-
t iga angkat an dan kepolisian dalam ABRI dan senj at a dan Polri senant iasa menghadapi per-
Dephankam. Penegasan t erhadap Ket et apan masalahan sosial, polit ik, dan ekonomi sehingga
t ersebut dit uangkan kembali dalam Keput usan mereka memiliki kedewasaan dalam pelaksana-
Presiden No. 132 t ahun 1967 pada t anggal 24 an t ugasnya dan t idak memiliki t endensi ke-
Agust us 1967 t ent ang pokok-pokok organisasi kuasaan. Perlu dicermat i bahwa walau mereka
depart emen Hankam yang menyat akan bahwa memilih beragam part ai, namun inst it usi ang-
ABRI t erdiri at as t iga angkat an dan kepolisian, kat an bersenj at a dan Polri t et ap ut uh. Adapun
semuanya di bawah Dephankam. mengenai polit isasi angkat an bersenj at a dan
Adapun mengenai keberadaan ABRI dalam Polri t idaklah hadir pada saat pemilu, melain-
proses polit ik dit egaskan dalam Undang-Undang kan ket ika t erj adi persoalan dalam hubungan
No. 15 t ahun 1969 t ent ang Pemilihan Umum
ant ara pemerint ah pusat dan daerah. 11
Anggot a-Anggot a Badan Permusyawarat an/ Per- Hal diat as bermakna bahwa Pemilihan
wakilan Rakyat . Khususnya Pasal 11 yang me- Umum pert ama nasional di Indonesia pada 1955
nyat akan bahwa Anggot a Angkat an Bersenj at a t elah mendekat i krit eria demokrat is, sebab
Republik Indonesia t idak menggunakan hak selain j umlah parpol t idak dibat asi, ber-
memilih sert a Pasal 14 yang menyat akan bahwa langsung dengan langsung umum bebas rahasia
Anggot a Angkat an Bersenj at a Republik Indo- (luber), sert a mencerminkan pluralisme dan
nesia t idak menggunakan hak dipilih. r epr esent at i veness karena melibat kan seluruh
Dasar dari t idak diberikannya hak pilih elemen masyarakat ,
t ermasuk didalamnya
dan memilih bagi anggot a ABRI dikarenakan adalah anggot a angkat an bersenj at a dan
Mengingat dwif ungsi ABRI sebagai alat kepolisian.
negara dan kekuat an sosial yang harus kompak bersat u dan merupakan kesat uan
Pengaturan Hak Pilih Angkat an Bersenj at a
unt uk dapat menj adi pengawal dan peng-
Republik Indonesia (ABRI) pada masa Orde
aman Panca Sila dan Undang-undang Da- sar 1945 yang kuat dan sent osa, maka
Baru
bagi ABRI diadakan ket ent uan t ersendiri. Pada masa Orde Baru, lembaga TNI dan
Fungsi dan t uj uan ABRI sepert i t ersebut Polri dij adikan sebagai alat unt uk memper-
di at as t idak akan t ercapai j ika anggot a t ahankan rezim pemerint ahan yang dipimpin
ABRI ikut sert a dalam pemilihan umum, oleh Presiden Soehart o yang not abene dari ka-
yang berart i bahwa anggot a ABRI ber- kelompok-kelompok, berlain-lainan pilih-
langan milit er. Unt uk mempert ahankan ke- an dan pendukungnya t erhadap golongan- kuasaannya, Presiden Soehart o t idak hanya
golongan dalam masyarakat . Karena it u menj adikan TNI dan Polri sebagai alat per-
maka anggot a-anggot a ABRI t idak meng- t ahanan dan keamanan, t et api j uga menj adi-
gunakan hak memilih dan hak dipilih, kannya sebagai kekuat an sosial, polit ik, dan
t et api mempunyai wakil-wakilnya dalam lembaga-lembaga permusyawarat an/ per-
wakilan rakyat dengan melalui pengang-
Saat i t u masih banyak sekal i komandan daer ah yang
kat an. Duduknya ABRI dalam lembaga-
yang t idak t unduk pada komando TNI di Jakart a. Pol i - t isasi semaki n kent al pada era Demokrasi Terpi mpin sa-
lembaga permusyawart an/ perwakilan
at t erj adi per masal ahan int ernal ant ara Presi den Soe-
melalui pengangkat an dimungkinkan oleh
karno, TNI AD, dan PKI.
demokrasi Panca Sila yang menghendaki
54 Jurnal Dinamika Hukum
Vol . 11 No. 1 Januari 2011
ikut sert anya segala kekuat an dalam 2000 t ent ang Peran TNI dan Polri. Adapun masyarakat represent at if dalam lembaga-
perat uran yang mengat ur hak pilih anggot a TNI lembaga t ersebut .
t ert uang dalam pasal 5 ayat (2) dan (4) Tap
MPR No VII/ MPR/ 2000 yang menent ukan Hal diat as menegaskan bahwa memang TNI bersikap net ral dalam kehidupan po- ABRI t idak diberikan hak unt uk memilih dan
lit ik dan t idak melibat kan diri dalam dipilih, namun didalam wadah ABRI t et ap
kehidupan polit ik prakt is. Anggot a TNI t i- diberikan kewenangan dalam proses polit ik me-
dak menggunakan hak memilih dan di lalui proses pengangkat an guna menj adi ang-
pilih. Keikut sert aan TNI dalam menent u- got a legislat if . Adapun hal t ersebut dit egaskan
kan arah kebij akan nasional disalurkan melalui MPR paling lama sampai dengan
dalam Pasal 10, 14 dan 24 Undang-Undang No.
t ahun 2009.
16 t ahun 1969 t ent ang Susunan dan Kedudukan
Maj elis Permusyawarat an Rakyat , Dewan Per- Perat uran yang mengat ur hak pilih ang- wakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat
got a Polri t ert uang dalam pasal 10 ayat (1) dan Daerah.
(2) Tap MPR No VII/ MPR/ 2000 yang menent ukan Mencermat i pengat uran di at as, maka
Polri bersikap net ral dalam kehidupan dalam kurun wakt u orde baru, dapat dikat akan
polit ik dan t idak melibat kan diri dalam bahwa milit er t urut mendominasi kehidupan
kehidupan polit ik prakt is. anggot a Polri t idak menggunakan hak memilih dan
sosial-polit ik nasional dengan menggunakan dipilih. Keikut sert aan Polri dalam menen- berbagai j ust if ikasi, sepert i konsep dwif ungsi
t ukan arah kebij akan nasional disalurkan ABRI melalui mekanisme pengangkat an dalam
melalui MPR paling lama sampai dengan lembaga legislat if , bukan melalui pemilihan
t ahun 2009.
umum. Hal ini memiliki makna bahwa hak pilih
Perat uran-perat uran t ersebut pada prin- yang melekat pada anggot a ABRI mulai digerus sipnya bert uj uan agar t ercipt a sikap prof esional dan dipolit isir oleh penguasa. Hal ini kemudian dari kedua inst it usi ini dalam menj alankan berdampak pada pencit raan negat if dalam diri t ugas dan wewenangnya. Hal ini senada dengan ABRI karena diberi akses masuk ke dalam lem- pernyat aan Prof Dr. B. J Habibie dalam Rapat baga legislat if dan eksekut if melalui mekanisme Paripurna Sidang Umum ke-8 MPR-RI t anggal 14 yang t idak demokrat is, sert a dianggap me- Okt ober 1999 yang menyat akan bahwa bahwa nyalahgunakan kekuasaannya unt uk kepent ing- Unt uk menghilangkan campur t angan pe- an penguasa.
merint ah dalam proses pemilu, pemerin- t ah mengat ur t ent ang net ralit as POLRI,
Pengaturan hak Pilih TNI dan Polri pada Era
TNI sert a PNS. Demikian j uga dalam hal
Reformasi
pelaksanaan dan pengawasan pemilu, pe- Posisi ist imewa ABRI dalam kehidupan
merint ah menyerahkan sebagian besar wewenangnya kepada part ai polit ik pe-
ber-bangsa dan bernegara berakhir pada t ahun sert a pemilu, sedangkan pemerint ah 1998, set elah t erj adinya gerakan ref ormasi
lebih menempat kan diri sebagai f asili- yang berhasil merunt uhkan rezim yang t elah
t at or. . . . selain dari it u, dalam rangka memberinya t empat ist imewa yait u Rezim Orde
menghapuskan KKN dikalangan PNS, maka Baru. Ref ormasi di t ubuh ABRI kemudian
dedikasi dan prof esionalisme pegawai negri sipil perlu dit ingkat kan, seiring de-
memecahkan TNI dan Polri kedalam dua wadah ngan perbaikan imbalan yang mereka yang berbeda, dengan mengubah paradigma,
t erima. Kit a menginginkan birokrasi yang peran dan f ungsi, sert a t ugas TNI dan Polri.
bersih, net ral dan prof esional. Pengat ur- Dit inj au dari aspek normanya, ref ormasi
an t ent ang PNS t idak boleh menj adi TNI dan Polri t erkait dengan hak memilih dan
anggot a dan pengurus part ai polit ik d maksudkan unt uk menj aga net ralit as t er-
dipilih dalam proses polit ik diawali dengan sebut . Dengan demikian, PNS dapat mem- dikeluarkannya Tap MPR No. VI/ 2000 t ent ang
berikan pelayanan kepada masyarakat se- Pemisahan TNI dan Polri sert a Tap MPR No. VII/
cara prof esional, opt imal, adil dan mera-
Anal isis Terhadap Hak Pil ih TNI dan Pol ri dal am Pemil ihan Umum 55
t a t anpa mempert imbangkan golongan kum pada awalnya dikemukakan oleh Plat o maupun aliran polit ik yang ada. 12 melalui konsepsi nomoi yait u suat u negara di mana semua orang t unduk kepada hukum, t er-
Mencermat i konsepsi t ent ang net ralit as masuk j uga penguasa at au raj a unt uk mencegah polit ik di at as, maka pemerint ah kemudian agar mereka t idak bert indak secara sewenang- melakukan perubahan mendasar t erhadap hak wenang. Gagasan bahwa kekuasaan harus di pilih dari kepolisian Tent ara Nasional Indonesia bat asi dikemukakan j uga oleh Lor d Act on yang sebagaimana di at ur dalam Pasal 28 Undang- mengingat kan bahwa pemerint ahan selalu di Undang No. 2 t ahun 2002 t ent ang Kepolisian selenggarakan oleh manusia dan bahwa pada Republik Indonesia dan Pasal 39 Undang-Un- manusia it u t anpa kecuali melekat banyak dang No. 34 t ahun 2004 t ent ang Tent ara kelemahan. Dalilnya yang kemudian menj adi Nasional Indonesia. t ermasyur adalah “ manusia yang mempunyai Melihat sej arah dari pengat uran bagi TNI kekuasaan cenderung unt uk menyalahgunakan dan Polri di bidang perpolit ikan, maka t erdapat kekuasaan it u, t et api manusia yang mempunyai makna bahwa pemerint ah t elah menghilangkan kekuasaan t ak t erbat as past i akan menyalah- hak dasar berupa hak memilih dan dipilih bagi gunakan secara t ak t erbat as pula ( Power t ends anggot a TNI dan Polri guna mencipt akan sit uasi t o cor r upt , but absol ut e power cor r upt ab- yang diinginkan oleh negara. Namun apabila
sol ut el y). ”
dalam perkembangan demokrat isasi di Indo- Berdasarkan hal di at as, maka pembat as- nesia, maka pengat uran pada era ref ormasi an kekuasaan memiliki korelasi yang erat de- mengalami kemunduran yang signif ikan karena ngan upaya membat asi perilaku dari penguasa, pada masa Orde Lama, angkat an bersenj at a dan unt uk dapat menegaskan aspek kepast ian dan polisi diberikan hak memilih sebagaimana hukumnya, maka didalam set iap perat uran t ermakt ub dalam Undang-Undang No. 7 Tahun memiliki pembat asan t erhadap keberlakuan- 1953. Pada Orde baru, ABRI t idak diberikan hak nya. Art inya t idak ada sat upun perat uran yang unt uk memilih, namun keberadaan ABRI dalam keberlakuannya sepanj ang zaman dan me- ranah ranah polit ik diat ur secara khusus melalui menuhi kebut uhan realit as sosial yang t erus mekanisme pengangkat an dalam lembaga legis- berubah, sehingga set iap perubahan pada haki- lat if . Sedangkan pada era ref ormasi, hak pilih kat nya merupakan konsekuansi logis bagi set iap dan memilih bagi anggot a TNI dan Polri di keinginan unt uk memenuhi t unt ut an zaman. hilangkan sehingga TNI dan Polri hanya melak- Terkait dengan pembat asan t ersebut , maka di sanakan t ugas negara t anpa adanya hak polit ik dalam hubungan hukum ant ara negara dengan yang melekat dalam diri inst ansi t ersebut . pegawai negeri (TNI dan Polri) t erdapat ke-
t ent uan pembat asan perilaku bagi pegawai
Sinkronisasi hukum t erhadap hak pilih bagi
yang bekerj a dalam inst ansi negeri. Hubungan
TNI dan Polri dengan konsepsi Hak Asasi Ma-
ini disebut dengan hubungan dinas publik yang
nusia dalam kont eks masyarakat demokrat is
menurut Logemann, hubungan ini t erj adi bila-
di Indonesia
mana seseorang mengikat kan dirinya unt uk Pengat uran t ent ang hak pilih dalam pers- t unduk pada suat u perint ah dari pemerint ah pekt if pemerint ah, pada hakikat nya merupakan unt uk melakukan sesuat u at au beberapa ma- upaya unt uk memperoleh kepast ian hukum gu- cam j abat an negeri yang dalam melakukan sua- na membat asi kekuasaan t erhadap kemungkin- t u at au beberapa macam j abat an it u di hargai an bergeraknya kekuasaan at as nalurinya sen- dengan pemberian gaj i dan beberapa keunt ung- diri, yang pada akhirnya mengarah pada an lain. Hal ini berart i bahwa int i dari hubung- penyalahgunaan kekuasaan ( abuse of power ). an dinas publik adalah kewaj iban bagi pegawai Konsep pembat asan dalam kont eks negara hu- yang bersangkut an unt uk t unduk pada pengang-
kat an dalam beberapa macam j abat an t ert ent u
Risal ah Rapat Par ipurna Sidang Umum ke-8 MPR-RI t ang- gal 14 Okt ober 1999
yang berakibat bahwa pegawai yang bersang-
56 Jurnal Dinamika Hukum
Vol . 11 No. 1 Januari 2011
kut an t idak menolak (menerima t anpa syarat ) mungkinkan t erj adi. Akan t et api, perlu dit egas- pengangkat annya dalam sat u j abat an yang t e-
kan bahwa pembat asan haruslah dit ent ukan lah dit ent ukan oleh pemerint ah di mana se-
dengan hukum semat a-mat a unt uk t uj uan baliknya pemerint ah berhak mengangkat sese-
kesej aht eraan umum dalam suat u masyarakat orang pegawai dalam j abat an t ert ent u t anpa
yang demokrat ik. Univer sal Decl ar at ion of Hu- harus adanya penyesuaian kehendak dari yang
man Ri ght (UDHR) Pasal 29 ayat (2) menent u- bersangkut an. 13 kan bahwa
Hubungan dinas publik ini dalam pene- In t he exer ci se of hi s r i ght s and f r ee- rapannya berkait an dengan segi pengangkat an
doms, ever yone shal l be subj ect onl y t o Pegawai Negeri yang dikenal dengan t eori Con-
such l i mi t at ions as ar e det er mi ned by l aw sol el y f or t he pur pose of secur ing
t r ac Sui gener i s. Teori ini dikemukakan oleh due r ecogni t ion and r espect f or t he Buys bahwa dalam Cont r ac Sui gener i s men-
r i ght s and f r eedoms of ot her s and of syarat kan pegawai negeri harus set ia dan t aat
meet ing t he j ust r equi r ement s of mo- selama menj adi Pegawai Negeri, meskipun dia
r al i t y, publ i c or der and t he gener al set iap saat dapat mengundurkan diri. Dari pen-
wel f ar e i n a democr at i c soci et y.
dapat Buys ini dapat disimpulkan bahwa selama The Int er nat i onal Covenant on Economi c, menj adi Pegawai Negeri, mereka t idak dapat
Soci al and Cul t ur al Ri ght s (ICESCR) 15 menent u- melaksanakan hak-hak asasinya secara penuh.
kan bahwa hak-hak yang ada di dalam kovenan Karena it u, apabila Pegawai Negeri akan melak-
bisa dibat asi oleh hukum sej auh berkesesuaian sanakan hak-hak asasinya secara penuh, peme-
dengan sif at dari hak it u dan semat a-mat a rint ah dapat menyat akan yang bersangkut an
unt uk mencapai kesej aht eraan umum dalam bukanlah orang yang diperlukan bant uannya
suat u masyarakat yang demokrat ik. Pasal 4 oleh pemerint ah.
ICESCR menent ukan bahwa Makna pemberlakuan hubungan dinas
The St at es par t i es t o t he pr esent Cove- publik adalah t imbulnya pembat asan t erhadap
nant r ecogni ze t hat , i n t he enj oyment of diri Pegawai Negeri melalui perat uran yang
t hose r i ght s pr ovi ded by t he St at e in dikenakan kepadanya, t ermasuk didalamnya
conf or mi t y wi t h t he pr esent Covenant , adalah hak-hak yang bersif at asasi. Dalam
t he St at e may subj ect such r i ght s onl y t o such l i mi t at ions as ar e det er mi ned by
kait an ini, walaupun hak asasi manusia diakui l aw onl y i n so f ar as t hi s may be com- sebagai hak yang pada dasarnya t ak dapat di
pat i bl e wit h t he nat ur e of t hese r i ght s kurangi, dirampas sedikit pun oleh siapapun,
and sol el y f or t he pur pose of pr omot ing namun demikian hak asasi manusia bukanlah
t he gener al wel f ar e i n a democr at i c sesuat u yang bisa dinikmat i t anpa bat as. Ter-
soci et y.
dapat adagi um dalam hukum bahwa penikmat -
ber beda dengan UDHR dan an hak seseorang dibat asi yakni oleh penikmat -
Sedikit
The Int er nat ional Covenant on an hak orang lain. Hal ini memiliki makna
ICESCR, dalam
Ci vi l and Pol it i cal Ri ght s (ICCPR) 16 t idak di bahwa suat u perbuat an (penikmat an hak) t idak
j umpai ket ent uan pembat asan yang berlaku menimbulkan kerugian pada orang lain, maka
umum at as set iap pasal di dalam konvensi. t idak ada legit imasi bagi negara unt uk me-
14 represi suat u penikmat an hak. ICCPR memungkinkan suat u negara pesert a un- Sebaliknya j ika t uk membat asi ( t o l i mi t ) at au menunda (sus- memang penikmat an hak akan mengganggu
orang lain, maka pembat asan t erhadapnya di
The Int er nat i onal Covenant on Economi c, Soci al and
Cul t ur al Ri ght s (ICESCR) was adopt ed by t he Gener al
Tedi Sudraj at , “ Probl emat ika Penegakan Hukuman Assembl y i n December 1966 and ent er ed i nt o f or ce i n Disi pl in Kepegaw ai an” ,
Jur nal Di nami ka Hukum, Vol . 8 1976. It el abor at es t he pr i nci pl es l ai d out i n UDHR and No. 3, Sept ember 2008, Purwokert o: Fakul t as Hukum
i s l egal l y bi ndi ng on al l st at es who have si gned and 14 Uni versit as Jender al Soedirman, hl m. 214.
16 Lihat dan bandingkan dengan M. Nur Hasan, “ Tant angan r at i f i ed i t s pr ovi si ons. The Int er nat i onal Covenant on Ci vi l and Pol i t i cal Ri ght s Demokrasi di Indonesi a” ,
(ICCPR) w as adopt ed i n 1966 el abor at es t he pr i nci pl es Jul i 2006, Jakart a: Magi st er Il mu Hukum Tr isakt i , hl m.
Jur nal Aspi r asi Vol . 16 No. 1,
l ai d out i n UDHR and i s l egal l y bi ndi ng on al l st at es 33-40.
who have si gned and r at i f i ed i t s pr ovi si ons.
Anal isis Terhadap Hak Pil ih TNI dan Pol ri dal am Pemil ihan Umum 57
pend) penikmat an hak dalam hal secara resmi warat an Rakyat No. XVII/ MPR/ 1998 Pasal 34 dinyat akan bahwa negara dalam keadaan
yang menent ukan bahwa set iap orang waj ib darurat yang mengancam kelangsungan hidup
meng-hormat i hak asasi manusia orang lain suat u bangsa. Pasal 4 ayat (1) ICCPR menent u-
dalam t ert ib kehidupan bermasyarakat , ber- kan bahwa
bangsa, bernegara. Piagam Hak Asasi Manusia In t i me of publ i c emer gency whi ch t hr ea-
j uga menegaskan bahwa penikmat an hak asasi t ens t he l i f e of t he nat i on and t he exi s-
manusia bisa dibat asi oleh hukum. Dit ent ukan t ence of whi ch i s of f i cial l y pr ocl ai med,
oleh Pasal 36 dari Ket et apan MPR t ersebut t he St at es Par t ies t o t he pr esent Cove-
nant may t ake measur es der ogat ing f r om
bahwa
t heir obl i gat i ons under t he pr esent Cove- Di dalam menj alankan hak dan kebebas- nant t o t he ext ent st r i ct l y r equir ed by
annya set iap orang waj ib t unduk kepada t he exi gencies of t he sit uat ion, pr ovi ded
pembat asan-pembat asan yang dit et apkan t hat such measur es ar e not i nconsi st ent
oleh Undang-Undang dengan maksud wi t h t heir ot her obl i gat ions under
semat a-mat a unt uk menj amin pengakuan
i nt er nat ional l aw and do not i nvol ve sert a penghormat an at as hak dan ke- di scr i mi nat i on sol ely on t he gr ound of
bebasan orang lain, dan unt uk memenuhi r ace, col our , sex, l anguage, r el i gi on or
t unt ut an yang adil sesuai dengan per- soci al or i gi n.
t imbangan moral, keamanan, dan ket er- t iban umum dalam suat u masyarakat
Sebagaimana dit ent ukan dalam Pasal 4 di
demokrat is.
at as, kemungkinan unt uk it u (membat asi dan Sement ara it u Pasal 70 Undang-Undang menunda) hanya diij inkan dalam hal sangat
No. 39 Tahun 1999 t ent ang Hak Asasi Manusia diperlukan dalam sit uasi yang amat gent ing
j uga mengat ur limit asi hak asasi manusia de- yang mengancam kehidupan bangsa, sert a t ak
ngan menent ukan bahwa
boleh diskriminat if semat a pada ras, warna Dalam menj alankan hak dan kebebasan- kulit , j enis kelamin, bahasa, agama at au asal
nya, set iap orang waj ib t unduk kepada sosial.
pembat asan yang dit et apkan Undang- Pada level perundangan nasional, UUD
Undang dengan maksud unt uk menj amin pengakuan sert a penghormat an at as hak
1945 hasil amandemen memberikan pembat as- dan kebebasan orang lain dan unt uk me- an dan kewaj iban hak asasi manusia dengan
menuhi t unt ut an yang adil sesuai dengan menyat akan: set iap orang waj ib menghormat i
pert imbangan moral, keamanan, dan ke- hak asasi manusia orang lain dalam t ert ib
t ert iban umum dalam suat u masyarakat demokrat is.
kehidupan bermasyarakat , berbangsa dan ber- negara (Pasal 28 J ayat (1) UUD 1945).
Hal di at as bermakna bahwa pembat asan Lebih lanj ut Pasal 28 J ayat (2) menent u-
t erhadap hak pilih bagi TNI dan Polri dimaksud- kan
kan agar penyelenggaraan t ugas pemerint ah Dalam menj alankan hak dan kebebas-
berupa pert ahanan dan keamanan dilaksanakan annya, set iap orang waj ib t unduk kepada
secara penuh oleh anggot a TNI dan Polri. Na- pembat asan yang dit et apkan dengan
mun permasalahannya adalah perkembangan Undang-Undang dengan maksud semat a-
masyarakat demokrat is di Indonesia semakin mat a unt uk menj amin pengakuan sert a
penghormat an at as hak dan kebebasan mengarah pada konsolidasi polit ik dalam hal orang lain dan unt uk memenuhi t unt ut an
pemberian hak yang sama pada set iap warga yang adil sesuai dengan pert imbangan
negara. 17
moral, nilai-nilai agama, keamanan dan Konsolidasi demokrasi adalah suat u pro- ket ert iban umum dalam suat u masya-
ses pemapanan sist em demokrasi, unt uk me- rakat demokrat is. nuj u pada sist em polit ik yang st abil dan mapan.
Pembat asan hak asasi manusia dij umpai
dalam Piagam Hak Asasi Manusia yang t er-
Sumal i, “ Urgensi TNI di Bingkai Konst it usi Dal am Pers- pekt i f Yuri di s Pol it i s” ,
cant um dalam Ket et apan Maj elis Permusya- Jur nal Hukum Respubl i ca, Vol . 3
No. 1, Tahun 2003, Pekanbaru: Fakul t as Hukum Univer - sit as Lancang Kuning, hl m. 61.
58 Jurnal Dinamika Hukum
Vol . 11 No. 1 Januari 2011
Konsolidasi demokrasi memerlukan t iga hal, polit ik. 19 Hal ini t erlihat secara t egas dalam yait u: per t ama, pendalaman demokrasi (demo-
Pasal 5 ayat (2) dan (4) Tap MPR No cr at i c deepenning), yakni st rukt ur-st rukt ur
VII/ MPR/ 2000 yang menent ukan bahwa polit ik menj adi semakin t erbuka (liberal),
(2) TNI bersikap net ral dalam kehidupan akunt abel, represent at if dan aksesibel. Ini ber-
polit ik dan t idak melibat kan diri da- art i kebebasan polit ik dij amin t et api sekaligus
lam kehidupan polit ik prakt is. (4) Anggot a TNI t idak menggunakan hak
j uga t unduk pada hukum; kedua, pelembagaan memilih dan dipilih. Keikut sert aan polit ik ( pol i t i cal i nst i t ut ional i zat i on), yait u
TNI dalam menent ukan arah kebij ak- t erbangun dan t ert at anya st rukt ur-st rukt ur po-
an nasional disalurkan melalui MPR lit ik dan pemerint ahan unt uk menj amin t er-
paling lama sampai dengan t ahun selenggaranya birokrasi yang melayani kebut uh-
2009. Hak pilih anggot a Polri diat ur dalam pasal 10