Pengantar ilmu pengetahuan sosial (1)
MAKALAH
PENDIDIKAN IPS
KONSEP DASAR ANTROPOLOGI
Dosen Pengajar :
Dra. Rabiatul Adawiyah, M.Si
Kelompok 4 :
1.
2.
3.
4.
5.
Tiara Ernita
Annisa Nurjanah
Erina Rusmita
Rahmah
Karmila
Nim : A1A209005
Nim : A1A209032
Nim : A1A209028
Nim : A1A209014
Nim : A1A209048
Program Studi pendidikan Kewarganegaraan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin
2010
Kata Pengantar
Kami panjatkan puji dan syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
nikmat dan karunia-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.
Makalah yang berjudul “Konsep Dasar Antropologi” ini adalah untuk semata-mata
membuat sebuah karya ilmiah.
Terima kasih kami sampaikan kepada ibu Dra. Rabiatul Adawiyah, M. Si, selaku dosen
pengajar mata kuliah Pendidikan IPS, serta pihak-pihak yang telah mendukung, hingga kami
dari tim penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Kami pun menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, sudilah kiranya para pembaca memberikan saran dan kritik yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi pembaca. Akhir
kata, penulis mengucapkan terima kasih.
Banjarmasin,23 Oktober 2010
Hormat kami,
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Antropologi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya
masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan
orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa
yang dikenal di Eropa.Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan
masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama,
antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada
masyarakat dan kehidupan sosialnya.
1.2
Rumusan Masalah
1. Pengertian Antropologi;
2. Fase-fase Perkembangan Ilmu Antropologi;
3. Ilmu-ilmu bagian dari antropologi;
4. Konsep Dasar Antropologi
1.3
Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui pengertian Antropologi;
2. Dapat mengetahui tentang fase-fase perkembangan ilmu Antropologi;
3. Dapat mengetahui ilmu-ilmu bagian dari Antropologi;
4. Untuk memenuhi tugas Pendidikan IPS.
1.4. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini diharapkan agar pembaca dapat mengetahui dan
memahami pengertian dari Antropologi dan hal-hal yang berkaitan dengan ilmu-ilmu
Antropologi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Antropologi
Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti "manusia", dan logos yang berarti
ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial.
Antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tentang
budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari
ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda
dari apa yang dikenal di Eropa. Terbentuklah ilmu antropologi dengan melalui beberapa fase.
Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal
dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip seperti
sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan
sosialnya. Para ahli mendefinisikan antropologi sebagai berikut :
1. Koentjaraningrat
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan
mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
2. William A. Haviland
Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang
bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang
lengkap tentang keanekaragaman manusia.
3. David Hunter
Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat
manusia.
4. E. A. Hoebel
Antropologi adalah suatu studi tentang manusia dan kerjanya.
B.
Fase – Fase Perkembangan Ilmu Antropologi
1. Fase Pertama (Sebelum tahun 1800-an)
Sekitar abad ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba untuk
menjelajahi dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke Australia. Dalam
penjelajahannya mereka banyak menemukan hal-hal baru. Mereka juga banyak
menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka. Kisah-kisah petualangan dan
penemuan mereka kemudian mereka catat di buku harian ataupun jurnal perjalanan.
Mereka mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan suku-suku asing tersebut.
Mulai dari ciri-ciri fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku
tersebut. Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian
dikenal dengan bahan etnogragfi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa.
Bahan etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa. Kemudian, pada
permulaan abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap bahan-bahan etnografi suku
luar Eropa dari sudut pandang ilmiah, menjadi sangat besar. Karena itu, timbul usahausaha untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan etnografi.
2.
Fase Kedua (tahun 1800-an)
Pada fase ini, bahan-bahan etnografi tersebut telah disusun menjadi karangankarangan berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada saat itu. masyarakat dan
kebudayaan berevolusi secara perlahan-lahan dan dalam jangka waktu yang lama.
Mereka menganggap bangsa-bangsa selain Eropa sebagai bangsa-bangsa primitif
yang tertinggal, dan menganggap Eropa sebagai bangsa yang tinggi kebudayaannya
Pada fase ini, Antopologi bertujuan akademis, mereka mempelajari masyarakat dan
kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman tentang tingkattingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
3. Fase Ketiga (awal abad ke-20)
Pada fase ini, negara-negara di Eropa berlomba-lomba membangun koloni di benua
lain seperti Asia, Amerika, Australia dan Afrika. Dalam rangka membangun kolonikoloni tersebut, muncul berbagai kendala seperti serangan dari bangsa asli,
pemberontakan-pemberontakan, cuaca yang kurang cocok bagi bangsa Eropa serta
hambatan-hambatan lain.
Dalam menghadapinya, pemerintahan kolonial negara Eropa berusaha mencari-cari
kelemahan suku asli untuk kemudian menaklukannya. Untuk itulah mereka mulai
mempelajari bahan-bahan etnografi tentang suku-suku bangsa di luar Eropa,
mempelajari kebudayaan dan kebiasaannya, untuk kepentingan pemerintah kolonial.
4. Fase keempat ( setelah tahun 1930’an)
Pada fase ini, Antropologi berkembang secara pesat. Kebudayaan-kebudayaan suku
bangsa asli yang di jajah bangsa Eropa, mulai hilang akibat terpengaruh kebudayaan
bangsa Eropa.
Pada masa ini pula terjadi sebuah perang besar di Eropa, Perang Dunia II. Perang ini
membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia dan membawa sebagian besar
negara-negara di dunia kepada kehancuran total. Kehancuran itu menghasilkan
kemiskinan, kesenjangan sosial, dan kesengsaraan yang tak berujung.
Namun pada saat itu juga, muncul semangat nasionalisme bangsa-bangsa yang dijajah
Eropa untuk keluar dari belenggu penjajahan. Sebagian dari bangsa-bangsa tersebut
berhasil mereka. Namun banyak masyarakatnya yang masih memendam dendam
terhadap bangsa Eropa yang telah menjajah mereka selama bertahun-tahun.
Proses-proses perubahan tersebut menyebabkan perhatian ilmu antropologi tidak lagi
ditujukan kepada penduduk pedesaan di luar Eropa, tetapi juga kepada suku bangsa di
daerah pedalaman Eropa seperti suku bangsa Soami, Flam dan Lapp.
C. Ilmu-Ilmu Bagian Dari Antropologi
1.
2.
3.
4.
5.
Paleo-antropologi
Antropologi fisik
Etnolinguistik
Prehistori
Etnologi
Paleo-antropologi dan antropologi fisik disebut antropologi fisik dalam arti luas.
Etnolinguistik, prehistori dan etnologi disebut antropologi budaya.
D. Konsep Dasar Antropologi
Seperti telah dikemukakan terdahulu, kehidupan manusia di masyarakat atau
manusia dalam konteks sosialnya, meliputi berbagai aspek. Salah satu aspek yang
bermakna dalam kehidupan manusia yang juga mencirikan kemajuannya adalah
kebudayaan. Kebudayaan, akar katanya dari buddayah, bentuk jamak dari Buddhi
yang berarti budi dan akal. Kata buddhayah atau buddhi itu berasal dari bahasa
sansekerta. Dengan demikian, kebudayaan itu dapat diartikan sebagai hal-hal yang
berhubungan dengan budi atau akal.
Mengenai
kebudayaan ini,dapat disimak dari beberapa konsep dari beberapa
pakar antara lain C.A Ellwood mengungkapkan :
Kebudayaan adalah norma kolektif semua pola prilaku ditransparansikan secara
sosial melalui simbol-simbol, dari sini tiap unsur semua kemampuan kelompok umat
manusia yang karakteristik, yang tidak hanya meliputi bahasa, peralatan, industri,
seni, ilmu, hukum, pemerintahan, moral, dan keyakinan-keyakinan saja, melainkan
meliputi
juga peralatan material atau artefak yang merupakan penjelmaam
kemampuan budaya yang menghasilkan pemikiran yang berefek praktis dalam bentuk
bangunan, senjata, mesin, media komunikasi, perlengkapan seni, dsb. Tidak ada
kelompok umat manusia yang memiliki maupun yang tidak memiliki bahasa, tradisi,
kebiasaan, dan kelembagaan. Kebudayaan itu bersifat universal yang merupakan ciri
yang berkarakteristik masyarakat manusia.
Konsep yang dikemukakan oleh Ellwood diatas sangat jelas dan gamblang
bahwa kebudayaan itu hanya menjadi milik otentik manusia. Dari konsep tadi,
tercermin pula konsep-konsep dasar antropologi yang melekat pada kehidupan
manusia. Namun demikian, konsep-konsep dasar itu akan diketengahkan kembali
secara lebih lengkap. Konsep-konsep dasar itu meliputi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Kebudayaan
Tradisi
Pengetahuan
Ilmu
Teknologi
Norma
Lembaga
Seni
Bahasa
Lambang
Tradisi
adalah
kebiasaan-kebiasaan
yang
terpolakan
secara
budaya
dimasyarakat. Kebiasaan yang dikonsepkan sebagai tradisi ini karena telah
berlangsung secara turun-temurun, sukar untuk terlepas dari masyarakat. Namun
demikian, karena pengaruh komunikasi dan informasi yang terus-menerus melanda
kehidupan masyarakat, tradisi tadi mengalami pergeseran. Paling tidak berubah bila
dibandingkan dengan maksud semula dalam konteks budaya masa lampau. Tata
upacara tertentu di masyarakat yang semula bernilai ritual kepercayaan, pada saat ini
tata upacara itu masih dilakukan, namun nilainya tidak lagi sebagai suatu bentuk
ritual, melainkan hanya dalam upaya untuk mempertahankan silaturrahmi, bahkan
hanya sebagai hiburan.
Dalam lingkup antropologi dan kebudayaan, pengetahuan, ilmu dan teknologi
merupakan konsep dasar yang terkait dengan budaya belajar. Tiga konsep
dasartersebut saat ini biasa dijadikan satu sebagai IPTEK. Penyatuan tiga konsep
tersebut sangat beralasan, karena ketiganya sangat srat satu sama lain. jika
pengetahuan merupakan kumulasi dari pengalaman dan hal-hal yang kita ketahui,
sedangkan ilmu merupakan pengetahuan yang telah tersistematisasikan (tersusun)
yang berkarakter tertentu sesuai dengan objek tertentu sesuai dangan objek yang
dipelajari, ruang lingkup telaahnya, dan metode yang dikembangkan serta
diterapkannya. Pengetahuan yang menjadi bidang ilmu, sifatnya masih acak. Adapun
penerapan ilmu dalam kehidupan untuk memanfaatkan sember daya bagi kepentingan
manusia, itulah yang disebut teknologi. Dengan mengetahui kondisi tiap kelompok
masyarakat termasuk tradisi, kebiasaan dan kemampuan IPTEKnya, kita semua akan
mampu memahami dan menghargai keadaan masyarakat yang bagaimanapun dan
dimanapun.
Konsep lain yang memegang peranan kunci dalam kehidupan masyarakat dan
budaya adlah nilai serta norma. Nilai dan norma sangat erat kaitannya , namun
demikian memiliki perbedaan yang mendasar. Dalam alam fikiran manusia sebagai
anggota masyrakat melekat apa yang di katakana baik dan buruk, sopan dan tidak
sopan, tepat dan tidak tepat, salah dan benar dan sebagainya. Hal itu semua
merupakan nilai yang mengatur , membatasi, dan menjaga keserasian hidup
bermasyarakat orang yang tidak sopan dengan orang tua, orang yang di tuakan dan
orang yang lebih tua , di katakana bahwa orang yang bersangkutan tidak tahu nilai.
Dalam tindakan, perilaku dan perbuatan, seseorang selalu sesuai dengan tradisi,
kebiasaan dan aturan-aturan yang berlaku. Orang tersebut dikatakan mengetahui nilai
dan berpegang pada nilai yang berlaku. Sedangkan norma, lebih mengarah pada
ukuran dan aturan kehidupan yang berlaku di masyarakat.
Selanjutnya, Koentjaraningrat mencontohkan juga pranata yang berfungsi
memenuhi keperluan kekerabatan yaitu perkawinan, tolong-menolong, sopan santun,
pergaulan antar kerabat dan sebangsanya. Pranata yang berfungsi memenuhi
keperluan matapencaharian , yaitu pertanian, peternakan, industry, perdagangan dsb.
Bahasa sebagai suatu konsep dasar, memiliki pengertian konotatif yang luas.
Bahsa sebagai suatu konsep, bukan hanya merupakan suatu rangkaian kalimat tertulis
atupun lisan, melainkan pengertiannya itu lebih jauh dari pada hanya sekedar
rangkaian kalimat. Bahasa sebagai suatu konsep, meliputi pengertian sebagai bahasa
anak, remaja, bahasa orang dewasa, bahasa bisnis dsb. Namun demikian, makna dan
nialai bahasa sebagai suatu konsep terletak pada kedudukannya sebagai alat
mengungkapkan perasaan, fikiran dan komunikasi dengan pihak atau orang lain.
Bahasa merupakn alat untuk saling mengerti bagi berbagai pihak sehingga mampu
mengembangkan hidup dan kehidupan ketingkat atu taraf yang lebih sejahtera. Tidak
justru menjadi alat untuk menyengsarakan masyarakat.
Konsep dasar antropologi juga membicarakan lambang sebagai konsep dasar.
Sesungguhnya, bahasa itu juga merupakan lambang bagi kita manusia, di mana
ungkapan bahasa mencirikan bangsa, Pada ungkapan itu tercermin bahwa bahasa
menjadi lambang bagi suatu bangsa. Hal tersebut dapat di tafsirkan bahwa bangsa
yang bahasa dan tutur katanya baik, mencerminkan bahwa bngsa tersebut juga
termasuk bangsa yang baik. Lambang-lambang selanjutnya seperti, bendera bagi
suatu bangsa, tanda pangkat dan tanda jabatan bagi suatu angkatan, monument bagi
suatu kelompok masyarakat atau bangsa. Semua itu mempunyai makna masingmasing. Contoh mengenai tanda pangkat dan jabatan, nilainya itu tidak terletak pada
terbuat dari napa tanda tersebut, melainkan melambangkan kepemimpinan,
kewibawaan, kehormatan atau penghargaan. Demikianlah makna lambang dalam
kehidupan berbudaya dan bermasyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata-kata kunci dalam pembahasan antropologi, sebagai landasan kunci dalam
kehidupan berbudaya serta bermasyarakat adalah konsep-konsep dasar yang telah
dijelaskan di atas, yang mana meliputi ciri-ciri dari suatu kebudayaan yang bermakna
di dalam pola kehidupan masyarakat manusia seperti tradisi, pengetahuan, lembaga,
seni, bahasa, lambang dan lain-lain yang mencerminkan suatu kebudayaan tersebut.
Untuk mempelajari dan mengembangkan suatu kebudayaan ada hal yang menonjol
pada jenis manusia yaitu, budaya belajar, yang membawa kemajuan yang sangat pesat
pada diri manusia. Budaya belajar, menjadi landasan pelaksanaan pendidikan yang
membawa kemajuan manusia dengan segala aspek serta unsur kebudayaan bahkan
melalui pendidikan ini, segala sesuatu yang melekat pada diri manusia yang menjadi
konsep dasar antropologi itu juga mengalami pergeseran. Misal adanya pergeseran
tradisi, nilai, norma dan kelembagaan. Yang selanjutnya juga berdampak pada
perkembangan dan kemajuan pengetahuan, ilmu dan teknologi, bahkan juga terjadi
pengaruh sebaliknya.
B. Saran
Dengan mengetahui kondisi tiap kelompok masyarakat dalam hal tradisi,
kebiasaan dan kemampuan IPTEK, kita akan mampu memahami dan menghargai
keadaan masyarakat yang bagaimanapun dan dimana pun. Tidak justru sebaliknya kita
semua mencemooh mereka. Melalui IPS, kita wajib membawa peserta didik ke arah
yang saling mengerti dan saling menghargai sesama kelompok masyarakat dalam
keadaan yang bagaimana pun serta di mana pun.
Daftar Pustaka
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : PT Rineka Cipta
Sumaatmadja Nursid. 2008. Konsep Dasar IPS. Jakarta : Universitas Terbuka
www.google.com
PENDIDIKAN IPS
KONSEP DASAR ANTROPOLOGI
Dosen Pengajar :
Dra. Rabiatul Adawiyah, M.Si
Kelompok 4 :
1.
2.
3.
4.
5.
Tiara Ernita
Annisa Nurjanah
Erina Rusmita
Rahmah
Karmila
Nim : A1A209005
Nim : A1A209032
Nim : A1A209028
Nim : A1A209014
Nim : A1A209048
Program Studi pendidikan Kewarganegaraan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin
2010
Kata Pengantar
Kami panjatkan puji dan syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
nikmat dan karunia-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.
Makalah yang berjudul “Konsep Dasar Antropologi” ini adalah untuk semata-mata
membuat sebuah karya ilmiah.
Terima kasih kami sampaikan kepada ibu Dra. Rabiatul Adawiyah, M. Si, selaku dosen
pengajar mata kuliah Pendidikan IPS, serta pihak-pihak yang telah mendukung, hingga kami
dari tim penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Kami pun menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, sudilah kiranya para pembaca memberikan saran dan kritik yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi pembaca. Akhir
kata, penulis mengucapkan terima kasih.
Banjarmasin,23 Oktober 2010
Hormat kami,
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Antropologi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya
masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan
orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa
yang dikenal di Eropa.Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan
masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama,
antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada
masyarakat dan kehidupan sosialnya.
1.2
Rumusan Masalah
1. Pengertian Antropologi;
2. Fase-fase Perkembangan Ilmu Antropologi;
3. Ilmu-ilmu bagian dari antropologi;
4. Konsep Dasar Antropologi
1.3
Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui pengertian Antropologi;
2. Dapat mengetahui tentang fase-fase perkembangan ilmu Antropologi;
3. Dapat mengetahui ilmu-ilmu bagian dari Antropologi;
4. Untuk memenuhi tugas Pendidikan IPS.
1.4. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini diharapkan agar pembaca dapat mengetahui dan
memahami pengertian dari Antropologi dan hal-hal yang berkaitan dengan ilmu-ilmu
Antropologi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Antropologi
Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti "manusia", dan logos yang berarti
ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial.
Antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tentang
budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari
ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda
dari apa yang dikenal di Eropa. Terbentuklah ilmu antropologi dengan melalui beberapa fase.
Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal
dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip seperti
sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan
sosialnya. Para ahli mendefinisikan antropologi sebagai berikut :
1. Koentjaraningrat
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan
mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
2. William A. Haviland
Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang
bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang
lengkap tentang keanekaragaman manusia.
3. David Hunter
Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat
manusia.
4. E. A. Hoebel
Antropologi adalah suatu studi tentang manusia dan kerjanya.
B.
Fase – Fase Perkembangan Ilmu Antropologi
1. Fase Pertama (Sebelum tahun 1800-an)
Sekitar abad ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba untuk
menjelajahi dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke Australia. Dalam
penjelajahannya mereka banyak menemukan hal-hal baru. Mereka juga banyak
menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka. Kisah-kisah petualangan dan
penemuan mereka kemudian mereka catat di buku harian ataupun jurnal perjalanan.
Mereka mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan suku-suku asing tersebut.
Mulai dari ciri-ciri fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku
tersebut. Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian
dikenal dengan bahan etnogragfi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa.
Bahan etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa. Kemudian, pada
permulaan abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap bahan-bahan etnografi suku
luar Eropa dari sudut pandang ilmiah, menjadi sangat besar. Karena itu, timbul usahausaha untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan etnografi.
2.
Fase Kedua (tahun 1800-an)
Pada fase ini, bahan-bahan etnografi tersebut telah disusun menjadi karangankarangan berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada saat itu. masyarakat dan
kebudayaan berevolusi secara perlahan-lahan dan dalam jangka waktu yang lama.
Mereka menganggap bangsa-bangsa selain Eropa sebagai bangsa-bangsa primitif
yang tertinggal, dan menganggap Eropa sebagai bangsa yang tinggi kebudayaannya
Pada fase ini, Antopologi bertujuan akademis, mereka mempelajari masyarakat dan
kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman tentang tingkattingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
3. Fase Ketiga (awal abad ke-20)
Pada fase ini, negara-negara di Eropa berlomba-lomba membangun koloni di benua
lain seperti Asia, Amerika, Australia dan Afrika. Dalam rangka membangun kolonikoloni tersebut, muncul berbagai kendala seperti serangan dari bangsa asli,
pemberontakan-pemberontakan, cuaca yang kurang cocok bagi bangsa Eropa serta
hambatan-hambatan lain.
Dalam menghadapinya, pemerintahan kolonial negara Eropa berusaha mencari-cari
kelemahan suku asli untuk kemudian menaklukannya. Untuk itulah mereka mulai
mempelajari bahan-bahan etnografi tentang suku-suku bangsa di luar Eropa,
mempelajari kebudayaan dan kebiasaannya, untuk kepentingan pemerintah kolonial.
4. Fase keempat ( setelah tahun 1930’an)
Pada fase ini, Antropologi berkembang secara pesat. Kebudayaan-kebudayaan suku
bangsa asli yang di jajah bangsa Eropa, mulai hilang akibat terpengaruh kebudayaan
bangsa Eropa.
Pada masa ini pula terjadi sebuah perang besar di Eropa, Perang Dunia II. Perang ini
membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia dan membawa sebagian besar
negara-negara di dunia kepada kehancuran total. Kehancuran itu menghasilkan
kemiskinan, kesenjangan sosial, dan kesengsaraan yang tak berujung.
Namun pada saat itu juga, muncul semangat nasionalisme bangsa-bangsa yang dijajah
Eropa untuk keluar dari belenggu penjajahan. Sebagian dari bangsa-bangsa tersebut
berhasil mereka. Namun banyak masyarakatnya yang masih memendam dendam
terhadap bangsa Eropa yang telah menjajah mereka selama bertahun-tahun.
Proses-proses perubahan tersebut menyebabkan perhatian ilmu antropologi tidak lagi
ditujukan kepada penduduk pedesaan di luar Eropa, tetapi juga kepada suku bangsa di
daerah pedalaman Eropa seperti suku bangsa Soami, Flam dan Lapp.
C. Ilmu-Ilmu Bagian Dari Antropologi
1.
2.
3.
4.
5.
Paleo-antropologi
Antropologi fisik
Etnolinguistik
Prehistori
Etnologi
Paleo-antropologi dan antropologi fisik disebut antropologi fisik dalam arti luas.
Etnolinguistik, prehistori dan etnologi disebut antropologi budaya.
D. Konsep Dasar Antropologi
Seperti telah dikemukakan terdahulu, kehidupan manusia di masyarakat atau
manusia dalam konteks sosialnya, meliputi berbagai aspek. Salah satu aspek yang
bermakna dalam kehidupan manusia yang juga mencirikan kemajuannya adalah
kebudayaan. Kebudayaan, akar katanya dari buddayah, bentuk jamak dari Buddhi
yang berarti budi dan akal. Kata buddhayah atau buddhi itu berasal dari bahasa
sansekerta. Dengan demikian, kebudayaan itu dapat diartikan sebagai hal-hal yang
berhubungan dengan budi atau akal.
Mengenai
kebudayaan ini,dapat disimak dari beberapa konsep dari beberapa
pakar antara lain C.A Ellwood mengungkapkan :
Kebudayaan adalah norma kolektif semua pola prilaku ditransparansikan secara
sosial melalui simbol-simbol, dari sini tiap unsur semua kemampuan kelompok umat
manusia yang karakteristik, yang tidak hanya meliputi bahasa, peralatan, industri,
seni, ilmu, hukum, pemerintahan, moral, dan keyakinan-keyakinan saja, melainkan
meliputi
juga peralatan material atau artefak yang merupakan penjelmaam
kemampuan budaya yang menghasilkan pemikiran yang berefek praktis dalam bentuk
bangunan, senjata, mesin, media komunikasi, perlengkapan seni, dsb. Tidak ada
kelompok umat manusia yang memiliki maupun yang tidak memiliki bahasa, tradisi,
kebiasaan, dan kelembagaan. Kebudayaan itu bersifat universal yang merupakan ciri
yang berkarakteristik masyarakat manusia.
Konsep yang dikemukakan oleh Ellwood diatas sangat jelas dan gamblang
bahwa kebudayaan itu hanya menjadi milik otentik manusia. Dari konsep tadi,
tercermin pula konsep-konsep dasar antropologi yang melekat pada kehidupan
manusia. Namun demikian, konsep-konsep dasar itu akan diketengahkan kembali
secara lebih lengkap. Konsep-konsep dasar itu meliputi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Kebudayaan
Tradisi
Pengetahuan
Ilmu
Teknologi
Norma
Lembaga
Seni
Bahasa
Lambang
Tradisi
adalah
kebiasaan-kebiasaan
yang
terpolakan
secara
budaya
dimasyarakat. Kebiasaan yang dikonsepkan sebagai tradisi ini karena telah
berlangsung secara turun-temurun, sukar untuk terlepas dari masyarakat. Namun
demikian, karena pengaruh komunikasi dan informasi yang terus-menerus melanda
kehidupan masyarakat, tradisi tadi mengalami pergeseran. Paling tidak berubah bila
dibandingkan dengan maksud semula dalam konteks budaya masa lampau. Tata
upacara tertentu di masyarakat yang semula bernilai ritual kepercayaan, pada saat ini
tata upacara itu masih dilakukan, namun nilainya tidak lagi sebagai suatu bentuk
ritual, melainkan hanya dalam upaya untuk mempertahankan silaturrahmi, bahkan
hanya sebagai hiburan.
Dalam lingkup antropologi dan kebudayaan, pengetahuan, ilmu dan teknologi
merupakan konsep dasar yang terkait dengan budaya belajar. Tiga konsep
dasartersebut saat ini biasa dijadikan satu sebagai IPTEK. Penyatuan tiga konsep
tersebut sangat beralasan, karena ketiganya sangat srat satu sama lain. jika
pengetahuan merupakan kumulasi dari pengalaman dan hal-hal yang kita ketahui,
sedangkan ilmu merupakan pengetahuan yang telah tersistematisasikan (tersusun)
yang berkarakter tertentu sesuai dengan objek tertentu sesuai dangan objek yang
dipelajari, ruang lingkup telaahnya, dan metode yang dikembangkan serta
diterapkannya. Pengetahuan yang menjadi bidang ilmu, sifatnya masih acak. Adapun
penerapan ilmu dalam kehidupan untuk memanfaatkan sember daya bagi kepentingan
manusia, itulah yang disebut teknologi. Dengan mengetahui kondisi tiap kelompok
masyarakat termasuk tradisi, kebiasaan dan kemampuan IPTEKnya, kita semua akan
mampu memahami dan menghargai keadaan masyarakat yang bagaimanapun dan
dimanapun.
Konsep lain yang memegang peranan kunci dalam kehidupan masyarakat dan
budaya adlah nilai serta norma. Nilai dan norma sangat erat kaitannya , namun
demikian memiliki perbedaan yang mendasar. Dalam alam fikiran manusia sebagai
anggota masyrakat melekat apa yang di katakana baik dan buruk, sopan dan tidak
sopan, tepat dan tidak tepat, salah dan benar dan sebagainya. Hal itu semua
merupakan nilai yang mengatur , membatasi, dan menjaga keserasian hidup
bermasyarakat orang yang tidak sopan dengan orang tua, orang yang di tuakan dan
orang yang lebih tua , di katakana bahwa orang yang bersangkutan tidak tahu nilai.
Dalam tindakan, perilaku dan perbuatan, seseorang selalu sesuai dengan tradisi,
kebiasaan dan aturan-aturan yang berlaku. Orang tersebut dikatakan mengetahui nilai
dan berpegang pada nilai yang berlaku. Sedangkan norma, lebih mengarah pada
ukuran dan aturan kehidupan yang berlaku di masyarakat.
Selanjutnya, Koentjaraningrat mencontohkan juga pranata yang berfungsi
memenuhi keperluan kekerabatan yaitu perkawinan, tolong-menolong, sopan santun,
pergaulan antar kerabat dan sebangsanya. Pranata yang berfungsi memenuhi
keperluan matapencaharian , yaitu pertanian, peternakan, industry, perdagangan dsb.
Bahasa sebagai suatu konsep dasar, memiliki pengertian konotatif yang luas.
Bahsa sebagai suatu konsep, bukan hanya merupakan suatu rangkaian kalimat tertulis
atupun lisan, melainkan pengertiannya itu lebih jauh dari pada hanya sekedar
rangkaian kalimat. Bahasa sebagai suatu konsep, meliputi pengertian sebagai bahasa
anak, remaja, bahasa orang dewasa, bahasa bisnis dsb. Namun demikian, makna dan
nialai bahasa sebagai suatu konsep terletak pada kedudukannya sebagai alat
mengungkapkan perasaan, fikiran dan komunikasi dengan pihak atau orang lain.
Bahasa merupakn alat untuk saling mengerti bagi berbagai pihak sehingga mampu
mengembangkan hidup dan kehidupan ketingkat atu taraf yang lebih sejahtera. Tidak
justru menjadi alat untuk menyengsarakan masyarakat.
Konsep dasar antropologi juga membicarakan lambang sebagai konsep dasar.
Sesungguhnya, bahasa itu juga merupakan lambang bagi kita manusia, di mana
ungkapan bahasa mencirikan bangsa, Pada ungkapan itu tercermin bahwa bahasa
menjadi lambang bagi suatu bangsa. Hal tersebut dapat di tafsirkan bahwa bangsa
yang bahasa dan tutur katanya baik, mencerminkan bahwa bngsa tersebut juga
termasuk bangsa yang baik. Lambang-lambang selanjutnya seperti, bendera bagi
suatu bangsa, tanda pangkat dan tanda jabatan bagi suatu angkatan, monument bagi
suatu kelompok masyarakat atau bangsa. Semua itu mempunyai makna masingmasing. Contoh mengenai tanda pangkat dan jabatan, nilainya itu tidak terletak pada
terbuat dari napa tanda tersebut, melainkan melambangkan kepemimpinan,
kewibawaan, kehormatan atau penghargaan. Demikianlah makna lambang dalam
kehidupan berbudaya dan bermasyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata-kata kunci dalam pembahasan antropologi, sebagai landasan kunci dalam
kehidupan berbudaya serta bermasyarakat adalah konsep-konsep dasar yang telah
dijelaskan di atas, yang mana meliputi ciri-ciri dari suatu kebudayaan yang bermakna
di dalam pola kehidupan masyarakat manusia seperti tradisi, pengetahuan, lembaga,
seni, bahasa, lambang dan lain-lain yang mencerminkan suatu kebudayaan tersebut.
Untuk mempelajari dan mengembangkan suatu kebudayaan ada hal yang menonjol
pada jenis manusia yaitu, budaya belajar, yang membawa kemajuan yang sangat pesat
pada diri manusia. Budaya belajar, menjadi landasan pelaksanaan pendidikan yang
membawa kemajuan manusia dengan segala aspek serta unsur kebudayaan bahkan
melalui pendidikan ini, segala sesuatu yang melekat pada diri manusia yang menjadi
konsep dasar antropologi itu juga mengalami pergeseran. Misal adanya pergeseran
tradisi, nilai, norma dan kelembagaan. Yang selanjutnya juga berdampak pada
perkembangan dan kemajuan pengetahuan, ilmu dan teknologi, bahkan juga terjadi
pengaruh sebaliknya.
B. Saran
Dengan mengetahui kondisi tiap kelompok masyarakat dalam hal tradisi,
kebiasaan dan kemampuan IPTEK, kita akan mampu memahami dan menghargai
keadaan masyarakat yang bagaimanapun dan dimana pun. Tidak justru sebaliknya kita
semua mencemooh mereka. Melalui IPS, kita wajib membawa peserta didik ke arah
yang saling mengerti dan saling menghargai sesama kelompok masyarakat dalam
keadaan yang bagaimana pun serta di mana pun.
Daftar Pustaka
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : PT Rineka Cipta
Sumaatmadja Nursid. 2008. Konsep Dasar IPS. Jakarta : Universitas Terbuka
www.google.com