TANGGUNG JAWAB PENDIDIKAN terhadap SEKS

TANGGUNG JAWAB PENDIDIKAN SEKS
Pendiidikan seks adalah memberikan pengajaran pengertian dan keterangan
yang jelas kepada anak ketika ia sudah memahami hal hal yang berkaitan dengan seks
dam pernikahan. Sehingga ketika anak memasuki usia baligh dan memahami hal hal
yang berkaitan dengan hidupnya, ia tahu mana yang halal haram dan sudah terbiasa
dengan aklhlak islam. Sikapnya baik, tidak mengumbar nafsunya dan tidak bersikap
membolehkan segala hal.
Adapun pendidikan seks yang harus diperhatikan oleh para pendidik memilih beberapa
fase sebagai berikut :
1. Usia antara 7-10 th dinamakan juga dengan kanak-kanak usia akhir.(tanyiz) :
anak-anak diajarkan meminta ijin untuk masuk (ke kamar orang tua dan orang
lain) dan etika melihat (lawan jenis)
2. Usia antara 10 – 14 th dinamakan usia remaja : anak dijauhkan dari segala hal
yang mengarah kepada seks.
3. Usia 14 – 16 th, dinamakan usia baligh : anak diajarkan tentang etika
berhubungan badan, ketika ia sudah siap untuk menikah.
4. Usia setelah baligh yang dinamakan usia pemuda/pemudi : anak diajarka
tentang cara-cara menjaga kehormatan dan menahan diri ketika ia belum
mampu untuk menikah.

1. Etika meminta ijin

Etika ini menjelaskan tentang pembicaraan anak agar selalu meminta ijin
ketika anak masuk kamar orang tuanya, pada waktu-waktu ketika mereka pada
saat itu tidak ingin atau boleh dilihat oleh anak-anak Al Quran telah menjelaskan
secara rinci tentang etika tersebut yaitu Q.S An Nur (24) : 58-59
Pada ayat tersebut Allah telah menjelaskan kepada kita tentang keharusan anakanak untuk meminta ijin ketika akan masuk ke kamar orang tuanya saat mereka
masih berusia belu baligh. Keharusan meminta izin tersebut ada pada 3 waktu
dan keadaan :
a) .Sebelum shalat fajar,karena waktu tersebut adalah waktu ketika suami dan istri
masih berada di tempat tidur.

b) Tengah hari,karena biasanya pada waktu tersebut adalah waktu suami/istri
menanggalkan pakaiannya bersama pasangannya.
c) Setelah shalat isya,karena itu adalah waktu untuk tidur dan beristirahat.
Dari uraian diatas terdapat nilai pendidikan untuk anak mengenai dasar-dasar etika
bersama keluarganya.Sehingga anak tidak dikagetkan ketika ia memasuki kamar orang
tua/orang dewasa yang sudah menikah,dengan keadaan yang tidak baik untuk dilihat.
Maka bagi setiap pendidik harus menjadikan etika Al-Qur’an sebagai acuan dalam
mengajarkan anak,saat ia sudah memahami etika meminta izin masuk ke kamar orang
tuanya.


2. Etika melihat
Perkara penting yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik adalah mengajarkan
etika melihat lawan jenis kepada anak saat masih dalam usia anak-anak.Hal ini
bertujuan agar anak mengetahui mana yang halal untuk dilihat dan mana yang
haram.Sebab,dalam pandangan itu terdapat kebaikan untuk dirinya dan keistiqamahan
akhlaknya saat ia mencapai usia dewasa.
Berikut adalah uraian etika melihat lawan jenis yang harus diajarkan dan dibiasakan
pada anak;
a) Etika melihat mahram
Setiap perempuan yang haram dinikahi selamanya oleh seorang laki-laki, maka
perempuan itu adalah mahramnya. Dan setiap laki-laki yang haram bagi seorang
perempuan untuk menikah dengannya selamanya, maka laki-laki itu merupakan
mahramnya.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka yang termasuk mahram adalah :
1. Perempuan yang haram dinikahi karena nasab, yaitu ada tujuh sebagaimana
Firman Allah SWT Q.S An Nisa (4) : 23
- Ibu – ibumu.
- Anak – anakmu yang perempuan.
- Saudaramu – saudaramu yang perempuan.
- Saudara bapakmu yang perempuan.

- Saudara ibukmu yang perempuan.
- Anak – anak perempuan dari saudara – saudaramu yang laki – laki.
- Anak – anak perempuan dari saudara – saudaramu yang perempuan.
- Ibu – ibumu yang menyusui kamu.
- Saudara perempuan sepersusuan.

-

Ibu – ibu istrimu ( mertua).
Menantu.

2. Perempuan yang haram dinikahi karena terkait hubungan pernikahan. Mereka
berjumlah 4 orang
- Istri ayah (Q.S An Nisa ;22)
- Istri anak kandung.
- Istri – istri (mertua).
- Anak perempuan Istri
3. Perempuan- perempuan yang haram dinikahi karena penyusuan.
Yaitu ibu – ibu yang menyusui kamu : saudara perempuan sepersusuan
Q. S An Nisa : 23. Sabda Rasulullah Saw :

“ Diharamkan (pernikahan) karena penyusuan seperti diharamkannya karena
mabuk” (HR Muslim). Berdasarkan pemaparan diatas maka laki – laki
(sebagaimana yang diterangkan dalam Al Qur’an & sunnah) boleh melihat
kepada mahrom perempuannya sebatas yang menjadi kebiasaan untuk melihat
leher, kepala, kedua telapak tangan, kedua kaki dan seterusnya. Ia tetap tidak
boleh melihat yang sebiasanya tertutup seperti dada, punggung, perut dan
seterusnya.
b) Etika melihat tunangan
Syariat islam membolehkan seorang laki – laki untuk melihat perempuan
yang sedang dipinangnya, atau sebaliknya agar masing – masing dapat
mengenal dengan jelas dan memutuskan dengan pasti saat memilih pasangan
hidupnya.
Etika yang harus dijaga oleh laki – laki yang meminang yaitiu sebagai berikut :
- Lakai – laki yang meminang tidak boleh melihat lebih dari wajah dan kedua
telapak tangannya.
- Dibolehkannya melihat berulang-ulang jika diperlukan sampai terbayang
wajahnya dalam ingatan.
- Perempuan yang akan dipinang boleh berbicara dengan laki-laki yang akan
meminangnya atau sebaliknya saat berada dimajelis pinangan.
- Tidak boleh bersalaman dengan perempuan yang akan dipinangnya karena

ia masih bukan mahromnya.
- Laki-laki dan perempuan yang akan dipinangnya tidakbolah berduaan kecuali
ditemani salah seorang mahrom perempuan yang akan dipinangnya. Karena
islam mengharamkan berduaan bagi laki-laki dan perempuan yang bukan
mahrom.
c) Etika melihat istri
Bagi suami boleh melihat seluruh tubuh istrinya baik dengan maupun
tanpa syahwat. Sebab ketika ia boleh menyentuh dan mengauli istrinya maka ia

pun boleh melakukan hal yang kurang dari itu, walaupum yang lebih utama
adalah masing-masing tidak melihat kearah aurat pasangannya.
d) Etika melihat perempuan yang bukan mahrom
Laki-laki yang sudah baligh tidak dibolehkan melihat perempuan yang
yang bukan mahromnya walaupum tanpa syahwat. Yang dimaksud laki-laki
bukan mahrom yaitu semua laki-laki yang halal bagi perempuan untuk
menikahinya seperti sepupu dari paman atau bibi, saudara ipar (suami kakak
atau adik) dan suami bibi. Permpuan yang bukan mahrom yaitu semua
perempuan yang halal bagi laki-laki untuk menikahinya, seperti sepupu dari
paman dan bibi, saudara ipar (istri kakak dan adik), istri paman, saudar
perempuan, istri dan bibinya.

Dalil yang mengharamkan melihat kepada ysng bukan mahrom yaitu (Q.S
An Nur (24) : 30-31) yang artinya ‘’Katakanlah kepada orang laki-laki yang
beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya dan melihat
kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahuinya apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada
wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan
kemaluannya.’’
Secara pasti bahwa tujuan yang ingin dicapai islam dari perintah
menundukkan pandangan sebagaimana yang dikatakan oleh penulis Fi Zhilal AlQur’an yaitu untuk membentuk masyarakat yang bersih yang tidak mengumbar
nafsunya setiap saat dan tidak mengikuti hasratnya setiap waktu
Pandangan, gerakan, tawa dan canda dapat merangsang syahwat. Padahal cara
terbaik adalahmemindahkan semua rangsangan tersebut sambil menjaga agar
ketertarikan terhadap lawan jenis itu tetap pada koridornya alami yang nantimya
disalurkan pada cara yang syar’I, yaitu menikah. Islam mengenal seks agar
manusia dapat meraih ketenangan jiwa dan pikiran dan menjaga hubungan yang
baik antara individu manusia.
e) Etika laki-laki melihat laki-laki
Seorang laki-laki tidak boleh melihat anggota tubuh antara pusar dan lutut
laki-laki lainnya, baik yang dilihatnya itu dekat maupun jauh, muslim maupun non
muslim. Adapun anggota tubuh yang lain seperti perut , punggung, dada dan

lainnya boleh asalkan tanpa syahwat.
Aurat bagi mazhab Maliki terbagi menjadi dua bagian :
 Aurat dalam shalat
Aurat dalam shalat terbahi menjadi dua :
o Aurat maghallazhah (aurat yang berat yaitu alat kelamin dam pantat
o Aurat mukhaffafah (aurat yang ringan, yaitu antara pusar sampai lutut,)

Jika aurah mughallazhoh terbuka didalam shalat maka harus diulang
shalatnya, baik ketika sudah habis waktunya maupun belum. Sedangkan
jilka auroh mukhaffafah terbuka didalam shalat maka harus diulangi ketika
masih ada waktumya saja. Adapum wakktunya sudah habis tidak perlu
diulang.
 Aurat dalam pandangan
Sedangkan aurat dalam pandangan maka haram terbuka, baik yang
mughallazhoh maupun mukhaffafah.
Mazhab iman yang empat bahwa aurat laki-laki dengan laki-laki lain itu adalah
antara pusar dan lutut. Berdasarkan ini maka melihat bagian tersebut hukumnya
haram, dan selain bagian tersebut hukumnya boleh.
f) Etika perempuan melihat perempuan
Seorang perempuan tidak boleh melihat bagian diatara pusar sampai lutut

perempuan lainnya, baik yang dilihat itu dekat maupun jauh, muslimah maupun
bukan. Diharamkam bagi perempuan melihat paha anak perempuannya,
saudara perempuannya, ibunya, tetangga perempuannya, teman
perempuannya, baik dikamar mandi maupun ditempat lainnya. Hikmah dari
pengharaman ini adalah agar perempuan terjaga dari terangsang ayahwatnya
ketika melihat pemandangan yang merangsang atau mengandung fitnah.
g) Etika perempuan non muslimah melihat perempuan yang muslimah
Seorang perempuan muslimah diharamkan untuk memperlihatkan
sedikitpun dari bagian tubuhnya kepada perempuan non muslimah, kecuali
anggata badannya untuk memberikan bantuan, pelayanan atau bekaerja. Seperti
wajah, tangan dan kaki.
h) Etika melihat anak remaja yang berparas tampan (al-amrad)
Al-amrat adalah remaja yamh belum tumbuh janggutnya yang usianya
berkisar antara 10-15 th. Melihat amrat hukumnya boleh jika ada alas an yang
mendesak, seperti jual beli, mengambil dan member, mengobati, mengajar serta
keperluan yang semacamnya. Sedangkan melihat untuk menikmatinya maka
hukumnya haram, karena itu bias mendorong munculnya syahwat dan mengarah
kepada fitnah.
i) Etika perempuan melihat laki-laki yang bukan mahromnya
Perempuan muslimah boleh melihat laki-laki yang bukan mahromnya ketika

mereka sedang berpapasan dijalan, bermain permainan yang tidak diharamkan,
berinteraksi dalam jual beli, dan kesempatan lainnya. Perempuan boleh melihat
laki-laki yang bukan mahromnya dengan dua syarat :
- Tidak mengakibatkan fitnah.

-

Tidak berhadapan disuatu tempat.

j) Etika melihat aurat anak kecil
Anak yang usianya lebih 4th maka auratnya adalah kemaluannya dan
patatnya serta bagian tubuh disekitarnya. Sampai ketika ia telah sampai kepada
syahwat, maka auratnya menjadi sama seperti yang sudah baligh.
k) Keadaan-keadaan terpaksa yang diperbolehkan melihat
1. Melihat dengan tujuan melamar/meminang.
2. Melihat dengan tujuan mengajar.
l) Melihat dengan tujuan mengobati
Seorang dokter laki-laki boleh melihat pasien perempuan yang bukan
mahromnya pada bagian-bagian yang akan diobati, dengan syarat :
1. Dokter tersebut seorang yang bertaqwa, amanah, adil dan memiliki

specialisasi dan keilmuan.
2. Dokter hanya boleh membuka bagian tubuh perempuan yang akan diobati
saja.
3. Ketika tidak ada dokter specialis perempuan yang mengantikan dokter lakilaki.
4. Kegiatan pemeriksaan dan pengobatan ditemani mahrom.
5. Dokter yang mengobati bukan seorang non muslim ketika masih ada dokter
yang muslim
m) Melihat dengan tujuan memberikan keputusan dan kesaksian dipengadilan
Hakim dan saksi boleh melihat wajah dan dua telapak tangan perempuan
jika tidak dikawatirkan menjadi fitnah, untuk memastikan kebenaran dan
menghilangakan ketidakadilan. Bahkan dibolehkan juga hakim dan saksi tidak
mengenal perempuan yang bercadar maka ia boleh membuka penutup wajahnya
pada keadaan tersebut agar tidak salah orang yang dimaksud dan
menghilangkan hak orang lain.
Hal tersebut dilakukan, karena islam adalah agama yang realistis dan agama
yang diaplikasikan dalam kehidupan, untuk mewujudkan kemaslahatan bagi
manusia dan menjaga hak-hak mereka.
Semua etika ini harus diperhatikan oleh semua orang tua dan pendidik
agar mereka semua dapat memberikan teladan yang baik dalam
mengamalkannya. Kemudian mereka dapat mengajarkannya kepada anak-anak

mereka. Semua itu harus mereka lakukan, jika ingin anak-anaknya memiliki
aklak yang terpuji, kepribadian islam yang istimewa, perilaku social yang baik
dan pendidikan islam yang tinggi. Allah pun tidak akan menyia-nyiakan amal
mereka dan tidak pula akan mengurangi pahala mereka.