MAKALAH PENGEMBANGAN PENDIDIKAN MULTIKUL. docx

MAKALAH
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI BIDANG
SOSIAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Pendidikan Multikultural

Oleh:
Ananda Laksmi Ekawati (292013070)
Uun Hartanti (292013073)
Kristiyanti (292013077)
Akbar Wijaya (292013088)
Dwi Listyani (2920130)

S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Kristen Satya Wacana
2015

Kata Pengantar


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
Karunia dan RidhoNya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pengembangan Pendidikan Multikultural di Bidang Sosial” ini.
Makalah ini penulis buat guna melengkapi tugas mata kuliah Pendidikan
Multikultural, serta menambah wawasan penulis tentang pentingnya pendidikan
multikultural didalam kehidupan sosial dan bermasyarakat. Penulis berharap makalah
yang penulis buat ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan mahasiswa
Universitas Kristen Satya Wacana pada khususnya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan yang
terdapat pada makalah ini, oleh karena itu penulis berharap pembaca dapat memberi
kritik dan sarannya guna menyempurnakan makalah ini.

Salatiga, Juli 2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Multikultural merupakan sebutkan yang cocok untuk Indonesia.
Karena Indonesia memiliki keragaman agama dan kepercayaan, suku, jumlah dan
persebaran, bahasa dan sejumlah keragaman lain. Keragaman ini merupakan potensi

dan keunikan yang dimiliki bangsa Indonesia. Akan tetapi keragaman dan keunikan
tersebut belum mendapat kesempatan berkembang dan mengelola diri berdasarkan
kearifan budaya dan kemauan hidup berdampingan secara damai didalam kehidupam
sosial.
Maraknya perkelahian, kerusuhan, permusuhan yang berlatarbelakang etnis
dan budaya ini maka diperluhkan pendidikan multikultural sehingga masyarakat
menyadari bahwa pendidikan multikultural merupakan hal yang penting didalam
kehidupan sosial dan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan multikultural?
2. Apa yang dimaksud dengan pendidikan sosial?
3. Bagaimana pengembangan pendidikan multikultural dalam bidang sosial?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari pendidikan multikultural
2. Mengetahui pengertian dari pendidiakan sosial
3. Mengetahui pengembangan pendidikan multikultural dalam bidang sosial

BAB II

PEMBAHASAN


A. PENGERTIAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
Pendidikan multikultural merupkan respon terhadap perkembangan populasi
sekolah, sebagai tuntutan persamaan hak bagi setiap kelompok. Dalam dimensi lain,
pendidikan multikultural merupakan pengembangan kurikulum dan aktifitas
pendidikan untuk memasuki berbagai pandangan, sejarah, prestasi, dan perhatian
terhadap orang-orang non Eropa(Hilliard, 1991-1992).
James Banks(1994) menjelaskan bahwa pendidikan multikultural memiliki
beberapa dimensi yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu pertama content
integration

yaitu

mengintegrasikan

berbagai

budaya

dan


kelompok

untuk

mengilustrasikan konsep mendasar, generalisasi, dan teori dalam mata pelajaran atau
disiplin ilmu. Kedua, the know ledge contruction procces yaitu membawa siswa untuk
memahami implikasi budaya kedalam sebuah mata pelajaran (disiplin). Ketiga,
anequity pedagogy yaitu menyesuaikan metode pengajaran dengan cara belajar siswa
dalam rangka memfasilitasi prestasi akademik siswa yang beragam baik dari segi ras,
budaya(culcure), ataupun sosial(social). Keempat, prejudice reduction, yaitu
mengidentifikasi karakteristik ras siswa dan menentukan metode pengajaran mereka.
Kemudian, melatih kelompok untuk berpartisipasi dalam kegiatan olahraga,
berinteraksi dengan seluruh staff dan siswa yang berbeda etnis dan ras dalam upaya
menciptakan budaya akademik yang toletan dan inklusif.
Dalam aktifitas pendidikan manapun, peserta didik merupakan sasaran(object) dan
sekaligus sebagai subject pendidikan. Oleh sebab itu, dalam memahami hakikat
peserta didik, para pendidik perlu dilengkapi pemahaman tentang ciri-ciri umum
peserta didik. Setidaknya, secara umum peserta didik memiliki 5 ciri, yaitu:
1. Peserta didik dalam keadaan sedang berdaya, maksudnya ia dalam keadaan

berdaya untuk menggunakan kemampuan, kemauan, dan sebagainya.
2. Mempunyai keinginan untuk berkembang ke arah dewasa.
3. Peserta didik memiliki latar belakang yang berbeda-beda.
4. Peserta didik melakukan penjelajahan terhadap alam sekitarnya dengan potensipotensi dasar yang dimiliki secara individual.
Jadi pendidikan multikultural adalah suatu gerakan pembaharuan dan proses untuk
menciptakan lingkungan pendidikan yang setara untuk seluruh siswa.

PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
1. Pendidikan multikultural adalah gerakan politik yang bertujuan menjamin keadilan
sosial bagi seluruh masyarakat tanpa memandang latar belakang yang ada.
2. Pendidikan multikultural mengandung dua dimensi yaitu pembelajaran (kelas) dan
kelembagaan(sekolah) dan antara keduanya tidak bisa dipisahkan tetapi harus
ditangani melalui reformasi yang komprehensif.
3. Pendidikan multikultural menekankan reformasi pendidikan yang komprehensif
dapat dicapai melalui analisis kritis atas sistem kekuasaan dan hak untuk dapat
dilakukan reformasi yang komprehensif dalam pendidikan
4. Berdasarkan analisis kritis ini, maka tujuan pendidikana multikultural adalah
menyediakan bagi setiap siswa jaminan memperoleh kesemptan guna mencapai
prestasi maksimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
5. Pendidikan multikultural adalah pendidikan yang baik untuk seluruh siswa, tanpa

memandang latar belakang siswanya.

B. PENGERTIAN PENDIDIKAN SOSIAL
Adapun pendapat para ahli pendidikan menafsirkan pendidikan sosial sebagai berikut:
1. Menurut Abdul Hamid al- Hasyimi Pendidikan sosial adalah bimbingan

orang

dewasa terhadap anak dengan memberikan pelatihan untuk pertumbuhan kehidupan
sosial dan memberikan macam-macam pendidikan mengenai perilaku sosial dari
sejak dini, agar hal itu mejadi elemen penting dalam pembentukan sosial yang sehat.
2. Menurut St. Vembriarto Pendidikan sosial adalah suatu usaha melalui proses untuk
mempengaruhi dan mengembangkan sikap sosial pada anak dalam arti mengarahkan
kegiatan (aktifitas) pada sosialisasi anak dalam lingkungan sosialnya.
3. Menurut Nasikh Ulwan pendidikan sosial adalah mendidik manusia sejak kecil agar
anak terbiasa menjalankan perilaku sosial yang baik, dan memiliki nilai dasar-dasar
kejiwaan mulia bersumber pada aqidah dan keimanan yang mendalam, agar ditengahtengah masyarakat nanti anak mampu bergaul dan berperilaku yang baik, mempunyai
keseimbangan akal yang matang dan tindakan yang bijaksana.
Jadi pendidikan sosial menurut beberapa pendapat di atas adalah suatu proses
yang diusahakan oleh orang dewasa terhadap anak, secara sengaja dalam masyarakat

untuk mendidik, membina, membangun individu dalam lingkungan sosial supaya

ditengah-tengah masyarakat kelak anak mampu bergaul dan berperilalaku yang baik
terhadap sesama. Tentunya selalu berpegang pada aqidah dan keimanan yang kokoh.
Jadi pendidikan multikultural di bidang sosial adalah suatu proses pembaruan
menciptakan lingkungan pendidikan yang setara untuk seluruh siswa yang dilakukan
oleh orang dewasa terhadap anak, secara sengaja dalam masyarakat untuk mendidik,
membina, membangun individu dalam lingkungan sosial supaya ditengah-tengah
masyarakat kelak anak mampu bergaul dan berperilalaku yang baik terhadap sesama.

C. PENGEMBANGAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI BIDANG SOSIAL
Pendidikan multikulltural merupakan gejala baru didalam pergaulan manusia yang
mendambakan persamaan hak, termasuk hak untuk mendapatkan pendidikan yang sama
untuk semua orang ‘’Education For All’’. Selain itu, pendidikan multikultural memiliki
kaitan erat dengan setiap perubahan sosial, baik berupa dinamika perkembangan individu
maupun proses sosial dalam skala yang lebih luas. Perkembangan masyarakat yang
multikultural terbagi menjadi beberapa kelompok :
1. Kelompok Sosial Berdasarkan Ras
Pola pergaulan di Indonesia tidak mengenal adanya rasialisme atau superioritas satu
ras di atas ras lainnya, walaupun terdapat beberapa kelompok ras yang jumlahnya

lebih banyak dari kelompok ras lainnya. Namun, hal ini tidak berarti ras tersebut
ditempatkan secara istimewa atau dianggap lebih unggul yang akhirnya mengarah
pada sikap rasialis yang bertentangan dengan konspesi masyarakat majemuk.
2. Kelompok Sosial Berdasarkan Bahasa
Setelah melalui proses panjang, akhirnya individu maupun kelompok yang memiliki
perbedaan-perbedaan tadi ternyata mampu menghasilkan suatu persamaan yang
merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang tidak ternilai, yaitu bahasa Indonesia.
Hal ini dapat terjadi karena bahasa-bahasa suku yang mereka miliki berasal dari satu
rumun, yaitu kelurga bahasa Austronesia. Jadi, mereka dapat cukup mudah saling
menerima dan mempelajari bahasa suku bangsa lainnya dan menerima serta
mempelajari bahasa baru seperti bahasa Indonesia.
3. Kelompok Sosial Berdasarkan Suku Bangsa
Di Indonesia terdapat sekitar 300 suku bangsa dan menggunakan kurang lebih 250
bahasa daerah. Masing-masing suku bangsa memiliki kebudayaan yang berbeda-beda,

yang tercermin pada pola dan gaya hidup mereka masing-masing. M.A Jaspan
menyatakan bahwa masyarakat Indonesia terdiri atas 366 suku bangsa. Pernyataan ini
menggunakan patokan atau kriteria yang didasarkan pada bahasa, daerah, kebudayaan
dan susunan masyarakatnya.
4. Kelompok Sosial Berdasarkan Perbedaan Agama

Masyarakat Indonesia terbagi menjadi beberapa kelompok sosial yang diikat oleh
unsur-unsur religi. Sedikitnya terdapat lima kelompok religi yang jumlah anggotanya
cukup besar, yaitu Islam, Katolik, Protestan, Buddha dan Hindu. Yang paling besar
adalah kelompok muslim, mencapai 90% dari jumlah penduduk di Indonesia. Selain
itu, masih terdapat kelompok masyarakat yang menganut kepercayaan terhadap Tuhan
yang Maha Esa. Dalam masyarakat multikultural seperti Indonesi, kebebasan
beragama sesuai dengan keyakinan agamanya masing-masing dijamin oleh negara.
5. Kelompok Sosial Berdasarkan Perbedaan Gender
Gender dan jenis kelamin sangat berbeda, gender merupakan suatu peranan
sedangkan jenis kelamin merupakan tanda fisik dari setiap individu. Pada zaman dulu,
kedudukan wanita selalu di nomor duakan daripada pria. Tetapi sekarang kedudukan
pria dengan wanita sama, semenjak adanya emansipasi wanita yang dirintis oleh RA
Kartini.

D. PENDEKATAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM
BIDANG SOSIAL
Merancang pendidikan dalam tatanan masyarakat yang penuh dengan
permasalahan (konflik) antar kelompok

maupun keanekaragaman budaya seperti di


Indonesia memang tidaklah mudah. Hal ini semakin sulit jika tatanan masyarakat yang
ada masih penuh diskriminasi dan bersifat rasis.
Selain itu, pendidikan yang merupakan agen perubahan sosial dalam suatu
masyarakat yang tidak terlepas dari budaya masyarakat tersebut. Nilai-nilai, pandangan,
dan norma yang dikembangkan merupakan integrasi dari budaya dimana pendidikan
tersebut dilaksanakan, yang kemudian ditanamkan di dalam masyarakat. Pendidikan
memang merupakan media yang tepat bagi usaha pelestarian dan penanaman nilai-nilai
atau pandangan, demikian juga penanaman pandangan dan kesadaran terhadap adanya
perbedaan budaya pada masyarakat multikultural. Usaha menanamkan kesadaran
multikultural lewat pendidikan kemudian dikenal dengan pendidikan multikultural.
Dalam kondisi seperti ini, pendidikan multikultural diarahkan sebagai advokasi
untuk menciptakan masyarakat yang toleran. Adapun untuk mencapai sasaran tersebut,

diperlukan sejumlah pendekatan. Beberapa pendekatan dalam pendidikan multikultural
dalam pengembangan di bidang sosial yaitu :
1. Tidak lagi menyamakan pandangan pendidikan dengan persekolahan, atau pendidikan
multikultural dengan program-program sekolah formal.
Pandangan yang lebih luas mengenai pendidikan sebagai transmisi
kebudayaan membebaskan pendidik dari asumsi bahwa tanggung jawab primer

menegmbangkan kompetensi kebudayaan di kalangan anak didik semata-mata berada
di tangan mereka dan justru semakin banyak pihak yang bertanggung jawab karena
program-program sekolah seharusnya terkait dengan pembelajaran informal di luar
sekolah.
2. Menghindari pandangan yang menyamakan kebudayaan dengan kelompok etnik.
Artinya, tidak perlu lagi mengasosiasikan kebudayaan semata-mata dengan
kelompok-kelompok etnik sebagaimana yang terjadi selama ini. Secara tradisional,
pendidik atau masyarakat mengasosiasikan kebudayaan hanya dengan kelompokkelompok sosial yang relatif self sufficient, ketimbang dengan sejumlah orang yang
secara terus menerus dan berulang-ulang terlibat satu sama lain dalam satu atau lebih
kegiatan. Dalam konteks pendidikan multikultural, pendekatan ini diharapkan dapat
mengilhami para penyusun program-program pendidikan multikultural untuk
melenyapkan kecenderungan memandang anak didik atau masyarakat secara stereotip
menurut identitas etnik mereka dan akan meningkatkan eksplorasi pemahaman yang
lebih besar mengenai kesamaan dan perbedaan di kalangan anak didik dari berbagai
kelompok etnik.
3. Pendidikan multikultural meningkatkan kompetensi dalam beberapa kebudayaan.
Kebudayaan mana yang akan diadopsi, itu ditentukan oleh situasi dan kondisi secara
proporsional.
Kesadaran seperti ini kemudian akan menjauhkan kita dari konsep dwi budaya
atau dikotomi antara pribumi dan non-pribumi. Dikotomi semacam ini bersifat
membatasi individu untuk sepenuhnya mengekspresikan diversitas kebudayaan.
Pendekatan ini meningkatkan kesadaran akan multikulturalisme sebagai pengalaman
normal manusia. Kesadaran ini mengandung makna bahwa pendidikan multikultural
berpotensi untuk menghindari dikotomi dan mengembangkan apresiasi yang lebih
baik melalui kompetensi kebudayaan yang ada pada setiap individu.
5. Penanaman dan pengenalan pendidikan multikultural pada anak sejak usia dini.

Hal ini dapat dilakukan dengan pendidikan multikultural yang ditanamkan
kepada anak-anak lewat pembelajaran di sekolah maupun di rumah. Seorang guru
bertanggung jawab dalam memberikan pendidikan terhadap anak didiknya dan
dibantu oleh orang tua dalam melihat perbedaan yang terjadi dalam kehidupan mereka
sehari-hari. Namun pendidkan multikultural bukan hanya sebatas kepada anak-anak
usia sekolah tetapi juga kepada masyarakat Indonesia pada umumnya lewat acara atau
seminar yang menggalakkan pentingnya toleransi dalam keberagaman menjadikan
masyarakat Indonesia dapat menerima bahwa mereka hidup dalam perbedaan dan
keragaman.
Kelima pendekatan tersebut haruslah diselaraskan dengan kondisi masyarakat.
Masyarakat adalah kumpulan manusia atau individu-individu yang hidup dan bekerja
sama dalam waktu yang relatif lama serta diikat oleh kesatuan negara, kebudayaan,
dan agama.
Masyarakat mempunyai peranan penting dalam perkembangan intelektual dan
kepribadian individu. Sebab, masyarakat merupakan tempat yang penuh alternatif
dalam upaya memperkaya pelaksanaan proses pendidikan berbasis multikultural.
Untuk itu, setiap anggota masyarakat memiliki peranan dan tanggung jawab
moral terhadap terlaksananya proses pendidikan multikultural. Hal ini disebabkan
adanya hubungan timbal balik antara masyarakat dan pendidikan. Dalam upaya
memberdayakan masyarakat dalam dunia pendidikan merupakan satu hal yang
penting untuk kemajuan pendidikan di masa kini dan di masa yang akan datang.
Pendidikan multikultural dalam bidang sosial terutama di Indonesia yang
memiliki banyak suku, agama, maupun ras pasti memiliki banyak perbedaan dan
bagaimana kita menghargai perbedaan itu lalu mengembangkannya bukan malah
membuat permasalahan atau perpecahan antar suku, agama, maupun ras. Jika terjadi
permasalahan dengan adanya pendidikan multikultural dalam bidang sosial harusnya
kita dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan musyawarah, diskusi, atau berbagi
pikiran agar masalah dapat diselesaikan tanpa adanya perkelahian atau permusuhan
antar suku, agama, maupun ras.
Dampak positif pendidikan multikultural dalam bidang sosial
1. Menyelesaikan masalah dengan diskusi atau musyawarah agar tidak terjadi
perkelahian atau permusuhan.

2. Mendidik siswa agar dapat memiliki sikap toleransi, tidak bermusuhan dan tidak
ada konflik karena perbedaan suku, bahasa, budaya, adat istiadat, dll.
3. Terjadinya interaksi antar masyarakat sehingga dapat saling berbagi tentang
budaya, adat istiadat, suku, dll
4. Menyatukan bangsa Indonesia walaupun memiliki banyak budaya, suku, ras,
bahasa, dll

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan


Pendidikan multikultural di bidang sosial adalah suatu proses pembaruan
menciptakan lingkungan pendidikan yang setara untuk seluruh siswa yang dilakukan
oleh orang dewasa terhadap anak, secara

sengaja dalam masyarakat untuk

mendidik, membina, membangun individu

dalam lingkungan sosial supaya

ditengah-tengah masyarakat kelak anak mampu bergaul dan berperilalaku yang baik


terhadap sesama.
Pengembangan pendidikan multikultural di bidang sosial
- Perkembangan masyarakat dibagi menjadi beberapa kelompok :
 Kelompok Sosial Berdasarkan ras
 Kelompok Sosial Berdasarkan bahasa
 Kelompok Sosial Berdasarkan suku bangsa
 Kelompok Sosial Berdasarkan perbedaan agama
 Kelompok Sosial Berdasarkan gender
Pendekatan pengembangan pendidikan multikultural di bidang sosial

-

Tidak lagi menyamakan pandangan pendidikan dengan persekolahan, atau
pendidikan multikultural dengan program-program sekolah formal.

-

Menghindari pandangan yang menyamakan kebudayaan dengan kelompok etnik.

-

Pendidikan

multikultural

meningkatkan

kompetensi

dalam

beberapa

kebudayaan. Kebudayaan mana yang akan diadopsi, itu ditentukan oleh situasi
dan kondisi secara proporsional.
- Penanaman dan pengenalan pendidikan multikultural pada anak sejak usia dini.
Dampak positif pendidikan multikultural dalam bidang sosial
 Menyelesaikan masalah dengan diskusi atau musyawarah agar tidak terjadi


perkelahian atau permusuhan.
Mendidik siswa agar dapat memiliki sikap toleransi, tidak bermusuhan dan



tidak ada konflik karena perbedaan suku, bahasa, budaya, adat istiadat, dll.
Terjadinya interaksi antar masyarakat sehingga dapat saling berbagi tentang



budaya, adat istiadat, suku, dll
Menyatukan bangsa Indonesia walaupun memiliki banyak budaya, suku, ras,
bahasa, dll

Daftar Pustaka
Mahfud, Choirul.2011.Pendidikan Multikultural.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Naim, Ngainun dan Ahmad Sauqi.2010.Pendidikan Multikultural Konsep dan
Aplikasi.Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Sutarno.2007.Pendidikan Multikutural.Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Tilaar, H.A.R.2004.Multikulturalisme.Jakarta: Grasindu.
http://emarakhmawati.blogspot.com/2013/02/pentingnya-pendidikan-multikultural-di.html
http://putracrespo.blogspot.com/2013/05/pendidikan-multikultural.html