Mengapa harus dipahami dengan demerger

Mengapa harus demerger?
Berdasarkan kasus – Pada tahun 2009, pertumbuhan bisnis servis dan hotel sangatlah
buruk, hal ini ditandai dengan adanya kerugian sebesar 262, hal ini merupakan salah satu
pertimbangan mengapa perusahaan harus melakukan demerger, untuk dapat meningkatkan
level dari ekuitas untuk mengimbangi utang demerger agar tiap unit bisnis dapat memiliki
fokusnya masing-masing. Hal ini dapat mendorong kedua unit bisnis untuk mengembangkan
strategi tersendiri tanpa ikatan modal diantara keduanya, lebih lagi hal ini dapat mendorong
kedua unit bisnis ini untuk mencari partner bisnis dan aliansi yang dapat mendukung
perkembangan bisnis.
Dengan adanya demerger akan terlihat lebih jelas mengenai target dari setiap unit
bisnis, hal ini akan sangat menguntungkan karena dapat mempermudah investor untuk
mengetahui apa yang dijadikan fokus bisnis setiap unit dan perusahaan dalam melihat kondisi
bisnis.

STRATEGI


Accor Hotel mengganti struktur hotelnya menjadi dua divisi yaitu, divisi HotelServices dan divisi
HotelInvest.



HotelServices
HotelServices fokus pada operasional hotel dan brand franchisor. HotelServices berorientasi
pada biaya (fee-oriented) dan faktor— faktor yang mendorong peningkatan keuntungan dan
kerugian (P&L driven).



HotelInvest
HotelInvest fokus pada proses mencari investor dan menjaga hubungan dengan investor.
Divisi HotelInvest fokus pada hasil usaha (yield-oriented) dan faktor-faktor yang mendorong
keseimbangan neraca perusahaan (balance sheet driven).
Mengembangkan bisnis hotel bukan hal yang mudah. Bisnis hotel adalah bisnis yang padat

modal dan sangat rentan dengan isu politik dan ekonomi. Oleh karena itu, komitmen dan
kapabilitas manajemen menjadi kunci kesuksesan bisnis hotel. Beberapa faktor penyebab
kegagalan bisnis hotel adalah tingginya rasio kos tetap terhadap pendapatan yang tidak
dibarengi dengan komitmen manajemen dalam perencanaan model bisnis. Sehingga
menyebabkan hotel kesulitan memperoleh investor dan terjadi kanibalisasi brand. Selain itu,
kegagalan bisnis hotel juga disebabkan oleh rendahnya komitmen manajemen dalam
menjalankan usaha yang menyebabkan konsumen dan investor tidak puas. Kondisi tersebut

secara umum dialami oleh bisnis hotel, tidak terkecuali oleh Accor. Selain bisnis karena faktor—
faktor tadi, ancaman kegagalan bisnis Accor meningkat setelah ia berencana melakukan
demerger. Setelah demerge, Accor harus memperhatikan dampak dari perubahan struktur
organisasi yang secara bersamaan merubah tanggung jawab karyawan. Kohesifitas divisi
HotelServices dan HotelInvest menjadi kunci penting kesuksesan Accor sebelum Accor menyusun
strategi bisnis. Dan kemudian, berikut hal—hal yang harus diperhatikan manajemen Accor agar
Accor naik dari posisi empat di industri hotel :
1. Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi menentukan peluang dan resiko yang harus dihadapi oleh Perusahaan
Accor. Accor bergerak di bidang perhotelan dengan 12 brand dengan tiga segmen utama;
luxury segment, midscale segment, dan economy segment. Melalui HotelServices, Accor

menentukan ekspansi hotel dengan mempertimbangkan lokasi hotel dan brand tertentu.
Misal untuk luxury brand dibangun di ibukota Negara, atau di kawasan wisata yang
dikunjungi oleh wisatawan top level income (misal, Bali di Indonesia). Sedangkan untuk
kota-kota wisata yang banyak dikunjungi oleh backpacker, dibangun hotel economy and nofrills offerings brand. Analisis pemilihan lokasi hotel yang akurat dapat meningkatkan
occupancy rate yang akhirnya meningkatkan keuntungan perusahaan. Peningkatan
performa perusahaan akan membantu manajemen HotelInvest dalam meningkatkan
keyakinan investor yang berencana menanamkan modalnya di perusahaan Accor.
2. Mengetahui Kebutuhan Konsumen

Setelah perusahaan melakukan analisis penentuan lokasi berdasarkan target konsumen,
melalui manajemen HotelServices, Accor menganalisis kebutuhan konsumen pada segmen
tersebut. Dengan mengetahui kebutuhan konsumen, alokasi fasilitas dapat dilakukan
dengan efisien sehingga perusahaan memaksimalkan dana investor dan memuaskan
konsumen melalui pemberian fasilitas yang tepat. Melalui analisis kebutuhan konsumen,
manajemen dapat menentukan fasilitas hotel yang dibutuhkan target konsumen; keluarga
dengan anak-anak, individu yang sedang melalukan perjalanan bisnis, atau pasangan yang
sedang berlibur. Kombinasi antara atmosfer, fasilitas, harga, dan pelayanan hotel akan
meningkatkan kepuasan konsumen. Kepuasan adalah respon dari konsumen atas manfaat
yang dirasakan setelah mengkonsumsi produk. Konsumen akan merasa puas jika manfaat
yang diterima lebih dari kos yang dikeluarkan. Demikian ilustrasi dari analisis kebutuhan
konsumen yang dihubungkan dengan pemilihan lokasi ;
pengguna hotel yang ada di kawasan industri (misal, Surabaya) biasanya adalah kaum
eksekutif yang membutuhkan tempat istirahat dan ruang diskusi—untuk bertemu relasi.
Sehingga fasilitas hotel yang disediakan adalah kamar tidur dengan kamar mandi dalam,
wifi, dan small meeting room atau lobi yang agak luas. Berbeda dengan pengguna hotel di
kawasan wisata (Jogja) yang hanya menggunakan hotel untuk istirahat saja. Sehingga untuk
hotel dengan target pasar backpacker, manajemen menyediakan fasilitas kamar tidur
dengan kamar mandi dalam wifi tanpa meeting room (lobi tidak begitu luas dan hanya
tersedia beberapa kursi).


3. Penyusunan Perencanaan Bisnis
Satu hal yang sering terlupakan dari pemasran hotel adalah tahap perencanaan bisnis.
Dengan dipisahkannya manajemen hotel menjadi dua divisi yaitu HotelInvest dan
HotelServices diharapkan manajemen dapat fokus pada tanggung jawab tertentu. Tanggung
jawab dalam hal perencanaan bisnis dilakukan oleh manajemen HotelInvest. Manajemen
HotelInvest harus mampu menganalisis kondisi pasar secara akurat beserta resiko dan
peluangnya untuk dikomunikasikan pada investor. Sehingga investor memahami kondisi
pasar bisnis hotel dan bersedia mendanai bisnis ini.
Meski demikian, kesuksesan HotelInvest dalam menarik minat investor tidak terlepas dari
peran HotelServices dalam menjaga kualitas produk layanan melalui brand yang terpercaya.
4. Pendanaan
Keberlangsungan bisnis hotel juga dipengaruhi oleh kemampuannya untuk berekspansi
secara geografis ke pasar baru. Ekspansi bisnis bukan hal yang mudah, selain karena
masalah pendanaan, masalah lain yang mengancam bisnsi hotel adalah isu ekonomi, sosial,
budaya, politik. Misal Accor berencana mendirikan hotel di Yogyakarta. Dengan alasan
Yogyakarta memiliki iklim bisnis yang baik (dilihat dari pajak, biaya tenaga kerja, biaya
overhead), kondisi masyarakat yang aman dan nyaman, wisata budaya dan alam yang
beragam atau secara dengan kata lain pariwisata Jogja positif untuk masa depan. Namun
selama lima tahun terakhir pemerintah Jogja tidak melakukan pembangunan atau

pengembangan kawasan wisata dan tidak melakukan pemasaran sehingga tingkat hunian di
Jogja menurun pada saat ini. Jika pemerintah mau mengembangkan wisata kota, Jogja
masih berprospek positif sebagai kota wisata. Bagi Accor Jogja masih menarik. Sehingga
Accor tetap berencana membangun hotel baru di kwasan ini.
Kondisi eksternal seperti ekonomi, sosial, budaya di suatu negara tidak bisa dikontrol oleh
manajemen hotel. Namun jika peluang usaha di masa depan menjanjikan dan positif—
mengapa perusahaan harus menghentikan rencana ekspansi. Melalui manajemen
HotelInvest, hotel dapat meminimumkan resiko eksternal dengan pengelolaan resiko
melalui strategi ekspansi. Ekspansi hotel tidak selalu dilakukan dengan membangun
bangunan baru, Accor dapat berekspansi melalui akuisisi hotel yang telah ada atau renovasi
bangunan lama menjadi sebuah hotel. Strategi ekspansi tanpa membangun bangunan baru

dapat mengurangi fixed cost dan meminimumkan resiko usaha. Strategi ekspansi tanpa
membangun bangunan baru dapat menarik minat investor untuk mendanai ekspansi bisnis.
5. Hospitality Mindset
Diantara lima hal-hal yang mempengaruhi kesuksesan bisnis hotel,

hospitality

mindset adalah hal terpenting karena berhubungan dengan kepuasan dan loyalitas

konsumen terhadap brand. Melalui manajemen HotelServices, karyawan hotel dimotivasi
untuk selalu memiliki orientasi pelayanan pada konsumen.
Lima hal di atas adalah hal—hal yang harus diperhatikan perusahaan agar sukses di industri
hotel. Setelah Accor melakukan langkah demerge, selain lima faktor diatas, yang harus
diperhatikan oleh perusahaan adalah koordinasi antara divisi HotelServices dengan divisi
HotelInvest. Meski analisis lokasi dan analisis kebutuhan konsumen dilakukan secara akurat,
bisnis hotel tidak akan bertahan dan berkembang di industri jika manajemen dua divisi
tidak berkoordinasi dengan baik dalam rangka memuaskan konsumen dan memikat
investor untuk mendanai bisnis. Maka dari itu, komitmen manajemen Accor dalam hal
koordinasi akan membuat kinerja divisi HotelInvest dan divisi HotelServices efektif dan
efisien.


Asset Light Approach juga dikenal dengan "model bisnis virtual", adalah tentang
untuk melakukan outsourcing kekuatan non-inti, mengandalkan penyedia layanan rantai suplai
untuk melakukan ekspansi yang cepat dari saluran penjualan, fokus perusahaan hanya pada
desain dan pemasaran untuk waktu yang jauh lebih singkat, pengembangan yang lebih cepat dan
mendapatkan lebih menguntungkan rantai keuntungan industri. Perusahaan perlu melakukan
analisis mengenai aktivitas apa saja yang menjadi kekuatan inti dan yang bukan merupakan
kekuatan inti. Setelah melakukan pemisahan aktivitas, perusahaan dapat melakukan outsource

pada kegiatan diluar kekuatan inti dan hanya berfokus pada kekuatan inti. Hal inipun yang
dilakukan oleh perusahaan Accor, yang mengakuisisi Employee Advisory Resource Ltd, yang
berfokus pada pengembangan dan program bagi karyawan.

Kepemilikan Merek

Pemasaran

dan Karyawan

Kepemilikan Hotel

Distribusi

Franchised

Managed

Internal


Internal

Outsourcing

Pihak Ketiga

– Internal

Internal

Outsourcing

& Pihak Ketiga

Internal

Internal
Outsourcing

Internal


dikelola sendiri
Owned
and Internal
Leased



Strategi Perluasan Merek
Seperti yang dijelaskan dalam kasus bahwa Accor memiliki kekuatan pada segmen kelas
ekonomi, yaitu pada hotel Ibis dan Motel 6 yang memiliki pertumbuhan 6.3%, perusahaan dapat
terus memperluas pasar dengan strategi franchise di negara-negara berkembang seperti India dan
China. Namun, hal yang perlu dipertimbangkan adalah strategi pesaing yaitu rencana Starwood
untuk melipat gandakan jumlah hotel di China pada tahun 2012 dan rencana Marriot untuk
menambah 100 hotel sejak tahun 2010 hingga 2015. Apabila perusahaan ingin berkembang di
wilayah ini, perusahaan perlu mempertimbangkan strategi pembeda namun tetap terstandarisasi
yang mampu membentuk indentitas merek.
Keberadaan internet dapat menjadi salah satu strategi untuk melakukan promosi dan
transaksi. Salah satu strategi yang telah dilakukan oleh perusahaan adalah bekerja sama dengan
lastminute.com, expedia.com, dan tripAdvisor dimana pelanggan dapat melakukan pemesanan




secara online.
Strategi Pengembangan Teknologi
Pada tahun 2011 beberapa hotel menengah dan ekonomi dibawah kepemilikan Accor
telah memiliki teknologi yang maju. Hal ini dapat menjadi daya beda dibanding dengan pesaing
sebab dengan keberadaan teknologi ini akan sangat memudahkan konsumen dalam melakukan
pemesanan, pemilihan kamar, penyediaan peta melalui smartphone.

ANALISIS PERSAINGAN

MARRIOT CORPORATION
HILTON
WORLDWIDE
Berdiri lebih dulu dibanding Accor
Pada
tahun
2011
memiliki karyawan sebanyak 130.000 orang

Leader
dalam
pasar
Beroperasi
hotelpada tahun 2011
Beroperasi di
di 84
70 negara
negara dengan
dengan memiliki
memiliki 3.750
3500 hotel
Diakuisisi
oleh Blackstone
pada tahun
2007 yaitu rental rumah lebih dari 2000 dan
Memiliki revenue
stream diluar
bisnis hotel
Portofolio
bisnis
:
luxury,
middle,
extended
stay, Homewood dan home2suites.
kondominium untuk perusahaan.
Revenue sebesar $11.7bn pada desember 2010 dan memiliki 129.000 karyawan

INTERCONTINENTAL HOTEL GROUP
Memiliki jumlah hotel lebih banyak dibandingkan dengan Marriot, Hilton dan Accor
yaitu sebanyak 4520 beroperasi di 100 negara.
Memiliki karyawan sebanyak 7.000 orang
Pendapatan sebesar $1.6bn pada tahun 2010 dan laba operasi sebesar $459mn.
STARWOOD
Pertumbuhan bisnis yang tercepat
Jumlah karyawan sebanyak 145.000 orang
Pendapatan $5bn pada tahun 2010
Portofolio bisnis : hotel mewah, hotel dan resort

Sumber :
1. Kelly, Martin. 2013. Accor Restructures, Splits Company, Disappoints Investors.
http://www.traveltrends.biz/ttn555-accor-restructures-splits-company-disappointsinvestors/ diakses : 23 November 2014.
2. Growthink, Inc. How to Start a Hotel: 5 Keys to Success.
http://www.growthink.com/businessplan/help-center/how-to-start-a-hotel diakses : 23
November 2014.