PPT Kebijakan mutu sd Pendidikan
Kebijakan Otonomi dan
Desentralisasi
Pendidikan
Di Susun Oleh :
•
Erinta
Konsep Kebijakan Otonomi
dan Desentralisasi
Pendidikan
Otonomi atau autonomy berasal dari bahasa
Yunani autos yang berarti sendiri, dan nomos
yang
berarti
Hokum
atau
aturan
(Abdurrahman, 1987: 9). Dalam konteks
etimologis ini, beberapa penulis memberikan
pengertian tentang otonomi. Otonomi diartikan
sebagai ‘perundangan sendiri’ (Danuredjo,
1977),
‘perundangan
sendiri’
(Koesoemahatmadja, 1979: 9), ‘mengatur atau
rnemerintah sendiri’ (Runt Nugroho, 2000: 46).
Koesoemahatmadja
(1979),
lebih
lanjut
mengemukakan bahwa menurut perkembangan
sejarahnya di Indonesia, otonomi selain
Konsep Desetralisasi
Desentralisasi diartikan sebagai penyerahan wewenang
pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia (Pasal 1 ayat (7) UU Nomor 32
Tahun 2004).
Tentang desentralisasi ini ada beberapa konsep yang dikemukakan
oleh para ahli sebagai berikut.
Desentralisasi merupakan penyerahan wewenang dari tingkat
pemerintahan yang lebih tinggi kepada pemerintahan yang lebih
rendah, baik yang menyangkut bidang legislatif, judikatif, atau
administratif (Encyclopedia of the Social Sciences, 1980).
Desentralisasi sebagai suatu sistem yang dipakai dalam bidang
pemerintahan merupakan kebalikan dari sentralisasi, di mana
sebagian kewenangan pemerintah pusat dilimpahkan kepada pihak
lain untuk dilaksanakan (Soejito, 1990).
Landasan Desentralisasi pendidikan
Landasan desentralisasi pendidikan sudah sangat jelas tercantum
dalam Undang-undang No. 22 Tahun 1999.Didukung dengan UndangUndang nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan atara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Karena sudah dirasa
tidak sesuai dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan serta
tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah, maka kemudian UU No. 22
dan 25 itu direvisi menjadi UU No. 33 Tahun 2004 tentang pemerintan
daerah dan UU Nomor 33 tahun 204 tentang perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Prinsip otonomi desentralisai
Pendidikan di Indonesia
Prinsip otonomi dan desentralisasi Pendidikan sudah dijelaskan dalam
GBHN 1999-2004 yang mencakup tujuh hal, yaitu :
Perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang
bermutu.
Peningkatan kemampuan akademik, professional dan kesejahteraan tenaga
kependidikan.
Pembahasan sistem pendidikan (sekolah dan luar sekolah) sebagai pusat
nilai sikap.
Kemampuan dan partisipasi masyarakat.
Pembahasan dan pemantapan sistem pendidikan nasional berdasarkan
prinsip desentralisasi, otonomi dan manajemen.
Peningkatan kualitas lembaga pendidikan yang diselenggarakan
pemerintah dan masyarakat.
Mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin secara
terarah, terpadu, dan menyeluruh.
Faktor kelemahan Kebijakan
Desentralisasi Pendidikan
•
•
•
•
•
Kurang siapnya SDM daerah terpencil
Tidak meratanya Pendapatan Asli Daerah
(PAD), khususnya daerah-daerah miskin
Mental korup yang telah membudaya dan
mendarah daging di bumi Indonesia
Memunculkan raja-raja kecil di daerah
surplus
Belum jelasnya pos-pos pendidikan
Desentralisasi
Pendidikan
Di Susun Oleh :
•
Erinta
Konsep Kebijakan Otonomi
dan Desentralisasi
Pendidikan
Otonomi atau autonomy berasal dari bahasa
Yunani autos yang berarti sendiri, dan nomos
yang
berarti
Hokum
atau
aturan
(Abdurrahman, 1987: 9). Dalam konteks
etimologis ini, beberapa penulis memberikan
pengertian tentang otonomi. Otonomi diartikan
sebagai ‘perundangan sendiri’ (Danuredjo,
1977),
‘perundangan
sendiri’
(Koesoemahatmadja, 1979: 9), ‘mengatur atau
rnemerintah sendiri’ (Runt Nugroho, 2000: 46).
Koesoemahatmadja
(1979),
lebih
lanjut
mengemukakan bahwa menurut perkembangan
sejarahnya di Indonesia, otonomi selain
Konsep Desetralisasi
Desentralisasi diartikan sebagai penyerahan wewenang
pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia (Pasal 1 ayat (7) UU Nomor 32
Tahun 2004).
Tentang desentralisasi ini ada beberapa konsep yang dikemukakan
oleh para ahli sebagai berikut.
Desentralisasi merupakan penyerahan wewenang dari tingkat
pemerintahan yang lebih tinggi kepada pemerintahan yang lebih
rendah, baik yang menyangkut bidang legislatif, judikatif, atau
administratif (Encyclopedia of the Social Sciences, 1980).
Desentralisasi sebagai suatu sistem yang dipakai dalam bidang
pemerintahan merupakan kebalikan dari sentralisasi, di mana
sebagian kewenangan pemerintah pusat dilimpahkan kepada pihak
lain untuk dilaksanakan (Soejito, 1990).
Landasan Desentralisasi pendidikan
Landasan desentralisasi pendidikan sudah sangat jelas tercantum
dalam Undang-undang No. 22 Tahun 1999.Didukung dengan UndangUndang nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan atara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Karena sudah dirasa
tidak sesuai dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan serta
tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah, maka kemudian UU No. 22
dan 25 itu direvisi menjadi UU No. 33 Tahun 2004 tentang pemerintan
daerah dan UU Nomor 33 tahun 204 tentang perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Prinsip otonomi desentralisai
Pendidikan di Indonesia
Prinsip otonomi dan desentralisasi Pendidikan sudah dijelaskan dalam
GBHN 1999-2004 yang mencakup tujuh hal, yaitu :
Perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang
bermutu.
Peningkatan kemampuan akademik, professional dan kesejahteraan tenaga
kependidikan.
Pembahasan sistem pendidikan (sekolah dan luar sekolah) sebagai pusat
nilai sikap.
Kemampuan dan partisipasi masyarakat.
Pembahasan dan pemantapan sistem pendidikan nasional berdasarkan
prinsip desentralisasi, otonomi dan manajemen.
Peningkatan kualitas lembaga pendidikan yang diselenggarakan
pemerintah dan masyarakat.
Mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin secara
terarah, terpadu, dan menyeluruh.
Faktor kelemahan Kebijakan
Desentralisasi Pendidikan
•
•
•
•
•
Kurang siapnya SDM daerah terpencil
Tidak meratanya Pendapatan Asli Daerah
(PAD), khususnya daerah-daerah miskin
Mental korup yang telah membudaya dan
mendarah daging di bumi Indonesia
Memunculkan raja-raja kecil di daerah
surplus
Belum jelasnya pos-pos pendidikan