sistem sosial politik islam Indonesia

JURUSAN POLITIK DAN PEMERINTAHAN
FISIPOL UGM

LEMBAR COVER TUGAS 2012
Nama

Dhian Permatasari

No. Mahasiswa

12/332980/SP/25214

Nama Matakuliah

Sisem Sosial Politik Indonesia

Dosen

Haryanto, Drs.,M.A & Longgina Novadona Bayo, S.IP.,M.A

Judul Tugas


Sistem Sosial Politik Indonesia
1694

Jumlah Kata

CHECKLIST
Saya telah:
Mengikuti gaya referensi tertentu secara konsisten....................................................................
Memberikan soft copy tugas.....................................................................................................

Deklarasi
Pertama, saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa:
 Karya ini merupakan hasil karya saya pribadi.
 Karya ini sebagian besar mengekspresikan ide dan pemikiran saya yang disusun
menggunakan kata dan gaya bahasa saya sendiri.
 Apabila terdapat karya atau pemikiran orang lain atau sekelompok orang, karya, ide
dan pemikiran tersebut dikutip dengan benar, mencantumkan sumbernya serta disusun
sesuai dengan kaidah yang berlaku.
 Tidak ada bagian dari tugas ini yang pernah dikirimkan untuk dinilai, dipublikasikan

dan/atau digunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah lain sebelumnya.
Kedua, saya menyatakan bahwa apabila satu atau lebih ketentuan di atas tidak ditepati, saya
sadar akan menerima sanksi minimal berupa kehilangan hak untuk menerima nilai untuk mata
kuliah ini.

Tanda Tangan

Tanggal

1

SISTEM SOSIAL POLITIK INDONESIA
Munculnya era reformasi 1998 setelah berakhirnya orde baru memberikan harapan
baru bagi masyarakat Indonesia untuk dapat hidup menjadi yang lebih baik dimasa yang akan
datang. Masalah-masalah yang terjadi pada saat zaman Orde Baru seperti kebebasan
berpendapat, mendapatkan hak berpolitik dan berorganisasi, pengekangan, perlakuan tidak
adil sebagian orang yang terlibat dalam PKI dicoba dipecahkan dalam era selanjutnya.
Sehingga dengan munculnya era reformasi memberikan kehidupan baru yang cerah bebas
dari belenggu pengekangan, ketidakadilan, dan intervensi di masa Orde Baru.
Untuk memenuhi kehidupan baik dimasa mendatang perlu dirumuskan kebijakan

publik. Kebijakan publik merupakan arah tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dan
mempunyai pengaruh terhadap kepentingan masyarakat secara luas. (Winanrno, 2007: 30).
Tahap-tahap kebijakan publik antara lain:

Tahap penyusunan agenda
Masalah-masalah yang ada dimasyarakat diajukan oleh para pejabat yang sebelumnya
telah melewati masa seleksi dengan masalah-masalah yang lainnya. Ada masalah yang
bahkan tidak disentuh sekaligus namun pembahasan akan dilakukan pada masalah yang
menjadi fokus untama, bahakn adapula masalah yang ditunda untuk waktu yang alam karena
alasan –alasan tertentu.

Tahap formulasi kebijakan
Masalah yang telah masuk agenda kebiajkan dalam tahap selanjutnya akan dibahas
oleh para pembuat kebijakan. Dipilih cara pemecahan yang terbaik, namun disamping itu
disiapkan pula alternaif atau pilihan kebijakan yang lain. Dalam tahap ini juga ada persaingan
sama halnya pada tahap agenda kebijakan, bahwa alternatif mana yang lebih baik dalam
memecahkan suatu masalah. Maka para aktor akan “bermain” untuk memecahkan
permasalahan masalah yang paling baik.

Tahap adopsi kebijakan

Pemilihan alternatif kebijakan yang paling baik didasarkan dari dukungan mayoritas
legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau keputusan peradilan.

Tahap implementasi kebijakan
Kebijakan yang telah diambil alternatif terbaiknnya kemudian diimplementasikan. Hal
tersebut dilakukan oleh badan-badan administrasi maupun agen-agen pemerintah ditingkat
bawah. Pada tahap ini banyak kepentingan akan bersaing. Beberapa implementasi kebijakan
2

mendapat dukungan dari para perencana (implementor), namun beberapa yang lain mungkin
akan ditendang oleh para pelaksana.

Tahap evaluasi kebijakan
Kebijakan yang telah dijalankan kemudian akan dinilai atau dievaluasi untuk melihat
sejauh mana kebijakan tersebut dapat menyelesaikan masalah. Pada dasarnya tujuan
kebijakan piblik memang agar dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Oleh karena itu
ditentukan pula kriteria untuk menilai apakah kebijakan publik telah meraih dampak yang
diinginkan. (Winarno, 2007: 33-34)
Lembaga DPR dituntut untuk bekerja secara demokratis dalam pelaksanaannya
mengenai proses pembuatan kebijakan tersebut. Hal tersebut dapat digunakan untuk

mensejahterakan masyarakat. Namun pada kenyataannya pemimpin raykat dari partai-partai
tersebut lebih mengedepankan mencari kekuasaan daripada memperjuangkan ksejahteraan
rakyat. Sehingga dalam penyusunan Undang-Undang anggota DPR sering terbengkelai, RUU
menumpuk dan hasil dari kebijakan tersebut masih sangat lemah karena seringnya uji materi
yang dilakukan.
Suatu kebijakan publik pasti akan ditindaklanjuti dengan implementasi kebijakan,
tahapan ini sangat menentukan pada proses kebijakan tersebut. Implementasi kebijakan
merupakan aktivitas yang terlihat setelah dikeluarkan pengarahan yang sah dari suatu
kebijakan yang melalui upaya mengelola input untuk menghasilkan output atau outcomes
bagi masayarakat.
Tahap implementasi dapat dibedakan dengan proses pembuatan kebiajakan. Disatu
sisi pembuatan kebiajakan merupakan proses yang memiliki logika bottom-up, artinya dalam
proses pembuatan kebijakan diawali dengan penyampaian aspirasi, permintaan atau
dukungan dari masyarakat. Sedangkan implementasi kepentingan di sisi lain memiliki logika
top-down, dalam arti penurunan alternatif kebijakan yang abstrak atau makro menjadi
tindakan yang konkrit atau mikro. Tugas implementasi sendiri adalah untuk membangun
jaringan yang memungkinkan tujuan kebijakan publik yang direalisasikann melalui aktivias
instansi pemerintahan yang melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan.
Dalam implementasi kebijakan terdapat pendekatan kepatuhan dan pendekatan
faktual. Pendekatan kepatuhan memusatkan pada tingkat kepatuhan individu pada atasannya.

Namun ada 2 kekurangan dari perspektif kepatuhan ini, yaitu banyaknya faktor non-birokratis
yang berpengauh tetapi justru kurang diperhatikan dan adanya program yang tidak didesain
3

dengan baik. Sedangkan pendekatan faktual adalah perspektif faktual yang berasumsi bahwa
terdapat banyak faktor yang mempengaruhi proses implementasi kebijakan yang
mengharuskan implementasi agar lebih leluasa mengadakan penyelesaian. Berdasarkan kedua
pendekatan ini, keberhasilan kebijakan sangat ditentukan oleh implementor yaitu ketika ia
dapat mengikuti perintah dari atasannya dan keputusan pribadi yang dianggap oleh
imlpementor dalam neghadapi pengaruh eksternal dan faktor non-organisasional, atau
pendekatan faktual.
Sistem politik demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang memperbolehkan
masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam mengawasi dan menentukan jalannya
pemerintahan di dalam suatu negara. Hal ini yang mendorong masyarakat memiliki hak untuk
ikut berpartisipasi dalam mengemukakan pendapat atau beraspirasi pada pemerintah. Negara
demokrasi juga menjamin kebebasan perpendapat masyarakat Indonesia yang bertujuan
untuk memajukan kesejahteraan masyarakat itu sendiri.
Perencanaan kebijakan harus segera diproses oleh DPR sehingga dapat memutuskan
suatu kebijakan. Namun dalam kenyataannya DPR mengulur-ulur untuk merealisasikan suatu
kebijakan atau RUU, sehingga banyak anggaran yang dikeluarkan untuk membahas suatu

RUU. Ketidaktegasaan dari badan eksekutif dan anggota DPR yang tidak sesuai dengan
kinerja baiknya, membuat implementasi kebijakan belum sesuai dengan sistem politik yang
demokratis.

Kapabilitas sistem sosial politik Era Reformasi
1. Kapabilitas Regulatif
Kemampuan regulatif menunjukkan kemampuan daripada sistem politik
dalam mengkontrol atau mengendalikan perilaku individu-individu atau kelompokkelompok yang berasal dari sistem politik itu, kemampuan itu dilihat dari frekwensi
dan intensitas kontrol yang dilakukan oleh sistem politik iu sendiri (Haryanto, 1982:
23-24).
DPR memiliki fungsi legilasi untuk membuat peraturan undang-undang
sehingga dapat digunakan untuk mengendalikan perilaku masyarakat atau kelompok
tertentu. DPR pada periode 2009-2012 mendapat kecaman dari masyarakat bahkan
dari Mantan Ketua DPR Akbar Tandjung yang mengangap bahwa kinerja DPR
periode masih kurang baik. Dilihat dari RUU yang disahkah pada tahun 2012 ini
4

hanya 12 dari 64 RUU yang masuk pada proggram legilasi nasional tahun 2012.
Minimnya perundang-undangan di Indonesia saat ini menunjukkan rendahnya
kapabilitas regulatif pada periode ini.

2. Kapabilias Responsif
Kapabilitas responsif memiliki daya tanggap terhadap suatu sistem politik
yang dapat ditentukan dari hubungan antara input dan output. Kapabilitas responsif
akan dianggap tinggi jika selalu tanggap dalam penyampaian tuntutan atau tekanan
yang dilontarkan dari suatu kelompok masyarakat dan kelompol politik serta selalu
tanggap dengan tekanan yang berasal drai lingkungan eksternal (Haryanto, 1982: 2526).
Dalam kapabilitas Responsif Undang-Undang disalurkan dan dipatuhi oleh
seluruh masyarakat atau warga negara Indonesia. Undang-Undang yang masih berupa
Rancangan sering mendapat respon yang positif bahkan negatif dari masyarakat.
Banyak aksi demo-demo yang menuntut cepat disahkannya suatu RUU, bahkan sering
pula menolak suatu RUU. Sehingga DPR perlu mengkaji ulang agar dapat diterima
oleh sebagian besar rakyat Indonesia.
3. Kapabilitas Simbolik
Kapabilitas Simbolik merupakan kemampuan pemerintah dalam membuat
kebijakan yang nantinya dapat diterima oleh rakyat banyak. Kapabilitas simbolik
yang baik apabila dalam pembuatan kebijakan tersebut dapat diterima oleh
masyarakat luas.
Penilaian kinerja DPR ditentukan oleh sikap masyarakat terhadap suatu
kebijakan yang dikeluarkan oleh DPR. Penilaian itu sendiri masih dianggap buruk
karena kinerja DPR yang sangat lamban dalam mengesahkan suatu RUU yang dapat

menjadi suatu kebijakan yang penting bagi masyarakat. Contohnya adalah gagalnya
DPR dalam menangani kasus dasar listrik dalam fungsi anggaran, sehingga banyak
kritik yang dilontarkan oleh masyarakat yang semakin tidak mempercayai kinerja
DPR saat ini.
4. Kapabilitas Distributif
Kapabilitas Distributif menunjukkan pada alokasi atau distribusi dari berbagai
jenis barang, jasa, kehormatan, status, dan kesempatan yang berasal dari sistem politik
kepada individu-individu atau kelompok-kelompok yang ada didalam masyarakat
(Haryanto, 1982: 24). Kinerja DPR dalam berkoordinasi dengan Pekerja Umum di

5

masing-masing daerah dinilai sangat lamban sehingga menghalangi distribusi barang
dan jasa kesuatu daerah.
5. Kapabilitas Ekstraktif
Kapabilitas ini merupakan sistem politik dalam mengelola sumber material
dan manusiawi dari lingkungan domestik maupun lingkungan internasional
(Haryanto, 1982: 23). DPR belum dapat mengelola sumber daya alam di Indonesia
ini, contohnya pada kasus kenaikan harga BBM kemarin.
6. Kapabilitas Domestik dan Internasional

Kapabilitas ini menunjukkan sistem politik berlangsung didalam negeri dan
telah menjalar ke dunia Internasional. Selama ini kerjasama-kerjasama DPR dengan
negara-negara seperti mengadakan kunjungan dinilai sangat merugikan negara.

Sistem politik yang sesuai di Indonesia
Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi yang jiwai dari makna pancasila itu
sendiri. Mekanisme demokrasi pancasila berarti sistem pemerintahan oleh, dari, dan untuk
rakyat yang berasaskan pancasila.
Demokrasi pancasila memiliki ciri pokok dalam sistem pemerintahannya yaitu
musyawarah mufakat untuk mencari proses upaya bersama dalam memecahkan suatu
masalah sehingga semua orang dapat berperan aktif dalam sistem politik ini. Orang-orang
atau lembaga terkaitlah yang melakukan musyawarah. Prinsip ini biasanya digunakan oleh
lembaga-lembaga perwakilan seperti MPR dan DPR.
Dalam demokrasi pancasila terdapat prinsip-prinsip dalam pelaksanaan sistem
pemerintahan itu sendiri yaituu Negara yang berlandaskan oleh hukum. Warga negara
Indonesia memiliki kedudukan yang sama didepan hukum, sesuai yang tercantum pada
pembukaan UUD 1945. Mekanisme dalam demokrasi pancasila pemerintah berdasarkan atas
Sistem Konstitusional.
Kekuasaan tertinggi terdapat pada MPR yang bertanggung jawab pada negara. DPR
dipilih oleh pemilihan umum yang bertujuan agara masyarakat dapat memilih sendiri

wakilnya dengan baik dan dapat menyuarakan aspirasi masyarakat. DPR mengawasi
eksekutif dan memiliki hak exsecutive, expendicture, dan taxation.
Karakteristik Demokrasi Pancasila dalam pemerintahan Soeharto:
6

Struktur sistem politik pada masa Pancasila atau Orde Baru dibagi menjadi badan
legislatif, eksekutif, dan yudikatif atau badan-badan tinggi Negara seperti DPR, BPK,
Presiden, DPA, MA, dan Badan tertinggi Negara yaitu MPR dan kegiatan-kegiatan politik
infra struktur yaitu organisasi-organisasi politik semuanya melandaskan dan berpedoman
pada Pancasila, UUD 1945, dan Undang- Undang serta Tap- Tap MPR lainnya. Diadakan
pemilu rutin setiap 5 tahun sekali yang berasaskan luber (langsung, umum, bebas, dan
rahasia).
Hanya terdapat 2 parpol dan 1 golongan karya karena adanya kebijakan fusi partai.
Namun, parpol hanya memiliki peran kecil, karena lemah dan pasifnya parpol tersebut
sehingga parpol tidak dapat menjalankan fungsi kontrolnya. Pada masa ini dikuasai oleh
birokrat atas, militer, dan teknokrat, karena birokrasi yang kuat, parpol hanya sebagai
kelompok marginal dan pembuatan kebijakan.
Trilogi pembangunan merupakan program yang dicanangkan dalam masa Orde Baru.
Trologi pembangunan terdiri dari Stabilitas Nasional yang dinamis, Pertumbuhan Ekonomi
tinggi, dan Pemerataan Pembangunan dan hasil-hasilnya. Sehingga dengan adanya program
yang dapat menuju pada kemakmuran tersebut, masyarakat dapat di kendalikan dengan baik,
ini termasuk kapabilitas Regulatif yang baik. Politik Orde Baru mempunyai karakteristik
yaitu sentralistik, militeristik (keamanan), Unifornity, dan De-Politisasi. De-politisasi terdiri
dari Floating Mass (masa mengambang), State-corporatist (mengontrol partisipasi) artinya
pengelompokan yang dibentuk oleh negara, konstitusi dan pemimpinnya juga dipilih oleh
negara, sehingga mereka tunduk dibawah negara. Yang terakhir adalah Hegemoni yang
berarti proses cermat, yang diadakan didalam dunia pendidikan, pendisiplinan yang tidak
terlihat dipermukaan. Hal ini membuktikan bahwa kapabilitas responsif pada masa ini sangat
lemah karena ketatnya partisipasi rakyat.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa demokrasi pancasila sangat menjunjung unsurunsur dari jiwa Pancasila yang telah menjadi dasar negara Indonesia sejak kemerdekaan.
Kelima unsur dari pancasila tersebut dapat mencakup seluruh tatanan kehidupan menuju
masyarakat yang lebih baik. Demokrasi pancasila juga sangat menjunjung tinggi makna dari
demokrasi itu sendiri. Tanpa adanya penyimpangan-penyimpangan dari penguasa, demokrasi
pancasila akan menjadi sistem demokrasi yang baik berasaskan oleh pancasila.

7

Bahan Bacaan:
Haryanto. (1982). Sistem Politik Suatu Pengantar. Yogyakarta:Liberty.
Winarno, B. (2007). Kebijakan Publik:Teori dan Proses. Yogyakarta: MedPress.
artikulasi-konsep-implementasi-kebijakan-jurnal-baca-agustus-20081

(doc).

Diakses

18

Januari 2013. Pukul 22:03.
Makalah Kelompok 3 Demokrasi Pancasila, Sistem Sosial Politik Indonesia. Jurusan Ilmu
Politik dan Pemerintahan. FISIPOL UGM.

8

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Kekerasan rumah tangga terhadap anak dalam prespektif islam

7 74 74

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Pengaruh model learning cycle 5e terhadap hasil belajar siswa pada konsep sistem ekskresi

11 137 269

Kesesuaian konsep islam dalam praktik kerjasama bagi hasil petani desa Tenggulun Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan Jawa Timur

0 86 111

Upaya guru PAI dalam mengembangkan kreativitas siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam Kelas VIII SMP Nusantara Plus Ciputat

48 349 84