kacang lupa dengan selaksa kulitnya

KACANG LUPA KULITNYA
Oleh: Ahmad Fauzi
Begitulah perumpamaan saya terhadap dosen-dosen yang secara gamblang
mengikis aset terbesar kepunyaan Negara yaitu Bahasa Indonesia.
Pada dasarnya proses kuliah adalah suatu wahana di mana mahasiswa
mendapatkan pendidikan, terutama pendidikan cinta akan bangsanya. Namun apa
yang didapat mahasiswa? Dalam proses ini justru mahasiswa banyak dicekoki akan
hal yang bisa menyebabkan erosi kebangsaan, lebih tepatnya adalah penghilangan
rasa cinta terhadap Bahasa Indonesia.
Itulah sedikit pengantar dari bahasan utama yaitu ibarat kacang yang lupa
akan kulitnya, mengapa penulis memaparkan demikian, hal ini dikarenakan rasa cinta
penulis akan Bahasa yang menjadi pemersatu bangsa ini. Dosen-dosen yang
sebenarnya orang Indonesia tulen, justru pada saat ini mulai menjadi penyebab akan
adanya pengurangan porsi akan digunakannya Bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia yang sejatinya mempunyai fungsi dan kedudukan antara
lain:
1.
2.
3.
4.
5.


Sebagai bahasa nasional
Sebagai lambang kebanggaan nasional
Sebagai lambang identitas nasional
Sebagai alat pemersatu berbagai suku bangsa
Sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya
(Yakub,dkk, 2014)

mulai terkikis dengan munculnya dosen-dosen Indonesia lulusan luar negri, dimana
para dosen ini mulai menanggalkan penggunaan Bahasa Indonesia dalam tampilantampilan materi perkuliahan mereka. Mereka selalu menggunakan dan mendewakan
bahasa luar (Bahasa Inggris) yang sebenarnya bisa mengikis rasa cinta bahasa dalam
jiwa mahasiswanya.

Entah sadar atau tidak, tindakan para dosen ini juga sangat merugikan
terhadap keberlangsungan Bahasa Indonesia, dimana secara tidak langsung mau tidak
mau mahasiswa harus lebih menguasai bahasa luar untuk memahami materi
perkuliahan. Jika hal seperti ini terjadi terus-menerus maka mungkin sekali pada
waktunya kelak Bahasa Indonesia akan terkikis bahkan punah dari orang-orang asli
Indonesia dikarenakan orang-orang Indonesia yang lupa akan keIndonesiaanya itu.
Sungguh miris memang, dimana orang-orang asli Indonesia mulai berlaga dan

bergaya, seolah-olah Bahasa Indonesia itu bahasa yang cupu, kuno, kurang keren, tapi
tanpa disadari rasa Nasionalisme mereka telah digrogoti bahkan hilang dari dalam diri
mereka itu sendiri.
Oleh karena itu, agar tidak terjadi erosi bahasa yang berkepanjangan sudah
sepantasnya bila para dosen dalam mengajar menggunakan Bahasa pemersatu ini
(Bahasa Indonesia) supaya rasa cinta mahasiswa akan Bahasanya ini selalu tertanam
pada lubuk hati yang terdalam. Dan agar tidak ada lagi kacang-kacang yang
melupakan kulitnya.

(*foto salah satu slide dari dosen yang menyebabkan penulis bisa menulis artikel ini)