OPTIMALISASI PERAN PUSPENKUM KEJAKSAAN R

OPTIMALISASI PERAN PUSAT PENERANGAN HUKUM
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA MELALUI MEDIA MASSA
DALAM RANGKA MENINGKATKAN KINERJA BELA ANAK BANGSA
FADLI ALFARISI 1
INTISARI
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui cara mengoptimalkan peran Pusat Penerangan
Hukum Kejaksaan Republik Indonesia melalui media massa dalam rangka meningkatkan kinerja
bela anak bangsa.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka optimalisasi peran Pusat Penerangan Hukum
Kejaksaan Republik Indonesia melalui media massa dalam rangka meningkatkan kinerja bela
anak bangsa dapat dilakukan melalui:
1. Media sosial, seperti Facebook, Twitter, dsb. Puspenkum dapat menggunakan media sosial
untuk mempublikasikan peningkatan kinerja, membahas isu hukum teraktual sebagai sarana
edukasi bagi masyarakat, dan membuka forum konsultasi hukum agar terjalin komunikasi
interaktif dengan masyarakat.
2. Media cetak, seperti koran, majalah, dsb. Sejauh ini masih sedikit Jaksa yang menulis di media
cetak yang diterbitkan di luar Kejaksaan, salah satu alasannya karena surat No. B778/D/L.2/04/2008 melarang jaksa menuliskan opini lewat media massa tanpa izin Jaksa
Agung. Padahal surat tersebut bertentangan dengan konstitusi dan sudah tidak relevan lagi
dalam rezim keterbukaan informasi publik. Disinilah pentingnya peran Puspenkum sebagai
filter dalam menyeleksi tulisan yang akan dimuat di media cetak dan turut aktif membuat
tulisan serta mendorong para Jaksa untuk produktif menulis di media cetak, mulai dari

pendapat mengenai isu hukum teraktual maupun prestasi Kejaksaan di berbagai bidang.
3. Media Elektronik, terutama Televisi. Puspenkum dapat membuat acara di Televisi yang
menyiarkan kegiatan-kegiatan positif Kejaksaan terkait pelaksanaan tupoksi, seperti Kejari
Cibadak yang meluncurkan mobil pengantar barang bukti. Lalu bisa juga menyiarkan kegiatan
lain di luar tupoksi yang bersentuhan langsung dengan masyarakat.

1

Penulis adalah Jaksa Fungsional pada Badan Diklat Kejaksaan RI dengan pangkat Ajun Jaksa (III/b), NIP.
19851226 200912 1 004, sedang dalam masa tugas belajar di Magister Ilmu Hukum Universitas Gadjah Mada.

0

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peringatan Hari Bhakti Adhyaksa ke-55 (HBA) yang diselenggarakan pada tanggal 22 Juli
2015 oleh segenap korps Adhyaksa merupakan momen yang membahagiakan dan
menentukan. Membahagiakan karena merupakan hari lahirnya Kejaksaan Republik
Indonesia (Kejaksaan)2. Menentukan karena ada tema besar yang diusung dan dijadikan

pedoman bagi Kejaksaan dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya (tupoksi) ke depan.
Tema besar tersebut disampaikan oleh Jaksa Agung melalui pidato upacara peringatan HBA
dan wajib diimplementasikan oleh seluruh pegawai Kejaksaan. Tema peringatan HBA kali
ini adalah “Tingkatkan Kinerja, Bela Anak Bangsa”, yang didasarkan pada pemikiran:3
Pertama, Kejaksaan selaku institusi penegak hukum dalam menjalankan tupoksi
hendaknya mempunyai idealisme, nilai dan citra. Idealisme mengandung makna setiap warga
Adhyaksa harus dapat mengabdikan dirinya menjadi pembela rakyat, berpihak kepada
kebenaran dan keadilan. Nilai, artinya apa yang ditugaskan oleh negara kepada lembaga
Kejaksaan harus dapat membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi rakyat dan hasilnya
juga dapat dirasakan oleh rakyat. Sedangkan Citra dimaksudkan bahwa apa yang dilakukan
lembaga Kejaksaan harus dapat mencerminkan jati dirinya sebagai aparat penegak hukum
yang dekat dengan rakyat, bermartabat dan terpercaya. Kedua, lembaga Kejaksaan
senantiasa harus mempunyai kepedulian sebagai lembaga yang lahir besar dan bekerja untuk
rakyat, memberikan edukasi kepada masyarakat sebagai upaya mencegah terjadinya segala
bentuk tindak pidana. Ketiga, bahwa seluruh tupoksi Kejaksaan semata-mata dilakukan demi
membela anak bangsa, mendukung program pemerintah khususnya dalam bidang penegakan
hukum, sekaligus mengawal keberhasilan pembangunan.
Berdasarkan pemikiran di atas, ada penekanan (diulang sampai tujuh kali) yang perlu
dijadikan perhatian, yaitu “rakyat” (masyarakat atau anak bangsa). Jadi, Jaksa selaku
penegak hukum harus dekat dengan masyarakat. Caranya melalui peningkatan kinerja agar

mendapatkan kepercayaan masyarakat. Namun peningkatan kinerja (prestasi) yang berhasil
dicapai juga tidak menjamin apresiasi dari masyarakat, sebab slogan bad news is good
news masih melekat pada media massa di karena dianggap lebih menjual, 4 sehingga yang
kerap muncul hanya pemberitaan mengenai perilaku ‘oknum nakal’ di Kejaksaan yang
berdampak pada turunnya kepercayaan masyarakat.5 Dengan demikian, komunikasi melalui
media massa memegang peranan penting dalam membentuk citra sebuah institusi.6
2

3
4

5

6

Admin, 2014, Riwayat Jaksa Agung, http://persatuan-jaksa-indonesia.org/view.php?do=pji_riwayat_ja&w=inc,
diakses 04 September 2015. Pada tanggal 22 Juli 1960, kabinet dalam rapatnya memutuskan bahwa kejaksaan
menjadi departemen dan keputusan tersebut dituangkan dalam surat Keputusan Presiden RI tertanggal 1 Agustus
1960 No.204/1960 yang berlaku sejak 22 Juli 1960.
Lihat Amanat Jaksa Agung RI pada Peringatan Hari Bhakti Adhyaksa ke-55 tanggal 22 juli 2015, hlm.2-3.

Akmaludin Akbar, 2011, Good News is Bad News, http://www.akmaludin.com/2011/03/good-news-is-badnews.html, diakses 11 September 2015.
Halius
Husein,
2012,
52
Oknum
Jaksa
diduga
Terlibat
Kasus
Pemerasan,
http://www.rmol.co/read/2012/11/14/85238/52-Oknum-Jaksa-Diduga-Terlibat-Kasus-Pemerasan-,
diakses
11
September 2015.
Yohan
Wahyu,
2013,
Pencitraan
Lebih

diutamakan,
http://nasional.kompas.com/read/2013/01/28/0314375/Pencitraan.Lebih.Diutamakan, diakses 11 September 2015.

1

Definisi media massa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sarana atau saluran
resmi sebagai alat komunikasi untuk menyebarkan berita dan pesan kepada masyarakat luas. 7
Artinya, media massa baik cetak, elektronik, maupun online merupakan sarana komunikasi
untuk menjangkau masyarakat dalam jumlah besar hingga ke pelosok.8 Menurut McQuail,
peran media dapat dilihat sebagai jendela yang memungkinkan masyarakat melihat apa yang
sedang terjadi di luar dan sarana belajar untuk mengetahui berbagai peristiwa. Media juga
berperan sebagai filter yang menyeleksi berbagai hal, memilih isu, informasi atau content
untuk masyarakat yang layak diketahui dan diberi perhatian atau tidak berdasarkan standar
pemiliknya. Media juga dapat dijadikan partner komunikasi interaktif.9
Kejaksaan melalui Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan RI (Puspenkum) yang salah satu
bidang tugasnya adalah hubungan dengan media massa, 10 sejauh ini masih belum optimal
dalam memanfaatkan banyaknya pilihan komunikasi melalui media massa. Sebagai contoh
dalam penanganan perkara tindak pidana korupsi pengadaan 16 unit mobil jenis Electric
Microbus dan Electric Executive Bus pada PT. BRI (Persero) Tbk, PT. PGN (Persero) Tbk,
dan PT. Pertamina (Persero) Tbk tahun 2013 dengan tersangka Dr. Agus Suherman (AS) dan

Dasep Ahmadi (DA). Sebagian masyarakat menaruh perhatian (simpati) terhadap perkara
tersebut, khususnya kepada Ricky Elson (Ricky) yang merupakan ahli pengembang magnet
motor di perusahaan Jepang yang rela melepas kariernya untuk bergabung dengan Putra
Petir, yaitu sebutan ahli-ahli yang bergabung dengan Dahlan Iskan (Menteri Negara BUMN
saat itu) untuk membuat mobil listrik.11
Ricky aktif di media sosial, salah satunya facebook (FB) dan mempunyai teman atau
orang yang menyukai atau tertarik dengan akun (pages) FB Ricky sebanyak 11.777 orang
(masih terus bertambah). Ricky sering memposting (mempublikasikan) cerita dan foto-foto
kegiatannya di desa Ciheras, Tasikmalaya, mulai dari pelatihan cara-cara membuat
pembangkit listrik tenaga angin, hingga surat panggilan saksi (kode P-9 dan P-11) dari
Kejaksaan Agung. Sebagian dari mereka yang tergabung dalam akun FB Ricky mencibir
proses hukum yang dilakukan oleh Kejaksaan, mulai dari inovasi anak negeri yang tidak
didukung, sampai dengan tidak perlu memenuhi panggilan penyidik karena jarak yang jauh.
Ricky sendiri malah meminta penyidik untuk menjemput dirinya agar dapat dilakukan
7

8

9


10

11

Departemen Pendidikan Nasional, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (edisi keempat), PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hlm.89.
Satrio Arismunandar, Peran Media Massa dalam Pembentukan Karakter Bangsa, Makalah disampaikan dalam
Pertemuan Terbatas Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Bidang Pendidikan dan Kebudayaan, Selasa, 28
Februari 2012, di Kantor Wantimpres, Jl. Veteran III, Jakarta Pusat.
Denis McQuail, 2000, Mass Communication Theories: Fourth edition, Sage Publication, London, hlm.66.
Menurut McQuail, ada enam perspektif dalam hal melihat peran media, yaitu sebagai window on event and
experience, a mirror of event in society and the world, implying a faithful reflection, gatekeeper, guide or
interprete, forum mempresentasikan berbagai informasi dan ide kepada khalayak, dan sebagai interlocutor.
Admin,
2012,
Pelaksana
Tugas
Sehari-hari
Pusat
Penerangan

Hukum
Kejaksaan
RI,
https://www.kejaksaan.go.id/unit_kejaksaan.php?idu=29. Puspenkum bertugas menyiapkan materi dan sarana
publikasi berbagai masalah yang menyangkut kegiatan kejaksaan untuk kepentingan pemberitaan dan memiliki
visi tersedianya informasi yang selaras dan berkesinambungan serta bermanfaat bagi penegakan hukum dan rasa
keadilan masyarakat, diakses 11 September 2015.
Bahtiar Rifai, dkk, 2015, Fokus: Zigzag Berbahaya Dahlan, Majalah digital detik edisi 187 (29 Juni-05 Juli
2015), Jakarta, hlm.67.

2

pemeriksaan.12 Menanggapi hal tersebut, Puspenkum seharusnya memberikan klarifikasi
ataupun informasi terkait perkembangan penanganan perkara mobil listrik, namun berita
terbaru yang dimuat di situs Puspenkum hanya mengenai pelantikan Kapuspenkum baru dan
untuk siaran pers, informasi terakhir yang dimuat hanya perkembangan penyidikan perkara
tipikor di Kabupaten Tebo tertanggal 26 Juni 2015 (tidak update).13
Sebenarnya tersedia banyak pilihan komunikasi melalui media massa guna
mengoptimalkan peran Puspenkum, seperti membuat pers rilis teraktual di situs Puspenkum
dan atau membuat tulisan di media cetak. Tulisan yang diangkat dapat mengenai kewajiban

hukum (Legal obligation) memenuhi panggilan saksi14 dan mekanisme proses hukum
(penyidikan) dalam menetapkan tersangka telah memenuhi minimal dua alat bukti guna
menghindari permohonan praperadilan penetapan tersangka. Tujuannya agar masyarakat
mendapatkan informasi yang berimbang dan memberikan edukasi terhadap suatu peristiwa
hukum serta merespon tindakan “mangkir” seorang saksi. Selain itu, juga untuk
menghilangkan anggapan sebagian masyarakat bahwa sangkaan tidak berdasar apalagi
sampai bermuatan politis,15 sehingga masyarakat percaya kepada proses hukum yang
dilakukan Kejaksaan telah obyektif, transparan dan akuntabel.
Penanganan perkara pengadaan mobil listrik hanya salah satu isu (permasalahan) yang
menarik untuk ditanggapi, karena masih ada bidang-bidang lainnya di Kejaksaan, seperti
Tindak Pidana Umum, Perdata dan Tata Usaha Negara, dan Intelijen yang perlu juga untuk
dipublikasikan kinerjanya oleh Puspenkum agar membangun citra positif guna meningkatkan
kepercayaan dan mendekatkan Kejaksaan dengan masyarakat. Ditambah lagi sejak keluarnya
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 Tentang Keterbukaan informasi publik, hak
memperoleh informasi merupakan hak asasi manusia untuk mewujudkan penyelenggaraan
negara yang baik. Hal ini tentu merupakan momentum untuk mengoptimalkan peran
Puspenkum melalui media massa dalam rangka meningkatkan kinerja bela anak bangsa.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas penulis membuat rumusan masalah bagaimana
mengoptimalkan peran Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Republik Indonesia melalui

media massa dalam rangka meningkatkan kinerja bela anak bangsa.

12

13
14

15

Akun Facebook Ricky Elson, tulisan diposting tanggal 03 September 2015 dengan judul Sebegitukah mereka
merindukan saya?...“mohon jemput saya,kapan lagi saya bisa naik mobil pribadi dari ciheras ke rumahnya
manusia agung negeri ini. Dengan syarat, dijemput dan diantar lagi. ..dst...dan kalau bisa tanggung jawab
ngasih pakan ikan-ikan saya, kuliah pada adik-adik saya, mandorin pembangunan kandang kambing saya
mandikan kucing-kucing saya digantiin sama pegawainya lembaga agung ini dulu”, diakses 09 September 2015.
Admin, 2015, https://www.kejaksaan.go.id/siaranpers.php, diakses 10 September 2015.
M. Yahya Harahap, 2012, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Penyidikan dan Penuntutan,
Sinar Grafika, Jakarta, hlm.129. Lihat juga Pasal 112 KUHAP.
Eko Priliawito dan Feri Simanungkalit, 2015, Yusril Tuding ada Motif Politik di Kasus Mobil Listrik,
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/639414-yusril-tuding-ada-motif-politik-di-kasus-mobil-listrik, diakses
09 September 2015.


3

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Optimalisasi Peran Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Republik Indonesia Melalui
Media Massa dalam Rangka Meningkatkan Kinerja Bela Anak Bangsa
Penilaian kinerja merupakan suatu kegiatan yang digunakan sebagai ukuran
keberhasilan organisasi dalam mencapai misinya. Pada organisasi pelayanan publik,
informasi mengenai kinerja tentu sangat berguna untuk menilai seberapa jauh jenis
pelayanan yang diberikan oleh organisasi itu memenuhi harapan dan memuaskan pengguna
jasa, dalam hal ini masyarakat. Dengan melakukan penilaian terhadap kinerja, maka upaya
untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja penting untuk menciptakan tekanan bagi
para pejabat penyelenggara untuk melakukan perubahan (inovasi) dalam organisasi.16
Hasil survey tahun 2012 mengenai persepsi masyarakat terhadap kinerja Kejaksaan
dalam pelaksanaan tupoksi, dinyatakan masih perlu dilakukan perbaikan, khususnya yang
berkaitan dengan akses informasi publik dan kejelasan tentang cara mendapatkan informasi
penanganan perkara. Langkah ini perlu dilakukan mengingat responden menilai prosedur
pelayanan di Kejaksaan tidak mudah (39,74 %) dan kualitas pelayanan tidak jelas (26,93
%).17 Oleh karena itu, perlu optimalisasi peran Puspenkum melalui media massa guna
memberikan akses informasi kepada publik (masyarakat) dengan cara sebagai berikut:
1. Media Online (Media Sosial)
Media online (digital media) adalah media yang tersaji secara online dan hanya bisa
diakses melalui internet. Isinya berupa teks, foto, video, dan suara. 18 Media online dapat
menunjang efektifitas dan efisiensi operasional suatu instansi Pemerintahan sebagai sarana
publikasi dan komunikasi interaktif dengan masyarakat. Asosiasi Pengelola Jasa Internet di
Indonesia (APJII) pada akhir 2014 mencatat pengguna internet di Indonesia mencapai 88,1
juta orang. Peningkatan tersebut karena semakin populernya media sosial seperti Facebook
(FB), Twitter, dsb. Survei APJJI bekerjasama dengan PusaKaKom UI menunjukkan dari
7.000 pengguna internet di berbagai provinsi, sebanyak 87,4 % mengaku gemar mengakses
media sosial. Dalam catatan The Wall Street Journal, jumlah pengguna FB di Indonesia
sampai bulan Juni 2014 mencapai 69 juta anggota.19 Berdasarkan hasil survey tersebut,
maka optimalisasi peran Puspenkum salah satunya dapat dilakukan melalui media sosial.
Media sosial sejauh ini masih belum dijadikan perhatian oleh Pimpinan di Kejaksaan,
khususnya bidang Puspenkum. Kejaksaan masih mengandalkan situs resmi unit Puspenkum

16

17

18

19

Agus Dwiyanto, dkk, 2012, Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia, Gadjah Mada University press, Yogyakarta,
hlm.47.
Surat Nomor : B-271/C.2/Cr.4/11/2012 tanggal 13 November 2012 yang dikeluarkan oleh Kepala Biro
Perencanaan Selaku Sekretaris Tim Pengarah Reformasi Birokrasi Kejaksaan RI, Fery Wibisono, perihal Hasil
Survey Tahun 2012 Persepsi Masyarakat Terhadap Kinerja Kejaksaan dalam Penanganan Perkara, pada angka 4
dinyatakan perlu dilakukan perbaikan di berbagai sektor untuk mencapai standar pelayanan terbaik (diatas 90%),
M.Romli, Asep Syamsul, 2012, Jurnalistik Online: Panduan Praktis Mengelola Media Online, Nuansa
Cendekia, Bandung, hlm. 34.
Susatyo Dwi Prihadi, 2015, Berapa Jumlah Pengguna Facebook dan Twitter di Indoesia,
http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20150327061134-185-42245/berapa-jumlah-pengguna-facebook-dantwitter-di-indonesia/, diakses 11 September 2015.

4

dan situs resmi Kejaksaan Tinggi / Kejaksaan Negeri di seluruh Indoneisa untuk melakukan
pemberitaan dan publikasi. Kekurangannya adalah tidak semua Kejati dan Kejari memiliki
situs resmi, tampilan situs kurang menarik, tidak ada mesin pencarian informasi, dan tidak
update (tidak aktual) mengikuti perkembangan penanganan perkara. Lalu yang juga perlu
dijadikan perhatian oleh situs resmi Puspenkum, Kejati, dan Kejari adalah masih belum
memberikan ruang atau forum untuk menjalin komunikasi interaktif dengan masyarakat.
Berbeda dengan di Kepolisian, pada tahun 2013 Wakapolri saat itu Nanan Sukarna
menyatakan pentingnya peran media sosial kepada seluruh anggota Polri. Para anggota
diminta untuk ‘membanjiri’ media sosial dengan hal positif, seperti membuat klip polisi
baik dan rekam pekerjaan polisi sebagai pengayom, pelindung, pelayan masyarakat, lalu
disebar lewat media sosial.20 Hal ini lalu ditindaklanjuti dengan munculnya akun Facebook
(Pages) Divisi Humas Mabes Polri yang dikelola secara resmi oleh Biro Pusat Informasi
dan Data Divisi Humas Mabes Polri. Banyak informasi positif yang diposting dalam akun
tersebut, seperti Bhabinkamtibmas Desa Siliwung melaksanakan pembinaan waspada
terhadap pencurian dan pemasangan banner di Dusun Siliwung Utara agar. Akun FB Divisi
Humas Mabes Polri saat ini memiliki teman (anggota) lebih dari 304.360 orang. 21
Kejaksaan sebenarnya memiliki akun di media sosial (FB) dengan nama The
Prosecutor’s Alliance (TPA) yang mempunyai teman (anggota) sebanyak lebih kurang
6.000 orang. Namun sayangnya, TPA merupakan grup tertutup (closed grup) yang hanya
boleh diisi para Jaksa dan pegawai Kejaksaan (intern), sehingga tidak memberikan ruang
bagi masyarakat untuk bergabung dan berkomunikasi secara interaktif. 22 Padahal grup ini
mempunyai pengaruh cukup besar ke luar dan pernah masuk ke dalam surat kabar nasional,
yaitu Kompas terkait kegiatan para jaksa menuntut kepada presiden perbaikan tunjangan
fungsional. Perjuangan melalui media sosial ini berhasil, karena selang beberapa bulan
Presiden SBY langsung merespon dan mengeluarkan Perpres No.117 tahun 2014 tanggal 17
September 2014 tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Jaksa.23
Dengan potensi masyarakat pengguna media sosial yang cukup besar, seharusnya
Puspenkum memanfaatkan peluang ini dengan membuat akun di media sosial, baik di FB,
Twitter, dan sejenisnya atau mendorong TPA yang sudah lebih dulu eksis menjadi grup
terbuka agar dapat berinteraksi dengan masyarakat. Melalui media sosial diharapkan dapat
membangun citra positif Kejaksaan agar dekat dengan masyarakat melalui cara :
a) Mempublikasikan peningkatan kinerja Kejaksaan di seluruh Indonesia terkait
pelaksanaan tupoksi, seperti Kejari Cibadak luncurkan mobil pengiriman barang bukti
antar langsung kepada pemilik yang berhak sesuai putusan pengadilan yang berkekuatan
20

21

22

23

Dedy Priatmojo, Dwifantya Aquina, 2013, Wakapolri Minta Anggotanya Eksis di Media Sosial,
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/407019-wakapolri-minta-anggotanya-eksis-di-media-sosial, diakses 11
September 2015.
Akun Facebook Divisi Humas Mabes Polri, Peduli Desaku, diposting 12 September 2015, diakses 12
September 2015.
Akun Grup The Prosecutor’s Alliance, https://www.facebook.com/groups/55037480357/?fref=ts, diakses 13
September 2015.
Admin, 2014, Tunjangan Fungsional Jaksa Naik 300 %, http://setagu.net/tunjangan-fungsional-jaksa-naik300/, diakses 13 September 2015.

5

hukum tetap.24 Lalu ada inovasi Sistem tilang online di Kejari Sleman untuk
mengantisipasi penyimpangan dan sebagai bentuk transparansi bagi masyarakat.25
b) Membahas permasalahan hukum teraktual.
c) Membuka forum konsultasi hukum dengan masyarakat seperti yang ada di dalam
http://www.hukumonline.com/klinik. Meskipun Kejaksaan sudah memiliki Pos
Pelayanan Hukum dan Penerimaan Pengaduan yang sifatnya gratis di seluruh Indonesia,
namun keberadaannya belum dimanfaatkan masyarakat secara maksimal. Alasannya
mulai dari petugas yang kadang tidak berada di tempat, kekhawatiran masyarakat akan
prosedur yang rumit dan biaya mahal, serta jarak yang jauh dengan Kejari setempat.
Oleh sebab itu, kehadiran Puspenkum di media sosial selain untuk publikasi peningkatan
kinerja dan sarana edukasi, juga memudahkan masyarakat berinteraksi dengan Kejaksaan
serta menghilangkan kekhawatiran tidak adanya petugas jaga, prosedur dan biaya yang
tidak jelas, dan jarak yang jauh antara rumah dengan kantor Kejaksaan setempat, sehingga
lebih efektif (tidak perlu hadir secara fisik) dan efisien (biaya murah).
2. Media Cetak
Menulis di media cetak seperti surat kabar (koran), majalah, dan sejenisnya, harus
memiliki kemampuan berbahasa yang baik dan benar sesuai EYD supaya pesan atau
informasi yang disampaikan dapat ditangkap maknanya oleh pembaca dari segala golongan
tanpa membuka peluang multitafsir, selain itu diperlukan juga sumber informasi yang valid
berdasarkan data dan fakta yang dapat dipertanggungjawabkan. Jaksa sebagai penegak
hukum yang notabene merupakan ahli hukum (minimal lulusan Strata 1 Fakultas Hukum),
idealnya juga mempunyai kemampuan untuk menulis di media cetak.
Sejauh ini para Jaksa hanya menulis di majalah yang terbit secara internal, seperti
Prosesekutor, Warta badiklat, dsb. Jumlah yang menulis pun masih sedikit. Padahal banyak
Jaksa yang mempunyai keinginan dan kemampuan untuk menulis di media cetak yang
diterbitkan di luar Kejaksaan. Salah satu alasannya karena surat No. B-778/D/L.2/04/2008
melarang jaksa menuliskan opini lewat media massa tanpa izin Jaksa Agung. Maksud dari
surat tersebut adalah untuk menghindari kemungkinan timbulnya hal-hal yang bertentangan
dengan kebijakan pimpinan Kejaksaan dan merusak citra Kejaksaan, tetapi di sisi lain
justru menghambat produktifitas seorang Jaksa dalam menuangkan sebuah ide (pemikiran)
yang kritis dalam pembangunan hukum di Indonesia yang dijamin oleh UUD 1945 Pasal 28
F yang memberikan perlindungan kepada setiap orang untuk menyampaikan informasi
dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.26
Selain itu, berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik (UU KIP) yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Jaksa Agung Republik
Indonesia (PERJA) Nomor: PER-032/A/JA/08/2010 tentang Pelayanan Informasi Publik di
24

25

26

Budiyanto, 2015, Kejari Cibadak Luncurkan si Antar Mobil Pengiriman Barang Bukti, http://inilahkoran.com/?
scr=03&ID=46705&selectLanguage=1, diakses 30 Agustus 2015.
Priyo
Setiawan,
2015,
Sleman
Terapkan
Tilang
Online,
http://www.koransindo.com/read/1025859/151/sleman-terapkan-tilang-online-1437707387, diakses 13 September 2015.
RFQ,
2009,
Jaksa
Tidak
Boleh
Sembarang
Menulis
Opini
di
Media,
http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol21353/jaksa-tidak-boleh-sembarang-menulis-opini-di-media,
diakses 13 September 2015.

6

Kejaksaan Republik indonesia, pada Pasal 15 dinyatakan27: “Kejaksaan bisa melakukan
pemberitaan melalui media massa terhadap semua hal yang berhubungan dengan tugas
dan wewenang Kejaksaan Republik Indonesia dalam wilayah hukumnya. Sepanjang tidak
termasuk ke dalam informasi publik yang dikecualikan atau dirahasiakan”. Berdasarkan
Pasal 16 yang dikecualikan atau dirahasiakan, meliputi:
1. Informasi Publik yang apabila dibuka atau diberikan kepada pemohon dapat
menghambat proses penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan suatu tindak pidana,
antara lain:
a. Berita Acara Pemeriksaan sebelum dibacakan dalam persidangan yang bersifat
terbuka;
b. Surat Dakwaan sebelum dibacakan dalam persidangan yang bersifat terbuka;
c. Surat Tuntutan sebelum dibacakan dalam persidangan yang bersifat terbuka;
d. Rekam medik tahanan;
e. Barang bukti dan tempat penyimpanannya;
f. Tempat, waktu, petugas, dan pelaksana eksekusi hukuman mati;
g. Dst;
2. Informasi Publik yang apabila dibuka atau diberikan kepada pemohon dapat
mengungkapkan identitas informan, pelapor, saksi, dan/atau korban yang mengetahui
adanya tindak pidana;
3. Dst.
Dengan demikian, selain bertentangan dengan konstitusi, larangan menuliskan opini di
media massa pada rezim keterbukaan informasi publik seperti saat ini sudah tidak relevan.
Karena batasannya diatur dengan jelas di dalam UU KIP dan PERJA No: PER032/A/JA/08/2010, sehingga seorang Jaksa tidak perlu ragu dan khawatir membuat tulisan
di media cetak sepanjang bukan informasi publik yang dikecualikan atau dirahasiakan.
Berdasarkan Peraturan Jaksa Agung No. 001/A/JA/01/2008, pejabat yang punya
kewenangan melakukan pemberitaan melalui media massa sudah ditentukan, yaitu di
lingkungan Kejaksaan Agung, hanya dimiliki Jaksa Agung, Wakil Jaksa Agung, dan
Kapuspenkum. Di lingkungan Kejaksaan Tinggi, dimiliki Kajati, Wakajati, para Asisten,
dan Kasi Penkum dan Humas. Pada tingkat Kejaksaan Negeri hanya dimiliki oleh Kajari,
dan di level Cabang hanya dimiliki oleh Kepala Cabang Kejaksaan Negeri.
Oleh karena itu, disinilah pentingnya peran Puspenkum sebagai filter dalam menyeleksi
tulisan yang akan dimuat di media cetak. Selain itu, Puspenkum dituntut juga untuk aktif
membuat tulisan dan mendorong para Jaksa di seluruh Indonesia untuk produktif menulis di
media cetak. Tulisan yang diangkat dapat berupa pendapat mengenai permasalahan atau isu
hukum teraktual, seperti tulisan Jaksa Reda Mantovani di majalah Gatra tanggal 08
September 2015 dengan judul “KPK perlu memperkuat Kepolisian dan Kejaksaan”.28
Peluang lain yang juga bisa dimanfaatkan dalam rangka optimalisasi peran Puspenkum
melalui media massa adalah hubungan yang baik antara Jaksa Agung H.M Prasetyo dengan
Surya Paloh. Dalam sebuah kesempatan, Jaksa Agung pernah menjelaskan latar
27

28

Lihat Pasal 15 dan 16 PERJA No: PER-032/A/JA/08/2010 tentang Pelayanan Informasi Publik di Kejaksaan
Republik Indonesia.
Reda Mantovani, 2015, KPK perlu memperkuat Kepolisian dan Kejaksaan, http://www.gatra.com/kolom-danwawancara/164047-kpk-perkuat-kepolisian-kejaksaan, diakses 13 September 2015.

7

belakangnya sebagai politisi dari Partai Nasional Demokrat (Nasdem).29 Hal ini tentu dapat
memberikan keuntungan bagi Kejaksaan karena Surya Paloh selaku Ketua Umum Partai
Nasdem merupakan Pimpinan Media Grup yang memiliki surat kabar Media Indonesia, 30
dengan oplah sebanyak 250.000 eksemplar (Source: AGB Nielsen Media Research tahun
2008) dan peringkat pembaca usia produktif nomor 2 di Indonesia sebanyak 131.000
orang.31 Relasi yang baik ini perlu dijalin oleh Puspenkum dengan secara rutin atau berkala
mengirimkan tulisan ke Media Indonesia terkait perkembangan isu hukum teraktual dengan
tetap mengedepankan independensi, obyektifitas dan profesionalisme sesuai motto Media
Indonesia, yaitu “Jujur Bersuara”. Selain itu, dapat juga digunakan sebagai sarana untuk
mempublikasikan prestasi atau peningkatan kinerja Kejaksaan, antara lain: 32
1. Pada tahun 2014 Kejaksaan telah berhasil menunjukkan peningkatan pemberantasan
tindak pidana korupsi. Sebanyak 1756 perkara dan keuangan negara yang berhasil
diselamatkan sebesar Rp. 274.844.840.686,- dan US$ 8.100.000.
2. Selama kurun waktu 2010-2013 (3 tahun) dari estimasi PNBP sebesar
Rp.341.102.473.286,-, Kejaksaan berhasil memasukkan pendapatan ke kas negara
sebesar Rp.1.912.390.150.203,-, atau rata-rata mencapai 655,36 % dari target setiap
tahunnya. Sampai bulan Juni 2014 PNBP kejaksaan dari target Rp. 73.128.165.000,telah terealisasi sebesar Rp. 1.887.034.243.393,-.33 Bandingkan dengan penyelamatan
kerugian keuangan negara oleh KPK (kewenangan dan anggaran yang begitu besar)
sepanjang tahun 2004 s/d 2014 (10 tahun) dalam kelompok PNBP yang sudah disetor ke
kas negara hanya sebesar Rp.1,25 triliun.34 Lalu pada tahun 2014 Kejaksaan juga
berhasil melaksanakan eksekusi pengembalian kerugian keuangan negara dalam perkara
perpajakan PT. Asian Agri Group sebesar Rp. 2.519.955.391.304,-.35
3. Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara melalui Jaksa Pengacara Negara, dalam upaya
penyelamatan dan pemulihan keuangan negara di tahun 2014, telah berhasil
diselamatkan sebesar Rp. 495.729.718.503 dan yang dipulihkan sebesar Rp.
278.409.157.946,08, dan US$ 56.252,03.
4. Bidang Intelijen, dalam upaya mengejar dan menangkap para pelaku tindak pidana
dengan memanfaatkan Adhyaksa Monitoring Center (AMC) pada tahun 2014 berhasil
ditangkap dan dieksekusi 80 orang (28 tersangka, 5 terdakwa dan 47 terpidana), dengan
DPO tindak pidana khusus 52 orang dan tindak pidana umum 28 orang.36
Publikasi mengenai prestasi atau peningkatan kinerja Kejaksaan di media cetak terkait
29

30

31

32

33

34
35
36

Hardani Triyoga, 2015, Jaksa Agung Tegaskan Tak Ada Kompromi Untuk Jaksa Nakal,
http://news.detik.com/berita/3012054/jaksa-agung-tegaskan-tak-ada-kompromi-untuk-oknum-jaksa-nakal,
diakses 13 September 2015.
Riri Nhuri, 2015, Biografi Surya Paloh, http://www.biografiku.com/2012/03/biografi-surya-paloh.html,
diakses 13 September 2015. Lihat juga https://id.wikipedia.org/wiki/Surya_Paloh.
Admin, 2013, http://blog.doremindo.com/tag/oplah, diakses 13 September 2015.
Lihat Amanat Jaksa Republik Indonesia Pada Peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia Tahun 2014 pada hari
Selasa tanggal 9 Desember 2014, hlm. 2-3.
Lihat Amanat Jaksa Agung RI Pada Peringatan Hari Bhakti Adhyaksa ke-54 Pada Tanggal 22 Juli 2014,
hlm.4.
http://www.portalkbr.com/berita/nasional/3343518_5486.html, diakses 30 Desember 2014.
Lihat Amanat Jaksa Agung RI...Op.cit., hlm.5.
Lihat Amanat Jaksa Agung Pada Peringatan Hari Anti Korupsi...Op.cit., hlm.3.

8

dengan pelaksanaan tupoksi memiliki tujuan agar menaikan citra positif Kejaksaan guna
memperoleh kepercayaan publik dan semakin mendekatkan Kejaksaan dengan masyarakat.
3. Media Elektronik
Penguasa atau Pemerintah memberikan pengaruh besar kepada isi pesan media.
Kekuatan media dalam membentuk agenda publik sebagian tergantung pada hubungan
media bersangkutan dengan pusat kekuasaan. Jika media memiliki hubungan yang dekat
dengan elite di Pemerintahan, maka kelompok tersebut akan mempengaruhi apa yang harus
disampaikan oleh media.37 Sebagai contoh adalah acara atau tayangan (show) di stasiun
NET. TV, yaitu Acara 86 yang ditayangkan setiap hari pukul 21.00 Wib. Isi (content) acara
tersebut memperlihatkan pekerjaan Polisi Indonesia mulai dari kegiatan yang ringan,
seperti mendisiplinkan pengguna lalu lintas, sampai kasus berat yang dikemas seolah-olah
penonton turut menyaksikan kejadian yang sesungguhnya terjadi serta melihat kehidupan
pribadi Polisi sebagai manusia biasa dan kedekatan mereka dengan keluarganya. 38
Kepolisian dengan sangat baik menggunakan acara 86 untuk melakukan pencitraan sosok
Polisi yang ideal sebagai pengayom, pelindung, dan pelayan masyarakat.
Berbeda dengan Kejaksaan yang belum melihat televisi sebagai sarana untuk
mempublikasikan pelaksanaan tupoksi sehari-hari. Kejaksaan melalui Puspenkum
sebenarnya memiliki kesempatan untuk membuat acara serupa dengan 86, bahkan bisa
lebih besar dan hebat lagi, melalui kedekatan media dengan elite Pemerintahan, dalam hal
ini antara Jaksa Agung dengan Surya Paloh yang juga memiliki stasiun televisi Metro TV
(selain harian Media Indonesia) yang telah mengudara sejak 1 April 2001 dan memiliki
jangkauan siaran yang lebih luas39 dibandingkan dengan Net TV yang masih terbatas.
Puspenkum dapat menjalin kerjasama dengan Metro TV guna menyiarkan kegiatankegiatan positif terkait pelaksanaan tupoksi Kejaksaan, seperti Kejari Cibadak yang
meluncurkan mobil pengantar barang bukti dan inovasi Kejari Sleman dengan sistem tilang
online. Lalu bisa juga menyiarkan kegiatan lain di luar tupoksi yang bersentuhan langsung
dengan masyarakat (kegiatan sosial) seperti Kejati Daerah Istimewa Yogyakarta bantu air
bersih warga Gunungkidul yang sedang dilanda kekeringan40 serta kegiatan pribadi dari
para Jaksa yang bertugas di daerah terpencil atau perbatasan dengan segala keterbatasan
dan pengorbanan yang begitu besar menjalankan tugas sebagai penegak hukum.
Optimalisasi peran Puspenkum melalui media elektronik, dalam hal ini televisi
diharapkan mampu mempublikasikan prestasi atau peningkatan kinerja Kejaksaan dalam
pelaksanaan tupoksi maupun di luar tupoksi supaya membangun citra positif Kejaksaan guna
memperoleh kepercayaan publik dan mendekatkan Kejaksaan dengan masyarakat.
BAB III
37

38
39
40

Morissan, M.A., 2008, Edisi Revisi Manajemen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio & Televisi,
Kencana Prenadamedia Group, hlm.250.
Admin, http://www.netmedia.co.id/program/408/86, diakses 14 September 2015.
Admin, https://id.wikipedia.org/wiki/MetroTV, diakses 14 September 2015.
Uli
Febriarni,
2015,
Kejati
DIY
Bantu
Air
Bersih
Warga
Gunungkidul,
http://harianjogja.bisnis.com/read/20150903/1/3832/kejati-diy-bantu-air-bersih-warga-gunungkidul, diakses 14
September 2015.

9

PENUTUP
A. Kesimpulan
Optimalisasi peran pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Republik Indonesia melalui
Media massa dalam rangka meningkatkan kinerja bela anak bangsa dapat dilakukan melalui:
1. Media sosial, seperti Facebook, Twitter, dsb. Puspenkum selain mengandalkan situs resmi
milik Kejaksaan, dapat juga menggunakan media sosial untuk mempublikasikan
peningkatan kinerja, membahas isu hukum teraktual sebagai sarana edukasi bagi
masyarakat, dan membuka forum konsultasi hukum agar terjalin komunikasi interaktif
dengan masyarakat.
2. Media cetak, seperti koran, majalah, dsb. Sejauh ini masih sedikit Jaksa yang menulis di
media cetak yang diterbitkan di luar Kejaksaan. Salah satu alasannya karena surat No. B778/D/L.2/04/2008 melarang jaksa menuliskan opini lewat media massa tanpa izin Jaksa
Agung. Padahal surat tersebut bertentangan dengan konstitusi dan sudah tidak relevan lagi
dalam rezim keterbukaan informasi publik. Disinilah pentingnya peran Puspenkum
sebagai filter dalam menyeleksi tulisan yang akan dimuat di media cetak dan turut aktif
membuat tulisan serta mendorong para Jaksa untuk produktif menulis di media cetak.
Tulisan yang diangkat dapat mengenai isu hukum teraktual maupun peningkatan kinerja
di berbagai bidang seperti Pidum, Pidsus, Intelijen dan Datun.
3. Media Elektronik, dalam hal ini Televisi. Puspenkum dapat membuat acara atau tayangan
di TV yang menyiarkan kegiatan-kegiatan positif terkait pelaksanaan tupoksi Kejaksaan,
seperti Kejari Cibadak yang meluncurkan mobil pengantar barang bukti. Lalu bisa juga
menyiarkan kegiatan lain di luar tupoksi yang bersentuhan langsung dengan masyarakat.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis memberikan beberapa saran agar optimalisasi
peran Puspenkum melalui Media massa dalam rangka meningkatkan kinerja bela anak
bangsa agar dapat berjalan secara maksimal, yaitu:
1. Agar Puspenkum mempersiapakan media sosial yang akan digunakan, mulai dari
Facebook, Twitter, dsb. Lalu ditunjuk admin yang berkompeten dan bertanggung jawab
mengelola media sosial tersebut secara konsisten (selalu Update) dan berkesinambungan.
Selain itu, Puspenkum juga dapat mendorong TPA yang sudah eksis terlebih dahulu di
Facebook menjadi grup terbuka agar dapat berinteraksi dengan masyarakat.
2. Agar surat No. B-778/D/L.2/04/2008 yang melarang jaksa menuliskan opini lewat
media massa tanpa izin Jaksa Agung direvisi dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi
saat ini supaya tidak bertentangan dengan konstitusi dan rezim keterbukaan informasi
publik, sehingga seorang Jaksa tidak ragu dan khawatir membuat tulisan di media massa.
3. Agar Kejaksaan dalam memanfaatkan kedekatan dengan elite media sebagai sarana
publikasi dan edukasi kepada masyarakat, tetap menjunjung tinggi independensi,
obyektifitas, dan profesionalisme dalam rangka membangun citra positif Kejaksaan guna
memperoleh kepercayaan publik dan mendekatkan Kejaksaan dengan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
10

Buku
Departemen Pendidikan Kebudayaan Nasional, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa Edisi Keempat, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Dwiyanto, Agus, dkk, 2012, Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia, Gadjah Mada University
press, Yogyakarta.
Harahap, M. Yahya, 2012, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Penyidikan dan
Penuntutan, Sinar Grafika, Jakarta.
M.A, Morissan, 2008, Edisi Revisi Manajemen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio &
Televisi, Kencana Prenadamedia Group.
McQuail, Denis, 2000, Mass Communication Theories: Fourth edition, Sage Publication,
London.
Romli, M., dan Syamsul, Asep, 2012, Jurnalistik Online: Panduan Praktis Mengelola Media
Online, Nuansa Cendekia, Bandung.
Makalah
Arismunandar, Satrio, “Peran Media Massa dalam Pembentukan Karakter Bangsa”, Makalah,
Pertemuan Terbatas Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Bidang Pendidikan dan
Kebudayaan, di Kantor Wantimpres, Jakarta, 28 Februari 2012.
Artikel Majalah
Rifai, Bahtiar, dkk, “Fokus: Zigzag Berbahaya Dahlan”, Majalah digital detik edisi 187, 29 Juni05 Juli 2015.
Internet
Admin, 2012, “Pelaksana Tugas Sehari-hari Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan RI”,
https://www.kejaksaan.go.id/unit_kejaksaan.php?idu=29., diakses 11 September 2015.
Admin, 2013, http://blog.doremindo.com/tag/oplah, diakses 13 September 2015.
Admin, http://www.portalkbr.com/berita/nasional/3343518_5486.html,diakses 30 Desember 2014
Admin, http://www.netmedia.co.id/program/408/86, diakses 14 September 2015.
Admin, https://id.wikipedia.org/wiki/MetroTV, diakses 14 September 2015.
Admin, https://id.wikipedia.org/wiki/Surya_Paloh. diakses 13 September 2015
Admin, 2014, “Riwayat Jaksa Agung”, http://persatuan-jaksa- indonesia.org/view.php?
do=pji_riwayat_ja&w=inc, diakses 04 September 2015.
Admin, 2014, “Tunjangan Fungsional Jaksa Naik 300 %”, http://setagu.net/tunjanganfungsional-jaksa-naik-300/, diakses 13 September 2015.
Admin, 2015, https://www.kejaksaan.go.id/siaranpers.php, diakses 10 September 2015.
Akmaludin Akbar, 2011, “Good News is Bad News”, http://www.akmaludin.com/2011/03/goodnews-is-bad-news.html, diakses 11 September 2015.
Akun Facebook Divisi Humas Mabes Polri, diakses 12 September 2015.
Akun Facebook Grup The Prosecutor’s Alliance, diakses 13 September 2015.
Akun Facebook (pages) Ricky Elson, diakses 09 September 2015.
Budiyanto, 2015, “Kejari Cibadak Luncurkan si Antar Mobil Pengiriman Barang Bukti”,
http://inilahkoran.com/?scr=03&ID=46705&selectLanguage=1,diakses 30 Agustus 2015
Dedy Priatmojo, Dwifantya Aquina, 2013, “Wakapolri Minta Anggotanya Eksis di Media Sosial”,
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/407019-wakapolri-minta-anggotanya-eksis-di11

media-sosial, diakses 11 September 2015.
Eko Priliawito dan Feri Simanungkalit, 2015, “Yusril Tuding ada Motif Politik di Kasus Mobil
Listrik”,
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/639414-yusril-tuding-ada-motifpolitik-di-kasus-mobil-listrik, diakses 09 September 2015.
Halius Husein, 2012, “52 Oknum Jaksa diduga Terlibat Kasus Pemerasan”,
http://www.rmol.co/read/2012/11/14/85238/52-Oknum-Jaksa-Diduga-Terlibat-KasusPemerasan-, diakses 11 September 2015.
Hardani Triyoga, 2015, “Jaksa Agung Tegaskan Tak Ada Kompromi Untuk Jaksa Nakal”,
http://news.detik.com/berita/3012054/jaksa-agung-tegaskan-tak-ada-kompromi-untukoknum-jaksa-nakal, diakses 13 September 2015.
Priyo Setiawan, 2015, “Sleman Terapkan Tilang Online”,
http://www.koransindo.com/read/1025859/151/sleman-terapkan-tilang-online-1437707387, diakses 13
September 2015.
Reda Mantovani, 2015, “KPK perlu memperkuat Kepolisian dan Kejaksaan”,
http://www.gatra.com/kolom-dan-wawancara/164047-kpk-perkuat-kepolisian-kejaksaan,
diakses 13 September 2015.
Riri Nhuri, 2015, “Biografi Surya Paloh”, http://www.biografiku.com/2012/03/biografi-suryapaloh.html, diakses 13 September 2015
Susatyo Dwi Prihadi, 2015, “Berapa Jumlah Pengguna Facebook dan Twitter di Indoesia”,
http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20150327061134-185-42245/berapa-jumlahpengguna-facebook-dan-twitter-di-indonesia/, diakses 11 September 2015.
Uli Febriarni, 2015, “Kejati DIY Bantu Air Bersih Warga Gunungkidul”,
http://harianjogja.bisnis.com/read/20150903/1/3832/kejati-diy-bantu-air-bersih-wargagunungkidul, diakses 14 September 2015.
Yohan
Wahyu,
2013,
“Pencitraan
Lebih
diutamakan”,
http://nasional.kompas.com/read/2013/01/28/0314375/Pencitraan.Lebih.Diutamakan,
diakses 11 September 2015.
Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi
Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 157, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5076).
Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor: PER-032/A/JA/08/2010 Tentang Pelayanan
Informasi Publik di Kejaksaan Republik Indonesia.
Lainnya
Surat Nomor : B-271/C.2/Cr.4/11/2012 tanggal 13 November 2012 perihal Hasil Survey Tahun
2012 Persepsi Masyarakat Terhadap Kinerja Kejaksaan dalam Penanganan Perkara.
Amanat Jaksa Agung RI Pada Peringatan Hari Bhakti Adhyaksa ke-54 Tanggal 22 Juli 2014.
Amanat Jaksa Agung RI Pada Peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia Tanggal 9 Desember 2014.
Amanat Jaksa Agung RI pada Peringatan Hari Bhakti Adhyaksa ke-55 tanggal 22 juli 2015.

12