METODE BELAJAR BAGI ANAK USIA DINI

METODE BELAJAR BAHASA BAGI ANAK USIA DINI
Menurut Maria Montessori, enam tahun pertama masa anak sebagai jangka waktu yang paling
penting bagi perkembangannya. Tahun prasekolah menjadi masa anak membina kepribadian
mereka. Karenanya untuk mengembangkan minat dan potensi anak harus dilakukan pada masa awal
ini agar anak menjadi diri mereka dengan segala kelebihannya. Orangtua dan pendidik harus dapat
membantu merealisasikan potensi anak untuk menimba ilmu pengetahuan, bakat, dan kepribadian
yang utuh.
Acuan memilih metode pengajaran bahasa untuk anak usia 0-6 tahun adalah melibatkan anak dalam
kegiatan belajar. Ketika di sekolah anak diajak memilih materi yang ingin dieksplorasi. Dengan begitu
anak mendapat inspirasi dan belajar mengambil keputusan sendiri.
Terdapat beberapa metode pengajaran yang disesuaikan dengan tahap usia anak:
Usia 0-3 tahun: anak dapat mengikuti kegiatan di sekolah taman bermain. Apapun metodenya, yang
harus diperhatikan ialah hubungan komunikasi guru dengan anak, bagaimana cara guru itu
berkomunikasi. Ketika mengajar, sebaiknya guru tidak mendominasi kegiatan anak.
Usia 5 tahun: berikan kegiatan yang dapat memberi kesempatan pada anak mengobservasi sesuatu.
Sebaiknya pendidik tidak melulu mencontohkan lalu anak mengikuti. Tapi, biarkan anak mencobacoba, misal anak menggambar bunga dengan warna hijau, kuning atau biru. Pendidik dapat
memberikan kosakata baru pada anak dan membiarkan mereka merangkai kalimat.
Usia 6-12 tahun: perbanyak melatih kemampuan anak bercerita dan mempresentasikan apa yang
mereka ketahui. Metode belajar ditekankan pada bagaimana anak berpikir kreatif, misalnya ketika
menjelaskan suatu hal atau benda. Salah satunya dengan metode main maping, yaitu membuat
jaringan topik. Misal, minta anak menjelaskan konsep meja dan biarkan anak memaparkan satu

persatu pengetahuannya tentang meja mulai dari berbagai bentuk, fungsi sampai jumlah
penyangganya.
Proses belajar-mengajar yang baik adalah jika anak berinteraksi dengan pendidik, yaitu orangtua dan
guru. Maka pendidik harus pandai menciptakan situasi yang nyaman, membangkitkan semangat
belajar, dan anak antusias belajar dengan memberikan metode pengajaran yang tepat. Jika tipe
belajar anak lebih aktif melalui alat pendengarannya (auditif ), maka anak diajarkan dengan
mendengarkan kaset yang diselingi dengan menunjukkan gambarnya (demonstrasi), atau dapat juga
dengan memutarkan video agar anak dapat melihat (visual) dengan jelas apa yang terjadi. Dengan
demikian, tujuan pembelajaran akan lebih mudah tercapai.

Beberapa Metode Belajar Anak
1. Metode Global (Ganze Method)
Anak belajar membuat suatu kesimpulan dengan kalimatnya sendiri. Contohnya, ketika membaca
buku, minta anak menceritakan kembali dengan rangkaian katanya sendiri. Sehingga informasi yang
anak peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diserap lebih lama. Anak juga terlatih berpikir
kreatif dan berinisiatif.

2. Metode Percobaan (Experimental method)
Metode pengajaran yang mendorong dan memberi kesempatan anak melakukan percobaan sendiri.
Menurut Maryam, staf pengajar di Sekolah Alam Ciganjur, Jakarta Selatan, terdapat tiga tahapan yang

dilakukan anak untuk memudahkan masuknya informasi, yaitu mendengar, menulis atau
menggambar lalu melihat dan melakukan percobaan sendiri. Misalnya, anak belajar tentang tanaman
pisang, pendidik tak hanya menjelaskan tentang pisang tapi juga mengajak anak ke kebun untuk
mengeksplorasi tanaman pisang. Dengan belajar dari alam, anak dapat mengamati sesuatu secara
konkret. Kegiatan ini dapat dilakukan mulai umur empat sampai 12 tahun.
3. Metode Resitasi (Recitation Method)
Berdasarkan pengamatan sendiri, minta anak membuat resume. Maryam menambahkan, pada usia
4-12 tahun merupakan masa kritis anak yang selalu menanyakan, Mengapa begini dan begitu?.
Misalnya anak bertanya, Mengapa pohon dapat berbuah? Libatkan anak untuk mengamati proses
pembiakan lalu minta anak menyimpulkannya sendiri.

4. Metode Latihan Keterampilan (Drill Method)
Kegiatan yang mewakili metode ini sering Anda lakukan bersama si kecil, yaitu membuat prakarya
(artwork). Sekolah Learning Vision menggunakan metode ini untuk mendorong anak belajar
menjalani proses ketika membuat patung dari lilin atau karya tiga dimensi lainnya. Selain melatih
kemampuan motoriknya, seperti menulis, menggambar, menghias dan menggunakan alat-alat. Anda
juga dapat mengajarkan anak berhitung secara konkret.
5. Metode Pemecahan Masalah (Problem solving Method)
Berikan soal-soal yang tingkat kesulitannya dapat disesuaikan dengan kemampuan anak. Lalu ajak
anak mencari solusinya bersama-sama.

6. Metode Perancangan (Project Method )
Kegiatan yang mengajak anak merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian. Salah
satu sekolah yang menggunakan metode ini adalah Tutor Time. Pola pikir anak menjadi lebih
berkembang dalam memecahkan suatu masalah serta membiasakannya menerapkan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan yang dimiliki.
7. Metode Bagian (Teileren Method)
Metode pengajaran ini mengaitkan sebagian-sebagian petunjuk yang mengarah pada sesuatu,
seperti potongan puzzle yang digabungkan satu persatu.

PERKEMBANGAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI (USIA 4 – 6 TAHUN)
Dalam berkomunikasi, bahasa merupakan alat yang penting bagi setiap orang. Melalui berbahasa
seseorang atau anak akan dapat mengembangkan kemampuan bergaul (social skill) dan
berkomunikasi dengan orang lain. Anak dapat mengekspresikan pikirannya menggunakan bahasa
sehingga orang lain dapat menangkap apa yang dipikirkan oleh anak. Komunikasi antar anak dapat
terjalin dengan baik dengan bahasa sehingga anak dapat membangun hubungan sehingga tidak
mengherankan bahwa bahasa dianggap sebagai salah satu indikator kesuksesan seorang anak. Anak
yang dianggap banyak berbicara, kadang merupakan cerminan anak yang cerdas.
Bahasa mencakup komunikasi verbal dan komunikasi non verbal serta dapat dipelajari secara
teratur tergantung pada kematangan serta kesempatan belajar yang dimiliki seseorang. Anak akan
dapat mengembangkan kemampuannya dalam bidang pengucapan bunyi, menulis, dan membaca

yang sangat mendukung kemampuan keaksaraan di tingkat yang lebih tinggi.
Implementasi pengembangan bahasa pada anak tidak terlepas dari berbagai teori yang dikemukakan
para ahli. Pemahaman akan berbagai teori dalam pengembangan bahasa dapat mempengaruhi
dalam menerapkan metoda yang tepat bagi implementasi terhadap pengembangan bahasa anak itu
sendiri sehingga diharapkan pendidik mampu mencari dan membuat bahan pengajaran yang sesuai
dengan tingkat usia anak.
Ada beberapa teori yang merupakan implementasi berbahasa ,antara lain:
1) Teori behaviorist oleh Skinner, mendefinisikan bahwa pembelajaran dipengaruhi oleh perilaku
yang dibentuk oleh lingkungan eksternalnya, artinya pengetahuan merupakan hasil dari interaksi
dengan lingkungannya melalui pengkondisian stimulus yang menimbulkan respon. Perubahan
lingkungan pembelajaran dapat mempengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku anak secara
bertahap. Perilaku positif jika diperkuat cenderung untuk diulangi lagi karena pemberian penguatan
secara berkala dan disesuaikan dengan kemampuan anak akan efektif untuk membentuk perilaku
anak. Latihan yang diberikan kepada anak harus dalam bentuk pertanyaan (stimulus) dan jawaban
(respon) yang dikenalkan anak melalui tahapan-tahapan, mulai dari yang sederhana sampai pada
yang lebih rumit contoh: sistem pembelajaran drilling. Anak akan memberikan respon pada setiap
pembelajaran dan dapat segera memberikan balikan. Di sini Pendidik perlu memberikan penguatan
terhadap hasil kerja anak yang baik dengan pujian atau hadiah.
2) Teori Nativist oleh Chomsky, mengutarakan bahwa bahasa sudah ada di dalam diri anak. Pada
saat seorang anak lahir, dia telah memiliki seperangkan kemampuan berbahasa yang disebut ‘Tata

Bahasa Umum” atau ‘Universal Grammar’. Meskipun pengetahuan yang ada di dalam diri anak tidak
mendapatkan banyak rangsangan, anak akan tetap dapat mempelajarinya. Anak tidak sekedar
meniru bahasa yang dia dengarkan, tapi ia juga mampu menarik kesimpulan dari pola yang ada, hal
ini karena anak memiliki sistem bahasa yang disebut Perangkat Penguasaan Bahasa (Language
Acquisition Devise/LAD). Teori ini berpengaruh pada pembelajaran bahasa dimana anak perlu
mendapatkan model pembelajaran bahasa sejak dini. Anak akan belajar bahasa dengan cepat
sebelum usia 10 tahun apalagi menyangkut bahasa kedua (second language). Lebih dari usia 10
tahun, anak akan kesulitan dalam mempelajari bahasa.

3) Teori Constructive oleh Piaget, Vigotsky dan Gardner, menyatakan bahwa perkembangan kognisi
dan bahasa dibentuk dari interaksi dengan orang lain sehingga pengetahuan, nilai dan sikap anak
akan berkembang. Anak memiliki perkembangan kognisi yang terbatas pada usia-usia tertentu, tetapi
melalui interaksi sosial anak akan mengalami peningkatan kemampuan berpikir. Pengaruhnya dalam
pembelajaran bahasa adalah anak akan dapat belajar dengan optimal jika diberikan kegiatan
sementara anak melakukan kegiatan perlu didorong untuk sering berkomunikasi. Adanya anak yang
lebih tua usianya atau orang dewasa yang mendampingi pembelajaran dan mengajak bercakap-cakap
akan menolong anak menggunakan kemampuan berbahasa yang lebih tinggi atau melejitkan potensi
kecerdasan bahasa yang sudah dimiliki anak. Oleh karena itu pendidik perlu menggunakan metode
yang interaktif, menantang anak untuk meningkatkan pembelajaran dan menggunakan bahasa yang
berkualitas.

Permainan yang dapat mendukung terciptanya rangsangan pada anak dalam berbahasa antara lain
alat peraga berupa gambar yang terdapat pada buku atau poster, mendengarkan lagu atau nyanyian,
menonton film atau mendengarkan suara kaset, membaca cerita (story reading/story telling)
ataupun mendongeng. Semua aktivitas yang dapat merangsang kemampuan anak dalam berbahasa
dapat diciptakan sendiri oleh pendidik. Pendidik dapat berimprovisasi dan mengembangkan sendiri
dengan cara menerapkannya kepada anak sesuai dengan kondisi dan lingkungannya.
Perkembangan bahasa pada anak usia dini sangat penting karena dengan bahasa sebagai dasar
kemampuan seorang anak akan dapat meningkatkan kemampuan-kemampuan yang lain. Pendidik
perlu menerapkan ide-ide yang dimilikinya untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak,
memberikan contoh penggunaan bahasa dengan benar, menstimulasi perkembangan bahasa anak
dengan berkomunikasi secara aktif. Anak terus perlu dilatih untuk berpikir dan menyelesaikan
masalah melalui bahasa yang dimilikinya. Kegiatan nyata yang diperkuat dengan komunikasi akan
terus meningkatkan kemampuan bahasa anak.
B. Perkembangan Bahasa Anak
Bahasa meliputi berbicara, menyimak,menulis dan ketrampilan membaca, bahasa memungkinkan
anak untuk menterjemahkan pengalaman mentah ke dalam symbol-simbol yang dapat digunakan
untuk berkomunikasi dan berfikir. Dengan demikian bahasa merupakan alat untuk berfikir,
mengekspresikan diri dan berkomunikasi.
Menurut Eliason (1994) perkembangan bahasa dimulai sejak bayi dan mengandalkan perannya pada
pengalaman,penguasaan dan pertumbuhan bahasa.Anak belajar bahasa sejak masa bayi sebelum

belajar berbicara mereka berkomunikasi melalui tangisan, senyuman dan gerakan badan.
Belajar bahasa sangat krusial terjadi pada usia sebelum enam tahun. Oleh karena itu pendidikan
Anak Usia Dini merupakan wahana yang sangat penting dalam mengembangkan bahasa anak
sehingga kondisi ini bisa memfasilitasi pengembangan ketrampilan berbahasa pada anak usia dini.
Anak memperoleh bahasa dari lingkungan keluarga dan lingkungan tetangga. Dengan kosa kata yang
mereka miliki pertumbuhan kosa kata anak akan tumbuh dengan cepat seperti dikemukan oleh
Sroufe(1996) pertumbuhan kosa kata anak akan lebihcepat setelah mereka mulai berbicara.
C. Tujuan Pengembangan Bahasa bagi Anak Usia Dini

Pengembangan kemampuan berbahasa bagi Anak Usia Dini bertujuan agar anak mampu
berkomunikasi secara lisan dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkunagn di
sekitar anak antara lain teman sebaya, teman bermain,orang dewasa, baik yanga da di sekolah, di
rumah, maupun dengan tetangga di sekitar tempat tinggalnya.
Kemampuan bahasa Anak Usia Dini diperoleh dan dipelajari anak secara alami untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungannya sehingga anak akan ammpu bersosialisasi, berinteraksi dan merespon
orang lain.
D. Fungsi Bahasa bagi anak
Fungsi bahasa bagi Anak Usia Dini adalah sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan
intelektual dan kemampuan dasar anak.
Secara khusus Gardner mengemukakan bahwa fungsi bahasa bagi Anak Usia Dini adalah untuk

mengembangkan ekspresi, perasaan, imajinasi, dan pikiran.
DEPDIKNAS (2000) menjelaskan fungsi pengembangan kemampuan berbahasa bagi anak Usia Dini
anatara lain:
1. Sebagai alat untuk berkomunikasi dengan lingkungan
2. Sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan intelektual anak
3. Sebagai alat untuk mengembangkan ekspresi anak
4. Sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain

Tujuan khusus komunikasi bagi anak meliputi : Bahasa reseftif, bahasa ekspresif, komunikasi
verbal,mengingat dan membedakan.
1, Bahasa Reseftif
Yang dimaksud dengan bahasa reseftif adalah bahasa pasif. Tujuan khusus bahasa reseftif
a. Membantu anak mengembangkan kemampuan mendengarkan,contohnya mendengarkan cerita,
nyanyian dan sebagainya.
b. Membantu anak mengindentifikasi konsep melalui pemahaman pelabelan kata-kata.
c. Meningkatkan kemampuan untuk merespon pembelajaran langsung contohnya bagaiman anak
dapat menjawab atau merespon pertanyaan yang diajukan oleh guru.
d. Membantu anak untuk mereaksi setiap komunikasi lainnya contohnya anak dapat memberi respon
atau reaksi ketika ia berinteraksi dengan lingkungannya baik dengan guru, orang tua atau teman
sebayanya.

2. Bahasa ekspresif
a. Membantu anak mengekspresikan kebutuhan, keinginan dan perasaan secara verbal.

b. Mendorong anak untuk berbicara secara lebih jelas dan tegas sehingga mudah dipahami.
c. Mendorong kepasihan berbahasa. Anak harus belajar bahasa yang pasih baik ucapan maupun
susunan kalimatnya sehingga mudah dimengerti oleh orang lain melalui pemberian contoh guru
sendiri menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
d. Membantu anak memahami bahwa komunikasi tesebut dapat berpengaruh secara lebih efektif
terhadap lingkungan sosial dan lingkungan anak.
3. Komunikasi non verbal
a. Membantu anak untuk mengeksresikan perasaan dan emosinya melalui ekspresi wajah.
b. Membantu anak mengeksresikan keinginan dan kebutuhannya melalui gerak tubuh dan tangan.
c. Mendorong anak untuk menggunakan kontak mata ketika berinteraksi dengan orang lain.
4. Mengingat dan membedakan
a. Mengajar anak untuk membedakan antara tipr/nada/kerasnya bunyi,
b. Membantu anak untuk mengulang dan meniru pola mimik.
c. Membantu anak mengirim pesan verbal yang kompleks
d.Meningkatkan kemampuan anak untuk mengingat, membangun dan mengurutkan.
E. Prinsip Pengembangan Bahasa
Dalam mengembangkan bahasa Anak Usia Dini perlu memperhatikan prinsip sebagai berikut:

Sesuaikan dengan tema kegiatan dan lingkungan terdekat.Misalnya tentang jenis-jenis
kendaraan,bagian-bagian kendaraan, gunanya,warnanya dll.
1. Pembelajaran harus berorientasi pada kemampuan yang hendak dicapai sesuai potensi anak.
Misalnya anak dapat menyebutkan makanan khas kota Bandung,
2. Tumbuhkan kebebasan dalam mengungkapkan pikiran dan perasaan dikaitkan dengan spontanitas.
Misalnya anak dapat mengungkapkan pengalamannya yang berkaitan dengan naik kendaraan.
3. Diberikan alternatif pikiran dalam mengungkapkan isi hatinya. Apabila anak sulit untuk
mengungkapkan pikirannnya dengan kata-kata bisa dilakukan melalui tulisan atau gambar.
4. Komunikasi guru dan anak akrab dan menyenangkan
5. Guru menguasai pengembangan bahasa
6. Guru bersikap normatif, model, contoh pengguna bahasa Indonesia yang baik dan benar
7. Bahan pembelajaran membantu pengembangan kemampuan dasar anak
8. Tidak menggunakan huruf satu-satu secara formal.

F. Konteks Pengembangan Bahasa
Konteks Pengembangan bahasa atau yang dikenal dengan ketrampilan berbahasa meliputi:
1. Mendengarkan
2. Berbicara
3. Membaca
4. Menulis

G. Metoda Pengembangan bahasa Anak Usia Dini
Metoda yang digunakan guru dalam mengembangkan kemampuan berbahasa anak usia dini.
1. Metoda bercerita
a. Pengertian
Metoda bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi Anak Usia Dini dengan
membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakan guru harus menarik dan
mengundang perhatian anak.
Penggunaan bercerita sebagai salah satu strategi pembelajaran untuk Anak Usia Dini, haruslah
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Isi cerita harus terkait dengan dunia kehidupan anak, sehingga anak memahami isi cerita tersebut
2. Kegiatan bercerita diusahakan dapat memberikan perasaan gembira.lucu dan mengasyikan sesuai
dengan kehidupan anak yang penuh suka cita.
3. Kegiatan bercerita diusahakan menjadi pengalaman yang bersifat unik dan menarik bagi anak.
Untuk dapat bercerita dengan baik, pendidik harus memperhatikan hal-hal berikut:
1. Menguasai isi cerita secara tuntas
2. Memiliki ketrampilan bercerita
3. Berlatih dalam irama dan modulasi suara secara terus-menerus
4. Menggunakan perlengkapan yang menarik perhatian anak
5. Menciptakan situasi emosional sesuai dengan tuntutan cerita.
Teknik-teknik yang bisa digunakan guru dalam membacakan cerita:
1. Membaca langsung dari buku cerita
2. Bercerita dengan menggunakan ilustrasi gambar dari buku

3. Menceritakan dongeng
4. Bercerita dengan papan flannel
5. Bercerita dengan menggunakan media boneka
6. Dramatisasi suatu cerita
7. Bercerita sambil memainkan jari-jari tangan
b. Manfaat bercerita bagi anak:
1. Bagi Anak Usia Dini mendenganrkan cerita yang menarik yang dekat dengan lingkungannya
merupakan kegiatan yang mengaksyikan.
2. Guru dapat menanmkan kegiatan bercerita untuk menanamkan kejujuran, keberanian,kesetiaan,
keramahan,ketulusan,dan sikap-sikap positif yang lain daalm kehidupan lingkungan keluarga, sekolah
dan luar sekolah.
3. Memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai moral dan keagamaan.
4. Memberikan pengalaman untuk belajar dan berlatih mendengarkan
5. Memungkinkan anak untuk mengembangkan kemampuan kognitif, efektif maupun psikomotorik.
6. Memungkinkan dimensi perasaan anak.
7. Memberika informasi tentang kehidupan sosial anak dengan orang-orang yang ada di sekitarnya
dengan bermacam pekerjaan.
8. Membantu anak membangun bermacam peran yang mungkin dipilih anak, dan bermacam layanan
jasa yang ingin disumbangkan anak kepada masyarakat.
c. Tujuan Kegiatan Bercerita bagi Anak Usia Dini :
1. Menanamkan pesan-pesan atau nila-nilai sosial, moral dan agama yang terkandung dalam sebuah
cerita.
2. Guru memberikan informasi tentang lingkungan fisik dan lingkungan sosial yang perlu diketahui
oleh anak.
d. Tema Kegiatan bercerita bagi Anak Usia Dini
Tema yang dipilih sebagai materi sangatlah banyak dan beragam, diantaranya adalah tema-tema yang
berkaitan dengan kehidupan anak sehari-hari.
e. Prosedur Pelaksanaan Kegiatan Bercerita:
1. Menetapkan tujuan dan tema cerita
2. Menetapkan bentuk bercerita yang dipilih
3. Menetapkan bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan bercerita

4. Menetapkan langkah-langkah kegiatan bercerita
2.Metoda Bercakap-cakap
a. Pengertian Metoda
Metoda bercakap-cakap merupakan suatu penyampaian pengembangan yang dilaksanakan melalui
bercakap-cakap antara guru dengan anak.
Tujuan meroda bercakap-cakap menurut Moeslihatun (1999) adalah:
1. Mengmbangkan kecakapan dan keberanian anak dalam menyampaikan pendapat kepada
siapapun.
2. memberi kesempatan pada anak untuk berekspresi secara lisan
3. Memperbaiki lafal dan ucapan anak
4. Mengembangka intelegensi anak
5. Menambah perbendaharaan kosa kata
6. Melatih daya tangkap
7. Melatih daya fikir dan fantasi anak
8. Menambah pengetahuan dan pengalaman anak
9. Memberikan kesenangan pada anak
10. Merangsang anak untuk belajar membaca dan menulis
b. Bentuk metoda bercakap-cakap
1). Bercakap-cakap bebas
2). Bercakap-cakap menurut pokok bahasan
3). Bercakap-cakap dengan menggunakan gambar seri
3. Metoda tanya jawab
Metoda tanya jawab biasanya dapat digunakan dengan metoda lain yang disebut metoda
bantu.Menurut Depdikbud (1998) adalah suatu metoda dalam pengembangan bahasa yang dapat
memberi rangsangan agar anak aktif untuk berfikir, melalui pertanyaan-pertanyan guru, anak akan
berusaha memahaminya dan menenukan jawabannya.
5. Metoda bermain Peran
Metoda bermain peran merupakan salah satu metoda yang dapat digunakan dalam mengmbangkan
kemampuan bahasa dimana diupayakan untuk membantu anak dalam menemukan makna dari
lingkungan yang bermanfaat dan memecahkan masalah yang dihadapi dengan kelompok sebayanya.

Kesimpulan:
Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi, dapat digunakan untuk berfikir, mengekspresikan
perasaan dan melalui bahasa dapat menerima pikiran dan perasaan orang lain.
Perkembangan bahasa dimulai sejak bayi dan mengandalkan perannya pada pengalaman,
penguasaan dan pertumbuhan bahasa.
Pengembangan kemampuan berbahasa bagi Anak Usia Dini bertujuan agar anak mampu
berkomunikasi secara lisan dengan lingkungannya.
Konteks pengembangan bahasa meliputi: mendengarkan , berbicara, membaca, dan menulis dini.
Dalam mengembangkan kemampuan bahas anak, guru/tutor dapat memilih strategi dan metoda
secara bervariasi. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam mengembangkan kemampuan
berbahasa adalah kegiatan yang dapat menstimulasi kemampuan mendengarkan, berbicara dam
menulis. Metoda bercerita merupakan salah satu metoda yang banyak dipergunakan untuk Anak
Usia Dini.Cerita yang dibawakan guru harus menarik dan mengundang perhatian anak dan tidaj lepas
dari tujuan pendidikan bagi Anak Usia Dini.

METODE PENGAJARAN BAHASA AUD
Proses belajar-mengajar yang baik adalah jika anak berinteraksi dengan pendidik, yaitu orangtua dan
guru. Maka pendidik harus pandai menciptakan situasi yang nyaman, membangkitkan semangat
belajar, dan anak antusias belajar dengan memberikan metode pengajaran yang tepat. Jika tipe
belajar anak lebih aktif melalui alat pendengarannya (auditif ), maka anak diajarkan dengan
mendengarkan kaset yang diselingi dengan menunjukkan gambarnya (demonstrasi). dapat juga
dengan memutarkan video agar anak dapat melihat (visual) dengan jelas apa yang terjadi. Dengan
harapan, tujuan pembelajaran akan lebih mudah tercapai. Berikut ini beberapa metode pengajaran
yang dapat Anda pilih antara lain :
Metode Global (Ganze Method)
Anak belajar membuat suatu kesimpulan dengan kalimatnya sendiri. Contohnya, ketika membaca
buku, minta anak menceritakan kembali dengan rangkaian katanya sendiri. Sehingga informasi yang
anak peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diserap lebih lama. Anak juga terlatih berpikir
kreatif dan berinisiatif.
Metode Percobaan (Experimental method)
Metode pengajaran yang mendorong dan memberi kesempatan anak melakukan percobaan sendiri.
Menurut Maryam, staf pengajar di Sekolah Alam Ciganjur, Jakarta Selatan, terdapat tiga tahapan yang
dilakukan anak untuk memudahkan masuknya informasi, yaitu mendengar, menulis atau

menggambar lalu melihat dan melakukan percobaan sendiri. Misalnya, anak belajar tentang tanaman
pisang, pendidik tak hanya menjelaskan tentang pisang tapi juga mengajak anak ke kebun untuk
mengeksplorasi tanaman pisang. Dengan belajar dari alam, anak dapat mengamati sesuatu secara
konkret. Kegiatan ini dapat dilakukan mulai umur empat sampai 12 tahun.
Metode Resitasi (Recitation Method)
Berdasarkan pengamatan sendiri, minta anak membuat resume. Maryam menambahkan, pada usia
4-12 tahun merupakan masa kritis anak yang selalu menanyakan, Mengapa begini dan begitu?.
Misalnya anak bertanya, Mengapa pohon dapat berbuah? Libatkan anak untuk mengamati proses
pembiakan lalu minta anak menyimpulkannya sendiri.

Metode Latihan Keterampilan (Drill Method)
Kegiatan yang mewakili metode ini sering Anda lakukan bersama si kecil, yaitu membuat prakarya
(artwork). Sekolah Learning Vision menggunakan metode ini untuk mendorong anak belajar
menjalani proses ketika membuat patung dari lilin atau karya tiga dimensi lainnya. Selain melatih
kemampuan motoriknya, seperti menulis, menggambar, menghias dan menggunakan alat-alat. Anda
juga dapat mengajarkan anak berhitung secara konkret.
Metode Pemecahan Masalah (Problem solving Method)
Berikan soal-soal yang tingkat kesulitannya dapat disesuaikan dengan kemampuan anak. Lalu ajak
anak mencari solusinya bersama-sama.
Metode Perancangan (Project Method )
Kegiatan yang mengajak anak merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian. Salah
satu sekolah yang menggunakan metode ini adalah Tutor Time. Pola pikir anak menjadi lebih
berkembang dalam memecahkan suatu masalah serta membiasakannya menerapkan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan yang dimiliki.
Metode Bagian (Teileren Method)
Metode pengajaran ini mengaitkan sebagian-sebagian petunjuk yang mengarah pada sesuatu,
seperti potongan puzzle yang digabungkan satu persatu. Setelah orangtua berhasil
mengidentifikasi ...

Metode Pembelajaran Paud
Metode Pembelajaran Paud – Bingung harus menggunakan metode apa dalam amengajar PAUD ?
Disini DaunSingkong akan bagi – bagi Metode Pembelajaran Paud. dalam mengajar PAUD kita ada
beberapa metode yang bisa digunakan, berikut metode – metodenya :

metode pembelajaran bahasa paud
1. Metode Eksperimen
Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, siswa melakukan percobaan
dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.

Kelebihan metode eksperimen :
a. Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya
b. Dalam membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil
percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia
c. Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia

Kekurangan metode eksperimen :
a. Metode ini lebih sesuai dengan baidang-bidang sains dan teknologi
b. Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh
dan mahal
c. Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan
d. Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor
tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian.

2. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa-siswa diharapkan kepada suatu
masalah yang bias berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematic untuk dibahas dan
dipecahkan bersama.

Kelebihan metode diskusi :
a. Merangsang kreativitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan-prakarsa, dan terobosan baru dalam
pemecahan suatu masalah
b. Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain
c. Memperluas wawasan
d. Membina untuk terbiasa musyawarah untuk mufakat dalam memecahkan suatu masalah

Kekurangan Metode diskusi :
a. Pembicaraan terkadang menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang
b. Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar
c. Peserta mendapat informasi yang terbatas
d. Mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau ingin menonjolkan diri.

3. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan meragakan atau
mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari,
baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan.

Kelebihan metode demonstrasi :
a. Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret, sehingga menghindari
verbalisme (pemahaman secara kata-kata atau kalimat)
b. Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari
c. Proses pengajaran lebih menarik
d. Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan
mencoba melakukannya sendiri,

Kekurangan metode demonstrasi :
a. metode ini memerlukan ketrampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjang dengan hal itu,
pelaksanaan demonstrasi akan tidak efektif

b. fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik
c. Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang di samping memerlukan waktu
yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain.

4. Metode Sosiodrama
Metode sosiodrama dan role playing dapat dikatakan sama artinya, dan dalam pemakainya sering
disilihgantikan. Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasi tingkah laku dalam hubungannya dengan
masalah social.

Kelebihan metode sosiodrama :
a. Siswa melatih dirinya untuk melatih, memahami, dan mengingat isi bahan yang akan didramakan.
Sebagai pemain harus memahami, menghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi
yang harus diperankannya. Dengan demikian, daya ingatan siswa harus tajam dan tahan lama.
b. Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu main drama para pemain dituntut
untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia.
c. Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh
bibit seni drama dari sekolah. Jika seni drama mereka dibina dengan baik kemungkinan besar mereka
akan menjadi pemain yang baik kelak.
d. Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya.
e. Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya.
f. Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain.

Kekurangan metode sosiodrama:
a. Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka menjadi kurang kreatif
b. Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka pamahaman isi bahan pelajaran
maupun pada pelaksanaan pertunjukan
c. Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit menjadi kurang bebas
d. Sering kelas lain terganggu oleh suara para pemain dan para penonton yang kadang-kadang
bertepuk tangan.

5. Metode Problem Solving

Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar,
tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan
metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpilan.

Kelebihan metode problem solving :
a. metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan,
khususnya dengan dunia kerja
b. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi
dan memecahkan masalah secara terampil, apabila menghadapi permasalahan di dalam kehidupan
dalam keluarga, bermasyarakat, dan bekerja kelak, suatu kemampuan yang sangat bermakna bagi
kehidupan manusia
c. Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara kreatif dan menyeluruh,
karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan
dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahannya.

Kekurangan metode problem solving :
a. menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berfikir siswa, tingkat
sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sanagat
memerlukan kemmpuan dan keterampilan guru. Sering orang beranggapan keliru bahwa metode
pemecahan masalah hanya cocok untuk SLTP, SLTA, dan PT saja. Padahal untuk siswa SD sederajat
bjuga bias dilakukan dengan tingkat kesulitan permasalahan yang sesuai dengan taraf kemampuan
berfikir anak
b. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup
banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain
c. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru
menjadi belajar dengan banyak berfikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang
kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.

Sekian metode pembelajaran bahasa paud yang bisa DaunSingkong Jelaskan, semoga bermanfaat …

TAMBAHAN MATERI
Aspek perkembangan anak yang meliputi perkembangan fisik, motorik, intelektual, emosi, bahasa,
serta sosial berlangsung sangat cepat dan akan berpengaruh besar terhadap perkembangan
selanjutnya.

Menurut Depdiknas (2003 : 105) fungsi pengembangan bahasa bagi anak TK adalah : (a) Sebagai alat
untuk berkomunikasi dengan lingkungan. (b) Sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan
intelektual anak. (c) Sebagai alat untuk mengembangkan ekspresi anak. (d) Sebagai alat untuk
menyatakan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain.

Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yang terdiri dari keterampilan menyimak,
keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis (Tarigan, 1984 : 1).
Keempat keterampilan tersebut memiliki hubungan yang saling terkait satu sama lain, yang
merupakan satu kesatuan. Keempat keterampilan tersebut perlu dilatih pada anak usia dini karena
dengan kemampuan berbahasa tersebut anak akan belajar berkomunikasi dengan orang lain,
sebagaimana dalam kurikulum 2004 diungkapkan bahwa kompetensi dasar dari pengembangan
bahasa untuk anak usia dini yaitu “anak mampu mendengarkan, berkomunikasi secara lisan, memiliki
perbendaharaan kata dan mengenal simbol-simbol yang melambangkannya”.
Salah satu masalah yang berkaitan dengan bahasa pada anak usia dini adalah keterampilan berbicara
anak usia dini kurang mendapatkan perhatian dari para pengajar, karena lebih memfokuskan pada
keterampilan membaca dan menulis. Akibatnya perbendaharaan kata yang dimiliki anak usia dini
masih terbatas, sehingga anak usia dini kurang mampu mengungkapkan gagasan atau ide ketika
menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru dan anak kadang merasa belum paham dengan apa
yang dibicarakannya.
Strand (Brian Boscolo, 2002 : 4) mengklaim bahwa “adanya stimulasi berkelanjutan, proses interaksi
dan rumusan bahasa secara verbal dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak”.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Strand, maka sewajarnya anak-anak dari usia dini
difasilitasi proses interaksinya, atau dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengekspresikan gagasannya dalam bentuk lisan. Sehingga dengan anak terampil dalam berbicara
memungkinkan untuk dapat menjalin komunikasi lisan yang baik dengan orang dewasa atau bahkan
dengan teman sebayanya.
Wortham, Sue (2006 : 212) menyatakan bahwa “kesiapan anak untuk berinteraksi dengan orang
dewasa berarti berkembangnya pemahaman mereka mengenai aturan dan fungsi bahasa, akhirnya
percakapan dengan orang dewasa menyediakan hubungan dengan konsep”.
Sependapat dengan yang dikemukakan oleh Wotham Sue, bahwa anak akan belajar dengan orangorang di sekitarnya, anak menjadi sering peniru yang baik ketika dihadapkan pada lingkungan tempat
tinggalnya. Kemampuan berbicara pada usia dini remaja akan sangat tergantung terhadap
pemerolehan kemampuan berbicara pada waktu kecil. Berhasilnya anak melewati masa-masa kritis
perkembangan bicara akan menghasilkan kesuksesan di masa depannya.
Arsyad dan Mukti U.S (1993 : 23) dalam (Chista Rosita, 2007) mengungkapkan bahwa kemampuan
berbicara adalah kemampuan mengucap kalimat-kalimat untuk mengekpresikan, menyatakan
pikiran, gagasan dan perasaan.
Menyikapi hal tersebut, seyogyanya taman kanak-kanak sebagai salah satu bentuk pendidikan anak
usia dini yang berada pada jalur formal untuk anak usia 4-6 tahun, perlu mempersiapkan dan

melakukan pembenahan diri dalam rangka menghadapi serta mamasuki era globalisasi, salah satu
caranya dengan meningkatkan kemampuan berbicara pada anak.
Dalam Pedoman Guru TK (1984) dikemukakan bahwa dalam melaksanakan pembinaan dan
perkembangan bahasa di TK hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Tiap anak diberi kesempatan yang sebaik-baiknya untuk mengembangkan bahasanya.
2. Dalam memelihara ketertiban, spontanitas anak sebaiknya jangan ditekan dan sebaiknya
disalurkan.
3. Pendidikan bahasa hendaknya diberikan dalam suasana keakraban antara guru dengan murid.
4. Bahan untuk mengembangkan bahasa anak, hendaknya memenuhi syarat-syarat seperti :
a. Di ambil dari lingkungan anak.
b. Sesuai dengan usia dan taraf perkembangan anak.
c. Mengandung unsur-unsur yang merangsang perkembangan intelegensi, fantasi, social dan moral.
Banyak guru TK dalam membantu mengembangan bahasa anak kurang memperhatikan prinsipprinsip di atas, sehingga dalam pelaksanaannya tidak optimal menggunakan beberapa metode yang
biasa di gunakan di TK, seperti : bercerita, pemberian tugas, praktek langsung, bercakap-cakap, tanya
jawab, menyanyi, deklamasi, peragaan, karya wisata, demonstrasi dan bermain peran.
Menurut Soejanto Sandjaja (tt : 4) dikutif dari Edisari berdasarkan usia kronologis anak antara dua
sampai enam tahun, anak-anak menyukai buku yang didominasikan oleh gambar-gambar nyata.
Terkait hal tersebut di atas, bercerita dapat menjadi salah satu metode pengantar anak untuk
terampil berbicara. Berbicara sangat penting artinya guna mendukung seseorang dalam peningkatan
berkomunikasi antar manusia, karena sebagai manusia memilki keterbatasan dalam mengetahui
sesuatu.
Bercerita juga tidak selalu baik bagi seseorang tergantung apa yang akan diceritakan dan manfaat
bagi yang diceritakannya. Untuk kenyataan itu perlu memilihkan atau mengarahkan anak untuk
terbiasa berbicara bahan bercerita yang memiliki makna baik, apalagi masa kanak-kanak merupakan
masa yang paling baik untuk menanamkan sesuatu untuk bekal masa depannya kelak. bercerita
secara lisan sangat cocok diterapkan pada anak usia dini karena selain melatih keberanian berbicara,
juga melatih agar anak terampil berbicara melalui bercerita.
Metode bercerita cara bertutur kata dan menyampaikan cerita atau memberikan penerangan kepada
anak secara lisan, metode tersebut dapat melatih siswa terbiasa untuk dapat mengungkapkan
persaaannya lewat bercerita dan siswa dapat termotivasi untuk terampil mengungkapkan
perasaannya di depan kelas tanpa malu-malu.
Paul (1998) dalam penelitian Brian Boscolo (2002 : 4) menyatakan bahwa anak tidak dapat
menghasilkan kefasihan berbicara yang utuh kalau tidak ada bagian atau komponen yang bisa
tersedia dari ingatan membaca yang baik.

Pada kenyataannya anak-anak belum dapat memahami makna simbol dari sebuah kata atau kalimat
yang terdapat dalam buku, karenanya buku cerita bergambar merupakan alat yang baik untuk
menarik anak-anak berkonsentrasi pada buku. Anak dapat membaca cerita dari sebuah buku cerita
bergambar berdasarkan pemahaman atau pengetahuan yang dimilikinya.
Beberapa hasil penelitian sebelumnya tentang penggunaan metode bercerita telah banyak diteliti
oleh beberapa mahasiswa. Salah satu penelitian yang menggunakan metode bercerita adalah Aam
Aminah (2009) dari jurusan Pendidikan Anak Usia Dini dengan judul Penerapan Metode Bercerita
(Story Telling) untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak dalam Pembelajaran Bahasa Inggris.
Penelitian tersebut telah membuktikan bahwa penerapan metode bercerita memberikan pengaruh
yang lebih besar dalam keterampilan menyimak anak. Anak lebih antusias, dapat berkonsentrasi,
serta menunjukkan ekspresi ketika mendengarkan cerita, dan dapat menjawab pertanyaan dari guru.
Penelitian dengan menggunakan metode bercerita juga diteliti oleh Eulis Siti Aisyah (2009) dari
jurusan Pendidikan Anak Usia Dini dengan judul Penerapan Metode Bercerita untuk Meningkatkan
kemampuan Anak dalam Mengenal Bilangan. Penelitian tersebut dapat merangsang kemampuan
anak dalam mengenal bilangan melalui ilustrasi gambar.
Berdasarkan penelitian dan latar belakang tersebut peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang
“Pengaruh Metode Bercerita Menggunakan Buku Cerita Bergambar Terhadap Keterampilan Berbicara
Anak Usia Dini”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh metode bercerita menggunakan buku cerita bergambar
terhadap keterampilan berbicara anak usia dini”. Dengan batasan masalah keterampilan berbicara
anak usia dini dengan metode bercerita menggunakan buku cerita bergambar. Secara lebih rinci
rumusan masalah diuraikan sebagai berikut :
1. Bagaimana keterampilan berbicara anak usia dini pada kelas yang tidak menggunakan metode
bercerita dengan buku cerita bergambar ?
2. Bagaimana keterampilan berbicara anak usia dini pada kelas yang menggunakan metode bercerita
dengan buku cerita bergambar ?
3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara metode bercerita terhadap peningkatan
keterampilan berbicara anak usia dini ?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian secara umum adalah untuk mengetahui pengaruh metode bercerita
menggunakan buku cerita bergambar terhadap keterampilan berbicara anak usia dini. Secara lebih
rinci di uraikan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui keterampilan berbicara anak usia dini pada kelas yang tidak menggunakan
metode bercerita dengan buku cerita bergambar.
2. Untuk mengetahui keterampilan berbicara anak usia dini pada kelas yang menggunakan metode
bercerita dengan buku cerita bergambar.
3. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan antara metode bercerita terhadap peningkatan
keterampilan berbicara anak usia dini.

PENDAHULUAN
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang
merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Taman Kanak-kanak sebagai pendidikan lembaga formal pertama yang dijalani anak memiliki
tanggung jawab untuk dapat meningkatkan sumber daya manusia tersebut sehingga nantinya anak
memiliki sumber daya manusia yang diperlukan dimanapun anak berada. Pendidikan Taman Kanakkanak merupakan salah satu bentuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD ) formal yang sesuai dengan
UU No. 20 Tahun 2003.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik
beratkan pada peletakan dasar kebeberapa arah yaitu pengembangan prilaku, pengembangan
kemampuan dasar, serta fisik motorik. Taman Kanak-kanak adalah pendidikan yang ditujukan bagi
anak anak usia 4-6 tahun. Pada masa ini anak memasuki tahap praoperasional kongkrit dalam berfikir
dari aktifitas belajar di Taman Kanak-kanak.
Anak mempunyai hak untuk tumbuh dan berkembang, bermain, beristirahat, berekreasi, dan belajar
dalam suatu pendidikan. Jadi, belajar adalah hak anak bukan kewajiban. Orang tua dan pemerintah
wajib menyediakan sarana dan prasarana pendidikan untuk anak dalam rangka program belajar.
Karena belajar adalah hak anak, maka belajar harus menyenangkan, kondusif, dan memungkinkan
anak untuk termotivasi dan antusias. Memperoleh rangsangan rangsangan kemampuan dasar
terhadap perkembangan bahasa, kognitif, fisik motorik dan seni, serta pengembangan pembiasaan
yang terdiri dari nilai – nilai agama, sosial, emosional dan kemandirian., Kemampuan dasar anak
saling mendukung satu sama lainnya.
Salah satu kemampuan dasar yaitu kemampuan bahasa. Kemampuan bahasa memegang peranan
penting dalam perkembangan anak, namun perkembangan yang lain juga tidak kalah pentingnya.
perkembangan bahasa anak usia 4 - 5 tahun sangatcepat. Kemampuan mereka menyerap dan
mengingat pembicaraan orang disekitarnya sangat tinggi. Para peneliti di Amerika anak umur 4 - 5
tahun telah menguasai 2000 kata, dan penambahan kata mereka tiap bulannya 50 kata. Orang tua
dan guru yang sering berkomunikasi membacakan cerita, dan memberikan kesempatan kepada anak
untuk berbicara tentang pengalaman, pemikiran dan perasaannya sangat besar manfaatnya dalam
mempercepat penguasaan bahasa anak. Pentingnya pemberian kesempatan berbahasa yang

disertai penghargaan atau penguatan kepada anak – anak usia 4 -5 tahun. Hal ini disebabkan anak
mau belajar berbahasa kalau merasa senang. Ketika anak tumbuh dan berkembang, terjadi
peningkatan baik dalam hal kualitas maupun kuantitas, produk bahasanya secara bertahap
kemampuan anak meningkat, bermula dari mengexpresikan suara saja, hingga mengexpresikannya
dengan komunikasi. Komunikasi anak yang bermula dengan mennggunakan gerakan dan isyarat
untuk menunjukkan keinginannya secara bertahap berkembang menjadi komunkasi melalui ujaran
yang tepat dan jelas.
Perkembangan berbicara pada masa bayi baru mengeluarkan bunyi “ ocehan “ yang kemudian
berkembang menjadi sistem simbol bunyi yang bermakna. Tanpa diberi suatu instruksi formal. Pada
masa usia 3-5 tahun anak menggunakan banyak kosa kata dan kata tanya seperti apa dan siapa.
Pendidikan Taman Kanak-kanak sebagai sebuah taman bermain, bersosialisasi dan juga sebagai
wahana untuk mengembangkan berbagai kemampuan. Strategi yang dapat digunakan dalam
mengembangkan kemampuan berbicara di Taman Kanak-kanak adalah melalui pendekatan
pengalaman bahasa. Pendekatan ini disesuaikan dengan karakteristik pembelajaran di Taman Kanakkanak yakni melalui bermain dengan menggunakan metode mengajar yang tepat untuk
mengembangkan kemampuan berbicara serta melibatkan anak dalam kegiatan yang dapat
memberikan berbagai pengalaman bagi anak. selain itu perlu juga memperhatikan motivasi dan
minat anak sehingga kedua faktor itu betul – betul memberikan pengaruh yang besar dalam
pengembangan kemampuan berbicara. Strategi ini dilakukan dengan memberikan beragam aktivitas
yang memperhatikan perkembangan kemampuan berbicara anak.
Komunikasi merupakan berbicara atau menyampaikan informasi kepada orang lain. Guru
berkomunikasi dengan anak dengan berbagai cara diantaranya dengan melalui perkataan atau
dengan isyarat. Berkomunikasi dengan anak haruslah dengan cara yang benar supaya anak dapat
mengerti dengan apa yang akan kita sampaikan. Guru menyampaikan informasi kepada anak
haruslah memberikan informasi yang benar kepada anak agar anak tidak ragu dengan apa yang
disampaikan.
Berkomunikasi di Taman Kanak – kanak haruslah dengan bahasa yang jelas atau bahasa yang cepat
dimengerti oleh anak. Dalam proses pembelajaran seorang guru dalam menyampaikan
pembelajarannya hendaknya dapat memancing anak agar dapat berkominikasi dengan teman atau
dengan guru sendiri. Kita dapat mengamati anak berkomunikasi dengan teman atau orang lain pada
saat anak sedang asyik bermain dengan temannya, dan juga kita dapat melihat anak tersebut
berkomunikasi dengan jelas pada saat anak bermain sosiodrama disekolah.
Guru Taman Kanak-kanak harus menciptakan suasana yang menyenangkan bagi anak dalam proses
belajar mengajar, seperti kelengkapan media, memanfaatkan alam, membuat ide- ide dalam
menciptakan permainan, dan juga metode guru yang bervariasi. Apalagi dalam proses pembelajaran
bahasa terutama pada pembelajaran berbicara, seperti bercerita dengan buku bergambar.
Namun di tempat peneliti mengajar peneliti temui masih banyak kekurangan – kekurangan untuk
menciptakan suasana yang menyenangkan bagi anak dalam proses berbicara, sehingga kemampuan
berbicara anak masih rendah.

Anak belum bisa mengulang kembali cerita yang diceritakan oleh guru, anak belum bisa
mengungkapkan kosa kata, anak tidak bisa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, sehingga
anak belum lancar berbicara, padahal berbicara merupakan hal yang sangat penting bagi anak untuk
bersosialisasi dengan orang lain. Oleh sebab itulah peneliti mencoba merancang sebuah penelitian
yang menarik yang sesuai dengan prinsip pembelajaran di Taman Kanak-kanak yaitu bermain sambil
belajar dan belajar seraya bermain, dan salah satu permainannya yaitu bercerita dengan
menggunakan buku bergambar.
Berdasarkan uraian di atas, untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan kemampuan berbicara anak melalui
bercerita buku bergambar di Taman Kanak-kanak Harapan Ibu Pasaman Barat”. Dalam bercerita ini
akan membantu anak dalam berbicara.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas kemampuan anak berbicara pada Taman Kanak
– kanak Harapan Ibu Pasaman Barat masih rendah. Hal ini disebabkan oleh : 1). Kurangnya
kemampuan anak dalam mengungkapkan kosa kata. 3). Anak belum mampu mengulang kembali
cerita yang diceritakan oleh guru. 3). Anak belum mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
guru. 4). Anak kurang mendengarkan apa yang diceritakan oleh guru.. 5). Guru tidak membuat alat
media yang menarik dalam perkembangan berbicara.
Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas maka peneliti membatasi masalah yang
akan diteliti “Anak belum mampu mengulang cerita yang diceritakan, kurangnya kemampuan anak
dalam mengungkapkan kosa kata, anak tidak bisa menjawab pertanyaan guru, anak kurang
mendengarkan apa yang diceritakan oleh guru dan guru tidak menggunakan alat media yang menarik
dalam pemberian metode terutama metode bercerita dalam peningkatan kemampuan berbicara
anak “.dapat dirumuskan permasalahan yaitu: Bagaimanakah metode bercerita dapat meningkatkan
kemampuan berbicara anak di Taman Kanak-kanak Harapan Ibu Pasaman Barat?”
Adapun tujuan yang akan di capai melalui penelitian ini adalah peningkatan kemampuan berbicara
anak melalui metode bercerita dengan buku bergambar di Taman Kanak-kanak Harapan Ibu
Pasaman Barat
Anak Usia Dini menurut Aisyiah (2005:3) adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun,yang
tercakup dalam program pendidikan ditaman penitipan anak, penitipan anak dalam keluarga,
pendidikan pra sekolah, baik swasta maupun negri, Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar.
Sedangkan anak usia dini menurut Sujiono (2009:6) adalah sosok individu yang sedang menjalani
suatu proses pertumbuhan dan perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan
selanjutnya.
Karakteristik anak usia dini menurut Sujiono (2009:7) adalah a). Egosentrisme adalah anak
melakukan sesuatu menurut kehendaknya saja tanpa ada mendengarkan pendapat orang lain, b).
Anak cendrung melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandang dan kepentingan pribadi,c). Anak
mengira dunia penuh dengan hal- hal yang menarik, d).anak adalah mahluk sosial, e). Anak
membangun konsep diri melalui interaksi sosi