Penggunaan Ucapan Salam (Aisatsu Go) dalam Bahasa Jepang dan Bali.

LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA
DANA PNBP TA 2015

PENGGUNAAN UCAPAN SALAM (AISATSU GO)
DALAM BAHASA JEPANG DAN BALI

TIM PENELITI
1. Ni Made Andry Anita Dewi,S.S.,M.Hum. (0024108003)
2. Ketut Widya Purnawati, S.S.,M.Hum.(001 6027801)

Dibiayai oleh
DIPA PNBP Universitas Udayana
sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Penelitian
Nomor:026/UN14.1.1/PNL.01.03.00/2015, tanggal 21 April 2015

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG
FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA
UNIVERSITAS UDAYANA

NOVEMBER 2015


RINGKASAN
Ucapan salam merupakan ungkapan dasar dalam hubungan antara manusia untuk menjaga
hubungan baik dengan relasi ataupun kerabat. Dalam bahasa Jepang dan Bali terdapat banyak
ungkapan yang dipresentasikan sebagai ucapan salam dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya
sendiri.
Penelitian ini bertujuan untuk memerikan, mengidentifikasikan dan menganalisis bentuk,
fungsi dan makna ucapan salam dalam bahasa Jepang dan Bali dengan menggunakan teori fungsi
bahasa. Data-data yang dianalisis pada penelitian ini bersumber pada novel bahasa Jepang yang
berjudul Beautiful Life karya Eriko Kitagawa dan cerpen berbahasa Bali yang berjudul Gede Ombak
Gede Angin karya Made Suarsa.
Beberapa bentuk ucapan salam bahasa Jepang dan Bali diantaranya adalah ucapan salam yang
berkaitan dengan waktu, ucapan salam saat pertemuan dan perpisahan, ucapan salam saat
menyampaikan rasa terima kasih dan permohonan maaf, serta ucapan salam saat masuk dan keluar
rumah. Bentuk, fungsi serta makna yang terdapat dalam masing-masing ucapan salam dalam bahasa
Jepang dan Bali memiliki keistimewaan masing-masing. Hal ini dilatarbelakangi oleh perbedaan
sistem masyarakat, budaya, dan kebiasaan antara kedua wilayah tersebut.

PRAKATA
Penelitian mengenai ucapan salam dalam bahasa Jepang dan Bali hingga kurun waktu
belakangan ini masih sedikit ditemukan. Perbedaan budaya antara Jepang dan Bali

menyebabkan beragamnya kategori ucapan salam yang dilakukan oleh pemakai kedua
masyarakat tersebut. Hasil dari penelitian ucapan salam ini nantinya diharapkan mampu
memberikan pengetahuan baru kepada masyarakat yang memiliki ketertarikan terhadap kedua
bahasa ini.
Peneliti mengucapkan terima kasih atas bantuan dari dana DIPA PNBP Universitas
Udayana sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan dengan maksimal. Penelitian ini masih
jauh dari sempurna. Namun, peneliti berharap hasil penelitian ini bermanfaat bagi pembelajar
bahasa asing khususnya bahasa Jepang maupun masyarakat kedua pemakai bahasa tersebut.

Denpasar, 11 November 2015
Peneliti,
Ni Made Andry Anita Dewi

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL………………………………………………………….……..i
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………….……ii
RINGKASAN………………………………………....………………………............iii
PRAKATA……………………………………………………………………….…….iv
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….……..v

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………...............1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………….....3
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN.…………………………….…..6
BAB IVMETODE PENELITIAN………………………………………………….…..7
3.1Metode dan Teknik Penyediaan Data...........................................................7
3.2 Metode dan Teknik Analisis Data...............................................................8
3.3Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data......................................8
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………………..10
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………..35
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Ucapan salam merupakan dasar utama di negara manapun yang digunakan untuk
menjaga hubungan sosial masyarakatnya. Interaksi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
akan terwujud secara maksimal jika disertai dengan tindakan yang didasarkan pada
kesepakatan norma-norma sosial dalam masyarakatnya.

Ucapan salam merupakan salah satu dasar perekat dalam hubungan antara manusia
untuk menjaga hubungan baik dengan relasi ataupun kerabat. Dalam bahasa Jepang dan Bali
terdapat berbagai macam variasi ungkapan yang dipresentasikan sebagai ucapan salam dalam
kehidupan sehari-hari masyarakatnya sendiri.
Dalam masyarakat Jepang sendiri, ucapan salam yang lazim digunakan oleh
penuturnya cukup bervariasi, diantaranya: ucapan salam yang berkaitan dengan waktu,
ucapan salam saat pertemuan dan perpisahan, ucapan salam saat menyampaikan rasa terima
kasih dan permohonan maaf, serta ucapan salam saat masuk dan keluar rumah. Orang Jepang
lazim mengucapkan tadaima „saya pulang‟ sebagai bentuk ucapan salam saat masuk rumah
(pulang ke rumah). Orang yang ada di rumah saat itu akan membalas ucapan salam si penutur
dengan o-kaerinasai „selamat datang/selamat kembali ke rumah‟.
Pada masyarakat Bali sendiri, beberapa tahun belakangan ini merupakan hal yang
sangat lazim untuk mengucapkan salam om swastiastu „semoga ada dalam keadaan baik atas
karunia Ida Sang Hyang Widhi‟ ketika kembali pulang ke rumah sendiri atau saat berkunjung
ke rumah kerabat. Namun, berbeda halnya dengan ucapan salam balasan yang terdapat dalam

bahasa Jepang, lawan tutur membalas ucapan salam tersebut dengan bentuk om swastiasu
pula.
Bervariasinya bentuk ucapan salam yang terdapat dalam bahasa Jepang dan Bali,
tentunya berpengaruh pada fungsi serta makna yang terkandung di dalam ucapan tersebut.

Makna yang terkandung pada masing-masing bentuk ucapan salam tersebut terbentuk karena
adanya pengaruh sistem masyarakat, budaya, serta kebiasaan pada masing-masing wilayah.
Berdasarkan atas bervariasinya ucapan salam yang terdapat pada bahasa Jepang dan Bali baik
dari segi kelas kata seperti ucapan salam yang terbentuk dari kata benda, kata kerja, maupun
kata sifat, maka penelitian ini sangat menarik untuk dilakukan.
Penelitian ini

bertujuan untuk memerikan, mengidentifikasikan dan menganalisis

bentuk dan fungsi ucapan salam dalam bahasa Jepang dan Bali dengan menggunakan teori
fungsi dan makna bahasa. Data-data yang dianalisis pada penelitian ini bersumber pada novel
bahasa Jepang yang berjudul Beautiful Life karya Eriko Kitagawa dan cerpen berbahasa Bali
yang berjudul Gede Ombak Gede Angin karya Made Suarsa. Penelitian ini juga diharapkan
dapat memperkaya penelitian di bidang kebahasaan khususnya sosiolinguistik.

1.2 Rumusan Masalah
(1) Bagaimanakah bentuk dan fungsi ucapan salam dalam bahasa Jepang?
(2) Bagaimanakah bentuk dan fungsi ucapan salam dalam bahasa Bali?

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Kajian yang berkaitan mengenai ucapan salam telah dilakukan oleh beberapa
peneliti. Akan tetapi, pada penelitian ini, peneliti hanya menelaah tiga penelitian yang relevan
dengan kajian ini.
Salah satu diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Huang Limei dan
Nobuyoshi Kawamoto (1997) dalam jurnal Nihon Taiiku Daigaku Volume 26 Nomor 2
dengan judul Comparative Study on the Difference between Chinese and Japanese GreetingsIn View of the Education of Japanese Language in the People‟s Republic of China. Dalam

penelitian ini dikaji mengenai ungkapan salam yang digunakan dalam dua negara berbeda
yaitu Jepang dan Cina. Cina sebagai negara yang sangat menjaga tata karma dalam
masyarakatnya memfungsikan ungkapan salam secara maksimal untuk mendekatkan
hubungan antara individu dalam masyarakat. Di Cina, dari tingkat sekolah dasar hingga saat
menjadi anggota masyarakat, pembelajaran mengenai tata karma secara konsisten diajarkan.
Slogan atau moto yang dianut dalam pembelajaran tata karma di Cina yaitu gihyoubi
(berpakaian yang layak), gengobi (dalam kehidupan sehari-hari, harus menggunakan
ungkapan salam yang santun), dan kokororeibi (mengucapkan salam dengan tulus dan dari
lubuk hati yang paling dalam).
Dalam masyarakat Jepang, gengobi dan kokororeibi juga merupakan ideologi dasar
dalam pendidikan bahasa Jepang. Namun, tidak hanya berorientasi pada penguasaan

ungkapan salam sebagai ilmu pengetahuan saja, melainkan penutur juga diharapkan mampu
mampu memahami perasaan seseorang atau lawan tutur sebagai bangsa Jepang.

Selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Simanjuntak (2005) dalam
tesisinya yang judul “Basa-basi dalam Bahasa Batak Toba: Sebuah Kajian Bentuk, Fungsi dan
Makna”. Penelitian tersebut diantaranya mengkaji tentang bentuk ungkapan basa basi untuk
menyapa, menanyakan arah/tujuan atau menawarkan untuk mampir. Basa-basi bahasa Batak
berfungsi untuk (1) memperhalus dan menambah nilai kesopanan yang digunakan saat
berjumpa, berpisah, mengucapkan terima kasih, menyelamatkan muka (meneteralisasi
suasana saat ada kekakuan antara penutur dan mitra tutur), bersuka cita, berduka cita,
menawarkan sesuatu, membuka percakapan, menutup percakapanan dan juga menolak
permintaan.. Selain itu, basa-basi bahasa Batak juga berfungsi sebagai (2) bentuk kepedulian
terhadap orang lain seperti saat orang berduka, bersuka cita berupa pujian.
Kedua penelitian diatas dianggap relevan dengan penelitian yang dilakukan ini,
sehingga dapat dijadikan referensi.

2.2 Landasan Teori
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori fungsi bahasa sebagai landasan teori.
Brown (1996:1) mengemukakan dua istilah untuk menggambarkan fungsi utama bahasa yaitu
fungsi transaksional dan fungsi interaksional. Yang dimaksud dengan fungsi transaksional

adalah fungsi bahasa yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi secara
efektif, sedangkan fungsi bahasa interaksional merupakan fungsi bahasa yang digunakan
penutur untuk mengungkapkan hubungan-hubungan sosial dan sikap pribadi.
Fungsi bahasa lainya juga dikemukakan oleh Leech (1997:51-52). Leech
mengklasifikasikan fungsi bahasa dalam lima kelompok yaitu: fungsi informasional, ekspresif,
direktif, estetis dan fatik. Fungsi informasional adalah fungsi bahasa yang digunakan untuk
memberikan informasi. Fungsi ekspresif adalah fungsi bahasa yang digunakan untuk
mengungkapkan perasan dan sikap penuturnya. Fungsi deskriptif adalah fungsi bahasa untuk

memengaruhi prilaku atau sikap orang lain. Fungsi direktif adalah fungsi bahasa yang lebih
memberikan tekanan pada penerimaan yaitu petutur bukan untuk mitra tutur. Fungsi estesis
adalah fungsi bahasa dalam penggunaan bahasa demi hasil karya itu sendiri, dan tanpa
maksud tersembunyi. Fungsi fatik berorientasi untuk memelihara hubungan yang baik dalam
kelompok masyarakat atau sosial. Penggunaan ucapan salam merupakan salah satu bagian
dari fungsi fatik tersebut.

BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan sebagai berikut.
2.1.1Tujuan Umum
Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengembangkan teori sosiolinguistik
yang berhubungan dengan penelitian bahasa yang terkait penutur bahasa tersebut, khususnya
bahasa Jepang dna bahasa Bali.
2.1.2Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut.
(1) Menjelaskan bentuk dan fungsi ucapan salam bahasa Jepang.
(2) Menjelaskan bentuk dan fungsi ucapan salam bahasa Bali.
1.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.
2.2.1Manfaat Teoritis
Untuk mengembangkan teori-teori kebahasaan khususnya teori yang dikemukakan oleh
Leech mengenai fungsi bahasa dalam mengungkapkan salam dalam bahasa Jepang dan Bali.
2.2.2Manfaat Praktis
Untuk melihat dan memperkenalkan berbagai variasi bentuk dan fungsi ucapan salam
dalam bahasa Jepang dan Bali yang tercermin dalam ucapan salam dalam kedua bahasa
tersebut dapat dipahami melalui pendekatan sosiolinguistik.

BAB IV

METODE PENELITIAN
Penelitian mengenai penggunaan ucapan salam dalam bahasa Jepang dan Bali ini
mengambil data dari novel berbahasa Jepang yang berjudul Beautiful Life karya Eriko
Kitagawa dan cerpen berbahasa Bali yang berjudul Gede Ombak Gede Angin karya Made
Suarsa. Kedua novel tersebut dipilih karena korpus penelitian mengenai ucapan salam banyak
terdapat didalamnya.
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif. Djadjasudarma (1993:10),
mengemukakan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dapat menghasilkan
data deskriptif yang berupa data lisan maupun tertulis di dalam masyarakat bahasa itu sendiri.
Dalam penelitian ini digunakan tiga tahapan penelitian yaitu tahap penyediaan data,
tahap analisis data serta tahap penyajian hasil analisis data.

3.1Metode dan Teknik Penyediaan Data
Dalam tahap penyediaan data, peneliti menggunakan beberapa metode penelitian,
yaitu: metode pustaka, metode simak dan metode cakap (wawancara).
Metode pustaka yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan mengklasifikasikan
data-data yang berkaitan dengan ucapan salam berbahasa Jepang dan Bali melalui novel
berbahasa Jepang yaitu Beautiful Life dan novel berbahasa Bali yaitu Gede Ombak Gede
Angin. Data-data tersebut diklasifikasikan dengan teknik catat.


Penyediaan data dalam metode simak dilakukan dengan teknik simak bebas libat
cakap. Melalui teknik tersebut, peneliti mengamati prilaku berbahasa yang dilakukan penutur
dengan lawan tutur tanpa turut terlibat dalam suatu tuturan. Peneliti akan menyimak dan
mengamati pengunaan ucapan salam yang digunakan oleh penutur asli bahasa Jepang yang

tinggal di Bali. Sebagai lanjutannya, teknik simak bebas libat cakap ini dibantu dengan teknik
catat dan teknik rekam (Mahsun, 2005:242-243).
Selain itu, peneliti juga menggunakan metode cakap (wawancara) untuk mendapatkan
data yang lebih akurat. Metode cakap (wawancara) ini didukung dengan teknik cakap semuka
dan teknik cakap tansemuka. Artinya, penulis akan mengadakan wawancara terhadap
beberapa informan yang memenuhi kriteria secara langsung ataupun tidak langsung. Secara
langsung, artinya: peneliti mengadakan wawancara secara tatap muka, sedangkan secara tidak
langsung akan dilakukan melalui telepon atau media lainnya (Mahsun,2005:250-251).
Informan yang dipilih dalam penelitian ini dengan beberapa kriteria (1) pendidikan
minimal sekolah menengah atas; (2) berusia 20 tahun sampai 70 tahun; (3) pekerjaan terdiri
atas pensiunan dosen, guru sekolah menengah pertama, karyawati, karyawan, penerjemah, ibu
rumah tangga; (4) menguasai bahasa Jepang dengan baik; (5) lahir dan tinggal di tempat
kelahirannya dalam jangka waktu lama; (6) sehat jasmani dan rohani.

3.2 Metode dan Teknik Analisis Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan intralingual dan
metode padan ekstralingual. Yang dimaksud dengan metode pada intralingual adalah metode
yang mengacu pada unsur-unsur dalam bahasa tertentu, sedangkan metode pada ektralingual
adalah metode yang mengacu pada konteks diluar bahasa seperti gender, usia, kelas sosial,
hubungan kedekatan, posisi dan lain sebagainya (Mahsun, 2005:259-260).
Data yang telah diklasifikasikan sesuai dengan rumusan permasalahan serta tujuan
pada penelitian ini, selanjutnya dianalisis dengan menguraikan atau mengidentifikasi datadata yang diperoleh untuk mendapatkan jawaban dari rumusan masalah.

3.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Terdapat dua metode dalam penyajian hasil analisis data, yaitu metode formal dan
informal (Sudaryanto, 1993: 145-146). Metode informal dilakukan melalui pemaparan
komparatif bentuk, fungsi dan makna penggunaan ucapan salam bahasa Jepang dan Bali.
Metode formal disajikan dengan menggunakan tabel.

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Ucapan Salam dalam Bahasa Jepang
Dalam bahasa Jepang, ucapan salam dapat dibedakan dalam beberapa kategori sebagai
berikut:
1.

Ucapan salam berkaitan dengan waktu

2.

Ucapan salam berkaitan dengan pertemuan dan perpisahan

3.

Ucapan salam berkaitan dengan ungkapan permintaan maaf

4.

Ucapan salam berkaitan dengan ungkapan terima kasih

5.

Ucapan salam berkaitan dengan penerimaan barang

6.

Ucapan salam saat memasuki dan meninggalkan rumah

7.

Ucapan salam sebelum dan setelah makan

8.

Ucapan salam saat berkaitan dengan permintaan

9.

Ucapan salam untuk menyatakan selesai mengerjakan sesuatu

10. Ucapan salam untuk menyatakan selamat atas sesuatu hal
11. Ucapan salam sebelum tidur

1. Ucapan salam berkaitan dengan waktu
Dalam bahasa Jepang, salah satu ucapan salam yang digunakan adalah ucapan salam yang
berkaitan dengan waktu. Sama halnya dengan dengan bahasa-bahasa lain di dunia, dalam
bahasa Jepang pun ucapan salam yang berkaitan dengan waktu sebenarnya dibedakan menjadi
empat waktu yaitu: salam yang diucapkan pada pagi hari, siang hari, sore hari dan juga malam
hari.

Data 1
午後一番



美山

….



美山 借
いいえ 杏子



巌窟王
ン ー 奥 本

返却



美山

背中

一礼



ュー
“Konnichi wa”, gogo ichiban no kyaku wa Miyama datta.
“…Konnichiwa”
“ Doumo”,Miyama wa karite ita “Gankutsuo” wo henkyaku suru.
“Iie”, Kyouko wa kauntaa no oku ni hon wo okiniiku. Miyami wa sono senaka ni ichirei shite
katte itta.
(Byuutifururaifu, 2000:71)
Terjemahan:
“Selamat siang”, pada sore hari, tamu yang pertama datang adalah Miyama.
“Selamat siang”
“Makasih”, Miyama mengembalikan buku “Gankutsuo” yang telah dipinjamnya.
“Sama-sama”, Kyouko tengah kesulitan meletakkan buku di balik rak. Miyama membungkuk
kepada Kyouko lalu bergegas pergi.

Analisis:
Ucapan salam konnichiwa yang diucapkan oleh penutur di atas merupakan ucapan salam
dalam BJ yang diucapkan pada antara waktu sebelum siang hingga sore hari, yaitu sekitar
pukul sebelas siang sampai pukul 6 malam. Waktu sore hari yakni waktu antara matahari
mulai terbenam sampai malam datang.

Data 2

文句 言
店長 入



ええ

いい知
う 思う



来月

麻布



ュー
Shuuji ga monku wo itta toki, tenchou ga haitte kita.
“Ohayou gozaimasu!”
“Ee, kyou wa, minna ni ii shirase ga aru. Raigetsu, Azabu no raibu hausu wo karite, raibu wo
yamerou to omoun da”
(Byuutifururaifu, 2000:140)

Terjemahan:
Pada saat Shuuji mengeluh, tiba-tiba pemilik toko datang. “Selamat pagi! Hari ini ada
pengumuman yang bagus untuk kalian semua. Bulan depan, saya akan meminjam ruang live
house Azabu, dan bermaksud menutup live yang kita pakai saat ini”.
Analisis:
Ucapan salam ohayou gozaimasu yang diucapkan oleh penutur di atas merupakan ucapan
salam dalam BJ yang diucapkan pada pagi hari hingga tengah hari sekitar pukul sebelas siang.
Ucapan salam ini kadangkala diucapkan pada siang hari hingga sore hari, apabila penutur
baru bertemu dengan lawan tutur pertama pada hari itu. Ucapan salam ohayou gozaimasu
dapat divariasikan menjadi bentuk ohha , dan ohayou. Ucapan ohha pada umumnya diucapkan
oleh penutur golongan usia muda terhadap lawan tutur yang seusia dan memiliki hubungan
kedekatan, sedangkan ucapan salam ohayou merupakan bentuk nonformal dari ohayou
gozaimasu. Bentuk ohayou dapat digunakan oleh penutur dari berbagai kalangan usia namun
biasanya diucapkan terhadap lawan tutur yang memiliki hubungan yang dekat.
Pada data di atas, pemilik toko menggunakan ucapan salam ohayou gozaimasu terhadap
para karyawannya karena tengah berada dalam lingkungan kerja yang terkesan sedikit formal.

2. Ucapan salam berkaitan dengan pertemuan dan perpisahan
Dalam masyarakat Jepang, ucapan salam yang berkaitan dengan pertemuan dan
perpisahan sudah menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dari interaksi masyarakat
mereka sehari-hari.
Data 3
杏子
次 日

杏子









美山





巌窟王 読破?

杏子
文庫本 差

面白いわ


美山



海底

万里













え 誰?
美山 連





中庭


美山

杏子
久 ぶ !
元気 う

元気

仕 忙

杏子



笑顔


会い











車椅子

男性



姿





車椅子



?い






ュー

“Kyouko san, konnichiwa”
Tsugi no hi, Kyouko ga kauntaa de hon wo chekku wo shite iru to, Miyama ga arawareta.
“‟Gankutsuou‟ dokuha? Dattara, kore omoshiroi wa yo. „Kaitei Nimanri‟. Watashi no
dakedo, kashichau”.
Kyouko wa, bunkohon wo sashidashimashita. Miyama ga kitara, kashite ageyou to
mottekiteita no da.
“Iya, kyou wa sou janakute. Kyouko san ni aitai tte hito, tsurete kimashita”
“E, dare?]
Miyama ni tsurerarete nakaniwa ni dete iku to, inu wo nadete iru kurumaisu no dansei no
ushiro sugata ga me ni haita.
“Konnichiwa”, sawayaka na egao ga furimuku.
“Tetsu chan? Yada, oshite oshite”
Kyouko ni sekasare, Miyama wa dadada to kuruma isu woo shite hashite iku.
“Hisashiburi!”
“Genki sou da ne!”
“Genki yoo. Tetsu chan wa? Ima demo basuketo ka yatteru no?”
“Iya, shigoto isogashikute”
(Byuutifururaifu, 2000:150)
Terjemahan:
“Halo, Kyouko!”
Pada hari berikutnya, Miyama muncul saat Kyouko memeriksa buku-buku di rak.
“Sudah selesai membaca „Gankutsuou‟? Kalau sudah, ini juga menarik, lho. „Kaitei
Nimanri‟. Tapi ini punyaku. Aku pinjamkan”. Kyouko mengeluarkan buku dari sampulnya
dan bermaksud meminjamkan kepada Miyama saat datang nanti.
“Enggak. Hari ini aku tidak pinjam buku. Aku datang mengantar orang yang katanya ingin
bertemu dengan Kyouko.
“Eh, siapa?‟
Pandangan Kyouko tertuju pada sosok lelaki di kursi roda yang sedang membelai-belai anjing
di belakang Miyama yang mengantarnya ke tengah taman.
“Halo!”sosok wajah segar tersenyum menoleh kearahnya.
“Tetsu?Ayo, dorong-dorong”, Miyama dengan terburu-buru mendorong kursi roda sambil
berlari saat diminta oleh Kyouko.
“Lama tidak bertemu!”
“Kelihatnya kamu sehat-sehat saja”

“Ya, aku sehat. Tetsu, sampai sekarang kamu masih main basket?”
“Enggak. Karena sibuk dengan pekerjaan”
Analisis:
Seperti pada data 1 di atas, ucapan salam konnichiwa pada data 3 juga digunakan
sebagai ucapan salam saat bertemu dengan seseorang tanpa memperhatikan waktu (pagi,
siang, sore maupun malam). Salam konnichiwa ini digunakan oleh berbagai penutur di semua
usia. Namun, salam ini tidak dapat digunakan untuk menggantikan bahasa ragam hormat.
Ucapan salam hisashiburi atau o-hisashiburi, digunakan oleh penutur untuk
menyampaikan perasaan lama tidak bertemu dengan lawan tutur. Dalam bahasa Indonesia,
salam ini bisa dipadankan dengan „lama tidak berjumpa‟. Oleh karena itu, ungkapan ini tidak
digunakan oleh pembicara yang seringkali bertemu. Bentuk hormat hisashiburi adalah ohisashiburi.

3. Ucapan salam berkaitan dengan ungkapan permintaan maaf
Ucapan salam yang berkaitan dengan ungkapan permintaan maaf dalam bahasa
Jepang sangat beragam. Dalam bahasa Jepang mengenal tingkat kesopanan berbahasa yang
dikenal dengan keigo. Oleh karena adanya tingkatan bahasa tersebut menyebabkan
munculnya bentuk-bentuk ucapan salam yang berkaitan dengan permintaan maaf.

Data 4




訳あ




ー機械あ





出禁




杏子


ュー



図書館内
得意 う 終

閲覧













言わ



長蛇



“Moushiwake arimasenga, kore wa kashidashi kinshi to natte orimasu. Toshokan naka de no
etsuran nomi desu”. Kaado to hon no baakoodo wo yomitotte ita Kyouko wa tokui sou ni
Shuuji wo miageta.
“Ja, kopi kikai aru?”

“Achira ni narande kudasai”, achira, to iwareta kata wo furimuku to, chouda no rei datta.
(Byuutifururaifu, 2000:7)
Terjemahan:
“Mohon maaf, buku ini tidak boleh dipinjamkan. Namun hanya untuk dibaca dalam
perpustakaan saja”, Kyouko mengambil kartu dan barcode buku sambil memandang kea rah
Shuuji dengan angkuh.
“Kalau begitu, ada mesin fotokopi?”
“Silakan antre di sana”, arah yang dikatakan „disana‟, ketika dilihat adalah antrean yang
sangat panjang.

Analisis:
Ucapan salam moushiwake arimasenga , merupakan salah satu permintaan maaf yang
sering digunakan penutur bahasa Jepang. Namun, ucapan salam ini biasanya digunakan oleh
penutur yang memiliki hubungan yang tidak dengan dengan lawan tutur. Bentuk ucapan
salam moushiwake arimasen diucapkan ketika penutur melakukan kesalahan yang cukup
besar terhadap lawan bicara. Selain untuk menyatakan kesalahan yang serius, ucapan salam
ini juga digunakan oleh penutur yang berkerja di bidang pelayanan jasa, misalnya perhotelan,
pariwisata, instansi pemerintah dan lain sebagainya.
4. Ucapan salam berkaitan dengan ungkapan terima kasih
Ucapan salam yang berkaitan dengan ungkapan terima kasih
Data 5
え 杏子 雑誌



ういう
う?…… い

出口 向

ー ー

言う

方 いい
人 誠意
ン ュ! 終
素直 反省

笑う




ュー
“Ne”, Kyouko wa zasshi to kaado no baakoodo wo yomitorinagara iu.
“Un?”
“Anata, sou iu toko naoshita hou ga ii yo. Hito no seii, warau you na toko”
“Sou?....Suimasen. Sankyu!”, Shuuji wa sunao ni hansei shite hito koto ayamaru to, hon wo
uketotte deguchi ni mukatta.
(Byuutifururaifu, 2000:55)

Terjemahan:
“Hei”, Kyouko berkata sambil membaca barcode kartu dan majalah.
“Ya”
“Kamu, sebaiknya memperbaiki hal itu. Ketulusan seseorang, hal-hal yang kamu tertawakan”
“Oh? Maaf, thank you!”, setelah menerima buku dan mengucapkan maaf serta terima kasih,
Shuuji melangkah menuju pintu keluar.
Analisis:
Penggunaan ucapan salam terima kasih dalam bahasa Jepang cukup bervariasi, diantaranya
arigatou, arigatou gozaimasu, sumimasen, suimasen, sankyu. Diantara ucapan salam terima

kasih tersebut, arigatou gozaimasu merupakan ucapan salam yang paling sopan, sedangkan
ucapan salam arigatou merupakan bentuk nonformal dari arigatou gozaimasu. Bentuk ucapan
salam sumimasen dan suimasen merupakan ucapan salam yang memiliki dua makna yaitu
ucapan terima kasih yang terkandung didalamnya juga permintaan maaf atas kerepotan yang
telah dialami oleh lawan tutur.

5. Ucapan salam berkaitan dengan penerimaan barang
Data 6
医師

ン写真 写
僕 口

ン 撮
段階
…わ わ


夫 深々 頭











い 思
い い







う 診察室
ュー





Ishi wa rentogen shashin ni utsutta kage wo sasasu.
“Boku no kuchi kara ikinari de wa shokku ga ookii to omottande…tada, imouto san wa
rentogen wo totta dankai de, moshikashitara nani ka kizuite iru kamoshiremasen…”
“…Waza waza, arigatou gozaimasu”
Masao wa fukafuka to atama wo sage, ashi wo hikizuru you ni shinsatsu shitsu wo dete itta.
(Byuutifururaifu, 2000:267)

Terjemahan:
Dokter menunjuk hasil rontgen.
“Jika dilihat dari hasil rontgen, saya kira adik Anda mengalami guncangan yang cukup besar,
dan barangkali ada juga luka”
“Terima kasih. Bapak sudah repot-repot membantu kami…”

Masao menundukkan kepala dalam-dalam, lalu menyeret kakinya keluar dari ruang
pemeriksaan.

Analisis:
Ucapan salam berkaitan dengan penerimaan suatu barang ataupun suatu kebaikan dari
seseorang pada umumnya sama seperti mengungkapkan rasa terima kasih atas bantuan yang
diterima yaitu arigatou gozaimasu. Namun, perbedaannya adalah biasanya diikuti dengan
kata bantu waza waza yang memiliki makna bahwa lawan bicara melakukan sesuatu hal
bukan sekenanya saja melainkan khusus melakukannya dengan sengaja bagi penutur.

6. Ucapan salam saat memasuki dan meninggalkan rumah
Data 7
夫 声 荒
店先 聞い い 久仁子
音 近 い
い物 行
い 義雄 杏子 帰
あ あ あ … 夫 帰

杏子

久仁子 店先

い ー 杏子 入


ュー








Masao ga koe wo arageta no wo mise saki de kiite ita Kuniko wa hara hara shite ita. Soko ni,
kuruma no oto ga chikazuite kuru. Kaimono ni itte ita Yoshio to Kyouko ga kaette kita noda.
“Ara ara ara…Masao, kaette kita yo. Kyouko, otouchan to kaette kita kara”.
Kuniko ga mise saki kara koe wo kakeru.
“Tadaima”, Kyouko ga haitte kita.
“Okaeri”
(Byuutifururaifu, 2000:297)

Terjemahan:
Kuniko yang mendengar suara Masao yang keras di depan toko, terlihat gelisah. Saat itu,
terdengar suara mobil datang mendekat. Yoshio dan Kyouko datang dari berbelanja.
“Lho, lho, lho…Masao, Kyouko sudah pulang dengan ayahmu”, Kuniko berteriak dari depan
toko.
“Aku pulang”, kata Kyouko yang masuk ke dalam rumah.
“Selamat datang”

Analisis:
Dalam masyarakat Jepang, ucapan salam yang digunakan penutur ketika datang kembali ke
rumah adalah tadaima . Tadaima dalam bahasa Indonesia dapat dipadankan dengan „saya
sudah datang (kembali ke rumah)‟.
Sebagai balasan, seseorang yang sedang berada di rumah, akan menyambut kedatangan
penutur dengan ucapan salam okaerinasai/okaeri. Okaerinasai/okaeri dalam bahasa Indonesia
dapat dipadankan dengan „selamat datang kembali (ke rumah)‟, sebagai salam balasan untuk
menyambut seorang yang kembali ke tempat tinggalnya. Okaerinasai/Okaeri merupakan
ucapan salam yang digunakan penutur yang berada di dalam rumah saat menyambut
kedatangan seseorang yang kembali pulang ke rumah.
Ucapan salam okaerinasai/okaeri pada umumnya diucapkan antar sesama keluarga yang
tinggal dalam satu rumah, maupun seseorang yang tidak hubungan darah namun memilliki
hubungan keakraban yang dekat dan tinggal bersama dalam suatu tempat. Hubungan antar
keluarga misalnya ayah, ibu, anak, sedangkan hubungan diluar itu misalnya seseroang yang
tinggal bersama teman-temannya dalam satu apartemen dan lain sebagainya.
Pada data di atas, diceritakan bahwa saat Shuuji kembali ke apartemennya, ia mendapati
Mayumi telah menunggunya di beranda. Mayumi merupakan mantan kekasih Shuuji yang
ingin kembali menjalin hubungan dengannya. Karena kedekatan hubungan yang pernah
dijalaninya, maka Mayumi tanpa merasa sungkan menyambut kepulangan Shuuji dengan
ucapan salam okaeri, meskipun tempat ia berada bukanlah rumah atau tempat tinggal
miliknya.

Data 8

邪魔







菓子
?いい



ュー

杏子 部屋
目 輝



“Kore douzo”, Masao ga biiru to sunakku okashi wo motte, Kyouko no heya ni haitte kita.
“Ojama shimasu . A, biiru? Iin desu ka?”, Sachi wa me wo kagayakaseru.
(Byuutifururaifu, 2000:48)
Terjemahan:
“Silakan, ini”, Masao masuk ke kamar Kyouko membawa makanan ringan dan bir.
“Aku masuk (maaf mengganggu). Wah, ada bir. Aku boleh minta juga?”, Mata Sachi
berbinar-binar.
Analisis:
Dalam bahasa Jepang, salah satu ucapan salam yang digunakan saat memasuki rumah atau
ruangan orang lain adalah ojamashimasu. Ungkapan salam ini berfungsi untuk menyatakan
perasaan penutur bahwa kunjungan atau kedatangan yang dilakukan olehnya merupakan
„gangguan‟ bagi tuan rumah (rumah atau ruangan orang yang dikunjungi). Ucapan salam
ojamashimasu pada umumnya diucapkan saat penutur melihat lawan tutur melakukan sesuatu

hal saat mengadakan kunjungan. Oleh karena itu, ojamashimasu merupakan ucapan salam
yang diucapkan saat kemungkinan kedatangan atau kunjungannya akan mengganggu aktivitas
lawan tutur.
Pada data di atas diceritakan bahwa Masao dan Sachi datang ke kamar Kyouko untuk
mengantarkan makanan ringan sambil berbincang-bincang. Masao merupakan kakak laki-laki
Kyouko, sedangkan Sachi adalah teman karib Kyouko. Meskipun Masao maupun Sachi
adalah orang-orang terdekat Kyouko, namun saat mereka hendak masuk ke dalam kamar
Kyouko, mereka tetap mengucapkan ojamashimasu. Hal ini dikarenakan, sebagaimanapun
dekatnya hubungan penutur dengan seseorang, saat hendak memasuki kamarnya yang
merupakan area privasi

seseorang, maka sewajarnya untuk

ojamashimasu. Begitu pula yang dilakukan oleh Sachi pada data di atas.

mengucapkan salam

Ungkapan salam yang digunakan saat memasuki rumah atau ruangan yaitu ojamashimasu,
sedangkan ucapan salam yang digunakan saat meninggalkan rumah atau ruang tersebut adalah
ojama shimashita .

Data 9
午後一番



美山

….



美山 借

巌窟王
返却
いいえ 杏子
ン ー 奥 本 置

美山
背中

杏子 美山 帰

気配 際
ン ー 戻
何 話

ン ー い
杏子 言う


一礼







わい う

小公女

世界少年少女文学全集




美山 走
あ い あ
ー計

読破?
西海岸



ン ー
ういう






…..
杏子 脱力
間 旅

考え




巌窟王





言い返

旅行




失礼


美山


礼儀
ュー

“Konnichi wa”, gogo ichiban no kyaku wa Miyama datta.
“…Konnichiwa”
“ Doumo”,Miyama wa karite ita “Gankutsuo” wo henkyaku suru.
“Iie”, Kyouko wa kauntaa no oku ni hon wo okiniiku. Miyami wa sono senaka ni ichirei shite
katte itta.
Kyouko wa Miyama ga kaette itta kehai wo sai shite, kauntaa ni modoru.
“Nani ka hanashite yanna yo”, tonari no kauntaa ni ita Sachi ga Kyouko ni iu.
“Nani wo?”
“Nani ka yo. Kawaisou jan. Sekkaku kita no ni. Tatoeba, „Gankutsuo‟ ga yomiowattara,
„Shoukoujo‟ ga arimasu yo toa…”
“Sekai Shonen Shojo Bungaku Zenshuu, dokuha?”, Kyouko ga datsuryoku shite iikaeshita.
“Ano! Kore, Amerika nishi kaigan ni shuukan no tabi”
Kyuu ni Miyama ga hashitte modotte kite kauntaa no ue ni ryokou no chirashi wo oku.
“A,iya ano, futari de toka sou iu koto janakute, ima, bokutachi borantea de tsuaa keikaku
shite imashite. Kangaete mite kudasai. “Shitsurei shimasu ”, Miyama wa mata reigi
tadashiku
ojigi
wo
shite,
kaette
itta.
(Byuutifururaifu, 2000:71)

Terjemahan:
“Selamat siang”, pada sore hari, tamu yang pertama datang adalah Miyama.
“Selamat siang”
“Makasih”, Miyama mengembalikan buku “Gankutsuo” yang telah dipinjamnya.
“Sama-sama”, Kyouko tengah kesulitan meletakkan buku di balik rak. Miyama membungkuk
kepada Kyouko lalu bergegas pergi.
Saat Kyouko merasa Miyama telah pergi, ia lalu bergegas kembali ke mejanya.
“Seharusnya kamu berbicara sesuatu tadi”, Sachi yang berada di sebelah meja Kyouko
berkata.
“Bicara apa?”
“Bicara apa saja. Kasihan dia. Padahal dia sengaja datang ke sini. Misalnya, kamu bisa
mengatakan „kalau sudah selesai membaca gankutsuo, ada novel shoukoujo lho…”
“Kamu sudah selesai membaca kumpulan sastra sekai shounen shoujo?”, Kyou balik bertanya
kepada Sachi seperti tanpa tenaga.
“Eh! Ini, perjalanan dua minggu ke pantai selatan Amerika”, tiba-tiba Miyama datang
kembali sambil berlari, meletakkan pamflet tur di atas meja.
“Ah, bukan bermaksud untuk menawarkan perjalanan berdua, tetapi saat ini sebagai volunter,
aku sedang merencanakan tur perjalanan. Tolong coba dipikirkan. Aku permisi”, Miyama
membungkukkan badan dengan sopan lalu pergi.
ュー
Analisis:
Ucapan salam shitsurei shimasu dalam bahasa Indonesia dapat dipadankan „mohon maaf
atas ketidaksopanan (saya)‟. Salam ini dapat digunakan dalam banyak situasi misalnya seperti
saat berkunjung atau memasuki rumah atau ruangan seseorang. Salam ini fungsinya lebih luas
daripada ojamashimasu maupun gomenkudasai, dan dapat dipergunakan dalam berbagai
situasi.
Pada data di atas diceritakan bahwa Miyama yang merupakan mantan kekasih Kyouko
datang ke perpustakaan untuk mengembalikan buku yang dipinjamnya. Setelah pergi
meninggalkan perpustakaan, beberapa saat kemudian Miyama kembali datang dengan
membawa pamflet yang berisi paket tur yang ia rancang untuk dua minggu perjalanan ke
pantai selatan Amerika. Dengan kedatangan yang kedua serta hubungannya dengan Kyouko
yang tidak begitu baik, Miyama merasa telah melakukan hal yang tidak sopan, sehingga
mengucapkan salam shitsurei shimasu pada saat meninggalkan perpustakaan. Ucapan salam

shitsurei shimasu tersebut disertai dengan sikap membungkuk yang merupakan bentuk hormat

yang ditujukan kepada Kyouko.

Data 10
会場 地

思い

細い階段 降





手伝





ー 系 女 子

杏子 車椅子



笑顔
人 若い男 子
車椅子 持
階段 降

ュー

いわ

Kaijou no chika de, omoikiri hosoi kaidan wo orite ikanakereba hairenai.
“Chotto mattete”, Sachi wa dare ka ni tetsudatte moraou to, orite itta.
Hitori de bonnyari to matte iru to, moodo kei no onna no ko ni “Suimasen” to iwarete,
Kyouko wa kurumaisu wo chotto waki ni yokeru.
“Irasshai”, Takumi ga egao de agate kita.
Takumi to futari no wakai otoko no kodomotachi ga kurumaisu wo mochiage, kaidan woo rite
iku.
(Byuutifururaifu, 2000:158)

Terjemahan:
Di ruang pertemuan bawah, dengan sekuat tenaga Kyouko harus menuruni tangga yang
sempit.
“Tunggu sebentar”, Sachi lalu lebih dulu turun untuk meminta bantuan kepada seseorang.
Saat Kyouko termenung seorang diri menunggu seseorang datang, tiba-tiba seorang pegawai
majalah mode menyapanya “permisi”. Kyouko lantas meminggirkan kursi rodanya.
“Selamat datang”, Takumi menaiki tangga menuju ke arahnya dengan wajah tersenyum.
Takumi dengan dua orang laki-laki muda itu mengangkat kursi roda itu, lalu menuruni anak
tangga.
Analisis:
Ucapan salam irasshai berfungsi sebagai ucapan untuk menyambut kedatangan seseorang.
Bentuk ucapan salam yang biasanya digunakan untuk menyambut kedatangan seseorang yaitu
irasshai dan irasshaimase. Kedua salam ini memiliki fungsi yang sama, namun pemakaiannya

sedikit berbeda.
Salam irasshai maupun irasshaimase seperti yang dijelaskan sebelumnya ditujukan
kepada orang yang datang ke tempat penutur berada. Ucapan ini memiliki pengertian „selamat

datang di tempat kami‟, dan juga „terima kasih atas kunjungannya ke toko/tempat usaha
kami‟. Kedua salam tersebut pada umumnya digunakan oleh pemilik atau pegawai sebuah
toko atau tempat usaha untuk menyambut kedatangan pelanggan atau pembeli. Ada sebagian
toko atau tempat usaha lebih memilih ucapan salam irasshai dibandingkan irasshaimase. Hal
ini dikarenakan, pengucapan salam irasshai dianggap lebih tegas dan mudah diucapkan,
meskipun ucapan salam irasshaimase terdengar lebih sopan dan elegan.
Pada data di atas, diceritakan bahwa Kyouko bermaksud menghadiri pembukaan sebuah
salon milik temannya. Sesampainya di dekat lokasi, Kyouko disambut oleh temannya yang
akan mengadakan acara pembukaan tersebut. Karena Kyouko merupakan salah seorang dari
sekian banyak tamu, maka Takumi selaku tuan rumah, menyambutnya dengan memberikan
ucapan salam irasshai.

Data 11


いう顔

う中島

い…..




浪人時代






昨日…..
生…



ああ


中島
ュー

ういうわ


“Gomenkudasai” Soko e Satsuki ga haitte kita.
“A, kyou, yasumi nan desukedo. A, ashita….” Takumi wa aa, soiu wake ne, to iu kao wo suru.
“Shoukai suru yo. Ore no rounin jidai no doukyuusei…tte nanka hen da na. Nakajima Satsuki
san. Aa, mou Nakajima ja nai no ka”
(Byuutifururaifu,
2000:206)

Terjemahan:
“Permisi”, saat itu, Satsuki masuk ke dalam ruangan.
“Eh, hari ini kami libur. Besok….”, Takumi memperlihatkan raut wajah yang seolah-olah
mengatakan „ah, karena alasan itu Shuuji masih berada di salon‟.
“Aku perkenalkan. Ini adalah teman sekelasku saat kami gagal masuk universitas. Mungkin
cukup aneh jika dikatakan demikian. Nona Satsuki Nakajima. Eh, bukan Nakajima lagi ya?”

Analisis:
Ucapan salam gomenkudasai sebenarnya dapat digunakan untuk beberapa situasi. Yang
pertama, salam ini dapat digunakan sebagai pengganti ucapan salam yang berkaitan dengan
waktu seperti ohayou gozaimasu „selamat pagi‟, konnichiwa „selamat siang‟, konbanwa
„selamat malam‟. Yang kedua, ucapan salam ini juga mengandung makna „mohon maaf saya
mendatangi rumah atau tempat Anda‟ dan digunakan saat mengunjungi rumah atau tempat
seseorang. Yang ketiga, ucapan salam ini digunakan juga saat meninggalkan rumah atau
tempat seseorang sebagai ucapan perpisahan. Ucapan salam saat meninggalkan rumah atau
tempat seseorang itu mengandung arti „saya minta maaf telah mengambil waktu Anda‟.
Pada data di atas diceritakan bahwa Satsuki yang merupakan mantan kekasih Shuuji
berkunjung ke salon yang dikelola Shuji. Dalam waktu yang bersamaan, Takumi juga tibatiba datang ke salon tersebut untuk melatih kemampuan dirinya memotong rambut. Satsuki
yang merupakan „orang luar‟, saat memasuki salon tersebut mengucapkan salam
gomenkudasai untuk menyatakan bahwa dirinya telah mengambil waktu Shuuji maupun

Takumi di saat hari libur mereka yang diisi dengan pelatihan.

Data 12






ョン




ュー



真弓





“Okaeri” Shuuji ga manshon ni kaeru to, entoransu no tokoro de Mayumi ga matte ita.
(Byuutifururaifu, 2000:65)
Terjemahan:
“Okaeri”, saat Shuuji pulang ke rumah, Mayumi sudah menunggu di beranda.

Analisis:
Ucapan salam untuk memasuki rumah ataupun meninggalkan rumah dalam bahasa
Jepang, ada dua yaitu: tadaima dan itte kimasu. Kedua salam tersebut diucapkan oleh
pembicara yang akan meninggalkan rumah dan saat kembali pulang ke rumah.
Dalam bahasa Jepang, ucapan salam yang digunakan oleh pembicara yang tinggal di suatu
tempat (orang yang ditinggalkan oleh pembicara) adalah okaerinasai dan itte irasshai.
Okaerinasai dalam bahasa Indonesia dapat dipadankan dengan „selamat kembali‟, sebagai
salam untuk menyambut orang yng kembali ke tempat.

7. Ucapan salam setelah makan
Data 13

酒飲

….


田酒店











杏子











運転席




久仁子



憮然

挨拶



義雄



久仁子









言わ

車 発
ュー

“Gomen ne. Watashi, osake nonjatta kara…”
Machida saketen no kuruma ni norikonde iru Shuuji ni, Kyouko wa okutte ikenai koto wo
ayamatta.Unten seki de wa Masao ga buzen to shite iru. Yoshio to Kuniko ni, Shuuji wo okutte
iku you ni iwareta noda.
“Gochisousamadeshita”
Shuuji ga Kuniko tachi ni aisatsu suru to, Masao wa kuruma wo hasshin saseta.
(Byuutifururaifu, 2000:297)
Terjemahan:
“Maaf ya. Gara-gara saya minum sake…”
Shuuji yang beranjak menaiki mobil milik toko sake Machida meminta maaf karena membuat
Kyouko harus mengantarnya pulang ke rumah.
Di jok pengemudi, Masao memasang muka kesal. Ia seolah-olah disuruh Yoshio dan Kuniko
untuk mengantarkan Shuuji pulang ke rumahnya.
“Terima kasih atas jamuannya”
Setelah Shuuji selesai mengucapkan salam, Masao lantas mengemudikan mobilnya.

Analisis:
Berbeda dengan ucapan salam yang digunakan di negara lain, di Jepang masyarakatnya
menggunakan ucapan gochisousamadeshita untuk menyatakan rasa terima kasih atas
hidangan atau makanan yang sudah disajikan atau dihidangkan untuk penutur. Ungkapan ini
diucapkan untuk menunjukkan perasaan hormat terhadap orang yang telah bersusah payah
untuk memasak makanan untuk si penutur.

8. Ucapan salam untuk menyatakan selesai mengerjakan sesuatu
Data 14
疲 様
話聞
いい
? 編集者
ン 終
外 写真 撮

言う
写真
外 撮



了解

京子 伝え
ュー






“Otsukaresama desu . Chotto hanashi kikasete moratte ii desu ka?” hennshuusha ga
chikazuite kita. Soshite kameraman ga Shuuji ni soto de shahin wo toranai ka to iu.
“Shashin, dekitara soto de toritain date. Dou suru? Mada ryoukai moratte nai desho”.
Shuuji wa Kyouko ni tsutaeta”.
(Byuutifururaifu, 2000:25)
Terjemahan:
“Hari yang melelahkan, ya. Bisa saya bertanya?” Bapak Editor datang mendekat. Lantas,
kameramen bertanya kepada Shuuji apakah bisa mengambil foto Kyouko di luar.
“Kalau bisa, saya ingin memotretnya di luar. Bagaimana? Belum mendapat persetujuan
darinya ya” Lalu, Shuuji menyampaikannya kepada Kyouko.
Analisis:
Ucapan salam otsukaresama desu merupakan salam yang ditujukan kepada seseorang yang
telah menyelesaikan suatu pekerjaan. Salam ini memiliki beberapa variasi seperti:
otsukaresama, otsukaresamadeshita, gokurosama, gokurosamadeshita. Bentuk otsukaresama,
otsukaresama desu, otsukaresama deshita merupakan ucapan salam yang ditujukan kepada
orang yang kedudukannya lebih tinggi, sedangkan gokurosama, gokurosama desu, dan
gokurosama deshita ditujukan kepada lawan tutur yang kedudukannya lebih rendah atau
sederajat.

9. Ucapan salam untuk menyatakan selamat atas sesuatu hal
Data 15


































真弓





朝礼





場所
















あえ
真弓

う言

う言

















ュー
Minna wa issei ni mochiba e sante iku. Shuuji wa jibun no katto dai no tokoro de, mise ni
kuru mae ni kate kita hanbaaga wo kamibukuro kara dashite kaburi tsuita. Mayumi wa asarei
no toki ni ita basho ni zutto tatta mama de, Shuji wo jitto mite iru.
“Omedetou” toriaezu sou itte, Shuuji wa kamibukuro kara nomimono wo toridashita.
“Arigatou ” Mayumi wa sou itte, jibun no kimochiba ni modotta.
(Byuutifururaifu, 2000:40)

10. Ucapan salam sebelum tidur
Data 16



ュー
“Un. Ja, kyou wa yukkuri nero. Oyasumi”
“Oyasumi”

(Byuutifururaifu, 2000:228)

Terjemahan:
“Kalau begitu, ayo tidur. Selamat tidur”
“Selamat tidur”
Analisis:
Dalam keseharian masyarakat Jepang, ucapan salam yang digunakan saat berpisah
pada malam hari atau sebelum saat tidur adalah oyasumi atau oyasuminasai. Ucapan oyasumi
lebih sering digunakan penutur terhadap lawan tutur yang usianya lebih muda atau memiliki
kedudukan yang lebih rendah. Ucapan salam oyasuminasai merupakan ucapan salam yang
lebih sopan dan cenderung digunakan oleh kaum wanita dan anak-anak.

Pada data di atas, oyasumi diucapkan oleh Masao dan Kyoko, yang merupakan dua
kakak beradik dan memiliki hubungan keakraban yang cukup dekat, sehingga keduanya
menggunakan bentuk nonformal oyasumi.

5.2 Ucapan Salam dalam Bahasa Bali
Salam dalam bahasa Bali tidak seberagam salam dalam bahasa Jepang. Namun dalam
bahasa Bali ada beberapa salam yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
1. Ucapan salam berkaitan dengan perpisahan
Data 17
“Nah, mesare buin malu ning. Jani bapa pesu meli nasi!”
(Gede Ombak Gede Angin, 2006:59)
Terjemahan:
“Baiklah, tidurlah dahulu. Sekarang Ayah akan keluar membeli makan!”
Analisis:
Dalam bahasa Bali, ucapan salam yang berkaitan dengan perpisahan, biasanya tidak
diungkapkan dalam bentuk salam yang baku seperti yang ada dalam bahasa Jepang.
Seperti yang tertera dalam data di atas, ucapan salam yang berkaitan dengan perpisahan
dalam bahasa Bali diungkapan dalam bentuk lugas „…jani bapa pesu meli nasai‟ sesuai
dengan situasi si penutur yang hendak pergi keluar rumah untuk membelikan anak
lelakinya makanan.

2. Ucapan salam berkaitan dengan ungkapan terima kasih
Data 18
“Suksma ring kebecikan kayun Pak De. Bakal ulehang tiang malu. Yening pet tan prasida,
Pak De ja sakitin tiang, dini bareng ngempi”. Sinambi ngusap-ngusap yeh paningalane
makebios, matilar saking kubun titiang.
(Gede Ombak Gede Angin, 2006:10)

Terjemahan:
“Terima kasih atas kebaikan hati Pak De. Saya akan mencoba mencari jalan keluar dahulu.
Jika tidak ada jalan keluar, saya akan meminta tolong Pak De untuk membantu”, sambil
mengusap-ngusap air mata yang bercucuran, ia meninggalkan rumah saya.

Analisis:
Dalam bahasa Bali, ucapan salam yang berkaitan dengan ungkapan terima kasih pada
umumnya digunakan suksma „terima kasih‟. Ucapan salam matur suksma atau suksma
biasanya digunakan oleh penutur yang memiliki usia maupun kedudukan yang lebih
rendah daripada lawan tutur. Selain itu, ucapan salam tersebut digunakan oleh penutur dan
lawan tutur yang tidak memiliki kedekatan hubungan (ada jarak antara kedua penutur).

3.

Ucapan salam berkaitan dengan permintaan maaf
Data 19
“Beli, jalan mulih! Tusing padalem beli pianake Putu lemah peteng ngeling segu-segu
kanti niwang-niwang ngibukin beli? Eda ja ento sangetanga pesan nampi munyin
dadonge makangin mekauh. Anak suba tua pikun, rumasat tusing ada ragane. Tiang
ngidih pelih teken beli, ngelah anak odah sigug buka keto . Tiang ajaka pianake Putu
anake tingalin. Suba uli telun kebus awakne Putu tusing empah-empah, tuara nyak
madaar, setata ipit sengi-sengi ngibukin beli”.
(Gede Ombak Gede Angin, 2006:23)
Terjemahan:
“Beli, ayo pulang! Apakah kamu tidak kasihan terhadap Putu yang seharian menangis
tersedu-sedu sembari menyebut-nyebut namamu? Jangan terlalu dibawa perasaan apa
yang nenek katakan tadi. Orang tua seperti nenek sudah mulai pikun. Saya minta maaf
kepada Beli, karena sikap orang tua sinis seperti itu. Jangan lihat beliau, tetapi lihatlah
saya dan anakmu Putu. Sudah dari tiga hari ini, panas badan Putu tidak turun-turun, tidak
mau makan, selalu mengigau dan menyebut-nyebut nama Beli”
Analisis:
Dalam bahasa Bali, ucapan salam yang berkaitan dengan permintaan maaf ditandai
dengan kalimat berklausa seperti tiang ngidih pelih teken beli, ngelah anak odah sigug
buka keto „…saya minta maaf kepada Beli, karena sikap orang tua sinis seperti itu‟.

Selain data ucapan salam diatas, ada beberapa ucapan salam yang sering digunakan
penutur bahasa Bali, diantaranya: titiang nunas ampura, ampura, ampurayang titian „saya
mohon maaf, mohon maaf, maafkan saya‟. Ucapan salam tersebut diatas, merupakan
ucapan salam bahasa Bali yang halus.

4.

Ucapan salam saat memasuki dan meninggalkan rumah
Data 20
“Luh, luh, ampakang korine luh!”. Asapunika suara kisi-kisi ring arep korine. Ajebos,
tangkejut Luh Suasti miragiang suarane punika. Duaning dereng janten antuk ipun
sapasira nika sane makaukan, nenten purun ipun ngawag-awag sahasa ngampakang
kori”
(Gede Ombak Gede Angin, 2006:32)
Terjemahan:
“Luh, luh tolong buka pintunya!”, ada suara berbisik di depan pintu. Luh Suasti terkejut
sesaat mendengar suara tersebut. Namun, ia masih ragu-ragu untuk membuka pintu karena
tidak tahu siapa yang datang.
Analisis:
Ucapan salam dalam bahasa Bali yang digunakan saat memasuki dan meninggalkan
rumah berbeda dengan bahasa Jepang. Dalam bahasa Bali, ucapan salam yang digunakan
saat penutur memasuki rumah salah satunya berupa kalimat imperatif seperti yang tertera
dalam data di atas yaitu: ampakang korine luh „bukakan pintunya, Luh!‟.

5.

Ucapan salam saat berkaitan dengan permintaan
Data 21
“Meme, ngidih olas tiang teken meme. Mamongah buin tiang teka mulih ngorahang.
Cara pangidih tiang ibi puane, baan ja tiang ngidih jawat nyilih