Analisis Penggunaan Kata Salam Ditinjau Dari Sosiolinguistik Bahasa Jepang

(1)

ANALISIS PENGGUNAAN KATA SALAM DITINJAU DARI SOSIOLINGUISTIK BAHASA JEPANG

SHAKAI GENGOGAKU KARA MITA AISATSU KOTOBA NO SHIYŌ NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan

untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang

Oleh: AKLIMA NIM. 030708022

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

PROGRAM STUDI S-1 SASTRA JEPANG MEDAN


(2)

ANALISIS PENGGUNAAN KATA SALAM DITINJAU DARI SOSIOLINGUISTIK BAHASA JEPANG

SHAKAI GENGOGAKU KARA MITA AISATSU KOTOBA NO SHIYŌ NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan

untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang

PEMBIMBING I, PEMBIMBING II,

Drs. Yuddi Adrian M, MA Drs. Nandi. S

N I P. 131945675 N I P. 131763366

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

PROGRAM STUDI S-1 SASTRA JEPANG MEDAN


(3)

Disetujui Oleh: Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara Medan

Medan,29Maret2008 Program Studi S-1 Sastra Jepang Ketua Program Studi,

Drs. Hamzon Situmorang, MS, Ph.D N I P. 131422712


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………... i

DAFTAR ISI………..iv

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

1.1 Latar Belakang Masalah………... 1

1.2 Perumusan Masalah……….... 5

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan………... 6

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori……… 6

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian……… 8

1.6 Metode Penelitian……… 9

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AISATSU KOTOBA DAN SOSIOLINGUISTIK ………. 10

2.1 Pengertian dan Teori Sosiolinguistik...………..………... 10

2.2.. Pengertian dan Fungsi Aisatsu………...……….. 12

2.3 Jenis – Jenis Aisatsu Kotoba ……….…… 14

BAB III ANALISIS PENGGUNAAN KATA SALAM DITINJAU DARI SOSIOLINGUISTIK BAHASA JEPANG……….………...……… 28

3.1 Salam Perkenalan……….. 28

3.2 Salam Permintaan Maaf……….... 30

3.2.1 Sumimasen………... 30

3.2.2 Doumo Sumimasen……….. 31

3.2.3 Gomen & Gomen Nasai………... 32

3.3 Salam Pertemuan……….. 35

3.3.1 Hisashiburi & Ogenki……….. 35

3.3.2 Tadaima & Okaeri Nasai………. 37

3.4 Salam Perpisahan………... 38


(5)

3.4.2 Sayounara……… 40

3.5 Salam Yang Menunjukkan Waktu………... 42

3.5.1 Ohayou Gozaimasu………. 42

3.5.2 Konnichiwa………. 43

3.5.3 Konbanwa……...………... 44

3.5.4 Oyasumi Nasai……… 46

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN……… 47

4. 1. Kesimpulan………... 47

4.2. Saran……….. 48

DAFTAR PUSTAKA ABSTRAK


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadiart Allah Swt, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.Penulisan skripsi ini berjudul Analisis Penggunaan Kata Salam Ditinjau Dari

Sosiolinguistik Bahasa Jepang, merupakan salah satu tugas akhir dalam melengkapi

persyaratan untuk menyelesaikan Program Studi Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan serta masih jauh dari sempurna. Karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini dimasa mendatang, semoga skripsi ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca mengenai salam atau aisatsu dalam bahasa jepang. sDalam tahap-tahap penulisan skripsi ini penulis tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih secara khusus kepada:

1. Bapak Drs.Syaifuddin,M.A,Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatra Utara

2. Bapak Drs. Hamzon Situmorang, MS, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatra Utara yang telah menyediakan waktu untuk mengikuti sidang pertanggungjawaban skripsi ini.


(7)

3. Bapak Drs. Yuddi Adrian M, MA, selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan banyak kritik dan saran kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Drs.Nandi S, selaku Dosen Pembimbing II, yang telah membantu mengoreksi penyelesaian skripsi ini.

5. Pak Eman,Pak Amin Sihombing, Pak Pujiono, Narita Sensei, Bu Adriana serta seluruh Staff Dosen serta pegawai di kantor jurusan Sastra Jepang yang telah memberikan ilmu dan membantu penulis selama menyelesaikan penulisan skripsi.

6. Ayahanda tercinta Djailani HS dan Ibunda tercinta Nurhasanah yang telah membesarkan penulis dengan segala limpahan kasih sayang, doa, dukungan yang tak terkira, “Apa yang ingin ananda capai dan yang telah tercapai ananda persembahkan untuk mu.

7. Nenek yang tercinta Saifan Sofyan SE, Yulita Monika Ratih Pertiwi, terima kasih atas doa dan dukungan yang telah di berikan kepada penulis, serta adik-adik penulis yang sangat penulis sayangi Lutvie, Marini, Irsyad, Terima kasih atas doa kalian semua.

8. Abang Sofyan, kakak Nervina Furi, dan Adik Renny Jurisna. Terima kasih atas do`a dan kasih sayang yang selalu diberikan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya (penulis bangga hadir di antara kalian) .


(8)

9. Seorang yang penulis sayangi Fauzan Arif Nasution yang telah sabar menemani penulis dan memberi dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Teman-Teman penulis yang paling cantik Sarah, serly, marliah, cindy, yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, (persahabatan adalah persaudaraan), terima kasih atas segala kenangan yang terindah yang pernah kita lalui bersama di masa kuliah.

11.Teman-teman stambuk 2003, Nanik, Nana, Vivi, Lastri, Kideng, Gulo, Hermin, Yetti, Indra,Yogi, Hotman, Anwar, Allan, Maruli, serta semua teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuan dan dukungan kalian selama ini.

12.Khusus kepada BK 6073 GS, penulis sangat berterima kasih, karena telah banyak membantu penulis dalam suka maupun duka.

Atas semua ini penulis tidak dapat membalasya. Penulis hanya dapat mendo`akan semoga seluruh bantuan yang telah diberikan kepada penulis akan diberi balasan yang berlipat ganda oleh Allah Swt. Amin Ya Rabbal `Alamin….

Medan, 29 Maret 2008 Penulis,

Aklima


(9)

ABSTRAK

ANALISIS PENGGUNAAN KATA SALAM DITINJAU DARI SOSIOLINGUISTIK BAHASA JEPANG

Dalam komunikasi sehari-hari, sering terdapat salam. Salam merupakan bagian dari awal komunikasi yang dalam bahasa Jepang disebut dengan aisatsu. aisatsu (persalaman) merupakan sarana komunikasi verbal dalam rangka menjalin hubungan manusia yang satu dengan manusia lainnya dan merupakan cerminan kegiatan berbahasa. Namun, persalaman ini bukan menunjukan kegiatan berbahasa yang mengarah pada substansi bahasa itu sendiri. Artinya, dalam persalaman terkandung makna yang lebih dalam bagi orang yang mendengarkannya.

Fungsi aisatsu dalam tradisi dan budaya Jepang sangat penting dalam menjalin hubungan antar manusia. Karena aisatsu dapat berguna sebagai perekat hubungan antara sesama. Hal ini berhubungan dengan kajian sosiolinguistik yang subjeknya adalah pengguna bahasa yakni manusia, dan objeknya adalah aisatsu. Sesuai dengan pengertian sosiolinguistik yakni ; bidang ilmu antar disiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu didalam masyarakat.


(10)

Dalam pengucapan aisatsu dalam komunikasi bahasa Jepang sehari-hari, banyak hal yang harus diperhatikan. Sebab aisatsu tersebut berbeda-beda sesuai dengan situasi pengucapannya. Adapun jenis aisatsu yang tertuang dalam skripsi ini adalah:

1. Salam pada Perkenalan, yang diawali dengan kata Hajimemashite, dan diakhiri dengan kata Doozo yorosshiku

2. Salam pada permintaan maaf terbagi atas ; sumimasen, doomo sumimasen, biasanya sering dingunakan ketika berpamitan. Selain itu terdapat juga gomen dan gomen nasai yang biasanya digunakan ketika ingin mengucapkan maaf kepada orang lain.

3. Salam pada pertemuan, yang terdiri atas hisashiburi dan ogenki yang biasa diucapkan pada dua orang atau lebih yang sudah lama tidak bertemu. Selain itu, terdapat juga tadaima dan okaeri nasai. Tadaima diucapkan oleh orang yang kembali kerumah, sedangkan okaeri nasai adalah ucapan balasan yang diucapkan oleh orang yang ada di rumah.

4. Salam pada perpisahan, yang terdiri dari itte irasshai dan itte mairimasu yang diucapkan oleh anggota keluarga atau anggota kekerabatan lainnya ketika akan berangkat meninggalkan rumah atau suatu tempat namun bermakna akan kembali lagi. Selain itu terdapat juga salam perpisahan yakni sayounara, yang diucapkan ketika akan berpisah namun kecil kemungkinan untuk dapat bertemu kembali. 5. salam yang menunjukkan waktu, yang terdiri dari ohayo gozaimasu yang

diucapkan ketika menyapa orang di pagi hari, konnichiwa yang diucapkan pada siang atau sore hari, dan konbanwa yang diucapkan pada malam hari. Selain itu terdapat pula oyasumi nasai yang diucapakan ketika hendak berpisah pada malam


(11)

hari atau jika dalam sebuah keluarga, diucapkan pada malam hari disaat akan tidur.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan manusia dari pada makhluk lainnya dimuka bumi ini. Semua orang menyadari betapa pentingnya peranan bahasa sebagai alat komunikasi. Hampir dalam semua kegiatan manusia memerlukan bahasa. Baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kegiatan khusus seperti kesenian dan ilmu pasti. Bagi manusia sendiri, bahasa merupakan salah satu kelebihan dibandingkan makhluk lain yang ada di muka bumi ini. Dengan adanya bahasa sebagai alat komunikasi maka semua yang berada disekitar manusia, peristiwa-peristiwa, binatang-binatang, tumbuh-tumbuhan, hasil cipta karya manusia dan sebagainya, mendapat tanggapan dalam pikiran manusia, disusun dadituangkan lagi kepada orang lain sebagai bahan komunikasi. Memperhatikan wujud bahasa itu sendiri maka bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat merupakan simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Sudjianto, 1996:17).

Hadirnya bahasa dalam kehidupan manusia demikian pentingnya sehingga pada awal kajian tentang sosiolinguistik perhatian kita diarah pada sejarah pengetahuan manusia dalam upaya memahami bahasa. Studi ilmiah tentang bahasa itu lazim disebut


(13)

linguistik. Sosiolinguistik merupakan ilmu antar disiplin antara sosiologi dan linguistik. Maka untuk memahami apa sosiolinguitik itu, perlu terlebih dahulu dibicarakan apa yang di maksud dengan sosiologi dan linguistuk itu. Tentang sosiolinguistik telah banyak batasan yang telah dibuat oleh para sosiolog, intinya kira-kira adalah bahwa sosiologi itu adalah kajian yang objektif dan ilmiah mengenai manusia didalam masyarakat. Sedangkan linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa, atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sosiolinguistik adalah bidang ilmu antar disiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu didalam masyarakat (Chaer,2004:2)

Abdul Chaer (2004 : 26), mendefenisikan bahasa (6 defenisi) sebagai berikut : Satu sistem untuk mewakili benda, tindakan, gagasan dan keadaan, satu sistem tuturan yang akan dapat dipahami oleh masyarakat linguistik, satu kesatuan sistem makna, satu kode yang digunakan oleh pakar linguistik untuk membedakan antara bentuk dan makna, satu ucapan yang menepati tata bahasa yang telah ditetapkan (contoh : perkataan, kalimat, dan lain-lain), satu peralatan yang digunakan untuk menyampaikan konsep nyata mereka ke dalam pikiran orang lain.

Bahasa merupakan sarana yang tidak dapat ditinggalkan. Dengan adanya bahasa sebagai alat komunikasi maka semua yang berada di muka bumi ini, baik itu binatang, hasil cipta karya manusia, mendapat tanggapan dalam pemikiran manusia. memperhatikan wujud bahasa itu sendiri maka bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Sudjianto, 1996 : 17).


(14)

Bahasa Jepang dipakai sebagai bahasa resmi, bahasa penghubung antara anggota masyarakat Jepang yang memiliki berbagai macam dialek dan dipakai sebagai bahasa pengantar di semua lembaga pendidikan Jepang. Menurut Sudjianto (1996:5), bahasa Jepang hanya memakai satu bahasa nasional yakni bahasa Jepang dan tidak ada di negara lain yang memakai bahasa Jepang sebagai bahasa nasionalnya. Hal ini menjadi salah satu ciri khas bahasa Jepang dapat dikatakan sebagai bahasa tunggal dan sebagai bahasa sendiri.

Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan. Bentuk umum komunikasi termasuk dalam bahasa sinyal, bicara, tulisan, gesture, dan lain-lain. Komunikasi antar personal menunjuk kepada komunikasi dengan orang lain. Salam merupakan bagian dari awal komunikasi yang dalam bahasa Jepang disebut dengan aisatsu. Hal ini sesuai dengan yang tertuang dalam The Nihongo Journal (april 1997 :17), “Greetings are the

first big step towards communication”. Yang berarti bahwa salam adalah langkah utama

dalam komunikasi.

Menurut Kyouna Ushi (1979 : 20), “aisatsu no kotoba [muji-muji de

arimasuyouni] to jikan wo arawasu. Asa wa [10 ji made desu], ohiru wa [11ji goro-14ji goro], gogo wa [15 ji goro-], aisatsu no kotoba de wa ue ni semai imi ni yoimasu. Shitagatte [konnichi wa] wa jiritsu ni yotte [selamat siang to selamat sore]”.

Artinya bahwa salam yang diberikan menunjukkan waktu. Pagi hari bagi orang Jepang sampai jam 10.00, siang hari dari jam 11.00 sampai jam 14.00, dan sore dari jam 15.00.

Dari pengertian di atas, salam dalam bahasa Jepang dapat memberikan fungsi waktu,antar lain :


(15)

- Konnichi wa : Selamat Siang, diucapkan ketika bertemu di siang hari. - Konban wa : Selamat Sore- menuju malam, ketika bertemu sore

menuju waktu di malam hari. Konban wa tidak dapat diucapkan kala mau berpisah juga pada saat mau tidur. Untuk hal itu, pada saat mau berpisah dapat mengucapkan sayounara atau ja, mata. Sedangkan aisatsu yang di gunakan sebelum tidur adalah oyasumi nasai.

Hadirnya bahasa dalam kehidupan manusia demikian pentingnya sehingga pada awal kajian tentang sosiolinguistik, perhatian kita arahkan pada sejarah pengetahuan manusia dalam upaya memahami bahasa.Studi ilmiah tentang bahasa itu lazimnya di kenal sebagai linguistik.

Komunikasi adalah proses sistematik bertukar informasi diantara pihak-pihak,biasanya lewat sistem simbol biasa, Komunikasi adalah juga disiplin ilmu yang mempelajari komunikasi. Komunikasi secara alamiah dapat juga berarati proses penyampaian pesan dari pengirim kepada penerima menggunakan simbol-simbol tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung (mengggunakan media) untuk mendapatkan umpan balik (feed back

Menurut Kridalaksana (1983:147), salam (greeting) adalah kalimat minor berupa klausa atau bukan, bentuknya tetap yang dipakai dalam pertemuan antara pembicara,memulai percakapan, minta diri dan sebagainya. Dalam bahasa jepang, salam(greeting) ini disebut dengan aisatsu. Dan jika ditinjau dari makna leksikalnya,

aisatsu dapat diartikan sebagai salam, ucapan, sambutan dan pamit (Kenji Matsuura,


(16)

Dalam penggunaannya, aisatsu selalu diikuti dimana dan dengan siapa berbicara atau berinteraksi. Selain salam yang menunjukkan waktu, salam juga terdapat dalam hubungan interaksi seperti pada saat perkenalan, pertemuan dan perpisahan, dan lain-lain. Contoh salam dalam perkenalan :

- Goshōkai itashimasu. Kochira…-san desu Saya perkenalkan, ini….. - Hajimemashite, namae wa……desu Perkenalkan, nama saya… Contoh salam dalam pertemuan :

- Ogenki desuka. Apa kabar?

Dalam perpisahan antara lain :

- Sayounara. Selamat Tinggal

Berdasarkan uraian dan penjelasan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk menganalisis tentang kata salam melalui skripsi yang berjudul :

ANALISIS PENGGUNAAN KATA SALAM DITINJAU DARI SOSIOLINGUISTIK BAHASA JEPANG

I.2 Perumusan Masalah

Bahasa Jepang tergolong unik. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya salam (aisatsu) yang beragam sesuai keadaan ketika terjadinya proses komunikasi. Keragaman salam (aisatsu) dalam kehidupan sosial masyarakat Jepang antara lain salam yang menunjukkan, perkenalan, pertemuan, perpisahan, dan permintaan maaf.

Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik untuk meneliti kata-kata salam dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang.


(17)

Berikut beberapa perumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas, yakni ; 1. Bagaimana jenis-jenis kata salam dalam bahasa Jepang?

2. Bagaimana penggunaan kata-kata salam di kehidupan masyarakat Jepang?

I.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Agar penulisan skripsi ini dapat terorganisir dengan baik maka penulis membatasi ruang lingkup pembahasan. Ruang lingkup penulisan skripsi ini adalah terbatas pada jenis-jenis kata salam/aisatsu. Penulis ingin menjabarkan tentang bagaimana batasan penggunaan aisatsu dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dalam perkenalan, pertemuan, perpisahan, permintaan maaf, dan dengan berbagai contoh yang akan melengkapi penjelasan-penjelasannya.

I. 4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori. I.4.1 Tinjauan pustaka

Menurut Abdul Chaer (2004:4), sosiolinguistik adalah bidang ilmu antar disiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu dalam masyarakat. Menyempurnakan pendapat sebelumnya, sosiologi linguistik menyoroti keseluruhan masalah yang berhubungan dengan organisasi sosial perilaku bahasa, tidak hanya mencakup pemakaian bahasa saja, melainkan juga sikap-sikap bahasa, perilaku terhadap bahasa dan pemakai bahasa (Sumarsono & Paina Partana, 2004:2).


(18)

Kajian yang akan dibahas kali ini adalah mengenai kata-kata salam yang yang merupakan salah satu objek dari sosiolinguistik. Persalaman (greeting) sendiri adalah kalimat minor berupa klausa atau bukan, bentuknya tetap, yang dipakai dalam pertemuan antara pembicara, memulai percakapan, minta diri dan sebagainya (Kridalaksana, 1983 : 147). Salam juga berarti adalah cara manusia untuk sengaja mengkomunikasikan kepedulian / kesadaran lain untuk menunjukkan perhatian antara individu atau kelompok masyarakat yang menjalin hubungan komunikasi dengan sesamanya (www.wikipedia.org) Persalaman (greeting) ini, dalam bahasa Jepang disebut dengan

aisatsu.

I.4.2 Kerangka Teori

Sosiolinguistik merupakan ilmu antar disiplin antara sosiologi dan linguistik. Sosiologi adalah kajian yang objektif dan ilmiah terhadap hal yang ada dalam masyarakat. Sementara linguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa, atau bahasa menjadi objek kajiannya (Abdul Chaer, 2004 : 2). Sedangkan Pride dan Holmes dalam Sumarsono & Paina Partana, (2004:2), merumuskan sosiolinguistik secara sederhana :

“The study of language of part of culture and society”, artinya sosiolinguistik adalah

kajian bahasa sebagai bagian dari kebudayaan dan masyarakat.

Sosiolinguistik lazim didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari ciri dan berbagai variasi bahasa, serta hubungan diantara para bahasawan dengan ciri fungsi variasi bahasa itu di dalam suatu masyarakat bahasa (Kridalaksana). Sosisolinguistik adalah kajian mengenai bahasa dan pemakaiannya dalam konteks sosial dan kebudayaan (Rene Appel, dkk 1976:10).


(19)

Sosiolinguistik juga dikenal sebagai linguistik Antropologi atau linguistik Sosial yaitu suatu cabang linguistik yang mengkaji hubungan antara bahasa dengan masyarakat. Sosiolinguistik merupakan ilmu yang mengkaji bahasa dari segi hubungan antara latar, peserta, tajuk pembicaraan, fungsi suatu interaksi, bentuk hubungan, dan nilai-nilai yang dipegang oleh ahli-ahli yang terlibat dalam pertuturan sesama sendiri (Nor Hazizan Talib, www.google.com.2002).

Penulis menggunakan teori pendekatan sosiolinguistik ini karena berhubungan dengan aisatsu sebagai alat komunikasi (objek) yang digunakan masyarakat Jepang dalam berinteraksi di kehidupan sehari-hari. Contohnya pada perkenalan, pertemuan, perpisahan dan lainnya. Dan sesuai dengan pendapat dari Pride dan Holmes diatas,

Aisatsu sebagai objek dari kajian sosiolinguistik juga merupakan salah satu budaya dari

masyarakat Jepang.

I.5 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian I.5.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui jenis-jenis kata salam (aisatsu) dalam bahasa Jepang. 2. Untuk mengetahui penggunaan aisatsu di dalam kehidupan sehari-hari

masyarakat Jepang.

I.5.2 Manfaat Penelitian


(20)

1. Agar para pembelajar bahasa Jepang dapat memperkaya kosa kata dalam bahasa Jepang

2. Mengetahui aisatsu kotoba secara luas sesuai pemakaian waktu dan keadaan. 3. Dan juga sebagai referensi untuk penulis lain dalam meneliti judul yang

berkaitan dengan aisatsu.

I. 6 Metode Penelitian

Dalam menyelesaikan penyusunan karya tulis ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu, memberi gambaran yang secermat mungkin mengenai individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu (Koentjaraningrat, 1976 : 30). Metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diteliti dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian pada saat ini berdasarkan fakta atau data-data yang tampak atau semestinya.

Metode deskriptif yang digunakan dalam penulisan ini adalah suatu metode yang diartikan sebagai langkah-langkah dalam penyusunan, yakni :

1. Mengumpulkan : mengumpulkan data sebelum menyusun menjadi satu kajian untuk dapat menemukan apa masalah pokoknya.

2. Menyusun : ketika sudah mendapatkan data-data sesuai pokok kajian, maka disusunlah rangkaian dari setiap masalah dari yang luas menjadi sangat spesifik.

3. Mengklasifikasikan : setelah semua data berdasarkan teori, masalah sampai kepada siapa yang memberikan defenisi akan pembenaran ilmu dalam ruang


(21)

lingkup yang dimuat penulis dalam penelitian yang dilakukan hingga penggolongan yang jelas.

4. Mengkaji : mengkaji semua masalah yang ditemukan dengan jelas. 5. menginterpretasikan data.

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG AISATSU KOTOBA DAN SOSIOLINGUISTIK

2.1 Pengertian dan Teori Sosiolinguistik

Bahasa dapat dikaji secara internal maupun secara eksternal. Kajian internal hanya bisa dilakukan dengan menggunakan teori-teori dan prosedur-prosedur yang ada dalam disiplin saja. Kajian secara eksternal berarti kajian tersebut terhadap hal-hal atau faktor yang berada diluar bahasa yang bsrkaitan dengan penggunaan bahasa didalam kelompok-kelompok sosisal masyarakat. Penelitian atau kajian bahasa secara eksternal melibatkan dua disiplin ilmu atau lebih, sehingga wujudnya berupa ilmu antar disiplin yang namanya merupakan gabungan dari disiplin ilmu-ilmu yang bergabung itu. Sosiolinguistik merupakan gabungan antara disiplin sosiologi dan disiplin linguistik (Abdul Chaer, 2004:2).

Menurut Dittmar dalam Abdul Chaer (2004:2) istilah sosiolinguistik itu sendiri baru muncul pada tahun1952 dalam karya Haver C. Currie yang menyarankan perlu


(22)

Dalam mengkaji sosiolinguistik ini J. A. Fishman dalam Abdul Chaer (2004 : 3) menggunakan judul sosiolinguistik, kemudian menggantinya dengan sosiologi bahasa,

sociologi of language. Ia mengatakan kajian sosiolinguistik lebih bersifat kualitatif.

Sosiolingustik lebih berhubungan dengan perincian-perincian penggunaan bahasa yang sebenarnya. Selanjutnya, Ia juga menyatakan bahwa sosiolinguistik ialah bidang yang mengkaji ciri-ciri variasi bahasa, ciri-ciri fungsi variasi ini dan ciri-ciri penutur yang menggunakannya apabila ketiga unsur ini berinteraksi, berubah dan mengubah satu sama lain dalam suatu masyarakat bahasa, dengan perkataan lain sosiolingustik merupkan kajian yang menumpukkan perhatian kepada bahasa dalam konteks sosial dan kebudayaan.

Seperti deskripsi pola-pola pemakaian bahasa dalam budaya tertentu, pilihan pemakaian bahasa tertentu yang dilakukan penutur, topik, dan latar pembicaraan. Sedangkan sosiologi bahasa lebih berhubungan dengan faktor-faktor sosial, yang saling timbal balik dengan bahasa (Abdul Chaer, 2004:7).

Menurut Nababan dalam Abdul Chaer (2004:6) banyak orang menganggap kedua istilah itu sama, tetapi banyak juga yang menganggapnya berbeda. Ada yang mengatakan digunakannya istilah sosiolingustik karena penelitianya dimasuki bidang linguistik, dan istilah sosiologi bahasa digunakan kalau penelitian itu dimasuki dari bidang sosiologi.

Tentang Sosiologi telah banyak batasan yang telah dibuat oleh para sosiolog, intinya kira-kira adalah bahwa sosiologi itu adalah kajian yang objektif dan ilmiah mengenai manusia di dalam masyarakat. Sedangkan Linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa, atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin


(23)

yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu didalam masyarakat (Abdul Chaer,2004:4).

Beberapa rumusan mengenai sosiolinguistik dari beberapa pakar yang tertulis dalam Abdul Chaer (2004:3-4) adalah sebagai berikut:

1. Sosiolinguistik lazim didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari ciri dan berbagai variasi bahasa,serta hubungan diantara para bahasawan dengan ciri

fungsi variasi bahasa itu didalam suatu masyarakat bahasa (Kridalaksana). 2. Pengkajian bahasa dengan dimensi kemasyarakatan...disebut sosiolinguistik

(Nababan).

3. Sosiolinguistics is the study of the characteristics of language varieties, the characteristics of their functions,and the characteristics of their speakers as these three constantly interact, change and change one another within a speech community (= sosiolinguistik adalah kajian tentang ciri khas variasi bahasa, fungsi-fungsi variasi bahasa, dan pemakai bahasa karena ketiga unsure ini selalu berinteraksi,berubah, dan saling mengubah satu sama lainnya dalam satu masyarakat tutur) (J.A.Fishman).

4. Sosiolinguistyiek is de studie van taal en taalgebruik in de context van maatschapij en kultuur (= sosiolinguistik adalah kajian mengenai bahasa dan pemakaiannya dalam konteks social dan kebudayaan) (Rene Appel, Gerad Hubert, Greus Meijer ).

5. Sociolinguistiek is subdisiplin van de taalkunde, die bestudert welke social factoren enn rol spleen in het taalgebruik er welke taal spelt in het social


(24)

faktor-faktor sosial yang berperan dalam penggunaan bahasa dan pergaulan social) (G.E.Booji,J.G.Kersten,dan H.J.Verkuyl).

2.2 Pengertian dan Fungsi Aisatsu

Dalam melakukan interaksi mengucapkan salam atau aisatsu dengan orang yang lebih tua ataupun dengan teman dekat harus diperhatikan agar lebih dapat menghormati dan membedakan dengan siapa kita mengucapkan salam. Tetapi dengan telah mengetahui jenis-jenis aisatsu, dapat membantu kita dalam menjalin hubungan yang lebih baik dengan orang lain.

Aisatsu berfungsi sebagai pemecah kekakuan yang memungkinkan perusahaan

anda dikenal, walaupun cara ini tidak diperlukan untuk kegiatan-kegiatan seperti eksport dalam jumlah kecil dari sebuah perusahaan dagang (www.jakartacommerce.com, 24 Januari 2008).

Dalam tradisi dan budaya Jepang mengucapkan salam itu sangat penting dan sangat berguna dalam menjalin hubungan antar manusia. Kita tahu dalam kehidupan sehari-hari, entah di Jepang maupun Indonesia atau dimanapun kita berada, persalaman merupakan kunci atau pintu hati keterbukaan seseorang terhadap ada atau tidak adanya keinginan kita untuk berkomunikasi dengan orang lain. Persalaman merupakan kunci awal membuka diri kita dengan dunia luar.

Mizutani Osamu, (1995:16) mengemukakan bahwa; Aisatsu wa, ningen kankei wo

yookoo ni tamotsu tame, aruiwa yoi ningen kankei wo tsukuru tame ni mochiirareru gengo hyoogen, mata wa gengo koodoono koto wo iu no de ate, joohoo ya kanjoo wo tsutaeru no jishitsutekina gengo koodoo dewani


(25)

Artinya, bahwa aisatsu (persalaman) itu merupakan sarana komunikasi verbal dalam rangka menjalin hubungan manusia yang satu dengan manusia lainnya dan merupakan cerminan kegiatan berbahasa. Namun, persalaman ini bukan menunjukan kegiatan berbahasa yang mengarah pada substansi bahasa itu sendiri. Artinya, dalam persalaman terkandung makna yang lebih dalam bagi orang yang mendengarkannya.

2.3 Jenis-Jenis Aisatsu

Ketika berinteraksi dan melakukan komunikasi sehari-hari dalam masyarakat Jepang terutama pada salam terdapat berbagai jenis salam sesuai dimana, kapan, dan dengan siapa kita berinteraksi. Semua ini harus diperhatikan dengan baik.

Adapun jenis aisatsu menurut Osamu Mizutani dan Nobuko Mizutani dalam buku Nihonggo Notes 1 Speaking and Living in Japan (1977) yaitu:

1. Pertemuan/Perkenalan untuk yang pertama kali.

Hajimemashite

Kata hajimemashite ini dipakai pada saat perkenalan. Penggunaan kata

hajimemashite adalah dipakai pada awal kalimat dan diikuti dengan nama

orang yang memberi salam tersebut atau bisa juga diikuti dengan nama orang yang disapa. Kata hajimemashite memiliki fungsi sebagai salam pembuka dalam sebuah perkenalan. Dengan kata lain dapat disebut juga sebagai kata awal dalam perkenalan. Hal ini karena apabila dilihat dari kanjinya, hajime yang berasal dari kata hajimeru yang berarti memulai.


(26)

Doozo yoroshiku

Doozo yoroshiku juga digunakan pada saat perkenalan. Doozo yoroshiku

dapat diartikan senang sekali diperkenalkan dengan anda; mohon jangan lupakan saya; girang sekali menjadi teman anda.cara penggunaannya adalah dipakai pada akhir kalimat memperkenalkan diri setelah kalimat

hajomemashite. Kata doozo yoroshiku ini juga berfungsi sebagai kalimat

jawaban pada seseorang yang telah memperkenalkan dirinya kepada kita. Dengan demikian kata doozo yoroshiku ini dapat digunakan oleh kedua belah pihak, yaitu orang yang memperkenalkan diri dan orang yang diperkenalkan. 2. Bertemu kembali.

Senjitsu wa shitsuree shimashita Sinjitsu wa doomo

Sinjitsu wa gochisoosama deshita

Ketiga aisatsu tersebut diatas selain diucapkan pada saat bertemu kembali, juga dapat disebut sebagai aisatsu untuk mengungkapkan permohonan maaf apabila pada pertemuan sebelumnya ada melakukan kesalahan (senjitsu-wa-shitsuree-shimashita), dan sebagai aisatsu untuk mengungkapkan rasa terima kasih kepada lawan bicara atas kebaikannya pada pertemuan sebelumnya (senjtsu-wa doomo, senjitsu-wa

gochisoosama-deshita).

Okaeri nasai

Okaeri nasai merupakan salam yang diucapkan kepada anggota keluarga


(27)

dirumah. Dengan kata lain, diucapkan oleh orang yang ditinggal. Okaeri

nasai berarti ”Selamat datang”. Tadaima

Tadaima adalah aisatsu yang diucapkan oleh seseorang kepada anggota

kelurga atau kepada orang yang masih berada dalam satu kelompok ketika kembali ke rumah kepada orang yang ditinggal. Tadaima dapat diartikan ”Saya pulang”. Fungsinya untuk menjalin keakraban diantara anggota keluarga atau anggota kelompok.

3. Bertemu pada kesempatan khusus.

Akemashite omedetoo gozimasu

(Selamat tahun baru)

Sakunen chuu wa iroiro osewasama ni narimashita

(Terima kasih untuk segala hal yang telah kamu lakukan tahun lalu)

Honen (Kotoshi) mo yoroshiku onegai itashimasu

(Saya mohon tahun ini anda berbuat baik pada saya)

Doozo yoi otoshi o

(Selamat tahun baru)

Keempat aisatsu diatas umumnya diucapkan pada saat tahun baru yang dalam bahasa inggris sama dengan ucapan ”Happy new year”. Ungkapan tersebut sebagai bentuk kegembiraan menyambut tahun yang baru

(akemashite omedetoo gozaimasu, doozo yoi otoshi o) dan juga sebagai


(28)

yang baik (sakunen chuu wa iroiro osewasama-ni narimashita, honen

(kotoshi) mo yoroshiku onegai itashimasu). Keempat aisatsu diatas berfungsi

untuk menjalin keakraban. 4. Pada orang yang akan pergi.

Itte irasshai

Aisatsu itte irasshai ini diucapkan pada anggota keluarga atau anggota

kelompok ketika akan pergi. Artinya ”Cepat kembali”. Sebagai aisatsu balasan orang yang akan pergi tersebut mengatakan ”itte mairimasu”.

Aisatsu ini berfungsi untuk menjalin keakraban. (Dozoo) oki o tsukete

Aisatsu ini diucapkan kepada orang yang akan pergi. Artinya

”Hati-hati!”. Aisatsu ini dapat dikatakan berfungsi sebagai aisatsu nasihat. 5. Pada saat berpisah.

Dewa, shitsuree itashimasu

(Selamat tinggal)

Sayonara

(Selamat tinggal)

Dewa (Ja), mata

(Sampai jumpa lagi)

Ja. Kore de

(Sampai disini dulu)


(29)

Aisatsu diatas dipakai ketika berpisah. Namun ada sedikit perbedaan

untuk penggunaan aistasu sayonara. Sayonara biasanya diucapkan ketika perpisahan tersebut untuk selamnya dan kemungkinan tidak akan bertemu lagi, apabila seorang istri mengucapkan kata sayonara pada suaminya ini berarti sang istri tidak akan tinggal bersama suaminya lagi. Umumnya orang jepang mengucapkan selamat tinggal dengan aisatsu ja kore de, ja mata,

dewa shitsuree itashimasu.

6. Ketika selesai bertamu/pamitan.

Sorosoro shitsuree itashimasu Osaki-ni shitsuree itashimasu Shituree shimasu

Aisatsu ini digunakan ketika akan berpamitan kepada tuan rumah.

Artinya ”Saya permisi dulu”. Fungsi aisatsu ini adalah sebagai salam perpisahan.

7. Permintaan maaf.

Sumimasen

Doomo sumimasen Shitsuree shimasu Gomen

Aisatsu diatas adalah aisatsu yang digunakan untuk menyatakan

permintaan maaf. Artinya ”Maaf”.


(30)

Aisatsu ini adalah suatu ungkapan permohonan maaf untuk tidak

menulis surat atau menemui seseorang. Kalimat lengkapnya adalah ”gobusata-itashimashite, mooshiwake arimasen” yang artinya ”Maaf, sudah lama tidak menyurati/menemui anda” atau kepada teman biasa diucapkan

”gobusata shite,doomo” untuk mengatakan hal yang sama.

9. Ketika terlambat

Osoku natte sumimasen

Omataseshite mooshiwake arimasen

Aisatsu ini digunakan sebagai ungkapan maaf karena telah membuat

seseorang menunggu. Artinya adalah ”Maaf, telah membuat anda menunggu”.

10. Menerima pertolongan.

Sumimasen (onegai shimasu)

Aisatsu ini diucapkan ketika menerima pertolongan dari orang lain. Aisatsu ini dapat diartikan ”Maaf menyusahkan!”. Aisatsu ini sebagai

ungkapan atas pertolongan yang telah diterima. 11. Pada saat bertemu.

Gomen kudasai

Aisatsu ini digunakan oleh tamu kepada tuan rumah ketika memasuki

ruangan. Artinya ”Permisi!”. Aisatsu ini berfungsi sebagai salam penghormatan kepada tuan rumah.


(31)

Aisatsu ini diucapkan oleh tuan rumah kepada tamunya ketika tamu

tersebut hendak berpamitan. Artinya ”Sering berkunjung, ya!”. aisatsu ini berfungsi untuk keakraban.

Doozo ohairi kudasai

Aisatsu ini diucapkan oleh tuan rumah kepada tamunya. Biasanya aisatsu

ini adalah sebagai aisatsu jawaban untuk aisatsu gomen kudasai. Aisatsu ini berarti ”Silahkan masuk!”.

12. Balasan/jawaban untuk ungkapan terima kasih dan permintaan maaf.

Iie

(Tidak)

Doo itashimashite

(Sama-sama, tidak apa-apa)

Tondemonai

(Tidak masalah)

Kochira-koso

(Saya yang seharusnya mengucapkan itu)

Kamaimasen yo

(Tidak masalah)

Aisatsu diatas merupakan aisatsu yang dipakai untuk menjawab aisatsu

terima kasih atau aisatsu permintaan maaf yang diucapkan oleh orang lain. 13. Aisatsu berdasarkan waktu.


(32)

Ohayoo gozaimasu pada saat bertemu seseorang pada pagi hari. Artinya

”Selamat pagi”. Dalam keluarga Jepang, aisatsu ohayoo-gozaimasu ini juga diucapakan seorang anak kepada orang tua ketika pertama kali bertemu dipagi hari.

Konnichiwa

Aisatsu konnichiwa yang berarti selamat siang ini dipakai pada saat

bertemu dengan seseorang pada siang hari.

Konbanwa

Aisatsu konbanwa dipakai saat bertemu seseorang pada malam hari,

tetapi masih ada kegiatan yang akan dilakukan (tidak dapat digunakan sebagai ucapan selamat tidur).

Oyasuminasai

Aisatsu oyasuminasai adalah aisatsu yang diucapkan kepada anggota

keluarga pada malam hari sebagai ucapan selamat tidur, dengan kata lain tidak ada lagi kegiatan yang akan dilakukan. Dengan demikian dapat dapat kita lihat perbedaanya, apabila konbanwa ucapan selamat malam kepada seseorang namun masih ada kegiatan yang akan dilakukan, maka aisatsu

oyasuminasai merupakan ucapan selamat malam kepada anggota keluarga

namun tidak ada lagi kegitan yang akan dilakukan selain pergi tidur. Aisatsu

oyasuminasai ini dapat diartikan ”Selamat beristirahat”.

14. Meminta waktu seseorang.

Ojama shimasu Ojama shimashita


(33)

Aisatsu ini digunakan ketika meminta waktu seseorang untuk diajak

bicara. Ojama shimasu diucapkan ketika memasuki ruangan dan memulai pembicaraan sedangkan ojama-shimashite digunakan setelah selesai pembicaraan dan bermaksud akan meninggalkan ruangan. Artinya adalah ”Maaf, saya mengganggu”.

15. Menyatakan terima kasih

Arigatoo gozaimasu Arigatoo

Arigatoo gozaimashita Osewasama de gozaimashita Gokuroosama

Doomo

Aisatsu diatas adalah aisatsu yang dipakai untuk menyatakan terima

kasih pada seseorang atas kebaikan yang telah diterima. Untuk aisatsu

arigatoo gozaimasu dan arigatoo gozaimashita walaupun memiliki arti yang

sama namun ada sedikit perbedaan dalam pemakaiannya. Arigatoo

gozaimashita biasanya dipakai untuk mengucapkan terima kasih pada

seseorang yang selesai hanya pada saat itu saja, misalnya pada saat kita bertanya pada orang yang kita temui dijalan maka ucapkan terima kasih yang kita pakai adalah arigatoo gozaimashita, sedangkan pada orang yang kita temui setiap hari, kita mengucapkan kata terima kasih secara berulang-ulang maka aisatsu yang dipakai untuk mengucapkan kata terima kasih tersebut


(34)

16. Ketika seseorang sedang berbahagia.

Omedetoo gozaimasu

(Selamat)

Yokatta desu ne

Sore wa naniyori desu ne

(Hal itu lebih baik dari yang lain, ya!)

Oyorokobi mooshiagemasu

(Saya turut gembira)

Aisatsu ini diucapkan kepada orang yang sedang mengalami hal yang

menggembirakan, misalnya pada acara perkawinan, ulang tahun, kelahiran dan lainnya. Aisatsu ini berfungsi sebagai aisatsu ucapan selamat.

17. Pada orang yang sedang sakit.

Doozo odaiji ni / odaiji ni

Aisatsu ini diucapkan pada saat mengunjungi orang yang sedang sakit

dan juga diucapkan oleh seorang dokter kepada pasiennya setelah selesai memeriksa. Artinya ”Semoga cepat sembuh!”. Aisatsu ini berfungsi sebagai

aisatsu penghibur .

18. Menanyakan kesehatan

Ogenki desu ka Okawari arimasen ka Ikaga desu ka

Ketiga aisatsu diatas (ogenki desu ka, okawari arimasen ka, dan ikaga


(35)

Ketiga aisatsu diatas dapat diartikan ”Apa kabar” atau dalam bahasa inggris

”How are you!”.

19. Menjawab pertanyaan tentang kesehatan.

Okagesama de (genki desu)

(Berkat doa anda, saya sehat-sehat saja)

Okagesama de daibu yoku narimashita

(Berkat anda, saya jadi lebih baik)

Okagesama de merupakan aisatsu untuk menjawab ketika seseorang

bertanya tentang keadaan/kesehatan. Aisatsu ini digunakan untuk menjalin keakraban.

20. Meminta pertolongan seseorang.

Otesuu o kakemashita Gomendoo okakemashita Onegai shimasu

Aisatsu diatas digunakan untuk meminta bantuan pada seseorang.

Artinya adalah ”Mohon bantuannya”. Diantara ketiga aisatsu diatas, yang biasa digunakan adalah kata onegai shimasu. Kata onegai shimasu ini dipakai diakhir kalimat.

21. Menyatakan bela sungkawa atas seseorang yang ditimpa musibah.

Kono tabi wa tonda koto de

(Sungguh hal yang menakutkan)


(36)

Osasshi itashimasu

(Saya dapat merasakan bagaimana perasaan anda)

Aisatsu ini diucapkan kepada orang yang sedang ditimpa musibah,

misalnya perampokan. Aisatsu ini berfungsi sebagai aisatsu penghibur. 22. Ketika selesai melakukan pekerjaan yang sulit.

Otsukaresama deshita Gokurosama

Aisatsu ini diucapkan pada orang lain setelah ia menyelesaikan suatu

pekerjaan atau melalui sebuah kesulitan. Pegawai kantor memakai aisatsu ini ketika akan pulang kantor sebagai salam perpisahan yang mempunyai maksud yang sama dengan aisatsu ja, mata. Aisatsu ini dapat diartikan ”Anda pasti lelah ya!”. Fungsi aisatsu ini adalah sebagai aisatsu perpisahan dan menjalin keakraban.

23. Menawarkan makanan.

Doozo (meshiagatte kudasai)

Aisatsu ini digunakan ketika menawari makanan/minuman kepada tamu.

Artinya ”Silahkan ambil!”. Dapat dikatakan fungsi aisatsu ini adalah sebagai

aisatsu penawaran.

Moo sukoshi ikaga desu ka

Aisatsu ini juga digunakan untuk menawarkan makanan/minuman, hanya

saja tawarannya untuk menambah makanan/minuman. Arti aisatsu ini adalah ”Silahkan tambah lagi!”. aisatsu ini berfungsi sebagai aisatsu penawaran. 24. Menerima makanan/minuman.


(37)

Itadakimasu

Aisatsu ini digunakan ketika memulai makan/minum. Aisatsu ini

berfungsi sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada semua hal yang telah turut serta dalam mempersiapkan makanan dan minuman yang telah dihidangkan. Aisatsu ini dapat diartikan ”Saya menerima” atau ”Terima kasih”.

Gochisoosama deshita

Aisatsu ini digunakan setelah selesai makan/minum. Aisatsu ini juga berfungsi sebagai ungkapan terima kasih atas makanan dan minuman yang telah dihidangkan. Aisatsu ini dapat diartikan ”Terima kasih”.

25. Ketika memberikan hadiah.

Tsumaranai mono desu ga

(Ini benda yang tak seberapa)

Honno sukoshi desu ga

(Ini hanya benda kecil)

Kokoro bakari no mono desu ga

(Saya berikan ini dengan tulus)

Aisatsu ini diucapkan ketika memberikan hadiah/sesuatu pada orang lain.

Fungsi aisatsu ini adalah untuk menjalin keakraban. 26. Menyampaikan salam pada seseorang.


(38)

Aisatsu ini dipakai untuk menyampaikan salam pada seseorang. Artinya

”Tolong sampaikan salam saya pada tuan...”. aisatsu ini untuk menjalin keakraban.

27. Menunjukan cuaca.

Ii tenki desu ne

Aisatsu ini dipakai untuk memulai percakapan dengan seseorang. Fungsi aisatsu ini adalah untuk menjalin keakraban. Artinya adalah ”Cuacanya

bagus ya!”.

Atsui desu ne

Aisatsu ini untuk membuka percakapan. Artinya ”Panas ya!”. aisatsu ini

berfungsi untuk menjalin keakraban.

Samui desu ne

Aisatsu samui desu ne ini juga digunakan membuka percakapan. Artinya

”Dingin ya”. Aisatsu ini berfungsi untuk menjalin keakraban.

Ii yooki desu ne

Aisatsu ini digunakan sebagai pembuka percakapan. Artinya adalah

”Musim yang bagus, ya!”.

Yoku furimasu ne

Aisatsu ini juga digunakan sebagai pembuka pembicaraan. Artinya adalah


(39)

BAB III

ANALISIS PENGGUNAAN KATA SALAM DITINJAU DARI SOSIOLINGUISTIK BAHASA JEPANG

3.1. Salam Perkenalan

Percakapan 1 :

Winters : Hajimemashite, Takada san. Winters desu. Doozo yoroshiku. (Apa kabar Pak Takada. Nama saya Winters. Senang berkenalan

dengan anda)

Takada : Doozo yoroshiku.

(Senang berkenalan dengan anda)

(Nihongo Notes 2 “Studying Japanese in Context” Hal :36-37) Percakapan 2 :

Satoo : Ohayoo gozaimasu.

(Selamat pagi)

Yamada : Ohayoo gozaimasu. Satoo san, kochirawa Mike Miller san desu. (Selamat pagi. Nona Satoo, perkenalkan ini Bapak Mike Miller.)


(40)

Doozo yoroshiku.

(Perkenalkan,Saya adalah Mike Miller. Datang dari Amerika. Senang berkenalan dengan anda.)

Satoo : Satoo Keiko desu. Doozo yoroshiku.

(Saya Satoo Keiko. Senang berkenalan dengan anda.)

(Minna No Nihongo I, Pelajaran 1 Hal 7)

Kata hajimemashite digunakan pada saat perkenalan. Penggunaan kata

hajimemashite adalah dipakai pada awal kalimat dan diikuti dengan nama orang yang

memberi salam tersebut atau bisa juga diikuti dengan nama orang yang disapa. Kata

hajimemahite memiliki fungsi sebagai salam pembuka dalam sebuah perkenalan. Dengan

kata lain dapat juga disebut sebagai kata awal dalam perkenalan. Hal ini karena apabila dilihat dari kanjinya, hajime yang berasal dari kata hajimeru yang berarti memulai.

Pada percakapan 1, Winters sudah mengetahui nama Tak ada sebelumnya. Itulah sebabnya Winters menyebutkan nama Tak ada pada saat dia memulai percakapan.

Selain kata hajimemashite, aisatsu yang juga digunakan pada percakapan di atas adalah kata doozo yoroshiku. Doozo yoroshiku adalah aisatsu yang juga digunakan pada saat perkenalan. Doozo yoroshiku dapat diartikan senang sekali berkenalan dengan anda; mohon jangan lupakan saya; senang sekali menjadi teman anda. Cara penggunaannya adalah dipakai pada akhir kalimat memperkenalkan diri setelah kalimat hajimemashite. kata doozo yoroshiku ini juga berfungsi sebagai kalimat jawaban kepada seseorang yang telah memperkenalkan dirinya kepada kita. Jadi, kata doozo yoroshiku dapat digunakan oleh kedua belah pihak, yaitu orang yang memperkenalkan diri dan orang yang diperkenalkan.


(41)

Pada percakapan di atas selain terdapat kata hajimemashite dan doozo yoroshiku,

aisatsu yang juga digunakan adalah kata ohayoo gozaimasu. Ohayoo gozaimasu adalah aisatsu berdasarkan waktu. Artinya adalah “selamat pagi”. Kata ini, dapat digunakan juga

pada perkenalan yang terjadi pada pagi hari. Seperti yang terdapat pada contoh 2. pada contoh percakapan tersebut, sebelum memulai perkenalan, nona Satoo memberikan salam

ohayoo gozaimasu, dan diucapkan kembali oleh tuan Yamada. Aisatsu ini digunakan

sebagai ungkapan rasa hormat kepada seseorang.

3.2. Salam Permintaan Maaf. 3.2.1 Sumimasen

Contoh percakapan :

A : Anô, sumimasen. Yamaguchi no sensei no heya shitsu wa dochira deshooka?

(Maaf. Ruangan Pak Yamaguchi dimana ya?)

B : A, rokkai desu. Erebeta o oriruto, sugu mae ni kaigishitsu ga arimasu. Sensei no heya wa sono migi tonari desu.

(Ah, di lantai 6. begitu turun dari lift, langsung ada ruang rapat di depannya ruangan bapak itu ada disebelah kanan ruangan itu.)

A : Doumo arigatou gozaimasu.

(Terima kasih banyak) (Nichijo Kaiwa, hal 136)

Sumimasen adalah aisatsu yang digunakan untuk meminta maaf kepada orang


(42)

karena telah mengganggu, meminta waktu, meminta petunjuk akan sesuatu hal, juga meminta atau menanyakan suatu hal.

Hal ini lebih diperjelas dari contoh percakapan di atas. Pada contoh percakapan ini, jelas tergambar bahwa si A belum pernah mengenal B, namun A berusaha menanyakan sesuatu kepada B. Untuk memulai percakapan dan ingin menanyakan sesuatu, A mengucapkan sumimasen. Salam ini berfungsi agar terlihat sopan dan juga merupakan ungkapan perasaan menyesal karena telah mengganggu waktu orang lain.

Selain menyatakan permintaan maaf karena akan meminta bantuan orang lain,

sumimasen juga digunakan ketika ingin meminta orang lain untuk mengulangi suatu

perbuatan atau ucapan yang disebabkan oleh banyak hal seperti karena tidak dapat mendengar, terlalu cepat, dan lainnya.

Contoh ungkapannya yaitu:

1. Sumimasen, mou ichi dou onegaishimasu (Maaf, bisa diulang sekali lagi)

2. Sumimasen, mou sukoshi yukkuri onegaishimasu. (Maaf, bisa tolong sedikit diperlambat)

((Japanese for Busy People I Hal 171).

3.2.2 Doumo Sumimasen

Doumo Sumimasen adalah aisatsu yang digunakan pada saat ingin berterima kasih

namun juga ada terselip rasa meminta maaf karena telah menerima bantuan dari pihak kedua tersebut.


(43)

Miller : Sumimasen. ABC store wa doko desuka?

(Maaf. Toko ABC dimana ya?)

Onna no hito : ABC store wa desuka? Asoko ni shiroi birudingu ga arimasune. Ano birudingu no naka desu.

(Toko ABC? Di sana ada gedung putih. Toko itu ada di dalam gedung tersebut)

Miller : Sou desuka. Doumo sumimasen

(Begitu ya. Maaf telah merepotkan dan terimakasih) Onna no hito : Iie

( Tidak apa-apa) ( Minna no Nihongo Hal 81).

Dari contoh percakapan di atas dapat tergambar bahwa, Miller meminta petunjuk atas suatu hal kepada wanita yang belum dikenalnya dan bisa tergambar situasinya berada di jalanan. Rasa terima kasih dan sekaligus meminta maaf atas kelancangannya telah mengganggu wanita tersebut di utarakan dengan aisatsu Doumo sumimasen. Salam ini berfungsi sebagai penghormatan kepada orang lain karena telah bersusah payah merepotkan diri untuk kita.

3.2.3 Gomen dan Gomen nasai

Gomen adalah aisatsu yang digunakan ketika kita ingin meminta maaf atas suatu

kesalahan yang telah diperbuat terhadap pihak lain. Namun, jika berbuat salah dengan orang yang lebih tua, atasan, ataupun orang yang belum begitu akrab dengan kita, boleh


(44)

Contoh percakapan 1 :

A : Ano sa, nichiyoubi no yakusoku nandakedo. (Hm, ini. Tentang janji di hari minggu) B : Moshikashite, dame nano?

(Ada kemungkinan tidak bisa?)

A : Gomen. Nichiyoubi, Osaka ni shucchou ni nacchatte.

(Maaf. Hari minggu sepertinya akan tugas ke Osaka).

B : Shigoto dakara ne. Ii yo, ii yo. (Karena pekerjaan, ya tidak apa-apa). A : Gomen. Hontou ni Gomen.

(Maaf ya. Benar-benar minta maaf).

(Nihongo Journal, januari 1997 : 36) Contoh Percakapan 2 :

Young : Osaki ni shitsureishimasu.

(Saya pergi duluan)

Ten in : A, young san, chotto soudan ga arundakedo.

(Nona Young, bisa tunggu sebentar ada yang ingin dibicarakan)

Young : Nan deshouka?

(Ada apa?)

Ten in : Jitsu wa, uchi no ten in ga hitori bike no jiko de nyuuin shite shimattanda. Sore de, kawari nimou ichi nichi arubaito o onegaidekinaikana.

(Sebenarnya, ada satu dari pegawai kami yang kecelakaan motor dan ma- -suk rumah sakit. Untuk itu, apakah anda bisa jadi penggantinya?)


(45)

Young : Itsu desuka?

(Kapan?)

Ten in : Kondo no nichiyoubi nanda.

(Hari minggu ini)

Young : Aa, Nichiyoubi desuka….

(Hm, hari Minggu ya?)

Ten in : Tekitona hito ga inaindayo. 1, 2 jikan demo iindakedo, ishogashi?

(Tidak ada orang lain yang bisa menggantikannya. 1 atau 2 jam juga boleh, Apa anda sibuk?)

Young : Ee, nichiyoubi wa benkyousurundesu. Getsuyoubi ni shiken ga arun desu.

(Iya. Hari minggu belajar. Karena hari senin ada ujian.)

Ten in : Sou..

(Begitu ya.)

Young : A, Gomen nasai.

(Maaf ya.)

Ten in : Iya.

(Tidak apa-apa)

(Nihongo Journal, januari 1997 : 37)

Dari percakapan 1 di atas, dapat diketahui bahwa kedua pihak tersebut telah saling mengenal dan terlihat sangat akrab. Hal ini dapat terlihat dari kata-kata yang digunakan dalam percakapan tersebut yang menggunakan bahasa percakapan sehari-hari dan bukannya bahasa formal. Ketika ingin mengucapkan rasa maaf dalam hubungan yang


(46)

percakapan 2, aisatsu yang digunakan untuk mengungkapkan rasa permintaan maaf adalah gomen nasai. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, gomen nasai digunakan pada hubungan yang jenisnya lebih kepada saling menghormati. Biasanya digunakan pada orang yang belum dekat dan orang-orang yang derajatnya lebih tinggi.

Pada percakapan 2 di atas dapat diketahui hubungan keduanya berupa atasan, nona Young merasa menyesal atau meminta maaf karena tidak dapat membantu untuk menggantikan seorang pegawai di toko tersebut. Untuk menolaknya, ia memberikan satu alasan. Untuk tidak membuat perasaan pihak yang meminta bantuannya tersinggung, ia mengucapkan gomen nasai sebagai pernyataan maaf yang sedalamnya.

3.3. Salam Pertemuan

3.3.1 Hisashiburi dan O genki

Contoh percakapan :

Kim : Sensei, Ohisashiburi desu.

(Sensei, sudah lama tidak bertemu)

Sato : Aa, Kim san. Hisashiburi desu ne. Genki desuka?

(Hei, Kim. Sudah lama tidak bertemu. Apa kabar?)

Kim : Hai, genki ni yatteimasu. Sensei wa?

(Baik-baik saja. Bagaimana dengan kabar bapak?)

Sato : Aikawarazu desuyo. Dou desuka? Benkyou no hou wa?

(Tidak ada yang berubah. Bagaimana pelajaran kamu selama ini?)

Kim : Taihen desuga, nan to ka gambatteimasu.


(47)

Sato : Sou desuka? Mata gakkou no hou e asobini kite kudasai. A, basu ga kima- -shita. Ja, mata. Ogenki de ne.

(Begitu ya. Suatu waktu main ke sekolah ya. Ah, busnya sudah datang. Sampai jumpa lagi. Hati-hati ya.)

Kim : Hai, sensei mou ogenki de.

(Ya baiklah. Sensei juga hati-hati.) ( Nihongo Journal, April 1997: 18).

Kedua kata salam yakni, Hisashiburi dan O genki adalah kata-kata yang tidak dapat terpisahkan ketika bertemu dengan seseorang khususnya orang yang telah lama tidak dijumpai. Hal ini dikarenakan, arti dari hisashiburi adalah “sudah lama tidak bertemu”, dan O genki desuka adalah “apa kabar?”. Dari arti katanya saja dapat dibayangkan bahwa pertemuan itu terjadi setelah lama tidak bertemu. Fungsinya untuk menjalin keakraban dan menjaga rasa saling menghargai. Pada percakapan di atas, terdapat kata O hisashiburi, yang digunakan oleh Kim kepada gurunya. Namun sebaliknya, gurunya hanya memakai kata Hisashiburi saja untuk membalas Kim. Perbedaan pemakaian kata ini dapat terjadi karena dalam hal ini, Kim adalah bekas murid, untuk itu derajat gurunya tentu lebih tinggi atu lebih tua dari Kim. Oleh karenanya, agar dinilai lebih sopan Kim menggunakan kata O hisashiburi untuk mengucapkan salam kepada gurunya.

Namun, apabila sudah sering bertemu, ketika bertemu kembali, aisatsu yang diucapakan biasanya berupa aisatsu yang diucapkan untuk menunjukkan waktu yakni


(48)

Pada percakapan di atas, di akhir percakapannya di selipkan juga kata-kata

Ogenki de. Kata tersebut merupakan aisatsu yang digunakan ketika akan berpisah yang

memiliki maksud agar si lawan bicara berhati-hati dan semoga tidak terjadi apa-apa.

3.3.2 Tadaima dan Okaeri nasai

Tadaima dan Okaeri nasai adalah aisatsu yang diucapkan oleh seseorang kepada

anggota keluarga atau kepada orang yang masih berada dalam satu kelompok ketika kembali ke rumah kepada orang yang ditinggal. Tadaima diartikan “saya pulang”. Sedangkan okaeri nasai diartikan sebagai “selamat datang kembali”, merupakan jawaban dari tadaima. Sesuai dengan katanya yang berasal dari kata kaeru yang berarti pulang dan

nasai yang berarti silahkan. Fungsinya adalah untuk menjalin keakraban di antara

keluarga atau anggota kelompok. Contoh percakapan:

Miller : Tadaima

(Saya telah kembali)

Kanrinin : Okaeri nasai.

(Selamat datang kembali)

Miller : Kore, Kyouto no omiyage desu.

(Ini oleh-oleh dari Kyoto)

Kanrinin : Doumo sumimasen. Gion matsuri wa dou deshitaka?

(Terima kasih. Bagaimana dengan pesta Gionnya?)


(49)

(Sangat menyenangkan. Banyak juga orang asingnya ya.)

Kanrinin : Gion matsuri wa kyouto no matsuri de ichiban yumeidesukarane.

(Hal itu karena pesta gion merupakan salah satu pesta yang terkenal di Kyoto.)

Miller : Sou desuka.

(Begitu ya)

Kanrinin : Shasin o torimashitaka?

(apakah sudah mengambil gambar?)

Miller : Ee, 100 mai gurai torimashita.

(Ya, sekitar 100 lembar.)

Kanrinin : Sugoi desune.

(Banyak juga ya)

Miller : Ee, demo, chotto tsukaremashita.

(Ya, tapi sedikit melelahkan juga.)

( Nihongo Kiso I: Hal 97).

Pada percakapan di atas, jelas terlihat bahwa hubungan keduanya adalah hanya hubungan pertemanan yang mungkin terjalin pada suatu tempat pekerjaan atau tempat tinggal. Meskipun bukan dengan kalangan keluarga, namun kata tadaima dan okaeri

nasai dapat digunakan dalam anggota kelompok lain contohnya pada perckapan di atas.

Hal ini dimaksudkan agar dapat terjalin hubungan kekerabatan yang lebih baik lagi.


(50)

Petugas : I tenki desu ne. Odekake desuka.

(Cuacanya bagus ya. Anda mau pergi ya?)

Wan : Ee, chotto yûbinkyoku made.

(Ya, hanya ke kantor pos sebentar)

Petugas : Sô desuka. Itte Irasshai.

(Begitu ya, selamat jalan)

Wan : Itte mairimasu.

(Saya segera kembali) (Nihongo Journal, April 1997: 25)

Itte irasshai adalah aisatsu yang diucapkan kepada anggota keluarga ataupun

bukan anggota keluarga namun masih berada dalam suatu kelompok, sebagai contoh orang yang tinggal di sekitar rumah, orang yang bekerja pada satu perusahaan yang sama, ketika akan berangkat meninggalkan rumah. Pada keluarga di Jepang, seorang tamu yang menginap dalam satu keluarga biasanya juga akan diperlakukan sama dengan anggota keluarga lainnya, sehingga tidak mustahil untuk mengucapkan aisatsu ini kepada tamu tersebut.

Pada percakapan di atas, ketika petugas mengucapakan aisatsu “itte irasshai” kepada Wan,Wan membalasnya dengan mengucapkan aisatsu “itte mairimasu”. Itte

mairimasu atau itte kimasu merupakan aisatsu yang digunakn untuk membalas aisatsu itte irasshai. Itte irasshai dapat diartikan “saya kembali”. Fungsinya sama dengan itte-irasshai yaitu untuk menjalin keakraban diantara anggota keluarga atau kelompok.

Contoh lain terdapat dalam buku Nihongo Notes 6 “Situational Japanese 1” karangan Osamu Mizutani halaman 16. percakapan yang terjadi antara Mr. Lerner


(51)

dengan pemilik rumah tempat ia menginap. Percakapan tersebut terjadi ketika Mr. Lerner akan keluar keluar rumah di pagi hari dan istri pemilik rumah melihatnya kemudian berkata “itte-rasshai” dan Mr. Lerner membalasnya dengan “iite mairimasu”.

Aisatsu itte-rasshai ini berarti “selamat jalan” atau dapat juga berarti “cepat

kembali”. Fungsinya untuk menjalin keakraban.

3.4.2 Sayounara

Sayounara adalah aisatsu yang digunakan ketika akan berpisah dengan orang

lain. Aisatsu ini digunakan tergantung pada hubungan antara kedua belah pihak. Umumnya jika hubungan antara keduanya tidak terlalu dekat, sayounara dapat digunakan sebagai salam perpisahan. Namun tidak untuk keluarga ataupun kerabat dekat, karena maknanya dapat berarti sebagai perpisahan yang panjang dan akan sangat sulit untuk bertemu lagi.

Contoh percakapan ;

Tono : Moshi-moshi, Nakamura san to onaji kenkyujo no Tono to Moushimasu ga, Nakamura san ga irasshaimasuka?

(Halo, saya Tono teman seprofesi Pak Nakamura, apakah Pak Nakamura ada?)

Nakamura : Aa, Tono san, watashi desu. Konnichiwa.

(Pak Tono, ini saya sendiri. Selamat siang)

Tono : Konnichiwa Nakamura san. Watashi tachi wa kondo no Nichiyoubi pulau Seribu ni ikun desuga, isshouni ikimasenka? (Selamat siang Pak Nakmura. Kami hari minggu ini pergi ke


(52)

Nakamura : Ikitaidesuga, ima sugu ni henji o Shinakereba narimasenka?

(Ingin pergi tapi apakah harus memberikan jawaban secepatnya?)

Tono : Iie, isoganakutemo ii desu. Ashita made ni henji o itadakereba ii desu.

(Tidak cepat pun tidak apa-apa. Besok juga boleh memberikan jawabannya.)

Nakamura : Arigatou gozaimasu. Dewa, minna san ni Yoroshiku. Sayounara

(Terima kasih. Salam untuk yang lainnya. Sampai jumpa)

Tono : Sayounara.

(Sampai jumpa) (Bahasa Jepang Intensif 2 hal 1)

Pada percakapan di atas, jelas mereka melakukan perbincangan melalui telepon. Dan juga jelas tergambar bahwa mereka adalah rekan kerja. Maka untuk itu, aisatsu

sayounara boleh saja mereka gunakan.

Selain sayounara, salam perpisahan atau berpamitan juga dapat diucapakan dengan kata gomen kudasai, shitsureishimasu, bye-bye, ja, mata dan ja, kore de. Gomen

kudasai dapat digunakan sebagai salam ketika hendak masuk bertamu ke rumah orang

lain atau juga dapat digunakan pada waktu hendak berpamitan. Gomen kudasai dapat berarti sebagai perasaan bersalah karena mengganggu kenyamanan orang yang didatangi.

Shitsureishimasu juga ungkapan yang maknanya sama dengan gomen kudasai. Hanya

perbedaannya terletak pada kata salam ini maknanya lebih sopan. Sedangkan bye-bye adalah ungkapan perpisahan yang katanya berasal dari bahasa Inggris dan sering digunakan wanita. Sedangkan ja, mata dapat digunakan untuk kalangan kerabat dekat


(53)

ataupun keluarga. Artinya sampai berjumpa lagi. Dan biasanya, ja mata selalu dipasangkan dengan keterangan waktu. Contonya : Ja, mata ashita (sampai berjumpa esok hari), ja, mata nichiyoubi (sampai ketemu hari minggu), dan lainnya. Jadi maknanya bisa jadi sedikit berbeda dengan aisatsu sayounara. Ja, mata ini lebih bermakna akan bertemu kembali dalam waktu dekat. Sedikit berbeda dengan ja mata, ja kore de biasanya selalu diiringi dengan kata owarimasho, yang artinya sampai disini atau mari akhiri sampai disini saja. Salam ini biasanya digunakan pada akhir pertemuan pada rapat, ataupun akhir pertemuan dalam ruangan belajar.

3.5 Salam Yang Menunjukkan Waktu

Dalam percakapan di Jepang sehari-hari, salam-salam yang menunjukkan waktu hampir setiap hari di ucapkan. Hal ini bertujuan untuk membangun rasa kekerabatan, dan saling menghargai juga menghormati sesama. Salam yang menunjukkan waktu contohnya ; Ohayou gozaimasu, konnichiwa dan konbanwa, sering juga digunakan ketika bertemu seseorang, memulai pembicaraan ditelepon, pertemuan pada rapat, memulai kelas belajar, bahkan pada perkenalan. Sedangkan Oyasumi nasai digunakan ketika akan berpisah pada malam hari. Dapat diartikan sebagai selamat tidur, atau juga selamat beristirahat.

3.5.1 Ohayou Gozaimasu

Contoh Percakapan :


(54)

Aoki : Ohayou gozaimasu. Ii o tenki desune. O dekake desuka?

(Selamat pagi. Cuaca yang bagus ya. Apakah anda mau pergi keluar?)

Emi : Ee, chotto.. kaze ga hiitanode, byouin ni ikundesu.

(Ya, mau pergi sebentar. Karena masuk angin jadi berniat ke rumah sakit).

Aoki : Sore wa ikemasen ne. Odaijini

(hal itu jangan sampai terjadi ya. Semoga cepat sembuh.)

Emi : Arigatou gozaimasu. Ja, itte kimasu.

(Terima kasih. Kalau begitu, saya pergi dulu.)

(Nihongo Journal, Hal 20)

Aisatsu Ohayou gozaimasu adalah aisatsu yang digunakan pada pagi hari berkisar

antara pukul 5 pagi hingga 09.59. Ohayou gozaimasu juga dapat dikatakan hanya dengan kata ‘ohayou’, namun sebaiknya dikatakan hanya pada teman-teman sebaya ataupun orang-orang yang sudah sangat dekat hubungannya.

Pada percakapan di atas, jelas dapat digambarkan situasinya ada di pagi hari karena aisatsu yang digunakan adalah ohayou gozaimasu, yang berarti selamat pagi. Pada percakapan tersebut, bisa saja terjadi pada dua teman atau antar sesama tetangga. Jelas disini, aisatsu tersebut di gunakan untuk menjalin kekerabatan.

3.5.2 Konnichiwa

Contoh Percakapan :

Yamada Ichiro : Hai. Donata desuka?

(Ya. Siapa ya?)


(55)

(Santos dari kamar 408) ---

Santos :Konnichiwa. Santos desu. Kore kara osewa ni narimasu. DouzoYoroshiku onegai shimasu.

(Selamat siang/sore. Saya Santos. Mulai dari sekarang, mohon bantuannya. Senang berkenalan dengan anda)

Yamada Ichiro : Kochira koso Yoroshiku.

(Saya juga senang berkenalan dengan anda/saya juga mohon bantuannya)

Santos : Ano, kore, hon no kimochi desu.

(Ini ada sedikit oleh-oleh)

Yamada Ichiro : A, doumo… Nan desuka?

(A, terima kasih. Apa ini?)

Santos : Ko-hi- desu. Douzo

(Ini kopi. Terimalah)

Yamada Ichiro : Doumo arigatou gozaimasu.

(Terima kasih banyak ya)

(Nihongo Kiso I, hal ; 15)

Konnichiwa biasa disebutkan pada siang atau sore hari, yaitu berkisar antara

pukul 10 pagi sampai senja atau kira-kira pukul 6 sore.

Pada contoh percakapan antara Santos dan Yamada, dapat diketaui bahwa, Santosu adalah tetangga baru dari Yamada. Aisasatsu yang menunjukkan waktu disini


(56)

3.5.3 Konbanwa

Contoh Percakapan :

Miller : Moshi moshi Miller desu.

(Halo, disini Miller yang berbicara)

Kimura : Aa, Miller san. Konbanwa. Ogenki desuka?

(Aa, pak Miller. Selamat malam, apa kabar?)

Miller : Ee, genki desu. Ano, Kimura san, ozawaseiji no concert, issyouni ikaga desuka?

(Ya, kabar baik. Nona Kimura, mau kah pergi ko acara konser

Ozawaseiji dengan saya?) Kimura : Ii desune. Itsu desuka?

(Baiklah. Kapan itu?)

Miller : Raishu no kinyoubi no ban desu.

(malam sabtu minggu depan)

Kimura : Kinyoubi desuka..? kinyoubi no ban wa chotto…

(malam sabtu ya, sepertinya saya…)

Miller : Dame desuka?

(Tidak bisa ya?)

Kimura : Ee, tomodachi to yakusoku ga arimasukara,..

(Ya, karena saya ada janji dengan teman.)

Miller : Sou desuka. Zannen desune.


(57)

Kimura : Ee, mata kondo onegaishimasu.

(Iya, mungkin lain kali saja.)

(Nihongo Kiso I, hal ; 73)

Pada contoh percakapan tersebut, jelas situasinya adalah percakapan yang berlangsung melalui telepon dan berlangsung pada malam hari.

3.5.4 Oyasumi Nasai

Contoh Percakapan :

Haha : Rii chan. Mou 10 ji desu. Yoru desukara, sugu nete kudasai.

(Rii. Sudah jam 10. karena sudah malam, ayo cepat tidur.)

Rii chan : Un, ii yo.

(Ya, baiklah)

Haha : Oyasumi nasai.

(Selamat malam)

Rii chan : Oyasumi nasai.

(Selamat malam)

(Nihongo Journal,Hal 21)

Percakapan tersebut terjadi pada satu keluarga yakni, antara ibu dan anak.

Oyasumi nasai merupakan aisatsu yang digunakan oleh orang terdekat seperti keluarga

atau teman maupun rekan kerja. Biasanya digunakan ketika hendak berpisah pada malam hari. Jika pada percakapan di atas, oyasumi nasai yang mereka sebutkan dapat lebih diartikan sebagai selamat tidur. Namun ketika kita berpisah dari suatu tempat pada


(58)

Oyasumi nasai juga dapat dikatakan hanya dengan kata ‘oyasumi’ saja. Hal ini

menunjukkan kekerabatannya lebih dekat.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Berdasakan analisis yang dilakukan penulis maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam komunikasi bahasa Jepang banyak ungkapan persalaman yang disebut dengan aisatsu. Aisatsu ini berupa ungkapan persalaman yang dipakai dalam pertemuan antara pembicaraan, memulai pembicaraan, meminta diri dan sebagainya. Salam/aisatsu ini juga menegaskan status dan tingkatan seseorang dalam masyarakat.

2. Salam/aisatsu mempunyai bermacam-macam fungsi sesuai dengan pemakaiannya, antara lain sebagai ungkapan terimakasih, untuk menjalin keakraban diantara anggota keluarga atau anggota kelompok, sebagai kata penghibur, sebagai permohonan maaf dan lain sebagainya.

3. Dari beberapa media cetak dan media elektronik yang menjadi panduan penulis. Penulis hanya bisa menggunakan kata-kata aisatsu/salam masih dalam tingkat menengah saja, maka salam/aisatsu yang digunakan masih sebatas pemakaian sehari-hari dan tidak memasukkan salam/aisatsu yang digunakan pada saat


(59)

khusus lainnya, seperti salam/aisatsu yang digunakan pada saat berduka cita, dinas luar kota, pindah rumah, dan sebagainya.

4.2. Saran

1. Banyak kata salam/aisatsu yang mempunyai makna sama namun pemakaiannya berbeda dan tidak dapat digunakan dalam setiap situasi, oleh sebab itu kita harus lebih banyak membaca buku-buku kaiwa, menyimak setiap percakapan, dan berlatih menggunakannya agar tidak salah dalam penggunaannya, sebab apabila kita salah penggunaannya maka si pendengar akan merasa bingung dan lawan bicara dapat merasa tersinggung oleh karena aisatsu yang kita ucapkan. 2. Pentingnya kata salam/aisatsu bagi masyarakat jepang yang harus kita teladani,

sehingga dapat terjalin komunikasi, dan rasa saling menghormati antara lawan bicara seperti atasan dan bawahan, orang yang lebih tua, bahkan dengan orang yang sebaya.


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Adrian M, Yuddi dkk. 1995. Nichijo kaiwa. Medan : Sekolah Tinggi Bahasa Asing Harapan.

Appel, Rene, Gerad Huber, dan Guus Maijer. 1976. Sosiolinguistik. Utrech Antwerpen : Het Spektrum.

Chaer, Abdul. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta : Rineka Cipta Corporation, 3A. 2000. Minna no Nihongo I. Tokyo : 3A Corporation.

Hall, Michelle, dan Young Ellen, 1996. Japanese For Busy People 1. Tokyo : Kodansha Internasional.

Koentjaraningrat. 1976. Metode Penelitian Masyarakat. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Kridalaksana, Harimurti. 1983. Kamus Linguistik Edisi Ketiga. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Matsuura, Kenji. 1994. Nihongo Jiten. Japan : Japan Print

Mizutani, Osamu dan Nobuko Mizutani. 1977. Speaking and Living in Japan. Tokyo : The Japan Times.

Shian, Thian, Tjhin. 2000. Bahasa Jepang Intensif 2. Jakarta : Gakushudo Sudjianto, T. 1996. Gramatika bahasa Jepang. Jakarta : PT. Gramedia


(61)

Sumarsono & Paina Partana. 2004. Sosiolinguistik. Yogyakarta : SABDA The Nihongo Journal. April 1997.

Ushi, Kyouna. 1997. Kijun Kaiwa Indonesia Kaiwa. Japan : Japan Print. ___________ 1983. Studying Japanese in Context. Tokyo : The Japan Times. ___________ 1984. Situasional Japanese I. Tokyo : The Japan Times.

www.wikipedia.com. 2007. Bahasa dan Masyarakat www.jakartacommerce.com. 24 Januari 2008


(1)

3.5.3 Konbanwa Contoh Percakapan :

Miller : Moshi moshi Miller desu.

(Halo, disini Miller yang berbicara)

Kimura : Aa, Miller san. Konbanwa. Ogenki desuka? (Aa, pak Miller. Selamat malam, apa kabar?)

Miller : Ee, genki desu. Ano, Kimura san, ozawaseiji no concert, issyouni ikaga desuka?

(Ya, kabar baik. Nona Kimura, mau kah pergi ko acara konser Ozawaseiji dengan saya?)

Kimura : Ii desune. Itsu desuka? (Baiklah. Kapan itu?)

Miller : Raishu no kinyoubi no ban desu. (malam sabtu minggu depan)

Kimura : Kinyoubi desuka..? kinyoubi no ban wa chotto… (malam sabtu ya, sepertinya saya…)

Miller : Dame desuka? (Tidak bisa ya?)

Kimura : Ee, tomodachi to yakusoku ga arimasukara,.. (Ya, karena saya ada janji dengan teman.) Miller : Sou desuka. Zannen desune.


(2)

Kimura : Ee, mata kondo onegaishimasu. (Iya, mungkin lain kali saja.) (Nihongo Kiso I, hal ; 73)

Pada contoh percakapan tersebut, jelas situasinya adalah percakapan yang berlangsung melalui telepon dan berlangsung pada malam hari.

3.5.4 Oyasumi Nasai Contoh Percakapan :

Haha : Rii chan. Mou 10 ji desu. Yoru desukara, sugu nete kudasai. (Rii. Sudah jam 10. karena sudah malam, ayo cepat tidur.) Rii chan : Un, ii yo.

(Ya, baiklah) Haha : Oyasumi nasai.

(Selamat malam) Rii chan : Oyasumi nasai. (Selamat malam) (Nihongo Journal,Hal 21)

Percakapan tersebut terjadi pada satu keluarga yakni, antara ibu dan anak. Oyasumi nasai merupakan aisatsu yang digunakan oleh orang terdekat seperti keluarga atau teman maupun rekan kerja. Biasanya digunakan ketika hendak berpisah pada malam hari. Jika pada percakapan di atas, oyasumi nasai yang mereka sebutkan dapat lebih diartikan sebagai selamat tidur. Namun ketika kita berpisah dari suatu tempat pada malam hari dari teman-teman, oyasumi nasai dapat diartikan sebagai selamat beristirahat.


(3)

Oyasumi nasai juga dapat dikatakan hanya dengan kata ‘oyasumi’ saja. Hal ini menunjukkan kekerabatannya lebih dekat.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Berdasakan analisis yang dilakukan penulis maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam komunikasi bahasa Jepang banyak ungkapan persalaman yang disebut dengan aisatsu. Aisatsu ini berupa ungkapan persalaman yang dipakai dalam pertemuan antara pembicaraan, memulai pembicaraan, meminta diri dan sebagainya. Salam/aisatsu ini juga menegaskan status dan tingkatan seseorang dalam masyarakat.

2. Salam/aisatsu mempunyai bermacam-macam fungsi sesuai dengan pemakaiannya, antara lain sebagai ungkapan terimakasih, untuk menjalin keakraban diantara anggota keluarga atau anggota kelompok, sebagai kata penghibur, sebagai permohonan maaf dan lain sebagainya.

3. Dari beberapa media cetak dan media elektronik yang menjadi panduan penulis. Penulis hanya bisa menggunakan kata-kata aisatsu/salam masih dalam tingkat menengah saja, maka salam/aisatsu yang digunakan masih sebatas pemakaian sehari-hari dan tidak memasukkan salam/aisatsu yang digunakan pada saat


(4)

khusus lainnya, seperti salam/aisatsu yang digunakan pada saat berduka cita, dinas luar kota, pindah rumah, dan sebagainya.

4.2. Saran

1. Banyak kata salam/aisatsu yang mempunyai makna sama namun pemakaiannya berbeda dan tidak dapat digunakan dalam setiap situasi, oleh sebab itu kita harus lebih banyak membaca buku-buku kaiwa, menyimak setiap percakapan, dan berlatih menggunakannya agar tidak salah dalam penggunaannya, sebab apabila kita salah penggunaannya maka si pendengar akan merasa bingung dan lawan bicara dapat merasa tersinggung oleh karena aisatsu yang kita ucapkan. 2. Pentingnya kata salam/aisatsu bagi masyarakat jepang yang harus kita teladani,

sehingga dapat terjalin komunikasi, dan rasa saling menghormati antara lawan bicara seperti atasan dan bawahan, orang yang lebih tua, bahkan dengan orang yang sebaya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adrian M, Yuddi dkk. 1995. Nichijo kaiwa. Medan : Sekolah Tinggi Bahasa Asing Harapan.

Appel, Rene, Gerad Huber, dan Guus Maijer. 1976. Sosiolinguistik. Utrech Antwerpen : Het Spektrum.

Chaer, Abdul. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta : Rineka Cipta Corporation, 3A. 2000. Minna no Nihongo I. Tokyo : 3A Corporation.

Hall, Michelle, dan Young Ellen, 1996. Japanese For Busy People 1. Tokyo : Kodansha Internasional.

Koentjaraningrat. 1976. Metode Penelitian Masyarakat. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Kridalaksana, Harimurti. 1983. Kamus Linguistik Edisi Ketiga. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Matsuura, Kenji. 1994. Nihongo Jiten. Japan : Japan Print

Mizutani, Osamu dan Nobuko Mizutani. 1977. Speaking and Living in Japan. Tokyo : The Japan Times.

Shian, Thian, Tjhin. 2000. Bahasa Jepang Intensif 2. Jakarta : Gakushudo Sudjianto, T. 1996. Gramatika bahasa Jepang. Jakarta : PT. Gramedia


(6)

Sumarsono & Paina Partana. 2004. Sosiolinguistik. Yogyakarta : SABDA The Nihongo Journal. April 1997.

Ushi, Kyouna. 1997. Kijun Kaiwa Indonesia Kaiwa. Japan : Japan Print. ___________ 1983. Studying Japanese in Context. Tokyo : The Japan Times. ___________ 1984. Situasional Japanese I. Tokyo : The Japan Times.

www.wikipedia.com. 2007. Bahasa dan Masyarakat www.jakartacommerce.com. 24 Januari 2008