Studi Kasus Mengenai Gambaran Orientasi Masa Depan Individu indigo Pada Tahap Remaja Akhir.
STUDI KASUS MENGENAI GAMBARAN ORIENTASI MASA DEPAN
INDIVIDU “INDIGO” PADA TAHAP REMAJA AKHIR
Rizky Ayu Nurfitriana
190110120099
Program Studi S1 Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Padjadjaran, 2016
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan studi kasus yang bertujuan untuk mengetahui
gambaran orientasi masa depan individu pada tahap remaja akhir yang diberi label
indigo. Subjek dalam penelitian ini adalah 2 (dua) orang individu yang dilabel
indigo dan bergabung dalam komunitas indigo yang berusia 18 – 22 tahun. Data
diperoleh dengan menggunakan metode kuesioner dan wawancara. Kuesioner yang
digunakan adalah kuesioner Penerimaan Diri untuk mengukur tingkat penerimaan
diri individu yang dilabel indigo dan kuesioner Orientasi Masa Depan untuk
mengukur gambaran orientasi masa depan. Data dianalisis dengan menggunakan
metode kuantitatif yaitu analisis statistika (penghitungan skor yang diperoleh untuk
setiap kuesioner) dan metode kualitatif yaitu narrative analysis. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kedua responden telah mampu menerima kondisi dirinya dan
telah memiliki gambaran diri yang bersifat positif. Hal ini kemudian berpengaruh
terhadap orientasi masa depan keduanya. Dua responden memiliki orientasi masa
depan pada bidang yang berbeda, namun walaupun demikian mereka telah memiliki
gambaran yang jelas terkait perencanaan masa depan pada bidang yang mereka
minati. Bagi kedua responden, label indigo yang mereka terima memiliki pengaruh
baik secara positif dan negatif terhadap proses penyusunan dan pelaksanaan
rencana masa depannya.
Kata Kunci : orientasi masa depan, indigo, remaja akhir
1
2
skema diri individu tersebut. Penelitian
PENDAHULUAN
Sejak tahun 1970-an, fenomena
sebelumnya yang dilakukan oleh Apsari
indigo atau yang biasa disebut dengan
(2009) dan Simon (2011) membuktikan
indra keenam (sixth sense) sudah mulai
bahwa lingkungan sosial memiliki
muncul.
peranan
Menggejalanya
fenomena
yang
signifikan
dalam
indigo di Indonesia lantas menyebabkan
pembentukan
munculnya
indigo, terutama dalam hal konsep diri.
stigma
di
masayarakat
terkait individu indigo. Hal ini membuat
skema
Tidak
diri
hanya
individu
perbedaan
individu indigo merasa kurang nyaman
perlakuan, individu-individu indigo ini
dan tertekan. Berdasarkan data awal
juga harus melalui masa-masa kritis
penelitian, diketahui bahwa seluruh
dalam dirinya. pada saat menginjak usia
individu yang dilabel indigo dalam
remaja, individu indigo ini menjadi jauh
penelitian ini mengalami perlakuan
lebih kritis atas apa yang terjadi pada
yang
lingkungannya.
dirinya. Di masa ini mereka mulai di-
Mereka kerap kali dianggap aneh, suka
launching untuk terjun di masyarakat
mengada-ada, bahkan gila. Adanya
dengan
social judgement dari masyarakat atas
keindigoannya. Tentu saja masa ini
keindigoan ini membuat individu indigo
merupakan masa yang berat karena
cenderung
dapat
mereka harus memutuskan akan terus
beraktivitas sebagaimana individu non-
hidup dengan keindigoannya atau terus
indigo
merasa
menyembunyikannya. Pada masa-masa
terbebani ketika melakukan aktivitas
itu, sedikit sekali dari remaja-remaja
sehari-hari dan merasa apa yang mereka
indigo
harapkan (diperlakukan sama seperti
memikirkan
individu non indigo) tidak tercapai. Hal
Mereka terlalu asyik dengan pemikiran
ini lantas menciptakan kesenjangan
atas
antara harapan ideal individu dengan
membuat perencanaan atas kehidupan
penilaian sosial yang mereka terima.
di masa depan. Padahal, layaknya
Kesenjangan
kemudian
individu non indigo lainnya, pada masa
menimbulkan konflik internal yang
remaja (terutama remaja akhir, yaitu
kemudian memengaruhi pembentukan
berusia 18-22 tahun) hendaknya mereka
berbeda
dari
merasa
lainnya.
kurang
Mereka
ini
menunjukkan
tersebut
identitas
yang
rencana
keindigoannya
kemudian
masa
depan.
dibandingkan
3
telah
menentukan
depannya.
Menurut
masa
dirinya sehingga berpengaruh pula pada
(dalam
orientasi masa depannya. Oleh karena
orientasi
Nurmi
McCabe&Bernett, 2000) orientasi masa
itu
depan merupakan gambaran mengenai
orientasi masa depan pada individu
masa
yang diberi label indigo cukup menarik
depan
yang
terbentuk
dari
sekumpulan skemata, atau sikap dan
penelitian
mengenai
gambaran
untuk diteliti.
asumsi dari pengalaman masa lalu, yang
berinteraksi dengan informasi dari
METODE PENELITIAN
lingkungan untuk membentuk harapan
Rancangan penelitian yang akan
mengenai masa depan, membentuk
digunakan dalam penelitian ini adalah
tujuan dan aspirasi serta memberikan
rancangan penelitian kombinasi (mixed
makna pribadi pada kejadian di masa
method
depan. Orientasi masa depan dalam hal
penelitian studi kasus. Pada penelitian
ini meliputi pendidikan, pekerjaan, dan
ini, peneliti akan membahas secara
pernikahan.
mendalam mengenai orientasi masa
research)
dengan
desain
Dalam teorinya Nurmi melihat
depan individu yang diberi label indigo.
adanya pengaruh skema diri terhadap
Model metode yang digunakan adalah
orientasi masa depan. Jika mengacu
metode kombinasi model concurrent
kembali pada hasil data awal dan hasil
triangulation strategy, yaitu peneliti
penelitian sebelumnya, terlihat bahwa
mengumpulkan data kuantitatif dan
individu yang diberi label indigo ini
kualitatif
memiliki skema diri yang berbeda dari
menggunakan kedua data tersebut untuk
individu ‘normal’ lainnya. Skema diri
melihat
yang dimaksud dalam penelitian ini
(Creswell, 2008). Metode ini digunakan
adalah terkait self concept dan self
peneliti untuk mendapatkan data yang
acceptance yang merupakan skema
lebih lengkap dan juga untuk menutupi
yang menonjol dalam populasi ini. Hal
kelemahan yang dimiliki oleh suatu
ini kemudian memunculkan dugaan
metode dengan kekuatan yang dimiliki
bahwa takanan sosial yang dialami
oleh metode lainnya. Pada penelitian
individu
ini, data kuantitatif akan diambil untuk
indigo
memengaruhi
ini
kemudian
pembentukan
skema
secara
kombinasi
bersamaan
yang
dan
terjadi
mengetahui derajat penerimaan diri dan
4
orientasi masa depan subjek penelitian,
dari teori orientasi masa depan Nurmi
sedangkan
akan
(dikembangkan oleh Aidil, 2008 dan
digunakan untuk mengetahui dinamika
Damayanti, 2013). Kuesioner ini telah
yang terjadi pada diri individu sehingga
diuji
akhirnya individu tersebut menentukan
dengan hasil reliabilitas sebagai berikut
orientasi masa depannya pada bidang
:
data
kualitatif
tertentu.
validitas
Bidang
Teknik sampling yang akan
dan
reliabilitasnya
Dimensi
Reliabilitas
Pendidikan Motivasi
0.680
digunakan menggunakan pendekatan
Perencanaan
0.818
sampling nonprobability, dengan teknik
Evaluasi
0.720
Motivasi
0.657
2000). Jumlah sampel yang bersedia
Perencanaan
0.893
mengikuti penelitian ini pada awalnya
Evaluasi
0.736
adalah 5 (lima) orang, namun hanya 2
Pernikahan Motivasi
0.940
purposive sampling (Kerlinger & Lee,
Pekerjaan
(dua) orang yang menyelesaikan proses
Perencanaan
0.955
pengambilan data hingga akhir. Kriteria
Evaluasi
0.834
subjek penelitian ini adalah individu
yang diberi label indigo dan bergabung
dalam komunitas indigo di Indonesia
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data kuantitatif dan
serta berusia 18-22 tahun. Pengumpulan
kualitatif,
data akan dilakukan dengan sumber data
responden memiliki konsep diri yang
kuesioner
semi
cenderung positif. Hal ini bertolak
terstruktur. Kuesioner yang digunakan
belakang dengan penelitian sebelumnya
adalah kuesioner Penerimaan Diri yang
yang dilakukan oleh Apsari (2009)
diturunkan dari konsep self acceptance
bahwa konsep diri individu indigo
Allport (dikembangkan oleh Akbar
cenderung
Heriyadi, 2013). Kuesioner ini telah
menggambarkan
diuji
seorang yang sangat suka menolong
dan
validitas
wawancara
dan
reliabilitasnya
dengan hasil reliabilitas sebesar 0.960.
Kuesioner selanjutnya adalah kuesioner
Orientasi Masa Depan yang diturunkan
terlihat
buruk.
bahwa
kedua
Responden
dirinya
E
sebagai
orang lain.
Responden
menggambarkan
E
juga
bahwa
dirinya
5
merupakan seorang indigo humanis.
acceptance. Hal ini senada dengan
Kendati
menganggap
proses penerimaan diri seorang indigo.
kemampuan yang ia miliki sebagai
Kedua responden telah melalui keempat
suatu hal yang istimewa, namun ia tetap
tahap
bersyukur karena bisa membantu orang
mereka menolak label indigo yang
lain dengan menggunakan kemampuan
dialamatkan kepada mereka. Penolakan
yang
yang mereka lakukan beraneka ragam.
ia
ia
tidak
miliki.
responden
E,
Senada
Responden
dengan
Pada
awalnya
juga
Responden E cenderung menutup diri
menggambarkan dirinya sebagai indigo
dan menyembunyikan keindigoannya.
seniman
indigo
Sementara responden C bahkan sampai
interdimensional. Ia memandang positif
mencoba untuk bunuh diri karena
kemampuan yang ia miliki, karena
merasa tidak tahan akan tekanan sosial
menurutnya kemampuan tersebut justru
akibat keindigoannya. Setelah ditelaah
menambah
dirinya
lebih lanjut, hal tersebut terjadi lantaran
dalam berbagai hal. Walaupun ia cukup
mereka merasa sendiri. Mereka merasa
terganggu dengan respon sosial, namun
tidak memiliki tempat untuk berbagi
baginya selama ia tidak merugikan
cerita dan rasa stres yang ada. Setelah
orang lain, dia akan selalu memandang
bergabung dengan komunitas indigo,
karunia Tuhan sebgai hal yang positif.
mereka akhirnya merasa bahwa mereka
Dari jawaban kedua responden tersebut
tidak sendiri. Mereka lantas menyadari
terlihat
bahwa kemampuan yang mereka miliki
dan
C
sebelumnya.
juga
keberuntungan
bahwa
mereka
telah
memandang secara positif kelebihan
merupakan
dan kekurangan dirinya.
sehingga
Konsep diri yang positif tersebut
sejalan
dengan
penerimaan
diri
karunia
mereka
dari
Tuhan,
tidak
dapat
menolaknya. Akhirnya saat ini mereka
berada pada tahap menerima dan
keduanya. Berdasarkan teori Kubler
mencoba
Ross (1998) dalam penerimaan diri
kemampuan yang mereka miliki untuk
terdapat
membantu sesama.
lima
tahap,
yakni
tahap
untuk
mengoptimalkan
pertama denial, tahap kedua anger,
Jika dianalisis lebih dalam,
tahap ketiga bargaining, tahap keempat
terlihat bahwa tidak ada hal yang
depression,
berbeda dari skema diri individu yang
dan
tahap
kelima
6
dilabel indigo ini dengan individu
evaluasi yang bersifat negatif pada
lainnya. hal ini juga terlihat dari
bidang pekerjaan. Sementara itu ia
gambaran orientasi masa depan mereka.
memiliki
Nurmi (1989) mengemukakan bahwa
perencanaan yang tidak jelas, dan
orientasi masa depan berbicara tentang
evaluasi yang positif pada bidang
sekumpulan skema diri dan informasi
pernikahan.
yang berasal dari lingkungan. Melihat
motivasi
Berdasarkan
yang
hasil
tinggi,
tersebut,
kenyataan bahwa skema diri individu
peneliti
indigo ini cenderung tidak berbeda
responden
dengan
peneliti
motivasi yang tinggi pada bidang
menduga bahwa kedua responden ini
pekerjaan. Jika ditelaah lebih lanjut,
telah menganggap bahwa tidak ada yang
komponen elemen yang memberikan
berbeda dari diri mereka dengan orang
kontribusi terbesar pada tingginya nilai
lain. Hal ini lantas memengaruhi pula
dimensi ini adalah elemen minat dan
bagaimana mereka merencanakan masa
nilai.
depannya. Responden E cenderung
mengaitkan hal
memiliki
tinggi,
perkembangan yang harus mereka lalui
perencanaan yang jelas, dan evaluasi
pada tahap remaja akhir. Pada tahap ini,
yang positif pada bidang pendidikan dan
mereka sedang mempersiapkan diri
pekerjaan.
menuju
individu
memiliki
motivasi
Namun
yang
responden
sama-sama
Peneliti
memiliki
kemudian
ini
kedua
mencoba
dengan tugas
kemandirian
ekonomi
(Havighurst, 1953 dalam Agustiani,
perencanaan yang tidak jelas, dan
2006). Memiliki sumber pendanaan
evaluasi yang bersifat negatif pada
sendiri, independen dari campur tangan
bidang pernikahan. Sedikit berbeda
orang
dengan responden C. Ia memiliki
kemandirian ekonomi tersebut dapat
motivasi yang rendah, perencanaan
tercapai.
yang tidak jelas, dan evaluasi yang
memiliki motivasi yang besar pada
bersifat negatif pada bidang pendidikan.
bidang pekerjaan.
juga
merupakan
Itulah
jalan
mengapa
agar
mereka
Kedua responden ini mengaku
tinggi,
memiliki minat yang tinggi di bidang
perencanaan yang kurang jelas, dan
pekerjaan guna melanjutkan hidup.
belum
motivasi
tua,
yang
cenderung
memiliki
yang
E
bahwa
rendah,
Ia
motivasi
lainnya,
menemukan
terlalu
7
Mereka ingin menjadi individu yang
adanya antisipasi mahasiswa terhadap
mandiri dan tidak lagi bergantung pada
peran
orang tua. Bekerja atau memiliki
selanjutnya
pekerjaan merupakan pilihan yang pada
sebagai mahasiswa “selesai”. Antisipasi
umumnya dipilih untuk mewujudkan
terhadap peran ini telah menjadikan
keinginan tersebut. Namun bekerja
mahasiswa memberikan perhatian yang
membutuhkan prakondisi tertentu yang
lebih terhadap dunia pekerjaan.
biasanya diharapkan dapat terpenuhi
yang
akan
mereka
setelah
Pada
peran
dimensi
ambil
mereka
perencanaan,
melalui pendidikan (Hurlock, 1980).
kedua responden memiliki skor tinggi
Hal ini sejalan dengan orientasi masa
pada elemen pengetahuan. Hal ini
depan responden E yang terlihat tinggi
menunjukkan bahwa keduanya telah
untuk bidang pendidikan dan pekerjaan.
memiliki pengetahuan yang cukup
Baginya kedua bidang ini tidak dapat
untuk
dipisah-pisahkan
dan
pada
depannya. Kemudian ditemukan adanya
prioritas
sama
pentingnya.
korelasi positif antara elemen minat
Sementara itu responden C menganggap
pada dimensi motivasi dengan elemen
bahwa pekerjaan yang menyenangkan
penyusunan rencana pada dimensi ini.
adalah yang sesuai dengan hobinya.
Tidak mengherankan bahwa minat yang
Dan hal itu tidak sejalan dengan
tinggi
pendidikan formal yang saat ini ia
mengindikasikan penyusunan rencana
tempuh.
yang cukup jelas pada bidang tersebut.
yang
Tingginya
berada
minat
menyusun
pada
rencana
suatu
masa
bidang
kedua
Pada dimensi evaluasi, elemen
responden ini pada bidang pekerjaan
optimisme memiliki nilai tertinggi
dapat pula dilihat dalam konteks
dibandingkan elemen lainnya. pada
peralihan peran yang akan dihadapi
dimensi ini terdapat suatu temuan yang
mahasiswa. Secara kultural, mahasiswa
menarik.
diharapkan
motivasi yang rendah dan perencanaan
bekerja
setelah
Responden
E
memiliki
kelulusannya. Hal ini pulalah yang
yang
dirasakan oleh kedua responden dalam
pernikahan, namun memiliki evaluasi
penelitian ini. Peneliti melihat bahwa
yang positif. Jika dikaitkan dengan teori
kedua responden ini menunjukkan
Nurmi (1991), hal ini bukanlah sesuatu
tidak
jelas
pada
bidang
8
yang aneh. Nurmi (1991) menegaskan
seiring berjalannya waktu, mereka telah
bahwa evaluasi dapat saja berlangsung
dapat menerima kemampuan mereka.
bahkan
apapun
Peneliti menduga bahwa penerimaan
dilakukan. Hal ini dapat terjadi melalui
diri ini lantas membuat kedua responden
penilaian terhadap derajat kemungkinan
merasa bahwa diri mereka tidak berbeda
keterwujudan segala tujuan dan harapan
dengan individu lain. Hal ini juga
yang telah dimiliki.
terlihat
sebelum
tindakan
dari
bagaimana
gambaran
Demikian pula yang dialami
orientasi masa depan mereka yang
oleh respondne C. Ia memiliki motivasi
memang tidak berbeda dengan individu
yang cenderung tinggi dan perencanaan
pada umumnya.
yang cukup jelas pada bidang pekerjaan,
Tidak hanya itu, keindigoan
namun ia memiliki evaluasi yang
mereka juga dirasa memiliki pengaruh
bersifat negatif. Nurmi menjelaskan
terhadap
bahwa evaluasi yang bersifat negatif
pelaksanaan
menunjukkan
rendahnya
derajat
mereka.
kemungkinan
keterwujudan
segala
kemampuan yang mereka miliki dapat
telah
membantu mereka untuk melakukan
ditentukan. Keinginan responden C
antisipasi rencana atas masa depannya.
untuk fokus menyelesaikan studinya
Tidak hanya itu, adanya kemampuan ini
saat ini ditengarai sebagai salah satu
juga
faktor yang membuat rendahnya derajat
menetapkan keputusan yang seharusnya
kemungkinan keterwujudan tujuannya
diambil berkaitan dengan pencapaian
untuk saat ini.
rencana masa depannya. Secara negatif,
tujuan
dan
harapan
Sebagaimana
yang
yang
telah
proses
penyusunan
rencana
Keduanya
membuat
dan
masa
depan
menilai
bahwa
mereka
mampu
keindigoan tersebut juga kerap kali
stress.
dipaparkan sebelumnya, label indigo
membuat
yang mereka alami memiliki pengaruh
mereka merasa tidak mampu mengatasi
baik secara positif maupun negatif atas
apa yang mereka ‘lihat’, mereka akan
orientasi masa depan mereka. Pada
merasa tertekan. Kondisi ini membuat
awalnya stigma dan tekanan sosial yang
mereka tidak dapat berfungsi secara
mereka
mereka
optimal untuk melaksanakan semua
menolak keindigoan mereka. Namun
rencana yang telah ia susun. Tentu saja
hadapi
membuat
keduanya
Ketika
9
hal ini membuat ketercapaian rencana
membuat mereka merasa tidak berbeda
menjadi terhambat.
dengan individu lainnya. Hal ini lantas
membuat orientasi masa depan mereka
juga tidak jauh berbeda dengan individu
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ini,
diperoleh beberapa kesimpulan yaitu (1)
secara umum kedua orang responden
tersebut mampu menerima keadaan
dirinya sebagai individu yang dilabel
indigo. Walaupun tingkat penerimaan
diri mereka berbeda (satu orang tinggi,
satu orang sedang), namun keduanya
melewati
masa-masa
yang
dapat
dikatakan sama, sesuai dengan teori
Kubler Ross mengenai penerimaan diri.
Saat ini, kedua responden berada pada
seusianya. Hanya saja mereka menilai
kemampuan yang mereka miliki juga
memberikan pengaruh baik positif
maupun negatif dalam perencanaan dan
pelaksanaan masa depannya. (4) Kedua
responden berada pada tahap remaja
akhir yang menurut teori telah memiliki
konsep diri yang relatif stabil. Tidak
hany itu, tugas perkembangan yang
mereka hadapi membuat keduanya
menaruh perhatian lebih pada bidang
pekerjaan.
Saran
tahap dimana mereka berkomitmen
akan memanfaatkan kemampuan yang
ia miliki untuk membantu sesama
manusia. (2) Kedua responden memiliki
orientasi masa depan yang berbeda.
Responden E memiliki orientasi masa
depan
yang
pendidikan
jelas
dan
pada
bidang
pekerjaan,
namun
kurang jelas pada bidang pernikahan.
Responden C memiliki minat yang
rendah pada bidang pendidikan, namun
memiliki minat yang cenderung tinggi
pada bidang pekerjaan dan pernikahan.
(3) Penerimaan diri yang telah mampu
dilakukan
oleh
kedua
responden
selanjutnya
bagi
penelitian
adalah
(1)
untuk
memperkaya hasil penelitian, perlu
diukur juga bagaimana faktor-faktor
kontekstual
dapat
memengaruhi
orientasi masa depan individu yang
dilabel
indigo.
keluarga,
faktor
Selain
dukungan
kontekstual
yang
menarik untuk diukur adalah terkait
budaya lingkungan sekitar. Hal ini
sejalan dengan pemaparan pengurus
komunitas
indigo
bahwa
masing-
masing komunitas di setiap daerah
memiliki kebiasaan yang berbeda-beda.
(2) Dalam melakukan kajian mengenai
10
orientasi masa depan, skema diri
Sementara
itu
saran
bagi
lainnya seperti self esteem dan self
individu yang diberi label indigo adalah
efficacy perlu dipertimbangkan menjadi
(1) individu indigo diharapkan tetap
variabel yang hendak diukur. Hal ini
melakukan penyusunan rencana terkait
terkait
kehidupan di masa depan. Keengganan
dengan
penelitian
pembahasan
yang
hasil
mengindikasikan
individu
indigo
adanya hubungan antara komitmen
rencana
disebabkan
dengan self efficacy dan self esteem. (3)
bahwa rencananya akan berjalan tidak
Hasil penelitian ini ternyata tidak sesuai
sesuai dengan ‘penglihatannya’. Ada
dengan
ini
baiknya bahwa setiap individu membuat
mungkin terjadi karena para responden
rencana utama dan rencana cadangan
telah mencapai tahap acceptance atau
untuk
penerimaan diri. Penelitian selanjutnya
yang berbeda terhadap masa depannya.
yang sejenis dapat melakukan kajian
Hal ini bertujuan untuk membuat
dengan subjek
orientasi masa depannya menjadi lebih
dugaan
peneliti.
Hal
yang berada pada
dalam
menyusun
kekhawatiran
mengantisipasi
‘penglihatan’
tahapan berbeda, misalnya pada tahap
jelas.
denial,
atau
komunitas indigo sebagai pihak terdekat
tersebut
dari individu indigo ini perlu melakukan
anger,
depresion
bargaining
dimana
merupakan
individu
tahap
masa-masa
indigo.
(4)
(2)
Orang
tua
atau
pihak
kritis
bagi
pendampingan kepada individu indigo
Alat
ukur
dalam
menyusun
rencana
masa
penerimaan diri yang digunakan dalam
depannya. Pendampingan ini bertujuan
penelitian ini masih memungkinkan
untuk membuat perencanaan individu
responden untuk menjawab secara
indigo tersebut menjadi lebih terarah.
normatif. Dengan kata lain, alat ukur ini
Bentuk pendampingan yang diberikan
belum
tingkat
bisa dalam hal penyediaan informasi
penerimaan diri individu secara presisi.
mengenai masa depan, pengawasan
Hal ini terlihat dari jawaban yang
dalam hal pelaksanaan rencana masa
berbeda
depan, atau berupa dukungan positif
dapat
antara
(kuesioner)
(wawancara).
mengukur
hasil
dengan hasil
kuantitatif
kualitatif
bagi
individu
mewujudkan
depannya.
tersebut
rencana-rencana
untuk
masa
DAFTAR PUSTAKA
Carroll, Lee & Tober. (2000). An Indigo
Celebration. Carlsbad, Calif.:
Hay House
Christensen,
Larry
B.
(2007).
Experimental
Methodology
Tenth Edition. USA : Pearson
Creswell, Joh W. (2009). Research
Design:
Qualitative,
Quantitative,
and
Mixed
Methods Approaches. United
States of America: SAGE
Publications
Desmita.
(2005).
Perkembangan.
Remaja Rosdakarya
Psikologi
Bandung:
Context. Helsinki. The Finish
Society of Science and Letters.
Nurmi, Jari-Eric. (1991). How Do
Adolescents See Their Future? A
Review of the Development of
Future
Orientation
and
Planning. Helsinski: Academic
Press, Inc
Papalia, Diane E. et. al. (2004). Human
Development, Ninth Edition.
New York: McGraw-Hill.
Santrock, John W. (2012). Adolesence,
Fifth Edition. New York:
McGraw-Hill
Sudjana. 2002. Metoda Statistika.
Bandung: Penerbit “Tarsito”
Freidenberg, Lisa. (1995). Psychological
Testing: Design, Analysis, and
Use. Massachutsets: Allyn &
Bacon.
Trommsdorf, G. (2003). Future
Orientation and Socialization.
International
Journal
of
Psychology
Hurlock,
E.
(1999).
Psikologi
Perkembangan Anak, Jilid ke
Satu. (Terjemahan: Istiwidayati).
Surabaya: Erlangga
Yulianti; Aat Sriati; Restuning Widiasih.
(2009). Gambaran Orientasi
Masa Depan Narapidana Remaja
Sebelum dan Setelah Pelatihan di
Rumah Tahanan Negara Kelas 1
Bandung. Jurnal Volume 10 No
XIX
Kerlinger, Fred N. (1990). Asas-asas
Penelitian
Behavioral.
Yogyakarta:
Gadjah
Mada
University Press.
McCabe, Kristen M & Douglas Barnett.
(2000). The Relation Between
Familial Factors and Future
Orientation of Urban, African
American Sixth Graders.
Journal of Child and Family
Studies Vol. 9, No.4
Nurmi, Jari-Eric. (1989). Adolescent’s
Orientation to the Future:
Development of Interest and
Plans, and related Atributions
and Effect in the Life-Span
Sumber Referensi yang Tidak
Dipublikasikan
Afifah. (2011). Pengaruh Dukungan
Orang Tua terhadap Orientasi
Masa Depan dalam Area
Pekerjaan pada Remaja. Skripsi.
Tidak Dipublikasikan. Fakultas
Psikologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah
Apsari, Indri. (2009). Gambaran Konsep
Diri pada Remaja Akhir Indigo.
Skripsi. Tidak Dipublikasikan.
Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia
Erlina. (2008). Orientasi Masa Depan
Remaja Usia SLTA di Banda
Aceh.
Skripsi.
Tidak
Dipublikasikan.
Fakultas
Psikologi
Universitas
Padjadjaran
Moeliono, Marisa F, dkk. (2002).
Gambaran Orientasi Masa
Depan Remaja dalam Bidang
Karier dan Pekerjaan pada
Remaja Kota dan Remaja Desa.
Laporan
Penelitian.
Tidak
Dipublikasikan.
Fakultas
Psikologi
Universitas
Padjadjaran
Palupi, N.P. (2007). Hubungan antara
Trait
Kecemasan
dan
Keterlibatan dalam Organisasi
Kemahasiswaan
dengan
Orientasi Masa Depan Bidang
Karir.
Skripsi.
Tidak
Dipublikasikan.
Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia
Pujiastuti, Endang; Temi Damayanti;
Jessica
Bellanisa.
(2012).
Hubungan
“Self
Efficacy”
dengan Orientasi Masa Depan
Area Pendidikan Siswa Kelas XI
Jurusan IPA Sekolah Bertaraf
Internasional SMA Negeri 5
Bandung. Laporan Penelitian.
Tidak Dipublikasikan. Fakultas
Psikologi Universitas Islam
Bandung
Rufaidah, Izzah. (2010). Pengaruh Iklim
Sosial
Keluarga
terhadap
Orientasi Masa Depan dalam
Bidang Pekerjaan dan Karir
pada Remaja. Skripsi. Tidak
Dipublikasikan.
Fakultas
Psikologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah
Simon, Christhy. (2011). Konsep Diri
Seorang Indigo di Kota Bandung
(Studi Fenomenologi Konsep
Diri Seorang Indigo di Kota
Bandung).
Skripsi.
Tidak
Dipublikasikan.
Universitas
Komputer
INDIVIDU “INDIGO” PADA TAHAP REMAJA AKHIR
Rizky Ayu Nurfitriana
190110120099
Program Studi S1 Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Padjadjaran, 2016
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan studi kasus yang bertujuan untuk mengetahui
gambaran orientasi masa depan individu pada tahap remaja akhir yang diberi label
indigo. Subjek dalam penelitian ini adalah 2 (dua) orang individu yang dilabel
indigo dan bergabung dalam komunitas indigo yang berusia 18 – 22 tahun. Data
diperoleh dengan menggunakan metode kuesioner dan wawancara. Kuesioner yang
digunakan adalah kuesioner Penerimaan Diri untuk mengukur tingkat penerimaan
diri individu yang dilabel indigo dan kuesioner Orientasi Masa Depan untuk
mengukur gambaran orientasi masa depan. Data dianalisis dengan menggunakan
metode kuantitatif yaitu analisis statistika (penghitungan skor yang diperoleh untuk
setiap kuesioner) dan metode kualitatif yaitu narrative analysis. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kedua responden telah mampu menerima kondisi dirinya dan
telah memiliki gambaran diri yang bersifat positif. Hal ini kemudian berpengaruh
terhadap orientasi masa depan keduanya. Dua responden memiliki orientasi masa
depan pada bidang yang berbeda, namun walaupun demikian mereka telah memiliki
gambaran yang jelas terkait perencanaan masa depan pada bidang yang mereka
minati. Bagi kedua responden, label indigo yang mereka terima memiliki pengaruh
baik secara positif dan negatif terhadap proses penyusunan dan pelaksanaan
rencana masa depannya.
Kata Kunci : orientasi masa depan, indigo, remaja akhir
1
2
skema diri individu tersebut. Penelitian
PENDAHULUAN
Sejak tahun 1970-an, fenomena
sebelumnya yang dilakukan oleh Apsari
indigo atau yang biasa disebut dengan
(2009) dan Simon (2011) membuktikan
indra keenam (sixth sense) sudah mulai
bahwa lingkungan sosial memiliki
muncul.
peranan
Menggejalanya
fenomena
yang
signifikan
dalam
indigo di Indonesia lantas menyebabkan
pembentukan
munculnya
indigo, terutama dalam hal konsep diri.
stigma
di
masayarakat
terkait individu indigo. Hal ini membuat
skema
Tidak
diri
hanya
individu
perbedaan
individu indigo merasa kurang nyaman
perlakuan, individu-individu indigo ini
dan tertekan. Berdasarkan data awal
juga harus melalui masa-masa kritis
penelitian, diketahui bahwa seluruh
dalam dirinya. pada saat menginjak usia
individu yang dilabel indigo dalam
remaja, individu indigo ini menjadi jauh
penelitian ini mengalami perlakuan
lebih kritis atas apa yang terjadi pada
yang
lingkungannya.
dirinya. Di masa ini mereka mulai di-
Mereka kerap kali dianggap aneh, suka
launching untuk terjun di masyarakat
mengada-ada, bahkan gila. Adanya
dengan
social judgement dari masyarakat atas
keindigoannya. Tentu saja masa ini
keindigoan ini membuat individu indigo
merupakan masa yang berat karena
cenderung
dapat
mereka harus memutuskan akan terus
beraktivitas sebagaimana individu non-
hidup dengan keindigoannya atau terus
indigo
merasa
menyembunyikannya. Pada masa-masa
terbebani ketika melakukan aktivitas
itu, sedikit sekali dari remaja-remaja
sehari-hari dan merasa apa yang mereka
indigo
harapkan (diperlakukan sama seperti
memikirkan
individu non indigo) tidak tercapai. Hal
Mereka terlalu asyik dengan pemikiran
ini lantas menciptakan kesenjangan
atas
antara harapan ideal individu dengan
membuat perencanaan atas kehidupan
penilaian sosial yang mereka terima.
di masa depan. Padahal, layaknya
Kesenjangan
kemudian
individu non indigo lainnya, pada masa
menimbulkan konflik internal yang
remaja (terutama remaja akhir, yaitu
kemudian memengaruhi pembentukan
berusia 18-22 tahun) hendaknya mereka
berbeda
dari
merasa
lainnya.
kurang
Mereka
ini
menunjukkan
tersebut
identitas
yang
rencana
keindigoannya
kemudian
masa
depan.
dibandingkan
3
telah
menentukan
depannya.
Menurut
masa
dirinya sehingga berpengaruh pula pada
(dalam
orientasi masa depannya. Oleh karena
orientasi
Nurmi
McCabe&Bernett, 2000) orientasi masa
itu
depan merupakan gambaran mengenai
orientasi masa depan pada individu
masa
yang diberi label indigo cukup menarik
depan
yang
terbentuk
dari
sekumpulan skemata, atau sikap dan
penelitian
mengenai
gambaran
untuk diteliti.
asumsi dari pengalaman masa lalu, yang
berinteraksi dengan informasi dari
METODE PENELITIAN
lingkungan untuk membentuk harapan
Rancangan penelitian yang akan
mengenai masa depan, membentuk
digunakan dalam penelitian ini adalah
tujuan dan aspirasi serta memberikan
rancangan penelitian kombinasi (mixed
makna pribadi pada kejadian di masa
method
depan. Orientasi masa depan dalam hal
penelitian studi kasus. Pada penelitian
ini meliputi pendidikan, pekerjaan, dan
ini, peneliti akan membahas secara
pernikahan.
mendalam mengenai orientasi masa
research)
dengan
desain
Dalam teorinya Nurmi melihat
depan individu yang diberi label indigo.
adanya pengaruh skema diri terhadap
Model metode yang digunakan adalah
orientasi masa depan. Jika mengacu
metode kombinasi model concurrent
kembali pada hasil data awal dan hasil
triangulation strategy, yaitu peneliti
penelitian sebelumnya, terlihat bahwa
mengumpulkan data kuantitatif dan
individu yang diberi label indigo ini
kualitatif
memiliki skema diri yang berbeda dari
menggunakan kedua data tersebut untuk
individu ‘normal’ lainnya. Skema diri
melihat
yang dimaksud dalam penelitian ini
(Creswell, 2008). Metode ini digunakan
adalah terkait self concept dan self
peneliti untuk mendapatkan data yang
acceptance yang merupakan skema
lebih lengkap dan juga untuk menutupi
yang menonjol dalam populasi ini. Hal
kelemahan yang dimiliki oleh suatu
ini kemudian memunculkan dugaan
metode dengan kekuatan yang dimiliki
bahwa takanan sosial yang dialami
oleh metode lainnya. Pada penelitian
individu
ini, data kuantitatif akan diambil untuk
indigo
memengaruhi
ini
kemudian
pembentukan
skema
secara
kombinasi
bersamaan
yang
dan
terjadi
mengetahui derajat penerimaan diri dan
4
orientasi masa depan subjek penelitian,
dari teori orientasi masa depan Nurmi
sedangkan
akan
(dikembangkan oleh Aidil, 2008 dan
digunakan untuk mengetahui dinamika
Damayanti, 2013). Kuesioner ini telah
yang terjadi pada diri individu sehingga
diuji
akhirnya individu tersebut menentukan
dengan hasil reliabilitas sebagai berikut
orientasi masa depannya pada bidang
:
data
kualitatif
tertentu.
validitas
Bidang
Teknik sampling yang akan
dan
reliabilitasnya
Dimensi
Reliabilitas
Pendidikan Motivasi
0.680
digunakan menggunakan pendekatan
Perencanaan
0.818
sampling nonprobability, dengan teknik
Evaluasi
0.720
Motivasi
0.657
2000). Jumlah sampel yang bersedia
Perencanaan
0.893
mengikuti penelitian ini pada awalnya
Evaluasi
0.736
adalah 5 (lima) orang, namun hanya 2
Pernikahan Motivasi
0.940
purposive sampling (Kerlinger & Lee,
Pekerjaan
(dua) orang yang menyelesaikan proses
Perencanaan
0.955
pengambilan data hingga akhir. Kriteria
Evaluasi
0.834
subjek penelitian ini adalah individu
yang diberi label indigo dan bergabung
dalam komunitas indigo di Indonesia
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data kuantitatif dan
serta berusia 18-22 tahun. Pengumpulan
kualitatif,
data akan dilakukan dengan sumber data
responden memiliki konsep diri yang
kuesioner
semi
cenderung positif. Hal ini bertolak
terstruktur. Kuesioner yang digunakan
belakang dengan penelitian sebelumnya
adalah kuesioner Penerimaan Diri yang
yang dilakukan oleh Apsari (2009)
diturunkan dari konsep self acceptance
bahwa konsep diri individu indigo
Allport (dikembangkan oleh Akbar
cenderung
Heriyadi, 2013). Kuesioner ini telah
menggambarkan
diuji
seorang yang sangat suka menolong
dan
validitas
wawancara
dan
reliabilitasnya
dengan hasil reliabilitas sebesar 0.960.
Kuesioner selanjutnya adalah kuesioner
Orientasi Masa Depan yang diturunkan
terlihat
buruk.
bahwa
kedua
Responden
dirinya
E
sebagai
orang lain.
Responden
menggambarkan
E
juga
bahwa
dirinya
5
merupakan seorang indigo humanis.
acceptance. Hal ini senada dengan
Kendati
menganggap
proses penerimaan diri seorang indigo.
kemampuan yang ia miliki sebagai
Kedua responden telah melalui keempat
suatu hal yang istimewa, namun ia tetap
tahap
bersyukur karena bisa membantu orang
mereka menolak label indigo yang
lain dengan menggunakan kemampuan
dialamatkan kepada mereka. Penolakan
yang
yang mereka lakukan beraneka ragam.
ia
ia
tidak
miliki.
responden
E,
Senada
Responden
dengan
Pada
awalnya
juga
Responden E cenderung menutup diri
menggambarkan dirinya sebagai indigo
dan menyembunyikan keindigoannya.
seniman
indigo
Sementara responden C bahkan sampai
interdimensional. Ia memandang positif
mencoba untuk bunuh diri karena
kemampuan yang ia miliki, karena
merasa tidak tahan akan tekanan sosial
menurutnya kemampuan tersebut justru
akibat keindigoannya. Setelah ditelaah
menambah
dirinya
lebih lanjut, hal tersebut terjadi lantaran
dalam berbagai hal. Walaupun ia cukup
mereka merasa sendiri. Mereka merasa
terganggu dengan respon sosial, namun
tidak memiliki tempat untuk berbagi
baginya selama ia tidak merugikan
cerita dan rasa stres yang ada. Setelah
orang lain, dia akan selalu memandang
bergabung dengan komunitas indigo,
karunia Tuhan sebgai hal yang positif.
mereka akhirnya merasa bahwa mereka
Dari jawaban kedua responden tersebut
tidak sendiri. Mereka lantas menyadari
terlihat
bahwa kemampuan yang mereka miliki
dan
C
sebelumnya.
juga
keberuntungan
bahwa
mereka
telah
memandang secara positif kelebihan
merupakan
dan kekurangan dirinya.
sehingga
Konsep diri yang positif tersebut
sejalan
dengan
penerimaan
diri
karunia
mereka
dari
Tuhan,
tidak
dapat
menolaknya. Akhirnya saat ini mereka
berada pada tahap menerima dan
keduanya. Berdasarkan teori Kubler
mencoba
Ross (1998) dalam penerimaan diri
kemampuan yang mereka miliki untuk
terdapat
membantu sesama.
lima
tahap,
yakni
tahap
untuk
mengoptimalkan
pertama denial, tahap kedua anger,
Jika dianalisis lebih dalam,
tahap ketiga bargaining, tahap keempat
terlihat bahwa tidak ada hal yang
depression,
berbeda dari skema diri individu yang
dan
tahap
kelima
6
dilabel indigo ini dengan individu
evaluasi yang bersifat negatif pada
lainnya. hal ini juga terlihat dari
bidang pekerjaan. Sementara itu ia
gambaran orientasi masa depan mereka.
memiliki
Nurmi (1989) mengemukakan bahwa
perencanaan yang tidak jelas, dan
orientasi masa depan berbicara tentang
evaluasi yang positif pada bidang
sekumpulan skema diri dan informasi
pernikahan.
yang berasal dari lingkungan. Melihat
motivasi
Berdasarkan
yang
hasil
tinggi,
tersebut,
kenyataan bahwa skema diri individu
peneliti
indigo ini cenderung tidak berbeda
responden
dengan
peneliti
motivasi yang tinggi pada bidang
menduga bahwa kedua responden ini
pekerjaan. Jika ditelaah lebih lanjut,
telah menganggap bahwa tidak ada yang
komponen elemen yang memberikan
berbeda dari diri mereka dengan orang
kontribusi terbesar pada tingginya nilai
lain. Hal ini lantas memengaruhi pula
dimensi ini adalah elemen minat dan
bagaimana mereka merencanakan masa
nilai.
depannya. Responden E cenderung
mengaitkan hal
memiliki
tinggi,
perkembangan yang harus mereka lalui
perencanaan yang jelas, dan evaluasi
pada tahap remaja akhir. Pada tahap ini,
yang positif pada bidang pendidikan dan
mereka sedang mempersiapkan diri
pekerjaan.
menuju
individu
memiliki
motivasi
Namun
yang
responden
sama-sama
Peneliti
memiliki
kemudian
ini
kedua
mencoba
dengan tugas
kemandirian
ekonomi
(Havighurst, 1953 dalam Agustiani,
perencanaan yang tidak jelas, dan
2006). Memiliki sumber pendanaan
evaluasi yang bersifat negatif pada
sendiri, independen dari campur tangan
bidang pernikahan. Sedikit berbeda
orang
dengan responden C. Ia memiliki
kemandirian ekonomi tersebut dapat
motivasi yang rendah, perencanaan
tercapai.
yang tidak jelas, dan evaluasi yang
memiliki motivasi yang besar pada
bersifat negatif pada bidang pendidikan.
bidang pekerjaan.
juga
merupakan
Itulah
jalan
mengapa
agar
mereka
Kedua responden ini mengaku
tinggi,
memiliki minat yang tinggi di bidang
perencanaan yang kurang jelas, dan
pekerjaan guna melanjutkan hidup.
belum
motivasi
tua,
yang
cenderung
memiliki
yang
E
bahwa
rendah,
Ia
motivasi
lainnya,
menemukan
terlalu
7
Mereka ingin menjadi individu yang
adanya antisipasi mahasiswa terhadap
mandiri dan tidak lagi bergantung pada
peran
orang tua. Bekerja atau memiliki
selanjutnya
pekerjaan merupakan pilihan yang pada
sebagai mahasiswa “selesai”. Antisipasi
umumnya dipilih untuk mewujudkan
terhadap peran ini telah menjadikan
keinginan tersebut. Namun bekerja
mahasiswa memberikan perhatian yang
membutuhkan prakondisi tertentu yang
lebih terhadap dunia pekerjaan.
biasanya diharapkan dapat terpenuhi
yang
akan
mereka
setelah
Pada
peran
dimensi
ambil
mereka
perencanaan,
melalui pendidikan (Hurlock, 1980).
kedua responden memiliki skor tinggi
Hal ini sejalan dengan orientasi masa
pada elemen pengetahuan. Hal ini
depan responden E yang terlihat tinggi
menunjukkan bahwa keduanya telah
untuk bidang pendidikan dan pekerjaan.
memiliki pengetahuan yang cukup
Baginya kedua bidang ini tidak dapat
untuk
dipisah-pisahkan
dan
pada
depannya. Kemudian ditemukan adanya
prioritas
sama
pentingnya.
korelasi positif antara elemen minat
Sementara itu responden C menganggap
pada dimensi motivasi dengan elemen
bahwa pekerjaan yang menyenangkan
penyusunan rencana pada dimensi ini.
adalah yang sesuai dengan hobinya.
Tidak mengherankan bahwa minat yang
Dan hal itu tidak sejalan dengan
tinggi
pendidikan formal yang saat ini ia
mengindikasikan penyusunan rencana
tempuh.
yang cukup jelas pada bidang tersebut.
yang
Tingginya
berada
minat
menyusun
pada
rencana
suatu
masa
bidang
kedua
Pada dimensi evaluasi, elemen
responden ini pada bidang pekerjaan
optimisme memiliki nilai tertinggi
dapat pula dilihat dalam konteks
dibandingkan elemen lainnya. pada
peralihan peran yang akan dihadapi
dimensi ini terdapat suatu temuan yang
mahasiswa. Secara kultural, mahasiswa
menarik.
diharapkan
motivasi yang rendah dan perencanaan
bekerja
setelah
Responden
E
memiliki
kelulusannya. Hal ini pulalah yang
yang
dirasakan oleh kedua responden dalam
pernikahan, namun memiliki evaluasi
penelitian ini. Peneliti melihat bahwa
yang positif. Jika dikaitkan dengan teori
kedua responden ini menunjukkan
Nurmi (1991), hal ini bukanlah sesuatu
tidak
jelas
pada
bidang
8
yang aneh. Nurmi (1991) menegaskan
seiring berjalannya waktu, mereka telah
bahwa evaluasi dapat saja berlangsung
dapat menerima kemampuan mereka.
bahkan
apapun
Peneliti menduga bahwa penerimaan
dilakukan. Hal ini dapat terjadi melalui
diri ini lantas membuat kedua responden
penilaian terhadap derajat kemungkinan
merasa bahwa diri mereka tidak berbeda
keterwujudan segala tujuan dan harapan
dengan individu lain. Hal ini juga
yang telah dimiliki.
terlihat
sebelum
tindakan
dari
bagaimana
gambaran
Demikian pula yang dialami
orientasi masa depan mereka yang
oleh respondne C. Ia memiliki motivasi
memang tidak berbeda dengan individu
yang cenderung tinggi dan perencanaan
pada umumnya.
yang cukup jelas pada bidang pekerjaan,
Tidak hanya itu, keindigoan
namun ia memiliki evaluasi yang
mereka juga dirasa memiliki pengaruh
bersifat negatif. Nurmi menjelaskan
terhadap
bahwa evaluasi yang bersifat negatif
pelaksanaan
menunjukkan
rendahnya
derajat
mereka.
kemungkinan
keterwujudan
segala
kemampuan yang mereka miliki dapat
telah
membantu mereka untuk melakukan
ditentukan. Keinginan responden C
antisipasi rencana atas masa depannya.
untuk fokus menyelesaikan studinya
Tidak hanya itu, adanya kemampuan ini
saat ini ditengarai sebagai salah satu
juga
faktor yang membuat rendahnya derajat
menetapkan keputusan yang seharusnya
kemungkinan keterwujudan tujuannya
diambil berkaitan dengan pencapaian
untuk saat ini.
rencana masa depannya. Secara negatif,
tujuan
dan
harapan
Sebagaimana
yang
yang
telah
proses
penyusunan
rencana
Keduanya
membuat
dan
masa
depan
menilai
bahwa
mereka
mampu
keindigoan tersebut juga kerap kali
stress.
dipaparkan sebelumnya, label indigo
membuat
yang mereka alami memiliki pengaruh
mereka merasa tidak mampu mengatasi
baik secara positif maupun negatif atas
apa yang mereka ‘lihat’, mereka akan
orientasi masa depan mereka. Pada
merasa tertekan. Kondisi ini membuat
awalnya stigma dan tekanan sosial yang
mereka tidak dapat berfungsi secara
mereka
mereka
optimal untuk melaksanakan semua
menolak keindigoan mereka. Namun
rencana yang telah ia susun. Tentu saja
hadapi
membuat
keduanya
Ketika
9
hal ini membuat ketercapaian rencana
membuat mereka merasa tidak berbeda
menjadi terhambat.
dengan individu lainnya. Hal ini lantas
membuat orientasi masa depan mereka
juga tidak jauh berbeda dengan individu
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ini,
diperoleh beberapa kesimpulan yaitu (1)
secara umum kedua orang responden
tersebut mampu menerima keadaan
dirinya sebagai individu yang dilabel
indigo. Walaupun tingkat penerimaan
diri mereka berbeda (satu orang tinggi,
satu orang sedang), namun keduanya
melewati
masa-masa
yang
dapat
dikatakan sama, sesuai dengan teori
Kubler Ross mengenai penerimaan diri.
Saat ini, kedua responden berada pada
seusianya. Hanya saja mereka menilai
kemampuan yang mereka miliki juga
memberikan pengaruh baik positif
maupun negatif dalam perencanaan dan
pelaksanaan masa depannya. (4) Kedua
responden berada pada tahap remaja
akhir yang menurut teori telah memiliki
konsep diri yang relatif stabil. Tidak
hany itu, tugas perkembangan yang
mereka hadapi membuat keduanya
menaruh perhatian lebih pada bidang
pekerjaan.
Saran
tahap dimana mereka berkomitmen
akan memanfaatkan kemampuan yang
ia miliki untuk membantu sesama
manusia. (2) Kedua responden memiliki
orientasi masa depan yang berbeda.
Responden E memiliki orientasi masa
depan
yang
pendidikan
jelas
dan
pada
bidang
pekerjaan,
namun
kurang jelas pada bidang pernikahan.
Responden C memiliki minat yang
rendah pada bidang pendidikan, namun
memiliki minat yang cenderung tinggi
pada bidang pekerjaan dan pernikahan.
(3) Penerimaan diri yang telah mampu
dilakukan
oleh
kedua
responden
selanjutnya
bagi
penelitian
adalah
(1)
untuk
memperkaya hasil penelitian, perlu
diukur juga bagaimana faktor-faktor
kontekstual
dapat
memengaruhi
orientasi masa depan individu yang
dilabel
indigo.
keluarga,
faktor
Selain
dukungan
kontekstual
yang
menarik untuk diukur adalah terkait
budaya lingkungan sekitar. Hal ini
sejalan dengan pemaparan pengurus
komunitas
indigo
bahwa
masing-
masing komunitas di setiap daerah
memiliki kebiasaan yang berbeda-beda.
(2) Dalam melakukan kajian mengenai
10
orientasi masa depan, skema diri
Sementara
itu
saran
bagi
lainnya seperti self esteem dan self
individu yang diberi label indigo adalah
efficacy perlu dipertimbangkan menjadi
(1) individu indigo diharapkan tetap
variabel yang hendak diukur. Hal ini
melakukan penyusunan rencana terkait
terkait
kehidupan di masa depan. Keengganan
dengan
penelitian
pembahasan
yang
hasil
mengindikasikan
individu
indigo
adanya hubungan antara komitmen
rencana
disebabkan
dengan self efficacy dan self esteem. (3)
bahwa rencananya akan berjalan tidak
Hasil penelitian ini ternyata tidak sesuai
sesuai dengan ‘penglihatannya’. Ada
dengan
ini
baiknya bahwa setiap individu membuat
mungkin terjadi karena para responden
rencana utama dan rencana cadangan
telah mencapai tahap acceptance atau
untuk
penerimaan diri. Penelitian selanjutnya
yang berbeda terhadap masa depannya.
yang sejenis dapat melakukan kajian
Hal ini bertujuan untuk membuat
dengan subjek
orientasi masa depannya menjadi lebih
dugaan
peneliti.
Hal
yang berada pada
dalam
menyusun
kekhawatiran
mengantisipasi
‘penglihatan’
tahapan berbeda, misalnya pada tahap
jelas.
denial,
atau
komunitas indigo sebagai pihak terdekat
tersebut
dari individu indigo ini perlu melakukan
anger,
depresion
bargaining
dimana
merupakan
individu
tahap
masa-masa
indigo.
(4)
(2)
Orang
tua
atau
pihak
kritis
bagi
pendampingan kepada individu indigo
Alat
ukur
dalam
menyusun
rencana
masa
penerimaan diri yang digunakan dalam
depannya. Pendampingan ini bertujuan
penelitian ini masih memungkinkan
untuk membuat perencanaan individu
responden untuk menjawab secara
indigo tersebut menjadi lebih terarah.
normatif. Dengan kata lain, alat ukur ini
Bentuk pendampingan yang diberikan
belum
tingkat
bisa dalam hal penyediaan informasi
penerimaan diri individu secara presisi.
mengenai masa depan, pengawasan
Hal ini terlihat dari jawaban yang
dalam hal pelaksanaan rencana masa
berbeda
depan, atau berupa dukungan positif
dapat
antara
(kuesioner)
(wawancara).
mengukur
hasil
dengan hasil
kuantitatif
kualitatif
bagi
individu
mewujudkan
depannya.
tersebut
rencana-rencana
untuk
masa
DAFTAR PUSTAKA
Carroll, Lee & Tober. (2000). An Indigo
Celebration. Carlsbad, Calif.:
Hay House
Christensen,
Larry
B.
(2007).
Experimental
Methodology
Tenth Edition. USA : Pearson
Creswell, Joh W. (2009). Research
Design:
Qualitative,
Quantitative,
and
Mixed
Methods Approaches. United
States of America: SAGE
Publications
Desmita.
(2005).
Perkembangan.
Remaja Rosdakarya
Psikologi
Bandung:
Context. Helsinki. The Finish
Society of Science and Letters.
Nurmi, Jari-Eric. (1991). How Do
Adolescents See Their Future? A
Review of the Development of
Future
Orientation
and
Planning. Helsinski: Academic
Press, Inc
Papalia, Diane E. et. al. (2004). Human
Development, Ninth Edition.
New York: McGraw-Hill.
Santrock, John W. (2012). Adolesence,
Fifth Edition. New York:
McGraw-Hill
Sudjana. 2002. Metoda Statistika.
Bandung: Penerbit “Tarsito”
Freidenberg, Lisa. (1995). Psychological
Testing: Design, Analysis, and
Use. Massachutsets: Allyn &
Bacon.
Trommsdorf, G. (2003). Future
Orientation and Socialization.
International
Journal
of
Psychology
Hurlock,
E.
(1999).
Psikologi
Perkembangan Anak, Jilid ke
Satu. (Terjemahan: Istiwidayati).
Surabaya: Erlangga
Yulianti; Aat Sriati; Restuning Widiasih.
(2009). Gambaran Orientasi
Masa Depan Narapidana Remaja
Sebelum dan Setelah Pelatihan di
Rumah Tahanan Negara Kelas 1
Bandung. Jurnal Volume 10 No
XIX
Kerlinger, Fred N. (1990). Asas-asas
Penelitian
Behavioral.
Yogyakarta:
Gadjah
Mada
University Press.
McCabe, Kristen M & Douglas Barnett.
(2000). The Relation Between
Familial Factors and Future
Orientation of Urban, African
American Sixth Graders.
Journal of Child and Family
Studies Vol. 9, No.4
Nurmi, Jari-Eric. (1989). Adolescent’s
Orientation to the Future:
Development of Interest and
Plans, and related Atributions
and Effect in the Life-Span
Sumber Referensi yang Tidak
Dipublikasikan
Afifah. (2011). Pengaruh Dukungan
Orang Tua terhadap Orientasi
Masa Depan dalam Area
Pekerjaan pada Remaja. Skripsi.
Tidak Dipublikasikan. Fakultas
Psikologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah
Apsari, Indri. (2009). Gambaran Konsep
Diri pada Remaja Akhir Indigo.
Skripsi. Tidak Dipublikasikan.
Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia
Erlina. (2008). Orientasi Masa Depan
Remaja Usia SLTA di Banda
Aceh.
Skripsi.
Tidak
Dipublikasikan.
Fakultas
Psikologi
Universitas
Padjadjaran
Moeliono, Marisa F, dkk. (2002).
Gambaran Orientasi Masa
Depan Remaja dalam Bidang
Karier dan Pekerjaan pada
Remaja Kota dan Remaja Desa.
Laporan
Penelitian.
Tidak
Dipublikasikan.
Fakultas
Psikologi
Universitas
Padjadjaran
Palupi, N.P. (2007). Hubungan antara
Trait
Kecemasan
dan
Keterlibatan dalam Organisasi
Kemahasiswaan
dengan
Orientasi Masa Depan Bidang
Karir.
Skripsi.
Tidak
Dipublikasikan.
Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia
Pujiastuti, Endang; Temi Damayanti;
Jessica
Bellanisa.
(2012).
Hubungan
“Self
Efficacy”
dengan Orientasi Masa Depan
Area Pendidikan Siswa Kelas XI
Jurusan IPA Sekolah Bertaraf
Internasional SMA Negeri 5
Bandung. Laporan Penelitian.
Tidak Dipublikasikan. Fakultas
Psikologi Universitas Islam
Bandung
Rufaidah, Izzah. (2010). Pengaruh Iklim
Sosial
Keluarga
terhadap
Orientasi Masa Depan dalam
Bidang Pekerjaan dan Karir
pada Remaja. Skripsi. Tidak
Dipublikasikan.
Fakultas
Psikologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah
Simon, Christhy. (2011). Konsep Diri
Seorang Indigo di Kota Bandung
(Studi Fenomenologi Konsep
Diri Seorang Indigo di Kota
Bandung).
Skripsi.
Tidak
Dipublikasikan.
Universitas
Komputer