Studi Kasus Mengenai Gambaran Orientasi Masa Depan Individu indigo Pada Tahap Remaja Akhir.

STUDI KASUS MENGENAI GAMBARAN ORIENTASI MASA DEPAN
INDIVIDU “INDIGO” PADA TAHAP REMAJA AKHIR
Rizky Ayu Nurfitriana
190110120099

Program Studi S1 Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Padjadjaran, 2016

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan studi kasus yang bertujuan untuk mengetahui
gambaran orientasi masa depan individu pada tahap remaja akhir yang diberi label
indigo. Subjek dalam penelitian ini adalah 2 (dua) orang individu yang dilabel
indigo dan bergabung dalam komunitas indigo yang berusia 18 – 22 tahun. Data
diperoleh dengan menggunakan metode kuesioner dan wawancara. Kuesioner yang
digunakan adalah kuesioner Penerimaan Diri untuk mengukur tingkat penerimaan
diri individu yang dilabel indigo dan kuesioner Orientasi Masa Depan untuk
mengukur gambaran orientasi masa depan. Data dianalisis dengan menggunakan
metode kuantitatif yaitu analisis statistika (penghitungan skor yang diperoleh untuk
setiap kuesioner) dan metode kualitatif yaitu narrative analysis. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kedua responden telah mampu menerima kondisi dirinya dan
telah memiliki gambaran diri yang bersifat positif. Hal ini kemudian berpengaruh

terhadap orientasi masa depan keduanya. Dua responden memiliki orientasi masa
depan pada bidang yang berbeda, namun walaupun demikian mereka telah memiliki
gambaran yang jelas terkait perencanaan masa depan pada bidang yang mereka
minati. Bagi kedua responden, label indigo yang mereka terima memiliki pengaruh
baik secara positif dan negatif terhadap proses penyusunan dan pelaksanaan
rencana masa depannya.

Kata Kunci : orientasi masa depan, indigo, remaja akhir

1

2

skema diri individu tersebut. Penelitian

PENDAHULUAN
Sejak tahun 1970-an, fenomena

sebelumnya yang dilakukan oleh Apsari


indigo atau yang biasa disebut dengan

(2009) dan Simon (2011) membuktikan

indra keenam (sixth sense) sudah mulai

bahwa lingkungan sosial memiliki

muncul.

peranan

Menggejalanya

fenomena

yang

signifikan


dalam

indigo di Indonesia lantas menyebabkan

pembentukan

munculnya

indigo, terutama dalam hal konsep diri.

stigma

di

masayarakat

terkait individu indigo. Hal ini membuat

skema


Tidak

diri

hanya

individu

perbedaan

individu indigo merasa kurang nyaman

perlakuan, individu-individu indigo ini

dan tertekan. Berdasarkan data awal

juga harus melalui masa-masa kritis

penelitian, diketahui bahwa seluruh


dalam dirinya. pada saat menginjak usia

individu yang dilabel indigo dalam

remaja, individu indigo ini menjadi jauh

penelitian ini mengalami perlakuan

lebih kritis atas apa yang terjadi pada

yang

lingkungannya.

dirinya. Di masa ini mereka mulai di-

Mereka kerap kali dianggap aneh, suka

launching untuk terjun di masyarakat


mengada-ada, bahkan gila. Adanya

dengan

social judgement dari masyarakat atas

keindigoannya. Tentu saja masa ini

keindigoan ini membuat individu indigo

merupakan masa yang berat karena

cenderung

dapat

mereka harus memutuskan akan terus

beraktivitas sebagaimana individu non-


hidup dengan keindigoannya atau terus

indigo

merasa

menyembunyikannya. Pada masa-masa

terbebani ketika melakukan aktivitas

itu, sedikit sekali dari remaja-remaja

sehari-hari dan merasa apa yang mereka

indigo

harapkan (diperlakukan sama seperti

memikirkan


individu non indigo) tidak tercapai. Hal

Mereka terlalu asyik dengan pemikiran

ini lantas menciptakan kesenjangan

atas

antara harapan ideal individu dengan

membuat perencanaan atas kehidupan

penilaian sosial yang mereka terima.

di masa depan. Padahal, layaknya

Kesenjangan

kemudian


individu non indigo lainnya, pada masa

menimbulkan konflik internal yang

remaja (terutama remaja akhir, yaitu

kemudian memengaruhi pembentukan

berusia 18-22 tahun) hendaknya mereka

berbeda

dari

merasa

lainnya.

kurang


Mereka

ini

menunjukkan

tersebut

identitas

yang

rencana

keindigoannya

kemudian

masa


depan.

dibandingkan

3

telah

menentukan

depannya.

Menurut

masa

dirinya sehingga berpengaruh pula pada

(dalam

orientasi masa depannya. Oleh karena

orientasi
Nurmi

McCabe&Bernett, 2000) orientasi masa

itu

depan merupakan gambaran mengenai

orientasi masa depan pada individu

masa

yang diberi label indigo cukup menarik

depan

yang

terbentuk

dari

sekumpulan skemata, atau sikap dan

penelitian

mengenai

gambaran

untuk diteliti.

asumsi dari pengalaman masa lalu, yang
berinteraksi dengan informasi dari

METODE PENELITIAN

lingkungan untuk membentuk harapan

Rancangan penelitian yang akan

mengenai masa depan, membentuk

digunakan dalam penelitian ini adalah

tujuan dan aspirasi serta memberikan

rancangan penelitian kombinasi (mixed

makna pribadi pada kejadian di masa

method

depan. Orientasi masa depan dalam hal

penelitian studi kasus. Pada penelitian

ini meliputi pendidikan, pekerjaan, dan

ini, peneliti akan membahas secara

pernikahan.

mendalam mengenai orientasi masa

research)

dengan

desain

Dalam teorinya Nurmi melihat

depan individu yang diberi label indigo.

adanya pengaruh skema diri terhadap

Model metode yang digunakan adalah

orientasi masa depan. Jika mengacu

metode kombinasi model concurrent

kembali pada hasil data awal dan hasil

triangulation strategy, yaitu peneliti

penelitian sebelumnya, terlihat bahwa

mengumpulkan data kuantitatif dan

individu yang diberi label indigo ini

kualitatif

memiliki skema diri yang berbeda dari

menggunakan kedua data tersebut untuk

individu ‘normal’ lainnya. Skema diri

melihat

yang dimaksud dalam penelitian ini

(Creswell, 2008). Metode ini digunakan

adalah terkait self concept dan self

peneliti untuk mendapatkan data yang

acceptance yang merupakan skema

lebih lengkap dan juga untuk menutupi

yang menonjol dalam populasi ini. Hal

kelemahan yang dimiliki oleh suatu

ini kemudian memunculkan dugaan

metode dengan kekuatan yang dimiliki

bahwa takanan sosial yang dialami

oleh metode lainnya. Pada penelitian

individu

ini, data kuantitatif akan diambil untuk

indigo

memengaruhi

ini

kemudian

pembentukan

skema

secara

kombinasi

bersamaan

yang

dan

terjadi

mengetahui derajat penerimaan diri dan

4

orientasi masa depan subjek penelitian,

dari teori orientasi masa depan Nurmi

sedangkan

akan

(dikembangkan oleh Aidil, 2008 dan

digunakan untuk mengetahui dinamika

Damayanti, 2013). Kuesioner ini telah

yang terjadi pada diri individu sehingga

diuji

akhirnya individu tersebut menentukan

dengan hasil reliabilitas sebagai berikut

orientasi masa depannya pada bidang

:

data

kualitatif

tertentu.

validitas

Bidang

Teknik sampling yang akan

dan

reliabilitasnya

Dimensi

Reliabilitas

Pendidikan Motivasi

0.680

digunakan menggunakan pendekatan

Perencanaan

0.818

sampling nonprobability, dengan teknik

Evaluasi

0.720

Motivasi

0.657

2000). Jumlah sampel yang bersedia

Perencanaan

0.893

mengikuti penelitian ini pada awalnya

Evaluasi

0.736

adalah 5 (lima) orang, namun hanya 2

Pernikahan Motivasi

0.940

purposive sampling (Kerlinger & Lee,

Pekerjaan

(dua) orang yang menyelesaikan proses

Perencanaan

0.955

pengambilan data hingga akhir. Kriteria

Evaluasi

0.834

subjek penelitian ini adalah individu
yang diberi label indigo dan bergabung
dalam komunitas indigo di Indonesia

HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data kuantitatif dan

serta berusia 18-22 tahun. Pengumpulan

kualitatif,

data akan dilakukan dengan sumber data

responden memiliki konsep diri yang

kuesioner

semi

cenderung positif. Hal ini bertolak

terstruktur. Kuesioner yang digunakan

belakang dengan penelitian sebelumnya

adalah kuesioner Penerimaan Diri yang

yang dilakukan oleh Apsari (2009)

diturunkan dari konsep self acceptance

bahwa konsep diri individu indigo

Allport (dikembangkan oleh Akbar

cenderung

Heriyadi, 2013). Kuesioner ini telah

menggambarkan

diuji

seorang yang sangat suka menolong

dan

validitas

wawancara

dan

reliabilitasnya

dengan hasil reliabilitas sebesar 0.960.
Kuesioner selanjutnya adalah kuesioner
Orientasi Masa Depan yang diturunkan

terlihat

buruk.

bahwa

kedua

Responden
dirinya

E

sebagai

orang lain.
Responden
menggambarkan

E

juga

bahwa

dirinya

5

merupakan seorang indigo humanis.

acceptance. Hal ini senada dengan

Kendati

menganggap

proses penerimaan diri seorang indigo.

kemampuan yang ia miliki sebagai

Kedua responden telah melalui keempat

suatu hal yang istimewa, namun ia tetap

tahap

bersyukur karena bisa membantu orang

mereka menolak label indigo yang

lain dengan menggunakan kemampuan

dialamatkan kepada mereka. Penolakan

yang

yang mereka lakukan beraneka ragam.

ia

ia

tidak

miliki.

responden

E,

Senada

Responden

dengan

Pada

awalnya

juga

Responden E cenderung menutup diri

menggambarkan dirinya sebagai indigo

dan menyembunyikan keindigoannya.

seniman

indigo

Sementara responden C bahkan sampai

interdimensional. Ia memandang positif

mencoba untuk bunuh diri karena

kemampuan yang ia miliki, karena

merasa tidak tahan akan tekanan sosial

menurutnya kemampuan tersebut justru

akibat keindigoannya. Setelah ditelaah

menambah

dirinya

lebih lanjut, hal tersebut terjadi lantaran

dalam berbagai hal. Walaupun ia cukup

mereka merasa sendiri. Mereka merasa

terganggu dengan respon sosial, namun

tidak memiliki tempat untuk berbagi

baginya selama ia tidak merugikan

cerita dan rasa stres yang ada. Setelah

orang lain, dia akan selalu memandang

bergabung dengan komunitas indigo,

karunia Tuhan sebgai hal yang positif.

mereka akhirnya merasa bahwa mereka

Dari jawaban kedua responden tersebut

tidak sendiri. Mereka lantas menyadari

terlihat

bahwa kemampuan yang mereka miliki

dan

C

sebelumnya.

juga

keberuntungan

bahwa

mereka

telah

memandang secara positif kelebihan

merupakan

dan kekurangan dirinya.

sehingga

Konsep diri yang positif tersebut
sejalan

dengan

penerimaan

diri

karunia
mereka

dari

Tuhan,

tidak

dapat

menolaknya. Akhirnya saat ini mereka
berada pada tahap menerima dan

keduanya. Berdasarkan teori Kubler

mencoba

Ross (1998) dalam penerimaan diri

kemampuan yang mereka miliki untuk

terdapat

membantu sesama.

lima

tahap,

yakni

tahap

untuk

mengoptimalkan

pertama denial, tahap kedua anger,

Jika dianalisis lebih dalam,

tahap ketiga bargaining, tahap keempat

terlihat bahwa tidak ada hal yang

depression,

berbeda dari skema diri individu yang

dan

tahap

kelima

6

dilabel indigo ini dengan individu

evaluasi yang bersifat negatif pada

lainnya. hal ini juga terlihat dari

bidang pekerjaan. Sementara itu ia

gambaran orientasi masa depan mereka.

memiliki

Nurmi (1989) mengemukakan bahwa

perencanaan yang tidak jelas, dan

orientasi masa depan berbicara tentang

evaluasi yang positif pada bidang

sekumpulan skema diri dan informasi

pernikahan.

yang berasal dari lingkungan. Melihat

motivasi

Berdasarkan

yang

hasil

tinggi,

tersebut,

kenyataan bahwa skema diri individu

peneliti

indigo ini cenderung tidak berbeda

responden

dengan

peneliti

motivasi yang tinggi pada bidang

menduga bahwa kedua responden ini

pekerjaan. Jika ditelaah lebih lanjut,

telah menganggap bahwa tidak ada yang

komponen elemen yang memberikan

berbeda dari diri mereka dengan orang

kontribusi terbesar pada tingginya nilai

lain. Hal ini lantas memengaruhi pula

dimensi ini adalah elemen minat dan

bagaimana mereka merencanakan masa

nilai.

depannya. Responden E cenderung

mengaitkan hal

memiliki

tinggi,

perkembangan yang harus mereka lalui

perencanaan yang jelas, dan evaluasi

pada tahap remaja akhir. Pada tahap ini,

yang positif pada bidang pendidikan dan

mereka sedang mempersiapkan diri

pekerjaan.

menuju

individu

memiliki

motivasi

Namun

yang

responden

sama-sama

Peneliti

memiliki

kemudian
ini

kedua

mencoba

dengan tugas

kemandirian

ekonomi

(Havighurst, 1953 dalam Agustiani,

perencanaan yang tidak jelas, dan

2006). Memiliki sumber pendanaan

evaluasi yang bersifat negatif pada

sendiri, independen dari campur tangan

bidang pernikahan. Sedikit berbeda

orang

dengan responden C. Ia memiliki

kemandirian ekonomi tersebut dapat

motivasi yang rendah, perencanaan

tercapai.

yang tidak jelas, dan evaluasi yang

memiliki motivasi yang besar pada

bersifat negatif pada bidang pendidikan.

bidang pekerjaan.

juga

merupakan

Itulah

jalan

mengapa

agar

mereka

Kedua responden ini mengaku

tinggi,

memiliki minat yang tinggi di bidang

perencanaan yang kurang jelas, dan

pekerjaan guna melanjutkan hidup.

belum

motivasi

tua,

yang

cenderung

memiliki

yang

E

bahwa

rendah,

Ia

motivasi

lainnya,

menemukan

terlalu

7

Mereka ingin menjadi individu yang

adanya antisipasi mahasiswa terhadap

mandiri dan tidak lagi bergantung pada

peran

orang tua. Bekerja atau memiliki

selanjutnya

pekerjaan merupakan pilihan yang pada

sebagai mahasiswa “selesai”. Antisipasi

umumnya dipilih untuk mewujudkan

terhadap peran ini telah menjadikan

keinginan tersebut. Namun bekerja

mahasiswa memberikan perhatian yang

membutuhkan prakondisi tertentu yang

lebih terhadap dunia pekerjaan.

biasanya diharapkan dapat terpenuhi

yang

akan

mereka

setelah

Pada

peran

dimensi

ambil
mereka

perencanaan,

melalui pendidikan (Hurlock, 1980).

kedua responden memiliki skor tinggi

Hal ini sejalan dengan orientasi masa

pada elemen pengetahuan. Hal ini

depan responden E yang terlihat tinggi

menunjukkan bahwa keduanya telah

untuk bidang pendidikan dan pekerjaan.

memiliki pengetahuan yang cukup

Baginya kedua bidang ini tidak dapat

untuk

dipisah-pisahkan

dan

pada

depannya. Kemudian ditemukan adanya

prioritas

sama

pentingnya.

korelasi positif antara elemen minat

Sementara itu responden C menganggap

pada dimensi motivasi dengan elemen

bahwa pekerjaan yang menyenangkan

penyusunan rencana pada dimensi ini.

adalah yang sesuai dengan hobinya.

Tidak mengherankan bahwa minat yang

Dan hal itu tidak sejalan dengan

tinggi

pendidikan formal yang saat ini ia

mengindikasikan penyusunan rencana

tempuh.

yang cukup jelas pada bidang tersebut.

yang

Tingginya

berada

minat

menyusun

pada

rencana

suatu

masa

bidang

kedua

Pada dimensi evaluasi, elemen

responden ini pada bidang pekerjaan

optimisme memiliki nilai tertinggi

dapat pula dilihat dalam konteks

dibandingkan elemen lainnya. pada

peralihan peran yang akan dihadapi

dimensi ini terdapat suatu temuan yang

mahasiswa. Secara kultural, mahasiswa

menarik.

diharapkan

motivasi yang rendah dan perencanaan

bekerja

setelah

Responden

E

memiliki

kelulusannya. Hal ini pulalah yang

yang

dirasakan oleh kedua responden dalam

pernikahan, namun memiliki evaluasi

penelitian ini. Peneliti melihat bahwa

yang positif. Jika dikaitkan dengan teori

kedua responden ini menunjukkan

Nurmi (1991), hal ini bukanlah sesuatu

tidak

jelas

pada

bidang

8

yang aneh. Nurmi (1991) menegaskan

seiring berjalannya waktu, mereka telah

bahwa evaluasi dapat saja berlangsung

dapat menerima kemampuan mereka.

bahkan

apapun

Peneliti menduga bahwa penerimaan

dilakukan. Hal ini dapat terjadi melalui

diri ini lantas membuat kedua responden

penilaian terhadap derajat kemungkinan

merasa bahwa diri mereka tidak berbeda

keterwujudan segala tujuan dan harapan

dengan individu lain. Hal ini juga

yang telah dimiliki.

terlihat

sebelum

tindakan

dari

bagaimana

gambaran

Demikian pula yang dialami

orientasi masa depan mereka yang

oleh respondne C. Ia memiliki motivasi

memang tidak berbeda dengan individu

yang cenderung tinggi dan perencanaan

pada umumnya.

yang cukup jelas pada bidang pekerjaan,

Tidak hanya itu, keindigoan

namun ia memiliki evaluasi yang

mereka juga dirasa memiliki pengaruh

bersifat negatif. Nurmi menjelaskan

terhadap

bahwa evaluasi yang bersifat negatif

pelaksanaan

menunjukkan

rendahnya

derajat

mereka.

kemungkinan

keterwujudan

segala

kemampuan yang mereka miliki dapat

telah

membantu mereka untuk melakukan

ditentukan. Keinginan responden C

antisipasi rencana atas masa depannya.

untuk fokus menyelesaikan studinya

Tidak hanya itu, adanya kemampuan ini

saat ini ditengarai sebagai salah satu

juga

faktor yang membuat rendahnya derajat

menetapkan keputusan yang seharusnya

kemungkinan keterwujudan tujuannya

diambil berkaitan dengan pencapaian

untuk saat ini.

rencana masa depannya. Secara negatif,

tujuan

dan

harapan

Sebagaimana

yang

yang

telah

proses

penyusunan

rencana

Keduanya

membuat

dan

masa

depan

menilai

bahwa

mereka

mampu

keindigoan tersebut juga kerap kali
stress.

dipaparkan sebelumnya, label indigo

membuat

yang mereka alami memiliki pengaruh

mereka merasa tidak mampu mengatasi

baik secara positif maupun negatif atas

apa yang mereka ‘lihat’, mereka akan

orientasi masa depan mereka. Pada

merasa tertekan. Kondisi ini membuat

awalnya stigma dan tekanan sosial yang

mereka tidak dapat berfungsi secara

mereka

mereka

optimal untuk melaksanakan semua

menolak keindigoan mereka. Namun

rencana yang telah ia susun. Tentu saja

hadapi

membuat

keduanya

Ketika

9

hal ini membuat ketercapaian rencana

membuat mereka merasa tidak berbeda

menjadi terhambat.

dengan individu lainnya. Hal ini lantas
membuat orientasi masa depan mereka
juga tidak jauh berbeda dengan individu

KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ini,
diperoleh beberapa kesimpulan yaitu (1)
secara umum kedua orang responden
tersebut mampu menerima keadaan
dirinya sebagai individu yang dilabel
indigo. Walaupun tingkat penerimaan
diri mereka berbeda (satu orang tinggi,
satu orang sedang), namun keduanya
melewati

masa-masa

yang

dapat

dikatakan sama, sesuai dengan teori
Kubler Ross mengenai penerimaan diri.
Saat ini, kedua responden berada pada

seusianya. Hanya saja mereka menilai
kemampuan yang mereka miliki juga
memberikan pengaruh baik positif
maupun negatif dalam perencanaan dan
pelaksanaan masa depannya. (4) Kedua
responden berada pada tahap remaja
akhir yang menurut teori telah memiliki
konsep diri yang relatif stabil. Tidak
hany itu, tugas perkembangan yang
mereka hadapi membuat keduanya
menaruh perhatian lebih pada bidang
pekerjaan.
Saran

tahap dimana mereka berkomitmen
akan memanfaatkan kemampuan yang
ia miliki untuk membantu sesama
manusia. (2) Kedua responden memiliki
orientasi masa depan yang berbeda.
Responden E memiliki orientasi masa
depan

yang

pendidikan

jelas

dan

pada

bidang

pekerjaan,

namun

kurang jelas pada bidang pernikahan.
Responden C memiliki minat yang
rendah pada bidang pendidikan, namun
memiliki minat yang cenderung tinggi
pada bidang pekerjaan dan pernikahan.
(3) Penerimaan diri yang telah mampu
dilakukan

oleh

kedua

responden

selanjutnya

bagi

penelitian

adalah

(1)

untuk

memperkaya hasil penelitian, perlu
diukur juga bagaimana faktor-faktor
kontekstual

dapat

memengaruhi

orientasi masa depan individu yang
dilabel

indigo.

keluarga,

faktor

Selain

dukungan

kontekstual

yang

menarik untuk diukur adalah terkait
budaya lingkungan sekitar. Hal ini
sejalan dengan pemaparan pengurus
komunitas

indigo

bahwa

masing-

masing komunitas di setiap daerah
memiliki kebiasaan yang berbeda-beda.
(2) Dalam melakukan kajian mengenai

10

orientasi masa depan, skema diri

Sementara

itu

saran

bagi

lainnya seperti self esteem dan self

individu yang diberi label indigo adalah

efficacy perlu dipertimbangkan menjadi

(1) individu indigo diharapkan tetap

variabel yang hendak diukur. Hal ini

melakukan penyusunan rencana terkait

terkait

kehidupan di masa depan. Keengganan

dengan

penelitian

pembahasan

yang

hasil

mengindikasikan

individu

indigo

adanya hubungan antara komitmen

rencana

disebabkan

dengan self efficacy dan self esteem. (3)

bahwa rencananya akan berjalan tidak

Hasil penelitian ini ternyata tidak sesuai

sesuai dengan ‘penglihatannya’. Ada

dengan

ini

baiknya bahwa setiap individu membuat

mungkin terjadi karena para responden

rencana utama dan rencana cadangan

telah mencapai tahap acceptance atau

untuk

penerimaan diri. Penelitian selanjutnya

yang berbeda terhadap masa depannya.

yang sejenis dapat melakukan kajian

Hal ini bertujuan untuk membuat

dengan subjek

orientasi masa depannya menjadi lebih

dugaan

peneliti.

Hal

yang berada pada

dalam

menyusun

kekhawatiran

mengantisipasi

‘penglihatan’

tahapan berbeda, misalnya pada tahap

jelas.

denial,

atau

komunitas indigo sebagai pihak terdekat

tersebut

dari individu indigo ini perlu melakukan

anger,

depresion

bargaining

dimana

merupakan
individu

tahap

masa-masa
indigo.

(4)

(2)

Orang

tua

atau

pihak

kritis

bagi

pendampingan kepada individu indigo

Alat

ukur

dalam

menyusun

rencana

masa

penerimaan diri yang digunakan dalam

depannya. Pendampingan ini bertujuan

penelitian ini masih memungkinkan

untuk membuat perencanaan individu

responden untuk menjawab secara

indigo tersebut menjadi lebih terarah.

normatif. Dengan kata lain, alat ukur ini

Bentuk pendampingan yang diberikan

belum

tingkat

bisa dalam hal penyediaan informasi

penerimaan diri individu secara presisi.

mengenai masa depan, pengawasan

Hal ini terlihat dari jawaban yang

dalam hal pelaksanaan rencana masa

berbeda

depan, atau berupa dukungan positif

dapat

antara

(kuesioner)
(wawancara).

mengukur

hasil

dengan hasil

kuantitatif
kualitatif

bagi

individu

mewujudkan
depannya.

tersebut

rencana-rencana

untuk
masa

DAFTAR PUSTAKA
Carroll, Lee & Tober. (2000). An Indigo
Celebration. Carlsbad, Calif.:
Hay House
Christensen,
Larry
B.
(2007).
Experimental
Methodology
Tenth Edition. USA : Pearson
Creswell, Joh W. (2009). Research
Design:
Qualitative,
Quantitative,
and
Mixed
Methods Approaches. United
States of America: SAGE
Publications
Desmita.
(2005).
Perkembangan.
Remaja Rosdakarya

Psikologi
Bandung:

Context. Helsinki. The Finish
Society of Science and Letters.
Nurmi, Jari-Eric. (1991). How Do
Adolescents See Their Future? A
Review of the Development of
Future
Orientation
and
Planning. Helsinski: Academic
Press, Inc
Papalia, Diane E. et. al. (2004). Human
Development, Ninth Edition.
New York: McGraw-Hill.
Santrock, John W. (2012). Adolesence,
Fifth Edition. New York:
McGraw-Hill
Sudjana. 2002. Metoda Statistika.
Bandung: Penerbit “Tarsito”

Freidenberg, Lisa. (1995). Psychological
Testing: Design, Analysis, and
Use. Massachutsets: Allyn &
Bacon.

Trommsdorf, G. (2003). Future
Orientation and Socialization.
International
Journal
of
Psychology

Hurlock,
E.
(1999).
Psikologi
Perkembangan Anak, Jilid ke
Satu. (Terjemahan: Istiwidayati).
Surabaya: Erlangga

Yulianti; Aat Sriati; Restuning Widiasih.
(2009). Gambaran Orientasi
Masa Depan Narapidana Remaja
Sebelum dan Setelah Pelatihan di
Rumah Tahanan Negara Kelas 1
Bandung. Jurnal Volume 10 No
XIX

Kerlinger, Fred N. (1990). Asas-asas
Penelitian
Behavioral.
Yogyakarta:
Gadjah
Mada
University Press.
McCabe, Kristen M & Douglas Barnett.
(2000). The Relation Between
Familial Factors and Future
Orientation of Urban, African
American Sixth Graders.
Journal of Child and Family
Studies Vol. 9, No.4
Nurmi, Jari-Eric. (1989). Adolescent’s
Orientation to the Future:
Development of Interest and
Plans, and related Atributions
and Effect in the Life-Span

Sumber Referensi yang Tidak
Dipublikasikan
Afifah. (2011). Pengaruh Dukungan
Orang Tua terhadap Orientasi
Masa Depan dalam Area
Pekerjaan pada Remaja. Skripsi.
Tidak Dipublikasikan. Fakultas
Psikologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah
Apsari, Indri. (2009). Gambaran Konsep
Diri pada Remaja Akhir Indigo.
Skripsi. Tidak Dipublikasikan.

Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia
Erlina. (2008). Orientasi Masa Depan
Remaja Usia SLTA di Banda
Aceh.
Skripsi.
Tidak
Dipublikasikan.
Fakultas
Psikologi
Universitas
Padjadjaran
Moeliono, Marisa F, dkk. (2002).
Gambaran Orientasi Masa
Depan Remaja dalam Bidang
Karier dan Pekerjaan pada
Remaja Kota dan Remaja Desa.
Laporan
Penelitian.
Tidak
Dipublikasikan.
Fakultas
Psikologi
Universitas
Padjadjaran
Palupi, N.P. (2007). Hubungan antara
Trait
Kecemasan
dan
Keterlibatan dalam Organisasi
Kemahasiswaan
dengan
Orientasi Masa Depan Bidang
Karir.
Skripsi.
Tidak
Dipublikasikan.
Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia

Pujiastuti, Endang; Temi Damayanti;
Jessica
Bellanisa.
(2012).
Hubungan
“Self
Efficacy”
dengan Orientasi Masa Depan
Area Pendidikan Siswa Kelas XI
Jurusan IPA Sekolah Bertaraf
Internasional SMA Negeri 5
Bandung. Laporan Penelitian.
Tidak Dipublikasikan. Fakultas
Psikologi Universitas Islam
Bandung
Rufaidah, Izzah. (2010). Pengaruh Iklim
Sosial
Keluarga
terhadap
Orientasi Masa Depan dalam
Bidang Pekerjaan dan Karir
pada Remaja. Skripsi. Tidak
Dipublikasikan.
Fakultas
Psikologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah
Simon, Christhy. (2011). Konsep Diri
Seorang Indigo di Kota Bandung
(Studi Fenomenologi Konsep
Diri Seorang Indigo di Kota
Bandung).
Skripsi.
Tidak
Dipublikasikan.
Universitas
Komputer