Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Pengungkapan Intellectual Capital.

(1)

TESIS

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA

PENGUNGKAPAN

INTELLECTUAL CAPITAL

ANAK AGUNG DWIPAYANI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(2)

i

TESIS

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA

PENGUNGKAPAN

INTELLECTUAL CAPITAL

ANAK AGUNG DWIPAYANI NIM 1391661002

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(3)

ii

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA

PENGUNGKAPAN

INTELLECTUAL CAPITAL

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi,

Program Pasca Sarjana Universitas Udayana

ANAK AGUNG DWIPAYANI NIM 1391661002

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(4)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL, 07 MARET 2016

Pembimbing I,

Dr. I.G.A. Made Asri Dwija Putri, SE, MSi. NIP 19670501 199203 2 002

Pembimbing II,

Dr. I.D.G. Dharma Suputra, SE, MSi., Ak. NIP 19570110 198601 1 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Magister Akuntansi Program Pascasarjana

Universitas Udayana,

Dr. Dewa Gede Wirama, SE, MSBA, Ak., CA NIP 19641224 199103 1 002

Direktur Program Pascasarjana

Universitas Udayana,

Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp. S(K) NIP 19590215 198510 2 001


(5)

iv

Tesis ini Telah Diuji pada Tanggal, 07 Maret 2016

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor

Universitas Udayana, No: 0968/UN14.4/HK/2016, Tanggal 02 Maret 2016

Ketua : Dr. I.G.A. Made Asri Dwija Putri, SE, MSi.

Anggota :

1. Dr. I.D.G. Dharma Suputra, SE, MSi., Ak. 2. Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., MSi., Ak. 3. Dr. Dewa Gede Wirama, SE., MSBA., Ak., CA. 4. Ni Putu Sri Harta Mimba, SE, MSi., Ph.D, Ak.


(6)

v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH MAHASISWA

Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Anak Agung Dwipayani NIM : 1391661002

Program Studi : Magister Akuntansi

Judul Tesis : Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Pengungkapan

Intellectual Capital

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini merupakan hasil karya sendiri dan bebas dari plagiasi.

Apabila kelak di kemudian hari terbukti terdapat plagiasi dalam karya ilmiah Tesis ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 17 tahun 2010 dan peraturan undang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 14 April 2016


(7)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena hanya atas asung wara nugraha-Nya, tesis dengan judul “Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Pengungkapan Intellectual Capital” dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. I.G.A. Made Asri Dwija Putri, SE., MSi. dan Dr. I.D.G. Dharma Suputra, SE, MSi., Ak. sebagai pembimbing I dan pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan saran-saran yang sangat berguna selama penulis mengikuti Program Magister Akuntansi ini, khususnya dalam penyelesaian Tesis ini.

Ucapan yang sama juga ditunjukkan kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister Akuntansi di Universitas Udayana. Ucapan terimakasih ini juga ditunjukkan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister Akuntansi pada Pascasarjana Universitas Udayana. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dr. I Nyoman Mahendra Yasa, SE., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan program Magister Akuntansi. Pada kesempatan kali


(8)

vii

ini penulis juga menyampaikan terimakasih kepada Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE., MSi., Ak. Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana dan Dr. Dewa Gede Wirama, SE., MSBA., Ak., CA. Ketua Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana yang sekaligus menjadi penguji Tesis. Ucapan terimakasih penulis sampaikan pula kepada para penguji Tesis Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., MSi.,Ak. dan Ni Putu Sri Harta Mimba, SE, MSi., Ph.D, Ak. yang telah memberikan masukan saran, sanggahan dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini.

Pada kesempatan ini penulis tidak lupa menyampaikan terimakasih yang tulus kepada orang tua dan mertua tercinta, suami tercinta A.A. Putu Gede Bagus Arie Susandya, SE., MSi., Ak. serta anak tersayang A.A. Ngurah Nanda Nayottama yang selalu memberikan doa, kasih sayang, dan dukungan moral kepada penulis. Teman-teman seperjuangan khususnya A.A. Ayu Ratih Radityastuti, I.A. Gede Sutha Megasari, Nyoman Rahayu Damayanti, Emi Novitasari, I.A. Gayatri, Rai Gina, serta seluruh rekan-rekan MAKSI Angkatan XII dan semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan, kritik dan saran dalam penulisan tesis ini.

Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini.

Denpasar, Maret 2016


(9)

viii ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris faktor-faktor yang berpengaruh pada pengungkapan intellectual capital. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rasio profitabilitas, rasio leverage, proporsi komisaris independen, konsentrasi kepemilikan saham, dan kualitas audit eksternal. Pengungkapan intellectual capital merupakan pengungkapan unsur neraca berdasar pada item berbasis ilmu pengetahuan yang dimiliki perusahaan dan menghasilkan manfaat pada masa depan perusahaan. Pelaporan intellectual capital saat ini menjadi fokus mayoritas dari seluruh stakeholder, karena itulah modal intelektual menjadi sebuah keunggulan jika perusahaan mampu mengungkapkan informasi tersebut di dalam laporan tahunannya.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014 yang termasuk kategori indeks LQ 45. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampel jenuh dengan jumlah sampel sebanyak 225 sampel. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio

leverage dan kualitas audit eksternal berpengaruh pada pengungkapan intellectual capital. Sedangkan untuk rasio profitabilitas, proporsi komisaris independen dan konsentrasi kepemilikan saham tidak berpengaruh pada pengungkapan intellectual capital. Temuan ini menunjukkan bahwa manajer termotivasi untuk menginformasikan pengungkapan intellectual capital lebih rinci ketika mereka memiliki tingkat utang yang tinggi. Kualitas audit eksternal (big four) memainkan peran yang penting untuk menentukan pengungkapan intellectual capital dalam laporan tahunan.

Kata kunci: Rasio Profitabilitas, Rasio Leverage, Proporsi Komisaris Independen, Konsentrasi Kepemilikan Saham, Kualitas Audit Eksternal, Pengungkapan Intellectual Capital


(10)

ix ABSTRACT

THE DETERMINANT OF INTELLECTUAL CAPITAL DISCLOSURES

The objective of this study is to find an empirical evidence about what factors are capable to influence the level of intellectual capital disclosure among Indonesian listed firms. The variables tested in this study are profitability ratio, leverage ratio, proportion of independent commisioner, ownership concentration, and quality of external audit. Intellectual capital disclosure are knowledge based disclosure and how this disclosure explains the way in which companies adapt their strategies in order to create and sustain competitive advantages.

The data collection method used in this study is secondary data. The population are taken from Indonesia Stock Exchange over the period 2010-2014 which are listed on LQ-45 Index. The sampling method on this study is purposive sampling method with total sample 225. Multiple linear regression are used to test the hypothesis. The result shows that leverage ratio and quality of external audit are significantly influence intellectual capital disclosure. The other variables (profitability ratio, proportion of independent commisioner, and ownership concentration) does not influence intellectual capital disclosure. These finding suggest that the managers are motivated to inform intellectual capital disclosure more detail when they have high level of debt. High quality of audit firms play an important role to determine the level of intellectual capital discloure in the annual report.

Keywords: Profitability Ratio, Leverage Ratio, Proportion of Independent Commissioner, Ownership Concentration, Quality of External Audit, Intellectual Capital Disclosures


(11)

x

RINGKASAN PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris faktor-faktor yang berpengaruh pada pengungkapan intellectualcapital. Fenomena yang terjadi adalah informasi intellectual capital yang cenderung kurang diungkap dalam laporan tahunan. Kurangnya pengungkapan informasi ini dapat menimbulkan asimetri informasi antara pihak internal dengan eksternal perusahaan. Perusahaan memilih untuk mengungkapkan informasi secara sukarela untuk mengurangi permasalahan tersebut. Pengungkapan intellectual capital secara sukarela menguntungkan karena beberapa alasan, yaitu dapat mengurangi permasalahan asimetri informasi dan mempunyai dampak positif pada reputasi perusahaan dan kepercayaan stakeholders pada manajemen perusahaan. Pelaporan intellectual capital saat ini menjadi fokus mayoritas dari seluruh stakeholder, karena itulah modal intelektual menjadi sebuah keunggulan jika perusahaan mampu mengungkapkan informasi tersebut di dalam laporan tahunannya. Ada beberapa alasan perusahaan mengungkapkan intellectualcapital dalam laporan tahunannya, yaitu (1) membantu perusahaan dalam memformulasikan strategi manajerial, (2) membantu proses pembuatan keputusan oleh manajemen dan pemegang saham, (3) sebagai alat komunikasi dengan stakeholder eksternal. Hipotesis dalam penelitian ini antara lain: (1) rasio profitabilitas perusahaan berpengaruh positif pada pengungkapan intellectual capital, (2) rasio leverage perusahaan berpengaruh positif pada pengungkapan intellectual capital, (3) proporsi komisaris independen perusahaan berpengaruh positif pada pengungkapan

intellectual capital, (4) konsentrasi kepemilikan saham perusahaan berpengaruh negatif pada pengungkapan intellectual capital, (5) dan kualitas audit eksternal perusahaan berpengaruh positif pada pengungkapan intellectualcapital.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010-2014 yang termasuk kategori indeks LQ 45. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampel jenuh. Sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel yang semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Sampel yang diperoleh dalam penelitian ini sebanyak 225 sampel. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengungkapan intellectual capital. Rasio profitabilitas, rasio leverage, proporsi komisaris independen, konsentrasi kepemilikan saham dan kualitas audit eksternal merupakan variabel independen. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi statistik deskriptif dan analisis regresi linear berganda. Uji asumsi klasik dilakukan terlebih dahulu sebelum analisis regresi linear berganda dilakukan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio leverage dan kualitas audit eksternal berpengaruh positif pada tingkat pengungkapan intellectual capital. Sedangkan rasio profitabilitas, proporsi komisaris independen dan konsentrasi


(12)

xi

kepemilikan saham tidak berpengaruh pada pengungkapan intellectual capital. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi akan memotivasi manajemen untuk mengungkapkan intellectual capital

yang lebih terperinci. Ini berarti kreditur menganggap modal intelektual (intellectual capital) sebagai suatu faktor kunci dalam pembuatan keputusan tentang pemberian kredit di samping menggunakan metode-metode tradisional lainnya. Selain itu kualitas audit eksternal yang dalam hal ini diaudit oleh KAP

Big Four memiliki kemampuan untuk membantu perusahaan klien mengungkapkan informasi intellectual capital yang lebih terperinci. KAP Big Four dipersepsikan sebagai KAP yang memiliki sumber daya yang lebih berkualitas dibandingkan dengan KAP Non-Big Four sehingga menambah kredibilitas informasi yang disampaikan oleh perusahaan. Hal tersebut akan menjadikan investor dan stakeholder lainnya lebih percaya dan yakin akan informasi yang dilaporkan perusahaan dalam laporan tahunan. Sedangkan untuk variabel yang tidak berpengaruh dapat disimpulkan bahwa pada rasio profitabilitas berapapun besarnya profit yang dicapai perusahaan sebagai salah satu cermin kinerja perusahaan tidak berdampak terhadap pengungkapan intellectual capital. Pada proporsi komisaris independen menunjukkan bahwa besarnya proporsi komisaris independen tidak menjamin bahwa kepentingan pihak stockholder minoritas terlindungi dengan baik. Hal ini berarti bahwa peran komisaris independen belum maksimal dalam pengawasan manajemen. Pada konsentrasi kepemilikan saham menunjukkan bahwa tingginya konsentrasi kepemilikan saham tidak membuat pengungkapan intellectual capital menjadi rendah. Manajemen sebagai penyusun laporan tahunan tampaknya tidak menjadikan kepemimilikan saham sebagai acuan terhadap luas tidaknya pengungkapan

intellectualcapital yang tercantum dalam laporan tahunan.

Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mempertimbangkan metode

scoring yang dilakukan dalam menganalisis konten informasi intellectual capital

yang hendaknya mampu membedakan antara informasi detail dan kurang detail, sehingga peneliti memperoleh informasi yang lebih dalam mengungkapan

intellectual capital. Penelitian selanjutnya juga diharapkan mampu membuat proksi faktor- faktor selain peneliti gunakan, yang memiliki kaitan dengan penelitian ini sehingga dapat memberikan hasil penelitian yang lebih luas sesuai dengan teori yang mendukungnya, misalnya ukuran perusahaan (size).


(13)

xii DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ………. i

PERSYARATAN GELAR ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... v

UCAPAN TERIMAKASIH ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

RINGKASAN PENELITIAN ... x

DAFTAR ISI ………. xii

DAFTAR TABEL ………. xv

DAFTAR GAMBAR ………...….. xvi

DAFTAR LAMPIRAN ………...….. xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...……… 1

1.2 Rumusan Masalah ...………...………. 8

1.3 Tujuan Penelitian ...……….. 8

1.4 Manfaat Penelitian ....……….. 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 10

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) ... 10

2.1.2 Stakeholder Theory ... 11

2.1.3 Signaling Theory ... 12

2.1.4 Pengungkapan Intellectual Capital ... 14

2.1.5 Profitabilitas ... 15

2.1.6 Leverage ... 16

2.1.7 Komisaris Independen ... 17

2.1.8 Konsentrasi Kepemilikan Saham ... 18

2.1.9 Kualitas Audit Eksternal ... 19

2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya ... 20

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir ... 24

3.2 Konsep ... 27

3.3 Hipotesis ... 29

3.3.1 Pengaruh Rasio Profitabilitas Perusahaan pada Pengungkapan Intellectual Capital ... 29

3.3.2 Pengaruh Rasio Leverage Perusahaan pada Pengungkapan Intellectual Capital ... 30


(14)

xiii

3.3.3 Pengaruh Proporsi Komisaris Independen Perusahaan

pada Pengungkapan Intellectual Capital... 31

3.3.4 Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Saham Perusahaan pada Pengungkapan Intellectual Capital... 32

3.3.5 Pengaruh Kualitas Audit Eksternal Perusahaan pada Pengungkapan Intellectual Capital ... 33

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian ... 35

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

4.3 Penentuan Sumber Data ... 37

4.4 Populasi dan Sampel Penelitian... 38

4.5 Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 38

4.5.1 Variabel Penelitian ... 38

4.5.2 Definisi Operasional Variabel ... 39

4.6 Prosedur Penelitian ... 43

4.7 Teknik Analisis Data ...……….. 44

4.7.1 Uji Asumsi Klasik ...……….. 44

4.7.1.1 Uji Normalitas ...………... 44

4.7.1.2 Uji Multikolinearitas ...………... 45

4.7.1.3 Uji Heteroskedastisitas ...…………..……… 45

4.7.1.4 Uji Autokorelasi... 45

4.7.2 Analisis Regresi Linear Berganda .……….... 46

4.7.2.1 Koefisien Determinasi (R2) ... 46

4.7.2.2 Uji Kelayakan Model (Uji F) ... 47

4.7.2.3 Uji Hipotesis (Uji t) ... 47

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil... 48

5.1.1 Deskripsi Sampel... 48

5.1.2 Statistik Deskriptif...…...………... 48

5.1.3 Hasil Uji Asumsi Klasik...……….…….... 50

5.1.4 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda...……….... 53

5.2 Pembahasan... 56

5.2.1 Pengaruh Rasio Profitabilitas Perusahaan pada Pengungkapan Intellectual Capital... 57

5.2.2 Pengaruh Rasio Leverage Perusahaan pada Pengungkapan Intellectual Capital... 57

5.2.3 Pengaruh Proporsi Komisaris Independen Perusahaan pada Pengungkapan Intellectual Capital... 58

5.2.4 Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Saham Perusahaan pada Pengungkapan Intellectual Capital... 59

5.2.5 Pengaruh Kualitas Audit Eksternal Perusaahaan pada Pengungkapan Intellectual Capital... 60


(15)

xiv BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan... 61

6.2 Saran... 62

DAFTAR PUSTAKA... 64


(16)

xv

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

4.1 Kerangka Konsep Intellectual Capital ... 39

5.1 Statistik Deskiptif ... . 49

5.2 Hasil Uji Multikolinearitas ... . 51

5.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas... . 52


(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

3.1 Kerangka Berpikir ... 26 3.2 Konsep Penelitian ... 28 4.1 Rancangan Penelitian ... 36


(18)

xvii DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1. Hasil Penelitian Sebelumnya ... 70

2. Sampel Penelitian... . 73

3. Data Tabulasi... . 75

4. Statistik Deskriptif... . 84

5. Hasil Uji Normalitas... . 85

6. Hasil Uji Multikolinearitas... . 86

7. Hasil Uji Heteroskedastisitas... . 87

8. Hasil Uji Autokorelasi... . 88


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perekonomian dunia telah berkembang dengan pesat dan persaingan bisnis yang ketat pada abad ini mengharuskan perusahaan-perusahaan untuk mengubah cara mereka menjalankan bisnisnya. Perusahaan harus dapat dengan cepat mengubah strateginya dari bisnis yang didasarkan pada tenaga kerja (labor based

business) menuju bisnis berdasarkan pengetahuan (knowledge based business)

agar perusahaan dapat terus bertahan, sehingga karakteristik utama perusahaan menjadi perusahaan berbasis ilmu pengetahuan (Zuliyati dan Arya, 2011).

Pada sistem menajemen yang berbasis pengetahuan, modal konvensional seperti sumber daya alam, sumber daya keuangan dan aset fisik lainnya menjadi kurang penting dibandingkan dengan modal yang berbasis pada pengetahuan dan teknologi. Salah satu media perusahaan dalam berkomunikasi dengan para

stakeholder melalui penyajian laporan tahunan. Kebutuhan untuk meningkatkan

kualitas penyajian laporan tahunan tidak hanya berupa informasi keuangan (laporan keuangan) saja tetapi juga informasi non keuangan. Informasi-informasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan stakeholders dan

mengurangi tingkat risiko dan ketidakpastian yang dihadapi oleh investor.

Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: Kep-431/BL/2012 tanggal 1 Agustus 2012 mewajibkan emiten atau perusahaan publik untuk menyampaikan laporan tahunan kepada Bapepam dan LK. Laporan tahunan tersebut wajib


(20)

2

memuat (1) ikhtisar data keuangan penting, (2) laporan Dewan Komisaris, (3) laporan Direksi, (4) profil perusahaan, (5) analisis dan pembahasan manajemen, (6) tata kelola perusahaan, (7) tanggung jawab sosial perusahaan, (8) laporan keuangan tahunan yang telah diaudit, dan (9) surat pernyataan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi atas kebenaran isi laporan tahunan. Tujuan dari laporan tersebut dalam rangka pemenuhan kebutuhan informasi para stakeholder

serta penerapan tata kelola perusahaan yang baik.

Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan

sukarela (voluntary disclosure). Salah satu cara yang digunakan manajemen untuk

meningkatkan kredibilitas perusahaan adalah melalui pengungkapan sukarela. Perusahaan bebas memilih memberikan informasi yang dianggap relevan dan mendukung dalam pengambilan keputusan oleh para pemakai laporan tahunan. Hal inilah yang menjadikan keberagaman luas pengungkapan sukarela antar perusahaan. Salah satu informasi yang bersifat sukarela (voluntary) adalah

informasi tentang modal intelektual (intellectual capital).

Informasi tentang intellectual capital cenderung kurang diungkap dalam

laporan tahunan. Kurangnya pengungkapan informasi ini dapat menimbulkan asimetri informasi antara pihak internal dengan eksternal perusahaan. Perusahaan memilih untuk mengungkapkan informasi secara sukarela untuk mengurangi permasalahan tersebut. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa pengungkapan informasi akan menurunkan risiko ketidakpastian investor untuk mendapatkan keuntungan dalam perusahaan dan menurunkan cost of capital


(21)

3

perusahaan. Gibbins dkk (1990) juga berpendapat bahwa pengungkapan sukarela mampu meningkatkan kualitas dari sebuah laporan tahunan perusahaan.

Pengungkapan intellectual capital secara sukarela menguntungkan karena

beberapa alasan, yaitu dapat mengurangi permasalahan asimetri informasi dan mempunyai dampak positif pada reputasi perusahaan dan kepercayaan

stakeholders pada manajemen perusahaan. Pelaporan intellectual capital saat ini

menjadi fokus mayoritas dari seluruh stakeholder, karena itulah modal intelektual

menjadi sebuah keunggulan jika perusahaan mampu mengungkapkan informasi tersebut di dalam laporan tahunannya (Azlina dkk, 2011).

Pendapat mengenai pentingnya intellectual capital didukung oleh Guthrie

dan Petty (2000). Menurutnya perusahaan saat ini semakin menitikberatkan akan pentingnya knowledge assets (aset pengetahuan). Salah satu pendekatan yang

digunakan dalam penilaian dan pengukuran knowledge assets (asset pengetahuan)

adalah intellectual capital. Perusahaan mulai menyadari pentingnya

pengungkapan intellectual capital dalam laporan tahunannya. Pike dkk (2002)

berpendapat bahwa faktor-faktor dominan dalam penilaian perusahaan terutama perusahaan berbasis teknologi informasi serta perusahaan yang bergerak di bidang jasa professional adalah intellectual capital. Hal ini jelas bahwa manajer harus

mampu mengelola intellectual capital dengan efektif.

Guthrie dan Petty (2000) menyatakan bahwa laporan tahunan perusahaan dipandang sebagai sarana perusahaan untuk membangun image dalam ruang

publik. Azlina dkk ( 2011) berpendapat bahwa pengungkapan intellectual capital


(22)

4

dan bukti yang valid mengenai nilai sesungguhnya dari perusahaan serta selanjutnya akan meningkatkan reputasi perusahaan. Bukh (2003) juga mengemukakan bahwa pengungkapan intellectual capital dapat menurunkan

tingkat ketidakpastian prospek masa depan perusahaan. Ada beberapa alasan perusahaan mengungkapkan intellectual capital dalam laporan tahunannya, yaitu

(a) membantu perusahaan dalam memformulasikan strategi manajerial, (b) membantu proses pembuatan keputusan oleh manajemen dan pemegang saham, (c) sebagai alat komunikasi dengan stakeholder eksternal (Marr dkk, 2003).

Menurut Pricewaterhouse Coopers (1999) pengungkapan intellectual capital

mampu meningkatkan transparansi kondisi perusahaan serta mampu mendorong pencapaian visi jangka panjang. Bontis (2002) juga menyatakan bahwa seorang pembuat keputusan (manajer) harus memiliki ketertarikan pada pelaporan

intellectual capital dengan tujuan, yaitu (1) mengetahui kualitas asset tidak

berwujud perusahaan, (2) mengetahui keterlibatan kemampuan dan perilaku manusia terhadap kinerja perusahaan.

Perkembangan pengungkapan intellectual capital di Indonesia masih

sedikit. Hal ini dikarenakan intellectual capital merupakan konsep pengetahuan

yang masih relatif baru. Selain itu, karena adanya kesulitan dalam pengimplementasian intellectual capital di perusahaan yang disebabkan karena

sulitnya melakukan pengungkapan terhadap intellectual capital yang cenderung

bersifat kualitatif (Zulkarnaen dan Mahmud, 2013). Hal menarik untuk melakukan penelitian ini adalah belum adanya standar yang menetapkan item-item apa saja yang termasuk dalam intellectual capital yang harus dilaporkan secara voluntary,


(23)

5

sehingga tidak ada kewajiban bagi perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI untuk mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan modal intelektual. Konsep modal intelektual telah mendapatkan perhatian besar berbagai kalangan terutama para akuntan. Fenomena ini menuntut mereka untuk mencari informasi yang lebih rinci mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan modal intelektual mulai dari cara pengidentifikasian, pengukuran sampai dengan pengungkapannya dalam laporan tahunan perusahaan.

Bozzolan dkk (2003) berpendapat bahwa terjadi peningkatan ketidakpuasan atas pelaporan keuangan tradisional dan kemampuannya untuk menyampaikan potensi yang dimiliki perusahaan pada investor potensial perusahaan untuk menciptakan kemakmuran. Banyak penelitian di beberapa negara terkait dengan pengungkapan intellectual capital dan faktor pendorong perusahaan melakukan

pengungkapan tersebut. Penelitian-penelitian tersebut tidak semuanya menghasilkan hasil yang sama. Selain karena faktor kondisi perekonomian di negara-negara tersebut yang berbeda, hal ini juga dikarenakan belum terdapat pedoman yang baku mengenai pengungkapan intellectual capital di dunia, tetapi

telah banyak peneliti yang mencoba mengembangkan konsep pengungkapan

intellectual capital.

Salah satu faktor yang memengaruhi pengungkapan intellectual capital

dalam laporan tahunan adalah kinerja perusahaan. White dkk (2007) menyatakan bahwa rasio leverage suatu perusahaan dapat mempengaruhi pengungkapan

intellectual capital. White dkk (2007), Taliyang dkk (2011), Bozzolan dkk (2003),


(24)

6

yang besar cenderung mengungkapkan intellectual capital lebih terperinci

daripada perusahaan dengan aset yang relatif kecil. Perusahaan besar cenderung memiliki sistem informasi manajemen internal yang baik karena memiliki bermacam-macam aktivitas unit bisnis, sehingga memiliki motivasi untuk menyajikan informasi pengungkapan intellectual capital lebih lengkap (Ousama

dkk 2012).

Akhtaruddin dan Hossain (2008) meneliti tingkat pertumbuhan perusahaan sebagai salah satu faktor kinerja perusahaan yang mampu mempengaruhi tingkat pengungkapan intellectual capital. Akhtaruddin dan Hossain (2008), dan Taliyang

dkk (2011) mengemukakan bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan cenderung mengungkapkan intellectual capital pada laporan

tahunannya karena hal ini akan menguntungkan perusahaan di mata stakeholder.

Pemisahan antara ownership pemegang saham dengan manajemen perusahaan dapat dijadikan sebagai salah satu alasan penentu pengungkapan

intellectual capital. Jensen dan Meckling (1976), Fama dan Jensen (1983),

menyatakan bahwa pemisahan tersebut akan memunculkan konflik karena terjadi kesenjangan informasi mengenai kondisi perusahaan. Agency theory menekankan

harus ada mekanisme untuk memonitor atau mengawasi perilaku dari manajemen perusahaan, untuk menurunkan kemungkinan terjadinya konflik antara pemegang saham dengan manajemen perusahaan. Jensen dan Meckling (1976) dengan

agency theory menyatakan bahwa tingkat pengungkapan sukarela adalah suatu

cara untuk mengetahui hubungan antara pemegang saham (principal) dengan


(25)

7

untuk memonitor atau mengawasi manajemen perusahaan oleh pemegang saham untuk memastikan bahwa perilaku manajemen sudah sesuai dengan keinginan dari pemegang saham. Untuk itu diperlukan suatu konsep yaitu konsep Good

Corporate Governance yang bertujuan untuk menjadikan perusahaan menjadi

lebih sehat dan menurunkan terjadinya kesenjangan informasi. Penerapan

corporate governance berdasarkan pada agency theory dapat dijelaskan pada

hubungan antara manajemen dengan pemilik, manajemen sebagai agent secara

moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik atau pemegang saham (principal) dan sebagai imbalannya akan memperoleh

kompensasi yang sesuai dengan kontrak.

Keasey dan Wright (1993) menyatakan bahwa corporate governance

merupakan sebuah struktur, proses, budaya dan sistem untuk menciptakan kondisi operasional yang sukses bagi suatu organisasi. Penelitian tentang pengaruh

corporate governance terhadap pengungkapan intellectual capital juga dilakukan

oleh Li dkk (2008), Ferreira dkk (2012), Al-Hamadeen dan Suwaidan Mishiel (2014). Mereka menemukan bahwa terdapat hubungan antara penerapan

corporate governance dengan pengungkapan informasi intellectual capital dalam

laporan tahunan perusahaan. Semakin tinggi tingkat implementasi corporate

governance, semakin banyak informasi intellectual capital yang diungkapkan oleh


(26)

8

1.2 Rumusan Masalah

Berdasaran uraian latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1) Apakah rasio profitabilitas perusahan berpengaruh pada pengungkapan

intellectual capital?

2) Apakah rasio leverage perusahaan berpengaruh pada pengungkapan

intellectual capital?

3) Apakah proporsi komisaris independen perusahaan berpengaruh pada pengungkapan intellectual capital?

4) Apakah konsentrasi kepemilikan saham perusahaan berpengaruh pada pengungkapan intellectual capital?

5) Apakah kualitas audit eksternal perusahaan berpengaruh pada pengungkapan intellectual capital?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui pengaruh rasio profitabilitas perusahaan pada pengungkapan intellectual capital.

2) Untuk mengetahui pengaruh rasio leverage perusahaan pada

pengungkapan intellectual capital.

3) Untuk mengetahui pengaruh proporsi komisaris independen perusahaan pada pengungkapan intellectual capital.


(27)

9

4) Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi kepemilikan saham perusahaan pada pengungkapan intellectual capital.

5) Untuk mengetahui pengaruh kualitas audit eksternal perusahaan pada pengungkapan intellectual capital.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis bagi semua pihak yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1) Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan memberikan informasi, memperluas wawasan dan pengetahuan mahasiswa mengenai faktor-faktor yang berpengaruh pada pengungkapan intellectual capital. Penelitian ini juga dapat

dijadikan acuan untuk melakukan penelitian di bidang yang sama. 2) Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan bahan masukan dan pertimbangan bagi pihak-pihak terkait. Selain itu, dapat memberikan informasi guna memperluas pengetahuan mengenai pengungkapan

intellectual capital sehingga dapat digunakan sebagai bahan evaluasi


(28)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Agency theory digunakan sebagai grand theory dalam penelitian ini untuk

memperjelas hubungan faktor-faktor yang berpengaruh pada pengungkapan

intellectual capital. Teori keagenan menjelaskan adanya hubungan keagenan atau

kontrak kerja yang melibatkan antara dua pihak. Kontrak kerja terjalin antara pihak prinsipal dan pihak agen. Teori keagenan menyediakan suatu kerangka untuk menghubungkan perilaku pengungkapan sukarela terhadap tata kelola perusahaan, oleh karenanya mekanisme-mekanisme pengendalian dirancang untuk mengurangi masalah agensi yang timbul dari pemisahan antara pemilik dan manajemen (Li dkk, 2008).

Menurut Jensen dan Mackling (1976) agen dituntut untuk bertindak sesuai dengan keinginan pemilik, untuk mencegah masalah keagenan dimana timbul konflik karena agen akan cenderung bertindak untuk kepentingan pribadi, maka akan timbul biaya keagenan (monitoring, bonding, dan residual loss). Biaya

keagenan dapat ditekan dengan kepemilikan saham oleh manajer. Sedangkan Healy dan Palepu (2000) mengatakan bahwa untuk mengatasi masalah keagenan adalah dengan menggunakan peran board of commissioner (dewan komisaris)


(29)

11

Pengungkapan mengenai intellectual capital yang biasa dianggap sebagai

hidden value perusahaan tidak hanya mengacu pada aspek teknis, tetapi lebih

mengidentifikasikan pemicu utama bagi kinerja perusahaan di masa datang (Arifah, 2011). Oleh karenanya pengungkapan informasi tentang intellectual

capital memainkan peran penting dalam mengurangi asimetri informasi, yang

ditimbulkan dari konflik kepentingan yang potensial terjadi antara para manajer, yang memilih untuk menyimpan informasi yang ada untuk kepentingan mereka (Cerbioni dan Parbonetti, 2007).

Jensen dan Meckling (1976) memperlihatkan bahwa pengungkapan

intellectual capital yang lebih besar dapat mengurangi ketidakpastian pada

investor. Oleh karena itu, pengungkapan merupakan mekanisme untuk mengontrol kinerja manajer. Sebagai konsekuensinya, manajer didorong untuk mengungkap voluntary information (informasi sukarela) seperti intellectual

capital disclosure.

2.1.2 Stakeholder Theory

Stakeholder theory digunakan sebagai supporting theory dalam penelitian

ini. Stakeholder theory menyatakan bahwa manajemen organisasi diharapkan

melakukan aktivitas yang dilakukan pemegang saham dan pemegang saham berhak untuk mengetahui informasi tentang aktivitas perusahaan yang memengaruhi mereka, bahkan ketika mereka memilih untuk tidak menggunakan informasi tersebut dan ketika mereka tidak dapat secara langsung memainkan peran yang konstruktif dalam kelangsungan hidup organisasi (Deegan, 2004).


(30)

12

Menurut Guthrie dkk (2006), laporan tahunan merupakan cara yang paling efisien bagi organisasi untuk berkomunikasi dengan kelompok stakeholder yang

dianggap memiliki ketertarikan dalam pengendalian aspek-aspek strategistertentu dari organisasi. Dalam penelitian ini, stakeholder theory meyakinkan bahwa

manajemen organisasi harus melaporkan seluruh aktivitas perusahaan kepada pihak stakeholder termasuk informasi mengenai asset yang tidak berwujud

melalui pendekatan intellectual capital.

Dalam rangka memberdayakan fungsi pengawasan, keberadaan dewan komisaris menjadi penting karena didalam praktik sering ditemukan transaksi yang mengandung benturan kepentingan yang mengabaikan kepentingan pemegang saham publik (pemegang saham mayoritas) serta stakeholder lainnya.

Menurut Bukh (2003) pengungkapan intellectual capital didasarkan pada

kepercayaan bahwa perusahaan mempublikasikan informasi non keuangan yang lebih luas dalam rangka mengurangi information gap. Sehingga keberadaan

dewan komisaris berpengaruh terhadap berkurangnya asimetri informasi antara manajemen dengan stakeholder melalui pengungkapan intellectual capital.

2.1.3 Signaling Theory

Signaling theory merupakan teori yang menunjukkan adanya asimetri

informasi antara manajemen perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi perusahaan (Healy dan Palepu, 2000). Teori ini juga menjelaskan bahwa manajemen mengungkapkan informasi sukarela berupa informasi pengungkapan intellectual capital ke pasar modal meskipun tidak ada


(31)

13

capital diperlukan sebagai gambaran bahwa perusahaan memiliki reputasi yang

baik dari sisi pelaporan keuangan perusahaan (Ghasempour dan Yusof, 2014). Menurut Taliyang (2011) signaling theory mengemukakan tentang

bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Signaling theory menjelaskan bahwa

pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Menurut Restuti (2006) keputusan investor dipengaruhi oleh kualitas informasi yang diungkapkan perusahaan dalam laporan keuangan. Kualitas informasi tersebut bertujuan untuk mengurangi asimetri informasi yang timbul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa mendatang dibanding pihak eksternal perusahaan.

Taliyang (2011) berpendapat bahwa signaling theory mampu menjelaskan

perusahaan yang menghasilkan profit lebih tinggi akan mengungkapkan

intellectual capital lebih lengkap pada laporan tahunan daripada perusahaan yang

profitnya rendah. Signaling theory didasarkan pada dua asumsi (Myers dan

Majluf, 1984). Pertama, manajer memiliki informasi yang lebih lengkap dibandingkan pemegang saham atau stakeholder lainnya mengenai kondisi

perusahaan. Kedua, manajer cenderung akan memilih informasi yang akan diumumkan ke publik sebagai sinyal terhadap kondisi perusahaan (Taliyang, 2011).


(32)

14

2.1.4 Pengungkapan Intellectual Capital

Definisi intellectual capital yang ditemukan dalam berbagai literatur cukup

kompleks dan beragam. Menurut William (2000) intellectual capital adalah

informasi dan pengetahuan yang diaplikasikan dalam pekerjaan untuk menciptakan nilai. Definisi ini menekankan pada kemampuan modal intelektual dalam menciptakan nilai. Mouritsen dkk (2001) berpendapat bahwa intellectual

capital merupakan masalah pengetahuan organisasi yang luas dan bersifat unik

bagi perusahaan sehingga memungkinkan perusahaan secara terus menerus beradaptasi dengan kondisi yang selalu berubah. Sementara itu, Stewart (1997) mendefinisikan intellectual capital sebagai intellectual material, yang meliputi

pengetahuan, informasi, kekayaan intelektual, dan pengalaman yang dapat digunakan secara bersama untuk menciptakan kekayaan (wealth).

Sebagian besar peneliti membagi intellectual capital menjadi tiga elemen

utama (Bozzolan, 2006), (Oliveira dkk, 2006), (Ferreira, 2012), (Al-Hamadeen, 2014), (Kateb, 2014), yaitu human capital, struktural capital atau organizational

capital, dan relational capital. Elemen pertama intellectual capital, yaitu human

capital yang merupakan lifeblood dalam intellectual capital dan sebagai sumber

inovasi dan pengembangan. Human capital meliputi sumber daya manusia dan

mencakup beberapa hal seperti pendidikan, pengetahuan dan kompetensi yang berhubungan dengan pekerjaan, dan karakteristik lainnya yang dimasukkan dalam elemen karyawan.

Kedua, structural capital atau organizational capital yang merupakan


(33)

15

strukturnya, yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja

intellectual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan yang mencakup

dua elemen penting, yaitu intellectual property dan infrastrukture asset. Elemen

pertama, intellectual property dilindungi oleh hukum (paten, hak cipta, dan merk

dagang). Sedangkan elemen kedua adalah infrastrukture asset, merupakan elemen

intellectual capital yang dapat diciptakan di dalam perusahaan atau dimiliki dari

luar (budaya perusahaan, management process, sistem informasi, networking

system).

Elemen yang ketiga adalah relational capital. Elemen ini merupakan

komponenen intellectual capital yang memberikan nilai secara nyata. Relational

capital merupakan hubungan baik antara perusahaan dengan stakeholder eksternal

yang berbeda, meliputi elemen-elemen seperti pelanggan jaringan distribusi, kolaborasi bisnis, perjanjian franchise, dan sebagainya.

2.1.5 Profitabilitas

Gibson (2006) mengemukakan bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Profitabilitas dinilai berdasarkan atas aset penjualan dan investasi. Profitabilitas dalam kegiatan operasi merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan. Laba menjadi indikator kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban kepada kreditur dan investor, serta merupakan bagian dalam proses penciptaan nilai perusahaan yang berkaitan dengan prospek perusahaan di masa datang. Perusahaan dengan berita buruk atau merugi cenderung tidak mengungkapkan informasi tersebut ke pasar agar nilai perusahaannya tidak turun. Sedangkan perusahaan dengan berita baik atau laba


(34)

16

akan berusaha menyampaikan informasi tersebut ke pasar dalam bentuk pengungkapan sukarela yang lebih lengkap dalam laporan tahunan dengan tujuan untuk memberikan dampak yang positif terhadap nilai perusahaan. Jika pengungkapan berita baik itu tidak dilakukan, pasar akan menerjemahkannya sebagai berita buruk sehingga berdampak pada penilaian perusahaan yang terlalu rendah (Nugraheni, 2012).

Khlif dan Souissi (2010) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengungkapan intellectual capital dengan tingkat profitabilitas perusahaan.

Kinerja perusahaan yang tinggi akan membuat manajer lebih mudah meyakinkan pemegang saham mengenai kondisi perusahaan. Manajemen akan cenderung menggunakan pengungkapan sukarela untuk merefleksikan kondisi perusahaan. Perusahaan yang profitable memiliki sumber dana yang cukup untuk

mengungkapkan informasi sukarela intellectual capital. Li dkk (2008)

berargumen bahwa tingkat profitabilitas dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengungkapan intellectual capital dan cenderung menggunakan pengungkapan

intellectual capital sebagai sinyal kepada investor bahwa kondisi perusahaan

sedang cerah. 2.1.6 Leverage

Leverage merupakan pengukur besarnya aktiva yang dibiayai dengan

hutang. Hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva berasal dari kreditur, bukan dari pemegang saham ataupun investor. Teori agensi juga digunakan untuk menjelaskan hubungan antara leverage perusahaan dengan pengungkapan laporan


(35)

17

potensi untuk mentransfer kekayaan dari debtholder kepada pemegang saham dan

manajer pada perusahaan yang mempunyai tingkat ketergantungan utang sangat tinggi, sehingga menimbulkan cost agency yang tinggi.

Perusahaan yang memiliki proporsi utang yang tinggi dalam struktur modalnya akan menanggung biaya keagenan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang proporsi hutangnya kecil. Untuk mengurangi cost agency

tersebut, manajemen perusahaan dapat mengungkapkan lebih banyak informasi yang diharapkan dapat semakin meningkat seiring dengan semakin tingginya tingkat leverage. Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio

leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena

biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi (Jensen dan Mackling, 1976).

2.1.7 Komisaris Independen

Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau pemegang saham pengendali atau hubungan lain yang dapat memengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen (Sari, 2012). Teori agensi mendasarkan hubungan antara pemegang saham dan manajer. Perbedaan kepentingan menyebabkan terjadinya asimetri informasi (information gap) antara pemilik dan manajer

perusahaan. Keberadaan komisaris independen menjadi penting, karena di dalam praktek sering ditemukan transaksi yang mengandung benturan kepentingan yang mengabaikan kepentingan pemegang saham publik (pemegang saham minoritas) serta stakeholder lainnya, terutama pada perusahaan di Indonesia yang


(36)

18

menggunakan dana masyarakat di dalam pembiayaan usaha. Fama dan Jensen (1983) menyatakan bahwa non-executive commissioner (komisaris independen)

dapat bertindak sebagai penengah jika terjadi perselisihan diantara manajer internal sehingga pengawasan kebijakan manajemen serta pemberian nasihat kepada manajemen dapat dilaksanakan. Komisaris independen merupakan posisi yang baik dalam melaksakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang memiliki good corporate governance.

2.1.8 Konsentrasi Kepemilikan Saham

Konsentrasi kepemilikan adalah sejumlah saham perusahaan yang tersebar dan dimiliki oleh beberapa pemegang saham. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa manajer perusahaan yang tingkat kepemilikannya terhadap perusahaan tersebut tinggi, maka kemungkinan untuk melakukan diskresi/ekspropriasi terhadap sumber daya perusahaan akan berkurang. Masalah agensi dapat memburuk apabila presentase saham perusahaan yang dimiliki oleh manajer sedikit.

Menurut Oliveira dkk (2006), Firer dan Williams (2015) menyatakan bahwa tingginya ownership concentration dapat diasumsikan bahwa tingginya

konsentrasi kepemilikan saham akan ditemui pada kondisi dimana hak milik tidak mampu dilindungi oleh negara. Dengan tidak adanya perlindungan dari negara, maka pengendali perusahaan akan mendapatkan kekuasaan (power) melalui

voting right. Kekuasaan itu berguna mempengaruhi negosiasi dan pelaksanaan

kontrak-kontrak perusahaan terhadap para stakeholder, termasuk pemegang


(37)

19

pemerintah. Disisi lain akan berdampak negatif karena negara tidak dapat melindungi hak pribadi, dimana tingginya konsentrasi kepemilikan perusahaan khususnya dominasi oleh group bisnis keluarga akan menghadapi kendala berupa lemahnya sistem hukum, penegakkan hukum, dan korupsi. Darmawati (2006) menyebutkan dengan semakin terkonsentrasinya kepemilikan perusahaan, maka pemegang saham mayoritas akan semakin menguasai perusahaan dan semakin berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Ferreira (2012) menyatakan bahwa dengan tingginya level konsentrasi kepemilikan saham, para pemegang saham kecil akan mencari cara lain untuk mendapatkan informasi mengenai perusahaan diluar laporan tahunan.

2.1.9 Kualitas Audit Eksternal

Pengauditan adalah salah satu cara untuk menurunkan agency cost (Watts

dan Zimmerman, 1979) serta mampu meningkatkan kredibilitas pengungkapan suatu informasi. Azizkhani dkk (2010) menyatakan bahwa perusahaan yang diaudit oleh KAP Big Four memiliki kualitas audit yang lebih tinggi

dibandingkan jika diaudit oleh KAP Non Big Four. Perusahaan yang memiliki

agency cost yang tinggi akan cenderung memilih KAP yang lebih berkualitas.

Hakim dan Omri (2010) berpendapat bahwa KAP Big Four memiliki sumber daya

yang lebih baik dari KAP Non Big Four sehingga memiliki kualitas audit yang

lebih baik pula. Oliveira dkk (2006) serta Ferreira dkk (2012) menyatakan bahwa perusahaan yang diaudit oleh KAP Big Four memiliki tingkat pengungkapan yang


(38)

20

2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya

White dkk (2007) menginvestigasi sifat dan tingkat pengungkapan

intellectual capital pada perusahaan bioteknologi. Mereka berpendapat bahwa

pelaporan intellectual capital terhadap asset perusahaan tidak berwujud adalah

salah satu cara untuk menjembatani kesenjangan informasi antara manajer dan pemilik perusahaan. Penelitian ini menggunakan 78 item pengungkapan

intellectual capital secara sukarela yang dikembangkan oleh Bukh dkk (2005).

Terdapat enam pengukuran tingkat pengungkapan intellectual capital yang

dilakukan oleh Bukh dkk, yaitu employes, customer, information technology,

processes, research and development, dan strategic statement. Dalam studi yang

dilakukan oleh White dkk varibel independennya berupa board independence,

ownership concentration, age of the company and leverage. Sampel yang

digunakan dalam penelitian ini sebanyak 96 perusahaan yang terdaftar di Bursa Saham Australia. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa terdapat korelasi positif antara tingkat pengungkapan intellectual capital terhadap board independence,

firm age, firm size dan the level of leverage. Tidak terdapat korelasi antara tingkat

pengungkapan dengan tingkat konsentrasi kepemilikan saham, hal ini mengindikasikan bahwa pemegang saham institusi tidak mempengaruhi manajemen dan akuntabilitas dewan direksi. Penelitian ini juga menemukan bahwa board independence dan leverage hanya berpengaruh pada tingkat

pengungkapan dalam perusahaan bioteknologi beraset besar.

Taliyang dan Jusop (2011) meneliti mengenai tingkat pengungkapan


(39)

21

capital dengan variabel corporate governance di Bursa Efek Malaysia. Variabel

independen yang diuji pada penelitian ini, yaitu board composition, role duality,

size of audit committee dan frequency meeting of audit committee. Sampel yang

digunakan sebanyak 150 perusahaan yang terdaftar di Bursa Malaysia pada lima industri antara lain information technology, consumer product, industrial product,

trading/service dan finance. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik

regresi Ordinary Last Square (OLS). Hasil penelitian dengan menggunakan uji

dua sisi ditemukan bahwa hanya variabel frequency of audit meeting yang

signifikan secara statistik. Hal ini menunjukkan bahwa audit meeting dapat

mendorong dewan direksi untuk mengungkapkan informasi mengenai intellectual

capital pada laporan tahunan (annual report). Hasil R-squared pada penelitian ini

menunjukkan bahwa variabel corporate governance yang digunakan hanya

mampu menjelaskan 16,9% tingkat pengungkapan intellectual capital pada

perusahaan Malaysia.

Bukh dkk (2005) menganalisa mengenai tingkat pengungkapan intellectual

capital (informasi non keuangan) pada aktivitas IPO perusahaan yang ada di

Denmark. Penelitian ini menggunakan laporan tahunan perusahaan periode tahun 1999 sampai 2001. Metodologi yang digunakan adalah dengan menganalisis 78 item tingkat pengungkapan. Variabel independen yang digunakan adalah industry

differences, managerial ownership before the IPO, company size dan company

age. Penelitian ini menemukan bahwa tingkat manajerial ownership sebelum

aktivitas IPO dan industry differences berpengaruh pada tingkat pengungkapan


(40)

22

industri memegang peranan penting bagi manajemen untuk menentukan informasi apa saja yang harus diuangkapkan khususnya informasi mengenai pengungkapan

intellectual capital.

Taliyang dkk (2011) mengidentifikasi tingkat pengungkapan intellectual

capital di Bursa Malaysia. Variabel yang diuji adalah age, size, leverage,

profitability, ownership concentration, dan growth. Sampel yang digunakan

sebanyak 150 perusahaan terdaftar di Bursa Malaysia. Ordinary Least Square

(OLS) digunakan untuk menguji hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan empat variabel signifikan secara statistik diidentifikasi sebagai faktor penentu tingkat pengungkapan intellectual capital pada perusahaan di Malaysia. Variabel age,

size, ownership concentration dan growth berpengaruh secara signifikan terhadap

pengungkapan intellectual capital. Sedangkan variabel leverage dan profitability

secara signifikan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan intellectual capital.

Bozzolan dkk (2003) meneliti mengenai pengungkapan intellectual capital

pada perusahaan Italia. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui konten-konten pengungkapan intellectual capital dan faktor-faktor yang mempengaruhi

perilaku pengungkapan intellectual capital. Variabel independen yang digunakan

adalah industry dan size. Sampel yang digunakan terdiri dari 30 perusahaan non

keuangan yang terdaftar di Italian Stock Exchange. Metode yang digunakan untuk

menganalisa pengungkapan intellectual capital adalah analisis konten. Bozzolan

dkk, menggunakan tiga kategori dalam pembuatan kerangka intellectual capital

yang terdiri dari internal structure (intellectual property dan infrastructure


(41)

23

penelitian ini menemukan bahwa variabel industry dan size berpengaruh secara

signifikan dalam perilaku pengungkapan intellectual capital.

Li dkk (2012) menggunakan data 100 perusahaan yang terdaftar di London

Stock Exchange dalam meneliti hubungan antara karakteristik komite audit

dengan pengungkapan intellectual capital. Dalam pengukuran pengungkapan

intellectual capital. Li dkk. (2012) menggunakan 61-IC-item yang dikembangkan

oleh Li dkk (2008). Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji hubungan antara tingkat pengungkapan intellectual capital dengan karakteristik audit

komite. Hasil penelitian ini menemukan bahwa audit komite berpengaruh positif terhadap pengungkapan intellectual capital.

Wijana dkk (2013) meneliti mengenai faktor penentu perilaku pengungkapan sukarela intellectual capital pada perusahaan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia. Variabel independen yang digunakan adalah ukuran perusahaan, tingkat utang, tingkat konsentrasi kepemilikan saham, umur perusahaan, profitabilitas, tipe industri, dan reputasi auditor. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ordinary Least Square (OLS) dan Pooling

Least Square (PLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ukuran

perusahaan, tipe industri, dan reputasi auditor secara signifikan berpengaruh terhadap pengungkapan intellectual capital.


(1)

menggunakan dana masyarakat di dalam pembiayaan usaha. Fama dan Jensen (1983) menyatakan bahwa non-executive commissioner (komisaris independen) dapat bertindak sebagai penengah jika terjadi perselisihan diantara manajer internal sehingga pengawasan kebijakan manajemen serta pemberian nasihat kepada manajemen dapat dilaksanakan. Komisaris independen merupakan posisi yang baik dalam melaksakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang memiliki good corporate governance.

2.1.8 Konsentrasi Kepemilikan Saham

Konsentrasi kepemilikan adalah sejumlah saham perusahaan yang tersebar dan dimiliki oleh beberapa pemegang saham. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa manajer perusahaan yang tingkat kepemilikannya terhadap perusahaan tersebut tinggi, maka kemungkinan untuk melakukan diskresi/ekspropriasi terhadap sumber daya perusahaan akan berkurang. Masalah agensi dapat memburuk apabila presentase saham perusahaan yang dimiliki oleh manajer sedikit.

Menurut Oliveira dkk (2006), Firer dan Williams (2015) menyatakan bahwa tingginya ownership concentration dapat diasumsikan bahwa tingginya konsentrasi kepemilikan saham akan ditemui pada kondisi dimana hak milik tidak mampu dilindungi oleh negara. Dengan tidak adanya perlindungan dari negara, maka pengendali perusahaan akan mendapatkan kekuasaan (power) melalui voting right. Kekuasaan itu berguna mempengaruhi negosiasi dan pelaksanaan kontrak-kontrak perusahaan terhadap para stakeholder, termasuk pemegang saham minoritas, para manajer, para suplier, tenaga kerja, kreditor, konsumen, dan


(2)

pemerintah. Disisi lain akan berdampak negatif karena negara tidak dapat melindungi hak pribadi, dimana tingginya konsentrasi kepemilikan perusahaan khususnya dominasi oleh group bisnis keluarga akan menghadapi kendala berupa lemahnya sistem hukum, penegakkan hukum, dan korupsi. Darmawati (2006) menyebutkan dengan semakin terkonsentrasinya kepemilikan perusahaan, maka pemegang saham mayoritas akan semakin menguasai perusahaan dan semakin berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Ferreira (2012) menyatakan bahwa dengan tingginya level konsentrasi kepemilikan saham, para pemegang saham kecil akan mencari cara lain untuk mendapatkan informasi mengenai perusahaan diluar laporan tahunan.

2.1.9 Kualitas Audit Eksternal

Pengauditan adalah salah satu cara untuk menurunkan agency cost (Watts dan Zimmerman, 1979) serta mampu meningkatkan kredibilitas pengungkapan suatu informasi. Azizkhani dkk (2010) menyatakan bahwa perusahaan yang diaudit oleh KAP Big Four memiliki kualitas audit yang lebih tinggi dibandingkan jika diaudit oleh KAP Non Big Four. Perusahaan yang memiliki agency cost yang tinggi akan cenderung memilih KAP yang lebih berkualitas. Hakim dan Omri (2010) berpendapat bahwa KAP Big Four memiliki sumber daya yang lebih baik dari KAP Non Big Four sehingga memiliki kualitas audit yang lebih baik pula. Oliveira dkk (2006) serta Ferreira dkk (2012) menyatakan bahwa perusahaan yang diaudit oleh KAP Big Four memiliki tingkat pengungkapan yang lebih luas daripada perusahaan yang diaudit oleh KAP Non Big Four.


(3)

2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya

White dkk (2007) menginvestigasi sifat dan tingkat pengungkapan intellectual capital pada perusahaan bioteknologi. Mereka berpendapat bahwa pelaporan intellectual capital terhadap asset perusahaan tidak berwujud adalah salah satu cara untuk menjembatani kesenjangan informasi antara manajer dan pemilik perusahaan. Penelitian ini menggunakan 78 item pengungkapan intellectual capital secara sukarela yang dikembangkan oleh Bukh dkk (2005). Terdapat enam pengukuran tingkat pengungkapan intellectual capital yang dilakukan oleh Bukh dkk, yaitu employes, customer, information technology, processes, research and development, dan strategic statement. Dalam studi yang dilakukan oleh White dkk varibel independennya berupa board independence, ownership concentration, age of the company and leverage. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 96 perusahaan yang terdaftar di Bursa Saham Australia. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa terdapat korelasi positif antara tingkat pengungkapan intellectual capital terhadap board independence, firm age, firm size dan the level of leverage. Tidak terdapat korelasi antara tingkat pengungkapan dengan tingkat konsentrasi kepemilikan saham, hal ini mengindikasikan bahwa pemegang saham institusi tidak mempengaruhi manajemen dan akuntabilitas dewan direksi. Penelitian ini juga menemukan bahwa board independence dan leverage hanya berpengaruh pada tingkat pengungkapan dalam perusahaan bioteknologi beraset besar.

Taliyang dan Jusop (2011) meneliti mengenai tingkat pengungkapan intellectual capital serta meneliti hubungan antara pengungkapan intellectual


(4)

capital dengan variabel corporate governance di Bursa Efek Malaysia. Variabel independen yang diuji pada penelitian ini, yaitu board composition, role duality, size of audit committee dan frequency meeting of audit committee. Sampel yang digunakan sebanyak 150 perusahaan yang terdaftar di Bursa Malaysia pada lima industri antara lain information technology, consumer product, industrial product, trading/service dan finance. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik regresi Ordinary Last Square (OLS). Hasil penelitian dengan menggunakan uji dua sisi ditemukan bahwa hanya variabel frequency of audit meeting yang signifikan secara statistik. Hal ini menunjukkan bahwa audit meeting dapat mendorong dewan direksi untuk mengungkapkan informasi mengenai intellectual capital pada laporan tahunan (annual report). Hasil R-squared pada penelitian ini menunjukkan bahwa variabel corporate governance yang digunakan hanya mampu menjelaskan 16,9% tingkat pengungkapan intellectual capital pada perusahaan Malaysia.

Bukh dkk (2005) menganalisa mengenai tingkat pengungkapan intellectual capital (informasi non keuangan) pada aktivitas IPO perusahaan yang ada di Denmark. Penelitian ini menggunakan laporan tahunan perusahaan periode tahun 1999 sampai 2001. Metodologi yang digunakan adalah dengan menganalisis 78 item tingkat pengungkapan. Variabel independen yang digunakan adalah industry differences, managerial ownership before the IPO, company size dan company age. Penelitian ini menemukan bahwa tingkat manajerial ownership sebelum aktivitas IPO dan industry differences berpengaruh pada tingkat pengungkapan intellectual capital. Hasil analisis ini mengindikasikan bahwa karakteristik


(5)

industri memegang peranan penting bagi manajemen untuk menentukan informasi apa saja yang harus diuangkapkan khususnya informasi mengenai pengungkapan intellectual capital.

Taliyang dkk (2011) mengidentifikasi tingkat pengungkapan intellectual capital di Bursa Malaysia. Variabel yang diuji adalah age, size, leverage, profitability, ownership concentration, dan growth. Sampel yang digunakan sebanyak 150 perusahaan terdaftar di Bursa Malaysia. Ordinary Least Square (OLS) digunakan untuk menguji hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan empat variabel signifikan secara statistik diidentifikasi sebagai faktor penentu tingkat pengungkapan intellectual capital pada perusahaan di Malaysia. Variabel age, size, ownership concentration dan growth berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan intellectual capital. Sedangkan variabel leverage dan profitability secara signifikan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan intellectual capital.

Bozzolan dkk (2003) meneliti mengenai pengungkapan intellectual capital pada perusahaan Italia. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui konten-konten pengungkapan intellectual capital dan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pengungkapan intellectual capital. Variabel independen yang digunakan adalah industry dan size. Sampel yang digunakan terdiri dari 30 perusahaan non keuangan yang terdaftar di Italian Stock Exchange. Metode yang digunakan untuk menganalisa pengungkapan intellectual capital adalah analisis konten. Bozzolan dkk, menggunakan tiga kategori dalam pembuatan kerangka intellectual capital yang terdiri dari internal structure (intellectual property dan infrastructure assets), external structure (external stakeholders),dan human capital. Hasil


(6)

penelitian ini menemukan bahwa variabel industry dan size berpengaruh secara signifikan dalam perilaku pengungkapan intellectual capital.

Li dkk (2012) menggunakan data 100 perusahaan yang terdaftar di London Stock Exchange dalam meneliti hubungan antara karakteristik komite audit dengan pengungkapan intellectual capital. Dalam pengukuran pengungkapan intellectual capital. Li dkk. (2012) menggunakan 61-IC-item yang dikembangkan oleh Li dkk (2008). Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji hubungan antara tingkat pengungkapan intellectual capital dengan karakteristik audit komite. Hasil penelitian ini menemukan bahwa audit komite berpengaruh positif terhadap pengungkapan intellectual capital.

Wijana dkk (2013) meneliti mengenai faktor penentu perilaku pengungkapan sukarela intellectual capital pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel independen yang digunakan adalah ukuran perusahaan, tingkat utang, tingkat konsentrasi kepemilikan saham, umur perusahaan, profitabilitas, tipe industri, dan reputasi auditor. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ordinary Least Square (OLS) dan Pooling Least Square (PLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan, tipe industri, dan reputasi auditor secara signifikan berpengaruh terhadap pengungkapan intellectual capital.


Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Intellectual Capital Perusahaan Manufaktur di Indonesia

5 119 116

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENGUNGKAPAN PERTANGGUNGJAWABAN SOSIAL

0 4 19

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan intellectual capital pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 - 2014

0 14 135

PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL PENGARUH PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP COST OF EQUITY CAPITAL.

2 14 40

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Intellectual Capital (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2012).

0 2 15

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Intellectual Capital (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2012).

0 3 16

PENDAHULUAN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Intellectual Capital (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2012).

0 2 10

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL PADA PROSPEKTUS IPO - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 1 60

20708 ID faktor faktor yang berpengaruh terhadap risiko kehamilan 4 terlalu 4 t pada wani

0 0 10

INTELLECTUAL CAPITAL DAN PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

0 0 16