Rancangan Uji Coba Modul Pelatihan Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan Pada Narapidana Kasus Pencurian, Rumah Tahanan X Bandung.

(1)

ABSTRAK

Program Magister Psikologi

Eko Widyanto Putro

0732211

Judul:

Rancangan

Uji Coba Modul Pelatihan Orientasi Masa Depan Bidang

Pekerjaan Pada Narapidana Kasus Pencurian, Rumah Tahanan X Bandung

Dalam penelitian ini dilakukan uji coba modul pelatihan yang diberikan

kepada narapidana kasus pencurian, Rumah Tahanan X Bandung. Tujuan dari

rancangan modul pelatihan tersebut adalah meningkatkan kejelasan orientasi masa

depan dalam bidang pekerjaan. Pelatihan ini diadakan selama 3 hari.

Sampel dalam penelitian ini adalah narapidana kasus pencurian Rumah

Tahanan X Bandung yang memiliki orientasi masa depan bidang pekerjaan yang

tidak jelas dan bersedia mengikuti pelatihan. Dalam pelaksanaannya untuk

mengevaluasi hasil penelitian ini digunakan metode single group pre-test dan

post-test untuk mengetahui peningkatan kejelasan mengenai orientasi masa depan bidang

pekerjaan yang dilihat dari peningkatan aspek-aspek orientasi masa depan yaitu

motivation, planning, dan evaluation. Selain itu, dilakukan juga evaluasi

berdasarkan reaksi peserta terhadap pelatihan tersebut.

Berdasarkan hasil olah data dengan menggunakan uji Wilcoxon terhadap

hasil pre-test dan post-test ditemukan bahwa terjadi peningkatan kejelasan orientasi

masa depan bidang pekerjaan pada narapidana peserta pelatihan yang dilihat dari

peningkatan pada aspek-aspek orientasi masa depan yaitu motivation, planning, dan

evaluation.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah modul pelatihan orientasi masa depan

bidang pekerjaan secara umum dapat digunakan untuk meningkatkan kejelasan

orientasi masa depan bidang pekerjaan pada narapidana kasus pencurian,Rumah

Tahanan X Bandung. Sesi inti modul pelatihan yaitu Sesi Tentukan Pekerjaan Anda,

Sesi Rencanakan Pekerjaan Anda, Sesi Tinjau Kembali Pekerjaan dan Rencana Anda

cukup signifikan dalam meningkatkan aspek motivation, planning, dan evaluation

pada narapidana kasus pencurian. Modul pelatihan orientasi masa depan bidang

pekerjaan secara umum juga mendapatkan reaksi positif dari peserta.

Saran yang dapat disampaikan adalah perlu adanya penambahan durasi

waktu pada Sesi Rencanakan Pekerjaan Anda, dan melibatkan trainer dengan latar

belakang wirausahawan yang sukses memulai usaha dengan modal kecil. Selain itu

bagi pihak Rumah Tahanan X Bandung, pelatihan ini dapat dijadikan program upaya

peningkatan kejelasan orientasi masa depan bidang pekerjaan pada narapidana

kasus pencurian


(2)

DAFTAR ISI

Lembar Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Lembar Pernyataan... iii

Kata Pengantar... ... iv

Daftar Isi... vii

Daftar Bagan ... xi

Daftar Tabel ... xii

Daftar Lampiran ... xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2

Identifikasi Masalah ... 10

1.3

Maksud dan Tujuan Penelitian ... 11

1.3.1

Maksud Penelitian... ... ..11

1.3.2

Tujuan Penelitian .... ... ..11

1.4

Kegunaan Penelitian... 11

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 11

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 12

1.5

Metodologi ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori... ... 14

2.1.1. Orientasi Masa Depan ... 14

2.1.1.1 Pengertian Orientasi Masa Depan ... 14

2.1.1.2 Proses Pembentukan Orientasi Masa Depan ... 15


(3)

2.1.1.4 Hal-hal yang Mempengaruhi Orientasi Masa Depan ... 22

2.1.1.5 Kehidupan Sosial dan Orientasi Masa Depan ... 25

2.1.1.6 Orientasi Masa Depan bidang Pekerjaan ... 26 2.1.2

Tahap Perkembangan ... 27

2.1.2.1 Tahap Perkembangan dewasa ... 27

2.1.2.2 Fase dewasa awal ... 27

2.1.2.3 Fase dewasa madya ... 29

2.1.3 Narapidana, Pencurian dan Rumah Tahanan ... 32

2.1.3.1 Narapidana... ... 32

2.1.3.2 Pencurian ... 33

2.1.3.1. Definisi kasus pencurian.. ... 33

2.1.3.2. Penyebab kasus pencurian... 33

2.1.3. Rumah tahanan.. ... 35

2.1.4 Pelatihan ... 37

2.1.4.1 Definisi ... 37

2.1.4.2 Fase Experential Learning.. ... 38

2.1.4.3 Metode pelatihan Experential Learning ... 40

2.1.4.4 Tujuan Pembelajaran dalam Pelatihan ... 44

2.1.5 Evaluasi program.. ... 48

2.1.5.1 Definisi Evaluasi Program.. ... 48

2.1.5.2 Alasan Evaluasi Program Dilaksanakan.. ... 49

2.1.5.3 Tipe Evaluasi Program.. ... 50

2.1.5.4 Tahapan Evaluasi Program.. ... 50

2.1.5.5 Tujuan Evaluasi Program.. ... 52

2.1.5.6 Level Evaluasi Program.. ... 53

2.1.6 Intruktur/trainer.. ... 54

2.2.Kerangka Pemikiran ... 55

2.3. Asumsi Penelitian... ... 72


(4)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian ... 75

3.2 Variabel Penelitian ... 76

3.2.1 Definisi Konseptual ... 76

3.2.2 Definisi Operasional... 77

3.3

Alat Ukur Orientasi Masa Depan bidang Pekerjaan ... 78

3.3.1

Validitas Kuesioner Orientasi Masa Depan ... 80

3.3.2

Pengujian Reliabilitas Kuesioner Orientasi Masa Depan ... 81

3.3.3

Pengujian Pengaruh Pelatihan Terhadap Peningkatan Kejelasan Orientasi

Masa Depan Bidang Pekerjaan.. ... 82

3.4

Teknik Sampling ... 82

3.5

Karakteristik Sample ... 82

3.6

Langkah-langkah Dalam Penyusunan Modul Pelatihan ... 83

3.7

Rancangan Modul Penelitian ... 83

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Gambaran Umum subjek Penelitian... 88

4.1.1 Gambaran Usia.. ... 88

4.1.2.Gambaran Jenjang Pendidikan.. ... 89

4.2. Hasil Penelitian.. ... 89

4.2.1 Hasil Penelitian Pengaruh Pelatihan Terhadap Tahap Motivation.. ... 89

4.2.1.1 Gambaran Pengaruh Pelatihan Terhadap Tahap Motivation.. ... 90

4.2.2 Hasil Penelitian Pengaruh Pelatihan Terhadap Tahap Planning.. ... 91

4.2.2.1 Gambaran Pengaruh Pelatihan Terhadap Tahap Planning.. ... 92

4.2.3 Hasil Penelitian Pengaruh Pelatihan Terhadap Tahap Evaluation.. ... 92

4.2.3.1 Gambaran Pengaruh Pelatihan Terhadap Tahap Evaluation.. ... 93


(5)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan.. ... 116

5.2 Saran.. ... 117

DAFTAR PUSTAKA ... 120

DAFTAR RUJUKAN ... 123


(6)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.5. Metodologi Penelitian……….. 13

Bagan 2.1 Orientasi masa depan dalam kaitannya dengan ketiga tahap

proses………17

Bagan 2.4 Kerangka Pemikiran………74

Bagan 3.1 Rancangan Penelitian………..76


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.3. Kisi-kisi alat ukur………79

Tabel 3.3.1. Hasil uji statistik alat ukur………80

Tabel 3.3.2. Kriteria reliabilitas Guilford………81

Tabel 4.1.1 Gambaran usia……… 88

Tabel 4.1.2 Gambaran jenjang pendidikan………..89

Tabel 4.2.1.1 Gambaran Pengaruh Pelatihan Terhadap Tahap Motivation...90

Tabel 4.2.2.1 Gambaran Pengaruh Pelatihan Terhadap Tahap Planning...92


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan

Lampiran 2. Modul Pelatihan Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan

Lampiran 3. Rundown Pelatihan Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan

Lampiran 4. Presentasi Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan

Lampiran 5. Surat Kesediaan

Lampiran 6. Lembar SWOT

Lampiran 7.1. Lembar Evaluasi Reaksi Sesi Tentukan Pekerjaan Anda

Lampiran 7.2. Lembar Evaluasi Reaksi Sesi Rencanakan Pekerjaan Anda

Lampiran 7.2. Lembar Evaluasi Reaksi Sesi Rencanakan Pekerjaan Anda

Lampiran 8. Uji Beda Wilcoxon

Lampiran 9.1. Tabel Evaluasi Reaksi Sesi Tentukan Pekerjaan Anda

Lampiran 9.2. Tabel Evaluasi Reaksi Sesi Rencanakan Pekerjaan Anda

Lampiran 9.3 Tabel Evaluasi Reaksi Sesi Tinjau Kembali Pekerjaan dan

Rencana Anda

Lampiran 10. Gambaran Pilihan Pekerjaan

Lampiran 11. Gambaran SWOT Peserta


(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian.

Pembahasan kriminalitas di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pembahasan rumah tahanan (rutan) sebagai salah satu upaya pemerintah Indonesia dalam menekan angka kriminalitas di Indonesia. Hal ini mengingat rumah tahanan berperan sebagai institusi tempat pemenjaraan para narapidana sebagai salah satu sanksi atas tindak kriminal yang dilakukan. Di rumah tahanan tersebut para terdakwa kasus kriminalitas ditahan sementara dalam jangka waktu tertentu sebagai bentuk hukumannya atas kasus kriminalitas yang telah diperbuatnya.

Fenomena yang terjadi saat ini, banyak rumah tahanan yang menampung para narapidana melebihi kapasitas idealnya.Rumah Tahanan X pun termasuk yang mengalami hal ini. Padahal Rumah Tahanan X telah sering melakukan transfer penghuninya ke institusi pemasyarakatan lainnya. Bahkan kini agar mampu menampung narapidana ataupun tahanan dalam proporsi yang memadai, Rumah Tahanan X akan menambah bangunan baru lagi setelah sebelumnya pernah dilakukan dengan alasan yang sama. Hal tersebut mengindikasikan tingkat kriminalitas yang kian waktu kian meningkat.

Pemerintah memiliki harapan saat narapidana sebagai pelaku kriminal dikenakan sanksi pemenjaraan maka akan memberikan efek jera karena penderita dihilangkan kemerdekaannya, dan setelah keluar narapidana tersebut akan berkembang menjadi warga negara yang lebih baik dan bertanggung jawab dalam


(10)

2

bermasyarakat (Muladi, 1985). Harapan tersebut tertuang dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan pasal 1 dan 2 yang berbunyi:“Sistim pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas Warga Binaan Pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab”.

Untuk mencapai perubahan dalam diri narapidana tersebut pengelola rumah tahanan mengupayakan berbagai program yang diharapkan selain mengisi waktu luang dari para narapidana, juga dapat membantu pengembangan diri para narapidana yang ditahan. Arah pembinaan terhadap narapidana tersebut harus tertuju kepada pembinaan agar narapidana tidak lagi mengulangi kejahatan serta mentaati aturan hukum, dan agar narapidana dapat bangkit kembali dan diterima saat kembali hidup di masyarakat (Purnomo, 1985).

Rumah tahanan X Bandung pun berusaha membina para narapidana yang ditahan di tempat tersebut. Beberapa program diberikan dalam bentuk layanan kesehatan, pendidikan agama, penyaluran kegiatan seni dan ketrampilan, seminar-seminar berbagai pengetahuan, dan pemberian tugas kerja (corve) (Profil Rumah Tahanan Negara Kelas I Bandung 2010). Diharapkan melalui program-program tersebut hak-hak narapidana untuk hidup sehat selama dipenjara tetap terjamin,


(11)

3

adanya peningkatan dari sisi moral, serta mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan yang diharapkan berguna selama dan setelah keluar dari penjara. Diharapkan dengan demikian, setelah menyelesaikan masa tahanannya para narapidana rumah tahanan X akan mampu kembali berintegrasi di masyarakat sebagai individu yang lebih baik. Khususnya dalam topik penelitian ini dapat kembali bekerja di lingkungan masyarakat.

Rumah Tahanan X sebenarnya memiliki program-program yang diharapkan membekali para narapidana agar memiliki ketrampilan-ketrampilan untuk bekerja yang disebut program corve. Pada program corve, para narapidana tersebut akan diberikan tugas kerja pada bagian tertentu sesuai minat atau keahliannya. Contohnya corve sebagai pencuci kendaraan, corve sebagai pemotong rambut, corve sebagai koki, corve sebagai pengurus taman, corve sebagai pedagang koperasi, dan lain sebagainya. Diharapkan melalui program corve yang diberikan akan memberikan inspirasi untuk menekuni suatu bidang pekerjaan atau bahkan meningkatkan kompetensi mereka untuk diterima kerja di lingkungan kerja setelah bebas. Namun, kenyataannya hal tersebut tidak menjamin narapidana peserta corve akan terbantu memiliki kejelasan pekerjaan yang akan mereka tekuni di masa depan karena masih banyaknya kendala dalam program tersebut. Salah satu alasannya dikarenakan program tersebut belum terfokus sepenuhnya pada pengembangan pengetahuan untuk bekerja, tapi lebih pada menyalurkan waktu luang mereka kedalam kegiatan positif serta membantu mereka agar tetap mendapatkan penghasilan dengan gaji yang diterima mereka. Kurangnya tenaga dan fasilitas yang diberikan pemerintah pun dirasakan


(12)

4

menyulitkan pihak rumah tahanan untuk membuat program-program yang lebih ideal. Program-program yang ada pun diakui masih sangat kurang menyentuh aspek perencanaan pekerjaan mereka di masa depan beserta pembekalannya. Bahkan selama ini seringkali program corve yang diberikan lebih dijadikan ajang bagi para narapidana untuk melepaskan kebosanan tinggal di dalam sel daripada sebagai kesempatan untuk meningkatkan kompetensi kerja sesuai dengan minat kerja mereka di masa depan. Akibatnya, harapan program corve agar membantu mereka dalam memberikan alternatif pilihan jenis pekerjaan yang potensial untuk ditekuni dimasa depan tidak terwujud secara optimal. Hal-hal tersebut pula yang membuat para narapidana yang aktif dalam kegiatan corve sekalipun banyak yang mengalami ketidakjelasan pandangan masa depan pekerjaan mereka setelah bebas kelak.

Melalui wawancara kepada para narapidana serta pengelola rumah tahanan X Bandung, didapatkan informasi ketidakjelasan pekerjaan mereka di masa depan setelah bebas merupakan salah satu yang menjadi kekhawatiran utama para narapidana. Banyak diantara mereka yang merasa kebingungan menentukan pekerjaan yang akan mereka tekuni saat bebas kelak. Hal ini berdasarkan penghayatan mereka akan persaingan ketat dalam memperoleh pekerjaan. Terlebih dengan sangat banyaknya narapidana yang memiliki latar belakang pendidikan yang jauh dibawah standar kualifikasi dunia kerja. Mereka juga memiliki kekhawatiran tidak akan mendapatkan rekomendasi pada Surat Keterangan Catatan Kriminal (SKCK) yang dikeluarkan kepolisian sebagai salah satu syarat administrasi untuk bekerja. Lebih dari itu, stigma masyarakat yang


(13)

5

negatif tentang mantan narapidana dihayati membuat mereka cenderung tidak dipercaya masyarakat untuk bekerja ditempat mereka. Hal ini membuat mereka merasa bingung dan cemas tentang pekerjaan apa yang akan mereka tekuni setelah bebas kelak. Tekanan pada diri mereka tersebut wajar, mengingat tuntutan memiliki pekerjaan merupakan tuntutan yang dimiliki individu berusia dewasa awal-madya (Santrock,1998).

Hal senada juga diungkapan Bapak HM selaku Kepala Bagian Bantuan Hukum Rutan X Bandung. Beliau menilai kurangnya kualifikasi pekerjaan yang dimiliki dan adanya stigma negatif dari masyarakat dalam penerimaan kerja sangat berperan membuat para narapidana kesulitan dalam menentukan dan merencanakan pekerjaan yang akan ditekuni setelah bebas kelak. Beliau pun menambahkan hal tersebut pula yang seringkali mendorong mereka untuk kembali atau bahkan memulai melakukan perbuatan kriminal dengan motif ekonomi. Seringkali pula para narapidana tersebut justru mempelajari teknik-teknik baru perbuatan kriminal motif ekonomi dengan teman-teman mereka di tahanan dan akhirnya berkembang menjadi seorang residivis yang lebih ahli dalam berbuat kriminal.

Narapidana kasus pencurian termasuk yang paling banyak mengalami permasalahan menentukan tujuan kerja setelah bebas kelak. Berdasarkan keterangan bapak HM umumnya mereka memiliki latar belakang ekonomi lemah dan pendidikan yang rendah (umumnya tidak tamat SMA) sehingga mereka merasa kurang memiliki kompetensi untuk bersaing di dunia kerja. Berdasarkan pengamatan beliau pula didapatkan keterangan narapidana kasus pencurian


(14)

6

seringkali merupakan awal dari kasus residivis pencurian atau bahkan kasus kriminal bermotif ekonomi yang lebih berat lainnya, mengingat narapidana tersebut umumnya merasa tidak memiliki pilihan pekerjaan lainnya setelah bebas. Di sisi lain narapidana tersebut banyak bergaul dengan narapidana lain dengan berbagai modus, sehingga narapidana tersebut seringkali mendapatkan pembelajaran modus kriminal baru sebagai pilihan pekerjaannya kelak.

Sebagai contoh kasus, As (36 tahun, residivis kasus pencurian motor) mengaku saat pertama kali menjelang keluar dari tahanan ia mengaku sangat kebingungan dengan pekerjaannya kelak. Ia pun menghayati pembinaan-pembinaan yang diberikan tidak membantunya untuk bekerja. As mengakui saat di penjara proses pembelajaran pola kriminal sesama tahanan justru lebih banyak diterima. Saat keluar dari tahanan yang pertama kali As kemudian kebingungan dalam menentukan pekerjaan yang dapat ditekuni, akhirnya ia kembali menjadi preman yang menjual paksa air mineral kepada supir truk di suatu daerah industri. Karena dirasa dari penjualan kurang menguntungkan, ia pun kembali melakukan pencurian motor berbekal pengetahuan yang lebih banyak yang di dapat dari rekan-rekan sesama narapidana kasus pencurian kendaraan bermotor. As pun mengaku sampai saat wawancara ini dilakukan ia masih kebingungan dalam menentukan pekerjaan apa yang dapat ditekuninya setelah bebas dan ia pun belum membuat perencanaan apapun terkait masa depan pekerjaannya. Ia merasa hanya bisa kembali menekuni profesi lamanya sebagai preman atau pencuri.

Selain resiko potensi pengambilan keputusan jenis pekerjaan yang bersifat kriminal, ketidakjelasan tentang pekerjaan di masa depan seringkali memberikan


(15)

7

dampak perasaan kecemasan atau bahkan tertekan yang tinggi pada diri narapidana. Sebagai contoh narapidana kasus pencurian lainnya Aj (26 tahun) dan Sy (30 tahun) yang bercerita kepada peneliti sambil menangis bahwa mereka merasa sangat bingung tentang pekerjaan apa yang mereka bisa tekuni kelak mengingat mereka tidak mungkin kembali ketempat kerjanya yang dahulu dan untuk melamar pekerjaan ditempat baru merasa sangat kesulitan mengingat latar belakang pendidikan mereka yang rendah (Aj lulusan SMP, Sy lulusan SMA) dan seringkali diminta SKCK. Mereka mengaku seringkali sulit tidur dan menangis sendiri saat malam hari karena tertekan memikirkan hal tersebut.

Berdasarkan pemaparan diatas tergambarkan bahwa adanya permasalahan dalam hal belum optimalnya program yang diberikan pihak Rumah Tahanan X dalam membantu perencanaan pekerjaan narapidana setelah bebas kelak, serta adanya penghayatan pada diri narapidana akan kemampuannya dalam mewujudkan pekerjaan dimasa depan yang cenderung negatif, contohnya menghayati tidak memiliki pendidikan yang mencukupi, tidak memiliki keahlian yang dibutuhkan, dan lain sebagainya.Hal-hal tersebut menyulitkan para narapidana dalam membentuk gambaran jelas tentang masa depan pekerjaan mereka.

Teori Orientasi Masa Depan bidang pekerjaan yang diajukan oleh Nurmi (1989) merupakan teori yang dapat diaplikasikan dalam membahas permasalahan ketidakjelasan masa depan pekerjaan yang dialami narapidana kasus pencurian di rumah tahanan X. Berdasarkan teori tersebut, orientasi masa depan merupakan suatu gambaran seseorang tentang masa depan pekerjaannya yang terdiri yang


(16)

8

terdiri dari tiga tahap proses yaitu motivation, planning dan evaluation. Teori ini juga menjelaskan ketiga tahap proses utama tersebut tidak terlepas dari interaksi penghayatan kognitif (schemata) yang dimiliki narapidana tentang kondisi dirinya serta lingkungannya terkait bidang pekerjaan dimasa depan (Nurmi,1989).

Pada tahap pertama yaitu motivation narapidana menentukan jenis pekerjaan yang dituju berdasarkan minat, tujuan, dan value yang dimiliki. Setelah jenis pekerjaan yang dituju telah ditetapkan pada tahap motivation narapidana akan melakukan perencanaan serta upaya realisasinya pada tahap planning agar mendukung terwujudnya pekerjaan yang dipilih. Pada tahap evaluation narapidana kemudian meninjau kembali apakah pekerjaan yang dipilihnya dapat diwujudkan dengan perencanaan yang telah dibuatnya. Apabila berdasarkan evaluation ternyata perencanaan yang dibuat tidak mendukungnya mewujudkan pekerjaan yang diinginkan, maka orientasi masa depan yang terbentuk tidak jelas dan mendorong narapidana kembali ke tahap motivation untuk menentukan kembali jenis pekerjaan lain yang dapat dijadikan tujuan baru. Apabila berdasarkan evaluation ternyata perencanaan yang dilakukan dihayati dapat mewujudkan pekerjaan yang dipilihnya, maka akan membentuk orientasi masa depan bidang pekerjaan narapidana yang jelas (Nurmi, 1989).

Penelitian ini akan terfokus pada narapidana kasus pencurian mengingat bila dilihat dari jumlah populasi kasusnya dari tahun ke tahun, narapidana kasus pencurian merupakan salah satu kasus terbanyak. Berdasarkan Data Tahanan dan Narapidana Rumah Tahanan X Bulan Juli Tahun 2011 saat penelitian ini mulai dilakukan, sebanyak 142 narapidana dari 445 kasus (31,9%) merupakan


(17)

9

kasus pencurian. Dapat diasumsikan sebanyak 31,9% narapidana tersebut berpotensi mengalami permasalahan yang sama dengan As, Aj dan Sy.

Berdasarkan wawancara survey awal kepada 15 narapidana kasus pencurian Rutan X Bandung, sebanyak 73,33 % (11 orang) belum mampu menentukan pekerjaan spesifik yang akan mereka tekuni setelah bebas, dan 26,7 % (4 orang) sudah mampu menentukan pekerjaan yang akan mereka tekuni setelah bebas. Dari 15 narapidana tersebut 86,7 % (13 orang)belum membuat perencanaan untuk mewujudkan pekerjaan yang mereka pilih, sudah membuat rencana 6,7% (1 orang) tapi belum spesifik, dan 6,7% (1 orang) yang telah membuat perencanaan secara cukup spesifik. Dari segi keyakinan terhadap masa depan pekerjaan setelah bebas, sebanyak 40% (6 orang) merasa cemas dan bingung akan masa depan pekerjaan mereka, 26,7% (4 orang) merasa masih ada keraguan dapat mewujudkan pekerjaan di masa depan, dan 33,3% (5 orang) merasa optimis dapat mewujudkan pekerjaan yang dipilihnya. Berdasarkan wawancara awal tersebut dapat disimpulkan masih banyak narapidana yang memiliki orientasi masa depan pekerjaan tidak jelas, dalam artian belum menetapkan pekerjaan spesifik yang akan ditekuni, belum adanya perencanaan yang spesifik untuk mewujudkannya, serta tidak yakin mampu mewujudkan pekerjaan yang dituju.

Salah satu intervensi yang diasumsikan peneliti dapat dilakukan untuk meningkatkan kejelasan orientasi masa depan pekerjaan adalah melalui suatu program pelatihan. Pelatihan adalah pengembangan secara sistematis dalam hal sikap/pengetahuan/ketrampilan/pola perilaku yang diperlukan individu untuk


(18)

10

memberikan performansi adekuat dalam melakukan tugas/pekerjaan (Bramley,1996). Berdasarkan tujuan pelatihan dari definisi tersebut, diharapkan narapidana kasus pencurian rumah tahanan X yang telah mengikuti modul pelatihan yang diberikan akan mendapatkan pengetahuan-pengetahuan baru yang dapat meningkatkan kualitas penetapan tujuan mereka dalam bidang pekerjaan, kemampuan membuat perencanaan yang realistis dalam mencapai pekerjaan yang diinginkan, serta adanya kemampuan dalam melakukan evaluasi atas perencanaan dalam merealisasikan pekerjaan yang dituju, sehingga mendukung terbentuknya orientasi masa depan bidang pekerjaan yang lebih jelas.

Mengingat adanya masalah yang cukup signifikan dalam bidang orientasi masa depan bidang pekerjaan pada narapidana kasus pencurian di rumah tahanan X Bandung, serta adanya asumsi peneliti bahwa melalui program pelatihan dapat memfasilitasi meningkatkan kejelasan orientasi masa depan bidang pekerjaan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dalam bentuk uji coba perancangan modul pelatihan yang diharapkan dapat menjadi acuan dalam usaha meningkatkan kejelasan orientasi masa depan bidang pekerjaan pada narapidana Rumah Tahanan X Bandung.

1.2. Identifikasi Masalah

Ingin mengetahui apakah modul pelatihan yang diujicobakan dapat meningkatkan kejelasan orientasi masa depan bidang pekerjaan pada narapidana kasus pencurian Rumah Tahanan X Bandung.


(19)

11

1.3. Maksud, Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh rancangan modul yang telah teruji dalam meningkatkan kejelasan orientasi masa depan bidang pekerjaan pada narapidana kasus pencurian Rumah Tahanan X Bandung.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini diharapkan diperoleh modul pelatihan yang siap digunakan dalam meningkatkan kejelasan orientasi masa depan bidang pekerjaan pada narapidana kasus pencurian Rumah Tahanan X Bandung.

1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoritis

• Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu psikologi sosial terkait dengan teori Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan.

• Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangsih bagi penelitian lebih lanjut terkait modul pelatihan tentang orientasi masa depan bidang pekerjaan, baik dalam lingkup penjara ataupun lingkup lainnya.

• Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada bidang-bidang ilmu yang membahas tentang narapidana ataupun tentang dinamika lingkup penjara.


(20)

12

1.4.2. Kegunaan Praktis

• Rancangan modul yang dibuat diharapkan akan berguna bagi pihak-pihak yang berkecimpung di bidang-bidang ilmu dan profesi yang terkait dengan narapidana dan lingkup penjara dalam membahas ataupun mengatasi permasalahan ketidakjelasan orientasi masa depan di bidang pekerjaan. • Memberi wawasan kepada pihak Rumah Tahanan X Bandung dalam

membantu narapidananya dalam memperjelas orientasi masa depan mereka dalam bidang pekerjaan melalui modul pelatihan yang dibuat. • Bagi narapidana kasus pencurian Rumah Tahanan X Bandung, melalui

modul pelatihan yang dibuat diharapkan dapat membantu memberikan keterampilan dalam menetapkan pilihan pekerjaan serta membuat perencanaan dan penilaian yang dapat mendukung dalam merealisasikannya. Sehingga akan meningkatkan kejelasan akan orientasi masa depannya dalam bidang pekerjaan.


(21)

13

1.5. Metodologi

Penelitian ini mencoba membuat suatu uji coba rancangan modul pelatihan orientasi masa depan bidang pekerjaan pada narapidana kasus pencurian Rumah Tahanan X Bandung. Penelitian ini menggunakan desain single group pretest-posttest (Graziano,2000). Rancangan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Bagan 1.5. Metodologi Penelitian

Uji Coba

Modul Pelatihan OMD Pekerjaan Pada narapidana

Post-test OMD Pekerjaan narapidana

Uji Beda OMD Pekerjaan narapidana Pre-test

OMD Pekerjaan narapidana


(22)

116

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui pengolahan data terhadap

uji coba modul pelatihan orientasi masa depan bidang pekerjaan pada narapidana

kasus pencurian Rumah Tahanan X Bandung, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1.

Rancangan modul pelatihan yang diujicobakan dalam penelitian ini dapat

digunakan dalam meningkatkan kejelasan orientasi masa depan bidang

pekerjaan pada narapidana kasus pencurian di Rumah Tahanan X Bandung.

2.

Tiap sesi pelatihan orientasi masa depan bidang pekerjaan yang diujicobakan

dalam penelitian ini, secara umum mendapat respon positif dari narapidana

kasus pencurian Rumah Tahanan X Bandung dalam hal materi, trainer, waktu

pelaksanaan dan fasilitas yang diberikan saat pelatihan.

3.

Sesi Tentukan Pekerjaan Anda dapat meningkatkan kejelasan aspek

motivation

orientasi masa depan bidang pekerjaan pada narapidana kasus

pencurian Rumah Tahanan X Bandung. Dalam hal ini terwujud berupa

bertambahnya wawasan informasi akan bidang pekerjaan yang dituju serta

mampu mengambil keputusan bidang pekerjaan spesifik yang akan ditekuni

setelah bebas kelak.


(23)

117

4.

Sesi Rencanakan Pekerjaan Anda dapat meningkatkan kejelasan aspek

planning orientasi masa depan bidang pekerjaan pada narapidana kasus

pencurian Rutan X Bandung. Dalam hal ini terwujud berupa bertambahnya

wawasan konsep Strength-Weakness-Opportunity-Threat pada diri narapidana

serta kemampuan pembuatan rencana yang lebih detil dalam mewujudkan

pekerjaan yang dituju berdasarkan konsep tersebut.

5.

Sesi Tinjau Kembali Pekerjaan dan Rencana Anda dapat meningkatkan

kejelasan aspek

evaluation

orientasi masa depan bidang pekerjaan pada

narapidana kasus pencurian Rutan X Bandung. Dalam hal ini terwujud berupa

meningkatnya keyakinan dalam diri narapidana kasus pencurian Rutan X

Bandung akan kemampuannya mewujudkan pekerjaan yang dituju

berdasarkan rencana-rencana yang telah dibuatnya, serta munculnya perasaan

positif saat memikirkan masa depan pekerjaannya.

6.

Hasil uji coba modul pelatihan orientasi masa depan bidang pekerjaan dapat

meningkatkan kejelasan orientasi masa depan bidang pekerjaan pada

narapidana kasus pencurian Rumah Tahanan X Bandung.

5.2 Saran

1.

Saran teoritis:

a.

Bagi penelitian selanjutnya dapat melanjutkan penelitian yang bersifat

menguji efektivitas pelatihan orientasi masa depan bidang pekerjaan yang

telah disusun dalam penelitian ini.


(24)

118

b.

Bagi penelitian selanjutnya dapat melakukan uji coba modul pelatihan

orientasi masa depan bidang pekerjaan yang serupa, namun dengan

karakteristik peserta yang berbeda. Contohnya berdasarkan jenjang

pendidikan, pilihan pekerjaan tertentu di masa depan, dan sebagainya.

c.

Pada evaluasi reaksi pada tiap sesi, diperlukan evaluasi secara lebih spesifik

pada materi tiap subsesinya. Contohnya: apakah pengaruh diskusi pekerjaan

membantu dalam menentukan pekerjaan yang akan ditekuni?. Diharapkan

dengan demikian akan memberikan informasi evaluasi yang lebih spesifik.

2.

Saran praktis:

a.

Bagi pihak Rumah Tahanan X Bandung. Berdasarkan hasil yang positif dari

modul pelatihan terhadap peningkatan kejelasan orientasi masa depan bidang

pekerjaan yang disusun, maka peneliti menyarankan agar modul pelatihan

orientasi masa depan bidang pekerjaan dapat diterapkan sebagai program

reguler di Rumah Tahanan X Bandung. Diharapkan melalui program

pelatihan tersebut dapat membantu meningkatkan kejelasan orientasi masa

depan bidang pekerjaan pada narapidana kasus pencurian, Rumah Tahanan X

Bandung.

b.

Bagi para narapidana peserta pelatihan Orientasi Masa Depan Bidang

Pekerjaan. Mempertimbangkan penelitian ini terfokus pada tahap

perencanaan, disarankan melakukan usaha nyata dalam merealisasikan

perencanaan yang telah dibuat berdasarkan pelatihan Orientasi Masa Depan


(25)

119

Bidang Pekerjaan yang diberikan agar mendukung terwujudnya pekerjaan

yang telah dipilih.

c.

Bagi praktisi pengguna modul pelatihan Orientasi Masa Depan Bidang

Pekerjaan. Adanya kecenderungan narapidana kesulitan memahami materi

pada sesi penyusunan rencana dikarenakan penghayatan kurangnya kejelasan

kemampuan trainer dalam menyampaikan materi, durasi waktu yang kurang

mencukupi maka untuk perbaikan modul pelatihan disarankan adanya

perbaikan penambahan durasi waktu pada sesi Rencanakan Pekerjaan Anda,

dan melibatkan trainer dengan latar belakang wirausahawan yang sukses

memulai usaha dengan modal kecil. Diharapkan mampu memberikan

penjelasan dengan lebih baik mengenai cara memulai usaha dengan kendala

utama minimnya modal seperti yang dialami hampir seluruh peserta pelatihan

dalam penelitian ini.

d.

Disarankan pihak Rumah Tahanan X Bandung berperan serta memfasilitasi

perencanaan yang telah disusun pada pelatihan ini dapat direalisasikan dalam

perilaku

nyata.

Contoh:

menyalurkan

narapidana

yang

berencana

berwirausaha dibidang katering menjadi corve dapur, program bimbingan

kerja bagi narapidana yang mengambil cuti bersama, dan lain-lain.


(26)

DAFTAR PUSTAKA

Bramley, Peter.1996.

Evaluating Training Effectiveness; 2nd edition

. England: McGraw

Hill Publising Company.

Dirjdosuworo,Soedjono.1992.

Sejarah

dan

Azas

Teknologi

(Pemasyarakatan).

Bandung:Amico.

Gage, N.L & Berliner, David.C.1984.

Educational Psychology: 3rd Edition

.Boston:

Houghton Miffin Caompany.

Graziano, Anthony.2000.

Research Methods: a Process of Inquiry.

Boston:Allyn and

Bacon

Kirkpatrick, Donald.L.1998.

Evaluating Training Program: Second Edition.

Berret-Koehler Publisher Inc.

Moeljatno. 1999.

KUHP

. Jakarta : Bumi Aksara.

Muladi.1985.

Lembaga Pidana Bersyarat. Bandung

: Penerbit Alumni.

Nazir, Moh., 1988.

Metode Penelitian

, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nurmi, J.E

.

1989.

Adolescent Orientation To The Future. Development of interest and

plans, and related attributions and affects, in the life-span context.

Helsinki:

Societas Scientiarum Fennita.

Nurmi, J.E

.

1991.

Future Orientation Questionare

. Helsinky: Department of Psychology,

University of Helsinki.

Oppenheimer, L.1987.

The Role of Planning in Cognitive Development.

Cambridge:

Cambridge University Press.

Posavac, E.J. & Carey R.G.1992.

Program Evaluation: Methods and Case Studies

. New

Jersey: Englewood Cliffs

Purnomo,

Bambang.1985.

Pelaksanaan

Pembinaan

Penjara

dengan

Sistem

Pemasyarakatan

. Yogyakarta: Liberty.

Saleh, Roeslan.1987.

Stetsel Pidana Indonesia

.Jakarta: Aksara Baru.

Santoso, Singgih.2011.

Buku Latihan SPSS Statistik non Parametrik

. Jakarta: PT.Elex


(27)

Santrock, J.W.1998.

Life-span Development

. 7

th

ed. Boston : McGraw-Hill.

Siegel, Sidney.1997.

Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial

. Jakarta: Gramedia

Silberman, Melvin L

.,

1990

.

Active Training:

a handbook of techniques, designs, case

examples, and tips.

New York: John Wiley & Sons, Inc.

Simorangkir, dkk.1987.

Kamus Hukum.

Jakarta:Aksara Baru.

Sitepu, Nirwana.S.K

,

1995.

Analisis Korelasi

, Bandung: Unit Pelayanan

Statistika-FMIPA Universitas Padjajaran.

Susanto, Topo. 2001.

Kriminologi

. Jakarta : Rajawali Press

Trommsdorf, Gisela.1983.

Future Orientation and Socialization

. International Journal

Psychology

Walter, Gordon A. & Marks, Stephen E. 1981.

Experiental Learning and Change

. New


(28)

DAFTAR RUJUKAN

Data Tahanan dan Narapidana Rumah Tahanan Kebon Waru Bulan Juli Tahun 2011.

Profil Rumah Tahanan Negara I Bandung 2010.

Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan pasal 1 dan 2.

Undang-undang nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan pasal 5

Weight, Albert, Participative Education and The Inevitable Revolution in Journal of

Creative Behavior, Vol 4, No4, Fall 1970, pp 234-282


(1)

117

4. Sesi Rencanakan Pekerjaan Anda dapat meningkatkan kejelasan aspek planning orientasi masa depan bidang pekerjaan pada narapidana kasus pencurian Rutan X Bandung. Dalam hal ini terwujud berupa bertambahnya wawasan konsep Strength-Weakness-Opportunity-Threat pada diri narapidana serta kemampuan pembuatan rencana yang lebih detil dalam mewujudkan pekerjaan yang dituju berdasarkan konsep tersebut.

5. Sesi Tinjau Kembali Pekerjaan dan Rencana Anda dapat meningkatkan kejelasan aspek evaluation orientasi masa depan bidang pekerjaan pada narapidana kasus pencurian Rutan X Bandung. Dalam hal ini terwujud berupa meningkatnya keyakinan dalam diri narapidana kasus pencurian Rutan X Bandung akan kemampuannya mewujudkan pekerjaan yang dituju berdasarkan rencana-rencana yang telah dibuatnya, serta munculnya perasaan positif saat memikirkan masa depan pekerjaannya.

6. Hasil uji coba modul pelatihan orientasi masa depan bidang pekerjaan dapat meningkatkan kejelasan orientasi masa depan bidang pekerjaan pada narapidana kasus pencurian Rumah Tahanan X Bandung.

5.2 Saran

1. Saran teoritis:

a. Bagi penelitian selanjutnya dapat melanjutkan penelitian yang bersifat menguji efektivitas pelatihan orientasi masa depan bidang pekerjaan yang telah disusun dalam penelitian ini.


(2)

118

b. Bagi penelitian selanjutnya dapat melakukan uji coba modul pelatihan orientasi masa depan bidang pekerjaan yang serupa, namun dengan karakteristik peserta yang berbeda. Contohnya berdasarkan jenjang pendidikan, pilihan pekerjaan tertentu di masa depan, dan sebagainya. c. Pada evaluasi reaksi pada tiap sesi, diperlukan evaluasi secara lebih spesifik

pada materi tiap subsesinya. Contohnya: apakah pengaruh diskusi pekerjaan membantu dalam menentukan pekerjaan yang akan ditekuni?. Diharapkan dengan demikian akan memberikan informasi evaluasi yang lebih spesifik.

2. Saran praktis:

a. Bagi pihak Rumah Tahanan X Bandung. Berdasarkan hasil yang positif dari modul pelatihan terhadap peningkatan kejelasan orientasi masa depan bidang pekerjaan yang disusun, maka peneliti menyarankan agar modul pelatihan orientasi masa depan bidang pekerjaan dapat diterapkan sebagai program reguler di Rumah Tahanan X Bandung. Diharapkan melalui program pelatihan tersebut dapat membantu meningkatkan kejelasan orientasi masa depan bidang pekerjaan pada narapidana kasus pencurian, Rumah Tahanan X Bandung.

b. Bagi para narapidana peserta pelatihan Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan. Mempertimbangkan penelitian ini terfokus pada tahap perencanaan, disarankan melakukan usaha nyata dalam merealisasikan perencanaan yang telah dibuat berdasarkan pelatihan Orientasi Masa Depan


(3)

119

Bidang Pekerjaan yang diberikan agar mendukung terwujudnya pekerjaan yang telah dipilih.

c. Bagi praktisi pengguna modul pelatihan Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan. Adanya kecenderungan narapidana kesulitan memahami materi pada sesi penyusunan rencana dikarenakan penghayatan kurangnya kejelasan kemampuan trainer dalam menyampaikan materi, durasi waktu yang kurang mencukupi maka untuk perbaikan modul pelatihan disarankan adanya perbaikan penambahan durasi waktu pada sesi Rencanakan Pekerjaan Anda, dan melibatkan trainer dengan latar belakang wirausahawan yang sukses memulai usaha dengan modal kecil. Diharapkan mampu memberikan penjelasan dengan lebih baik mengenai cara memulai usaha dengan kendala utama minimnya modal seperti yang dialami hampir seluruh peserta pelatihan dalam penelitian ini.

d. Disarankan pihak Rumah Tahanan X Bandung berperan serta memfasilitasi perencanaan yang telah disusun pada pelatihan ini dapat direalisasikan dalam perilaku nyata. Contoh: menyalurkan narapidana yang berencana berwirausaha dibidang katering menjadi corve dapur, program bimbingan kerja bagi narapidana yang mengambil cuti bersama, dan lain-lain.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Bramley, Peter.1996. Evaluating Training Effectiveness; 2nd edition. England: McGraw Hill Publising Company.

Dirjdosuworo,Soedjono.1992.Sejarah dan Azas Teknologi (Pemasyarakatan).

Bandung:Amico.

Gage, N.L & Berliner, David.C.1984.Educational Psychology: 3rd Edition.Boston: Houghton Miffin Caompany.

Graziano, Anthony.2000.Research Methods: a Process of Inquiry. Boston:Allyn and Bacon

Kirkpatrick, Donald.L.1998.Evaluating Training Program: Second Edition.Berret-Koehler Publisher Inc.

Moeljatno. 1999.KUHP. Jakarta : Bumi Aksara.

Muladi.1985. Lembaga Pidana Bersyarat. Bandung: Penerbit Alumni. Nazir, Moh., 1988. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nurmi, J.E. 1989. Adolescent Orientation To The Future. Development of interest and plans, and related attributions and affects, in the life-span context. Helsinki: Societas Scientiarum Fennita.

Nurmi, J.E. 1991. Future Orientation Questionare. Helsinky: Department of Psychology, University of Helsinki.

Oppenheimer, L.1987.The Role of Planning in Cognitive Development.Cambridge: Cambridge University Press.

Posavac, E.J. & Carey R.G.1992. Program Evaluation: Methods and Case Studies. New Jersey: Englewood Cliffs

Purnomo, Bambang.1985. Pelaksanaan Pembinaan Penjara dengan Sistem

Pemasyarakatan. Yogyakarta: Liberty.

Saleh, Roeslan.1987.Stetsel Pidana Indonesia.Jakarta: Aksara Baru.

Santoso, Singgih.2011. Buku Latihan SPSS Statistik non Parametrik. Jakarta: PT.Elex Media Komputindo.


(5)

Santrock, J.W.1998. Life-span Development. 7th ed. Boston : McGraw-Hill.

Siegel, Sidney.1997. Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Gramedia Silberman, Melvin L., 1990. Active Training: a handbook of techniques, designs, case

examples, and tips. New York: John Wiley & Sons, Inc. Simorangkir, dkk.1987.Kamus Hukum.Jakarta:Aksara Baru.

Sitepu, Nirwana.S.K, 1995. Analisis Korelasi, Bandung: Unit Pelayanan Statistika-FMIPA Universitas Padjajaran.

Susanto, Topo. 2001.Kriminologi. Jakarta : Rajawali Press

Trommsdorf, Gisela.1983. Future Orientation and Socialization. International Journal Psychology

Walter, Gordon A. & Marks, Stephen E. 1981. Experiental Learning and Change. New York: John Wiley & Sons.


(6)

DAFTAR RUJUKAN

Data Tahanan dan Narapidana Rumah Tahanan Kebon Waru Bulan Juli Tahun 2011. Profil Rumah Tahanan Negara I Bandung 2010.

Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan pasal 1 dan 2. Undang-undang nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan pasal 5

Weight, Albert, Participative Education and The Inevitable Revolution in Journal of Creative Behavior, Vol 4, No4, Fall 1970, pp 234-282


Dokumen yang terkait

Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan Studi Deskriptif mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan pada Siswa SMK Kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK "X" Bandung.

0 0 34

Perancangan dan Uji Coba Modul Pelatihan Orientasi Masa Depan dalam Domain Higher Education pada Siswa Kelas XI SMA "X" Bandung.

0 0 18

Uji Coba Rancangan Modul Pelatihan Orientasi Masa Depan dalam Domain Work & Career pada Mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Sistem Komputer & ELektronika di Institut "X" Bandung.

3 16 34

Hubungan Antara Self-Efficacy dan Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan pada Narapidana Kasus Narkotik di Lapas "X" Bandung.

0 0 38

Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan pada Narapidana yang Telah Menjalani 2/3 dari Masa Hukuman di Lembaga Pemasyarakatan "X" Kota Bandung.

0 0 40

Perancangan dan Uji Coba Modul Pelatihan Orientasi Masa Depan dalam Domain HIgher Education pada Siswa Kelas XI SMA "X" Bandung.

0 1 24

Perancangan dan Uji Coba Modul Pelatihan Orientasi Masa Depan dalam Domain Higher Education pada Siswa Kelas XI SMA "X" Bandung.

2 3 24

Uji Coba Rancangan Modul Pelatihan Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi, Universitas X di Kota Bandung.

0 0 26

Penyusunan Modul Pelatihan Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan Terhadap Remaja SMA yang tinggal di Panti Asuhan X Bandung.

0 1 24

Gambaran Mengenai Orientasi Masa Depan dalam Bidang Pekerjaan pada Narapidana Laki-laki di Lembaga Pemasyarakatan "X" Bandung.

0 0 45