Penyusunan Modul Pelatihan Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan Terhadap Remaja SMA yang tinggal di Panti Asuhan X Bandung.

(1)

ABSTRAK

Tesis ini berisi penelitian mengenai rancangan suatu modul pelatihan Orientasi Masa Depan bidang Pekerjaan. Modul pelatihan ini memiliki tujuan untuk memberikan kejelasan mengenai Orientasi Masa Depan bidang Pekerjaan terhadap remaja SMA yang tinggal di Panti Asuhan X Bandung.

Adapun yang menjadi sampel penelitian ini adalah remaja SMA yang tinggal di Panti Asuhan X Bandung. Sampel penelitian berjumlah sebelas responden. Metode yang dipakai dalam pelatihan ini adalah experiential learning dari Walter & Marks (1981), yang menggunakan lecture, games, diskusi, dan written test sebagai medianya.

Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh hasil adanya perubahan pola pikir responden dari yang semula tidak jelas menjadi jelas mengenai pentingnya memiliki Orientasi Masa Depan bidang Pekerjaan, ini tampak dari bertambahnya pengetahuan serta adanya kesadaran responden untuk mulai menentukan jenis pekerjaan secara spesifik dan mereka mulai belajar untuk membuat perencanaan tentang pekerjaan tersebut. Modul pelatihan Orientasi Masa Depan bidang Pekerjaan ini dinilai positif oleh responden, baik dari segi isi materi, metode, instruktur/fasilitator dan fasilitas.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa modul pelatihan ini sesuai untuk diterapkan pada responden karena dapat membantu responden memberikan kejelasan mengenai apa yang harus dilakukan untuk menghadapi masa depan kerja. Saran yang dapat diberikan untuk pelatihan ini adalah perlu dilakukan monitoring dan konsultasi secara kontinu terhadap responden untuk melihat perkembangan setelah mengikuti pelatihani. Selain itu, modul pelatihan ini perlu diujicobakan terhadap remaja SMA yang tinggal di Panti Asuhan pada tempat lain sehingga lebih jelas apakah model modul pelatihan seperti ini yang tepat.


(2)

ABSTRACT

This thesis contains research about a training module of Future Orientation in Vocational Field. The training module aims to offer clarity about Future Orientation in Vocational Field for high school students living in the orphanage “X” Bandung.

Research samples were taken from the high school students living in the orphanage “X” Bandung. There were eleven respondents in total. The concepts applied was experiential learning from Walter & Marks (1981), using lectures, games, discussions, and a written test as its methods.

Based on data results, the students obtained clarity about Future Orientation in Vocational Field after following the training. It was shown from the increasing of their knowledge and awareness to start deciding their future occupations specifically and start planning about their future jobs. The respondents gave positive remarks for the training module, from its content, method, instructor/facilitator, and facility.

The conclusion from the research is the training module was suitable to be applied to the respondents because it helped the respondents to give clarity about what they should have done to face their vocational futures. The recommendation to conduct the training is it needs continuous monitorings and consultations to respondents to see progress after following the training. Moreover, the traning module needs to be examined for high school students living in other orphanages to see whether the training module model is approriate.


(3)

DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR ORISINALITAS LAPORAN

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

KATA PENGANTAR

ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1-11

1.1.Latar Belakang Penelitian 1

1.2.Rumusan Masalah 9

1.3.Maksud, Tujuan, dan Kegunaan Penelitian 10

1.4.Metodologi 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA 12-56

2.1. Pengertian Orientasi Masa Depan 12

2.1.1. Ciri Orientasi Masa Depan 13

2.1.2. Proses Orientasi Masa Depan 14

2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi OMD 23


(4)

2.1.4. Perkembangan OMD pada Remaja 29

2.2. Teori Remaja 31

2.2.1. Tugas-tugas Perkembangan Remaja 31

2.2.2. Perkembangan Kognitif Remaja 32

2.2.2.1. Perkembangan Kognitif Menurut Piaget 32

2.2.2.2. Pemrosesan Informasi 35

2.3. Experiential Learning 36

2.3.1. Karakteristik Experiential Learning 37

2.3.2. Metoda Experiential Learning 37

2.3.3. Fase Experiential Learning 42

2.3.4. Tahap Evaluasi 45

2.4. Kerangka Pemikiran 46

2.5. Asumsi Penelitian 56

2.6. Hipotesis Penelitian 56

BAB III METODE PENELITIAN 57-66

3.1. Rancangan Penelitian 57

3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 57

3.3. Alat ukur 60

3.3.1. Kuesioner OMD bidang Pekerjaan 60

3.4. Subyek Penelitian 61

3.5. Langkah-langkah dalam penyusunan modul pelatihan 61

3.6. Rancangan Modul Pelatihan 64

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 67-85


(5)

4.1. Gambaran Responden 67

4.1.1. Jenis Kelamin 67

4.1.2. Jenjang Pendidikan 68

4.2. Hasil Penelitian 68

4.2.1. Evaluasi Umum 69

4.2.2. Metode 72

4.2.3. Isi Materi 73

4.2.4. Instruktur/ Fasilitator 75

4.3. Pembahasan 77

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 86-88

5.1. Simpulan 86

5.2. Saran 87

DAFTAR PUSTAKA 89

LAMPIRAN


(6)

DAFTAR TABEL

2.1. Bagan Proses Orientasi Masa Depan 2.2. Bagan Kerangka Pikir

3.1. Tabel Rancangan Penelitian 3.2. Tabel Rincian Modul Pelatihan 4.1. Tabel Jenis Kelamin Rsponden 4.2. Tabel Jenjang Pendidikan

4.3. Tabel Menyadari Potensi Diri Yang Dimiliki

4.4. Tabel Membuka Wawasan Baru Mengenai Masa Depan Kerja

4.5. Tabel Mengembangkan Kemampuan Diri Untuk Diterapkan Dalam Mempersiapkan Kerja

4.6. Tabel Memotivasi Diri Untuk Mengembangkan Potensi Diri 4.7. Tabel Pendapat Responden Mengenai Pelatihan

4.8. Tabel Pemenuhan Kebutuhan Remaja

4.9. Tabel Remaja Dapat Mengetahui Potensi Diri Yang Dimiliki 4.10. Tabel Komposisi Metode Pelatihan

4.11. Tabel Proses Pelatihan

4.12. Tabel Materi Yang Paling Disukai 4.13. Tabel Materi Yang Paling Tidak Disukai 4.14. Tabel Materi Yang Paling Bermanfaat 4.15. Tabel Penguasaan Materi Pengajaran


(7)

4.16. Tabel pengorganisasian dan Persiapan Pengajaran 4.17. Tabel Gaya Penyampaian Instruktur/ fasilitator 4.18. Tabel Tanggungjawab Instruktur/ Fasilitator 4.19. Tabel Menciptakan Situasi Yang Kondusif


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Evaluasi Pelatihan

Lampiran 2 Action Plan

Lampiran 3 Hasil Evaluasi Pelatihan OMD (Fasilitas)

Lampiran 4 Materi Pelatihan Orientasi Masa Depan bidang Pekerjaan

Lampiran 5 Kuesioner Orientasi Masa Depan bidang Pekerjaan


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Penelitian

Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Sejalan dengan meningkatnya usia mereka terdapat beberapa penyesuaian diri yang harus dilakukan oleh remaja, antara lain mencapai kemandirian emosi, mencapai perilaku sosial yang bertanggungjawab, dan mempersiapkan karir ekonomi (Hurlock, 1980). Dalam hal ini peran orang tua sangat penting bagi perkembangan remaja. Meskipun remaja tampaknya lebih banyak menghabiskan waktunya bersama teman-teman sebayanya, namun keluarga dan orang tua tetap menjadi konteks kehidupan yang penting dalam kehidupan remaja. Pertama, orang tua dapat memotivasi anak untuk menjadi lebih tertarik atau memberi nilai lebih pada suatu area kehidupan. Selain itu suasana rumah dan relasi antar orang tua juga mempengaruhi orientasi masa depan remaja. Kedua, konteks keluarga juga dapat menjadi landasan untuk menumbuhkan internalitas dan sikap optimistik remaja dalam menghadapi masa depan. Terakhir, remaja belajar berbagai keterampilan merencanakan dan strategi-strategi untuk menghadapi berbagai masalah yang mungkin timbul melalui interaksinya dengan orang tua (Nurmi, 1987).

Kebutuhan tersebut tidak saja diperlukan oleh remaja yang masih memiliki orang tua secara utuh tetapi juga penting bagi remaja yang tinggal di Panti


(10)

Asuhan X Bandung, dimana mereka tidak mendapatkan bimbingan dari orang tua. Menurut Spitz (1951, dalam Jersild, 1978) remaja yang tinggal di Panti Asuhan memiliki perkembangan emosi yang lebih lambat dibandingkan remaja yang diasuh oleh orang tua mereka dan dalam mendapatkan kehangatan keluarga. Selain itu remaja di Panti Asuhan memiliki kondisi rendah diri, ketergantungan yang berlebihan, prestasi belajar dan penyesuaian diri yang rendah dan kurang berani menerima kenyataan.

Sementara itu, dalam masa perkembangan kehidupan, remaja Panti Asuhan tidak terlepas dari berbagai tuntutan yang harus mereka hadapi. Pada masa ini remaja Panti Asuhan dituntut juga untuk memikirkan apa yang akan mereka lakukan tentang masa depan mereka. Salah satu letak permasalahannya, yaitu ketika remaja dituntut membuat suatu keputusan tentang masa depan mereka (Nurmi, 1989). Bagi remaja SMA yang tinggal di Panti Asuhan mereka sudah

harus mulai memikirkan apa yang harus mereka lakukan dan rencanakan setelah lulus SMA nanti. Apakah mereka akan melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi atau langsung mencari pekerjaan setelah lulus SMA.

Bagi remaja SMA di Panti Asuhan yang akan melanjutkan studinya, maka mereka seharusnya sudah mulai memilih jurusan yang tepat bagi diri mereka. Pada saat mereka akan mulai memilih jurusan studi setelah SMA ini, sebelumnya remaja Panti Asuhan pun perlu mulai memikirkan pekerjaan apa yang mereka inginkan nantinya. Dengan demikian jurusan yang dipilih setelah lulus SMA ini nantinya juga akan bermanfaat sebagai penunjang dalam mencari pekerjaan di kemudian hari. Bagi remaja Panti Asuhan yang akan langsung mencari pekerjaan


(11)

setelah lulus SMA, mereka juga perlu melakukan suatu perencanaan, melihat dan memahami hal-hal apa yang menjadi minat mereka dalam mencari pekerjaan. Remaja yang memiliki minat untuk menjadi dokter, maka ia akan mulai membuat suatu perencanaan dalam rangka mencapai tujuannya. Ia akan mulai memikirkan dan mengumpulkan informasi tentang bagaimana caranya agar ia dapat menjadi dokter kelak. Untuk menjadi dokter setidaknya ia harus menyukai pelajaran eksakta kemudian di SMA ia harus memilih jurusan IPA, selain itu ia tidak saja hanya menyukai tetapi juga harus mendapatkan nilai-nilai yang baik untuk pelajaran-pelajaran yang berkaitan dengan minatnya tersebut. Bila ia berhasil mendapatkan nilai-nilai yang baik maka setelah lulus SMA ia dapat memilih jurusan di universitas yang sesuai dengan minatnya, yaitu fakultas Kedokteran. Ketika remaja melakukan perencanaan yang dibuatnya, maka ia juga perlu melakukan evaluasi terhadap perencanaan tersebut, apakah minat yang dipilihnya sesuai atau belum sesuai dengan keinginannya. Bila sudah sesuai maka remaja dapat melanjutkan untuk melakukan perencanaan selanjutnya, namun bila pada saat melakukan perencanaan remaja merasa tujuannya tersebut tidak dapat tercapai, maka ia dapat melakukan evaluasi dan antisipasi untuk mulai memikirkan hal lain yang menjadi minat pekerjaan yang dapat dicapainya.

Berbagai pilihan pekerjaan memang tersedia, namun adanya persaingan untuk mendapatkan pekerjaan merupakan hal-hal yang menjadi hambatan atau tantangan yang harus mulai dipikirkan oleh Remaja SMA yang tinggal di Panti Asuhan X Bandung untuk masa depan mereka terutama masa depan dalam bidang


(12)

pekerjaan. Dengan demikian mereka dapat melakukan antisipasi ke depan dalam menghadapi dunia pekerjaan.

Cara pandang remaja terhadap masa depan pekerjaannya disebut sebagai Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan (Nurmi, 1989, 1991). Orientasi Masa Depan bidang Pekerjaan tergambar melalui harapan-harapan, tujuan, perencanaan dan strategi. Dengan adanya orientasi masa depan berarti remaja telah melakukan antisipasi terhadap kejadian-kejadian yang mungkin muncul di masa depannya, termasuk mengantisipasi kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi. Menurut Nurmi (1989), Orientasi Masa Depan terdiri dari tiga proses, yaitu Motivasi

(Motivation), Perencanaan (Planning), dan Evaluasi (Evaluation).

Motivasi (Motivation) meliputi motif-motif, minat-minat dan

harapan-harapan individu berkaitan dengan masa depannya. Minat yang dimiliki individu akan mengarahkan dirinya dalam menentukan tujuan yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. Untuk menetapkan tujuan yang realistik, motif-motif dan nilai-nilai yang ada harus dibandingkan dengan pengetahuan yang berkaitan dengan masa depan. Perencanaan (Planning) adalah bagaimana seseorang merencanakan atau membuat perencanaan untuk mewujudkan tujuannya. Ciri perencanaan adalah proses yang terdiri dari penentuan sub tujuan, penyusunan rencana dan perwujudan rencana (Hacker, 1985; Nuttin, 1984; Pea & Hawkins, 1987). Kemudian tahap yang terakhir, yaitu evaluasi (evaluation), tahap dimana

individu harus mengevaluasi sejauh mana tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dan rencana yang disusun itu dapat direalisasikan. Individu melakukan evaluasi faktor-faktor apa saja yang dapat mendukung dan menghambat pencapaian tujuan.


(13)

Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan merupakan tugas perkembangan yang harus dihadapi pada masa remaja dan dewasa awal, namun tidak dapat dipungkiri bahwa pengalaman dan pengetahuan remaja tentang kehidupan di masa mendatang sangat terbatas. Untuk itu remaja sangat membutuhkan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, terutama orang tua. Dalam hal ini Nurmi (1991b) menjelaskan bahwa meskipun teman sebaya dan lingkungan sekolah memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan remaja, namun sesungguhnya orang tua tetap menjadi bagian penting dalam kehidupan mereka. Teori ini juga didukung oleh Young (1994, dalam Santrock, 1996) yang menyatakan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi orang tua dalam perkembangan karir remaja. Misalnya, ibu yang bekerja di luar rumah dan memperlihatkan usaha dalam bekerja serta menghargai pekerjaannya akan memberikan pengaruh yang kuat bagi pemilihan karir remaja. Pemikiran yang masuk akal adalah bahwa jika kedua orang tuanya bekerja dan menikmatinya, remaja belajar menghargai pekerjaan dari kedua orang tuanya. Dengan demikian memang peranan orang tua masih sangat dibutuhkan remaja dalam memberikan saran dan nasihat ketika hendak membuat suatu keputusan yang bersifat jangka panjang, yang penting tetapi sulit untuk dilakukan, seperti keputusan tentang pekerjaan yang hendak ditekuninya di masa depan.

Melalui penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan pada Remaja SMA yang tinggal di Panti Asuhan mengingat remaja di Panti Asuhan kurang mendapatkan dukungan dari orang tua dalam berbagai hal, antara lain bimbingan tentang masa depan, bagaimana


(14)

merencanakan studi, merencanakan pemilihan bidang pekerjaan yang sesuai dengan minat. Karena itu peneliti melakukan wawancara dengan enam orang remaja di Panti Asuhan X Bandung mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan. Data dari hasil wawancara peneliti dengan enam orang remaja SMA yang tinggal di Panti Asuhan X Bandung menggambarkan adanya variasi Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan dalam diri mereka. Dari enam responden dapat diketahui bahwa seluruh responden memiliki keinginan dan ketertarikan untuk bekerja di masa depan. Dari enam responden tersebut, diketahui empat responden akan melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi setelah lulus SMA. Setelah mereka lulus dari Perguruan Tinggi baru mereka akan mencari pekerjaan untuk masa depan. Dari empat responden tersebut diketahui bahwa dua responden telah mengetahui minat mereka untuk memilih pekerjaan. Responden tersebut sudah melakukan aktivitas mencari dan mengumpulkan informasi yang dibutuhkan berkaitan dengan pekerjaan yang diharapkan oleh mereka. Selain itu mereka telah melakukan dan berupaya membuat rencana-rencana guna mencapai pekerjaan yang mereka inginkan nantinya. Sedangkan dua responden lainnya, mereka memang sudah memiliki ketertarikan dan keinginan untuk bekerja di masa depan namun mereka belum mencari dan mengumpulkan informasi-informasi yang dibutuhkan berkaitan dengan pekerjaan yang mereka inginkan. Mereka juga belum membuat rencana-rencana yang dapat membantu mereka untuk pencapaian tujuan pekerjaan yang mereka inginkan

Sedangkan dua responden lainnya tidak akan melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi setelah lulus SMA. Mereka berharap dapat langsung bekerja


(15)

setelah lulus SMA. Namun, mereka belum mengetahui apa yang menjadi minat mereka, mereka juga belum membandingkan satu pekerjaan dengan pekerjaan lainnya, dan mereka belum berupaya mencari dan mengumpulkan informasi-informasi mengenai bidang pekerjaan di masa depan.

Dari hasil wawancara tersebut, tampak bahwa masih ada remaja SMA yang tinggal di Panti Asuhan X Bandung belum mengetahui minat dan apa yang mereka inginkan untuk pekerjaan di masa depan. Mereka belum mencari informasi-informasi tentang jenis-jenis pekerjaan, belum membuat rencana-rencana yang dapat mendukung untuk tercapainya tujuan pekerjaan di masa mendatang. Hasil wawancara ini sejalan dengan investigasi yang dilakukan oleh Grotevant & Durret (dalam Santrock 2003) bahwa remaja SMU kurang

memiliki informasi yang akurat mengenai dua aspek pekerjaan, yakni: 1) persyaratan pendidikan yang mereka butuhkan untuk memasuki pekerjaan yang mereka inginkan, 2) minat vokasional yang berhubungan dengan pilihan pekerjaan mereka.

Tampaknya masih ada ketidakjelasan dalam diri remaja SMU yang tinggal di Panti Asuhan untuk mengarahkan diri mereka ke pekerjaan di masa mendatang, tetapi diperlukan konfirmasi apakah banyak remaja Panti Asuhan Bandung seperti mereka juga, dan untuk itu akan diteliti lebih lanjut dengan memberikan kuesioner yang disusun oleh Nurmi (1990). Dari hasil kuesioner tersebut (penelitian awal) akan diketahui apakah benar hasil wawancara tersebut dan bila memang benar maka diperlukan suatu kelanjutan.


(16)

Setelah kuesioner Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan Nurmi (1990) diberikan kepada 39 remaja dari beberapa Panti Asuhan Bandung, melalui perhitungan hasil kuesioner secara kuantitatif untuk setiap item, maka diperoleh hasil bahwa 61,53% remaja mencoba untuk memikirkan karir pekerjaan untuk masa mendatang namun mereka belum mengambil keputusan secara spesifik mengenai pekerjaan masa mendatang yang mereka harapkan. Mereka masih memiliki beberapa dan banyak kemungkinan dalam benak sehingga belum membuat keputusan mengenai pekerjaan masa mendatang yang mereka inginkan, hal ini diutarakan oleh 30,77% remaja. Selain itu terdapat 43,59% remaja Panti Asuhan Bandung yang masih jarang dan hanya kadang-kadang saja mencari informasi mengenai pekerjaan untuk masa mendatang dan informasi yang mereka peroleh mengenai pekerjaan pun masih terbilang minim. Mereka belum memiliki cukup informasi mengenai pekerjaan yang diidamkan oleh mereka. Mereka belum melakukan upaya secara optimal untuk menggali lebih lanjut pekerjaan yang mereka inginkan.

Sejumlah 82,05% remaja Panti Asuhan Bandung menyadari bahwa meraih tujuan pekerjaan masa depan merupakan hal yang sangat penting namun diketahui pula mereka belum membuat perencanaan secara matang mengenai bagaimana caranya agar mereka dapat mewujudkan pekerjaan masa mendatang yang mereka inginkan. Mereka belum menyusun langkah-langkah ataupun tahapan-tahapan yang dapat membantu mereka untuk mempermudah dalam rangka pencapaian pekerjaan masa mendatang. Sepertinya mereka sendiri belum memahami dan


(17)

belum ada suatu kejelasan mengenai jenis pekerjaan dan spesifikasi pekerjaan yang mereka minati.

Kejelasan mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan tentunya akan sangat bermanfaat bagi kelangsungan masa depan Remaja SMA yang tinggal di Panti Asuhan X Bandung. Mereka diharapkan dapat memperoleh suatu gambaran yang jelas tentang masa depan pekerjaan mereka, mereka mengetahui apa yang menjadi minat pekerjaan serta membuat perencanaan-perencanaan dan antisipasi di masa depan mengenai bidang pekerjaan yang diinginkan. Karena itu peneliti bermaksud memberikan suatu intervensi untuk mengatasi ketidakjelasan Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan yang terjadi pada remaja Panti Asuhan X Bandung dengan membuat suatu modul pelatihan mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan.

1.2.Rumusan Masalah

Diketahui ternyata Remaja SMA yang tinggal di Panti Asuhan X Bandung masih belum memiliki kejelasan bahwa mereka harus membuat perencanaan mengenai bidang pekerjaan yang diinginkan. Diperkirakan dengan mengikuti suatu pelatihan tentang Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan maka para remaja akan memahami dan mampu menyusun langkah-langkah perencanaan untuk mencapai apa yang dicita-citakan dalam kerja nanti. Namun terlebih dahulu perlu dibuat suatu modul pelatihan Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan agar mereka memiliki kejelasan apa yang harus diketahui dan dipersiapkan bila akan memasuki bidang pekerjaan.


(18)

1.3.Maksud, Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1. Maksud dan Tujuan Penelitian

Adapun maksud dari penelitian ini adalah ingin mengetahui apakah remaja SMA di Panti Asuhan X Bandung belum memiliki kejelasan tentang pekerjaan apa yang akan mereka geluti.

Dan tujuannya adalah untuk menyusun suatu modul pelatihan agar remaja Panti Asuhan X Bandung memiliki kejelasan tentang langkah-langkah serta antisipasi yang perlu dilakukan berkaitan dengan bidang pekerjaan nantinya.

1.3.2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan yang berguna baik secara teoretis maupun praktis, sebagai berikut:

1.3.2.1.Kegunaan Teoretis

a. Diharapkan melalui modul pelatihan ini dapat diketahui sejauh mana

pengetahuan remaja Panti Asuhan X Bandung mengenai Orientasi Masa Depan bidang Pekerjaan sehingga mereka dapat mengatasi tantangan atau permasalahan mengenai pekerjaan.

b. Modul pelatihan ini dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pemahaman Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan.


(19)

1.3.2.2.Kegunaan Praktis

Diharapkan modul pelatihan ini dapat digunakan untuk mereka yang membutuhkan pembinaan mengenai Orientasi Masa Depan bidang pekerjaan bukan saja bagi remaja SMA yang tinggal di Panti Asuhan X Bandung, tetapi juga untuk seluruh remaja pada umumnya..

1.4. Metodologi

Penelitian ini mencoba mengajukan suatu modul pelatihan bagi remaja SMA yang tinggal di Panti Asuhan X Bandung yang belum memiliki kejelasan mengenai Orientasi Masa Depan bidang Pekerjaan. Materi modul pelatihan diambil dari Nurmi (1989) mengenai Orientasi Masa Depan dengan menggunakan metode experiential learning.


(20)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui pengolahan data mengenai orientasi masa depan bidang pekerjaan, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Instruktur/ fasilitator dinilai oleh responden telah mempersiapkan dan

menguasai materi yang disampaikan, mampu menciptakan situasi yang kondusif sehingga tercipta komunikasi dua arah.

2. Responden memberikan penilaian positif mengenai modul pelatihan

Orientasi Masa Depan bidang pekerjaan karena dapat membantu mereka untuk memberikan kejelasan tentang pentingnya merencanakan masa depan pekerjaan.

3. Secara umum, responden menyatakan bahwa pelatihan ini bermanfaat

karena mereka mulai belajar untuk menentukan jenis pekerjaan yang mereka inginkan secara spesifik, membantu mereka untuk menyadari potensi diri yang dimiliki, serta membuka wawasan baru mengenai masa depan kerja.

4. Dilihat dari segi metode maka sejumlah 100% responden menyatakan

bahwa pelatihan ini dinilai sudah seimbang komposisinya antara kuliah (lecture), permainan (games), diskusi serta tugas (written task).


(21)

5. Dilihat dari segi fasilitas, responden menyatakan bahwa sarana dan prasarana yang disediakan, seperti laptop, infocus, dan lembar materi pelatihan sudah lengkap dan memadai untuk pelaksanaan pelatihan.

6. Materi yang dinilai paling disukai bagi sebagian besar responden (45,5%) adalah materi who am I, karena responden dapat mengenali kekuatan dan kelemahan diri serta memahami potensi diri yang dimiliki. Ini memudahkan mereka untuk menentukan jenis pekerjaan yang akan mereka geluti di masa depan.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya maka peneliti memberikan beberapa saran, yaitu:

1. Setelah pelatihan perlu dilakukan monitoring dan konsultasi dari pihak Panti Asuhan dan penyelenggara pelatihan secara kontinu terhadap responden. Hal ini bertujuan untuk melihat sejauhmana perkembangan responden setelah mengikuti pelatihan.

2. Perlu diberikan penjelasan kepada pihak Panti Asuhan mengenai Orientasi

Masa Depan bidang Pekerjaan agar mereka memiliki pemahaman yang benar mengenai Orientasi Masa Depan bidang Pekerjaan sehingga dapat memberikan konsultasi kepada responden secara tepat.

3. Waktu pelatihan perlu ditambah menjadi dua hari karena masih ada

sebagian kecil responden, yaitu sejumlah 9,1% responden yang menyatakan


(22)

pelatihan ini terlalu singkat sehingga responden kurang mendalami materi pelatihan.

4. Modul pelatihan Orientasi Masa Depan bidang Pekerjaan ini perlu diuji

cobakan di Panti Asuhan yang lain sehingga dapat diketahui lebih jelas apakah modul pelatihan ini memang benar-benar sesuai dengan kebutuhan remaja yang tinggal di Panti Asuhan.

Diharapkan melalui adanya usulan-usulan di atas, modul pelatihan Orientasi Masa Depan bidang pekerjaan dapat mencapai tujuannya, yaitu memberikan kejelasan pandangan mengenai masa depan pekerjaan terhadap remaja SMA yang tinggal di Panti Asuhan X Bandung. Simpulan dan saran-saran yang penulis sampaikan disini hanya berkaitan dengan remaja SMA Panti Asuhan X Bandung. Jika hendak menyusun modul pelatihan di tempat lain tentunya perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian tergantung pada kondisi, latar belakang, kebutuhan serta tantangan pada remaja SMA yang bersangkutan.


(23)

DAFTAR PUSTAKA

Caffarella, R. S. 1998. Program Development and Evaluation Resource Book for Trainee. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Deputi Bidang Peningkatan Kesejahteraan Anak, Keluarga dan Lanjut Usia. 2001. Pedoman Pelayanan Kesejahteraan Anak Melalui Panti Sosial Asuhan Anak.

Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Gage, N. L. & Berliner, D. C. 1984. Educational Psychology 3rd Edition. Boston: Houghton Mifflin Company.

Hurlock, Elizabeth B. 1973. Adolescent Development 4th Edition. McGraw-Hill Kogakusha, Ltd.

Isaacson, L. E & Brown, D. 1998. Career Information, Career Counseling and Career Development. Boston: Allyn and Bacon.

Jersild, Arthur T. 1978. The Psychology of Adolescent 2nd Edition.

Kirkpatrick, D. L. 1994. Evaluating Training Program. Prentice Hall International, Inc.

Nurmi, Jari-Erik. 1989. Adolescents’ Orientation To The Future: Development of Interests and Plans, and Related Attributions and Affects in The Life Span Context. Societas Scientuarum Fennica, The Finish Society of Sciences and Letters.

Nurmi, Jari-Erik. 1990. Future Orientation Questionnaure. Department of Psycholofy, University of Helsinki.

Nurmi, Jari-Erik. 2002. Goal Instruction, Reconstruction and Depressive Symptoms in a Life-Span Context: The Transition From School to Work. Journal of Personality, Blackwell Publishing.


(24)

Nurmi, Jari-Erik. 1991. How Adolescents See Their Future? A Review of The Development of Future Orientation and Planning. Department of Psychology, University of Helsinki.

Posavac, Emil J. & Carey, Raymond G. 1992. Program Evaluation: Methods and Case Studies. New Jersey: Prentice Hall.

Santrock, John W. 2003. Adolescence 6th Edition. Brown and Benchmark

Publishing.

Siegel, Sidney. 1994. Statistik Nonparamentrik untuk Ilmu-ilmu Sosial, edisi keenam. Alih Bahasa: Zanzawi Suyuti dan Landung Simatupang dalam koordinasi Peter Hagul. Jakarta: Gramedia.

Trommsdorf, Gisela. 1983. Future Orientation and Socialization.

Walter, Gordon A. & Marks, Stephen E. 1981. Experiential Learning and Change. New York: John Wiley & Sons.

Winkel, W. S. 1991. Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah. Jakarta: PT. Grasindo.


(1)

1.3.2.2.Kegunaan Praktis

Diharapkan modul pelatihan ini dapat digunakan untuk mereka

yang membutuhkan pembinaan mengenai Orientasi Masa Depan bidang

pekerjaan bukan saja bagi remaja SMA yang tinggal di Panti Asuhan X

Bandung, tetapi juga untuk seluruh remaja pada umumnya..

1.4. Metodologi

Penelitian ini mencoba mengajukan suatu modul pelatihan bagi

remaja SMA yang tinggal di Panti Asuhan X Bandung yang belum memiliki

kejelasan mengenai Orientasi Masa Depan bidang Pekerjaan. Materi modul

pelatihan diambil dari Nurmi (1989) mengenai Orientasi Masa Depan dengan

menggunakan metode experiential learning.


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui pengolahan data

mengenai orientasi masa depan bidang pekerjaan, maka dapat disimpulkan hal-hal

sebagai berikut:

1. Instruktur/ fasilitator dinilai oleh responden telah mempersiapkan dan

menguasai materi yang disampaikan, mampu menciptakan situasi yang

kondusif sehingga tercipta komunikasi dua arah.

2. Responden memberikan penilaian positif mengenai modul pelatihan

Orientasi Masa Depan bidang pekerjaan karena dapat membantu mereka

untuk memberikan kejelasan tentang pentingnya merencanakan masa

depan pekerjaan.

3. Secara umum, responden menyatakan bahwa pelatihan ini bermanfaat

karena mereka mulai belajar untuk menentukan jenis pekerjaan yang

mereka inginkan secara spesifik, membantu mereka untuk menyadari

potensi diri yang dimiliki, serta membuka wawasan baru mengenai masa

depan kerja.

4. Dilihat dari segi metode maka sejumlah 100% responden menyatakan

bahwa pelatihan ini dinilai sudah seimbang komposisinya antara kuliah

(lecture), permainan (games), diskusi serta tugas (written task).


(3)

5. Dilihat dari segi fasilitas, responden menyatakan bahwa sarana dan

prasarana yang disediakan, seperti laptop, infocus, dan lembar materi

pelatihan sudah lengkap dan memadai untuk pelaksanaan pelatihan.

6. Materi yang dinilai paling disukai bagi sebagian besar responden (45,5%)

adalah materi who am I, karena responden dapat mengenali kekuatan dan

kelemahan diri serta memahami potensi diri yang dimiliki. Ini

memudahkan mereka untuk menentukan jenis pekerjaan yang akan mereka

geluti di masa depan.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dikemukakan

sebelumnya maka peneliti memberikan beberapa saran, yaitu:

1. Setelah pelatihan perlu dilakukan monitoring dan konsultasi dari pihak Panti

Asuhan dan penyelenggara pelatihan secara kontinu terhadap responden.

Hal ini bertujuan untuk melihat sejauhmana perkembangan responden

setelah mengikuti pelatihan.

2. Perlu diberikan penjelasan kepada pihak Panti Asuhan mengenai Orientasi

Masa Depan bidang Pekerjaan agar mereka memiliki pemahaman yang

benar mengenai Orientasi Masa Depan bidang Pekerjaan sehingga dapat

memberikan konsultasi kepada responden secara tepat.

3. Waktu pelatihan perlu ditambah menjadi dua hari karena masih ada

sebagian kecil responden, yaitu sejumlah 9,1% responden yang menyatakan


(4)

pelatihan ini terlalu singkat sehingga responden kurang mendalami materi

pelatihan.

4. Modul pelatihan Orientasi Masa Depan bidang Pekerjaan ini perlu diuji

cobakan di Panti Asuhan yang lain sehingga dapat diketahui lebih jelas

apakah modul pelatihan ini memang benar-benar sesuai dengan kebutuhan

remaja yang tinggal di Panti Asuhan.

Diharapkan melalui adanya usulan-usulan di atas, modul pelatihan

Orientasi Masa Depan bidang pekerjaan dapat mencapai tujuannya, yaitu

memberikan kejelasan pandangan mengenai masa depan pekerjaan terhadap

remaja SMA yang tinggal di Panti Asuhan X Bandung. Simpulan dan saran-saran

yang penulis sampaikan disini hanya berkaitan dengan remaja SMA Panti

Asuhan X Bandung. Jika hendak menyusun modul pelatihan di tempat lain

tentunya perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian tergantung pada kondisi, latar

belakang, kebutuhan serta tantangan pada remaja SMA yang bersangkutan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Caffarella, R. S. 1998. Program Development and Evaluation Resource Book for

Trainee. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Deputi Bidang Peningkatan Kesejahteraan Anak, Keluarga dan Lanjut Usia. 2001.

Pedoman Pelayanan Kesejahteraan Anak Melalui Panti Sosial Asuhan Anak.

Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Gage, N. L. & Berliner, D. C. 1984. Educational Psychology 3rd Edition. Boston: Houghton Mifflin Company.

Hurlock, Elizabeth B. 1973. Adolescent Development 4th Edition. McGraw-Hill Kogakusha, Ltd.

Isaacson, L. E & Brown, D. 1998. Career Information, Career Counseling and

Career Development. Boston: Allyn and Bacon.

Jersild, Arthur T. 1978. The Psychology of Adolescent 2nd Edition.

Kirkpatrick, D. L. 1994. Evaluating Training Program. Prentice Hall International, Inc.

Nurmi, Jari-Erik. 1989. Adolescents’ Orientation To The Future: Development of

Interests and Plans, and Related Attributions and Affects in The Life Span Context. Societas Scientuarum Fennica, The Finish Society of

Sciences and Letters.

Nurmi, Jari-Erik. 1990. Future Orientation Questionnaure. Department of Psycholofy, University of Helsinki.

Nurmi, Jari-Erik. 2002. Goal Instruction, Reconstruction and Depressive

Symptoms in a Life-Span Context: The Transition From School to Work. Journal of Personality, Blackwell Publishing.


(6)

Nurmi, Jari-Erik. 1991. How Adolescents See Their Future? A Review of The

Development of Future Orientation and Planning. Department of

Psychology, University of Helsinki.

Posavac, Emil J. & Carey, Raymond G. 1992. Program Evaluation: Methods and

Case Studies. New Jersey: Prentice Hall.

Santrock, John W. 2003. Adolescence 6th Edition. Brown and Benchmark

Publishing.

Siegel, Sidney. 1994. Statistik Nonparamentrik untuk Ilmu-ilmu Sosial, edisi

keenam. Alih Bahasa: Zanzawi Suyuti dan Landung Simatupang

dalam koordinasi Peter Hagul. Jakarta: Gramedia.

Trommsdorf, Gisela. 1983. Future Orientation and Socialization.

Walter, Gordon A. & Marks, Stephen E. 1981. Experiential Learning and

Change. New York: John Wiley & Sons.

Winkel, W. S. 1991. Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah. Jakarta: PT. Grasindo.