Studi Deskriptif Mengenai Kemampuan College Adjusment Pada Mahasiswa Perantau Angkatan 2009 di Universitas Kristen Maranatha Bandung.

(1)

i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Julia Rostaulina Tarigan. 0630188. Studi Deskriptif Mengenai Kemampuan College Adjustment pada Mahasiswa Perantau Angkatan 2009 di Universitas Kristen Maranatha. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai college adjustment, yang terungkap melalui academic achievement dan personal growth pada mahasiswa perantau angkatan 2009 di Universitas Kristen Maranatha. Populasi sasaran adalah mahasiswa perantau angkatan 2009 di Universitas Kristen Maranatha yang berasal dari luar Jawa Barat. Responden dalam penelitian ini terdapat sebanyak 150 orang.

Adapun teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori college adjustemt dari Arkoff (1983), dilengkapi dengan teori perkembangan dari Santrock (2001), Steinberg (2002) dan Rice (1990).

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian non-eksperimental dengan metode penelitian deskriptif. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner, yaitu kuesioner college adjustment. Berdasarkan hasil uji validitas dengan menggunakan Rank Spearman diperoleh 76 item diterima, dengan validitas yang berkisar antara 0,402–0,899 dan reliabilitas sebesar 0,899 Teknik analisis data menggunakan distribusi frekuensi dan tabulasi silang antara variable dan aspek-aspeknya.

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan SPSS 17, diperoleh data bahwa mahasiswa yang mampu melakukan college adjustment adalah sebanyak 69 orang (46%), dan yang tidak mampu melakukan college adjustment sebanyak 81 orang (54%). Aspek college adjustment yang berkaitan adalah aspek academic achievement dan prediktor yang lebih berkaitan adalah prediktor study.

Kesimpulan penelitian, bahwa kemampuan college adjustment mahasiswa perantau angkatan 2009 di Universitas Kristen Maranatha relatif sama. Peneliti mengajukan saran penelitian selanjutnya agar mengaitkan variabel college adjustment dengan aspek-aspek yang ada di dalamnya. Bagi Universitas Kristen Maranatha, agar memberikan gambaran tentang materi perkuliahan yang akan ditemui mahasiswa. Bagi dosen wali, agar melibatkan mahasiswa dalam pengambilan keputusan dalam kegiatan perkuliahan mereka. Bagi mahasiswa perantau angkatan 2009, agar mau melakukan pengenalan terlebih dahulu tentang keadaan masyarakat sekitar pada umumnya dan lingkungan universitas pada khususnya.


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK………...…….………..….... i

KATA PENGANTAR………...………... ii

DAFTAR ISI……….………..……….……… vi

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR BAGAN...………..…..…………... xii

DAFTAR LAMPIRAN……….……….... xiii

BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah………...1

1.2. Identifikasi Masalah………...11

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian………... 12

1.3.1. Maksud Penelitian………..………. 12

1.3.2. Tujuan Penelitian………... 12

1.4. Kegunaan Penelitian……….. 12

1.4.1. Kegunaan Teoritis………. 12

1.4.2. Kegunaan Praktis……….. 13

1.5. Kerangka Pemikiran………... 14


(3)

vii

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyesuaian Diri……….……….. 24

2.1.1. Definisi Penyesuaian Diri………. 24

2.1.2. Bentuk-Bentuk Penyesuaian Diri………. 25

2.1.2.1. Penyesuaian Keluarga……….……….. 25

2.1.2.2. Penyesuaian Sekolah……… 26

2.1.2.3. Penyesuaian Perguruan Tinggi………. 27

2.1.2.4. Penyesuaian Pekerjaan………... 27

2.1.2.5. Penyesuaian Pernikahan………... 28

2.2. Penyesuaian di Perguruan Tinggi……….……… 28

2.2.1. Penyesuaian Perguruan Tinggi sebagai Prestasi Akademik..…… 29

2.2.1.1.Faktor Prestasi Masa Lampau………. 29

2.2.1.2.Faktor Kemampuan………. 31

2.2.1.3.Faktor Motivasional……… 32

2.2.1.4.Faktor Kepribadian……….…………. 32

2.2.1.5.Faktor Belajar……….………… 34

2.2.1.6.Faktor Mengajar………. 36

2.2.2. Penyesuaian Perguruan Tinggi sebagai Pertumbuhan Pribadi.….37 2.2.2.1.Perubahan Intelektual……….……. 38

2.2.2.2. Perubahan Non-Intelektual……….……. 38

2.3. Masa Remaja Akhir……….………... 39

2.3.1. Batasan Usia Remaja Akhir ……….………. 39


(4)

2.3.4. Perkembangan Sosial ……….…………... 41

2.3.5. Relasi dengan Keluarga dan Teman Sebaya ……….……… 44

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian………....46

3.2. Bagan Rancangan Penelitian……….... 46

3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operational………….………... 47

3.3.1. Variabel penelitian………... 47

3.3.2. Definisi Operasional………... 47

3.4. Alat Ukur………... 48

3.4.1. Alat Ukur Penyesuaian Diri………. 48

3.4.2. Kriteria Aspek College Adjustment………... 53

3.4.3. Kriteria Prediktor College Adjustment……….… 54

3.4.4. Data Pribadi……….…………. 55

3.4.5. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ……….………... 55

3.4.5.1. Validitas Alat Ukur……… 55

3.4.5.2. Reliabilitas Alat Ukur……….………. 56

3.5. Populasi dan TeknikPenarikan Sampel………... 56

3.5.1. Populasi Sasaran ……….…………. 56

3.5.2. Karakteristik Populasi ……….…………. 57

3.5.3. Teknik Penarikan Sampel ……….………… 57


(5)

ix

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Responden……….….. 58

4.1.1. Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………... 58

4.1.2. Gambaran Responden Berdasarkan Kota Asal……….… 59

4.1.3. Gambaran Responden Berdasarkan Fakultas……….……61

4.1.4. Gambaran Responden Berdasarkan Jumlah NEM SMA…..…… 62

4.2. Hasil Penelitian………...…. 63

4.2.1. Hasil Pengukuran Terhadap Variabel College Adjustment……... 63

4.2.2. Hasil Pengukuran Terhadap Aspek College Adjustment………... 64

4.2.3. Hasil Pengukuran Terhadap Prediktor College Adjustment…….. 64

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian……….……… 68

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan……….……….. 79

5.2. Saran……….……… 80

DAFTAR PUSTAKA……….... 82

DAFTAR RUJUKAN………... 84


(6)

Tabel 3.1. Distribusi Item Kuesioner College Adjustment…………... 48

Tabel 3.2. Bobot Penilaian………. 52

Tabel 3.3. Kriteria College Adjustment……….. 53

Tabel 3.4. Kriteria Aspek Academic Achievement………. 53

Tabel 3.5. Kriteria Aspek Personal Growth……….. 54

Tabel 3.6. Kriteria Prediktor……….. 54

Tabel 4.1. Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin……… 58

Tabel 4.2. Data Responden Berdasarkan Kota Asal……….. 59

Tabel 4.3. Data Responden Berdasarkan Fakultas………. 61

Tabel 4.4. Data Responden Berdasarkan Jumlah NEM………. 62

Tabel 4.5. Persentase College Adjustment………. 63

Tabel 4.6. Tabulasi College Adjustment dan Aspek Academic Achievement……….. 64

Tabel 4.7. Tabulasi College Adjustment dan Aspek Personal Growth…….. 64

Tabel 4.8. Tabulasi College adjustment dan Prediktor Study……… 65

Tabel 4.9. Tabulasi College adjustment dan Prediktor Ability…………..… 65

Tabel 5.0. Tabulasi College adjustment dan Prediktor Past Achievement… 66 Tabel 5.1. Tabulasi College adjustment dan Prediktor Motivational…….... 66

Tabel 5.2. Tabulasi College adjustment dan Prediktor Intellectual Change. 67 Tabel 5.3. Tabulasi College adjustment dan Prediktor Teaching………….. 67


(7)

xi

Tabel 5.5. Tabulasi College adjustment dan Prediktor

Non-intellectual Change………. 68 Tabel Lampiran 1. Tabel Asal Mahasiswa Perantau


(8)

Bagan 1.1. Bagan Kerangka Pemikiran……….. 22 Bagan 3.1. Bagan Rancangan Penelitian……… 46


(9)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Mahasiswa Perantau

1.1. Definisi Mahasiswa Perantau

1.2. Karakteristik Mahasiswa Perantau Angkatan 2009 di Universitas Kristen Maranatha

Lampiran 2. Kuesioner College Adjustment Lampiran 3. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Lampiran 4. Data Mentah

Lampiran 5. Kriteria Aspek Academic Achievement Lampiran 6. Kriteria Aspek Personal Growth Lampiran 7. Kriteria Prediktor Past Achievement Lampiran 8. Kriteria Prediktor Ability

Lampiran 9. Kriteria Prediktor Motivational Lampiran 10. Kriteria Prediktor Personality Lampiran 11. Kriteria Prediktor Study Lampiran 12. Kriteria Prediktor Teaching

Lampiran 13. Kriteria Prediktor Intellectual Change Lampiran 14. Kriteria Prediktor Non-Intellectual Change


(10)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia dikenal sebagai negara yang multi etnis. Multi etnis disini maksudnya adalah bangsa Indonesia memiliki banyak suku dan budaya yang berbeda-beda. Setiap kebudayaan memiliki kekhasannya masing-masing. Perbedaan kebudayaan tersebut dapat dilihat melalui pakaian adat, makanan, tarian, logat bahasa, sikap, norma, dan sebagainya.

Perbedaan ini diajarkan dari leluhur sampai ke generasi yang lebih muda dengan maksud untuk mempertahankan keaslian dari budaya tersebut. Begitu pula dengan para siswa sebagai pelajar. Mereka sejak kecil sudah mengenal budaya masing-masing, bahkan sampai logat berbicara dan sikap merekapun ikut berbeda sesuai budayanya. Kebiasaan ini terjadi karena budaya itu sudah ditanamkan dari orangtua mereka sejak dulu. Kebudayaan pada suatu daerah berbeda dengan budaya di daerah yang lain. Pada saat itulah, siswa yang berpindah tempat tersebut harus mampu menyesuaikan diri dengan budaya di lingkungan tempat tinggal mereka yang baru. Apabila siswa tersebut dan tidak mampu menyesuaikan diri karena merasa nyaman dengan kebiasaan budaya dan gaya hidupnya tentu akan menjadi sulit baginya untuk dapat bergaul dan diterima di masyarakat yang baru karena orang lain memiliki budaya dan gaya hidup yang berbeda pula.

Perbedaan kebudayaan dan pola pikir serta sikap ini terbawa dan kemudian tidak hanya ditunjukkan dalam lingkungan dengan orang se-etnis saja, melainkan


(11)

2

Universitas Kristen Maranatha di lingkungan manapun mereka berada, budaya tersebut biasanya masih terbawa apalagi jika mereka memasuki suatu lingkungan yang baru dan masih asing bagi mereka. Lingkungan baru yang dimaksudkan dalam hal ini adalah lingkungan pendidikan ataupun lingkungan sekolah bagi individu. Dalam lingkungan baru, khususnya lingkungan pendidikan, mahasiswa dituntut untuk mampu menghadapi adanya perbedaan kebudayaan sehingga mereka dapat lebih survive di lingkungan barunya.

Berbicara mengenai pendidikan, tidak akan pernah terlepas dari adanya jenjang-jenjang pendidikan, yaitu SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA (Sekolah Menengah Atas) dan juga PT (Perguruan Tinggi). Kebanyakan siswa yang telah menyelesaikan tingkat pendidikannya di jenjang SMA biasanya akan melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi. Ada yang memilih untuk kuliah di universitas yang terdapat di kotanya, tetapi tak jarang pula ada yang memilih untuk jauh dari orangtua dengan kuliah di luar kota. Para orangtua tentunya mengharapkan agar anak mereka dapat diterima universitas dengan akreditasi yang baik (http://ujiannasional.org/pentingnya-akreditasi-bagi-mahasiswa.htm).

Fakultas dan jurusan yang ada di Universitas Kristen Maranatha ini memiliki predikat akreditasi yang baik dan juga memiliki cukup banyak mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Para mahasiswa diijinkan kuliah jauh ke kota Bandung oleh orangtua mereka, karena mengetahui akreditas yang dimiliki universitas tersebut (Kabid Humas UKM). Universitas Kristen Maranatha cukup dikenal sebagai perguruan tinggi swasta


(12)

yang memiliki beberapa fakultas yang dapat dipilih oleh mahasiswa sesuai dengan minat mereka, juga terdapat staf pengajar yang berpengalaman dalam bidangnya masing-masing, tersedianya fasilitas-fasilitas yang membantu mahasiswa untuk lebih mengembangkan kemampuan dan pengetahuan mereka seperti perpustakaan, mata kuliah yang aplikatif seperti praktikum, selain itu juga terdapat banyak kegiatan ekstrakurikuler yang membantu mahasiswa untuk lebih aktif dalam mengembangkan bakat mereka masing-masing. Hal itulah yang menyebabkan meskipun Universitas Kristen Maranatha berada jauh di luar kota, namun bukan menjadi faktor penghalang bagi para calon mahasiswa baru untuk menuntut ilmu setinggi mungkin di sana.

Universitas Kristen Maranatha merupakan salah satu perguruan tinggi swasta di kota Bandung yang cukup banyak diminati oleh siswa yang lulus dari sekolah menengah atas yang ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Sampai saat ini, Universitas Kristen Maranatha memiliki delapan pilihan fakultas yang dapat dipilih oleh setiap calon mahasiswa baru sesuai dengan minat dan kemampuan mereka, yaitu Fakultas Kedokteran (FK), Fakultas Teknik (FT), Fakultas Psikologi (FP), Fakultas Ekonomi (FE), Fakultas Sastra (FS), Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD), Fakultas Teknologi Informasi (IT), dan Fakultas Hukum (FH).

Di Universitas Kristen Maranatha dapat ditemukan sebanyak 552 orang mahasiswa yang berasal dari luar Jawa Barat (data Humas UKM, 2010). Para mahasiswa tersebut berasal dari latar belakang budaya masing-masing yang telah mereka terima sewaktu mereka berada di kota asalnya. Kebudayaan itulah yang


(13)

4

Universitas Kristen Maranatha akan dibawa ketika para mahasiswa datang dan berbaur dengan masyarakat di lingkungan sosialnya saat ini. Kebudayaan yang dimaksudkan dapat berupa logat bahasa, pola pikir/mind set individu dalam pergaulan yang telah terinternalisasi dari budayanya masing-masing.

Lingkungan sosial yang dimaksudkan adalah tempat tinggal saat ini dan juga lingkungan kampus. Tempat tinggal saat ini dapat berupa tempat kost ataupun rumah kontrakan bagi mahasiswa baru yang berasal dari luar kota. Dalam rumah kos itu sendiri terdapat mahasiswa-mahasiswa lain yang tentunya memiliki etnis yang berbeda antara satu dengan lainnya. Selain itu, tempat kos juga memiliki peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh seluruh penghuni kos.

Tempat-tempat kos tersebut biasanya berada dekat dari lingkungan kampus. Banyaknya mahasiswa yang datang dari luar kota Bandung dengan tujuan untuk kuliah di Universitas Kristen Maranatha tentunya juga memiliki budaya yang berbeda dalam bentuk sifat, sikap, gaya bicara yang berbeda pula dengan mahasiswa yang lainnya. Dalam hal ini, sangatlah dibutuhkan adanya penyesuaian diri agar para mahasiswa dapat berinteraksi dengan baik antara mahasiswa yang satu dengan yang lain.

Mahasiswa mengalami perubahan pembelajaran sejak memasuki perguruan tinggi. Semasa SMA, seorang siswa lebih banyak memperoleh ilmu pengetahuan dari pengajaran guru-guru mereka di sekolah. Selain itu, setiap siswa juga memiliki buku-buku pelajaran, lebih banyak PR (pekerjaan rumah) individual dibandingkan dengan kelompok. Sebaliknya, ketika mereka menjadi seorang mahasiswa, individu ini lebih dituntut untuk dapat memperoleh ilmu


(14)

pengetahuannya dengan lebih aktif mencari bahan sendiri, banyak membaca referensi buku-buku yang berkaitan dengan jurusan yang diambilnya, tugas-tugas kelompok dan makalah yang tentunya lebih banyak dari tugas sekolah.

Perubahan metode pembelajaran sewaktu SMA dan di Perguruan Tinggi tersebut membuat mahasiswa harus dapat menyesuaikan dirinya. Menurut Arkoff (1983), penyesuaian diri didefinisikan sebagai interaksi individu dengan lingkungannya. Interaksi dalam hal ini menunjuk pada adanya hubungan timbal balik antara individu dan lingkungannya yang dalam hal ini adalah lingkungan Universitas Kristen Maranatha. Oleh karena itu, individu akan dipengaruhi oleh lingkungannya dan sebaliknya lingkungan juga akan dipengaruhi oleh individu. Sedangkan lingkungan adalah segala sesuatu yang berasal dari luar diri individu dimana individu tersebut dapat membangun sebuah relasi, yaitu kelompok sosial seperti keluarga atau orang-orang yang bekerja bersamanya. Masing-masing individu terus berusaha menemukan kebutuhan dan tujuannya, dan pada waktu yang sama, individu juga merasakan tekanan dari lingkungannya. Penyesuaian diri membutuhkan keseimbangan antara usaha pemenuhan kebutuhan individu sebagai mahasiswa, yakni kebutuhan akan pendidikan dan lulus dengan IPK baik serta pemenuhan akan tuntutan dari lingkungan yakni lingkungan kampus, seperti penyelesaian tugas-tugas kuliah.

Sebagai individu, seorang mahasiswa akan mendapat tekanan dari lingkungannya, yakni lingkungan kampus. Tekanan-tekanan itu bersumber dari banyaknya tugas-tugas, cara mengajar dosen yang berbeda-beda, keaktifan dalam mencari informasi, khususnya sebagai mahasiswa perantau tentu harus


(15)

6

Universitas Kristen Maranatha menyesuaikan diri dengan pola hidup dan budaya dari masyarakat setempat yang berbeda dengan masyarakat di lingkungan tempat tinggal asalnya.

Mahasiswa perantau di Universitas Kristen Maranatha dituntut untuk tidak hanya dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan kampus seperti terhadap civitas akademika, dituntut untuk memperoleh prestasi yang memuaskan, perkembangan personal dalam hal kemandirian, berpandangan terbuka, tidak menstereotip dalam menilai seseorang, dan lebih bersikap toleran kepada orang lain, sebagai tanda keberhasilan mahasiswa dalam menjalani masa transisi yang dihadapinya.

Penyesuaian diri yang dilakukan oleh sebanyak 552 orang mahasiswa perantau angkatan 2009 di Universitas Kristen Maranatha ini merupakan penyesuaian dimana para mahasiswa tersebut memasuki lingkungan pendidikan yang lebih tinggi, yakni dari SMA ke Perguruan Tinggi (PT). Banyak hal baru yang akan dihadapi oleh mahasiswa perantau angkatan 2009 ketika mereka memasuki perguruan tinggi, antara lain perbedaan budaya dari kota asal mereka dengan budaya masyarakat di kota Bandung, adanya rasa kesepian karena harus tinggal jauh dari orangtua, perbedaan cuaca di tempat asal dengan di kota Bandung. Sehingga, mahasiswa perantau angkatan 2009 harus mulai dapat menyesuaikan diri, khususnya penyesuaian diri di perguruan tinggi (college adjustment).

Arkoff (1983) mengemukakan dua hal yang menjadi definisi dari college adjustment, yaitu: pertama, prestasi akademik (academic achievement). Mahasiswa yang mampu menyesuaikan diri adalah mahasiswa yang mampu memperoleh prestasi akademik dengan IPK 2,75 di kampus (berdasarkan


(16)

wawancara dengan KaBid Humas Universitas Kristen Maranatha), berhasil dalam berbagai mata pelajaran dan lulus dari program akademiknya. Sebaliknya, mahasiswa dikatakan tidak mampu melakukan penyesuaian diri di perguruan tinggi adalah mahasiswa yang mendapat prestasi akademik dengan IPK <2,75), mahasiswa yang gagal dalam mengikuti pelajaran. Seorang mahasiswa akan berusaha untuk memperoleh prestasi akademik yang baik di kampus. Untuk itu, mahasiswa akan berusaha belajar lebih banyak daripada mahasiswa lain, aktif dalam kelas, dan memahami materi yang diajarkan dosen. Dalam hal ini, diketahui bahwa ternyata cukup banyak diantara mahasiswa perantau angkatan 2009 di Universitas Kristen Maranatha yang masih memiliki IPK <2,75. Dari hasil wawancara, peneliti memperoleh data bahwa mereka masih mengalami kesulitan untuk menyesuaikan cara belajar yang harusnya lebih mandiri karena masih terbawa kebiasaan belajar seperti waktu di SMA. Bebasnya jam perkuliahan dan adanya jatah bolos, membuat para mahasiswa tersebut menjadi santai dalam belajar yang kemudian berdampak pada perolehan nilai mereka di kampus.

Kedua, pertumbuhan pribadi (personal growth). Seorang mahasiswa yang mampu memperoleh prestasi akademik juga belum sepenuhnya dapat dikatakan mampu menyesuaikan diri di perguruan tinggi, melainkan harus dibarengi dengan pertumbuhan dari dalam diri pribadi mahasiswa. Pertumbuhan tersebut mencakup perubahan non-intelektual dan pola pikir intelektual, yaitu perubahan dalam sikap dan nilai-nilai yang diyakini oleh mahasiswa tersebut. Sedangkan perubahan intelektual pada diri pribadi mahasiswa adalah perubahan dalam kemampuan


(17)

8

Universitas Kristen Maranatha berpikir kritis. Mahasiswa perantau angkatan 2009 di Universitas Kristen Maranatha, dapat dikatakan belum berusaha untuk berpikir kritis semaksimal mungkin karena banyak diantara mereka yang tidak mau bertanya walaupun mereka belum memahami materi yang diajarkan.

Pada saat seorang mahasiswa perantau angkatan 2009 di Universitas Kristen Maranatha memasuki lingkungan yang baru, mahasiswa tersebut masih merasa nyaman dengan kebiasaan lamanya dan membawanya ke lingkungan yang baru, misalnya kebiasaan untuk berbicara secara langsung mengenai kesukaan atau ke-tidak sukaan akan perilaku seseorang terhadapnya. Bagi mahasiswa perantau tersebut, mengkritik orang secara langsung lebih baik dan orang tersebut juga tidak akan merasa tersinggung, seperti orang-orang lain di kampung halamannya. Akan tetapi, ketika individu tersebut sudah mulai berinteraksi dengan warga masyarakat di tempat yang baru, dalam hal ini adalah masyarakat di sekitar kampus dan juga mahasiswa lainnya, maka sedikit demi sedikit mahasiswa itu sudah harus dapat memahami individu lain di sekitarnya, misalnya dengan tidak memberikan kritikan secara langsung. Selain itu tutur kata saat berbicara dengan orang lain juga sudah mulai berusaha menyesuaikan dengan siapa mahasiswa tersebut sedang berbicara. Sebagai seorang mahasiswa, mereka juga sudah dituntut untuk dapat lebih berpikir kritis dan mau terbuka terhadap hal-hal yang baru serta lebih berusaha untuk menemukan sendiri informasi-informasi dari lingkungan yang nantinya akan membantu mereka dalam mengembangkan pemahaman akan pelajaran di kampus serta meningkatkan pengetahuannya tentang dunia luar.


(18)

Pada saat individu menjadi seorang mahasiswa dan memasuki lingkungan yang baru, mereka dituntut untuk dapat berinteraksi satu dengan yang lainnya. Begitu pula dengan mahasiswa perantau angkatan 2009 di Universitas Kristen Maranatha Bandung. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menyesuaikan diri baik di lingkungan kampus maupun lingkungan di luar kampus merupakan lingkungan baru baginya.

Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui wawancara peneliti dengan Ketua Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha (2010), diperoleh data bahwa pada jurusan teknik sipil ini, hanya 19 orang mahasiswa perantau yang mampu memperoleh IPK >2,75 dari 57 orang jumlah total mahasiswanya. Menurut pengamatan beliau, hanya beberapa dari mahasiswa tersebut yang mau aktif di kelas dan bertanya apabila ada persoalan kuliah yang dianggap sulit. Jurusan sipil sendiri setiap tahunnya selalu membuat kegiatan yang membantu mahasiswa mereka, khususnya perantau dalam proses penyesuaian diri mereka di kampus dengan cara memberitahu cara beradaptasi dengan lingkungan kampus, mengulang mata pelajaran SMA di semester awal, menetapkan dosen wali untuk setiap mahasiswa. Namun, hal ini juga masih kurang memberikan hasil yang memuaskan karena saat pergantian semester, cukup banyak mahasiswa baru yang akhirnya memilih untuk pindah jurusan.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Sekretaris program studi Fakultas Kedokteran, diperoleh data bahwa 50% dari mahasiswa Fakultas Kedokteran adalah merupakan mahasiswa perantau dari luar Jawa Barat. Sebanyak 60% dari mahasiswa perantau ini menurut pengamatan beliau, mereka


(19)

10

Universitas Kristen Maranatha masih dapat bertahan dengan perkuliahannya. Mereka juga aktif dan mau bertanya apabila mereka menghadapi kesulitan di perkuliahan. Saat mahasiswa ini menghadapi maslaah, mereka boleh berdiskusi dengan tim monitoring, yakni tim yang memang sengaja dibentuk untuk membantu mahasiswa dalam masa transisinya di perkuliahan.

Ketua Jurusan Akuntansi, fakultas Ekonomi juga mengatakan bahwa sebagian besar mahasiswanya berada pada IPK <2,75 pada tahun-tahun pertama mahasiswa tersebut berada di Universitas Kristen Maranatha, dan perolehan IPK ini sangat sedikit sekali yang mengalami kenaikan pada semester-semester berkutnya. Para mahasiswa terlihat cukup aktif saat berada di kelas, mereka masih mau bertanya ketika mereka belum memahami materi yang diajarkan dosen. Sama seperti fakultas lainnya di Universitas Kristen Maranatha, pada Fakultas Ekonomi ini juga diberlakukan adanya dosen wali yang diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam perkuliahannya dan dalam penyesuaian diri mereka selama proses transisinya.

Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan peneliti terhadap 10 orang mahasiswa perantau angkatan 2009 yang diambil dari berbagai fakultas, diperoleh data sebagai berikut: terdapat sebanyak 3 orang mahasiswa perantau atau sebanyak 30% mengatakan bahwa mereka tidak terlalu memiliki masalah dengan penyesuaian diri mereka di kampus baik secara akademik maupun secara sosial. Menurut mereka, IPK yang diperoleh cukup sesuai dengan IPK ideal (>2,75) karena mereka juga mampu menikmati perubahan dalam belajar, dapat lebih bereksplorasi, dan lebih mandiri. Selain itu, pemberian tugas secara kelompok


(20)

cukup membantu mereka dalam melakukan penyesuaian diri untuk bersosialisasi dengan teman-teman yang lain, begitu juga dengan dosen pengajar yang menyampaikan materi dengan lebih antusias serta adanya handout lebih membantu mahasiswa perantau untuk dapat lebih mudah dalam memahami materi kuliah. Hal ini sangat berbeda dengan yang dialami oleh 7 orang mahasiswa perantau atau sebanyak 70% yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri di tahun pertama mereka kuliah. Sistem belajar yang lebih mandiri justru membuat mahasiswa perantau merasa lebih bebas, namun akhirnya berdampak pada penurunan nilai IPK yang mereka peroleh. Rata-rata IPK mahasiswa tersebut berada cukup jauh di bawah IPK ideal (<2,75). Mahasiswa perantau angkatan 2009 ini juga merasa bahwa dosen-dosen pengajar tidak terlalu membantu dalam proses penyesuaian diri mereka baik secara akademik maupun sosial.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kemampuan college adjustment pada mahasiswa perantau angkatan 2009 di Universitas Kristen Maranatha, Bandung.

1.2. Identifikasi Masalah

Peneliti ingin melihat kemampuan college adjustment pada mahasiswa perantau angkatan 2009 di Universitas Kristen Maranatha, khususnya pada mahasiswa perantau yang berasal dari luar Jawa Barat.


(21)

12

Universitas Kristen Maranatha

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai kemampuan college adjustment pada mahasiswa perantau angkatan 2009 di Universitas Kristen Maranatha, khususnya mahasiswa perantau yang berasal dari luar Jawa Barat.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai academic achievement dan personal growth pada mahasiswa perantau angkatan 2009 di Universitas Kristen Maranatha.

1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoritis

- Kegunaan teoritis dari penelitian ini adalah untuk dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi bidang psikologi, khususnya di bidang psikologi perkembangan serta memperdalam pemahaman tentang penyesuaian diri pada khususnya. Selain itu juga pada bidang psikologi pendidikan, untuk dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam pendidikan pada siswa yang melanjutkan ke perguruan tinggi, terutama dalam membantu proses transisi yang dialami mahasiswa pada saat awal memasuki perguruan tinggi.


(22)

- Untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut terhadap masalah penyesuaian diri, sehingga nantinya dapat menjadi sumbangan yang bermanfaat bagi pihak universitas dan masyarakat umum.

1.4.2. Kegunaan Praktis

- Bagi pihak fakultas, agar dapat memantau perkembangan mahasiswa terutama mahasiswa perantau melalui dosen wali setiap mahasiswa tersebut. Sehingga, apabila ada mahasiswa perantau yang mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri, dapat lebih mudah dideteksi dan diarahkan untuk membantu mereka agar dapat melakukan penyesuaian diri dengan lebih baik.

- Memberikan tambahan informasi bagi para dosen yang terlibat dalam kegiatan pendidikan pada mahasiswa, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam membimbing dan mendidik perilaku mahasiswa yang dapat dipahami sebagai bagian dari proses penyesuaian diri pada mahasiswa baru.

- Bagi mahasiswa perantau angkatan 2009 yang berasal dari luar Jawa Barat di Universitas Kristen Maranatha, yang masih berada pada masa transisi agar dapat menyesuaikan diri di lingkungan kampus maupun di luar kampus melalui upaya perolehan prestasi akademik dan pertumbuhan pribadi yang baik.


(23)

14

Universitas Kristen Maranatha

1.5. Kerangka Pemikiran

Mahasiswa baru biasanya berusia antara 18 sampai 22 tahun yang masih termasuk dalam kategori remaja akhir (Santrock, 2003) dan akan menuju dewasa awal, sehingga mereka diharapkan dapat bertingkah laku secara lebih dewasa dan dapat bertanggung jawab atas tindakan atau tingkah laku yang ditampilkannya.

Seperti halnya transisi dari Sekolah Dasar menuju sekolah menengah atau sekolah lanjutan tingkat pertama yang meliputi banyak transisi dan tekanan, hal yang sama juga terjadi pada masa transisi dari sekolah lanjutan tingkat atas menuju perguruan tinggi (Rice, 1993; Takahashi & Majima, 1992 dalam Santrock, 2003). Misalnya, bila dibandingkan dengan semasa Sekolah Dasar, mahasiswa perantau jauh lebih mampu memikirkan suatu hipotesis (hal-hal yang belum terjadi namun mungkin saja terjadi) dan berpikir lebih baik tentang konsep-konsep abstrak, seperti persahabatan, demokrasi atau moralitas.

Mahasiswa perantau angkatan 2009 akan menghadapi perbedaan-perbedaan dalam lingkungan akademik dan sosial yang berbeda dengan sekolah ketika masuk perguruan tinggi. Dalam lingkungan akademik, mahasiswa perantau angkatan 2009 dihadapkan dengan sistem pengajaran dan cara pengajaran yang berbeda. Sementara dalam lingkungan sosial, mahasiswa perantau angkatan 2009 dihadapkan dengan mahasiswa lainnya, dosen, dan staf karyawan dengan keberagaman di bidang sosial, ekonomi maupun budaya. Selain itu, mahasiswa juga dihadapkan dengan peraturan-peraturan kampus yang tentunya berbeda dengan yang dihadapi ketika ia duduk di sekolah menengah atas (Belle & Paul, 1989; Upcraft & Gardner, 1989 dalam Santrock, 2002).


(24)

Perubahan atau transisi yang terjadi pada mahasiswa perantau selaku remaja yang harus meninggalkan kampung halamannya untuk menuntut ilmu yang berguna bagi kehidupannya kelak, menuntut mereka untuk memiliki kemandirian dan tanggung jawab yang lebih besar atas dirinya. Pada saat seorang mahasiswa pergi jauh dari kampung halamannya, secara otomatis mereka harus dapat mengatur dirinya sendiri, mampu membuat keputusan sendiri, belajar memenuhi kebutuhannya sendiri. Selain itu, dari segi pendidikan, sama seperti mahasiswa lainnya, mahasiswa perantau ini akan mengalami transisi dari cara belajar ketika di Sekolah Menengah Atas dengan di Perguruan Tinggi.

Transisi dari Sekolah Menengah Atas menuju perguruan tinggi melibatkan suatu perpindahan menuju struktur sekolah yang lebih besar, hubungan interpersonal yang lebih luas dimana interaksinya adalah interaksi teman sebaya yang lebih beragam latar belakang geografisnya dan juga kadang beragam latar belakang etnisnya, serta bertambahnya tekanan untuk mencapai prestasi, unjuk kerja, dan nilai-nilai ujian yang baik. Mahasiswa perantau juga mulai membentuk pandangan sosial dengan mempertimbangkan nilai-nilai yang terdapat di lingkungannya. Keterlibatan remaja dalam peran orang dewasa di masyarakat dan negara juga sudah mulai dibina, misalnya mahasiswa perantau mulai diperbolehkan untuk ikut serta dalam pemilihan umum. Pada masa ini, banyak remaja yang mulai berpikir kritis atau mempertanyakan etika dan lingkungannya.

Saat seorang mahasiswa perantau angkatan 2009 di Univeristas Kristen Maranatha harus menjalani masa transisi ini, mahasiswa perantau angkatan 2009 membutuhkan kemampuan dalam menyesuaikan diri yang baik karena hal ini


(25)

16

Universitas Kristen Maranatha akan sangat mempengaruhi mahasiswa perantau angkatan 2009 saat menjalani kesehariannya di kampus dan juga dalam menghadapi tahap perkembangan mereka selanjutnya menuju dewasa awal kelak. Perubahan ini juga menuntut mahasiswa perantau angkatan 2009 untuk dapat membuat keputusan yang terbaik bagi dirinya karena sudah dapat lebih mandiri, walaupun dalam segi ekonomi masih dalam tanggungan orangtua.

Arkoff (1983), mengungkapkan pengertian penyesuaian diri sebagai suatu interaksi individu dengan lingkungannya. Setiap individu akan mempengaruhi lingkungannya dan sebaliknya. Selain itu, lingkungan juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari luar individu saat mahasiswa perantau angkatan 2009 ini membangun relasi yaitu kelompok sosial seperti keluarga atau orang-orang yang bekerja bersamanya.

Setiap individu terus berusaha untuk menemukan kebutuhan demi mencapai tujuannya, dan pada waktu yang sama individu juga merasakan tekanan dari lingkungannya. Individu yang berusaha memenuhi kebutuhan demi mencapai tujuan tersebut tanpa mengabaikan tekanan dari lingkungan akan melakukan suatu proses yang disebut penyesuaian diri. Penyesuaian diri membutuhkan kerjasama dan perdamaian antara kebutuhan dan tujuan dari individu dengan tuntutan dari lingkungan.

Salah satu lingkungan tempat individu perlu melakukan penyesuaian diri adalah di lingkungan perguruan tinggi. Penyesuaian dalam lingkungan perguruan tinggi ini disebut juga dengan college adjustment (Arkoff, 1983). College adjustment sendiri dapat didefinisikan melalui dua hal, yakni college adjustment


(26)

sebagai pencapaian prestasi akademik (academic achievement) dan college adjustment sebagai pertumbuhan pribadi (personal growth).

Mampu atau tidaknya seorang mahasiswa perantau melakukan college adjustment dilihat melalui perolehan prestasi akademik (academic achievement), maksudnya adalah bahwa seorang mahasiswa dikatakan mampu menyesuaikan diri apabila mahasiswa tersebut dapat memenuhi tuntutan kuliah berupa tugas, pemahaman akan materi yang baik serta mencapai kelulusan tepat waktu dengan hasil yang memuaskan atau IPK >2,75. Pada kenyataannya, mahasiswa perantau angkatan 2009 di Universitas Kristen Maranatha cukup banyak yang memperoleh IPK awal mereka <2,75.

Prestasi akademik (academic achievement), dapat dilihat melalui faktor-faktor prestasi masa lampau (past achievement), kemampuan (ability), motivasional (motivational), kepribadian (personality), belajar (study), pengajar (teaching). Prestasi akademik mahasiswa perantau angkatan 2009 dapat dilihat melalui prestasi mahasiswa tersebut dimasa lampau (past achievement factor). Mahasiswa yang memiliki prestasi akademik yang baik di masa sekolah menengah akan terus mendapat prestasi yang baik semasa di perguruan tinggi (Garret,1949; Levin, 1965; Stein, 1963 dalam Arkoff, 1983). Siswa yang sejak duduk di bangku SD, SMP, dan SMA, selalu berprestasi dengan mendapat nilai ujian yang bagus, cenderung berupaya untuk mendapat prestasi yang bagus pula ketika mereka berada di perguruan tinggi.

Faktor ability, mengacu pada kapasitas kecepatan seorang mahasiswa dalam memahami materi pelajaran. Seorang mahasiswa yang merantau di


(27)

18

Universitas Kristen Maranatha Universitas Kristen Maranatha akan melewati proses seleksi sebelum diterima menjadi mahasiswa di Universitas Kristen Maranatha. Namun ketika mereka berhasil melewati proses seleksi tersebut, dan berhasil untuk dapat lulus tepat waktu tanpa adanya pengulangan mata kuliah serta memperoleh IPK cumlaude. Dengan kata lain, mahasiswa perantau angkatan 2009 ini dianggap sebagai mahasiswa yang memiliki potensi di atas rata-rata.

Faktor motivasional (motivational factor). McClelland (1958, dalam Arkoff 1983) menyatakan bahwa, mahasiswa dengan kebutuhan berprestasi tinggi cenderung untuk lebih sukses daripada mahasiswa yang memiliki kebutuhan berprestasi yang rendah. Mahasiswa yang memiliki kebutuhan berprestasi tinggi akan teratur dalam kehadirannya di kelas dan aktif dalam diskusi kelas (Knaak, 1957 dalam Arkoff,1983). Dengan kata lain, dalam usaha mencapai prestasi yang tinggi tersebut, mahasiswa juga akan cenderung memunculkan tingkah laku yang mengarah kepada usaha untuk mencapai prestasi tersebut. Adanya jatah absen dan dispensasi waktu keterlambatan untuk masuk kelas dalam perkuliahan ternyata cukup dimanfaatkan para mahasiswa perantau angkatan 2009. Mereka mengatakan bahwa pada awal perkuliahan, mereka merasa senang memiliki jatah absen tersebut dan memanfaatkannya bersama teman-teman yang lain.

Faktor kepribadian (personality factor) juga merupakan bagian dari faktor internal dalam diri mahasiswa. Lavin (1965, dalam Arkoff, 1983) mengemukakan bukti tentang hubungan antara faktor kepribadian dan prestasi akademik. Siswa yang ingin berprestasi memiliki faktor kepribadian dalam dirinya, seperti motivasi


(28)

berprestasi, kematangan sosial, stabilitas emosi, gaya kognitif dan intelektual, kebutuhan afiliasi yang rendah, dan taat di dalam kelas.

Selain itu, mahasiswa juga memiliki faktor belajar (study factor) sebagai faktor internal lain yang membantu proses penyesuaian mereka. Seorang mahasiswa yang berprestasi tentunya memiliki kebiasaan belajar yang aktif dalam hal mencari materi pelajaran (Robinson, 1961 dalam Arkoff, 1983), memiliki jadwal belajar, suka menyicil materi pelajaran, memiliki tempat belajar yang nyamandan mampu menjadi pembaca yang baik (Bird&Bird, 1945 dalam Arkoff, 1983). Mahasiswa perantau angkatan 2009 di Universitas Kristen Maranatha kebanyakan lebih berpatokan kepada diktat yang diberikan dosen sebagai bahan pembelajaran mereka. Menurut mereka, diktat itu sendiri sudah cukup membantu dalam memahami materi yang diajarkan, kecuali tugas makalah, barulah mereka akan mencari referensi dari buku lain atau internet.

Usaha mencapai prestasi yang bagus sebagai salah satu bentuk mampu atau tidaknya mahasiswa melakukan penyesuaian diri di perguruan tinggi, juga membutuhkan dosen atau pengajar (teaching factor). Seorang dosen yang berkualitas akan membantu mahasiswa untuk dapat berprestasi. Dosen yang berkualitas, dalam hal ini mengacu pada dosen yang memiliki salah satu dari lima kriteria dosen berkualitas menurut Buxton (1956, dalam Arkoff, 1983). Kelima kriteria tersebut adalah adil dalam memberikan tugas dan nilai, berkompeten dalam bidangnya, bersemangat ketika mengajar, memiliki empati, dan berjiwa pemimpin. Saat cara pengajaran seorang dosen itu dapat diterima oleh mahasiswa, maka dengan sendirinya mahasiswa akan senang mengikuti pelajaran di kelas dan


(29)

20

Universitas Kristen Maranatha lebih mudah dalam menyesuaikan diri, baik di dalam kelas maupun di luar kelas (Arkoff, 1983).

Selain academic achievement, kemampuan mahasiswa dalam melakukan college adjustment juga dilihat melalui personal growth, maksudnya adalah keadaan tatkala seorang mahasiswa mampu berpikir kritis terhadap suatu hal, mampu mendefinisikan masalah, mengasumsikan sampai menarik suatu keputusan yang tepat untuk penyelesaian masalahnya serta mau terbuka terhadap hal yang baru dan menghormati orang lain yang berbeda dengan mahasiswa tersebut. Ada 2 hal yang mempengaruhi personal growth mahasiswa, yaitu perubahan dalam segi intelektual (intellectual change) dan (other changes).

Mahasiswa dikatakan mengalami perubahan dalam segi intelektual (intellectual changes), melalui kemampuan mereka untuk dapat berpikir secara kritis, mampu menganalisis suatu masalah, mengenali asumsi-asumsi yang rumit serta menemukan informasi yang berhubungan, dan akhirnya mampu membuat kesimpulan sementara yang sesuai sekaligus memberikan gambaran konklusi yang benar (Lehmann & Dressel, 1963 dalam Arkoff, 1983). Hal ini sesuai dengan tahap perkembangan Piaget, dimana mahasiswa merupakan remaja akhir yang berada pada tahap pemikiran formal operasional. Sehingga memiliki kemampuan berpikir secara abstrak dan hipotesis.

Sementara dalam segi non-intelektualnya (other changes), ketika menjadi mahasiswa, setiap orang akan mengalami perubahan dimana mereka menjadi lebih independen dan otonomi, pikiran mereka lebih terbuka dan reseptif terhadap gagasan baru, mereka menghargai orang-orang yang berwenang, mereka terbuka


(30)

dan mau menghormati orang yang berbeda etnis, dalam menilai seseorang yang tentunya berbeda dengan dirinya di dalam kampus, serta menghormati hak orang lain.

Pada saat seorang mahasiswa mampu memperoleh prestasi akademik yang baik dan disertai pula dengan pertumbuhan pribadi yang baik, maka pada saat itulah seorang mahasiswa dikatakan mampu menyesuaikan diri di perguruan tinggi. Sebaliknya, apabila perolehan prestasi akademiknya rendah atau kurang baik dan pertumbuhan pribadi yang dialami mahasiswa tersebut juga kurang baik, pada saat itulah mahasiswa tersebut dikatakan kurang bahkan tidak mampu menyesuaikan diri di perguruan tinggi.


(31)

22

Universitas Kristen Maranatha

Bagan 1.1. Kerangka Pemikiran

Lingkungan akademik dan lingkungan sosial yang berbeda

Mahasiswa perantau angkatan 2009 yang berasal dari luar Jawa Barat di Universitas Kristen Maranatha

College adjustment

Aspek college adjustment:

1. Prestasi akademik (academic achievement): - Past achievement

- Ability - Motivational - Personality - Study - Teaching

2. Pertumbuhan pribadi (personal growth): - Intellectual

- Other changes

Mampu Tidak mampu


(32)

1.6. Asumsi

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat diturunkan asumsi sebagai berikut:

1. Mahasiswa perantau angkatan 2009 di Universitas Kristen Maranatha memiliki kemampuan college adjustment yang berbeda-beda.

2. Mahasiswa perantau angkatan 2009 di Universitas Kristen Maranatha yang memiliki academic achievement dan personal growth yang tinggi dianggap mampu melakukan college adjustment, dimana academic achievement dapat dilihat melalui prediktor past achievement, ability, motivational,personality, study, dan teaching. Sedangkan personal growth dapat dilihat melalui prediktor intellectual change dan other changes.

3. Mahasiswa perantau angkatan 2009 di Universitas Kristen Maranatha yang memiliki academic achievement dan personal growth yang rendah dianggap tidak mampu melakukan college adjustment.


(33)

79 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN dan SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat sebanyak 46% mahasiswa perantau angkatan 2009 di Universitas Kristen Maranatha yang mampu melakukan college adjustment dan sebanyak 54% mahasiswa perantau angkatan 2009 di Universitas Kristen Maranatha yang tidak mampu melakukan college adjustment.

2. Aspek college adjustment yang lebih berkaitan pada kemampuan college adjustment mahasiswa perantau angkatan 2009 di Universitas Kristen Maranatha adalah academic achievement dibandingkan aspek personal growth.

3. Prediktor yang lebih berkaitan dalam memprediksi mampu atau tidaknya mahasiswa perantau angkatan 2009 di Universitas Kristen Maranatha dalam melakukan college adjustment adalah prediktor study.


(34)

5.2. Saran

5.2.1. Saran Teoritis

1. Saran Bagi Bidang Psikologi Pendidikan terutama terhadap mahasiswa baru, agar memberikan pengarahan dan gambaran mengenai lingkungan perguruan tinggi dan materi-materi pembelajaran yang akan diterima mahasiswa, sehingga para mahasiswa akan lebih mudah untuk dapat melakukan penyesuaian diri mereka dengan situasi pembelajaran yang baru.

2. Saran bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini belum memiliki data penunjang, maka diharapkan untuk penelitian selanjutnya agar dapat menggunakan data-data yang lain sebagai data penunjang, seperti: IPK yang dapat diperoleh dari data pribadi pada kuesioner, Tingkat IQ yang diperoleh melalui dosen wali, daftar hadir yang diperoleh dari fakultas, jadwal belajar harian mahasiswa yang diperoleh dari mahasiswa yang bersangkutan, serta memperjelas pengajar yang dimaksud agar para mahasiswa yang menjadi responden dapat lebih jelas dalam memberikan penilaian dan pendapatnya. Selain itu, sebaiknya dilakukan penelitian kepada populasi yang lebih spesifik, seperti perjurusan dan per-mata kuliah.

5.2.2. Saran Praktis

1. Bagi pihak Universitas Kristen Maranatha, agar mengadakan pengenalan terlebih dahulu kepada calon mahasiswa tentang gambaran materi perkuliahan yang nantinya akan ditemui siswa ketika mereka memasuki


(35)

81

Universitas Kristen Maranatha suatu fakultas/jurusan di universitas, sehingga diharapkan para mahasiswa baru juga akan lebih mudah dalam melakukan college adjustment.

2. Bagi para dosen wali yang terlibat dalam kegiatan pendidikan mahasiswa, agar dapat melibatkan mahasiswa dalam pengambilan keputusan terhadap kegiatan dalam perkuliahan. Hal ini dimaksudkan agar mahasiswa dapat lebih menerima dan mudah memahami materi pelajaran yang diberikan. 3. Bagi mahasiswa perantau, khususnya angkatan 2009 yang berasal dari luar

Jawa Barat, melalui pihak universitas yang melakukan pengenalan kampus di daerah-daerah tempat asal mahasiswa tersebut, agar melakukan pengenalan terlebih dahulu kepada calon mahasiswa tersebut tentang situasi Jawa Barat khususnya kota Bandung mulai dari keadaan masyarakat sekitar sampai pada lingkungan kampus Maranatha sendiri.


(36)

Arkoff, Abe. 1968. Adjustment and Mental Health. New York: McGraw-Hill.

Bootzin, Richard R., Elizabeth F. Loftus, Robert B. Zayonc, dan Elisabeth Hall. 1983. Psychology Today. New York: Random House.

Christensen, Larry B. 1997. Experimental Methodology. United States of America: Allyn and Bacon.

Freidenberg, Lisa. 1995. Psychological testing: design, analysis, and use. Massachussets: Allyn and Bacon.

Guilford, J.P. 1973. Fundamental Statistics in Psychological and Education Fift Edition. Tokyo: Kojakusa Ltd.

Hurlock, Elizabeth. 1980. Developmental Psychology: A Life Span Approach. Edisi kelima. New Delhi: Tata McGraw Hill Publishing Company Limited.

Purwadarminta, WJS. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Rice, Philip F. 1990. The Adolescent: Development, Relationships, and Culture. 6thed. Boston: Allyn and Bacon.

.1998. The Adolescent: Development, Relationships, and Culture. 9thed. USA: Allyn and Bacon.

Santrock, John W. 1986. Life Span Development 2nd ed. Dubuqu: Brown Publisher.


(37)

83

. 2002. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5, Jilid II. Jakarta: Erlangga.

. 2003. Adolescence. Jakarta: Erlangga.

Sarwono, Sarlito W. 1978. Perbedaan antara Pemimpin dan Aktivis dalam Gerakan Protes Mahasiswa. Jakarta: Bulan Bintang.

Steinberg, Laurence. 1993. The Psychology of Adolescent. Singapore: McGraw-Hill, Co.

. 2002. Adolescence, 6thEdition. USA: McGraw-Hill.

Soentoro, Ali Idris. 2003. Cara Mudah Belajar Metodologi Penelitian Bisnis. Depok: CV. Taramedia.


(38)

Yenny. 2008. Suatu Penelitian Mengenai Penyesuaian Diri pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Unpad Angkatan 2008 Terhadap Lingkungan Kampus. Skripsi. Jatinangor: Fakultas Psikologi, Universitas Padjajaran.

Ardani, Wulan. 1997. Suatu Penelitian Mengenai Kemampuan Penyesuaian Diri Mahasiswa Perantau Universitas Indonesia yang Memiliki Prestasi Akademis Tinggi dan Rendah. Skripsi. Jakarta: Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia.

Sarandria. 2008. Penyesuaian Sosial Di Lingkungan Kampus Pada Mahasiswa Baru Perantau Di Unpad Yang Mengalami Culture Shock. Skripsi. Jatinangor: Fakultas Psikologi, Universitas Padjajaran.

http://ujiannasional.org/pentingnya-akreditasi-bagi-mahasiswa.htm

Rahardian, Didit. 24 April 2009. Anak Tidak Tahu Dirugi. (Online), ((http://mbahdiddo.blogspot.com/2009/04/in-de-kost-zijn-terminologi-yang-salah.html)


(1)

79 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN dan SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat sebanyak 46% mahasiswa perantau angkatan 2009 di Universitas Kristen Maranatha yang mampu melakukan college adjustment dan sebanyak 54% mahasiswa perantau angkatan 2009 di Universitas Kristen Maranatha yang tidak mampu melakukan college adjustment.

2. Aspek college adjustment yang lebih berkaitan pada kemampuan college

adjustment mahasiswa perantau angkatan 2009 di Universitas Kristen

Maranatha adalah academic achievement dibandingkan aspek personal

growth.

3. Prediktor yang lebih berkaitan dalam memprediksi mampu atau tidaknya mahasiswa perantau angkatan 2009 di Universitas Kristen Maranatha dalam melakukan college adjustment adalah prediktor study.


(2)

80

Universitas Kristen Maranatha 5.2. Saran

5.2.1. Saran Teoritis

1. Saran Bagi Bidang Psikologi Pendidikan terutama terhadap mahasiswa baru, agar memberikan pengarahan dan gambaran mengenai lingkungan perguruan tinggi dan materi-materi pembelajaran yang akan diterima mahasiswa, sehingga para mahasiswa akan lebih mudah untuk dapat melakukan penyesuaian diri mereka dengan situasi pembelajaran yang baru.

2. Saran bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini belum memiliki data penunjang, maka diharapkan untuk penelitian selanjutnya agar dapat menggunakan data-data yang lain sebagai data penunjang, seperti: IPK yang dapat diperoleh dari data pribadi pada kuesioner, Tingkat IQ yang diperoleh melalui dosen wali, daftar hadir yang diperoleh dari fakultas, jadwal belajar harian mahasiswa yang diperoleh dari mahasiswa yang bersangkutan, serta memperjelas pengajar yang dimaksud agar para mahasiswa yang menjadi responden dapat lebih jelas dalam memberikan penilaian dan pendapatnya. Selain itu, sebaiknya dilakukan penelitian kepada populasi yang lebih spesifik, seperti perjurusan dan per-mata kuliah.

5.2.2. Saran Praktis

1. Bagi pihak Universitas Kristen Maranatha, agar mengadakan pengenalan terlebih dahulu kepada calon mahasiswa tentang gambaran materi perkuliahan yang nantinya akan ditemui siswa ketika mereka memasuki


(3)

81

Universitas Kristen Maranatha suatu fakultas/jurusan di universitas, sehingga diharapkan para mahasiswa baru juga akan lebih mudah dalam melakukan college adjustment.

2. Bagi para dosen wali yang terlibat dalam kegiatan pendidikan mahasiswa, agar dapat melibatkan mahasiswa dalam pengambilan keputusan terhadap kegiatan dalam perkuliahan. Hal ini dimaksudkan agar mahasiswa dapat lebih menerima dan mudah memahami materi pelajaran yang diberikan. 3. Bagi mahasiswa perantau, khususnya angkatan 2009 yang berasal dari luar

Jawa Barat, melalui pihak universitas yang melakukan pengenalan kampus di daerah-daerah tempat asal mahasiswa tersebut, agar melakukan pengenalan terlebih dahulu kepada calon mahasiswa tersebut tentang situasi Jawa Barat khususnya kota Bandung mulai dari keadaan masyarakat sekitar sampai pada lingkungan kampus Maranatha sendiri.


(4)

82

DAFTAR PUSTAKA

Arkoff, Abe. 1968. Adjustment and Mental Health. New York: McGraw-Hill.

Bootzin, Richard R., Elizabeth F. Loftus, Robert B. Zayonc, dan Elisabeth Hall. 1983. Psychology Today. New York: Random House.

Christensen, Larry B. 1997. Experimental Methodology. United States of America: Allyn and Bacon.

Freidenberg, Lisa. 1995. Psychological testing: design, analysis, and use. Massachussets: Allyn and Bacon.

Guilford, J.P. 1973. Fundamental Statistics in Psychological and Education Fift

Edition. Tokyo: Kojakusa Ltd.

Hurlock, Elizabeth. 1980. Developmental Psychology: A Life Span Approach. Edisi kelima. New Delhi: Tata McGraw Hill Publishing Company Limited.

Purwadarminta, WJS. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Rice, Philip F. 1990. The Adolescent: Development, Relationships, and Culture. 6thed. Boston: Allyn and Bacon.

.1998. The Adolescent: Development, Relationships, and Culture. 9thed. USA: Allyn and Bacon.

Santrock, John W. 1986. Life Span Development 2nd ed. Dubuqu: Brown Publisher.


(5)

83

. 2002. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup,

Edisi 5, Jilid II. Jakarta: Erlangga.

. 2003. Adolescence. Jakarta: Erlangga.

Sarwono, Sarlito W. 1978. Perbedaan antara Pemimpin dan Aktivis dalam

Gerakan Protes Mahasiswa. Jakarta: Bulan Bintang.

Steinberg, Laurence. 1993. The Psychology of Adolescent. Singapore: McGraw-Hill, Co.

. 2002. Adolescence, 6thEdition. USA: McGraw-Hill.

Soentoro, Ali Idris. 2003. Cara Mudah Belajar Metodologi Penelitian Bisnis. Depok: CV. Taramedia.


(6)

84

DAFTAR RUJUKAN

Yenny. 2008. Suatu Penelitian Mengenai Penyesuaian Diri pada Mahasiswa

Fakultas Psikologi Unpad Angkatan 2008 Terhadap Lingkungan Kampus.

Skripsi. Jatinangor: Fakultas Psikologi, Universitas Padjajaran.

Ardani, Wulan. 1997. Suatu Penelitian Mengenai Kemampuan Penyesuaian Diri

Mahasiswa Perantau Universitas Indonesia yang Memiliki Prestasi Akademis Tinggi dan Rendah. Skripsi. Jakarta: Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia.

Sarandria. 2008. Penyesuaian Sosial Di Lingkungan Kampus Pada Mahasiswa

Baru Perantau Di Unpad Yang Mengalami Culture Shock. Skripsi.

Jatinangor: Fakultas Psikologi, Universitas Padjajaran.

http://ujiannasional.org/pentingnya-akreditasi-bagi-mahasiswa.htm

Rahardian, Didit. 24 April 2009. Anak Tidak Tahu Dirugi. (Online), ((http://mbahdiddo.blogspot.com/2009/04/in-de-kost-zijn-terminologi-yang-salah.html)