Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Seksual pada Remaja PSK di Palangkaraya T1 462011090 BAB IV

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Setting Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum

Kota Palangkaraya merupakan ibu Kota Provinsi Kalimantan Tengah. Berdasarkan hasil sensus penduduk Indonesia tahun 2010, Kota Palangkaraya dikenal dengan Palangkaraja (1957-1972). Kota ini memiliki luas wilayah 2.400 km² dan berpenduduk sebanyak 220.962 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata 92.067 jiwa tiap km²). Sebelum otonomi daerah pada tahun 2001, Kota Palangkaraya hanya memiliki 2 kecamatan, yaitu Pahandut dan Bukit Batu. Kini secara administratif, Kota Palangkaraya terdiri atas 5 kecamatan, yakni Pahandut, Jekan Raya, Bukit Batu, Sebangau, dan Rakumpi (T.T Suan, 2013).

Berdasarkan UU Darurat No. 10/1957 tentang Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat I Kalimantan Tengah, Kota ini dibangun pada tahun 1957 dari hutan belantara yang dibuka melalui Desa Pahandut di tepi Sungai Kahayan. Palangkaraya merupakan Kota dengan luas wilayah terbesar di Indonesia. Kota Palangkaraya merupakan kota besar yang tentu mempunyai gaya hidup yang


(2)

tidak kalah dengan gaya hidup Ibu Kota Jakarta maupun kota besar lainnya yang ada di Indonesia. Hal ini membuat masyakarakat berlomba-lomba untuk saling memamerkan harta dan kekayaan yang dimiliki.

Kota Palangkaraya dikenal sebagai penduduk Kota yang selalu mengikuti gaya hidup trend masa kini. Hal ini mempengaruhi pola pikir dan pergaulan yang terjadi pada remaja ingin mengikuti trend masa kini yang tidak sesuai dengan pendapatan orang tua. Para remaja kemudian memilih bekerja sebagai Pekerja Seks Komersial hanya untuk membeli handphone keluaran terbaru, baju serta barang apaupun yang mereka inginkan.

Sayangnya sejauh penelusuran peneliti, tidak ada data sistematis baik dari Dinkes (Dinas kesehatan), puskesmas setempat ataupun data statistik daerah Kota Palangkaraya secara menyeluruh mengenai jumlah remaja yang bekerja sebagai PSK di Kota Palangkaraya. Hal ini dikarenakan remaja PSK tidak hanya berada di tempat lokalisasi, banyak remaja PSK yang berstatus pelajar dan mahasiswa. Hanya ada data dari partisipan yang mengatakan jumlah PSK yang berasal dari mucikari tempat dimana dirinya bekerja adalah sebanyak 50 orang PSK remaja.


(3)

4.2 Proses Pelaksanaan Penelitian

4.2.1 Persiapan Penelitian

Pada tanggal 22 Juni 2015, peneliti melakukan survey pada partisipan. Peneliti mendatangai SMP X dan kemudian mencari informasi kepada guru-guru sekitar. Peneliti melakukan wawancara dengan guru yang menangani kasus Pekerja Seks Komersial di SMP X, guru tersebut lalu memberikan biodata calon partisipan kepada peneliti. Peneliti pun segera menghubungi calon partisipan.

Pada tanggal 23 Juni 2015 peneliti menghubungi an.E sebagai riset partisipan yang pertama. Saat bertemu pertama kali an.E tampak pemalu dan tidak banyak bicara ketika peneliti berusaha mendekatinya. Di hari berikutnya peneliti bertemu kembali dengan an.E untuk meminta kesediaan an.E terlibat menjadi riset partisipan dengan tidak ada unsur paksaan. Kemudian peneliti mencoba mencari informasi tentang remaja yang berprofesi sama melalui an.E. an.E memberikan 2 nomor Handphone kontak temannya yang bisa dihubungi sebagai calon partisipan.

Pada tanggal 25 Juni 2015, peneliti bertemu dengan an.E yang membawa kedua temannya setelah sebelumnya membuat janji dengan peneliti. An.E sudah menjelaskan kepada temannya tentang maksud peneliti untuk mewawancarai sebagai riset partisipan dalam penelitian. An.T dan an.A juga menanyakan


(4)

beberapa hal mengenai kerahasiaan identitas mereka dalam penelitian ini. Peneliti pun menjelaskan maksud dan tujuan penelitian (Informed Consent). An.T dan an.A pun setuju menjadi riset partisipan dan sudah masuk kritreria partisipan. Peneliti pun melakukan BHSP (Bina Hubungan Saling Percaya) kepada ketiga partisipan tersebut dan sering bertemu hingga pada akhirnya melakukan wawancara. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 28 Juni 2015-15 Juli 2015.

4.2.2 Pelaksanaan Penelitian

1. Partisipan 01

Pada tanggal 28 juni 2015 pukul 09.00 WIB peneliti melakukan wawancara dengan partisipan 1 yaitu an.E di rumahnya. Peneliti sebelumnya sudah melakukan BHSP (Bina Hubungan Saling Percaya) terhadap RP01. Peneliti dan RP01 sering bertemu, jalan-jalan bahkan RP01 sering datang bertamu di rumah peneliti. RP01 awalnya pemalu tetapi setelah banyak mengobrol, RP01 pun terbuka dengan peneliti dan sering curhat. Sejak teman-temannya di sekolah tahu bahwa RP01 adalah PSK, RP01 tidak mempunyai teman. RP01 pun sering bertemu dengan peneliti dan menganggap peneliti seperti temannya sendiri. Selama BHSP peneliti menjelaskan tentang tujuan peneliti melakukan wawancara pada RP01.


(5)

Pada awalnya RP01 tidak mengerti dan bingung dengan tujuan penelitian yang dilakukan peneliti, namun setelah dijelaskan secara rinci RP01 pun mengerti dan menandatangani informed consent yang telah peneliti berikan. Peneliti membuat janji pada an.E untuk melakukan wawancara. Wawancara dilakukan pada saat libur semester sekolah dan orang tua dari RP01 sedang pergi bekerja, hanya ada adik laki-laki yang baru berusia 3 tahun. Wawancara dilakukan selama 35 menit.

2. Partisipan 02

Pada tanggal 02 Juli 2015 pukul 15.30 WIB, peneliti melakukan wawancara dengan partisipan 02. Sebelumnya peneliti sudah melakukan BHSP (Bina Hubungan Saling Percaya) terhadap RP02, peneliti sering bertemu dengan RP02 karena rumah RP02 hanya beda beberapa gang dengan peneliti. Pada awalnya memang sulit melakukan BHSP pada RP02 dikarenakan RP02 memiliki sifat pendiam dan tidak banyak bicara, namun setelah peneliti terus mendekati RP02, mengajak RP02 jalan dan bertemu dengan teman-teman peneliti, akhirnya RP02 pun merasa nyaman dan banyak bicara. RP02 awalnya banyak bertanya tentang penelitian, peneliti pun menjelaskan secara rinci dan RP02 pun terlihat tertarik. RP02 pun menandatangani informed consent, wawancara dilakukan di rumah RP02.


(6)

Pada saat itu orang tua RP02 sedang pergi menjenguk nenek RP02 yang sedang dirawat di rumah sakit, hanya ada RP02 bersama pembantunya. Wawancara dilakukan di kamar RP02 selama 40 menit.

3. Partisipan 3

Pada tanggal 10 Juli 2015 pukul 20.00 WIB, peneliti melakukan wawancara dengan partisipan 03, sebelumnya peneliti sudah melakukan BHSP (Bina Hubungan Saling Percaya) terhadap RP03, tidak sulit melakukan BHSP terhadap RP03, RP03 anak yang ramah dan banyak bicara. RP03 selalu bercerita kepada peneliti tentang bagaimana kegiatan dia di sekolah, pacar hingga teman-temannya. RP03 adalah anak yang rajin, ketika peneliti menjemput ke rumahnya, RP03 sedang mengerjakan pekerjaan seperti menyapu dan mencuci piring.

Pada saat wawancara dilakukan, bibi dan kedua sepupu RP03 sedang berada di rumah. Ketika peneliti datang, bibi RP03 menyapa dengan baik dan mempersilahkan peneliti masuk ke dalam rumah. Wawancara pun dilakukan di kamar RP03. RP03 pun menandatangani informed consent dan kemudian wawancara dilakukan selama 60 menit.


(7)

4.3 Gambaran umum partisipan

4.3.1 Partisipan 01

Nama : An. E/ RP01

Jenis kelamin : Perempuan Umur : 14 tahun.

RP01 lahir di Desa Tumbang Rahuyan, pada tanggal 09 September 2000. RP01 terdaftar di salah satu SMP di Kota Palangkaraya. RP01 merupakan anak kedua dari 3 bersudara. Dia mempunyai kakak laki-laki berumur 17 tahun dan adik yang masih berumur 3 tahun. RP01 tinggal bersama orangtua dan saudaranya. Ayah RP01 bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Kota Palangkaraya sedangkan Ibunya bekerja sebagai pedagang kain di pasar Blauran di Kota Palangkaraya.

RP01 mengatakan bahwa ayah dan ibunya sangat perhatian kepadanya. Apapun yang RP01 inginkan kedua orang tuanya berusaha memberikan apa yang dia inginkan, RP01 sangat dekat dengan ayahnya. Jika ayahnya akan pergi dinas di luar Kota, RP01 selalu menangis dan ingin ikut dengan ayahnya. Kakak dari RP01 pun tidak terlalu dekat dengan RP01 karena sibuk ikut kegiatan sekolah dan pulang di sore hari. Pada malam hari kakak RP01 sering diam di dalam kamar karena teman-teman sering datang ke rumah. Pada malam hari RP01 dan kakaknya selalu ditemani


(8)

ayahnya untuk belajar di kamar, dan ibu RP01 mengurus adik RP01 yang masih berusia 3 tahun. Orang tua RP01 melarang dirinya keluar malam dan RP01 pada malam hari selalu berada di rumah dengan orang tuanya.

Pertama kali kenapa RP01 memilih untuk menjadi PSK adalah RP01 sudah melakukan hubungan seksual bersama pacarnya sendiri saat ia berada di bangku kelas 1 SMP di usia 12 tahun. Pada saat itu RP01 masih perawan dan benar-benar tidak memahami apa yang dia lakukan. Namun RP01 merasa senang melakukan hal tersebut. Orang tua RP01 tentu tidak mengetahui apa yang dia lakukan selama ini karena dia bekerja sebagai PSK hanya untuk mendapatkan uang demi membeli apa yang dia inginkan. RP01 mengatakan bahwa orang tuanya sangat perhatian padanya tetapi tidak pernah memberikan pengetahuan seks kepada dirinya. Terkadang RP01 melakukan pekerjaannya saat pulang sekolah bahkan harus bolos sekolah, karena pelanggan RP01 berasal dari kalangan SMA dan orang dewasa. RP01 mendapat pelanggan dari Facebook atau pun via telepon dan sms. RP01 mengatakan bahwa banyak orang sudah mengetahui pekerjannya, sehingga dia tidak perlu khawatir jika sepi pelanggan. Sampai saat ini dia masih melakukan pekerjaannya.


(9)

4.3.2 Partisipan 02

Nama : An. T/ RP02

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 16 tahun.

RP02 lahir di Kota Palangkaraya, pada tanggal 3 Januari 1999. RP02 merupakan anak pertama dari dua bersaudara. RP02 mempunyai adik yang berumur 7 tahun dan sekarang duduk di kelas 1 SD. Ayah RP02 bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil dan Ibu RP02 merupakan dokter gigi di salah satu Puskesmas di Kota Palangkaraya. Hubungan antar anggota keluarga RP02 sangat dekat. Bentuk perhatian yang diberikan misalnya, setiap pagi ibunya memasak bekal untuk dibawa ke sekolah dan ayah RP02 setiap pagi selalu mengantar RP02 pergi ke sekolah. RP02 mengatakan dirinya sangat dekat dengan adiknya, setiap pagi sebelum berangkat sekolah RP02 selalu memandikan adiknya.

RP02 sangat dekat dengan ibunya, ibunya selalu bertanya tiap hari apa yang dilakukan RP02 di sekolah, bagaimana guru dan teman-temannya. RP02 juga dekat dengan ayahnya, ayahnya selalu mengajak keluarga pergi piknik setiap hari libur.

RP02 mengatakan pertama kali melakukan hubungan seksual bersama pacarnya, pada saat itu RP02 masih duduk di kelas 3 SMP (Sekolah Menengah Pertama) di usia 15 tahun dan


(10)

an.T masih dalam keadaan perawan. Hal inilah yang membuat an.T mulai tertarik bekerja sebagai PSK dikarenakan menurutnya pekerjaan ini mudah dan menghasilkan uang. Orang tua RP02 tidak mengetahui pekerjaan RP02.

4.3.3 Partisipan 03

Nama : An. A/ RP03

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 17 tahun.

RP03 lahir di Kota Palangkaraya pada tanggal 03 Juni 1998, RP03 tinggal bersama bibinya yang bekerja sebagai guru di salah satu SD di Kota Palangkaraya, RP.03 mengatakan sejak kecil dirinya dibesarkan oleh bibinya dan tinggal bersama 2 saudara sepupunya. Kakak sepupu RP03 yang pertama adalah perempuan berumur 21 tahun dan kakak yang kedua adalah perempuan berumur 19 tahun. Suami bibi RP03 sudah meninggal 2 tahun yang lalu dan orang tua RP03 pun sudah meninggal saat RP03 masih bayi, RP03 tentu mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari bibinya, tetapi an.A mengatakan bibinya tidak terlalu banyak memberinya uang jajan. Bibinya juga tidak terlalu banyak bicara dan dekat dengan dirinya, setelah pulang kerja bibinya memasak dan selalu masuk dalam kamar, kadang bibinya hanya membicarakan uang sekolah dan uang jajan RP03. Hal ini juga


(11)

dibenarkan pada saat peneliti sering ke rumah RP03, bibinya tidak banyak bicara dan suka mengurung diri di kamar.

RP03 mengerti dengan keadaan bahwa bibinya harus membiayai kakaknya yang juga bersekolah dan butuh biaya. Kedua kakak RP03 sangat baik padanya, mereka selalu hidup rukun walau terkadang ada pertengkaran kecil yang bisa diselesaikan. RP03 sangat menyayangi kakak-kakaknya walaupun mereka bukan kakak kandungnya, setiap malam mereka selalu mengobrol dan kadang bahkan tidur bersama. RP03 merasa kasihan pada bibinya, inilah alasan kenapa RP03 akhirnya bekerja sebagai PSK, agar RP03 tidak terlalu banyak meminta uang pada bibinya. Bibi RP03 tentu tidak tahu pekerjaan RP03. RP03 pertama kali melakukan hubungan seksual pada saat dirinya kelas 1 SMP di usia 15 tahun dengan pacarnya. Saat itu an.A masih perawan dan dia merasa senang melakukannya pada saat itu.


(12)

4.4 Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian, peneliti menganalisa data dan membuat pengkategorian yang diambil dari hasil verbatim. Kemudian dari pengkategorian tersebut dibuat sub tema dan dari sub tema itulah didapatkan tema yang akan diuraikan.

4.4.1 Analisa data gambaran pengetahuan seks pada remaja pekerja seks komersial

Pengetahuan seks bebas pada remaja.

Pengetahuan seks yang dimiliki RP01, hanya berdasarkan pengalaman pribadi dan pergaulan saja. RP01 memiliki gambaran sederhana mengenai seks dan terutama pengetahuan tentang seks bebas. Lingkungan sekitar, menjadi faktor RP01 mendapatkan pengetahuan dari teman sebayanya. Sehingga, RP01 paham dan tahu apa yang dimaksud seks dan seks bebas. Hal ini dinyatakan pada kutipan wawancara berikut :

Kapan lahh.. hmm.. pas kelas 1 SMP ka.. itu pun aku mendengarnya dari teman, dengar berita, itu aja sih ka setau aku.. (45)

Teman-teman kak, (60)

Kaya hubungan suami istri tu nah ka.. (105)

Seks bebas ya kak? Seks bebas itu ya orang yang melakukan hubungan badan berganti-ganti pasangan kaya aku sih ka.(150)

Iyaaa kak, aku kan kaya gitu tuu gak satu orang ja kaa.. bebas sama sapa aja yang sms dan kasih uang. Hehe (160)


(13)

RP02, juga tidak memiliki pemahaman yang benar tentang pengetahuan seks. RP02, mendapatkan pengetahuan seks dari sumber media yang tidak edukatif bagi partisipan. Secara alami rasa emosional remaja untuk ingin tahu pun menjadi meningkat tanpa mempertimbangkan apa yang akan terjadi selanjutnya :

Teman, awalnya teman yang ngajarin.. (690)

Awalnya teman ngajakin nonton film bokep tu kaa.Terus ya aku jadi tau kalo itu namanya seks, terus aku penasaran ka. (700) Iyaa sih ka mau . Hehe (701)

Yaa.. berhubungan badan sama lawan jenis..(750)

Seks bebas ka? Seks bebas itu orang yang melakukan hubungan badan buat senang senang aja kaaa.. sama siapa aja melakukan hubungan sama kaya yang aku bilang tadi, sama lawan jenis.(825)

Hehehe.. pasti sih ka, berhubungan badan kan pas sudah menikah aaja tapi aku sih gak mikirin itu kak. Boleh boleh aja menurut ku. (830)

Kalo hubungan seks sebelum nikah kan melakukan nya diam-diam, rame, asik gitu sih kak, setelah nikah kan mencari keturunan sih gak diam-diam lagi sih kak.. (855)

Ketiga partisipan mempunyai pemahaman seks bebas yang sama. Ketiga partisipan mengetahui pengertian seks bebas, tetapi tidak bisa menjelaskan secara rinci dan detail yang dimaksudkan dengan pengetahuan seks dan seks bebas. Berikut pernyataan dari RP03 :


(14)

Tau ja kak aku seks itu apa, tapi. Anunya tuu.. pengertiannya tu aku gak tau..(1245)

Seks itu adalah pergaulan bebas, yang dilakukan berhubungan badan. (1265)

Seks bebas? Itu yaaa.. orang yang melakukan hubungan seks atau berhubungan badan kayaitu kaa.. diluar nikah melakukannya dan sama siapa aja..(1345)

Hhmm.. iya ka , sama berganti pasangan berarti itu seks bebas ya ka. Hahaa (1355)

Lingkungan dan media menjadi sumber informasi yang diperoleh remaja mengenai pengetahuan seks bebas pada remaja. Remaja cenderung hanya mendengar dan merekam di otaknya atas apa yang dilihat dan didengarnya.

Dampak seks bebas.

RP01 mendapatkan sumber informasi yang berasal dari koran, tanpa adanya informasi secara terstruktur dan formal. Hal ini memungkinkan partisipan kurang dapat memahami dan memanfaatkan pengetahuan yang diperolehnya. Berikut pernyataan RP01 :

Gak pernah mun segala pemberitahuan gitu di sekolah kami ka. Paling cuman ada kegiatan lomba aja sih ka.. lomba nari daerah dan lain-lain. Tapi kalo segala pendidikan atau pemberitahuan yang kata kaka tu gak pernah.(140)

Penyakit yang menular karna berhubungan badan kah jar kaka tu?(170)

Nah yang aku tau itu sih ka AIDS sama apa yaa ohh kanker servik ya kak.. itu aja sih. (190)

Dampak negatifnya itu ya bisa hamil ka, terus bisa terkena kanker servik ka, terus kena AIDS..(290)


(15)

Aku suka baca-baca Koran kak.. (320)

Koran aja sih kaa. Itu juga gak sengaja baca. (330)

Berbeda dengan RP01 yang menyatakan tidak pernah mendapatkan pendidikan seks, RP02 dan RP03 menyatakan pernah mendapatkan pendidikan seks secara formal. Tetapi, RP02 dan RP03 pun sama-sama kurang memahami dan memanfaatkan pengetahuan yang diperolehnya:

Eeh kalo itu pernah ka, waktu aku MOS itu ada dari kepolisian kaya pendidikan tentang HIV dan narkoba ka.. (P02) (790)

HIV kan penyakit yang apalah kaa. Penyakit yang bahaya kaytu nah ka itu tu sebabnya oleh berhubungan badan ganti ganti kalo ka (P02) (800)

Kalo negatifnya bisa kena raja singa, kena HIV (875)

Takut sih ada ka, tapi seingat aku kalo HIV kalo pakai kondom ya gak kena ka.. jadi makanya aku ni kawa santai-santai ka. (P02)(815)

HIV?? Tau sih kak kemaren ada kakak-kakak kuliahan kaya buhan kakak tu kaya kasih pelajaran tentang HIV tu kaya kenapa bisa kena penyakit HIV segala.(P03)(1325)

Tau lah kak, karena seks bebas, jarum suntik bekas terus apa yaa.. lupa ka (P03)(1335)

Kalo positifnya menurutku sih gada kak.. tapi kalo negatifnya yang pasti kena penyakit, penyakit apakah kelamin gitu nah ka.(P03) (1425)

Apa lah ka, lupa aku.heheh.. HIV sih yg emang ku tau (P03) (1345)

Oleh berhubungan badan tu ka.. oleh ganti pasangan. (P03) (1445)

Dari pernyataan ketiga partisipan, ketiga partisipan tahu dan paham tentang dampak seks bebas, ketiga partisipan mengatakan


(16)

dampak seks bebas adalah terkena penyakit menular seksual, HIV/AIDS, kanker serviks, dan kehamilan. Adanya pencegahan berupa alat kontrasepsi yang membuat mereka berfikir dampak seks bebas dapat dihindari.

Faktor yang mempengaruhi seks bebas.

Faktor yang mempengaruhi seks bebas yang dinyatakan partisipan 1, 2 dan 3, merupakan faktor yang mereka ketahui berdasarkan pengalaman pribadi. Tidak ada pendidikan maupun sumber informasi khusus yang didapatkan ketiga partisipan terkait faktor yang mempengaruhi seks bebas

Penyebabnya ikut-ikutan teman aja sih kak.. terus bisa menghasilkan uang kak. (P01)(360)

Yaa karna dulu juga pernah waktu sama pacar sih kak. (P01)(370) Iya senang kak, dapat uang bisa jalan jalan dan beli apa yang aku suka. (P01)(655)

Hmm oleh ikut-ikutan ka, coba-coba, oleh cari uang sih kak, ya gitulah jadinya cari uang tu lewat main kak.. (P02)(915)

Oleh cari uang yaaa kak (P02)(1155)

Ya gak lah kak. Kalo itu sih karna sayang(P02) (1095)

Yang pertama tu ka, karena uang, pergaulan, lingkungan, makanya jadi keikut kak.. olehkan duit juga kak.. serba kekurangan kak.. mau beli ini itu.. (P03) (1480)

Iaaa kak, oleh kan kalo sama pacar gak dapat duit kak. (P03)(1670)

Uang lah kak.. masalah uang.. kan orangtua ku udah ga da kak.. (P03)(1695)


(17)

Ketiga partisipan menyatakan, faktor yang mempengaruhi seks bebas yaitu pernah melakukan hubungan seksual bersama kekasih. Hubungan seksual sebagai bukti kasih sayang yang dapat diberikan remaja kepada pasangan. Selain itu, remaja cenderung meniru dan mencoba sesuatu yang baru dengan lingkungan sekitarnya.

Faktor ekonomi pun dikaitkan dengan seks bebas, demi barang dan imbalan berupa uang, remaja mau melakukan perilaku seks bebas dengan perasaan senang.

Tabel 4.1 Berikut ini adalah tabel ringkasan dari verbatim yang sudah diuraikan, berupa daftar tema, sub tema dan kategori pengetahuan seks pada remaja PSK.

Tema Sub Tema Kategori

 Pengetahuan Seks

Pada Remaja

Pekerja Seks

Komersial.

 Seks bebas.  Seks diartikan

dengan orang

yang

berhubungan badan layaknya suami istri.

 Seks bebas


(18)

sebagai orang yang

melakukan seks

tanpa batas

dengan berganti-ganti pasangan.

 Dampak seks

bebas.

 Remaja tahu

dan paham

tentang dampak seks bebas.  Dampak seks

bebas yang

diketahui remaja adalah dapat menyebabkan kehamilan, terkena PMS (penyakit menular


(19)

sekseual), tertular HIV/AIDS, dan terserang kanker

serviks.

 Faktor yang

mempengaruhi seks bebas.

 Remaja melakukan seks karena

ingin

coba-coba, mengikuti teman-temannya, bukti kasih sayang

terhadap kekasih, menghasilkan keuntungan finansial seperti uang, serta tidak takut terkena PMS.


(20)

4.4.2 Analisa data gambaran perilaku seksual pada remaja pekerja seks komersial.

Perilaku seksual berfantasi.

Ketiga partisipan menyatakan, pernah membayangkan atau berimajinasi aktivitas seksual sebelum tidur maupun setelah menoton film porno:

Bayangin aku sama pacarku ka, lagi kaya gitu (P01)(465)

Iyaalah ka, pasti aku langsung bayangin aku kaya yang di film itu sama orang. (P02) (720)

Pernah aja sih ka, kadang sebelum tidur. Jorok memang fikiran ni. Hahaha.. (P03)(1615)

Perilaku seksual pegangan tangan.

Pegangan tangan, adalah perilaku fisik yang sering dilakukan partisipan 1, 2 dan 3. Remaja beranggapan bahwa pegangan tangan adalah perilaku fisik yang biasanya dilakukan di depan umum bersama kekasih :

Pernah ka, sering malahan.hehe (P01) (455)

Yaaa pegangan tiap ketemu lah kaa, kalo lagi jalan-jalan dimana gitu sama pacar. (P02)(965)

Iyalah ka.. kalo jalan kan pasti dipeluk sama pegangan tangan (P03)(1555)


(21)

Perilaku seksual cium kering dan basah.

Ketiga partisipan mengakui sering melakukan perilaku seksual yaitu ciuman, yang dibagi dengan 2 kategori yaitu cium kering dan basah. Hal ini biasa dilakukan bersama kekasihnya :

Iya kaa.. ciuman pipi,bibir. Ka (P01) (485)

Iyaaalah ka, ciuman bibir.. apalagi pipi sering ka (P02)(985) Iyaa lah ka pasti bibir dan pipi tu kaa. Nyata dah (P03)(1545)

Perilaku seksual meraba

Aktivitas seksual meraba bagian sensitif, sering dilakukan ketiga partispan sebelum melakukan hubungan seksual. Meraba bagian sensitif merangsang partisipan untuk melakukan hubungan seksual. :

Senang kak, enak ka ..hehe.. kalo disentuh rasanya pengen kaya gitu aja kak.. ya melakukan (P01)(415)

Iyaa kak.. yaa pegang pegang itu kak leher, paha (P02)(1005) Rasanya tu yaaa senang kak..trus pas dia pegang segala susuku mau berhubungan badan ja rasanya.. oleh yang sudah gak kuat lagi rasanya ka.. (P02)(1065)

Hmm yaaa kayaitu ka, beciuman , meraba, yaaa main ka (P03)(1505)

Rasanya tu sebenarnya aneh si ka, tapi ya gimana lagi ka. Tuntutan hidup.. tapi ya perasaan aku tu senang senang aja sih ka..Nyaman aja (P03)(1625)


(22)

Perilaku seksual berpelukan

Sama seperti halnya perilaku seksual berpegangan tangan dan berciuman, berpelukan pun menjadi aktivitas seksual yang sering dilakukan oleh ketiga partisipan:

Pernah ka, sering malahan.hehe (P01)(455)

Main, ciuman, pelukan, berhubungan badan. (P02)(955)

Ciuman, pelukan, meraba-raba, terus berhubungan badan sih ka (P03)(1505)

Perilaku seksual Masturbasi

Pernyataan ketiga partisipan tentang perilaku seksual masturbasi memiliki variasi :

Yaa kalo itu pernah aja ka tapi jarang sih, soalnya aneh aja aku mun kayaitu. (P01)(550)

Yaa.. gak lah ka, aku gak pernah kayagitu. Paling ya kalo mau. Tapi kalo gak bisa ya aku diam aja. (P02) (730)

Hahaha.. masturbasi ka? Kada suah ka ai.. mun aku mau mending panggil pacar aku ja . kalo gak ya sama pelanggan. (P03)(1605)

Partisipan 1 menyatakan pernah melakukan

masturbasi, berbeda dengan partisipan 2 dan 3 yang mengatakan tidak pernah melakukan masturbasi.


(23)

Ketiga pertisipan, mengatakan pernah melakukan oral seks bersama kekasih dan pelanggan mereka. Aktivitas seksual ini dilakukan pada saat sebelum melakukan hubungan badan.

Hah? Oral seks itu yang kayagimana ya ka? (P01)(495)

Ohh hehe, kalo itu sih iya ka.. kan kalo sama pelanggan tuh minta gitu pang ka biasanya. Sama pacar aku juga dulu pernah (P01)(505)

Oral seks? Sering lah ka. Sebelum gituan kan pasti gitu ka. Hehehee.. (P02)(1045)

Oral? Kaya pernah dengar. Yang kalo bahas gaulnya blowjob kah ka. Ya pernah dong ka.(P03)(1590)

Perilaku seksual petting

Seperti perlakuan seksual lainnya ketiga partisipan pun mengatakan pernah bahkan sering melakukan aktivitas seksual seperti petting. Partisipan kurang memahami beberapa istilah perilaku seksual :

Nah, petting tu apalagi kak? (P01)(520)

Ohh itu namanya petting ya kak.. kalo itu sih biasanya iya kak sebelum kami berhubungan badan tu kayagitu ka (P01)(530) Apaa petting tu kak? (P02)(1025)

Ohh itu ka.. sering lah dulu ka, saking sayang nya aku sama dia aku tu nurut nurut aja apa yang suruh ka.. (P02)(1035)

Petting? Gak kaaa apa tu? Putting? (P03)(1565)

Oohhh ku kira ai putting kaa. HahahaYaa kalo itu sih sering ka aii. (P03)(1575)


(24)

Perilaku seksual Intercourse (senggama)

Pada penelitian ini partisipan 1, 2 dan 3 melakukan perilaku seks (bersenggama) dalam usia yang dini. Perilaku seksual dilakukan pertama kali bersama kekasih tanpa ada paksaan dan didasari atas suka sama suka:

Pertama kali tu kelas 1 SMP ka.. dengan pacar ku.. awalnya tu pacar ku Tanya “kamu sayang gak sama aku” yaa.. aku jawab aja kak.. “sayang sekali” terus aku dipeluknya ka, terus diciumnya , di raba-raba, sampai hilang kesadaranku.. ternyata aku udah gak pakai baju kak.. (P01)(585)

Pas kelas 3 SMP pang kaa.. ceritanya tu awalnya dibawanya aku kebarak,habis tu kami dua bolos, terus disitu kami ciuman, dia pegang susuku, terus diajak nya aku nonton bokep, terus kalo gitu yaaa main aja lagi kak (P02)(1105)

awalnya tu aku sama pacarku, aku dibawanya ketempat temannya, terus tu di kos itu kami berdua pacarku ditinggal temannya sisa kami berdua, nah disitu ka mulai cium-ciuman, terus tu langsung ja, dia meraba susu ku dan aku dipaksa megang punya dia, terus langsung ja disuruh lepas baju. Langsung ja kami berhubungan badan.. (P03)(1665)

Tabel 4.2 Berikut ini adalah tabel ringkasan dari verbatim yang sudah diuraikan, berupa tema, subtema dan kategori perilaku seks pada remaja.

Tema Sub Tema Kategori

 Perilaku seksual

pada remaja

PSK.

 Berfantasi

 Pegangan tangan  Cium kering

 Remaja melakukan


(25)

 Cium basah  Meraba  Berpelukan

 Mastrubasi bagi wanita.

 Oral seks  Petting

Intercourse.

yang didasarkan oleh pengalaman pribadi bersama kekasih.

 Remaja melakukan

perilaku seksual

dengan semua

pelangganya.  Remaja

melakukan

perilaku seksual

secara tidak

sadar dan tidak

mengerti apa

yang

dilakukannya dapat

membahayakan kesehatan fisik

dan alat

reproduksi.  Rasa ingin tahu


(26)

dan mencari kesenangan ,menjadi faktor

utama remaja

melakukan

seluruh perilaku seksual.

4.5 Pembahasan

4.5.1 Perkembangan Remaja PSK

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang ditandai dengan timbulnya tanda-tanda pubertas dan berlangsungnya pemasakan seksual sampai tercapainya pertumbuhan fisik dan mental kira-kira 12-21 tahun (Undang-Undang No.4, 2002). Pada hasil penelitian ini ditemukan bahwa masa pubertas pada ketiga partisipan yang berusia 14-17 tahun ditandai dengan perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional yang sangat erat kaitannya. Perubahan biologis pada pasrtisipan seperti pembesaran payudara pada wanita dan terjadinya siklus menstruasi. Bagian tubuh seperti payudara, leher


(27)

dan paha merupakan bagian sensitif apabila disentuh oleh lawan jenis dan menimbulkan dorongan untuk melakukan hubungan seksual seperti yang dirasakan oleh ketiga partisipan. Hal ini ditunjukan pada ketiga partisipan yang melakukan hubungan seksual pertama kali melalui kedekatan secara fisik dengan pasangan seperti sentuhan, ciuman dan pelukan.

Perkembangan psikologis pada remaja yang dapat dilihat pada ketiga partisipan pada hasil penelitian, yaitu remaja merasa mampu melakukan sesuatu bagi dirinya sendiri dan menghasilkan keuntungan, tanpa ada dukungan dari orang tua yaitu dengan bekerja sebagai pekerja seks komersial. Perkembangan kognitif yang nampak pada partisipan adalah cenderung untuk membuat keputusan sebagai PSK tanpa pemikiran yang matang mengenai dampak dari pekerjaan tersebut terhadap kesehatan melainkan hanya dengan mempertimbangkan kesenangan bagi dirinya sendiri.

Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Soetjiningsih (2007), bahwa hubungan seksual pada remaja awal dipengaruhi pada saat mengalami masa pubertas, tekanan dari teman sebaya, frekuensi pertemuan dengan kekasih, hubungan dengan kekasih yang semakin romantis, adanya keinginan untuk menunjukkan cinta pada


(28)

memungkinkan untuk mendidik anak-anak memasuki masa remaja dengan baik.

4.5.2 Pengetahuan seks dan perilaku seksual pada remaja PSK

Ketiga riset partisipan remaja PSK pada penelitain ini tahu dan paham tentang pengetahuan seks bebas. Ketiga riset partisipan menyatakan bahwa seks bebas diartikan dengan orang yang berhubungan badan dengan lawan jenis layaknya suami istri dan dilakukan secara bebas dengan berganti pasangan. Hal ini sesuai dengan teori Ghifari (2003), bahwa seks bebas adalah hubungan antara dua orang dengan jenis kelamin yang berbeda, dimana terjadi hubungan seksual tanpa adanya ikatan pernikahan. Pernyataan ketiga riset partisipan pun sejalan dengan teori Nanggala (2006), yang menyatakan bahwa seks bebas dapat diartikan sebagai pola perilaku seks yang bebas tanpa batasan, baik dalam tingkah laku seksnya maupun dengan siapa hubungan seksual itu dilakukan. Media yang tidak edukatif seperti film porno mengakibatkan dorongan seksual pada partisipan meningkat untuk berkhayal dan ingin melakukan perilaku seksual. Ketiga partisipan menyatakan pernah melakukan semua bentuk perilaku seksual seperti, berfantasi, pegangangan tangan, berpelukan, berciuman, meraba, oral seks, masturbasi, petting dan senggama. Perilaku


(29)

seksual yang dilakukan remaja pertama dilakukan bersama kekasih dan kemudian dilakukan pada saat bekerja sebagai PSK. Dalam perkembangannya, perilaku seks bebas di kalangan remaja PSK ini terjadi secara berulang. Hal ini dikarenakan adanya stimulus dari luar. Menurut pendapat Skinner dalam Notoatmodjo (2010), perilaku merupakan reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar melalui proses stimulus-organisme-respon (teori SOR / Stimulus-Organisme-Respon). Remaja mulai merespon stimulus yang ada dengan tindakan nyata. Stimulus atas perilaku seksual remaja, salah satunya dengan menonton film porno yang

kemudian dipraktekan langsung dengan pasangannya.

Kesenangan dirasakan oleh remaja sekaligus sebagai ungkapan kasih sayang dengan orang yang dicintainya.

Perilaku seks bebas yang dilakukan remaja mempunyai resiko yang dapat membahayakan kesehatan. Dalam penelitian ini ketiga partisipan tahu dan paham mengenai dampak seks bebas terhadap kesehatan yaitu penularan HIV/AIDS, kanker serviks atau menyebabkan kehamilan. Pernyataan mengenai pengetahuan partisipan sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sarwono (2003). Sarwono menegaskan bahwa hubungan seks pranikah dapat mengakibatkan penularan PMS, HIV/AIDS, dan kehamilan. Akan tetapi remaja tetap melakukan seks bebas melalui profesi sebagai PSK. Pengetahuan Partisipan tentang seks bebas


(30)

diperoleh dari lembaga formal. Pengetahuan seks diberikan setelah partisipan sudah melakukan perilaku seksual. Setelah diberikan pengetahuan, partisipan tetap melakukan perilaku seks bebas.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tobin & Okojie (2010) di Afrika, bahwa remaja memiliki pengetahuan serta pemahaman yang baik tentang dampak seks bebas dan aktif secara seksual. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Capuano (2009), tentang perilaku seksual di kalangan remaja di Italia mengenai pengetahuan dan penggunaan kontrasepsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah siswa dari total 630 siswa di Italia yang telah disurvey, telah aktif secara seksual. Usia rata-rata saat pertama hubungan seksual adalah 15 tahun dan kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah kondom. Setelah diberikan pengetahuan selama 2 bulan dan dilakukan evaluasi kembali, didapatkan hasil 70% anak secara aktif masih melakukan hubungan seksual. Penelitian yang dilakukan di Italia sejalan dengan hasil penelitian bahwa pengetahuan yang diberikan kepada remaja PSK yang aktif secara seksual, tidak mempengaruhi menurunnya kejadian seks bebas pada remaja. Namun, remaja memproteksi diri dengan penggunaan kontrasepsi (kondom) untuk meminimalisir dampak dari seks bebas terhadap kesehatan diri.


(31)

Ketiga partisipan merasa senang dan mendapatkan keuntungan finansial berupa uang dari berhubungan seksual. Fenomena kehidupan remaja PSK di kota Palangkaraya yang mencakup pengetahuan seks dan perilaku seks di kalangan remaja sesuai dengan temuan staf Yayasan Hotline Surabaya. Temuan tersebut adalah remaja wanita yang bekerja sebagai PSK dikarenakan ekonomi rendah dan dipengaruhi teman sebaya yang mempunyai uang banyak dan barang bagus dari hasil bekerja sebagai PSK (Hudiono, 2013). Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aderinto (2008), tentang remaja pekerja seks di Ibadan, Nigeria. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kemiskinan, tekanan teman sebaya, sosio-ekonomi yang buruk merupakan faktor remaja bekerja sebagai pekerja seksual. Remaja PSK menyadari akan menghadapi berbagai jenis resiko dalam pekerjaan seks, hanya saja mereka tidak dapat berhenti karena sudah terlanjur melakukan hubungan seks dengan kekasih dan kemudian dengan bekerja sebagai PSK mereka merasa senang dan mendapatkan keuntungan secara finansial.

Faktor lingkungan sangat mempengaruhi pengetahuan dan perilaku yang dimiliki remaja, seperti yang diungkapkan Notoatmodjo (2005) bahwa lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal-hal-hal yang buruk. Hasil penelitian


(32)

menunjukan bahwa partisipan tidak pernah menerima informasi mengenai seks bebas dari orang tua sebagai lingkungan terdekat. Remaja mendapatkan pengetahuan seks dari media yang tidak edukatif seperti film porno dan lingkungan teman sebaya yang mendukung partisipan untuk melakukan hubungan seks bebas. Pada usia remaja teman sebaya sangat mudah diterima dibandingkan orang tua, maka dari itu remaja percaya pada teman sebayanya dan akan berperilaku sama seperti teman sebayanya. Diharapkan orang tua menjadi sumber edukasi seks deteksi dini pada remaja agar remaja mampu terhindar dari perilaku seks dan bekerja sebagai PSK.


(1)

dan paha merupakan bagian sensitif apabila disentuh oleh lawan jenis dan menimbulkan dorongan untuk melakukan hubungan seksual seperti yang dirasakan oleh ketiga partisipan. Hal ini ditunjukan pada ketiga partisipan yang melakukan hubungan seksual pertama kali melalui kedekatan secara fisik dengan pasangan seperti sentuhan, ciuman dan pelukan.

Perkembangan psikologis pada remaja yang dapat dilihat pada ketiga partisipan pada hasil penelitian, yaitu remaja merasa mampu melakukan sesuatu bagi dirinya sendiri dan menghasilkan keuntungan, tanpa ada dukungan dari orang tua yaitu dengan bekerja sebagai pekerja seks komersial. Perkembangan kognitif yang nampak pada partisipan adalah cenderung untuk membuat keputusan sebagai PSK tanpa pemikiran yang matang mengenai dampak dari pekerjaan tersebut terhadap kesehatan melainkan hanya dengan mempertimbangkan kesenangan bagi dirinya sendiri.

Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Soetjiningsih (2007), bahwa hubungan seksual pada remaja awal dipengaruhi pada saat mengalami masa pubertas, tekanan dari teman sebaya, frekuensi pertemuan dengan kekasih, hubungan dengan kekasih yang semakin romantis, adanya keinginan untuk menunjukkan cinta pada kekasihnya, serta status ekonomi keluarga, yang tidak


(2)

memungkinkan untuk mendidik anak-anak memasuki masa remaja dengan baik.

4.5.2 Pengetahuan seks dan perilaku seksual pada remaja PSK

Ketiga riset partisipan remaja PSK pada penelitain ini tahu dan paham tentang pengetahuan seks bebas. Ketiga riset partisipan menyatakan bahwa seks bebas diartikan dengan orang yang berhubungan badan dengan lawan jenis layaknya suami istri dan dilakukan secara bebas dengan berganti pasangan. Hal ini sesuai dengan teori Ghifari (2003), bahwa seks bebas adalah hubungan antara dua orang dengan jenis kelamin yang berbeda, dimana terjadi hubungan seksual tanpa adanya ikatan pernikahan. Pernyataan ketiga riset partisipan pun sejalan dengan teori Nanggala (2006), yang menyatakan bahwa seks bebas dapat diartikan sebagai pola perilaku seks yang bebas tanpa batasan, baik dalam tingkah laku seksnya maupun dengan siapa hubungan seksual itu dilakukan. Media yang tidak edukatif seperti film porno mengakibatkan dorongan seksual pada partisipan meningkat untuk berkhayal dan ingin melakukan perilaku seksual. Ketiga partisipan menyatakan pernah melakukan semua bentuk perilaku seksual seperti, berfantasi, pegangangan tangan, berpelukan, berciuman, meraba, oral seks, masturbasi, petting dan senggama. Perilaku


(3)

seksual yang dilakukan remaja pertama dilakukan bersama kekasih dan kemudian dilakukan pada saat bekerja sebagai PSK. Dalam perkembangannya, perilaku seks bebas di kalangan remaja PSK ini terjadi secara berulang. Hal ini dikarenakan adanya stimulus dari luar. Menurut pendapat Skinner dalam Notoatmodjo (2010), perilaku merupakan reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar melalui proses stimulus-organisme-respon (teori SOR / Stimulus-Organisme-Respon). Remaja mulai merespon stimulus yang ada dengan tindakan nyata. Stimulus atas perilaku seksual remaja, salah satunya dengan menonton film porno yang kemudian dipraktekan langsung dengan pasangannya. Kesenangan dirasakan oleh remaja sekaligus sebagai ungkapan kasih sayang dengan orang yang dicintainya.

Perilaku seks bebas yang dilakukan remaja mempunyai resiko yang dapat membahayakan kesehatan. Dalam penelitian ini ketiga partisipan tahu dan paham mengenai dampak seks bebas terhadap kesehatan yaitu penularan HIV/AIDS, kanker serviks atau menyebabkan kehamilan. Pernyataan mengenai pengetahuan partisipan sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sarwono (2003). Sarwono menegaskan bahwa hubungan seks pranikah dapat mengakibatkan penularan PMS, HIV/AIDS, dan kehamilan. Akan tetapi remaja tetap melakukan seks bebas melalui profesi


(4)

diperoleh dari lembaga formal. Pengetahuan seks diberikan setelah partisipan sudah melakukan perilaku seksual. Setelah diberikan pengetahuan, partisipan tetap melakukan perilaku seks bebas.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tobin & Okojie (2010) di Afrika, bahwa remaja memiliki pengetahuan serta pemahaman yang baik tentang dampak seks bebas dan aktif secara seksual. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Capuano (2009), tentang perilaku seksual di kalangan remaja di Italia mengenai pengetahuan dan penggunaan kontrasepsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah siswa dari total 630 siswa di Italia yang telah disurvey, telah aktif secara seksual. Usia rata-rata saat pertama hubungan seksual adalah 15 tahun dan kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah kondom. Setelah diberikan pengetahuan selama 2 bulan dan dilakukan evaluasi kembali, didapatkan hasil 70% anak secara aktif masih melakukan hubungan seksual. Penelitian yang dilakukan di Italia sejalan dengan hasil penelitian bahwa pengetahuan yang diberikan kepada remaja PSK yang aktif secara seksual, tidak mempengaruhi menurunnya kejadian seks bebas pada remaja. Namun, remaja memproteksi diri dengan penggunaan kontrasepsi (kondom) untuk meminimalisir dampak dari seks bebas terhadap kesehatan diri.


(5)

Ketiga partisipan merasa senang dan mendapatkan keuntungan finansial berupa uang dari berhubungan seksual. Fenomena kehidupan remaja PSK di kota Palangkaraya yang mencakup pengetahuan seks dan perilaku seks di kalangan remaja sesuai dengan temuan staf Yayasan Hotline Surabaya. Temuan tersebut adalah remaja wanita yang bekerja sebagai PSK dikarenakan ekonomi rendah dan dipengaruhi teman sebaya yang mempunyai uang banyak dan barang bagus dari hasil bekerja sebagai PSK (Hudiono, 2013). Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aderinto (2008), tentang remaja pekerja seks di Ibadan, Nigeria. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kemiskinan, tekanan teman sebaya, sosio-ekonomi yang buruk merupakan faktor remaja bekerja sebagai pekerja seksual. Remaja PSK menyadari akan menghadapi berbagai jenis resiko dalam pekerjaan seks, hanya saja mereka tidak dapat berhenti karena sudah terlanjur melakukan hubungan seks dengan kekasih dan kemudian dengan bekerja sebagai PSK mereka merasa senang dan mendapatkan keuntungan secara finansial.

Faktor lingkungan sangat mempengaruhi pengetahuan dan perilaku yang dimiliki remaja, seperti yang diungkapkan Notoatmodjo (2005) bahwa lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari


(6)

hal-menunjukan bahwa partisipan tidak pernah menerima informasi mengenai seks bebas dari orang tua sebagai lingkungan terdekat. Remaja mendapatkan pengetahuan seks dari media yang tidak edukatif seperti film porno dan lingkungan teman sebaya yang mendukung partisipan untuk melakukan hubungan seks bebas. Pada usia remaja teman sebaya sangat mudah diterima dibandingkan orang tua, maka dari itu remaja percaya pada teman sebayanya dan akan berperilaku sama seperti teman sebayanya. Diharapkan orang tua menjadi sumber edukasi seks deteksi dini pada remaja agar remaja mampu terhindar dari perilaku seks dan bekerja sebagai PSK.