Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Seksual pada Remaja PSK di Palangkaraya T1 462011090 BAB II

(1)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Konsep Pengetahuan

Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya. Pengetahuan juga merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Mubarak, 2007).

Bloom dalam Ngatimin (2007), menyatakan bahwa pengetahuan yang tercakup dalam kognitif mempunyai enam aspek. Aspek yang pertama adalah tahu (Know), yang merupakan kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Aspek yang kedua adalah menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui serta dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar (memahami). Aspek yang ketiga yaitu aplikasi (aplication) merupakan kemampuan untuk menggunakan rumus-rumus, metode dalam situasi yang lain. Aspek yang


(2)

keempat adalah analisis (analysis) yang merupakan kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam suatu komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Aspek yang selanjutnya adalah sintesis (sinthesis) yang merupakan kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada. Aspek yang terakhir adalah evaluasi (evaluation) yang merupakan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi.

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Notoatmodjo (2005) menyimpulkan, ada tujuh faktor yang mempengaruhi pengetahuan :

1). Umur

Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperoleh, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. 2). Intelegensi

Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berpikir abstrak, guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi


(3)

mempengaruhi hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal berpikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga ia mampu menguasai lingkungan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan.

3) Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, lingkungan merupakan tempat dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berfikir seseorang.

4) Sosial budaya

Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungan dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami


(4)

suatu proses belajar dan memperoleh sutau pengetahuan.

5) Pendidikan

Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin baik pula pengetahuannya. Semakin mudah seseorang menerima hal-hal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal yang baru terrsebut.

6) Informasi

Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah, tetapi bila ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio, atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.

7) Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan. Oleh sebab itu, pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menunjang kembali


(5)

pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.

2.1.3 Pengetahuan Seksual

Pengetahuan atau pendidikan seksual pada remaja terdiri dari pemahaman tentang seksualitas yang dilakukan sebelum menikah yang terdiri dari pengetahuan tentang fungsi hubungan seksual, dampak seksual pranikah, dan faktor yang mendorong seksual pranikah (Sarwono, 2006). Selain itu, pengetahuan seksual yang harus diperoleh remaja di usianya adalah pengetahuan tentang reproduksi, maturasi seksual dan pendidikan HIV sesuai usia remaja (Potter & Perry, 2005). Namun, sekolah maupun orang tua jarang memberikan pengetahuan seks yang seharusnya kepada remaja karena hal ini dianggap tabu untuk dibicarakan sehingga masyarakat masih sangat mempercayai mitos-mitos seksual yang merupakan salah satu pemahaman yang salah tentang seksual. Kurangnya pemahaman ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain : adat istiadat, budaya, agama dan kurangnya informasi dari sumber yang benar (Soetjingsih, 2007).


(6)

Sarwono (2006) menyatakan, illustrasi dari adanya informasi yang tidak benar di kalangan remaja, disebabkan karena pengetahuan tentang fungsi hubungan seksual berdasarkan mitos yang berkembang yaitu hubungan seksual dapat mengurangi frustasi, menyebabkan awet muda dan menambah semangat belajar. Selain itu mitos akibat hubungan seksual yaitu tidak akan hamil kalau senggama terputus, hanya menempelkan alat kelamin, senggama 1-2 kali saja serta, berenang atau berciuman bisa menyebabkan kehamilan. Disamping itu terdapat pula mitos yang mendorong hubungan seksual pranikah yaitu berganti pasangan seksual tidak menambah Penyakit Menular Seksual (PMS), pacaran perlu variasi antara lain bercumbu, mau berhubungan seksual berarti serius dengan pacar dan sekali berhubungan seksual tidak akan tertular PMS.

2.1.4 Pengertian Seks Bebas

Seks bebas adalah hubungan antara dua orang dengan jenis kelamin yang berbeda, dimana terjadi hubungan seksual tanpa adanya ikatan pernikahan (Ghifari, 2003). Seks bebas dapat diartikan sebagai pola perilaku seks yang bebas tanpa batasan, baik dalam tingkah laku


(7)

seksnya maupun dengan siapa hubungan seksual itu dilakukan (Nanggala, 2006). Dikatakan bahwa perilaku seks bebas dilatarbelakangi oleh beberapa hal seperti: 1) kurangnya pemahaman nilai nilai agama, 2) belum adanya pendidikan seks secara formal di sekolah, 3) pengaruh teman, internet dan lingkungan, 4) penyebaran gambar dan VCD porno melalui berbagai media, 5) penggunaan NAPZA (Narkotika, psikotropika dan zat adiktif) .

2.1.5. Faktor yang mendorong seks bebas

Perilaku seks yang dilakukan oleh remaja, dapat disebabkan karena adanya faktor yang mendorong untuk melakukan tindakan tersebut. Soetjiningsih (2007) menjelaskan bahwa hubungan seksual pada masa remaja awalnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1). Waktu mengalami masa pubertas.

2). Kontrol sosial kurang tepat (terlalu ketat atau terlalu longgar), kurangnya kontrol dari orang tua, remaja tidak tahu batas-batas mana yang boleh dan mana yang tidak boleh mereka lakukan.


(8)

3). Frekuensi pertemuan dengan kekasih, hubungan antara mereka semakin romantis, adanya keinginan untuk menunjukkan cinta pada kekasihnya.

4). Status ekonomi, kondisi keluarga yang tidak memungkinkan untuk mendidik anak-anak untuk memasuki masa remaja dengan baik.

5) korban pelecehan seksual.

6) Tekanan dari teman sebaya, penggunaan obat-obat terlarang dan alkohol, merasa sudah saatnya untuk melakukan aktivitas seksual karena merasa matang secara fisik.

7) Sekedar menunjukkan kegagahan dan kemampuan fisiknya.

8) Terjadi peningkatan rangsangan seksual akibat peningkatan kadar hormon reproduksi atau seksual.

2.1.6 Dampak seks bebas

Seks bebas di kalangan remaja dapat menimbulkan berbagai dampak yang buruk bagi masa depan dan perkembangan remaja (Wilson, dalam Ghifari, 2003). Bahaya seks bebas mencakup bahaya bagi perkembangan mental (psikis), fisik dan


(9)

masa depan remaja itu sendiri. Dampak dari bahaya seks bebas tersebut diantaranya : a). Menciptakan kenangan buruk bagi remaja yang melakukannya karena hujatan dari masyarakat yang akan berdampak bukan saja pada remaja itu sendiri akan tetapi keluarga yang juga ikut menanggung aib dari hasil perbuatan tersebut dan akan menjadi beban mental yang sangat berat bagi keluarga, b) Kehamilan yang tidak diharapkan, kehamilan yang terjadi akibat seks pranikah bukan saja mendatangkan malapetaka bagi bayi yang dikandungnya namun juga dapat manjadi beban berat bagi ibunya mengingat kandungan tidak bisa disembunyikan, dan dalam keadaan seperti ini ibu dapat depresi, terlebih lagi jika sang ayah dari bayi tidak ingin bertanggungjawab, c) Pengguguran kandungan dan pembunuhan bayi, d) penyebaran penyakit terutama Penyakit Menular Seksual (PMS).

Sarwono (2003) menegaskan bahwa frekuensi berkembangnya penyakit menular seksual di kalangan remaja usia 15-24 tahun adalah yang tertinggi. Infeksi penyakit menular seksual dapat menyebabkan kemandulan dan rasa sakit kronis serta meningkatkan resiko terkena HIV/AIDS. Hubungan seks pranikah dapat mengakibatkan penularan PMS dan HIV/AIDS, kehamilan di luar nikah dan aborsi tidak aman (Depkes, 2003). Penderita HIV/AIDS dilaporkan Depkes RI pada September 2002 sebagian besar berusia di bawah 20 tahun yang tertular melalui hubungan


(10)

seks tidak aman dan penggunaan jarum suntik terinfeksi secara bergantian.

2.2 Konsep Perilaku Seksual

2.2.1 Perilaku

Perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar (Kartono & Mar’at, 2006). Perilaku terbentuk karena adanya pemikiran terhadap suatu objek, sehingga munculnya tanggapan atau balasan terhadap rangsangan yang diberikan (Notoatmodjo, 2010).

Skinner dalam Notoatmodjo (2010), merumuskan bahwa perilaku merupakan reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Dengan demikian perilaku manusia terjadi melalui proses stimulus-organisme-respon, sehingga teori skinner ini disebut teori “S-O-R” (Stimulus-Organisme-Respon). Skinner membedakan jenis perilaku menjadi dua bagian, yaitu:

a. Perilaku tertutup (covert behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang


(11)

masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk perilaku tertutup yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap. Contohnya : Remaja wanita pada umumnya memiliki pengetahuan bahwa seorang wanita akan mengalami perubahan fisik seperti menstruasi. Hal itu merupakan pengetahuan (knowledge). Kemudian jika remaja wanita tersebut bertanya pada ibunya tentang apa yang harus dilakukan apabila dia sedang menstruasi, hal tersebut disebut sikap (attitude).

b. Perilaku terbuka (overt behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik, hal ini dapat diamati orang lain dari luar atau disebut observable behavior. Contoh : Seorang remaja sering menonton video porno dan kemudian mempraktekkan hal tersebut dengan pasangannya. Contoh-contoh tersebut merupakan bentuk tindakan nyata, dalam bentuk kegiatan atau dalam bentuk praktik (practice).


(12)

Perilaku seseorang sangat kompleks dan mempunyai bentangan yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2010) membedakan adanya tiga domain atau ranah perilaku yaitu pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) serta tindakan atau praktik (practice).

2.2.2 Perilaku Seksual

Anggriyani & Trisnawati (2011) menyimpulkan bahwa, perilaku seksual adalah perilaku yang muncul karena adanya dorongan seksual. Perilaku seksual secara rinci dapat berupa :

a) Berfantasi

Berfantasi merupakan perilaku membayangkan dan mengimajinasikan aktivitas seksual yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan erotisme. b) Pegangan Tangan

Aktivitas ini tidak terlalu menimbulkan rangsangan seksual yang kuat namun biasanya menimbulkan keinginan untuk mencoba aktivitas yang lain.

c) Cium Kering

Aktivitas berupa sentuhan pipi dengan pipi dengan bibir.


(13)

d) Cium Basah

Aktivitas berupa sentuhan bibir ke bibir. e) Meraba

Merupakan kegiatan memegang bagian-bagian sensitif rangsangan seksual, seperti: leher, payudara, paha, alat kelamin, dan lain lain.

f) Berpelukan

Aktivitas ini menimbulkan perasaaan tenang, aman, nyaman disertai rangsangan seksual (terutama bila mengenai daerah sensitif).

g) Masturbasi bagi wanita atau onani bagi laki-laki, adalah perilaku merangsang organ kelamin untuk mendapatkan kepuasan seksual.

h) Oral Seks

Merupakan aktivitas seksual dengan cara memasukkan alat kelamin ke dalam mulut lawan jenis.

i) Petting

Merupakan seluruh aktivitas non intercourse (hingga menempelkan alat kelamin).


(14)

j) Intercourse (senggama)

Merupakan aktivitas seksual dengan memasukkan alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin wanita.

2.3 Remaja

2.3.1 Pengertian Remaja

WHO dalam Sarwono (2006), mendefinifisikan remaja sebagai anak yang berumur 12-24 tahun. Menurut Undang-undang No.4 (2002) mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah individu yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang ditandai dengan timbulnya tanda-tanda pubertas dan berlangsungnya pemasakan seksual sampai tercapainya pertumbuhan fisik dan mental kira-kira pada usia 12-21 tahun. Adapun gejolak yang ditimbulkan meliputi :

a. Fungsional remaja dalam mempersiapkan jati diri menuju kedewasaan seperti mencari identitas diri dan memantapkan posisi dalam masyarakat.


(15)

b. Pertumbuhan fisik yang meliputi perkembangan tanda-tanda seksual sekunder dan pertumbuhan tubuh yang tidak proposional.

c. Perubahan emosi pada remaja meliputi lebih peka, lebih cepat marah dan agresif.

d. Perkembangan intelegensi pada remaja meliputi cara berpikir yang cenderung kritis dan penalaran yang semakin tajam.

2.3.2 Batasan Remaja

Sebelum mencapai masa remaja, individu telah mengalami serangkaian perkembangan dan memperoleh banyak pengalaman. Tidak ada anak perempuan atau anak laki-laki yang memasuki daftar remaja dalam bentuk daftar kosong, yang hanya memilik kode genetik yang akan menentukan berbagai pikiran, perasaan, dan perilakunya. Namun, kombinasi antara faktor keturunan, pengalaman masa kanak-kanak, dan pengalaman masa remaja, menentukan rangkaian perkembangan remaja. Menurut Larson dkk dalam Santrock (2007), masa remaja (adolescence) adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan


(16)

masa dewasa yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Tugas pokok remaja adalah mempersiapkan diri memasuki masa dewasa. Sebetulnya, masa depan dari seluruh budaya tergantung pada seberapa efektifnya pengasuhan itu.

Meskipun rentang usia dari remaja dapat bervariasi tergantung dari lingkungan budaya dan historisnya, kini di Amerika Serikat dan sebagian besar budaya lainnya, masa remaja dimulai sekitar usia 10 hingga 13 tahun dan berakhir pada sekitar usia 18 hingga 22 tahun. Perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional yang dialami remaja dapat berkisar mulai dari perkembangan fungsi seksual hingga proses berfikir abstrak hingga kemandirian.

Masa remaja dibedakan menjadi periode awal dan periode akhir. Masa remaja awal (Early Adolescence) kurang lebih berlangsung di masa sekolah menengah pertama atau sekolah menengah akhir dan perubahan pubertas terbesar terjadi di masa ini. Masa remaja akhir (Late Adolescence)


(17)

kurang lebih terjadi pada pertengahan dasawarsa yang kedua dari kehidupan. Minat karir, pacaran dan eksplorasi identitas sering kali lebih menonjol di masa remaja akhir dibandingkan di masa remaja awal.

Pandangan lama mengatakan bahwa masa remaja merupakan satu-satunya periode transisi menuju dunia dewasa. Pendekatan baru menekankan pada variasi transisi dan peristiwa yang menentukan periode tersebut seperti halnya waktu dan urutannya (Santrock, 2007). Sebagai contoh, peristiwa pubertas dan peristiwa sekolah dipandang sebagai transisi pokok yang menandainya masuk masa remaja, menamatkan sekolah atau bekerja untuk pertama kalinya merupakan peristiwa transisi pokok yang menandai berakhirnya masa remaja dan masuknya orang ke masa dewasa.

Santrock (2007) menegaskan bahwa perkembangan didefinisikan sebagai suatu proses seumur hidup. Masa remaja merupakan bagian dari rangkaian kehidupan dan bukan merupakan suatu periode perkembangan yang tidak berkaitan dengan


(18)

periode-periode lainnya. Meskipun masa remaja memiliki karakteristik yang unik, hal-hal yang terjadi selama masa remaja berkaitan dengan perkembangan dan pengalaman di masa kanak-kanak maupun masa dewasa.

2.3.3 Ciri-ciri Perkembangan Remaja

Setiap remaja pasti melewati masa pubertas, yaitu masa dimana kematangan fisik berlangsung pesat, yang melibatkan perubahan hormonal dan tubuh, yang terutama berlangsung di remaja awal. Pubertas diiringi dengan berbagai perubahan yang berlangsung di dalam sistem endokrin, berat tubuh dan lemak tubuh. Bawaan pubertas bukanlah suatu insiden lingkungan. Kemunculan pubertas telah diprogram di dalam gen setiap manusia dan tidak berlangsung di usia 2 atau 3 tahun maupun di usia 20-an. Faktor-faktor lingkungan juga turut mempengaruhi kemunculan lamanya masa pubertas yang pada sebagian besar individu berlangsung antara usia 9-16 tahun. Santrock (2007) juga menyimpulkan bahwa perkembangan remaja di masa pubertas terlihat pada :


(19)

a. Perkembangan biologis

Perubahan fisik pada pubertas merupakan hasil aktivitas hormonal di bawah pengaruh sistem saraf pusat. Perubahan fisik tampak pada pertumbuhan peningkatan fisik. Urutan perubahan fisik yang terjadi pada remaja adalah sebagai berikut:

1. Munculnya kumis untuk pertama kalinya pada anak laki-laki dan melebarnya pinggul pada perempuan, terdapat aliran hormon-hormon (hormones), yaitu zat kimia yang kuat yang diciptakan oleh kelenjar endrokin dan dibawa ke seluruh tubuh melalui aliran darah.

2. Pertambahan tinggi badan dan perubahan suara pada laki-laki dan perkembangan pembesaran payudara, perkembangan rahim dan perubahan kerangka pada perempuan.

3. Terjadinya perubahan hormonal, pada laki-laki dimulai pada usia 10-11 tahun ditandai dengan ejakulasi dari air mani pertama. Sedangkan pada perempuan dimulai di usia sekitar 8-9 tahun terjadi menstruasi pertama.


(20)

4. Tumbuhnya rambut kemaluan yang halus dan berwarna gelap di kemaluan dan tumbuhnya rambut kemaluan yang keriting, tumbuhnya bulu ketiak.

b. Perkembangan psikologis

Terdapat perubahan psikologis dalam jumlah besar yang menyertai perkembangan pubertas remaja. Remaja mulai menganggap dirinya berbeda dengan yang lain dan mulai melihat dirinya sebagai individu yang lain.

c. Perkembangan kognitif

Remaja kurang memiliki keterampilan kognitif yang secara efektif dapat mengontrol kencenderungan untuk mencari kesenangan. Remaja sering membuat keputusan yang tidak matang dan memiliki konsekuensi yang berbahaya, diperlukan waktu agar remaja dapat berkembang, di mana kemampuan membuat penilaian yang matang merupakan salah satu di antaranya.


(21)

2.4 PSK (Pekerja Seks Komersial)

2.4.1 Pengertian

Pelacur, lonte, Pekerja Seks Komersial (PSK), wanita tuna susila (WTS), adalah beberapa istilah pada sesosok perempuan penjaja seks. Istilah pelacur berkata dasar “lacur” yang berarti malang, celaka, gagal, sial atau tidak jadi. Kata lacur juga memiliki arti buruk laku (Alwi dkk, 2001). Jika kata tersebut diuraikan dapat dipahami bahwa pelacur adalah orang yang menjual diri sebagai pelacur untuk mendapatkan imbalan tertentu. Pelacur adalah seseorang yang memberikan layanan hubungan seksual demi imbalan uang. (Hasan, 1995).

2.4.2 Ciri-ciri Pekerja Seks Komersial

Kartini (2005) menegaskan bahwa, beberapa ciri khas PSK adalah :

1). Wanita, lawan pelacur ialah gigolo (pelacur pria).

2). Cantik, molek, rupawan, manis, atraktif menarik, baik wajah maupun tubuhnya. Bisa merangsang selera seks kaum pria.


(22)

3). 75% dari jumlah pelacur di kota-kota ada di bawah usia 30 tahun dan berkisar antara usia 17-25 tahun.

4). Pakaiannya sangat mencolok, beraneka warna, sering aneh-aneh (eksentrik) untuk menarik kaum pria. Mereka sangat memperhatikan penampilan yaitu wajah, rambut, pakaian, alat-alat kosmetik dan parfum yang wangi semerbak.

5). Para PSK sering memakai nama samaran dan sering berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, agar tidak dikenal oleh banyak orang.

6). Mayoritas berasal dari strata ekonomi dan strata sosial rendah. Mereka pada umumnya tidak mempunyai ketrampilan (skill) khusus dan kurang pendidikannya. Modalnya adalah kecantikan dan kemudaannya.

Pada umumnya seorang PSK adalah wanita yang memiliki kesempurnaan secara fisik. Hal ini mutlak dibutuhkan karena merupakan modal dasar perempuan tersebut untuk terjun dan hidup sebagai


(23)

PSK. Mereka dituntut untuk tetap mempertahankan kecantikan agar tetap menarik.

2.4.3 Remaja Pekerja Seks Komersial.

Jika dilihat dari pengertian diatas, remaja PSK sendiri bisa diartikan sebagai seseorang dengan perkiraan usia 12-21 tahun (atau dianggap belum dewasa). Mereka mendapatkan uang, barang, material atau sejumlah bentuk kemewahan lainnya dengan cara memberikan jasa pelayanan seksual, baik berupa hubungan seks, oral seks atau kepuasan seksual lainnya, kepada siapapun yang membutuhkannya.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan remaja memilih bekerja sebagai PSK menurut hasil wawancara pada PSK remaja oleh staf Yayasan Hotline Surabaya, remaja wanita yang bekerja sebagai PSK dikarenakan sebelumnya pernah diperkosa, mempunyai masalah keluarga, ekonomi rendah, dijual oleh ayahnya sendiri dan dipengaruhi teman sebaya yang mempunyai uang banyak dan barang bagus dari hasil bekerja sebagai PSK (Hudiono, 2013).


(24)

2.5 Prespektif Teoritis

Remaja PSK (Remaja PSK adalah remaja yang berumur

12-24 tahun yang bekerja sebagai PSK.

Pengetahuan seks remaja tentang :  Seks bebas

 Dampak seks bebas  Faktor yang

mempengaruhi seks bebas

Perilaku seksual :  Berfantasi

 Pegangan tangan  Cium kering  Cium basah  Meraba  Berpelukan  Mastrubasi  Oral seks  Petting Intercourse


(25)

Masa remaja dimulai sekitar usia 10 hingga 13 tahun dan berakhir pada sekitar usia 18 hingga 24 tahun, ditandai dengan timbulnya tanda-tanda pubertas dan berlangsungnya pemasakan seksual sampai tercapainya pertumbuhan fisik dan mental, adanya perubahan fisik ini menimbulkan dorongan untuk melakukan seks pun meningkat. Remaja mulai merasakan suatu emosional yang dinamakan cinta, kemudian berlanjut dengan perilaku fisik sebagai bukti kasih sayang pada pasangan.

Perilaku fisik tersebut menimbulkan perilaku seksual yang dilakukan para remaja dan akan berdampak buruk apabila pemahaman tentang seksual pada remaja tidak diberikan secara tepat. Pengetahuan seks pada remaja perlu diperhatikan mengingat selama ini banyak remaja yang memperoleh pengetahuan seksnya dari teman sebaya dan masyarakat masih banyak mempercayai mitos-mitos seksual yang merupakan salah satu pemahaman yang salah. Bukti nyata pemahaman yang salah atas pengetahuan seks pada remaja adalah remaja tidak ragu untuk melakukan seks pranikah dan bekerja sebagai pekerja seks komersial, hal ini disebabkan oleh remaja berusaha untuk melakukan banyak hal yang hanya dapat dipuaskan dan diwujudkan, tanpa ada pertimbangan yang dilakukan.


(1)

4. Tumbuhnya rambut kemaluan yang halus dan berwarna gelap di kemaluan dan tumbuhnya rambut kemaluan yang keriting, tumbuhnya bulu ketiak.

b. Perkembangan psikologis

Terdapat perubahan psikologis dalam jumlah besar yang menyertai perkembangan pubertas remaja. Remaja mulai menganggap dirinya berbeda dengan yang lain dan mulai melihat dirinya sebagai individu yang lain.

c. Perkembangan kognitif

Remaja kurang memiliki keterampilan kognitif yang secara efektif dapat mengontrol kencenderungan untuk mencari kesenangan. Remaja sering membuat keputusan yang tidak matang dan memiliki konsekuensi yang berbahaya, diperlukan waktu agar remaja dapat berkembang, di mana kemampuan membuat penilaian yang matang merupakan salah satu di antaranya.


(2)

2.4 PSK (Pekerja Seks Komersial)

2.4.1 Pengertian

Pelacur, lonte, Pekerja Seks Komersial (PSK), wanita tuna susila (WTS), adalah beberapa istilah pada sesosok perempuan penjaja seks. Istilah pelacur berkata dasar “lacur” yang berarti malang, celaka, gagal, sial atau tidak jadi. Kata lacur juga memiliki arti buruk laku (Alwi dkk, 2001). Jika kata tersebut diuraikan dapat dipahami bahwa pelacur adalah orang yang menjual diri sebagai pelacur untuk mendapatkan imbalan tertentu. Pelacur adalah seseorang yang memberikan layanan hubungan seksual demi imbalan uang. (Hasan, 1995).

2.4.2 Ciri-ciri Pekerja Seks Komersial

Kartini (2005) menegaskan bahwa, beberapa ciri khas PSK adalah :

1). Wanita, lawan pelacur ialah gigolo (pelacur pria).

2). Cantik, molek, rupawan, manis, atraktif menarik, baik wajah maupun tubuhnya. Bisa merangsang selera seks kaum pria.


(3)

3). 75% dari jumlah pelacur di kota-kota ada di bawah usia 30 tahun dan berkisar antara usia 17-25 tahun.

4). Pakaiannya sangat mencolok, beraneka warna, sering aneh-aneh (eksentrik) untuk menarik kaum pria. Mereka sangat memperhatikan penampilan yaitu wajah, rambut, pakaian, alat-alat kosmetik dan parfum yang wangi semerbak.

5). Para PSK sering memakai nama samaran dan sering berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, agar tidak dikenal oleh banyak orang.

6). Mayoritas berasal dari strata ekonomi dan strata sosial rendah. Mereka pada umumnya tidak mempunyai ketrampilan (skill) khusus dan kurang pendidikannya. Modalnya adalah kecantikan dan kemudaannya.

Pada umumnya seorang PSK adalah wanita yang memiliki kesempurnaan secara fisik. Hal ini mutlak dibutuhkan karena merupakan modal dasar perempuan tersebut untuk terjun dan hidup sebagai


(4)

PSK. Mereka dituntut untuk tetap mempertahankan kecantikan agar tetap menarik.

2.4.3 Remaja Pekerja Seks Komersial.

Jika dilihat dari pengertian diatas, remaja PSK sendiri bisa diartikan sebagai seseorang dengan perkiraan usia 12-21 tahun (atau dianggap belum dewasa). Mereka mendapatkan uang, barang, material atau sejumlah bentuk kemewahan lainnya dengan cara memberikan jasa pelayanan seksual, baik berupa hubungan seks, oral seks atau kepuasan seksual lainnya, kepada siapapun yang membutuhkannya.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan remaja memilih bekerja sebagai PSK menurut hasil wawancara pada PSK remaja oleh staf Yayasan Hotline Surabaya, remaja wanita yang bekerja sebagai PSK dikarenakan sebelumnya pernah diperkosa, mempunyai masalah keluarga, ekonomi rendah, dijual oleh ayahnya sendiri dan dipengaruhi teman sebaya yang mempunyai uang banyak dan barang bagus dari hasil bekerja sebagai PSK (Hudiono, 2013).


(5)

2.5 Prespektif Teoritis

Remaja PSK (Remaja PSK adalah remaja yang berumur

12-24 tahun yang bekerja sebagai PSK.

Pengetahuan seks remaja tentang :  Seks bebas

 Dampak seks bebas  Faktor yang

mempengaruhi seks bebas

Perilaku seksual :  Berfantasi

 Pegangan tangan  Cium kering  Cium basah  Meraba  Berpelukan  Mastrubasi  Oral seks  Petting Intercourse


(6)

Masa remaja dimulai sekitar usia 10 hingga 13 tahun dan berakhir pada sekitar usia 18 hingga 24 tahun, ditandai dengan timbulnya tanda-tanda pubertas dan berlangsungnya pemasakan seksual sampai tercapainya pertumbuhan fisik dan mental, adanya perubahan fisik ini menimbulkan dorongan untuk melakukan seks pun meningkat. Remaja mulai merasakan suatu emosional yang dinamakan cinta, kemudian berlanjut dengan perilaku fisik sebagai bukti kasih sayang pada pasangan.

Perilaku fisik tersebut menimbulkan perilaku seksual yang dilakukan para remaja dan akan berdampak buruk apabila pemahaman tentang seksual pada remaja tidak diberikan secara tepat. Pengetahuan seks pada remaja perlu diperhatikan mengingat selama ini banyak remaja yang memperoleh pengetahuan seksnya dari teman sebaya dan masyarakat masih banyak mempercayai mitos-mitos seksual yang merupakan salah satu pemahaman yang salah. Bukti nyata pemahaman yang salah atas pengetahuan seks pada remaja adalah remaja tidak ragu untuk melakukan seks pranikah dan bekerja sebagai pekerja seks komersial, hal ini disebabkan oleh remaja berusaha untuk melakukan banyak hal yang hanya dapat dipuaskan dan diwujudkan, tanpa ada pertimbangan yang dilakukan.