Perbedaan Kompetensi Guru Pendidikan Jasmani Yang Mengikuti Dan Tidak Mengikuti Program MGMP Penjas SMP Kabupaten Pandeglang.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH... iv

DAFTAR ISI ... vi

LAMPIRAN-LAMPIRAN….. ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 11

C.Tujuan Penelitian ... 13

D.Asumsi Penelitian ... 14

E. Hipotesis Penelitian ... 17

F. Metode Penelitian ... 18

G.Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 19

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Kompetensi…………. ... 20

B.Kompetensi Guru ... 21

C.Kompetensi Pedagogik ... 24

1. Peran Guru Penjas Dalam Merencanakan Pembelajaran ... 26

2. Peran Guru Penjas Dalam Interaksi Belajar Mengajar ... 27

3. Peran Guru Penjas Sebagai Evaluator ... 30

D.Kompetensi Kepribadian ... 32

E.Kompetensi Sosial ... 36

F. Kompetensi Profesional ... 39

G.Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Pendidikan Jasmani . 45 1. Pengertian dan Latar Belakang Terbentuknya Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Pendidikan Jasmani ... 45

2. Hal-hal Yang Diharapkan Dari MGMP Pendidikan Jasmani ... 48

3. MGMP pendidikan Jasmani Kabupaten Pandeglang ... 49

4. Program MGMP Penjas SMP Kabupaten Pandeglang ... 51

BAB III METODE PENELITIAN A.Desain penelitian ... 55

B.Populasi dan Sampel ... 56

1. Pupulasi ... 56

2. Sampel ... 57


(2)

D.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 58

1. Variabel Penelitian ... 58

2. Definisi Operasional ... 58

E. Instrumen Penelitian ... 60

F. Langkah-langkah Penelitian ... 66

1. Tahap Persiapan ... 66

2. Tahap Pelaksanaan Uji Coba ... 66

3. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 67

4. Tahap Akhir Penelitian ... 67

G.Alur Penelitian ... 68

H.Prosedur dan Teknik Pengolahan Data ... 70

1. Pengujian Instrumen Penelitian ... 70

2. Menguji Normalitas Data ... 72

3. Uji Homogenitas ... 73

4. Uji Perbedaan Dua Sampel Independen/Bebas ... 73

5. Analisis Data ... 74

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengolahan Data ... 76

1. Uji Coba Angket ... 76

a. Uji Validitas ... 76

b.Uji Reliabilitas ... 77

2. Gambaran Umum Hasil Penelitian ... 79

a. Kompetensi Pedagogik ... 79

b. Kompeten Kepribadian ... 83

c. Kompetensi Sosial ... 87

d. Kompetensi Profesional ... 91

3. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 95

a. Uji Normalitas Data ... 96

b. Uji Homogenitas ... 97

c. Uji Independent Sampel t-Test ... 98

Pembahasan ... 101

1. Program MGMP Berpengaruh Terhadap Kompetensi Pedagogik ... 101

2. Program MGMP Berpengaruh Terhadap Kompetensi Kepribadian ... 105

3. Program MGMP Berpengaruh Terhadap Kompetensi Sosial ... 108

4. Program MGMP Berpengaruh Terhadap Kompetensi Profesional ... 110

5. Program MGMP Berpengaruh Terhadap Kompetensi Guru Penjas ... 114

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A.Kesimpulan ... 119


(3)

DAFTAR PUSTAKA ... …… 122 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 125


(4)

LAMPIRAN – LAMPIRAN

Halaman

Lampiran-lampiran ... 125

Lampiran 1 Angket Uji Coba Pengantar ... 126

Lampiran 2 Angket Penelitian Uji Coba ... 127

Lampiran 3 Instrumen Uji Coba ... 128

Lampiran 4 Angket Penelitian ... 136

Lampiran 5 Instrumen Penelitian ... 137

Lampiran 6 Jawaban Angket Uji Coba Kompetensi Pedagogik ... 143

Lampiran 7 Jawaban Angket Uji Coba Kompetensi Kepribadian ... 144

Lampiran 8 Jawaban Angket Uji Coba Kompetensi Sosial ... 145

Lampiran 9 Jawaban Angket Uji Coba Kompetensi Profesional ... 146

Lampiran 10 Data Hasil Penelitian Kompetensi Pedagogik Guru Penjas Yang Mengikuti Program MGMP ... 147

Lampiran 11 Data Hasil Penelitian Kompetensi Pedagogik Guru Penjas Yang Tidak Mengikuti Program MGMP ... 148

Lampiran 12 Data Hasil Penelitian Kompetensi Kepribadian Guru Penjas Yang Mengikuti Program MGMP ... 149

Lampiran 13 Data Hasil Penelitian Kompetensi Kepribadian Guru Penjas Yang Tidak Mengikuti Program MGMP ... 150

Lampiran 14 Data Hasil Penelitian Kompetensi Sosial Guru Penjas Yang Mengikuti Program MGMP ... 151 Lampiran 15 Data Hasil Penelitian Kompetensi Sosial Guru Penjas Yang


(5)

Tidak Mengikuti Program MGMP ... 152

Lampiran 16 Data hasil Penelitian Kompetensi Profesional Guru Penjas Yang Mengikuti Program MGMP ... 153

Lampiran 17 Data Hasil Penelitian Kompetensi Profesional Guru Penjas Yang Tidak Mengikuti Program MGMP ... 154

Lampiran 18 Rekapitulasi Data hasil Penelitian ... 155

Lampiran 19 One Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 156

Lampiran 20 t-Test ... 157


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1. Jadwal Kegiatan MGMP Penjas SMP Kabupaten Pandeglang

Tahun Ajaran 2009/2010 ... 53

Tabel 3.1. Kisi-kisi Instrumen Variabel Kompetensi Guru ... 61

Tabel 4.1. Jumlah Item Angket Hasil Uji Validitas ... 77

Tabel 4.2. Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas ... 78

Tabel 4.3. Rata-rata dan Standar Deviasi Kompetensi Pedgogik ... 79

Tabel 4.4. Perbandingan Persentase Ketercapaian Skor Indikator - indikator Kompetensi Pedagogik ... 81

Tabel 4.5. Rata-rata dan Standar Deviasi Kompetensi Pedagogik... 83

Tabel 4.6. Perbandingan Presentase Ketercapaian Skor Indikator- Indikator Kompetensi Kepribadian ... 85

Tabel 4.7. Rata-rata dan Standar Deviasi Kompetensi Sosial ... 87

Tabel 4.8. Perbandingan Persentase Ketercapaian Skor Indikator - indikator Kompetensi Sosial ... 88

Tabel 4.9. Perbandingan Ketercapaian Skor Indikator-indikator Kompetensi Profesional ... 91

Tabel 4.10. Perbandingan Persentase Ketercapaian Skor Indikator-indikator Kompetensi Profesional ... 93

Tabel 4.11. Hasil Uji Normalitas Data Hasil Penelitian ... 96


(7)

Tabel 4.13. Hasil Uji Perbedaan Guru-guru MGMP dan Guru-guru


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1. Struktur Organisasi MGMP Penjas SMP Kabupaten

Pandeglang ... 54 Gambar 3.1. Desain Penelitian ... 56 Gambar 3.2. Alur Penelitian ... 69 Gambar 4.1. Perbandingan Rata-rata Skor Kompetensi Pedagogik Guru MGMP dan

Non MGMP ... 80 Gambar 4.2. Perbandingan Persentase Ketercapaian Skor Masing-masing Indikator

Kompetensi Pedagogik ... 82 Gambar 4.3. Perbandingan Rata-rata Skor Kompetensi Kepribadian Guru MGMP

Dan Non MGMP ... 84 Gamabr 4.4. Perbandingan Persentase Ketercapaian Skor Masing-masing Indikator

Kompetensi Kepribadian ... 86 Gambar 4.5. Perbandingan Rata-rata Skor Kompetensi Sosial Guru MGMP dan Non

MGMP ... 88 Gambar 4.6. Perbandingan Persentase Ketercapaian Skor Masing-masing Indikator

Kompetensi Sosial ... 90 Gambar 4.7. Perbandingan Rata-rata Skor Kompetensi Profesional Guru MGMP

Dan Non MGMP ... 92 Gambar 4.8. Perbandingan Persentase Ketercapaian Skor Masing-masing Indikator


(9)

Gambar 4.9. Perbandingan Guru-guru MGMP dan Guru-guru Non MGMP Berdasarkan Aspek-aspek Yang Diukur Dalam Penelitian ... 101


(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Penelitian

Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Keberhasilan pembangunan nasional tersebut sangat dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia ini dilakukan melalui jalur pendidikan. Pendidikan yang berkualitas dapat meningkatkan kualitas manusia. Manusia yang berkualitas merupakan modal yang sangat penting untuk kemajuan suatu bangsa.

Pendidikan yang berkualitas ditentukan oleh terselenggaranya proses pendidikan yang bermutu. Guru merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan untuk terselenggaranya proses pendidikan. Oleh karena itu kehadiran dan kiprahnya sangat berpengaruh dalam mewujudkan program pendidikan nasional. Agar proses pendidikan berjalan efektif dan efisien diperlukan seorang guru yang berkualitas. Guru harus memiliki kualitas yang memadai, karena guru merupakan salah satu komponen mikro sistem pendidikan dan banyak mengambil peran dalam proses pendidikan di sekolah. Guru merupakan pendidik yang bertugas dalam kegiatan intrakurikuler yang berhubungan dengan proses pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanakan, dan evaluasi. Dalam kegiatan ekstrakurikuler guru juga bertugas membimbing dan melatih siswa yang memiliki kemauan dan kemampuan dalam mengembangkan potensinya baik


(11)

dalam bidang ilmu pengetahuan, olahraga, kesenian serta bidang lainnya. Hal ini sesuai dengan Undang-undang RI no 20 tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional Bab XI pasal 39, yang menyebutkan bahwa :

1. Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelola, pengembang, pengawas, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.

2. Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan, serta melakukan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik di perguruan tinggi.

Guru merupakan garis terdepan dalam proses belajar mengajar. Karena guru berinteraksi langsung dengan siswa. Gurulah yang memegang peranan yang sangat penting dalam membuat siswa mengerti dan paham mengenai mata pelajaran yang diajarkan. Sekolah sebagai institusi pendidikan membutuhkan guru yang tidak hanya berfungsi sebagai pengajar yang mengajarkan mata pelajaran tertentu kepada peserta didiknya tetapi juga sebagai pendidik yang memberikan bekal pengetahuan kepada siswanya mengenai etika, kemampuan untuk survive

dalam hidup, moral, empati, dan sebagainya. Untuk itu diperlukan guru yang memiliki kompetensi yang berkenaan dengan tugas pokoknya maupun dengan tugas tambahan lainnya. Syah (1999:229) menyatakan, bahwa, “Guru yang berkualitas adalah guru yang berkompetensi, yang berkemampuan untuk melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak”. Pengertian tentang kompetensi Guru dijelaskan di Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 sebagai “… seperangkat pengetahuan,


(12)

ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”.

Meskipun Undang-undang no 14 tahun 2005 mengisyaratkan bahwa guru harus memiliki kompetensi tetapi kenyataannya masih banyak guru yang berkompetensi rendah. Rendahnya kompetensi ini bisa berasal dari faktor internal maupun eksternal guru. Sutermeister (Sugiyono, 2007:27) menggambarkan faktor-faktor tersebut diantaranya: “latihan dan pengalaman kerja, pendidikan, sikap kepribadian, organisasi, para pemimpin, kondisi sosial, kebutuhan individu, kondisi fisik tempat kerja, kemampuan, motivasi kerja, dan sebagainya”.

Guru bukan hanya dituntut untuk menguasai ilmu mengajar saja tetapi juga ilmu mendidik, serta pengetahuan lainnya yang menunjang tugas pokoknya. Sebagai guru dan sebagai pribadi serta sebagai bagian dari masyarakat tindak-tanduk guru menjadi perhatian masyarakat, untuk itu guru harus memiliki kompetensi yang paripurna. Berdasarkan kompetensi yang harus dimiliki guru Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, dinyatakan bahwa :

Kompetensi yang harus dimiliki oleh Guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Kompetensi Guru tersebut bersifat menyeluruh dan merupakan satu kesatuan yang satu sama lain saling berhubungan dan saling mendukung.

Berdasarkan peraturan pemerintah tersebut guru dituntut memiliki empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Keempat kompetensi ini harus melekat pada diri individu seorang guru. Sebagai


(13)

tenaga pendidik dan pengajar kompetensi pedagogik merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki seorang guru, karena tanpa menguasai pedagogik bagaimana ia bisa melakukan proses pembelajaran dengan benar. Secara sederhana pedagogik adalah “Ilmu yang mempelajari proses belajar mengajar” (Suherman,1998:1). Dengan memiliki kompetensi pedagogik guru dapat melakukan proses pembelajaran secara efektif dan efisien sehingga peserta didik dapat meraih tujuan pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Lebih lanjut PP no 74 Tahun 2008 pasal 3 ayat (2) halaman 6 tentang Guru, menyebutkan bahwa :

Kompetensi pedagogik Guru merupakan kemampuan Guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi: 1. pemahaman wawasan atau landasan kependidikan

2. pemahaman terhadap peserta didik 3. pengembangan kurikulum/silabus 4. perancangan pembelajaran

5. pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis 6. pemanfaatan teknologi pembelajaran

7. evaluasi hasil belajar

Sebagai individu gurupun harus memiliki sikap yang harus menjadi teladan bagi peserta didiknya, memiliki sikap kasih sayang, arif dan bijaksana dalam memutuskan suatu permasalahan, hal ini seperti yang tercantum dalam PP no74 Tahun 2007 pasal 3 ayat (2) halaman 6 yang menyebutkan bahwa :

Kompetensi Kepribadian sekurang-kurangnya mecakup : 1. beriman dan bertaqwa

2. berakhlak mulia 3. arif dan bijaksana 4. demokratis 5. mantap 6. berwibawa


(14)

7. stabil 8. dewasa 9. jujur 10. sportif

11. menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat 12. secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri

13. mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.

Sebagai makhluk sosial guru harus pandai berkomunikasi baik dengan peserta didik, rekan kerja, atasan, orangtua siswa maupun masyarakat lainnya secara efektif dan efisien. Kompetensi sosial mempunyai hubungan yang erat dengan penyesuaian sosial dan kualitas interaksi antar pribadi. Komunikasi yang dimaksud bisa berupa lisan, tulisan, isyarat, maupun menggunakan alat teknologi komunikasi. Hal ini sesuai dengan PP no74 tahun 2008 pasal 3 ayat (2) halaman 7 menyebutkan bahwa yang dimaksud Kompetensi sosial , adalah :

1. berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun

2. menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional 3. bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga

kependidikan, pimpinan satuan pendidikan,orangtua wali peserta didik. 4. menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.

Guru yang memiliki tugas utama mengajar, harus berupaya untuk mengalihkan pengetahuan dan keterampilan melalui penyediaan seperangkat tugas-tugas ajar. Proses belajar mengajar tercipta manakala guru menyajikan seperangkat tugas ajar dan siswa melakukan tugas ajar tersebut.

Peningkatan mutu pembelajaran sudah barang tentu tidak akan tercapai dengan sendirinya, tetapi memerlukan perhatian dan upaya dari berbagai pihak yang terkait khususnya guru itu sendiri. Kualitas pengajaran mencakup 2 (dua) aspek yakni proses dan hasil kegiatan. Berkenaan dengan kedua jenis ukuran


(15)

keberhasilan tersebut kerangka berpikir yang diterapkan untuk meningkatkan mutu pendidikan jasmani ialah bahwa hasil merupakan akibat dari proses.

Kesuksesan suatu program pengajaran akan sangat ditentukan oleh profesionalisme yang dimiliki oleh guru. Guru yang profesional memiliki kompetensi atau kemampuan mengajar dan kemampuan memfasilitasi dalam suatu proses pembelajaran. Guru yang berkompeten akan lebih mampu membawa dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan efektif serta akan lebih mampu mengelola kelasnya dan membawa peserta didik pada pencapaian hasil belajar yang optimal. Kompetensi profesional menurut pasal 3 ayat (2) PP 74 tahun 2008 halaman 7 disebutkan, bahwa :

Kompetensi profesional berkenaan dengan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan :

1. materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai degan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang diampunya;

2. konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampunya.

Berbagai upaya untuk meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran dilakukan melalui berbagai pelatihan, seperti pelatihan model pembelajaran, pengembangan silabus, pembuatan materi standar, dan pelatihan-pelatihan lainnya. Mengenai pentingnya peningkatan kompetensi dan kinerja guru, Soetjipto dan Kosasi (2004:55) mengemukakan sebagai berikut :

Sebagai profesional, guru harus selalu meningkatkan pengetahuan, sikap, dan ketermpilan secara terus menerus. Sasaran penyikapan itu meliputi


(16)

penyikapan terhadap perundang-undangan, organisasi profesi, teman sejawat, peserta didik, tempat kerja, pemimpin, dan pekerjaaan. Sebagai jabatan yang harus dapat menjawab tantangan perkembangan masyarakat, jabatan guru harus selalu dikembangkan dan dimutakhirkan. Dalam bersikap guru harus selalu mengadakan pembaruan sesuai dengan tuntutan tugasnya.

Upaya peningkatan mutu pendidikan harus dilakukan dengan meningkatkan kompetensi guru. Profesi guru harus dibina dan dikembangkan melalui organisasi profesi. Tilaar (2004:137) mengemukakan ciri-ciri dari suatu profesi sebagai berikut :

1. memiliki suatu keahlian khusus; 2. merupakan suatu panggilan hidup;

3. memiliki teori-teori yang baku secara universal;

4. mengabdikan diri untuk masyarakat dan bukan untuk diri sendiri; 5. dilengkapi dengan kecakapan diagnostik dan kompetensi yang aplikatif; 6. memiliki otonomi dalam melaksanakan pekerjaannya;

7. mempunyai kode etik; 8. mempunyai klien yang jelas;

9. mempunyai organisasi profesi yang kuat, dan

10. mempunyai hubungan dengan profesi pada bidang-bidang lain.

Berdasarkan ciri-ciri kriteria suatu profesi, maka selain adanya lembaga pendidikan guru yang menghasilkan tenaga kependidikan, dan adanya organisasi PGRI yang mengembangkan profesi guru, perlu juga dikembangkan dalam organisasi yang lebih spesifik yang dapat membantu guru khususnya guru mata pelajaran untuk meningkatkan kemampuan dan kompetensinya, dan organisasi yang dimaksud adalah Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). MGMP dapat dijadikan wadah untuk peningkatan dan pengembangan kompetensi guru. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Mariana (2002:iv), bahwa :


(17)

Pengembangan kompetensi profesional guru dapat dilakukan melalui tiga kegiatan utama, yakni : 1) pembinaan intern sekolah baik dilakukan oleh Kepala Sekolah maupun oleh Pengawas SLTP; 2) memberdayakan keberadaan wadah MGMP; dan 3) mengikutsertakan guru dalam berbagai kegiatan seminar, lokakarya, dan sejenisnya.

Sebagaimana kita ketahui, MGMP merupakan suatu forum atau wadah profesional guru mata pelajaran yang berada pada suatu wilayah kabupaten/kota/kecamatan/sanggar/gugus sekolah. Ruang lingkupnya meliputi guru mata pelajaran pada SMP Negeri dan Swasta, baik yang berstatus PNS maupun non PNS. Prinsip kerjanya adalah cerminan kegiatan "dari, oleh, dan untuk guru" dari semua sekolah. Atas dasar ini, maka MGMP merupakan organisasi non struktural yang bersifat mandiri, berasaskan kekeluargaan, dan tidak mempunyai hubungan hierarkis dengan lembaga lain.

Tujuan diselenggarakannya MGMP adalah untuk memotivasi guru guna meningkatkan kemampuan dan keterampilannya dalam merencanakan, melaksanakan, dan membuat evaluasi program pembelajaran dalam rangka meningkatkan keyakinan diri sebagai guru profesional; meningkatkan kemampuan dan kemahiran guru dalam melaksanakan pembelajaran sehingga dapat menunjang usaha peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan; untuk mendiskusikan permasalahan yang dihadapi dan dialami oleh guru dalam melaksanakan tugas sehari-hari dan mencari solusi alternatif pemecahannya sesuai dengan karakteristik mata pelajaran masing-masing, kondisi sekolah, dan lingkungannya; membantu guru memperoleh informasi teknis edukatif yang berkaitan dengan kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi, kegiatan kurikulum, metodologi, dan sistem pengujian yang sesuai dengan mata pelajaran yang


(18)

bersangkutan; saling berbagi informasi dan pengalaman dari hasil lokakarya, simposium, seminar, diklat, workshop dan lain-lain sehingga berproses pada reorientasi pembelajaran yang efektif.

MGMP mengemban peran yang sangat strategis dalam upayanya menjadi wadah profesi yang dapat menjadi tempat meningkatkan kemampuannya sebagai guru. Lebih lanjut dalam buku Depdikud, (1998:23) diuraikan beberapa fungsi yang diemban MGMP sehubungan dengan tujuan dan peran di atas, yaitu:

1. Menyusun program jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek serta mengatur jadwal dan tempat kegiatan secara rutin; 2. Memotivasi para guru untuk mengikuti kegiatan MGMP secara rutin,

baik di tingkat sekolah, wilayah, maupun kota;

3. Meningkatkan mutu kompetensi profesionalisme guru dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengujian/evaluasi pembelajaran di kelas, sehingga mampu mengupayakan peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan di sekolah;

4. Mengembangkan program layanan supervisi akademik klinis yang berkaitan dengan pembelajaran yang efektif;

5. Mengembangkan silabus dan melakukan Analisis Materi Pelajaran (AMP), Program Tahunan (Prota), Program Semester (Prosem), Satuan Pelajaran (Satpel), dan Rencana Pembelajaran (Renpel); 6. Mengupayakan lokakarya, simposium dan sejenisnya atas dasar

inovasi manajemen kelas, manajemen pembelajaran efektif (seperti : PAKEM-Pendekatan Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan-,

joyful and quantum learning, hasil classroom action research, hasil studi komparasi atau berbagai studi informasi dari berbagai nara sumber, dan lain-lain.);

7. Merumuskan model pembelajaran yang variatif dan alat-alat peraga praktik pembelajaran program Life Skill, baik Broad Based Education

(BBE) maupun High Based Education (HBE);

8. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan MGMP Propinsi dan MGMP nasional serta berkolaborasi dengan MKKS dan sejenisnya secara kooperatif;

9. Melaporkan hasi kegiatan MGMP secara rutin setiap semester kepada Dinas Pendidikan Kabupaten;

10. Memprakarsai pembentukan Asosiasi Guru Mata Pelajaran (AGMP) dan menyusun AD/ART MGMP Kabupaten/Kota.


(19)

Dari paparan di muka, mau tidak mau, cepat atau lambat, disadari atau tidak, langsung atau tidak langsung, memberdayakan MGMP adalah sebuah keniscayaan. Pemberdayaan wadah MGMP pendidikan jasmani harus dilakukan, mengingat ada berbagai penyebab yang dapat menghambat dalam mewujudkan kemampuan dan kinerja guru pendidikan jasmani. Mengenai penyebab mengapa guru pendidikan jasmani kurang atau tidak mau meningkatkan kompetensinya, Ali (1988:27) mengemukakan sebagai berikut :

1. Kurangnya daya inovasi guru,

2. Lemahnya motivasi untuk meningkatkan kemampuan, 3. Ketidak peduliannya terhadap perkembangan,

4. Kurangnya sarana dan prasarana pendukung,

Permasalahan kompetensi guru merupakan masalah nasional sebab belum semua guru di Indonesia memenuhi syarat profesional sebagai tenaga pendidik yang ditunjukan dengan bukti sertifikat pendidik. Hanya sebagian saja yang sudah memiliki sertifikat pendidik hasil penilaian uji sertifikasi. Khususnya di kabupaten Pandeglang kepala dinas pendidikan kabupaten, Undang Suhendar, MPd mengatakan bahwa dari 12.000 guru yang ada di kabupaten Pandeglang hanya 30% yang sudah berijazah S-1. Berdasarkan pengamatan penulispun, guru pendidikan jasmani SMP Negeri di kabupaten Pandeglang belum semuanya memiliki kompetensi seperti yang diamanatkan oleh Undang-undang No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, hal ini dikarenakan diantaranya belum semuanya berkualifikasi Sarjana, masih berstatus honorer, sedikit sekali memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya melalui pendidikan dan latihan dan sejenisnya. Dengan adanya program MGMP Pendidikan Jasmani di


(20)

Kabupaten Pandeglang, guru pendidikan jasmani yang terlibat di dalamnya dapat memiliki kesempatan untuk mengembangkan kompetensinya. Pada tahun ajaran 2009/2010 pemerintah melalui LPMP Propinsi memberikan bantuan dana block

grant kepada MGMP pendidikan jasmani SMP kabupaten Pandeglang untuk

melaksanakan program MGMP. Namun sayangnya tidak semua guru pendidikan jasmani SMP kabupaten Pandeglang dapat dilibatkan dalam program ini karena berbagai alasan, diantaranya terbatasnya dana bantuan, serta lokasi tiap sekolah yang memiliki jarak yang terlalu jauh. Pelaksanaan program MGMP guru penjas SMP kabupaten Pandeglang tahun ajaran 2009/2010 menjadi bahan pertimbangan untuk pelaksanaan program sejenis dimasa yang akan datang dengan peserta dan materi yang lebih luas lagi.

Belum adanya evaluasi pelaksanaan program MGMP pendidikan jasmani, kabupaten Pandeglang tahun ajaran 2009/2010 serta untuk mengetahui pentingnya MGMP dalam meningkatkan kompetensi guru pendidikan jasmani, penulis merasa tertarik untuk meneliti sejauh mana program MGMP pendidikan jasmani tersebut dapat mengembangkan kompetensi guru (pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional) dan membandingkannya dengan yang tidak mengikuti program MGMP tersebut.

B. Rumusan Masalah

Tugas guru harus selalu aktif meningkatkan cakrawala pengetahuan agar tuntutan menjadi guru yang memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional dapat dimiliki. Usman (1995:3) mengemukakan bahwa, “Seorang guru harus peka , dan tanggap terhadap perubahan-perubahan, pembaharuan serta


(21)

ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang sejalan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat dan perkembangan jaman”. Oleh karena itu MGMP pendidikan jasmani sebagai organisasi profesi melalui programnya, berupaya untuk meningkatkan kompetensi guru pendidikan jasmani.

Dari uraian pada latar belakang penelitian tersebut jelaslah bahwa terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kompetensi guru, diantaranya tingkat pendidikan yang dimiliki, pengalaman mengajar, kesempatan untuk meningkatkan kompetensi melalui pendidikan dan latihan atau penataran-penataran dan yang sejenisnya. Dari beberapa faktor tersebut yang akan diteliti adalah keterlakasanaan program MGMP pendidikan jasmani dalam meningkatkan kompetensi guru pendidikan jasmani. Dari identifikasi tersebut di atas permasalahan dirumuskan dalam beberapa pertanyaan penelitian, sebagai berikut :

1. Apakah kompetensi pedagogik guru pendidikan jasmani yang mengikuti program MGMP penjas lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mengikuti program MGMP penjas SMP Kabupaten Pandeglang ?

2. Apakah kompetensi kepribadian guru pendidikan jasmani yang mengikuti program MGMP penjas lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mengikuti program MGMP penjas SMP Kabupaten Pandeglang ?

3. Apakah kompetensi sosial guru pendidikan jasmani yang mengikuti program MGMP penjas lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mengikuti program MGMP penjas SMP Kabupaten Pandeglang ?


(22)

4. Apakah kompetensi profesional guru pendidikan jasmani yang mengikuti program MGMP penjas lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mengikuti program MGMP penjas SMP Kabupaten Pandeglang ?

5. Apakah kompetensi guru pendidikan jasmani yang mengikuti program MGMP penjas lebih tingi dibandingkan dengan yang tidak mengikuti program MGMP penjas SMP Kabupaten Pandeglang ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, serta supaya penelitian ini terarah, penulis menetapkan tujuan dari penelitian ini, adalah : 1. Untuk mengetahui apakah kompetensi pedagogik guru pendidikan jasmani

yang mengikuti program MGMP penjas lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mengikuti program MGMP penjas SMP Kabupaten Pandeglang.

2. Untuk mengetahui apakah kompetensi kepribadian guru pendidikan jasmani yang mengikuti program MGMP penjas lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mengikuti program MGMP penjas SMP Kabupaten Pandeglang.

3. Untuk mengetahui apakah kompetensi sosial guru pendidikan jasmani yang mengikuti program MGMP penjas lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mengikuti program MGMP penjas SMP Kabupaten Pandeglang.

4. Untuk mengetahui apakah kompetensi profesional guru pendidikan jasmani yang mengikuti program MGMP penjas lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mengikuti program MGMP penjas SMP Kabupaten Pandeglang.


(23)

5. Untuk mengetahui apakah kompetensi guru pendidikan jasmani yang mengikuti program MGMP lebih tingi dibandingkan dengan yang tidak mengikuti program MGMP penjas SMP Kabupaten Pandeglang.

D. Asumsi Penelitian

Asumsi dapat berupa teori baik pemikiran penulis maupun orang lain. Lebih lanjut Ridwan (2008:30) mengemukakan bahwa :

Fungsi asumsi dalam sebuah tesis merupakan titik pangkal penelitian dalam rangka penulisan tesis. Asumsi dapat berupa teori, evidensi-evidensi dan dapat pula pemikiran peneliti sendiri. Apapun materinya asumsi tersebut harus sudah merupakan sesuatu yang tidak perlu dipersoalkan atau dibuktikan lagi kebenarannya.

Dalam merumuskan asumsi-asumsi penelitian ini ditempuh melalui telaah berbagi konsep dan teori yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan MGMP terhadap kompetensi guru. Kinerja bergantung pada pengaturan kemampuan (ability), upaya (effort), dan keterampilan (skill) hal ini didukung oleh pendapat Hoy dan Miskell (2001:116) yang menyatakan bahwa kinerja (performance) =

ability x motivation.

Kinerja ditentukan oleh kemampuan yang diperoleh dari hasil pendidikan, pelatihan, pengalaman, sedangkan motivasi merupakan perhatian khusus dari hasrat seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan dengan baik. Hal senada dikemukakan oleh Sustermeister (1976:45) yaitu “ ... we have recognized that employee performance depends on both motivation and ability.”

Kompetensi merupakan bagian dari kepribadian individu yang relatif stabil, dan dapat dilihat serta diukur dari perilaku individu yang bersangkutan,


(24)

dimanapun dan dalam situasi apapun. Peningkatan sumber daya manusia dapat dilakukan dengan pemberian pendidikan dan pelatihan. Dalam Hal ini Becker, (1993:17) mengemukakan, bahwa “Education and training are the most important investment in human capital”.

Dalam meningkatkan kompetensinya guru bisa memanfaatkan organisasi yang relefan sebagai wadah penyelengaaraan pendidikan dan latihan yang dibentuk untuk kepentingan dan mewujudkan tujuan yang ditetapkan bersama-sama . Organisasi merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan, dengan demikian organisasi harus dibuat secara rasional, dalam arti dibentuk dan beroperasi berdasarkan ketentuan formal dengan memperhitungkan efisiensi dan efektivitas. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Thoha (2001:102), bahwa “Organisasi juga dipandang sebagai sebuah wadah tak terwujud yang di dalamnya terdiri dari sekelompok orang yang dengan sadar dan terikat dengan norma tertentu , bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama”. Organisasi guru pendidikan jasmani yang memungkinkan untuk meningkatkan kompetensi sebagai guru seperti yang diamanatkan undang-undang no 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen adalah MGMP penjas. Dalam Depdikbud (1998:3) disebutkan, bahwa :

Tenaga kependidikan dapat membentuk ikatan profesi sebagai wadah untuk meningkatkan dan mengembangkan karir, kemampuan, kewenangan profesional, martabat, dan kesejaheraan tenaga kependidikan demi tercapainya tujuan pendidikan nasional secara optimal.

Agar program MGMP penjas dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, perencanaan program harus disusun berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. Perencanaan program harus didasarkan pada kebutuhan pokok yang


(25)

menjadi tugas guru penjas. Selain itu isi program MGMP harus mengacu kepada kompetensi yang harus dimiliki oleh guru penjas. Untuk itu di dalam program MGMP harus mencakup keempat kompetensi, yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Hal ini memungkinkan karena MGMP dalam membuat programnya berdasarkan hasil musyawarah dengan berlandaskan pada tugas pokok sebagai guru. Musyawarah merupakan bentuk komunikasi yang efektif dan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kinerja. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Kochler (Sumirat 2002:22), bahwa : ‘Faktor komunikasi turut serta mempengaruhi kinerja, antara lain karena komunikasi dilaksanakan untuk menggerakan aktivitas organisasi seperti halnya oksigen yang digunakan manusia demi kehidupan’. MGMP penjas sebagai organisasi berkumpulnya guru mata pelajaran penjas harus senantiasa menjaga iklim organisasi yang baik agar dapat berdampak positif bagi anggotanya. Muhammad (2007:90) mengemukakan, bahwa : “Ada hubungan yang positif antara ketepatan komunikasi yang berkenaan dengan tugas, komunikasi kemanusiaan, dan komunikasi pembaharuan dengan kepuasan kerja dan hasil yang dicapai oleh pekerja”. Ini artinya semakin tinggi kepuasan komunikasi di dalam organisasi dalam hal ini MGMP, iklim organisasi akan bertambah positif, sehingga kepuasan anggota akan meningkat, dan produktivitas guru penjas yang mengikuti program MGMP akan meningkat pula.

Untuk memotivasi keaktifan guru penjas yang mengikuti program MGMP diperlukan dukungan dari kepala sekolah sebagai atasan langsungnya di sekolah, sebab dengan dukungan dari kepala sekolah yang berupa kebijakan mengijinkan guru penjas mengikuti program MGMP dengan mengatur jadwal kegiatan


(26)

belajarnya di sekolah memungkinkan guru penjas dapat mengikuti program MGMP tanpa mengganggu tugas pokoknya.

Untuk meningkatkan profesionalisme guru penjas diperlukan berbagai upaya berupa peningkatan kreativitas kerja, kinerja, dan produktivitas kerja serta berbagai bentuk pelatihan, pendidikan profesional, dan berbagai kegiatan profesional. Dalam hal ini Fattah (2000:59) mengemukakan, bahwa :

Lima upaya dalam meningkatkan kualitas guru, yaitu meningkatkan kemampuan profesional, upaya profesional, kesesuaian waktu yang dicurahkan untuk kegiatan profesional, kesesuaian antara keahlian dengan pekerjaannya, dan kesejahteraan yang memadai.

Dampak positif pelaksanaan program MGMP dapat terwujud apabila proses pelaksanaan program dirancang sesuai dengan tujuan. Pelaksanaan program yang baik dapat meningkatkan kompetensi yang dimiliki guru penjas. Peningkatan kompetensi tersebut tercermin dari perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku serta kinerja dan prestasi kerja, karena itu program MGMP penjas dilaksanakan untuk mendukung proses pencapaian tujuan MGMP penjas melalui guru penjas yang dilibatkan dalam pelaksanaan programnya.

E. Hipotesis Penelitian

Didasari oleh asumsi penelitian di atas, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Kompetensi pedagogik guru pendidikan jasmani yang mengikuti program MGMP penjas lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mengikuti program MGMP penjas SMP Kabupaten Pandeglang.


(27)

2. Kompetensi kepribadian guru pendidikan jasmani yang mengikuti program MGMP penjas lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mengikuti program MGMP penjas SMP Kabupaten Pandeglang.

3. Kompetensi sosial guru pendidikan jasmani yang mengikuti program MGMP penjas lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mengikuti program MGMP penjas SMP Kabupaten Pandeglang.

4. Kompetensi profesional guru pendidikan jasmani yang mengikuti program MGMP penjas lebih tingi dibandingkan dengan yang tidak mengikuti program MGMP penjas SMP Kabupaten Pandeglang ?

5. Kompetensi guru pendidikan jasmani yang mengikuti program MGMP penjas lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mengikuti program MGMP penjas SMP kabupaten Pandeglang.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian ini adalah metode ex post facto, metode ini dipergunakan karena meneliti peristiwa yang telah terjadi yaitu pelaksanaan program MGMP penjas SMP kabupaten Pandeglang yang telah dilaksanakan pada semester I tahun ajaran 2009/2010. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dampak kegiatan pelaksanaan program MGMP penjas terhadap peningkatan kompetensi guru penjas, yang meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional kemudian dibandingkan dengan guru penjas yang tidak mengikuti program MGMP. Sugiyono (1999:7) mengemukakan bahwa “Penelitian ex post facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah


(28)

terjadi dan kemudian melihat ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut”.

G. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah SMP Negeri yang berada di wilayah kabupaten Pandeglang Propinsi Banten.

2. Populasi dan sampel

Populasi penelitian ini adalah semua guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang mengajar di SMP Negeri kabupaten Pandeglang sebanyak 78 orang. Sampel penelitiannya terdiri dari 24 orang guru penjas yang mengikuti program MGMP dan 24 orang guru penjas lainnya yang tidak mengikuti program MGMP pendidikan jasmani SMP kabupaten Pandeglang tahun ajaran 2009/2010.


(29)

55 BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang dipergunakan pada penelitian ini adalah ex post facto. Penggunaan metode penelitian ex post facto ini dilakukan karena program MGMP penjas SMP di kabupaten Pandeglang telah dilaksanakan pada semester I tahun ajaran 2009/2010, yang terdiri dari 12 pertemuan mulai tanggal 23 Juli 2009 sampai dengan 28 Januari 2010. Sugiyono (1999:7) mengemukakan bahwa, “penelitian ex post facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian melihat ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut”. Dalam hal ini peningkatan kompetensi guru penjas sebagai dampak dari keikut sertaannya dalam program MGMP penjas SMP kabupaten Pandeglang. Penelitian ini tidak ada manipulasi langsung terhadap variable bebas (independen).

Dalam bab ini dibahas tentang prosedur penelitian yaitu mengenai langkah-langkah yang ditempuh untuk memecahkan masalah penelitian yang meliputi : desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, , instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua kelompok, yang terdiri dari kelompok guru penjas yang sebelumnya telah mengikuti program MGMP penjas dan kelompok guru penjas yang tidak mengikuti porgam MGMP penjas pada semester I tahun ajaran 2009/2010. Desain penelitiannya adalah sebagai berikut :


(30)

Gambar 3.1

Desain Penelitian Expost Facto

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang mempunyai kaitan dengan masalah yang diteiliti. Lebih lanjut Sugiyono (2008:61) mengemukakan, bahwa “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi bisa bukan berupa benda atau orang. Pendapat ini dikemukakan oleh Nazir (1998:3), yang mengatakan bahwa “Populasi adalah berkenaan dengan data, bukan orang atau bendanya”. Sedangkan Handari (1995:141) menjelaskan “populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap”.

X2

(Guru Yang Tidak Mengikuti MGMP Penjas)

X1

(Guru Yang Mengikuti MGMP Penjas)

O1

(Kompetensi kepribadian)

O2

(Kompetensi Pedagogik)

O3

(Kompetensi Sosial)

O4


(31)

Dalam penelitian ini populasinya adalah guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan SMP Negeri di kabupaten Pandeglang yang berjumlah 79 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti dan diambil datanya. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Arikunto (1998:117), bahwa, “Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel penelitian ini adalah semua guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang mengikuti program MGMP pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan SMP Negeri di kabupaten Pandeglang dan pembandingnya yaitu guru penjas yang tidak mengikuti program MGMP yang diambil dengan purposive sampling. Riduwan (2008:61) menjelaskan, bahwa “Purposive sampling, yaitu cara pengambilan sampel yang tidak memberikan kesempatan (peluang) pada setiap anggota populasi untuk dijadikan anggota sampel”. Lebih lanjut Lutan (2001:5.17) menjelaskan bahwa :

Purposive sampling ini berbeda dengan convience sampling, dimana peneliti tidak mempelajari siapa saja yang tersedia, tetapi menggunakan pertimbangannya untuk menentukan sampel yang mereka percayai berdasarkan atas informasi terdahulu, dan akan memberikan data yang diperlukan.

Sampel yang dipergunakan pada penelitian ini berjumlah 48 orang guru penjas yang terdiri dari 24 orang guru penjas yang mengikuti program MGMP penjas dan 24 orang guru penjas lainnya yang tidak mengikuti program MGMP penjas SMP kabupaten Pandeglang. Dengan pertimbangan tertentu diupayakan kedua kelompok sampel memiliki karakteristik yang relatif homogen dari segi


(32)

usia, status kepegawaian (PNS, honorer), lama mengajar, pendidikan, komposisi jumlah laki-laki dan perempuan.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian, adalah tempat, wilayah atau lokasi peneliti melakukan penelitian. Tempat penelitian ini adalah sejumlah SMP yang berada di wilayah kabupaten Pandeglang propinsi Banten tempat sampel penelitian menjalankan tugasnya sebagai guru penjas.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Yang dimaksud dengan variabel adalah gejala yang bervariasi dan menjadi obyek penelitian (Arikunto,2002:106). Variabel dalam penelitian ini adalah Kompetensi Guru penjas yang meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional guru penjas yang mengikuti dan tidak mengikuti program MGMP penjas SMP Negeri kabupaten Pandeglang.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional pada penelitian ini, adalah :

a. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Penjasorkes SMP Sanggar Pandeglang adalah satu wadah berkumpulnya guru-guru Penjasorkes SMP kabupaten Pandeglang yang dipandang sangat penting dan strategis dalam kaitannya membangun sumber daya manusia yang bermutu. Oleh karena itu, dalam setiap bentuk kegiatan atau program kegiatan yang dilakukan senantiasa mencerminkan dedikasi dan profesionalisme.


(33)

b. Program MGMP yang dimaksud dalam penelitian ini adalah program MGMP Penjasorkes kabupaten Pandeglang tahun 2009/2010 yang terselenggara dengan bantuan dana block grant dari pemerintah melalui LPMP Propinsi Banten, yang terdiri dari 12 pertemuan mulai tanggal 23 Juli 2009 sampai dengan 28 Januari 2010 diikuti 24 guru penjas SMP Negeri kabupaten Pandeglang.

c. Kompetensi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kompetensi yang harus dimiliki guru penjas meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional seperti yang diamanatkan dalam Undang-undang Guru dan Dosen no 14 tahun 2005.

d. Kompetensi pedagogik, adalah berkenaan dengan kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman peserta didik, perencanaan, dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

e. Kompetensi kepribadian berkenaan dengan dimilikinya kepribadian yang mantap, jujur, disiplin, stabil, dewasa, arif (bijaksana), berwibawa, berakhlak mulia, dan menjadi teladan bagi peserta didik.

f. Kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali, peserta didik, dan masyarakat sekitar, memiliki jiwa sosial, terlibat dalam kegiatan dan perkumpulan olahraga.

g. Kompetensi profesional berkenaan dengan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya dapat


(34)

membimbing peserta didik dalam memenuhi standar kompetensi yang diharapkan.

E. Instrumen Penelitian

Untuk mengumpulkan data diperlukan instrumen. Arikunto (1996: 91) menjelaskan, bahwa, “Instrumen tes adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya akan lebih baik, dalam arti cepat, lengkap, sistematis sehingga akan lebih mudah untuk diolah”. Instrumen dalam penelitian ini berupa penyataan yang diajukan dalam bentuk angket yang dikembangkan oleh peneliti atas dasar definisi operasional dari masing-masing variabel mengacu pada indikator yang telah dituangkan dalam kisi-kisi instrumen. Skala yang dipergunakan adalah skala Likert. Riduwan (2008:86) menyatakan, bahwa “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial”.

Dengan menggunakan Skala Likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen berupa pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Pernyataan dalam instrumen penelitian ini terdiri dari pernyataan positif dan negatif. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata bernilai 1 sampai 5, sebagai berikut :


(35)

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

Sangat Setuju (SS) = 5 Sangat Tidak Setuju (STS) = 5

Setuju (S) = 4 Tidak Setuju (TS) = 4

Tidak Tahu (TT) = 3 Tidak Tahu (TT) = 3

Tidak Setuju (TS) = 2 Setuju (S) = 2

Sangat Tidak Setuju (STS) = 1 Sangat Setuju (SS) = 1

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Variabel Kompetensi Guru

Komponen Sub

Komponen Indikator Sub Indikator

No Item Pertanyaan

+ –

Kompetensi Guru Penjas (UU No 14 Th. 2005)

Kompetensi Pedagogik (PP No 74 Tahun 2008)

a. Memahami dengan baik ciri-ciri peserta didik

Pengetahuan, Sikap,

Ketrampilan Gerak

1, 9 19, 2

Tahu nama siswa 4 b. Memahami potensi-potensi anak didik Keterampilan dasar

6 5

Kesegaran jasmani

7

Minat dan bakat 12 17 c. Memahami penyusunan rencana pelajaran Menyusun RPP sendiri 11 Memahami Kompetensi Dasar 10 Pertimbangan dalam membuat RPP 16 d. Mengusai pendekatan dan strategi pembelajaran. Bentuk pemanasan 3 e. Menguasai prinsip dan proses PBM yang efektif Jumlah Waktu Aktif Berlatih 21


(36)

Tabel 3.1 (Lanjutan)

Komponen Sub

Komponen Indikator Sub Indikator

No Item Pertanyaan

+ –

Kompetensi Guru Penjas (UU No 14 Th. 2005)

Kompetensi Pedagogik Kompetensi Pedagogik (PP No 74 Tahun 2008)

PBM yang Aktif, Kreatif,

20 8

f. Membimbing anak bila menghadapi persoalan dalam pembelajaran Aktif membimbing siswa

13 14

g. Menilai kemajuan belajar peserta didik secara total Faktor penilaian 15, 18 Waktu pemberian nilai 22 Kompetensi Kepribadian (PP No 74 Tahun 2008)

a. Bekerja keras Pantang Menyerah

1 2

b. Memiliki akhlak yang mulia

Baik hati 4

Ikhlas 11

Sabar 13

c. Memiliki sikap arif dan

bijaksana dalam bertindak

Bijaksana 23 14, 25

d. Memiliki sikap demokratis Menerima kritikan 15, 16, 18 Menerima perubahan 24 e. Memiliki

wibawa di depan semua orang

Menjaga wibawa

3, 6

f. Memiliki sikap disiplin Disiplin berpakaian 9 g. Bertanggung jawab Keselamatan siswa 10 Melaksanakan tugas

12 22 h. Memiliki sikap

percaya diri

Memiliki kemampuan


(37)

Tabel 3.1 (Lanjutan)

Komponen Sub

Komponen Indikator Sub Indikator

No Item Pertanyaan

+ –

Kompetensi Guru Penjas (UU No 14 Th. 2005)

Kompetensi Kepribadian (PP No 74 Tahun 2008)

i. Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat

Datang lebih awal

5 8

Kompetensi Sosial (PP No 74 Tahun 2008) a. Memahami komunikasi lisan, tulisan, isyarat secara santun dan efektif

Bahasa Isyarat 13 3

Menyampaikan informasi hasil belajar tanpa diminta 9 Komunikasi verbal 15, 19 Memberi pujian 21,

23

22 b. Bergaul secara

efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependi-dikan, pimpinan satuan pendi-dikan,orangtua peserta didik. Berinteraksi dengan siswa

7 11

Berinteraksi dengan atasan

12 c. Berjiwa Sosial Mengajarkan

siswa berbagi tempat, peralatan 10 Menjadi donor darah 16 Mengkordinir bantuan 17


(38)

Tabel 3.1 (Lanjutan)

Komponen Sub

Komponen Indikator Sub Indikator

No Item Pertanyaan

+ –

Kompetensi Guru Penjas (UU No 14

Th. 2005)

Kompetensi Sosial (PP No 74 Tahun 2008) d. Bersosialisasi dengan masyarakat sekitar Berolahraga dengan masyarakat

1 6

Ikut organisasi kemasyarakatan 2 Bergaul dengan masyarakat sekitar 8

e. Terlibat dengan organisasi baik yang berhubungan dengan olahraga atau profesi. Terlibat dalam organisasi keolahragaan

5, 18 4

f. Mengerti nilai-nilai, budaya dan tradisi masyarakat Pelestari budaya 14 Kompetensi Profesional (PP No 74 Tahun 2008)

a. Menguasai substansi atau materi atau isi

teaching subject atau mata pelajaran yang menjadi bidang keahlian. Mengembang kan aktivitas fisik 1, 3, 12 Menguraikan materi pelajaran 2 Memahami materi pelajaran 9, Menghubung- kan dengan kehidupan nyata 14 Mengikuti perubahan kurikulum 18


(39)

Tabel 3.1 (Lanjutan)

Komponen Sub

Komponen Indikator Sub Indikator

No Item Pertanyaan

+ –

Kompetensi Guru Penjas (UU No 14 Th. 2005)

Kompetensi Profesional (UU No 14 Tahun 2005, PP No 74 Tahun 2008)

b. Menguasai peralatan dan sumber pelajaran yang diperlukan dalam PBM

Menguasai media audio visual.

20 10,

c. Mengusai pelaksanaan

KBM yang

efektif Berorientasi pada jumlah waktu aktif berlatih 7 Variasi bentuk latihan 8 d. Menambah pengetahuan untuk

menunjang tugas pokok sebagai guru penjas

Membaca buku 4, 5, 19 Berdiskusi dengan guru mata pelajaran lain 6

Mengkuti diklat 11 17 e. Menguasai dan

menggunakan teknologi

informasi dan komunikasi dalam upaya meningkatkan efektivitas belajar anak.

Memanfaatkan internet


(40)

F. Langkah-langkah Penelitian 1. Tahap Persiapan :

a. Menyiapkan Ijin Penelitian

Ijin penelitian diajukan kepada SPS UPI Bandung dan Dinas Pendidikan Kabupaten Pandeglang oleh peneliti sebagai bentuk legalitas penelitian.

b. Membuat kisi-kisi uji coba instrumen penelitian.

Kisi-kisi uji coba instrumen dibuat berdasarkan komponen kompetensi guru yang akan diteliti terdiri dari 4 kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Dari masing-masing kompetensi tersebut dikembangkan menjadi masing-masing 30 item, sehingga jumlah keseluruhan kompetensi yang akan dijadikan pernyataan dalam angket untuk dijadikan instrumen penelitian sebanyak 120 item pernyataan.

c. Membuat instrumen uji coba berbentuk angket

Instrumen penelitian berdasarkan kisi-kisi yang dibuat berbentuk angket yang berisikan pernyataan positif dan negatif. Angket pernyataan masing-masing kompetensi berjumlah 30. Sehingga jumlah semua pernyataan yang harus diisi oleh responden uji coba sebanyak120.

2. Tahap Pelaksanaan Uji Coba a. Menyebarkan Angket Uji Coba

Langkah selanjutnya menyebarkan angket uji coba kepada responden. Responden yang mengisi angket uji coba ini berjumlah 25 orang guru penjas SMP di luar wilayah kabupaten Pandeglang, yang terdiri dari 13 orang guru


(41)

penjas SMP dari kota Serang dan 12 orang guru penjas SMP dari kabupaten Lebak.

b. Analisis instrumen uji coba

Setelah instrumen yang berbentuk angket diisi oleh responden uji coba selanjutnya instrumen tersebut dianalisis untuk diketahui tingkat validitas dan reliabilitasnya.

c. Pemantapan Instrumen

Berdasarkan hasil analisis tersebut item-item yang valid ditetapkan menjadi instrument yang akan dipergunakan sebagai pengumpul data pada penelitian.

3. Tahap pelaksanaan Penelitian : a. Menyebarkan angket kepada sampel

Langkah selanjutnya menyebarkan instrument penelitian yang berbentuk angket kepada guru penjas yang mengikuti dan tidak mengikuti program MGMP penjas SMP kabupaten Pandeglang sebanyak 48 orang.

b. Mengumpulkan angket penelitian

Setelah 1-2 hari diberi waktu untuk mengisi angket penelitian selanjutnya angket tersebut diambil dari semua sampel untuk dilakukan analisis data.

4. Tahap Akhir Penelitian a. Menganalisis Data

Dari hasil angket yang diisi oleh kedua kelompok sampel selanjutnya dianalisis mempergunakan program SPSS 12.0 untuk diketahui gambaran masing-masing kompetensi dari kedua sampel tersebut. Setelah diketahui


(42)

gambaran masing-masing kompetensi kedua kelompok sampel, selanjutnya dibandingkan untuk mengetahui adanya perbedaan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional antara guru Penjas yang mengikuti dan tidak mengikuti program MGMP Penjas SMP Negeri di Kabupaten Pandeglang.

Analisis selanjutnya adalah uji normalitas data dan uji homogenitas. Uji normalitas untuk mengetahui normal tidaknya data yang diteliti sedangkan uji homogenitas untuk mengetahui homogen dan tidaknya data penelitian.

b. Pengujian Hipotesis dan Menarik Kesimpulan

Uji hipotesis penelitian tentang perbedaan guru-guru Penasorkes SMP di Kabupaten pandeglang yang mengikuti program MGMP dengan guru-guru Penjasorkes SMP di Kabupaten pandeglang yang tidak mengikuti program MGMP dalam hal kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, serta kompetensi profesional dilakukan dengan uji-t jika data masing-masing kelompok berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen.

G. Alur Penelitian

Alur penelitian ini merupakan gambaran serangkaian penelitian dalam pengumpulan data penelitian mulai dari penentuan populasi dalam penelitian ini adalah, kemudian sampel yang diambil variabel dari masing-masing sampel yang akan diuji, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional untuk kemudian dianalisis, hasil analisis inilah yang menjadi kesimpulan dari penelitian. Untuk lebih jelasnya di bawah ini digambarkan alur penelitian:


(43)

Gambar 3.2 Alur Penelitian Populasi Guru Penjas SMP Negeri kabupaten

Pandeglang

Sampel Guru Penjas SMP kabupaten Pandeglang Yang Mengikuti Program

MGMP Penjas.

Sampel Guru Penjas SMP kabupaten Pandeglang Yang Tidak Mengikuti Program MGMP Penjas.

Tes Kompetensi Pedagogik Tes Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik Tes Kompetensi Kepribadian Tes Kompetensi Kepribadian

Tes Kompetensi Sosial Tes Kompetensi Sosial

Tes Kompetensi Profesional

Tes Kompetensi Profesional Populasi Guru Penjas

SMP Negeri kabupaten Pandeglang

Sampel Guru Penjas SMP kabupaten Pandeglang Yang Mengikuti Program

MGMP Penjas.

Sampel Guru Penjas SMP kabupaten Pandeglang Yang Tidak Mengikuti Program MGMP Penjas.

Tes Kompetensi Pedagogik Tes Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik Tes Kompetensi Kepribadian Populasi Guru Penjas

SMP Negeri kabupaten Pandeglang

Sampel Guru Penjas SMP kabupaten Pandeglang Yang Mengikuti Program

MGMP Penjas.

Sampel Guru Penjas SMP kabupaten Pandeglang Yang Tidak Mengikuti Program MGMP Penjas.

Tes Kompetensi Pedagogik Tes Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik Tes Kompetensi Kepribadian Tes Kompetensi Kepribadian

Tes Kompetensi Sosial

Populasi Guru Penjas SMP Negeri kabupaten

Pandeglang

Sampel Guru Penjas SMP kabupaten Pandeglang Yang Mengikuti Program

MGMP Penjas.

Sampel Guru Penjas SMP kabupaten Pandeglang Yang Tidak Mengikuti Program MGMP Penjas.

Tes Kompetensi Pedagogik Tes Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik Tes Kompetensi Kepribadian

Tes Kompetensi Sosial

Tes Kompetensi Profesional Tes Kompetensi Profesional Tes Kompetensi Kepribadian

Tes Kompetensi Sosial

Populasi Guru Penjas SMP Negeri kabupaten

Pandeglang

Sampel Guru Penjas SMP kabupaten Pandeglang Yang Mengikuti Program

MGMP Penjas.

Sampel Guru Penjas SMP kabupaten Pandeglang Yang Tidak Mengikuti Program MGMP Penjas.

Tes Kompetensi Pedagogik Tes Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik Tes Kompetensi Kepribadian Analisis Hasil Kesimpulan

Tes Kompetensi Sosial

Tes Kompetensi Profesional Tes Kompetensi Profesional Tes Kompetensi Kepribadian

Tes Kompetensi Sosial

Populasi Guru Penjas SMP Negeri kabupaten

Pandeglang

Sampel Guru Penjas SMP kabupaten Pandeglang Yang Mengikuti Program

MGMP Penjas.

Sampel Guru Penjas SMP kabupaten Pandeglang Yang Tidak Mengikuti Program MGMP Penjas.

Tes Kompetensi Pedagogik Tes Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik Tes Kompetensi Kepribadian


(44)

H. Prosedur dan Teknik Pengolahan Data 1. Pengujian Instrumen Penelitian

Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan pengujian instrumen penelitian untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen yang digunakan dalam penelitian. Kalimat-kalimat pernyataan instrument didiskusikan dengan ahli bahasa Indonesia supaya sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baku. Selanjutnya instrumen tersebut diuji cobakan kepada 25 orang responden. Berdasarkan data yang didapat dari ke 25 orang coba tersebut selanjutnya instrument tersebut diuji lagi untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitasnya.

a. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas instrument, dengan uji validitas ini akan diketahui item-item instrument mana saja yang bisa digunakan sebagai instrument dalam penelitian ini. Suharsimi Arikunto (2002: 144) menyatakan “validitas ialah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.” Suatu isntrumen dapat dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan serta dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Pengujian validitas instrument dalam penelitian ini menggunakan pendekatan korelasi Product Moment dari Pearson. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut: } ) ( }{ ) ( { ) )( ( 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N rxy Σ − Σ Σ − Σ Σ Σ − Σ =


(45)

Keterangan simbol-simbol tersebut, adalah :

Rxy = koefisien korelasi product moment dari Pearson X = skor item

Y = skor total

N = jumlah responden

Selanjutnya, untuk melihat signifikansinya dilakukan dengan mendistribusikan rumus student t, yaitu:

) 1 ( ) 2 ( 2 r n r thit xy

− − =

dengan kriteria : Jika thitung > ttabel, maka butir item valid dan signifikan.

b. Uji Reliabilitas

Selain harus valid atau sahih, intrumen penelitian ini juga harus reliable, yaitu memiliki tingkat keajegan yang baik. Untuk itu instrument penelitian inipun diuji tingkat reliabilitasnya. Suharsimi Arikunto (2002: 154) mengungkapkan bahwa, “reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu”. Suatu instrumen dikatakan reliabel jika cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik, tidak bersifat tendesius, dapat dipercaya, datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya hingga berapa kali pun diambil, hasilnya akan tetap sama.

Untuk menghitung uji reliabilitas, penelitian ini menggunakan rumus

alpha dari Cronbach sebagaimana berikut: 2

11 1 2

1 n t k r k σ σ

Σ   

=  − 


(46)

Arti simbol-simbol tersebut, adalah : r11 = reliabilitas instrumen

k = banyak butir pernyataan atau banyaknya soal ∑σb2

= Jumlah varians butir

σt2 = varians total

Selanjutnya, dengan menggunakan taraf signifikansi α = 0.05, nilai reliabilitas yang diperoleh dari hasil perhitungan diperbandingkan dengan nilai dari tabel korelasi nilai r dengan derajat kebebasan (n – 1).

Jika ri > rtabel → reliabel Jika ri≤ rtabel → tidak reliable

2. Menguji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji One Sample Kolmogorof Smirnov terhadap masing-masing kelompok data yakni kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, serta kompetensi profesional dengan hipotesis;

H0 : data berdistribusi normal H1 : data tidak berdistribusi normal

Kesimpulan diambil berdasarkan kriteria sebagaimana berikut; H0 diterima jika nilai sign Z > α (0,05) → data berdistibusi normal H1 diterima jika nilai sign Z < α (0,05) → data tidak berdistibusi normal Perhitungan statistik uji dilakukan dengan bantuan SPSS for Windows.


(47)

3. Uji Homogenitas

Dalam hal ini, dilakukan uji homogenitas varians antara data-data kelompok guru yang mengikuti program MGMP dengan data-data kelompok guru yang tidak mengikuti program MGMP. Hipotesis yang diajukan adalah;

H0 : varians kedua kelompok data tidak berbeda (varians data homogen) H1 : varians kedua kelompok data berbeda (varians data tidak homogen) Kesimpulan diambil berdasarkan kriteria berikut;

H0 diterima jika Fhitung < Ftabel→ varians data homogen H1 diterima jika Fhitung > Ftabel→ varians data tidak homogen Perhitungan statistik dilakukan dengan bantuan SPSS for Windows

4. Uji Perbedaan Dua Sampel Independen/Bebas

Tujuan uji t dua sampel bebas adalah untuk membandingkan (membedakan) apakah kedua sampel tersebut sama atau berbeda. Fungsinya adalah untuk menguji kemampuan generalisasi (signifikansi hasil penelitian yang berupa perbandingan keadaan dari dua rata-rata sampel, rumus uji t dua sampel bebas adalah sebagai berikut.

t =

    

  

+ −

y x y x

n n S

Y X

1 1 2

Arti simbol-simbol di atas, adalah : n = jumlah sampel

X = Nilai rata-rata data Guru yang mengikuti program MGMP penjas Y = Nilai rata-rata data Guru yang mengikuti program MGMP penjas S2xy = Kovarians data sampel X dan Y


(48)

Adapun untuk mencari kovarians x dan y adalah sebagai berikut:

2 y x

S =

(

)

(

)

2 1 1 2 2 − + − + − y x y y x x n n n S n S , Dimana :

S2xy = Kovarians data sampel X dan Y

S2x = Varians data sampel X/ Guru yang mengikuti program MGMP penjas S2y = Varians data sampel Y/ Guru yang tidak mengikuti program MGMP

penjas

N = jumlah sampel

Adapun untuk mencari varians x dan y adalah sebagai berikut.

2 S =

( )

n n X X 2 2 − Σ

Σ

5. Analisis Data

a. Membuat Ha dan Ho model statistik : Ho : µ1 = µ2

Ha : µ1 > µ2

b. Dianalisis mempergunakan SPSS (uji beda). Kriteria pengujian dua pihak : Jika – t tabel t hitung t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak dan jika sebaliknya maka Ho ditolak dan Ha diterima.

c. Membandingkan t tabel dengan t hitung d. Menarik kesimpulan


(49)

Jika : harga t hitung lebih kecil dari t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya Tidak terdapat Perbedaan yang signifikan Kompetensi guru yang mengikuti dan tidak mengikuti program MGMP pendidikan jasmani di SMP Negeri Kabupaten Pandeglang

Jika : harga t hitung lebih besar dari t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya Kompetensi guru penjas yang mengikuti MGMP penjas lebih tinggi dibandingkan dengan guru penjas yang tidak mengikuti program MGMP penjas SMP Kabupaten Pandeglang.


(50)

119 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Kompetensi pedagogik guru penjas yang mengikuti MGMP lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mengikuti program MGMP penjas SMP kabupaten Pandeglang. Hal ini didukung oleh data statistik hasil penelitian kompetensi pedagogik guru Penjasorkes SMP di Kabupaten Pandeglang yang mengikuti program MGMP memiliki skor ketercapaian yang lebih tinggi (87,65%) dibanding guru yang tidak mengikuti program MGMP (65,56%) dengan selisih sebesar 19,09 point.

2. Kompetensi kepribadian guru penjas yang mengikuti MGMP lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mengikuti program MGMP penjas SMP kabupaten Pandeglang, hal ini tercermin dari data statistik hasil penelitian yang menggambarkan kompetensi kepribadian guru Penjasorkes SMP di Kabupaten Pandeglang yang mengikuti program MGMP memiliki skor ketercapaian yang lebih tinggi (76,93%) dibanding guru yang tidak mengikuti program MGMP (72,07%) dengan selisih sebesar 4,87 point.

3. Kompetensi sosial guru penjas yang mengikuti MGMP lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mengikuti program MGMP penjas SMP kabupaten Pandeglang. Hal ini didukung dari data statistik hasil penelitian


(51)

tampak bahwa, kompetensi sosial guru Penjasorkes SMP di Kabupaten Pandeglang yang mengikuti program

MGMP memiliki skor ketercapaian yang lebih tinggi (76,16%) dibanding guru yang tidak mengikuti program MGMP (71,78%) dengan selisih sebesar 4,38 point.

4. Kompetensi profesional guru penjas yang mengikuti MGMP lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mengikuti program MGMP penjas SMP kabupaten Pandeglang. Dari hasil perhitungan statistik hasil penelitian tampak bahwa kompetensi profesional guru Penjasorkes SMP di Kabupaten Pandeglang yang mengikuti program MGMP memiliki skor ketercapaian yang lebih tinggi (75,28%) dibanding guru yang tidak mengikuti program MGMP (66,27%) dengan selisih sebesar 9,01 point.

5. Berdasarkan data di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa kompetensi-kompetensi yang dimiliki guru penjas yang mengikuti MGMP lebih tinggi dibandingkan dengan guru penjas yang tidak mengikuti program MGMP penjas. Hal ini menunjukkan juga bahwa program MGMP cukup efektif dalam meningkatkan kompetensi-kompetensi guru baik secara pedagogik, kepribadian, sosial, maupun profesionalisme.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, direkomendasikan hal-hal sebagai berikut :

1. Program-program kegiatan MGMP penjas SMP kabupaten Pandeglang yang sudah ada untuk dipertahankan dan seyogianya ditingkatkan.


(52)

2. Pengurus MGMP agar dapat lebih aktif lagi dalam memotivasi guru penjas untuk bergabung dalam wadah MGMP.

3. Guru yang terlibat dalam kegiatan MGMP penjas diharapkan lebih termotivasi dan lebih aktif lagi, sehingga kompetensi yang sudah dimiliki tidak menurun tetapi lebih meningkat lagi.

4. Untuk kepala sekolah agar lebih memperhatikan dan memberikan dukungan kepada guru penjas untuk mengikuti kegiatan MGMP dan memberikan penghargaan, insentif, waktu, dan informasi agar mereka lebih terpacu untuk mengikuti kegiatan MGMP penjas.

5. Instruktur ahli dari perguruan tinggi yang berkompeten perlu dilibatkan. Selanjutnya kegiatan lebih disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan guru pendidikan jasmani sehingga memberikan kontribusi yang lebih baik lagi terhadap pengembangan kompetensinya.

6. Untuk Dinas Pendidikan Kabupaten diharapkan memberikan dukungan dan bantuan dana dalam rangka peningkatan sarana dan prasarana kegiatan MGMP penjas sehingga program-program MGMP dapat terlaksana dengan baik. 7. Untuk peneliti yang tertarik dengan penelitian ini, diharapkan dapat melakukan

penelitian yang lebih dalam lagi dengan mempergunakan metode penelitian eksperimen, instrumen yang lebih lengkap, dengan populasi dan sampel yang lebih luas lagi.


(53)

122 DAFTAR PUSTAKA

Ali, M (1988). Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Anwar, Q dan Sagala, S. (2004). Profesi Jabatan. Kependidikan Dan Guru

Sebagai Upaya Menjamin Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Uhamka Press.

Arikunto, Suharsimi. (2005). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta

Atmodiwirio (2002). Manajemen Pelatihan. Jakarta: Ardaizya Jaya.

Becker, Gary (1993) Human Capital : a theoretical and empirical analysis, with special reference to education (third ed.) US : National Bureau of Economic Research ,

Castetter, W.B. (1991). The Personal Function in Education Administration.

Newyork: Mac Millian Publishing Co.Inc.

Depdikbud. (1985). Pedoman Pelaksanaan MGMP. Jakarta: Depdikbud

. (1994). Petunjuk Teknis Penyelenggaraan MGMP. Jakarta : Dikdasmen.

,(1998). Pedoman Penyelenggaraan MGMP. Jakarta: Dikdasmen Djatmiko, Y.H. (2003). Perilaku Organisasi. Bandung: Alfabeta

Fattah, Nanang. (2000). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Gagne and Brigg L.J. (1989). Principles or Instructional Design. New York: Holt Rinehart and Winston.

Gibson, Ivan-Cevich, Dan Donelly. (1985). Organisasi (Terjemahan). Edisi Ke lima. Jakarta: Erlangga.

Giriwijoyo, S. (2005). Ilmu Faal Olahraga. Fungsi Tubuh Manusia Pada

Olahraga. Bandung: FPOK.

Hamalik, O. (2003). Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi.

Jakarta: PT Bumi Aksara

Hoy, Wayne K. & Miskel, Cecil G. (2001). Educational Administration: Theory, Research, and Practice (6th ed. International Edition. Singapura: McGraw Hill Co.


(54)

Ibrahim, Rusli. (2001). Pembinaan Ketahanan Kepribadian di Sepanjang Hayat :

Pendekatan Praktis Melalui Pendidikan Jasmani. Jakarta: Direktorat

Jenderal Olahraga.

Lutan, Rusli. (2002). Supervisi Pendidikan Jasmani : Konsep Dan Praktik. Jakarta : Dirjendikdasmen.

. (2001). Pengembangan Sistem Pembelajaran Modul Mata Kuliah

Penelitian Pendidikan Olahraga. Bandung : FPOK-UPI.

Mahfudin, Azis (2009). Profesionalisme Jabatan Guru Di Era Globalisasi. Bandung : Rizqi Press

Mariana, A.(2002). Profil Kompetensi Profesional Guru SLTP.Bandung: Tesis PPS UPI.

Mulyasa.(2008). Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosda Karya. Muhammad, Arni (2007). Komunikasi Organisasi.J akarta: Bumu Aksara.

Notoatmodjo. (1992). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008. tentang Guru. Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Jakarta.

Poerdwadarminta, JS (1996), Kamus Umum Bahsa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Riduwan. (2009). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta

. (2009). Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Robbins, Stephen P. (1994). Teori Organisasi.Struktur Desain dan Aplikasi. Alih Bahasa: Udaya Yusuf Edisi 3. Jakarta: Arcan.

Sahlan, Sulaeman. (1988). Multi Dimensi Sumber Kreativitas Manusia. Bandung: Sinar Baru.

Siedentop, D. (1990). Introduction to Physical Education, Fitness, and Sport.

California: Mayfield Publishing Company.

Simamora, H. (1995). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE YPKN.


(55)

Soemirat, Soleh. (2000). Komunikasi Organisasi. Jakarta:UT.

Soetjipto dan Kosasi, R (2004). Profesi Keguruan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sudjana, N. (2004). Dasar-Dasar Proses Belajar Menhgajar. Bandung: Sinar

Baru Aglesindo.

Syah, Muhibbin. (1999). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Untuk Pendidikan. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Suherman, Adang (1998). Revitaslisasi Keterlantaran Pengajaran Dalam

Pendidikan Jasmani. Bandung : CV Andira Bandung

(2001). Asesmen Belajar Dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta: Direktorat Jenderal Olahraga.

Sulaeman, M.S. (2004). Pelaksanaan KKG Dalam Upaya Meningkatkan

Profesional Guru Sekolah Dasar. Bandung: Tesis PPS UPI.

Supriadi, Dedi. (1999). Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Surya, M. (2004). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran.Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Sustermeister. Robert A. (1976). People and Productivity (third ed.). New York: McGraw Hill Book Company.

Tilaar, R (2004). Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Diknas Jakarta.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005. tentang Guru dan

Dosen. Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Jakarta.

Usman, Moh. Uzer (1990). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Wuest, Deborah A. dan Bucher, Charles, A.(995). Foundation of Physical Education and Sport. St. Louis, Missouri: Mosby-Year Book, Inc.


(1)

119 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Kompetensi pedagogik guru penjas yang mengikuti MGMP lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mengikuti program MGMP penjas SMP kabupaten Pandeglang. Hal ini didukung oleh data statistik hasil penelitian kompetensi pedagogik guru Penjasorkes SMP di Kabupaten Pandeglang yang mengikuti program MGMP memiliki skor ketercapaian yang lebih tinggi (87,65%) dibanding guru yang tidak mengikuti program MGMP (65,56%) dengan selisih sebesar 19,09 point.

2. Kompetensi kepribadian guru penjas yang mengikuti MGMP lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mengikuti program MGMP penjas SMP kabupaten Pandeglang, hal ini tercermin dari data statistik hasil penelitian yang menggambarkan kompetensi kepribadian guru Penjasorkes SMP di Kabupaten Pandeglang yang mengikuti program MGMP memiliki skor ketercapaian yang lebih tinggi (76,93%) dibanding guru yang tidak mengikuti program MGMP (72,07%) dengan selisih sebesar 4,87 point.

3. Kompetensi sosial guru penjas yang mengikuti MGMP lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mengikuti program MGMP penjas SMP kabupaten Pandeglang. Hal ini didukung dari data statistik hasil penelitian


(2)

tampak bahwa, kompetensi sosial guru Penjasorkes SMP di Kabupaten Pandeglang yang mengikuti program

MGMP memiliki skor ketercapaian yang lebih tinggi (76,16%) dibanding guru yang tidak mengikuti program MGMP (71,78%) dengan selisih sebesar 4,38 point.

4. Kompetensi profesional guru penjas yang mengikuti MGMP lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mengikuti program MGMP penjas SMP kabupaten Pandeglang. Dari hasil perhitungan statistik hasil penelitian tampak bahwa kompetensi profesional guru Penjasorkes SMP di Kabupaten Pandeglang yang mengikuti program MGMP memiliki skor ketercapaian yang lebih tinggi (75,28%) dibanding guru yang tidak mengikuti program MGMP (66,27%) dengan selisih sebesar 9,01 point.

5. Berdasarkan data di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa kompetensi-kompetensi yang dimiliki guru penjas yang mengikuti MGMP lebih tinggi dibandingkan dengan guru penjas yang tidak mengikuti program MGMP penjas. Hal ini menunjukkan juga bahwa program MGMP cukup efektif dalam meningkatkan kompetensi-kompetensi guru baik secara pedagogik, kepribadian, sosial, maupun profesionalisme.

B.Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, direkomendasikan hal-hal sebagai berikut :

1. Program-program kegiatan MGMP penjas SMP kabupaten Pandeglang yang sudah ada untuk dipertahankan dan seyogianya ditingkatkan.


(3)

121

2. Pengurus MGMP agar dapat lebih aktif lagi dalam memotivasi guru penjas untuk bergabung dalam wadah MGMP.

3. Guru yang terlibat dalam kegiatan MGMP penjas diharapkan lebih termotivasi dan lebih aktif lagi, sehingga kompetensi yang sudah dimiliki tidak menurun tetapi lebih meningkat lagi.

4. Untuk kepala sekolah agar lebih memperhatikan dan memberikan dukungan kepada guru penjas untuk mengikuti kegiatan MGMP dan memberikan penghargaan, insentif, waktu, dan informasi agar mereka lebih terpacu untuk mengikuti kegiatan MGMP penjas.

5. Instruktur ahli dari perguruan tinggi yang berkompeten perlu dilibatkan. Selanjutnya kegiatan lebih disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan guru pendidikan jasmani sehingga memberikan kontribusi yang lebih baik lagi terhadap pengembangan kompetensinya.

6. Untuk Dinas Pendidikan Kabupaten diharapkan memberikan dukungan dan bantuan dana dalam rangka peningkatan sarana dan prasarana kegiatan MGMP penjas sehingga program-program MGMP dapat terlaksana dengan baik. 7. Untuk peneliti yang tertarik dengan penelitian ini, diharapkan dapat melakukan

penelitian yang lebih dalam lagi dengan mempergunakan metode penelitian eksperimen, instrumen yang lebih lengkap, dengan populasi dan sampel yang lebih luas lagi.


(4)

122 DAFTAR PUSTAKA

Ali, M (1988). Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Anwar, Q dan Sagala, S. (2004). Profesi Jabatan. Kependidikan Dan Guru

Sebagai Upaya Menjamin Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Uhamka Press. Arikunto, Suharsimi. (2005). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta : PT Rineka Cipta

Atmodiwirio (2002). Manajemen Pelatihan. Jakarta: Ardaizya Jaya.

Becker, Gary (1993) Human Capital : a theoretical and empirical analysis, with special reference to education (third ed.) US : National Bureau of Economic Research ,

Castetter, W.B. (1991). The Personal Function in Education Administration. Newyork: Mac Millian Publishing Co.Inc.

Depdikbud. (1985). Pedoman Pelaksanaan MGMP. Jakarta: Depdikbud

. (1994). Petunjuk Teknis Penyelenggaraan MGMP. Jakarta : Dikdasmen.

,(1998). Pedoman Penyelenggaraan MGMP. Jakarta: Dikdasmen Djatmiko, Y.H. (2003). Perilaku Organisasi. Bandung: Alfabeta

Fattah, Nanang. (2000). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Gagne and Brigg L.J. (1989). Principles or Instructional Design. New York: Holt Rinehart and Winston.

Gibson, Ivan-Cevich, Dan Donelly. (1985). Organisasi (Terjemahan). Edisi Ke lima. Jakarta: Erlangga.

Giriwijoyo, S. (2005). Ilmu Faal Olahraga. Fungsi Tubuh Manusia Pada Olahraga. Bandung: FPOK.

Hamalik, O. (2003). Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: PT Bumi Aksara

Hoy, Wayne K. & Miskel, Cecil G. (2001). Educational Administration: Theory, Research, and Practice (6th ed. International Edition. Singapura: McGraw Hill Co.


(5)

123

Ibrahim, Rusli. (2001). Pembinaan Ketahanan Kepribadian di Sepanjang Hayat : Pendekatan Praktis Melalui Pendidikan Jasmani. Jakarta: Direktorat Jenderal Olahraga.

Lutan, Rusli. (2002). Supervisi Pendidikan Jasmani : Konsep Dan Praktik. Jakarta : Dirjendikdasmen.

. (2001). Pengembangan Sistem Pembelajaran Modul Mata Kuliah Penelitian Pendidikan Olahraga. Bandung : FPOK-UPI.

Mahfudin, Azis (2009). Profesionalisme Jabatan Guru Di Era Globalisasi. Bandung : Rizqi Press

Mariana, A.(2002). Profil Kompetensi Profesional Guru SLTP.Bandung: Tesis PPS UPI.

Mulyasa.(2008). Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosda Karya. Muhammad, Arni (2007). Komunikasi Organisasi.J akarta: Bumu Aksara.

Notoatmodjo. (1992). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008. tentang Guru. Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Jakarta.

Poerdwadarminta, JS (1996), Kamus Umum Bahsa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Riduwan. (2009). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta

. (2009). Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Robbins, Stephen P. (1994). Teori Organisasi.Struktur Desain dan Aplikasi. Alih Bahasa: Udaya Yusuf Edisi 3. Jakarta: Arcan.

Sahlan, Sulaeman. (1988). Multi Dimensi Sumber Kreativitas Manusia. Bandung: Sinar Baru.

Siedentop, D. (1990). Introduction to Physical Education, Fitness, and Sport. California: Mayfield Publishing Company.

Simamora, H. (1995). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE YPKN.


(6)

Soemirat, Soleh. (2000). Komunikasi Organisasi. Jakarta:UT.

Soetjipto dan Kosasi, R (2004). Profesi Keguruan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sudjana, N. (2004). Dasar-Dasar Proses Belajar Menhgajar. Bandung: Sinar

Baru Aglesindo.

Syah, Muhibbin. (1999). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Untuk Pendidikan. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Suherman, Adang (1998). Revitaslisasi Keterlantaran Pengajaran Dalam Pendidikan Jasmani. Bandung : CV Andira Bandung

(2001). Asesmen Belajar Dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta: Direktorat Jenderal Olahraga.

Sulaeman, M.S. (2004). Pelaksanaan KKG Dalam Upaya Meningkatkan Profesional Guru Sekolah Dasar. Bandung: Tesis PPS UPI.

Supriadi, Dedi. (1999). Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Surya, M. (2004). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran.Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Sustermeister. Robert A. (1976). People and Productivity (third ed.). New York: McGraw Hill Book Company.

Tilaar, R (2004). Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Diknas Jakarta.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005. tentang Guru dan Dosen. Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Jakarta. Usman, Moh. Uzer (1990). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Wuest, Deborah A. dan Bucher, Charles, A.(995). Foundation of Physical Education and Sport. St. Louis, Missouri: Mosby-Year Book, Inc.