PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU SEKOLAH DASAR (Studi Kualitatif Tentang Pembinaan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Bekasi Selatan Kota Bekasi).

(1)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

UCAPAN TERIMAKASIH ... viii

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 4

C.Rumusan Masalah ... 6

D.Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 6

E. Kerangka Penelitian ... 8

F. Metode Penelitian ... 10

G.Definisi Operasional ... 11

H.Lokasi dan Subyek serta Jadwal Penelitian... 12

1. Lokasi Penelitian ... 12

2. Subyek Penelitian ... 12

3. Jadwal Penelitian ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA PENBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU SD ... 14

A.Posisi Permasalahan dan Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan ... 14

B.Pembinaan sebagai Fungsi Administrasi Personil ... 17

1. Konsep Pembinaan Personil ... 18

2. Beberapa Fase Dalam Proses Pembinaan Personil ... 20

3. Analisis Posisi (SWOT) ... 27

C.Pembinaan Kemampuan Profesional Guru SD ... 29

1. Fungsi dan Konsep Umum Pembinaan Guru ... 29

2. Pembinaan Guru melalui Asosiasi Kependidikan ... 34

3. Pembinaan Guru melalui Program Pre Service dan In Service 35 4. Pengertian Profesi ... 38

5. Kemampuan Profesional Guru SD ... 41

6. Tujuan Pembinaan Kemampuan Profesional Guru SD ... 46

D.Tinjauan Empiris ... 51


(2)

xi

A.Metode dan Pendekatan Penelitian ... 54

B.Sumber Data ... 59

C.Tehnik Pengumpulan Data ... 60

1. Observasi ... 60

2. Wawancara ... 62

3. Studi Dokumentasi ... 64

D.Pelaksanaan Penelitian ... 66

1. Tahap Orientasi ... 66

2. Tahap Eksplorasi ... 66

3. Tahap Member Check ... 67

E. Prosedur Analisis Data ... 68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 73

A.Hasil Penelitian ... 73

1. Rencana pembinaan kemampuan profesional Guru SD di Kecamatan Bekasi Selatan ... 73

2. Pelaksanaan pembinaan kemampuan profesional Guru SD di Kecamatan Bekasi Selatan ... 77

3. Evaluasi pembinaan kemampuan profesional Guru SD di Kecamatan Bekasi Selatan ... 83

4. Dampak pembinaan pada kinerja Guru SD di Kecamatan Bekasi Selatan ... 86

B.Pembahasan Hasil Penelitian ... 98

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 106

A.Kesimpulan ... 106

B.Implikasi ... 110

C.Rekomendasi ... 112 DAFTAR PUSTAKA


(3)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Guru sebagai tenaga kependidikan dalam menjalankan fungsi pendidikan dilihat sebagai totalitas yang satu sama lain secara sinergi memberikan sumbangan terhadap proses pendidikan pada tempat di mana mereka memberikan pelayanan, dengan titik tekan tenaga kependidikan di lembaga pendidikan persekolahan. Tugas tenaga kependidikan secara umum adalah memberikan pelayanan optimal kepada peserta didik khususnya dan kustomer pada umumnya, pada titik di mana pelayanan itu harus dilakukan.

Keberhasilan dalam upaya memberikan pelayanan optimal guru terhadap peserta didik dapat dilihat dari penguasaan materi pembelajaran yang disampaikan secara efektif dan kehadirannya diterima oleh anak didik secara ikhlas. Dia juga mampu menjadi manajer belajar yang baik, sekaligus terus belajar melalui proses pembelajaran yang dilakukannya (learning from teaching processes), bahkan belajar dari peserta didik.

Di Kota Bekasi kondisi guru sampai tahun 2007 untuk tingkat pendidikan SD dan MI berjumlah 6.672 orang dengan rincian jumlah guru SD/MI Negeri 4.244 dan jumlah Guru SD/MI Swasta berjumlah 2.428. (Dirjen PMTK Depdiknas 2007)

Adapun kondisi Guru SD untuk tingkat kecamatan terutama di Kecamatan Bekasi Selatan berjumlah 986 Guru terdiri dari 398 Guru PNS dan 588 Guru Non PNS dengan jumlah SD 52 SD Negeri dan 20 SD Swasta (Sumber: Daftar I


(4)

2

Bulan Juli 2009, UPTD Pembinaan SD Kecamatan Bekasi Selatan). Merujuk pada kondisi tersebut, jumlah Guru SD yang begitu besar merupakan sumber daya pendidikan SD yang perlu penangan optimal. Sumber daya manusia dalam hal ini Guru SD adalah aset organisasi yang paling penting karena mempengaruhi efesiensi, efektivitas dan produktivitas organisasi. Henry Simamora (1995:7) mengungkapkan bahwa “sumber daya manusia sekarang digunakan dan diakui sebagai aset organisasi yang paling berharga”. Menurut Tilaar dan Suryadi (1992:108) komponen kualitas sekolah adalah “besar-kecilnya tergantung salah satunya kepada faktor guru. Guru merupakan sumber daya manusia yang mempunyai kedudukan strategis dalam upaya memberdayakan seluruh potensi sekolah”.

Masalahnya, dengan jumlah Guru SD yang begitu besar di Kota Bekasi, bagaimana optimalisasi pembinaan Guru Sekolah Dasar dalam meningkatkan kualitas pelayanan seperti dikatakan Onong Effendi (1989:21) bahwa, “Meskipun dalam manajemen pengadaan Guru Sekolah Dasar semua itu sumber daya penting, tetapi manusia dianggap awal sumber daya yang paling penting”. Pendapat ini mengisyaratkan bahwa, pembinaan Guru SD sebagai sumber daya yang paling penting dalam kegiatan pendidikan di SD dapat menjadi alternatif strategis dalam pemberdayaan potensi Guru SD di Kota Bekasi.

Anggapan tersebut didasarkan pada kenyataan di lapangan terutama yang berkaitan dengan peningkatan Sumber Daya Manusia yang terus menerus diestafetkan. Artinya, keberadaan institusi pendidikan yang ada saat ini dituntut untuk memiliki tenaga-tenaga pendidik yang profesional yakni yang memiliki


(5)

kemampuan baik pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) maupun sikap prilaku (attitude).

Profesionalisme tenaga pendidik sangat berhubungan erat dengan mutu pendidikan, sebab proses belajar sebagai inti dari pendidikan akan sangat tergantung pada tenaga pendidik yang professional dan kualitas hasil belajar merupakan ujung tombak kualitas pendidikan. Dengan anggapan semacam itu, maka keberadaan tenaga pendidik atau guru yang profesional semakin penting, dan peranan siswa dalam belajar merupakan tumpuan upaya peningkatan kualitas pendidikan sesuai standar nasional pendidikan. Pasal 35 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan agar “Pendidikan memiliki Standar Nasional Pendidikan (SNP), sebagai acuan pengembangan dan pengendalian pendidikan”. Dan pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Bab II Pasal 2 menyebutkan “standar nasional pendidikan mencakup standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana-prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan”.

Tanpa mengurangi keberadaan kurikulum serta lingkungan sosial budaya, guru merupakan faktor kunci keberhasilan dalam upaya meningkatkan dan memelihara kualitas pendidikan. Sebaik apapun program yang dibuat kalau kualitas gurunya tidak mendapat perhatian yang cukup, maka akhirnya hanya menjadi rutinitas, sedangkan kualitas tidak akan pernah tercapai. Kalau kualitas Sumber Daya Manusia tidak mendapat perhatian yang serius, maka bangsa Indonesia akan ketinggalan oleh bangsa-bangsa lain yang sudah menyadari akan


(6)

4

pentingnya kualitas Sumber Daya Manusia. Dalam PP No. 38 Tahun 1992, dijelaskan bahwa,

Tenaga kependidikan merupakan unsur terpenting dalam sistem pendidikan nasional yang diadakan dan dikembangkan untuk menyelenggarakan pengajaran, pembimbingan dan pelatihan bagi para pendidik. Diantara para tenaga kependidikan ini para pendidik/guru merupakan unsur utama.

Baik tidaknya suatu sekolah atau sebuah kurikulum sangat tergantung dari mutu guru/tenaga pendidiknya, sehingga guru/tenaga pendidik dituntut untuk memiliki/memenuhi syarat-syarat kemampuan tertentu. Untuk itu maka tenaga pendidik/guru harus senantiasa dikembangkan kemampuannya supaya mutu pembelajaran dapat dipertahankan dan ditingkatkan. Dalam kondisi demikian, maka jelas pembinaan Guru Sekolah Dasar merupakan satu bagian crusial yang perlu mendapat perhatian dalam pengembangan mutu pelayanan pendidikan.

Di Kota Bekasi, setelah melakukan observasi di lapangan ditemukan adanya indikasi latar belakang pendidikan guru yang bervariasi dari berbagai lulusan perguruan tinggi bahkan terdapat latar belakang pendidikan guru dari lulusan SMA atau sederajat. Berdasarkan temuan ini, maka untuk meningkatkan kemampuan profesional Guru SD diperlukan adanya kegiatan pembinaan terutama di Kecamatan Bekasi Selatan.

B.Identifikasi Masalah

Guru sebagai suatu profesi menuntut profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mendidik, mengajar, dan melatih anak didik adalah tugas guru sebagai suatu profesi. Tugas guru sebagai pendidik


(7)

berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik. Tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak didik. Tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan ketrampilan dan menerapkannya dalam kehidupan demi masa depan anak didik.

Layanan profesionalisme guru terkait pula dengan kepribadian guru. Kepribadian adalah unsur yang menentukan keakraban hubungan guru dengan anak didik. Kepribadian guru akan tercermin dalam sikap dan perbuatannya dalam membina dan membimbing anak didik. Alexander Meikeljohn (1971:13) mengatakan : “No one can be a genuine teacher unless he is himself actively

sharing in the human attempt to understand men and their word “

Seorang pendidik yang profesional senantiasa melakukan sesuatu yang benar dan baik (do the right thing and do it right). Konsekuensinya adalah ia selalu mengembangkan tingkah laku dan tindakan strategis yang cermat. Menurut Tilaar (1998), ada dua indikator pendidik itu profesional, yaitu :

1. Dasar ilmu yang kuat. Seorang pendidik yang profesional hendaknya mempunyai dasar ilmu yang kuat sesuai dengan bidang tugasnya sekaligus mempunyai wawasan keilmuan secara interdisipliner

2. Penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset dan praksis pendidikan. Artinya hendaknya ada saling pengaruh mempengaruhi antara teori dan praktek pendidikan yang merupakan jiwa dari perkembangan ilmu dan profesi tenaga kependidikan


(8)

6

Dalam mewujudkan tujuan ideal tentang kemampuan profesional Guru SD ternyata pada realitasnya banyak dihadapkan pada berbagai faktor. Kompleksnya permasalahan yang dikaji berkaitan dengan pembinaan kemampuan profesional guru mendasari pembatasan kajian dalam penelitian ini, yakni diarahkan untuk mengidentifikasi atau berfokus pada “bagaimana pembinaan kemampuan profesional Guru SD sesuai dengan standar kompetensi profesional Guru SD yang mengacu pada Permendiknas NOMOR 16 TAHUN 2007?”

C.Rumusan Masalah

Merujuk pada indetifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian, yakni:

1. Bagaimana menyusun rencana pembinaan kemampuan profesional Guru SD di Kecamatan Bekasi Selatan?

2. Bagaimana melaksanakan pembinaan kemampuan profesional Guru SD di Kecamatan Bekasi Selatan?

3. Bagaimana melakukan evaluasi pembinaan kemampuan profesional Guru SD di Kecamatan Bekasi Selatan?

4. Bagaimana dampak pembinaan pada kinerja Guru SD di Kecamatan Bekasi Selatan?

D.Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan dan keguanaan penelitian tentang pembinaan kemampuan profesional Guru SD di Kecamatan Bekasi Selatan adalah:


(9)

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pembinaan kemampuan profesional Guru SD. Secara spesifik tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

a. Penyusunan rencana pembinaan kemampuan profesional Guru SD di Kecamatan Bekasi Selatan.

b. Pelaksanaan pembinaan kemampuan profesional Guru SD di Kecamatan Bekasi Selatan.

c. Evaluasi pembinaan kemampuan profesional Guru SD di Kecamatan Bekasi Selatan.

d. Dampak pembinaan pada kinerja Guru SD di Kecamatan Bekasi Selatan.

2. Kegunaan Hasil Penelitian

Kegunaan hasil penelitian tentang pembinaan kemampuan profesional Guru SD di Kecamatan Bekasi Selatan adalah:

a. Bagi praktisi pendidikan terutama yang berkecimpung di bidang pembinaan Guru SD, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi program pembinaan Guru SD, khususnya


(10)

8

di Kecamatan Bekasi Selatan, umumnya Kota Bekasi bahkan penyelenggara pembinaan tingkat nasional.

b. Bagi pengambil kebijakan (policy maker) bidang pengelolaan pendidikan dasar, hasil penelitian ini diharapkan dapat mengungkap makna baru tentang pembinaan guru sesuai dengan kebutuhan di lapangan yang dapat diangkat sebagai isu aktual, untuk selanjutnya dirumuskan dalam suatu kebijaksanaan sebagai upaya menyempurnakan sistem pembinaan kemampuan profesional guru dalam kerangka peningkatan mutu layanan pendidikan di tingkat SD.

c. Bagi ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang pembinaan pegawai dalam hal ini pembinaan guru sebagai khasanah perkembangan ilmu pengetahuan terutama bagi ilmu administrasi pendidikan dan Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM).

E.Kerangka Penelitian

Guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Atau dengan kata lain, guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya, Agus F. Tamyong (1987).

Merujuk pada hal tersebut, kerangka pemikiran dalam penelitian ini selanjutnya dapat digambarkan sebagai berikut:


(11)

A.

Metode Penelitian

Gambar 1.1 Kerangka Berfikir

Berdasakan gambar di atas, deskripsi permasalahan yang terjadi di lingkungan Guru SD mengindikasikan perlunya ada pembinaan kemampuan profesional Guru SD. Dengan dasar ini, maka peran pembinaan kemampuan profesional Guru SD menjadi bagian penting yang perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak yang berkepentingan dengan mutu pelayanan pendidikan di SD. Pembinaan Guru SD yang dijadikan fokus adalah: 1) Perencanaan pembinaan; 2) Bentuk pembinaan; 3) Materi pembinaan; Dan 4) Durasi pembinaan.

Kemampuan Profesional Guru SD di Kec. Bekasi Selatan

1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. 2. Menguasai standar

kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu. 3. Mengembangkan materi

pembelajaran yang diampu secara kreatif.

4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.

Mutu Pelayanan SD di Kec. Bekasi Selatan

Pembinaan Guru SD

Analisis Konteks: • Identifikasi Isu-isu

kemampuan profesional Guru SD di Kecamatan Bekasi Selatan.

• Program Pembinaan yang telah dilaksanakan Dinas Pendidikan Kota Bekasi

• Kekuatan dan kelemahan program pembinaan kemampuan Profesional Guru SD di Kecamatan Bekasi Selatan.

Analisis Kesenjangan

Pembinaan Guru SD difokuskan pada: - Perencanaan

Pembinaan - Bentuk Kegiatan; - Materi Pembinaan -Durasi Pembinaan


(12)

10

F. Metode Penelitian

Penelitian ini mengggunakan metode kualitatif yang lebih berdasar pada filsafat fenomenologis. Karakteristik penelitian kualitatif sebagaimana yang dikemukakan oleh Moleong (1990:4-9) antara lain sebagai berikut :

(1). Situasi wajar (natural setting), (2) peneliti sebagai instrumen penelitian, (3) mengutamakan data langsung, (4) sangat deskriptif, (5) mengutamakan proses dari pada hasil, (6) mencari makna, (7) menggunakan perspektif emik dalam mengumpulkan data, (8) triangulasi, (9) analisis secara induktif, sehingga di dapat teori yang grounded, (10) menonjolkan rincian kontektual, (11) subyek berkedudukan sama dengan peneliti, (12) adanya batas yang ditentukan oleh fokus penelitian, (13) verifikasi, (14) subyeknya pusposif dan berkembang terus, (15) kehadiran peneliti tanpa mengganggu, (16) analisis data sejak dan selama penelitian berlangsung, (17) desain penelitian bersifat sementara dan (18) hasil penelitian dirundingkan bersama.

Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling (penentuan sampel dalam penelitian kuantitatif) dilakukan berdasarkan paradigma alamiah. Menurut Lincoln dan Guba (1985: 200) dalam penelitian kualitatif, “Peneliti mulai dengan asumsi bahwa, konteks itu kritis sehingga masing-masing konteks itu ditangani dari segi kontekstualnya sendiri.” Untuk itu, maka sampling dalam penelitian ini dilakukan dengan menerapkan purposive sample, yakni:

1. Rancangan sampel yang muncul: Sampel tidak dapat ditentukan atau ditarik terlebih dahulu.

2. Pemilihan sampel secara berurutan. 3. Penyesuaian berkelanjutan dari sampel.


(13)

Keputusan tentang penentuan sampel, besarnya dan strategi sampling, pada dasarnya tergantung pada penetapan Unit of Analysis. Lebih jauh mengenai sampling dan Unit of Analysis ini, dijelaskan oleh Moleong (1998: 166) bahwa:

Kadang-kadang satuan kajian itu bersifat perseorangan seperti siswa, klien, pasien yang menjadi satuan kajian. Bila perseorangan itu telah ditetapkan sebagai satuan kajian, maka pengumpulan data dipusatkan disekitarnya. Yang dikumpulkan ialah apa yang terjadi dalam kegiatannya, apa yang mempengaruhinya, bagaimana sikapnya dan semacamnya.

Berdasarkan hal-hal di atas dan hasil observasi pendahuluan, maka satuan kajian (Unit of Analysis) penelitian tentang Pembinaan Guru Sekolah Dasar di Kota Bekasi ini, adalah Guru Pegawai Negeri Sipil Sekolah Dasar di Kecamatan Bekasi Selatan, di Lingkungan Dinas Pendidikan Kota Bekasi.

G.Definisi Operasional

Definisi operasional objek yang dijadikan unit analisis dalam penelitian ini adalah:

1. Pembinaan: Setiap usaha untuk memperbaiki pelaksanaan pekerjaan yang

sekarang maupun yang akan datang, dengan memberikan informasi dan mempengaruhi sikap. Sikap yang dimaksudkan adalah, perubahan positif yang lebih bersifat meningkatkan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan kecakapan. Moekijat (1991 : 20)

2. Pembinaan kemampuan profesional Guru SD: Berkaitan dengan beberapa

kriteria program pembinaan Guru SD yakni: Administrasi dan dukungan kebijakan harus sungguh-sungguh nyata, Rasional atau alasan program


(14)

12

pembinaan jelas, Anggota staf profesional harus tahu dengan jelas kegiatan yang perlu dilakukan. Dan Jalur komunikasi dan umpan balik harus merupakan bagian dalam proses program bantuan dan modifikasi harus dapat dilihat dalam semua komponen sistem. (Castetter, 1981)

H.Lokasi dan Subyek serta Jadwal Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi dari penelitian ini adalah Kecamatan Bekasi Selatan di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Bekasi. Penetapan lokasi ini dipilih didasarkan pada pertimbangan bahwa peneliti bertugas relatif dekat dengan lokasi tersebut sehingga diperkirakan akan memperoleh data yang lebih komprehensif dalam pelaksanaan penelitian.

2. Subyek Penelitian

Sedangkan sebagai subyek penelitian adalah para Guru SD di Kecamatan Bekasi Selatan. Peneliti memilih guru sebagai unsur utama dengan pertimbangan agar dapat memberikan informasi maksimum mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan fokus penelitian dan pejabat atau pihak-pihak terkait di Lingkungan Dinas Pendidikan Kota Bekasi sebagai penunjang seperti: Kepala Dinas, Kepala UPTD, Pengawas dan Kepala Sekolah. Salah satu sifat metode kualitatif adalah dalam proses penelitian dapat berkembang terus sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini sesuai apa yang dikemukakan oleh Moleong (1990: 3) bahwa :

Instrumen penelitian pada penelitian kualitatif bersifat lentur, artinya selama proses penelitian masih berlangsung dapat berubah, disesuaikan dengan kenyataan yang ada di lapangan. Hal ini mengingat interaksi antara peneliti, realitas, dan adanya bermacam-macam sistem nilai yang terkait dengan cara yang tidak dapat diramalkan.


(15)

Oleh karena itu, sumber data yang berkaitan dengan data yang terhimpun dapat dijadikan subyek penelitian. Wawancara, observasi dan dokumentasi dilakukan berulang-ulang dengan para sumber data guna memperoleh informasi yang benar-benar akurat. Dalam hal ini peneliti benar-benar berperan sebagai instrumen utama sekaligus yang dapat menarik kesimpulan dari setting alam sebagaimana adanya tanpa ada yang mempengaruhinya.

3. Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian tentang Pembinaan Kemampuan Profesional Guru SD di Kecamatan Bekasi Selatan dilakukan mulai bulan Januari 2010 sampai dengan Juni 2010.


(16)

54 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Pendekatan Penelitian

Metode penelitian Tentang Pembinaan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Bekasi Selatan Kota Bekasi ini dilakukan melalui metode penelitian deskriptif-kualitatif, yaitu suatu metode yang mengamati, menganalis dan menggambarkan fenomena yang terjadi dalam Tentang Pembinaan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar. Kemudian mengeksplorasi data setiap elemen Tentang Pembinaan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar, meliputi: kegiatan perencanaan pembinaan, bentuk program/kegiatan, materi pembinaan dan durasi pembinaan.

Tujuan utama penelitian ini pada dasarnya ialah untuk mendeskripsikan fakta implementasi Pembinaan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar di lapangan sebagaimana adanya. Dengan demikian, metode penelitian yang paling dianggap relevan adalah metode penelitian deskriptif melalui pendekatan penelitian naturalistik-kualitatif. Metode ini dipilih untuk mendalami setiap permasalahan yang diteliti sehingga pemecahannya sesuai dengan kaidah-kaidah keilmuan dan akhirnya dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi maksud dan tujuan penelitian.

Penelitian Pembinaan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan “prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa


(17)

kata-dan Talyor dalam Lexy J. Moleong, 1998: 3)

Melalui pendekatan ini, diharapkan dapat mengangkat aktualitas, realitas dan persepsi sasaran penelitian tanpa tercemar oleh pengukuran formal sebagaimana dijelaskan Wolf dan Tymitz dalam Guba (1987: 6) bahwa:

…untuk memahami aktualitas-aktualitas, realitas-realitas sosial dan persepsi-persepsi manusia yang ada tanpa dicemarkan oleh sifat menonjol dari pengukuran formal atau pertanyaan-pertanyaan yang sebelumnya sudah terbentuk. Penemuan naturalistik ini, adalah suatu proses yang digiring kepada pengungkapan banyak cerita yang idiosinkretis namun penting, yang diceritakan oleh orang-orang yang nyata, mengenai peristiwa-peristiwa nyata dengan cara-cara nyata yang alamiah.

Dari pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini, data dan informasi yang diperoleh selanjutnya diorganisir dan dianalisis guna mendapat gambaran (deskripsi) tentang objek penelitian. Cara pengolahan data dan informasi yang demikian itu, kemudian diistilahkan dengan metode deskriptif analitis. Mengenai metode ini, Winarno Surachmad (1990:139) menjelaskan bahwa, “Metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan data, tetapi meliputi: analisis dan interprestasi tentang arti data itu, membandingkan persamaan dan perbedaan fenomena tertentu.

Pendekatan kualitatif atau dapat juga disebut metode naturalistik memiliki ciri dan karakteristik yang khas. Menurut (Bogdan dan Bilken, 1982:27-30; Nasution, 1980:9-12), pendekatan kualitatif memiliki beberapa ciri yaitu : ”nature


(18)

56 bersifat deskriptif analitis, analisis data secara induktif dan interpretasi bersifat idiografik, serta mengutamakan makna dibalik data”.

Penelitian kualitatif sering disebut dengan metode naturalistik. Yang bersifat deskriptif. Tekanan pada proses dalam penelitian kualitatif merupakan hal penting sehingga logika berfikirnya bersifat induktif. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen (1982:27-28) :

1. Qualitative research has the natural setting as he direct source of data and the researcher is the key instrument.

2. Qualitative research is decriptive.

3. Qualitative research are concerned with process rather than simply with outcomes or products.

4. Qualitative researchers tend to analyze their data inductively.

5. Meaning is of essential concern to the qualitative approch.

Peneliti menggali data secara langsung dari nara sumber tanpa memberikan suatu “perlakuan” seperti pada penelitian eksperimen. Maksud ini tiada lain agar diperoleh gambaran tentang fenomena perilaku peranan seseorang dalam pengembangan kegiatannya dan menempatkan peneliti sebagai instrumen utama dalam penelitian kualitatif. Rasional dari pernyataan ini adalah karena peneliti mempunyai adaptabilitas yang tinggi, senantiasa dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah dan dapat memperhalus pertanyaan-pertanyaan untuk memperoleh data yang terinci dan mendalam sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. (Nasution, 1988 : 54-55).

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini lebih terurai dengan kata-kata dari pada sederetan angka-angka dan hasilnyapun berupa uraian (Miles dan Huberman, 1992:15). Namun demikian bukan berarti dalam penelitian kualitatif terbebas dari laporan yang berbentuk angka-angka. Satu hal yang penting dalam


(19)

data dianalisis secara induktif untuk dicari polanya untuk selanjutnya dicari makna dari pola tersebut. Dengan demikian, hasil penelitian ini bersifat idiografik yang mementingkan makna dalam konteks ruang dan waktu.

Adapun langkah-langkah pengumpulan data dalam pendekatan kualitatif meliputi:

1. Data diambil langsung dari setting alami (nature setting): Ditandai

oleh peran peneliti sebagai human instrument, menggali data dan informasi secara langsung dari nara sumber.

2. Penentuan sampel secara purposive: Jumlah sampel sangat tergantung

pada pertimbangan kelengkapan informasi atau data yang dibutuhkan atau untuk memperoleh informasi tertentu, sampling dapat diteruskan sampai tercapainya taraf reduksi, ketuntasan atau kejenuhan; maksudnya dengan menggunakan responden berikutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti. (Nasution, 1988:32-33).

3. Peneliti sebagai instrument inti pokok: Pengambilan data langsung

dilakukan oleh peneliti sehingga “instrumen diharapkan mempunyai adaptabilitas yang tinggi; bisa menyesuaikan diri dengan situasi yang cenderung berubah-rubah, dapat memperluas pertanyaan yang berguna untuk tujuan penelitian.” (Nasution, 1988:54-55).

4. Penelitian lebih menekankan pada proses daripada produk atau hasilnya (bersifat deskriptif analitis): Menurut Miles dan Hubermen


(20)

58 (1984: 15) “Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, cenderung berbentuk uraian kata-kata daripada angka-angka; demikian juga hasil analisisnya.” Dengan demikian, maka hasil penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif, kaya dengan deskripsi dan penjelasan-penjelasan serta analisis tentang aspek-aspek permasalahan, dalam hal ini yakni permasalahan yang berhubungan dengan Pembinaan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Bekasi selatan.

5. Analisis data secara induktif atau interpretasi bersifat idiografik:

Bersifat idiografik artinya, penelitian ini lebih mementingkan makna dalam kontek ruang dan waktu dibalik data yang dikumpulkan. Sedangkan analisis induktif dilakukan karena beberapa alasan :

Pertama, proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan ganda yang terdapat dalam data. Kedua, analisis induktif lebih dapat membuat hubungan peneliti-responden menjadi eksplisit, dapat dikenal dan akontabel. Ketiga, analisis demikian lebih dapat menguraikan latar secara penuh dan dapat membuat keputusan-keputusan tentang dapat tidak-nya pengalihan kepada suatu latar lainnya. Keempat, analisis induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubungan. Dan terakhir, analisis demikian dapat memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian dari struktur analitik. (Lexy J. Moleong, 1998: 5) 6. Mengutamakan makna (meaning) dibalik data: Dari beberapa ciri dan

karakteristik seperti telah dikemukakan secara implisit menunjukan bahwa, makna (meaning) penelitian adalah sasaran pendekatan kualitatif, dimana data dan informasi yang terkumpul diolah dan dianalisis sedemikian rupa guna mendapatkan gambaran yang bermakna tentang hasil penelitian.


(21)

Penentuan sumber data dalam penelitian kualitatif didasarkan pada tujuan penelitian atau purposive sampling. Demikian juga dengan jumlah sumber data bersifat emergence sampling, tidak tetap, terus mengalami perubahan selama penelitian, sampai terpenuhinya data yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaaan penelitian.

Sumber data penelitian tentang Pembinaan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Bekasi Selatan dipandang sebagai operasionalisasi fungsi manajemen, maka sumber data penelitian dikelompokkan: kegiatan perencanaan pembinaan, bentuk program/kegiatan, materi pembinaan dan durasi pembinaan.

Data tersebut, selanjutnya akan menjadi bahan analisis yang diperlukan bagi penyusunan dan penetapan konsep, proses dan model Pembinaan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar. Untuk itu, proses pendalaman kajian masalah yang diteliti diarahkan pada upaya mendeskripsikan data tentang:

1. Kondisi yang ada dan permasalahannya (existing condition) dalam operasionalisasi Pembinaan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar;

2. Prospek yang ingin dikembangkan dalam operasionalisasi seluruh fungsi yang diperlukan dalam pelaksanaan Pembinaan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar; (sasaran);


(22)

60 3. Kondisi yang diperlukan untuk mencapai sasaran (asumsi), dan

4. Saran tindak dan strategi pencapaian sasaran (recommendation).

Penentuan sumber data yang dijadikan unit analisis dalam penelitian ini merujuk prosedur dan teknik sebagaimana disarankan dalam paradigma penelitian kualitatif, yaitu dengan menggunakan teknik snowball sampling. Adapun sumber data terdiri dari :

a. Unsur Dinas Pendidikan Kota Bekasi;

b. Unsur UPTD Pembinaan SD Kecamatan Bekasi Selatan;

c. Unsur Guru dan Kepala Sekolah Dasar di Kecamatan Bekasi Selatan.

C. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Menurut Nasution (1988: 56) “catatan lapangan tersebut melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi”. Ketiga tehnik tersebut digunakan untuk memperoleh informasi yang saling menunjang atau melengkapi tentang Pembinaan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar. Adapun instrumen penelitiannya adalah diri peneliti sendiri (human instrument).

1. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan aktivitas yang sistematis terhadap gejala-gejala baik yang bersifat fisikal maupun mental. Pengamatan


(23)

Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar, diperlukan observasi atau pengamatan secara langsung. Cara ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang cermat, faktual dan sesuai dengan konteksnya. manfaat observasi / pengamatan bagi peneliti adalah

…(1) mampu memahami konteks data secara holistik, (2) memungkinkan peneliti menggunakan metode induktif yang tidak terpengaruh konsep atau pandangan sebelumnya, (3) dapat mengungkapkan hal-hal yang sensitif yang tidak terungkap dalam wawancara dan (4) mampu merasakan situasi sosial yang sesungguhnya. (Nasution, 1988: 50-60).

Dapat disimpulkan bahwa pengamatan atau observasi baik langsung maupun tidak langsung akan sangat bermanfaat untuk mengungkapkan situasi yang sebenarnya.

Tehnik observasi digunakan untuk melengkapi data dan informasi yang diperoleh melalui wawancara. Selain itu dengan observasi dimaksudkan pula melakukan recheck dan triangulasi. Dengan observasi ini dilakukan pengamatan secara langsung terhadap berbagai kegiatan manajerial. Patton (dalam Nasution, 1988:59-60) mengemukakan :

(1) dengan berada di lapangan peneliti lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi, (2) pengalaman langsung memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, (3) peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, (4) peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkap oleh responden dalam wawancara, (5) peneliti dapat menemukan hal-hal di luar persepsi responden, dan (6) di lapangan peneliti tidak hanya dapat mengadakan pengamatan tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi.

Dalam hal ini peneliti melakukan observasi mulai dari kegiatan sebagai pengamat sampai sewaktu-waktu turut larut dalam situasi atau kegiatan yang sedang berlangsung. Sesuai dengan masalah yang diteliti maka


(24)

62 data yang akan dikumpulkan melalui observasi meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Kegiatan perencanaan Pembinaan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Bekasi Selatan

b. Bentuk program/kegiatan, Pembinaan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Bekasi Selatan

c. Materi pembinaan Pembinaan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Bekasi Selatan

d. Durasi Pembinaan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Bekasi Selatan

2. Wawancara

Dalam wawancara, peneliti menggunakan pedoman wawancara dengan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya terbuka. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar wawancara dapat berlangsung tetap pada konteks permasalahan penelitian. Untuk melengkapi wawancara sekaligus untuk melakukan check and recheck atau

triangulasi, maka dilakukan observasi dan studi dokumentasi dengan melihat

peristiwa-peristiwa serta catatan-catatan atau laporan tentang kemampuan manajerial yang dilakukan oleh sampel penelitian. Menurut Bogdan dan Biklen (1982: 73-74) :

keberhasilan suatu penelitian naturalistik atau kualitatif sangat tergantung kepada ketelitian dan kelengkapan catatan lapangan (field notes) yang disusun peneliti, peneliti melengkapi diri dengan buku catatan. Buku catatan tersebut digunakan agar dapat mencatat hasil wawancara selengkap mungkin.


(25)

yakni : (1) orang mempersepsi objek, peristiwa dan tindakan, kemudian maknanya ditangkap melalui pandangannya, (2) sumber data (orang) yang representatif dapat mengungkapkan gambaran peristiwa, tindakan atau subyek yang telah lama dikenalnya. Berkaitan dengan objek penelitian Sugiyono (2005: 19) menjelaskan adanya tiga komponen,yakni:

1. Place, gambaran keadaan tempat di mana interaksi dalam situasi sosial

sedang berlangsung.

2. Actor, pelaku pada suatu situasi sosial termasuk karakteristik yang melekat

pada mereka atau orang orang yang sedang memainkan peran tertentu. 3. Activity, atau kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang

sedang berlangsung.

Oleh karena itu, wawancara terhadap orang yang representatif untuk suatu persoalan adalah penting untuk mengungkapkan dimensi masalah yang diteliti. Pertimbangan lain mengenai penggunaan tehnik wawancara, tehnik ini mempunyai beberapa kelebihan, yaitu : (1) peneliti dapat melakukan kontak secara langsung dengan responden sehingga memungkinkan didapatkan jawaban secara bebas dan mendalam, (2) hubungan dapat dibina lebih baik, sehingga memungkinkan responden bisa mengemukakan pendapatnya secara bebas, (3) untuk pertanyaan dan pernyataan yang kurang jelas dari kedua belah pihak dapat diulangi kembali. Bentuk wawancara yang dilakukan oleh peneliti berupa wawancara bebas (tak berstruktur), mengingat peneliti memiliki hubungan sosial yang cukup baik dengan responden. Wawancara tak berstruktur bersifat luwes dan terbuka dimana memungkinkan pertanyaan yang diajukan, muatannya dan


(26)

64 rumusan kata-katanya disusun sendiri oleh peneliti sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.

Pada awalnya wawancara dilaksanakan dengan tidak berstruktur, karena masih bersifat umum dan belum terfokus dan hanya terpusat kepada satu pokok masalah tertentu, serta wawancara bebas yang berisi pertanyaan yang berpindah-pindah dari satu pokok masalah kepada masalah yang lain, sepanjang berkaitan dengan aspek-aspek masalah penelitian. Dalam pelaksanaan wawancara ini, peneliti menyediakan pedoman wawancara sebagaimana terlampir dalam tesis ini, meskipun dalam pelaksanaannya tidak terlalu terikat pada pedoman tersebut. Wawancara dengan nara sumber terkait dilakukan secara berulang-ulang, sampai diperoleh gambaran secara menyeluruh terhadap fokus penelitian. Dengan demikian data pertama mengandung sifat non directive yaitu menurut pikiran dan perasaan responden, selanjutnya data tersebut diolah menjadi data yang bersifat

directive yaitu ditinjau berdasarkan pandangan peneliti.

3. Studi Dokumentasi

Sekalipun dalam penelitian kualitatif kebanyakan data diperoleh dari sumber manusia (human resources) melalui observasi dan wawancara, akan tetapi belumlah cukup lengkap perlu adanya penguatan atau penambahan data dari sumber lain yaitu dokumentasi. Dalam penelitian ini dokumen dapat dijadikan bahan triangulasi untuk mengecek kesesuaian data. Adapun perolehan data dalam penelitian ini dilakukan melalui berbagai dokumen tentang Pembinaan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Bekasi Selatan dan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini. Dengan studi dokumentasi ini akan


(27)

dalam rangka pembinaan guru. Untuk lebih menyempurnakan hasil penelitian melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi peneliti juga menggunakan tape recorder sebagai alat bantu dalam mengumpulkan data. Meskipun menggunakan alat bantu tersebut peneliti tidak lupa mencatat informasi yang non verbal. Pencatatan ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang utuh, sekaligus mempermudah penulis mengungkapkan makna dari apa yang hendak disampaikan oleh responden. Studi dokumentasi ini memungkinkan ditemukannya perbedaan atau pertentangan antara hasil wawancara atau observasi dengan hasil yang terdapat dalam dokumen. Bila hal ini terjadi peneliti dapat mengkonfirmasikannya dengan bentuk wawancara.

Dalam penelitian kualitatif, prosedur pengumpulan data tidak memiliki suatu pola yang pasti, sebab disain serta fokus penelitian dapat mengalami perubahan yang bersifat emergent akan tetapi untuk mempermudah pengumpulan data. Keberhasilan suatu penelitian naturalistik atau kualitatif sangat bergantung kepada kelengkapan catatan lapangan (field notes) yang disusun peneliti (Bogdan dan Biklen, 1992: 73-74). Dalam penelitian ini, peneliti melengkapi diri dengan buku catatan, tape recorder dan kamera. Peralatan-peralatan tersebut digunakan agar dapat merekam informasi verbal maupun non-verbal selengkap mungkin, walaupun dalam penggunaannya memerlukan kehati-hatian sehingga tidak mengganggu responden.

Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri (human instrument), karena manusia mempunyai adaptabilitas yang tinggi serta responsif terhadap situasi yang berubah-ubah yang dihadapi dalam penelitian. Manusia juga mempunyai imajinasi dan kreativitas untuk memandang


(28)

66 dunia secara utuh, riil dan dalam konteksnya. Disamping itu manusia juga mempunyai kemampuan untuk mengklarifikasi dalam arti menjelaskan kepada responden tentang suatu yang kurang dipahami, serta berkemampuan idiosinkratik, yakni mampu menggali sesuatu yang tidak direncanakan, tidak diduga atau tidak lazim terjadi yang dapat memperdalam makna penelitian. (Nasution, 1990: 55-58)

D. Pelaksanaan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif secara garis besarnya terdiri dari tiga tahap, yaitu : 1) tahap orientasi, 2) tahap eksplorasi, dan 3) tahap “member check” (Nasution, 1988: 33-34). Sesuai dengan hal tersebut maka penelitian ini mengikuti ketiga tahapan dimaksud.

1. Tahap Orientasi

Tahap ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang lengkap dan jelas mengenai masalah yang hendak diteliti. Dan sekaligus guna memantapkan dan menentukan fokus penelitian berikut nara sumbernya. Pada tahap ini peneliti mengadakan persiapan pengumpulan data dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut :

a. Melakukan pendekatan terhadap instansi dan lembaga terkait untuk memperoleh informasi awal tentang lokasi penelitian.

b. Menyusun rancangan penelitian sebagai salah satu langkah awal persiapan menghadapi seminar desain.

c. Menyiapkan pedoman wawancara dan observasi untuk responden yang sebelumnya dikonsultasikan lebih dulu dengan pembimbing.

d. Menghubungi Kepala Dinas Pendidikan dan Kepala Sekolah serta guru yang menjadi subyek penelitian untuk mengadakan pendekatan dan mendapatkan persetujuan mengenai jadwal pelaksanaan wawancara, observasi dalam rangka pengumpulan data.


(29)

2. Tahap Eksplorasi

Tahap ini merupakan implementasi kegiatan penelitian yang sesungguhnya, yaitu mengumpulkan data sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Tahap ini dilaksanakan setelah diberi rekomendasi atau izin penelitian dari instansi berwenang.

Pengumpulan data atau informasi dilakukan melalui wawancara dengan nara sumber sebagaimana telah ditentukan terdahulu. Mengobservasi pelaksanaan kegiatan Pembinaan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Bekasi Selatan dan wawancara dilakukan dengan menggunakan aturan yang representatif agar pembicaraan dapat berlangsung terarah dan tetap pada konteks yang menjadi fokus penelitian. Dalam tahap ini juga dilakukan analisis dengan cara mereduksi data atau informasi, yakni dengan menyeleksi catatan lapangan yang ada dan merangkum hal-hal yang penting secara sistematis agar dapat ditemukan tema atau pola yang tepat. Melalui cara ini dapat mempermudah peneliti dalam mempertajam gambaran fokus penelitian.

3. Tahap Member Check

Tahap ini merupakan kegiatan pengecekan kebenaran dari data dan informasi yang telah dikumpulkan, agar hasil penelitian lebih dapat dipercaya. Pengecekan data ini dilakukan setiap kali peneliti selesai wawancara, yakni dengan mengkonfirmasikan kembali catatan-catatan hasil wawancara dan setelah disetujui oleh responden, langsung menandatanginya di kertas catatan hasil wawancara. Untuk mendukung hasil wawancara dilakukan observasi dan studi


(30)

68 dokumentasi yang diikuti dengan triangulasi kepada responden lain yang berkompeten sehingga pelaksanaan member check ini dilakukan seiring dengan tahap eksplorasi. Kegiatan-kegiatan pada tahap ini meliputi :

a. Mengecek ulang data yang sudah terkumpul, baik yang bersumber dari dokumen maupun hasil pengamatan dan wawancara.

b. Meminta data dan informasi ulang kepada subyek penelitian jika ternyata data yang telah terkumpul tersebut belum lengkap. Proses pengumpulan dilakukan dengan wawancara langsung atau melalui telepon.

c. Meminta penjelasan pada pihak-pihak terkait (stake holders) tentang implementasi Pembinaan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Bekasi Selatan.

E. Prosedur Analisis Data

Kegiatan ini dilakukan guna memberi makna terhadap data dan informasi yang telah dikumpulkan yang dilaksanakan secara kontinyu dari awal sampai akhir penelitian. Analisis dan interpretasi atau penafsiran ini dlakukan dengan merujuk kepada landasan teoritis yang berhubungan dengan masalah penelitian dan berdasarkan “consensus judgment”. Pelaksanaan analisis data dalam penelitian ini belum ada prosedur baku yang dijadikan pedoman para ahli. Hal ini terungkap dalam pernyataan yang dikemukakan oleh Subino Hadisubroto (1988:20) berikut ini :

…dalam analisis data kualitatif itu metodenya sudah jelas dan pasti. Sedangkan dalam analisis data kualitatif metode seperti itu belum


(31)

itu ketajaman dan ketepatan analisis data kualitatif ini sangat tergantung pada ketajaman melihat data oleh peneliti serta kekayaan pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki peneliti.

Namun demikian penelitian ini, peneliti mengikuti langkah-langkah seperti yang dianjurkan oleh Miles dan Huberman (1984: 21) yaitu : ” (1) reduksi data, (2) display data, dan (3) pengambilan kesimpulan dan verifikasi.”

Reduksi data merupakan kegiatan merangkum kembali catatan-catatan lapangan dengan memilih hal-hal yang pokok dan difokuskan kepada hal-hal penting yang berhubungan dengan masalah Pembinaan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Bekasi Selatan. Rangkuman catatan lapangan tersebut disusun secara sistematis agar memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil yang diperoleh serta mempermudah pelacakan kembali terhadap data yang diperoleh bila diperlukan.

Untuk mempermudah melihat hasil rangkuman, maka dibuat matriks. Dalam pola bentuk matriks tersebut dapat dilihat gambaran seluruhnya atas bagian-bagian tertentu dari hasil penelitian. Atas dasar pola yang tampak pada display data maka dapat ditarik kesimpulan sehingga data yang dikumpulkan mempunyai makna.

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya dalam penelitian ini bahwa proses analisis dilakukan semenjak data awal dikumpulkan. Oleh karena itu kesimpulan yang ditarik pada awalnya bersifat sangat tentatif atau kabur.

Agar kesimpulan lebih “grounded” maka verifikasi dilakukan sepanjang penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin tingkat kepercayaan hasil


(32)

70 penelitian, sehingga prosesnya berlangsung sejalan dengan member check, triangulasi dan “audit trail”.

Adapun kisi-kisi sebagai pedoman pengumpulan data dapat dikemukakan sebagai berikut:

Tabel 3.1

Kisi – Kisi Observasi dan Pedoman Wawancara

NO FOKUS PENELITIAN UNIT OF ANALYSIS SUMBER DATA

1 Manajemen pembinaan guru SD

1.1 Perencanaan pembinaan Guru

SD di Lingkungan UPTD Kecamatan Bekasi Selatan

1.2 Bentuk kegiatan pembinaan

yang diterapkan dalam rangka peningkatan

kemampuan profesional Guru SD di Kecamatan Bekasi Selatan

1.3 Implementasi atau

pelaksanaan pembianaan Guru SD di Kecamatan Bekasi Selatan: intensistas dan Durasi.

1.4 Materi pembinaan

peningkatan kemampuan profesional Guru SD di Lingkungan UPTD Kecamatan Bekasi Selatan berkaitan dengan:

a. Sasaran Pembinaan Guru

SD,

b. Pola, prinsip dan langkah

Pembinaan,

c. Aspek yang mendasari

Pembinaan Guru SD.

Kepala UPTD Bekasi Selatan Kepala UPTD Bekasi Selatan Kepala UPTD Bekasi Selatan Kepala UPTD Bekasi Selatan

2. Hasil/Output Pembinaan

Guru SD .

2.1. Pelaksanaan kegiatan

pembinaan Guru SD menurut

Kepala Sekolahberkaitan

dengan frekuensi dan waktu pelaksanaan.

2.2. Peningkatan penguasaan

materi para Guru SD berkaitan dengan struktur, konsep dan pola pikir keilmuan mata pelajaran yang diampunya

Kepala Sekolah

SD

Kepala Sekolah

SD

Kepala Sekolah

SD


(33)

sebagai hasil pembinaan guru.

2.3. Peningkatan 4 komptensi

dasar (Kompetensi Pedagogik, Sosial, Kepribadian dan Profesional) para Guru SD dengan adanya kegiatan pembinaan.

2.4. Kegiatan pembinaan

peningkatan kemampuan profesional para Guru SD yang diharapkan.

SD

3 Kemampuan Profesional

Guru SD sebagai dampak pembinaan

3.1. Pelaksanaan pembinaan

menurut Guru SD.

3.2. Kendala yang dihadapi dalam

pembinaan guru.

3.3. Kemampuan profesional Guru

SD berkaitan dengan:

a. Penguasaan bahan,

b. Mengelola program belajar

mengajar,

c. Mengelola kelas,

d. Menggunakan

media/sumber.

e. Penguasaan terhadap

landasan kependidikan.

f. Mengelola interaksi belajar

mengajar.

g. Menilai prestasi siswa.

h. Mengenal fungsi dan

program pelayanan bimbingan dan penyuluhan.

i. Mengenal dan

menyelenggarakan administrasi sekolah.

j. Memahami prinsip-prinsip

dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.

k. Memanfaatkan teknologi

informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.

Guru SD Guru SD Guru SD

Disamping data yang dikumpulkan melalui wawancara dengan unsur UPTD, Kepala Sekolah dan Guru, Data yang diperlukan untuk menganalisis


(34)

72 tentang pembinaan kemampuan profesional SD adalah data dokumen yang berupa:

1. Struktur Organigram SD. 2. Identitas SD.

3. Daya Tampung SD.

4. Jumlah Guru dan Karyawan SD. 5. Jumlah Siswa SD.

6. Sarana dan Prasarana SD. 7. Program Kerja SD.


(35)

106 BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Bagian ini akan menjelaskan kesimpulan hasil penelitian, implikasi dan beberapa rekomendasi tentang Pembinaan Kemampuan Profesional Guru SD di Kecamatan Bekasi Selatan.

A. Kesimpulan

1. Perencanaan pembinaan kemampuan profesional Guru SD di Kecamatan Bekasi Selatan didasari oleh:

a. Agenda/program kerja Dinas Pendidikan Kota Bekasi

b. Dilakukan atas dasar masukan dari para pengawas. Perencanaan dalam kondisi ini dapat bersifat temporer tergantung masukan atau informasi yang masuk.

c. Perencanaan pembinaan didasari oleh agenda kegiatan gugus.

Bentuk kegiatan Pembinaan Kemampuan Profesional Guru SD di Kecamatan Bekasi Selatan terdiri dari:

1) Pre-Service Trainning. Kegiatan Pembinaan guru ini dilakukan umumnya oleh lembaga dalam hal ini Dinas Pendidikan Kota Bekasi. Pembinaan disini lebih ditujukan untuk memberi bekal pada calon guru yang akan diangkat PNS seperti pra jabatan.

2) In-Sevice Trainning. kegiatan penting pembinaan ini dilakukan setelah seseorang diangkat menjadi guru. Bentuknya dapat berupa kegiatan pendidikan dan latihan, lokarkarya, penataran dan sebagainya.


(36)

107

Materi Pembinaan Kemampuan Profesional Guru SD di Kecamatan Bekasi Selatan:

a. Materi yang disampaikan untuk kegiatan pembinaan biasanya didasari oleh aturan pemerintah seperti: Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru.

b. Sasaran pembinaan Guru SD di Kecamatan Bekasi Selatan disesuaikan dengan guru kelas dalam arti apakah kegiatan pembinaan dilakukan untuk para guru yang bertugas di kelas rendah (kelas 1, 2, dan 3) atau kelas tinggi (kelas 4, 5, dan 6).

c. Pola, prinsip dan langkah pembinaan, pihak UPTD biasanya menerima pola pembinaan sesuai intruksi dari Dinas Pendidikan.

2. Pelaksanaan Pembinaan Kemampuan Profesional Guru SD di Kecamatan Bekasi Selatan dilakukan atas dasar:

a. Instruksi dari UPTD/Dinas Pendidikan Kota Bekasi.

b. Dilakukan melalui kegiatan yang rutin diikuti oleh para guru seperti kegiatan di tingkat gugus.

c. Pihak pimpinan dalam hal ini Kepala Sekolah, selalu melakukan pembinaan terhadap para guru yang dipimpinnya

d. Frekuensi dan waktu pelaksanaan pembinaan, untuk tingkat UPTD dan Dinas Pendidikan Kota Bekasi, sesuai dengan agenda atau program kerja. Untuk tingkat sekolah pembinaan dilakukan tanpa berhitung frekuensi atau lamanya pembinaan harus dilakukan.


(37)

3. Evaluasi Pembinaan Kemampuan Profesional Guru SD di Kecamatan Bekasi Selatan merujuk pada hasil, yakni:

Hasil pembinaan Guru SD baik yang dilaksanakan pada tingkat Dinas Pendidikan Kota Bekasi maupun tingkat gugus atau sekolah, dasarnya sama bersumber pada kebijakan pemerintah, yakni: Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru.

Harapan sekolah dan pimpinan sekolah terhadap kegiatan pembinaan yang dilakukan dalam rangka peningkatan kemampuan profesional Guru SD khususnya di Kecamatan Bekasi Selatan, adalah: Pertama, pembinaan Guru SD yang diselenggarakan UPTD/Dinas Pendidikan perlu lebih diagendakan secara lebih tinggi lagi frekuensinya, Kedua, berkaitan dengan materi pembinaan, hendaknya diarahkan pada kemampuan praktis tidak hanya konsep.

Ketiga, berkaitan dengan kebutuhan saat ini pembinaan Guru SD, intensitas

pembinaan guru tentang materi Penelitian Tindakan Kelas perlu ditingkatkan. Dengan demikian berkaitan dengan harapan sekolah tentang pembinaan kemampuan guru sebagai hasil evaluasi adalah:

a. Pembinaan Guru SD yang diselenggarakan UPTD/Dinas Pendidikan perlu lebih diagendakan secara lebih tinggi lagi frekuensinya,

b. Berkaitan dengan materi pembinaan, hendaknya diarahkan pada kemampuan praktis tidak hanya konsep.

c. Berkaitan dengan kebutuhan saat ini pembinaan Guru SD intensitas pembinaan guru tentang materi Penelitian Tindakan Kelas perlu ditingkatkan.


(38)

109

d. Dampak pembinaan pada kinerja Guru SD di Kecamatan Bekasi Selatan

Dampak kegiatan pembinaan guru dalam hal ini berkaitan dengan bagaimana terjadinya peningkatan kemampuan mengajar. Adapun manfaat sebagai dampak pembinaan yang dirasakan oleh guru adalah:

1) Penguasaan bahan, seperti: bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah

dan penerapannya. (perlu peningkatan, karena kebutuhan perkembangan teknologi pembelajaran yang terus meningkat)

2) Mengelola program belajar mengajar, seperti: merumuskan tujuan

kompetensi dan indikator, mengenal dan dapat menggunakan metode mengajar, memilih dan menyusun prosedur instruksional yang tepat. (sudah merasa cukup menguasai karena ada panduan dalam buku teks) 3) Mengelola kelas, Seperti: mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran,

menciptakan iklim belajar yang serasi. (perlu peningkatan, melalui pembinaan kompetensi pedagogik untuk memahami bagaimana mengajar dan mendidik)

4) Menggunakan media/sumber, seperti: mengenal, memilih dan menggunakan media, membuat alat bantu pelajaran sederhana untuk proses belajar mengajar. (perlu peningkatan terutama berkaitan dengan dukungan fasilitas media pembelajaran yang optimal)

5) Penguasaan terhadap landasan kependidikan. (perlu peningkatan, untuk

lebih menguasai dan menjalankan bagaimana mengajar yang baik)

6) Mengelola interaksi belajar mengajar. (perlu peningkatan, terutama


(39)

7) Menilai prestasi siswa. (perlu peningkatan, terutama berkaitan dengan cara

membuat alat tes yang benar)

8) Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan,

seperti: mengenal fungsi dan program layanan dan penyuluhan di sekolah, menyelenggarakan program layanan bimbingan di sekolah. (perlu peningkatan, meskipun telah ada Guru BP, namun untuk kondisi tertentu kemampuan ini perlu dikuasai)

9) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah. (sudah merasa

cukup menguasai karena telah familier/atau dilakukan sehari-hari di sekolah)

10)Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran. (perlu peningkatan, terutama

langkah – langkah melakukan Penelitian Tindakan Kelas)

11)Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri. (perlu peningkatan, karena penerapan IT dalam

pembelajaran)

B.Implikasi

Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat dikemukakan beberapa implikasi berikut :

1. Kepala Dinas Pendidikan, terkait dengan pembinaan kemampuan profesional Guru SD di Kota Bekasi diharapkan memiliki data atau informasi yang akurat tentang kebutuhan pada Guru SD. Tanpa memiliki data atau informasi yang


(40)

111

akurat, program pembinaan akan dihadapkan pada berbagai kondisi yang semakin jauh dari tujuan pembentukan profesionalisme Guru SD..

2. Penentuan program pembinaan sesuai dengan prioritas kebutuhan guru diharapkan akan memiliki dampak positif sesuai tuntutan kebutuhan pembelajaran saat ini seperti program pembinaan yang berkaitan dengan pemanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.

3. Di lain pihak Dinas Pendidikan, Kepala Sekolah sebagai pimpinan sekolah perlu memahami tugas dan perannya sebagai pemegang wewenang tertinggi di sekolah dalam rangka efektivitas guru di sekolah. Diharapkan mampu untuk melaksanakannya dengan penuh rasa tanggung jawab dalam pembinaan kemampuan profesional guru yang mendukung terhadap pencapaian tujuan pendidikan. Disamping itu, dalam melaksanakan berbagai tugas dan perannya tersebut, Kepala Sekolah juga harus mampu membangun partisipasi aktif dan semua komponen lainnya di sekolah, seperti memotivasi keaktifan guru dalam kegiatan gugus..

4. Berbagai upaya yang dilakukan dalam pembinaan Guru SD di Kecamatan Bekasi Selatan khususnya, umumnya di Kota Bekasi, memerlukan kemauan, keterlibatan secara aktif dan komitmen yang tinggi dari seluruh stakeholders, baik itu dalam perencanaannya maupun dalam pelaksanaannya. Dengan adanya keterlibatan pemerintah dan masyarakat tersebut, dalam berbagai upaya dan program yang dilakukan pemerintah, maka keberadaan program tersebut betul-betul dirasakan menjadi milik dan tanggungjawab bersama.


(41)

Dengan kata lain, program pembinaan kemampuan profesional guru di Kota Bekasi dilakukan melalui by design, bukan asal menjalankan program rutinitas belaka.

C.Rekomendasi

Rekomendasi dalam hal ini adalah hal-hal yang dipandang baik untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan dan disimpulkan dari hasil penelitian dan analisanya. Berdasarkan temuan dari pembahasan penelitian maka dapat diberikan beberapa rekomendasi yang diharapkan dapat menjadi masukan bagi para Dinas Pendidikan dan instansi terkait serta kepada para peneliti berikutnya, diantaranya :

1. Kepada Para Kepala Dinas Pendidikan

Pemahaman dan persepsi pejabat di Lingkungan Dinas Pendidikan terkait dengan Pembinaan Kemampuan Profesional Guru SD di Kota Bekasi, dengan masih lemahnya informasi yang ada, seyogyanya terus berupaya untuk meningkatkan, memberdayakan dan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada dengan mengoptimalkan sistem teknologi informasi pendidikan agar program pembinaan dapat dilakukan berdasarkan tuntutan kebutuhan dan mudah diakses oleh para guru.

2. Kepala Sekolah

Dengan masih lemahnya komitmen guru, Kepala Sekolah harus mampu untuk membangun komitmen yang tinggi, mengembangkan rasa kebersamaan dan menciptakan situasi dan kondisi sekolah yang kondusif bagi seluruh warga


(42)

113

sekolah. Kemampuan Kepala Sekolah ini merupakan daya dukung berharga bagi kegiatan pembinaan kemampuan profesional guru, baik di sekolah dengan memberikan pembinaan langsung kepada guru maupun dengan memberikan dorongan atau motivasi kepada para guru untuk aktif dalam kegiatan pada tingkat gugus.

3. Kepada Guru

Kedudukan guru pada sekolah sangat menentukan keberhasilan sekolah untuk mencapai tujuannya, hal ini dapat dilalui dengan keberhasilan guru tersebut dalam mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran. Modal dasar untuk kesemuanya itu adalah pengetahuan dan kepribadian yang perlu dibina dan dikembangkan secara terus menerus karena dihadapkan dengan berbagai tantangan baik dahsyatnya dinamika perkembangan IPTEK yang mempercepat keusangan pengetahuan maupun tantangan kebutuhan dasar yang menyita waktu dan perhatian yang sulit untuk dihindarkan. Sehubungan dengan masih lemahnya penguasaan IT dari para guru, maka guru seyogianya memiliki sikap kooperatif terhadap program pembinaan yang diwujudkan melalui peran serta aktif yang diwujudkan dalam bentuk kedisiplinan kerja dan kesungguhan dalam mengikuti pendidikan lanjutan atau pelatihan sebagai implementasi program pembinaan kemampuan profesional guru.

4. Tidak Lanjut Penelitian

Bagi para ahli, kalangan pemerhati dan peneliti pendidikan hasil penelitian ini menyarankan agar senantiasa membuka diskusi dan telah komprehensif demi


(43)

mencari dan menemukan beragam alternatif, model dan paradigma pendidikan. Dari situ diharapkan dapat dibangun program pembinaan kemampuan profesional guru. Disamping itu, dengan masih banyaknya faktor yang perlu dikaji berkaitan dengan peningkatan kemampuan profesional guru yang belum diungkap dalam penelitian ini, maka akan sangat bermanfaat bila kemudian ada peneliti yang melaksanakan penelitian dalam hal: motivasi, kompetensi dan iklim kerja para guru dalam mengembangkan profesionalismenya.


(44)

Daftar Pustaka

Arcaro, Jerome S. (1995). Quality in Education : An Implementation Handbook. (Terj.) Yosal Iriantara (2006). Pendidikan Berbasis Mutu. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Banghart, Frank W. dan Trull, Albert. (1973). Educational Planning. New York : The Macmillan Company.

Buchori, Mochtar. (2001). Transformasi Pendidikan. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Castetter, William B. (1981). The Personnel Function in Educational

Administration. New York: Mc Graw-Hill Book Company.

Cook, Th. D. and Reichardt Ch. S. (1982). Qualitative And Quantitative Methods

In Evaluation Research. London: Sage Publications.

Dharma, Agus. (2001). Manajemen Supervisi. Jakarta : Rajagrafindo Persada Dharma, Surya. (2003). Manajemen Kinerja-Falsafah Teori dan Penerapannya.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Engkoswara. (1987). Dasar-dasar Administrasi Pendidikan, Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud RI.

Fattah, Nanang. (1999). Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Gaffar, M. Fakry. (1984). Performance Based Teacher Educational : Suatu

Alternatif Dalam Pembaharuan Guru. Bandung: IKIP Bandung.

Guba, E. G. (Ed). (1990). The Paradigm Dialog. Newbury Park, CA: Sage Publications.

Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI). (1995). 50 Tahun Pendidikan Dan

Prospeknya Terhadap Pembangunan Bangsa Dalam PJP II, No. 01, Peranan Pendidikan. Bandung : PT. Karya Putri Wardhani.

Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI). (1995). 50 Tahun Pendidikan Dan

Prospeknya Terhadap Pembangunan Bangsa Dalam PJP II, No. 05, Sekolah Sebagai Pusat Kebudayaan Dan Pendidikan Kewira-usahaan.

Bandung : PT. Karya Putri Wardhani.

Kerlinger, Fred N. (1986). Asas-asas Penelitian Behavioral. (Terj.) Landung Simatupang. (2002). Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.


(45)

Lincoln, Yvone. S dan Guba, Egon G. (1985). Naturalistic Inquiry. Beverly Hills: Sage Publications.

Makmun, Abin Syamsuddin (1986). Efektivitas PBM dengan Menggunakan Tiga

Strategi Pendekatan Manajemen Sistem Instruksional dan Mengindahkan Tiga Kategori Kemampuan Belajar Siswa, Disertasi PPs IKIP Bandung

Makmun, Abin Syamsuddin (1996). Analisis Posisi Pendidikan. Makalah

Penataran. Jakarta: Biro Perencanaan Depdikbud.

Mitchell, T. R. (1978). People In Organization; Under Standing Their Behaviors.

New York : Mc Grow-Hill.

Moekijat. (1986). Tata Laksana Kantor. Bandung: Mandar Maju.

Moleong, Lexy, J., (1990). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Karya.

Permendiknas No. 16 Tahun 2007 Tentang Standar kualifikasi dan Kompetensi Guru.

Sagala, Syaiful. (2000). Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung : Alfabeta.

Sanusi, Ahmad. (1990). Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional

Tenaga Kependidikan. Bandung: IKIP Bandung.

Satori Djam’an & Fatah, N. (2001). Konsep Dasar MBS dan Dewan Sekolah, Seri

MBS Modul . Bandung: Dinas Pendidikan Jawa Barat.

Siagian, Sondang P. (1980). Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi

Aksara.

Simamora, Henry (1995), Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta:

STIEN YPKN.

Sudarwan, Denim. (2002). Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia. Sutisna, Oteng. (1983). Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis untuk Praktik

Profesional. Bandung : Angkasa.

Sutermeister, Robert A., (1976). People and Productivity. New York: McGraw- Hill Book Company.

T. Raka Joni (1989). Penilaian Program Pendidikan. Jakarta : Penataran-

Lokakarya Tahap II Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G) Depdikbud


(46)

Tilaar, HAR. (1994). Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Undang Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Jakarta : CV Eka Jaya.

Undang Undang Nomor 14 tentang Guru dan Dosen. Jakarta : CV Tamita Utama.

Usman, Uzer. (2001). Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Volmer, H.M. and Mills, D.L. (1961). Profesionalization. New Jersey: Prentice Hall, Inc.


(1)

112

Dengan kata lain, program pembinaan kemampuan profesional guru di Kota Bekasi dilakukan melalui by design, bukan asal menjalankan program rutinitas belaka.

C.Rekomendasi

Rekomendasi dalam hal ini adalah hal-hal yang dipandang baik untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan dan disimpulkan dari hasil penelitian dan analisanya. Berdasarkan temuan dari pembahasan penelitian maka dapat diberikan beberapa rekomendasi yang diharapkan dapat menjadi masukan bagi para Dinas Pendidikan dan instansi terkait serta kepada para peneliti berikutnya, diantaranya :

1. Kepada Para Kepala Dinas Pendidikan

Pemahaman dan persepsi pejabat di Lingkungan Dinas Pendidikan terkait dengan Pembinaan Kemampuan Profesional Guru SD di Kota Bekasi, dengan masih lemahnya informasi yang ada, seyogyanya terus berupaya untuk meningkatkan, memberdayakan dan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada dengan mengoptimalkan sistem teknologi informasi pendidikan agar program pembinaan dapat dilakukan berdasarkan tuntutan kebutuhan dan mudah diakses oleh para guru.

2. Kepala Sekolah

Dengan masih lemahnya komitmen guru, Kepala Sekolah harus mampu untuk membangun komitmen yang tinggi, mengembangkan rasa kebersamaan dan menciptakan situasi dan kondisi sekolah yang kondusif bagi seluruh warga


(2)

113

sekolah. Kemampuan Kepala Sekolah ini merupakan daya dukung berharga bagi kegiatan pembinaan kemampuan profesional guru, baik di sekolah dengan memberikan pembinaan langsung kepada guru maupun dengan memberikan dorongan atau motivasi kepada para guru untuk aktif dalam kegiatan pada tingkat gugus.

3. Kepada Guru

Kedudukan guru pada sekolah sangat menentukan keberhasilan sekolah untuk mencapai tujuannya, hal ini dapat dilalui dengan keberhasilan guru tersebut dalam mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran. Modal dasar untuk kesemuanya itu adalah pengetahuan dan kepribadian yang perlu dibina dan dikembangkan secara terus menerus karena dihadapkan dengan berbagai tantangan baik dahsyatnya dinamika perkembangan IPTEK yang mempercepat keusangan pengetahuan maupun tantangan kebutuhan dasar yang menyita waktu dan perhatian yang sulit untuk dihindarkan. Sehubungan dengan masih lemahnya penguasaan IT dari para guru, maka guru seyogianya memiliki sikap kooperatif terhadap program pembinaan yang diwujudkan melalui peran serta aktif yang diwujudkan dalam bentuk kedisiplinan kerja dan kesungguhan dalam mengikuti pendidikan lanjutan atau pelatihan sebagai implementasi program pembinaan kemampuan profesional guru.

4. Tidak Lanjut Penelitian

Bagi para ahli, kalangan pemerhati dan peneliti pendidikan hasil penelitian ini menyarankan agar senantiasa membuka diskusi dan telah komprehensif demi


(3)

114

mencari dan menemukan beragam alternatif, model dan paradigma pendidikan. Dari situ diharapkan dapat dibangun program pembinaan kemampuan profesional guru. Disamping itu, dengan masih banyaknya faktor yang perlu dikaji berkaitan dengan peningkatan kemampuan profesional guru yang belum diungkap dalam penelitian ini, maka akan sangat bermanfaat bila kemudian ada peneliti yang melaksanakan penelitian dalam hal: motivasi, kompetensi dan iklim kerja para guru dalam mengembangkan profesionalismenya.


(4)

Daftar Pustaka

Arcaro, Jerome S. (1995). Quality in Education : An Implementation Handbook. (Terj.) Yosal Iriantara (2006). Pendidikan Berbasis Mutu. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Banghart, Frank W. dan Trull, Albert. (1973). Educational Planning. New York : The Macmillan Company.

Buchori, Mochtar. (2001). Transformasi Pendidikan. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Castetter, William B. (1981). The Personnel Function in Educational Administration. New York: Mc Graw-Hill Book Company.

Cook, Th. D. and Reichardt Ch. S. (1982). Qualitative And Quantitative Methods In Evaluation Research. London: Sage Publications.

Dharma, Agus. (2001). Manajemen Supervisi. Jakarta : Rajagrafindo Persada Dharma, Surya. (2003). Manajemen Kinerja-Falsafah Teori dan Penerapannya.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Engkoswara. (1987). Dasar-dasar Administrasi Pendidikan, Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud RI.

Fattah, Nanang. (1999). Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Gaffar, M. Fakry. (1984). Performance Based Teacher Educational : Suatu Alternatif Dalam Pembaharuan Guru. Bandung: IKIP Bandung. Guba, E. G. (Ed). (1990). The Paradigm Dialog. Newbury Park, CA: Sage

Publications.

Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI). (1995). 50 Tahun Pendidikan Dan Prospeknya Terhadap Pembangunan Bangsa Dalam PJP II, No. 01, Peranan Pendidikan. Bandung : PT. Karya Putri Wardhani.

Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI). (1995). 50 Tahun Pendidikan Dan Prospeknya Terhadap Pembangunan Bangsa Dalam PJP II, No. 05, Sekolah Sebagai Pusat Kebudayaan Dan Pendidikan Kewira-usahaan. Bandung : PT. Karya Putri Wardhani.

Kerlinger, Fred N. (1986). Asas-asas Penelitian Behavioral. (Terj.) Landung Simatupang. (2002). Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.


(5)

Lincoln, Yvone. S dan Guba, Egon G. (1985). Naturalistic Inquiry. Beverly Hills: Sage Publications.

Makmun, Abin Syamsuddin (1986). Efektivitas PBM dengan Menggunakan Tiga Strategi Pendekatan Manajemen Sistem Instruksional dan Mengindahkan Tiga Kategori Kemampuan Belajar Siswa, Disertasi PPs IKIP Bandung Makmun, Abin Syamsuddin (1996). Analisis Posisi Pendidikan. Makalah

Penataran. Jakarta: Biro Perencanaan Depdikbud.

Mitchell, T. R. (1978). People In Organization; Under Standing Their Behaviors. New York : Mc Grow-Hill.

Moekijat. (1986). Tata Laksana Kantor. Bandung: Mandar Maju.

Moleong, Lexy, J., (1990). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Karya.

Permendiknas No. 16 Tahun 2007 Tentang Standar kualifikasi dan Kompetensi Guru.

Sagala, Syaiful. (2000). Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung : Alfabeta.

Sanusi, Ahmad. (1990). Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional Tenaga Kependidikan. Bandung: IKIP Bandung.

Satori Djam’an & Fatah, N. (2001). Konsep Dasar MBS dan Dewan Sekolah, Seri MBS Modul . Bandung: Dinas Pendidikan Jawa Barat.

Siagian, Sondang P. (1980). Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara.

Simamora, Henry (1995), Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: STIEN YPKN.

Sudarwan, Denim. (2002). Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia. Sutisna, Oteng. (1983). Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis untuk Praktik

Profesional. Bandung : Angkasa.

Sutermeister, Robert A., (1976). People and Productivity. New York: McGraw- Hill Book Company.

T. Raka Joni (1989). Penilaian Program Pendidikan. Jakarta : Penataran-

Lokakarya Tahap II Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G) Depdikbud


(6)

Tilaar, HAR. (1994). Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Undang Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : CV Eka Jaya.

Undang Undang Nomor 14 tentang Guru dan Dosen. Jakarta : CV Tamita Utama. Usman, Uzer. (2001). Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosda

Karya.

Volmer, H.M. and Mills, D.L. (1961). Profesionalization. New Jersey: Prentice Hall, Inc.


Dokumen yang terkait

Pembinaan kompetensi profesional guru di SMP Assalam Cipondoh Tangerang

3 25 82

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU SEKOLAH DASAR.

0 1 18

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kemampuan Profesional Guru Dan Iklim Sekolah Terhadap Prestasi Sekolah Dasar Di Ekskawedanan Ambarawa Kabupaten Semarang

0 2 14

PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN : Studi Kualitatif tentang Pembinaan Kemampuan Profesional Guru dalam Proses Pembelajaran oleh Pengawas TK/SD Pada Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang.

0 0 64

SISTEM PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU MELALUI KEGIATAN GUGUS SEKOLAH : Studi Kasus pada Gugus 03 tentang Pelaksanaan Pembinaan Kemampuan Profesional Guru Melalui Kegiatan Gugus Sekolah di Lingkungan Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Sukasari Kota Ba

0 3 70

STRATEGI PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL KEPALA SEKOLAH MENENGAH UMUM ( SMU ) OLEH PENGAWAS SEKOLAH : Studi Deskripsi Analitis tentang Strategi Peningkatan Kemampuan Profesional Kepala SMU di Kota Bandung.

0 1 81

PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU SEKOLAH DASAR SWASTA DI PROPINSI RIAU : Studi Kasus Pembinaan oleh Kepala Sekolah dan Pengawas TK/SD di Kotamadya Pekanbaru.

0 0 56

PERANAN KEPALA SEKOLAH DAN PENGAWAS PENDAIS DALAM PENGEMBANGAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH DASAR : Studi Kasus Tentang Pengembangan Kemampuan Profesional Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Dasar Sukamenak II dan Sekola

0 0 77

PEMBINAAN PROFESIONAL GURU SEKOLAH DASAR (SD) : Penelitian Tentang Efektifitas Sistem Pengembangan Profesional Guru SD Di Kodya Bandung, Jawa Barat.

0 0 89

KEMAMPUAN GURU GURU SEKOLAH DASAR DALAM

0 0 1